LAPORAN
PELATIHAN KERJA PADA INDUSTRI
(PKPI)
Disusun Oleh:
PETRUS SETIA IWANDA
Nomor Mahasiswa
Jurusan
Program Studi
Fakultas
Jenjang
: 121.04.1001
: Teknik Elektro
: Ketenagaan
: Teknologi Industri
: Strata 1
ii
LEMBAR PENGESAHAN
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
pelatihan kerja pada industri dan laporan Pelatihan Kerja Pada Industri di PT.
TJB Power Services, PLTU Tanjung Jati B ini dengan baik.
Untuk kedua orang tua dan keluarga penulis yang telah memberikan
dukungan, kasih sayang, doa dan semua yang telah diberikan kepada penulis
baik moril maupun materi.
Penulis menyadari bahwa selama menyelesaikan laporan pelatihan kerja
pada industri ini tidak lepas dari bantuan moril maupun materi, bimbingan
serta masukan-masukan. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.
Bapak Dr. Ir. Sudarsono, M.T., selaku Rektor Institut Sains & Teknologi
AKPRIND Yogyakarta.
2.
3.
Bapak Ir. Muhammad Suyanto, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro
Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.
4.
iv
5.
6.
Ibu Dani Puji Astuti selaku Asistant Analyst Pengembangan SDM dan
Diklat PT. PLN (Persero) Pembangkitan Tanjung Jati B, yang selalu
melayani penulis tentang kerja praktek via email.
7.
Bapak Edmiyardi, Ibu Puti Nadia, Ibu Isna selaku HRD dan tim Training.
8.
9.
10. Bapak Muchlis selaku Supervisior Electrical, Pak Nugroho, Pak Hamdan,
Pak Arda, Pak Sugiyatno, Pak Cholis, Pak Agus, Pak Eris, Pak Endar, Pak
Didit, Pak Suyatno, Mas Dika dan segenap tim Electrical PT. TJB Power
Services.
11. Wenny Hizkia Aferdo beserta teman-teman OMT yang selalu berkumpul
bercanda dan makan bersama disaat waktu istirahat.
12. Seluruh pegawai PT. TJB Power Services PLTU Tanjung Jati B Jepara.
13. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Teknik Elektro IST Akprind
khususnya T. Elektro angkatan 2012.
14. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Permata tidak dapat menjadi berkilau tanpa gesekan, demikian juga
manusia tidak dapat menjadi sempurna tanpa percobaan, begitu pula dalam
penyusunan laporan pelatihan kerja pada industri ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Penulis berharap referensi dari hasil studi PKPI generator dan sistem
eksitasi di PT TJB Power Services PLTU Tanjung Jati B ini dapat menjadi
referensi studi penulis selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
1.2
Maksud dan Tujuan Pelatihan Kerja Pada Industri di PT. TJB Power
Services PLTU Tanjung Jati B ................................................................. 3
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
2.2
2.3
2.4
2.6
3.1
4.2
Eksitasi .................................................................................................... 57
4.3
Kesimpulan ............................................................................................. 85
6.2
Saran ....................................................................................................... 86
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5.29 Rangkaian dan Bagian Generator Main Circuit Breaker (GMCB). 82
Gambar 5.30 Skematik Generator dan Sistem Eksitasi. ....................................... 85
Gambar 5.31 Capability Curve. ............................................................................ 86
DAFTAR TABEL
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Listrk merupakan salah satu kebutuhan masyarakat yang pada saat ini
kebutuhannya semakin meningkat seiring dengan kemajuan perekonomian dan
teknologi yang berkembang pada saat ini. Di zaman modern ini, listrik
merupakan peranan penting keberadaanya di dalam masyarakat. Kebutuhan
yang semakin meningkat inilah yang harus ditanggapi dengan serius untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas penyediaan daya listrik, dalam hal ini
PLN mempunyai tugas penting untuk mencari solusi yang dapat memenuhi
kebutuhan daya tersebut.
PLTU Tanjung Jati B merupakan salah satu pembangkit listrik yang
berperan penting dalam mensuplai energi listrik Jawa-Madura-Bali dengan
total kapasitas daya terpasang 4 x 660 MW (nett). Dalam proses pembangkitan
energi listrik di PLTU Tanjung Jati B Jepara, terdapat beberapa sistem utama
yang menopang proses konversi listrik tersebut, diantaranya boiler, water
system, fan system, turbin uap, kondensor, generator, transformator, serta unit
sub-station.
Selain sistem utama, terdapat juga beberapa sistem pendukung
pembangkitan energi listrik diantaranya yaitu coal handling, coal feeder,
pulverizer, bottom ash bunker, water treatment plant, waste water treatment
plant, flue gas handling system, serta sistem penanganan abu (fly ash) yang
membentuk suatu sistem pembangkitan.
Proses pembangkitan tenaga listrik yang banyak dilakukan adalah dengan
cara memutar generator sinkron sehingga menghasilkan tenaga listrik dengan
arus bolak-balik tiga fasa. Tenaga mekanik yang dipakai untuk memutar
generator listrik berasal dari mesin penggerak generator listrik atau biasa
disebut turbin. Mesin penggerak generator listrik ini melakukan konversi
tenaga primer (seperti air, angin, surya dan sebagainya) menjadi tenaga
mekanik yang selanjutnya akan dihasilkan energi listrik oleh generator listrik.
Generator sinkron adalah salah satu komponen terpenting dalam sebuah
industri pembangkitan listrik. Didalam instalasi generator untuk menghasilkan
tenaga listrik dengan arus bolak-balik, diperlukan sebuah teknologi berupa
sistem penguatan atau yang lebih sering disebut sebagai sistem eksitasi. Sistem
eksitasi ini adalah sebuah teknik penguatan arus medan magnet yang
dibangkitkan pada generator dengan menggunakan prinsip elektromagnetis.
Tujuan dari sistem eksitasi pada generator adalah untuk mengendalikan
output dari generator agar tetap stabil pada beban sistem yang berubah -ubah.
Biasanya sebuah generator sinkron memiliki kumparan jangkar yang terletak
pada stator dengan hubungan bintang. Sedangkan kumparan medan terletak
pada rotor generator. Bila rotor berputar akan menimbulkan perpotongan
antara kumparan medan dengan stator winding sehingga menghasilkan Gaya
Gerak Listrik (GGL).
Generator dan eksitasi merupakan salah satu alat dan sistem vital yang
sangat dibutuhkan dalam proses pembangkitan. Maka dalam hal ini, penulis
mengambil judul :
Generator dan Sistem Eksitasi karena dianggap mempunyai fungsi yang
sangat penting dalam pembangkitan tenaga listrik.
1.2
Maksud dan Tujuan Pelatihan Kerja Pada Industri di PT. TJB Power
Services PLTU Tanjung Jati B
Maksud dan tujuan pelatihan kerja pada industri adalah:
a.
Mengetahui proses pembangkitan, dari siklus bahan bakar, air dan uap
serta siklus udara hingga menjadi energi listrik di PLTU Tanjung Jati B.
b.
c.
Mengetahui jenis, spesifikasi dan cara kerja dari generator pada PLTU
Tanjung Jati B.
d.
Mengetahui jenis, spesifikasi dan cara kerja sistem eksitasi pada PLTU
Tanjung Jati B.
e.
f.
g.
1.3
keahlian
umpan
balik
(feedback)
bagi
pelaksanaan
proses
Batasan Masalah
Dalam pembahasan ini, penulis menetapkan batasan yaitu pada proses
pembangkitan yang meliputi siklus bahan bakar, siklus air dan uap, siklus
udara, siklus penanganan gas buang dan siklus penanganan limbah air. Serta
1.6
1.7
Sistematika Penulisan
Dalam penulisan laporan pelatihan kerja pada industri ini, sistematika
penulisan yang akan digunakan adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang, batasan masalah, tujuan,
manfaat, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
Pada bab ini menjelaskan tentang sejarah perusahaan, profil perusahaan, visi
dan misi, prestasi, susunan organisasi, lokasi dan letak geografis PLTU
Tanjung Jati B.
BAB IV PROSES PEMBANGKITAN LISTRIK PLTU TANJUNG JATI B
Pada bab ini membahas tentang system proses pembangkitan yang terdiri
dari : siklus bahan bakar, siklus air dan uap, siklus udara siklus penanganan
flue gas dan limbah air, hingga siklus penyaluran energi listrik. Dan sistem
kerja generator dan sistem eksitasi generator pada PT. TJB Power Services
PLTU Tanjung Jati B.
BAB III DASAR TEORI
Pada bab ini membahas tentang teori teori mengenai pembangkitan pada
PLTU, generator dan sistem eksitasi generator.
BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab ini akan membahas topik utama yaitu generator dan sistem eksitasi
generator.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari pembahasan dan saran-saran
untuk langkah-langkah ke depan baik bagi lokasi pelatihan kerja pada industri
maupun bagi mahasiswa atau kalangan akademis.
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
2.1
Gambar 2.1 Batu Prasati Peresmian PLTU Tanjung Jati B, Jepara 14 Oktober 2006.
PLTU Tanjung Jati B dikelola melalui sebuah Sewa Guna Usaha (FLA).
Kepemilikan dari PLTU Tanjung Jati B dipegang oleh PT Central Java Power
selaku pihak yang menyewakan (Lessor). PT PLN (Persero) sebagai pihak
yang menyewakan (Lessee), telah membentuk sebuah unit bisnis PT PLN
(Persero) Pembangkitan Tanjung Jati B, untuk memenuhi semua kewajiban
Sewa Guna Usaha dan kontrak Operational & Maintenance (O&M).
Pada 13 April 2006 untuk bagian Operasional & Pemeliharaan atau
Operasional & Maintenance (O&M) unit 1&2 resmi diserahkan kepada PT.
TJB Power Services, sebagai pemenang tender, PT. TJB Power Services adalah
gabungan dari perusahaan Medco Power Indonesia dan FORTUM (asal
Finlandia).
10
2.2
2.3
11
2.4
2.4.1 Visi
"TOP OPERATOR IN INDONESIA"
Top Safe
High Availibility
Customer Satisfaction
Maximation of overall plant's profit while keeping the plant in good order
2.4.2 Misi
Creat Long Term Profitability
2.4.3 Motto
Excellence in Action
Continuous Improvement
High Ethics
Co-Operation
2.5
Prestasi Perusahaan
Ada banyak prestasi yang telah dicapai oleh PT.TJB Power Services yaitu
diantaranya :
Sertifikasi integrasi sistem manajemen ISO 9001, ISO 14001, dan OSHAS
18001 (April 2010)
Serfitikasi SMK3 dari Departemen Tenaga Kerja (Maret 2011)
Penghargaan kecelakaan nihil dari Departemen Tenaga Kerja (Mei 2010)
Penghargaan Perusahaan Peduli Lingkungan (CSR Award) dari Gubernur
Jawa Tengah (Desember 2010)
12
Gambar 2.5 Serfitikat ISO 9001, ISO 14001, dan OSHAS 18001.
2.6
Struktur Perusahaan
Struktur perusahaan PT. TJB Power Services dipimpin oleh seorang
Director. Dibawah Director, ada seorang Station Manager yang bertanggung
jawab terhadap keseharian pengoperasian PLTU. Adapun dibawah Station
13
14
bidang ini dibagi fokusnya menjadi dua, yaitu perawatan pada bagian
Substation dan Main Plant.
Secara umum, setiap bidang ini dipimpin oleh Deputy of Electrical
Engineer. Untuk sub-subnya, dibawahi lagi oleh seorang Engineer. Engineer
ini selanjutnya membawahi Supervisor, Senior Technician, dan Technician.
Untuk lebih jelasnya, berikut dibawah ini adalah pohon organisasinya.
Director
Human Resources
Department (HRD)
Operation
Control &
Instrument
(C&I)
Station Manager
Finance &
Administration
(F&A)
Maintenance
Mechanical
Planning
Environmental,
Health & Safety
(EHS)
Electrical
Main Plant
Substation
15
Deputy of Electrical
Electrical Engineer
Main Plant
Electrical Engineer
Substation
Electrical Supervisor
Eletrical Substation
Senior technician
Electrical Technician
Substation
Technician
BAB III
PROSES PEMBANGKITAN LISTRIK PLTU TANJUNG JATI B
3.1
Proses Pembangkitan
PLTU Tanjung Jati B merupakan salah satu pembangkit listrik tenaga uap
besar yang ada di Indonesia. Bahan bakar yang digunakan untuk menghasilkan
fluida kerja adalah batubara. Fluida kerja uap hasil dari pembakaran digunakan
untuk memutar turbin yang selanjutnya akan memutar rotor generator sehingga
dapat menghasilkan tenaga listrik. Pada proses pembangkitan atau produksi
istrik terdapat beberapa konversi energi yang terjadi. Mulai dari energi kimiawi
yang tersimpan pada batubara diubah menjadi energi panas melalui sistem
pembakaran. Energi panas ini digunakan untuk mengubah air menjadi uap
dengan suhu dan tekanan yang tinggi. Kemudian energi panas pada uap akan
mampu memutar sudu turbin sehingga terjadilah konversi dari energi panas
menjadi energi kinetik. Itulah mengapa pembangkit listrik tenaga uap termasuk
dalam kategori thermal plant, karena memanfaatkan panas hasil pembakaran
bahan bakar batubara dan udara di dalam furnace yang kemudian digunakan
untuk memanaskan pipa-pipa berisi air/uap di dalam boiler.
Dalam proses pembangkitan atau produksi listrik pada PLTU terdiri dari
beberapa siklus diantaranya :
1. Siklus bahan bakar, yang terdiri dari bahan bakar untuk start-up hingga
bahan bakar utama yaitu batu bara.
16
17
2. Siklus air laut hingga sampai bisa digunakan untuk air pada boiler yang
disebut water treatment plant (WTP).
3. Siklus air limbah atau waste water treatment plant (WWTP).
4. Siklus uap, yang awalnya air yang dipanaskan hingga menjadi uap yang
digunakan untuk memutar turbin.
5. Siklus Udara Pembakaran.
6. Siklus penangan abu sisa pembakaran atau ash handling yang berupa bottom
ash handling dan fly ash handling dengan menggunakan electrostatic
percipitator (ESP).
7. Siklus penanganan gas buang atau flue-gas handling yang menggunakan
flue-gas desulpurization (FGD).
8. Serta sistem transmisi penggunaan sendiri dan sistem transmisi 500kV.
18
Gambar 3.2 Fuel Oil Pump dari truk tangki ke tangki sementara.
19
Jenis dari fuel oil sendiri adalah jenis solar yang bisa langsung di
semprotkan kedalam furnance .
Dari fuel oil supplier kemudian minyak di salurkan ke main fuel oil tank,
dengan kapasitas tampung 757m3.
Gambar 3.4 Tangki Utama Bahan Bakar Minyak (Main Fuel Oil Tank).
Fuel Oil yang ditampung pada Main Fuel Oil dipompakan oleh tiga buah
fuel oil pump menuju ke boiler untuk dikabutkan oleh burner.
20
Selain untuk bahan bakar pemanasan awal boiler, fuel oil juga dipakai
sebagai bahan bakar pada Emergency Diesel Generator (EDG).
3.2.1.2 Siklus Bahan Bakar Batubara
Dalam Proses PLTU, untuk mendidihkan pipa-pipa air didalam boiler
dibutuhkan energi panas. Energi panas ini didapatkan dari hasil pembakaran
bahan bakar, seperti batubara, minyak bumi atau gas. Karena harga batubara
yang murah, maka kebanyakan PLTU yang ada di Indonesia menggunakan
batubara sebagai bahan bakar utama. PLTU Tanjung Jati B yang terletak didesa
Tubanan, Kecamatan Kembang, Kabupaten Jepara. Batubara yang digunakan
pada PLTU Tanjung Jati B berasal dari beberapa perusahaan penyedia batubara
diantaranya PT.Kaltim Prima Coal, PT.indominco Mandiri, PT.Wijaya Karya
Intrade dan PT.Berau Coal.
21
22
Coal Jetty memiliki panjang 240 meter dan terletak 1 kilometer dari tepi
pantai. Batubara yang diangkut oleh kapal kargo kemudian diturunkan dengan
menggunakan alat yang bernama Shunlo (Ship Unloader). Di PLTU Tanjung
Jati B mempunya dua buah Shunlo.
23
Pada Crusher Tower batubara dihancurkan agar menjadi ukuran yang lebih
kecil sekitar 20 cm.
24
Batubara dari Coal Silo akan diteruskan menuju ke Coal Feeder untuk
diatur jumlah aliran yang masuk ke pulverizer, Coal Feeder sendiri mempunyai
kapasitas maksimal 68,5 Metrik Ton per jam. Selanjutnya dari Coal Feeder
batubara yang sudah diatur jumlahnya akan masuk ke pulverizer guna
25
Hal ini disebabkan karena semakin kecil ukuran batubara yang dimasukkan
kedalam tungku pembakaran (Boiler), maka semakin besar kalori yang
dihasilkan oleh batubara ketika pembakaran nantinya. Pulverizer sendiri
memiliki tiga fungsi utama yaitu Grinding, Drying dan Classification.
Grinding berfungsi untuk mengurangi ukuran dengan cara digiling dengan tiga
buah roda besi, hingga dapat menghasilkan ukuran seperti bedak. Drying
berfungsi sebagai pengering batubara sehingga pada saat masuk burner
batubara dapat mudah terbakar di dalam furnance, untuk suhunya sendiri akan
dijaga pada sekitar 70C dari udara panas dan udara dingin yang berasal dari
Primary Air Fan. Calssification berfungsi untuk mengklisifikasikan batubara
yang akan diteruskan ke burner, ukuran batubara yang sudah mencapai 200
mesh akan terbang melewati enam buah pipa output diatas pulverizer.
26
Setiap unit atau setiap boiler mempunyai enam buah pulverizer, lima
running dan yang satu stanby. Batubara yang keluar dari pulverizer akan
diteruskan ke burner dan siap dimasukan ke dalam furnance.
Burner sendiri bertipe Low NOx dengan jumlah total ada tiga puluh enam (36),
enam (6) perlevel, tiga (3) level di depan dan belakang. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar lokasi berikut.
Untuk siklus bahan bakar sendiri berakhir di burner yang terletak di depan
dan belakang boiler, batubara yang bercampur dengan udara akan langsung
27
masuk kedalam furnance dan terbakar untuk memanaskan pipa-pipa air dan
uap di dalam boiler, suhu di dalam furnance sendiri sekitar 541C.
28
Siklus Water Treatment Plant pada PLTU Tanjung Jati B dimulai dari
pengambilan air laut melalui Intake yang terletak ditengah laut. Air dari tengah
laut dipompa oleh sea water intake pump.
3.2.2.1 Intake System
Intake air laut ditarik atau disedot dengan menggunakan sea water intake
pump lalu disaring oleh dua screen untuk memisahkan air laut dari biota laut
dan benda-benda padat yang ikut tersedot.
Pertama air laut akan melewati bar screen untuk menyaring benda-benda dan
biota laut yang berukuran besar kemudian melalui travering screen untuk
menyaring benda dan biota laut yang ukurannya kecil.
29
Gambar 3.19 Bar Screen dan Travering screen yang terdapat pada WTP.
Pada musim-musim tertentu ada banyak sekali biota laut berupa ubur-ubur
yang jumlahnya sangat banyak yang masuk ke intake, biasa orang
menyebutnya sebagai jelly fish attack, ubur-ubur yang masuk pada intake akan
tersaring pada screen yaitu pada travering screen, karena jumlah yang
tersangkut banyak maka akan mengurangi jumlah flow air yang masuk, maka
sistem pembangkitan akan terganggu, selain itu timbul masalah pada travering
screen, travering screen sendiri bekerja menyaring air dengan memutarkan
screen dengan motor, karena ubur-ubur yang tersangkut di screen banyak maka
kerja motor akan berat dan overload, maka motor penggerak screen akan trip.
30
Air laut yang sudah melewati screen dan bersih tersebut juga disalurkan
menggunakan Circulation Water Pump (CWP) ke tube-tube pada condenser
untuk mendinginkan uap dari Low Pressure Turbine (LP).
31
NaOCl
Hydrogen
Separator
Self
Screen
+
Transformer /
Rectrifier
Sea Water
Intake
Manual
Screen
Sodium Hypochlorite
Generator
32
Klorin yang dihasilkan dari plant ini, dihasilkan dari proses elektrolisis
air laut tanpa mengguankan bahan kimia lain. Berikut adalah reaksi kimianya:
Reaksi Anoda
2Cl- Cl2 +2e-
Reaksi Katoda
2Na+ + 2H2O + 2e- 2NaOH + H2
Total Reaksi
NaCl + H2O + 2F NaClO + H2
Air yang sudah diberi klorin akan bebas dari organisme-organisme hewan
laut dan menuju proses desalination guna untuk menghilangkan kadar garam
pada air laut dan mengubah air laut tersebut menjadi air tawar.
33
34
Setelah dari clarifier, air akan terpisah dari lumpur-kotoran (sludge) dan
akan mengalir ke supernatant basin untuk ditampung.
Kemudian, dari supernatant basin air laut akan masuk ke dual media filter,
dan akan terjadi penyaringan. Lalu, air akan masuk ke dalam suatu membran
semi-permeabel dengan diameter pori-pori sekitar 0.001 micron (m) dengan
tekanan tinggi menggunakan pompa bertekanan tinggi atau high pressure
pump.
35
36
37
Air bersih yang sudah bebas dari zat pengotor, garam, mineral, dan
muatan dari proses penyaringan, pemberian klorin, desalinasi, dan
demineralisasi kemudian di simpan dalam sebuah tank yang menampung air
bersih tersebut (make up tank) yang siap untuk diteruskan ke boiler untuk
kemudian dipanaskan menjadi uap yang memutar turbin.
Make Up Water Tank ini dijaga isinya atau volumenya agar selalu
diatas 80 %.
Berikut merupakan standar kualitas air make up tank yang harus
terpenuhi :
Tabel 3.2 Standar Kualitas Air di Make Up Tank.
38
Pada plant ini, terdapat retention basin sebagai tempat penampung air
limbah dari boiler. Air tersebut diteruskan ke pH Adjusment Tank sehinga
level pH air limbah memenuhi standar lingkungan. Kemudian air limbah
tersebut mengalami proses sedimentasi pada clarier sehingga zat padat pada
air limbah mengendap.
39
Zat padat hasil endapan dipompa menuju sludge dewatering oleh pompa
screw hingga menghasilkan tanah lumpur kering. Air yang telah bersih dari
endapan diteruskan ke neutralization tank. Di dalam neutralization tank, air
tersebut diberi H2SO4 agar pH menjadi tujuh (pH netral).
Dalam proses produksi pada PLTU Tanjung Jati B, uap merupakan fluida
kerja yang berfungsi untuk menggerakkan turbin uap, siklus uap dan air adalah
siklus yang tertutup, air akan menjadi uap dan menjadi air kembali begitu
40
seterusnya, ada sedikit air yang hilang dalam siklus ini dan akan di tambahkan
oleh Make Up Water.
Sebelum menjadi uap, air yang berasal dari Make Up Water Tank yang di
pompakan ke condensate strorage tank lalu ke condenser. Air demin hasil
kondensasi yang ada di hotwell condensor akan dipompakan oleh pompa CEP
(Condensate extraction pump) menuju ke deaerator. Sebelum masuk ke
deaerator air akan melewati LP heater. LP heater berfungsi untuk pemanas
mula sebelum masuk ke deaerator. Deaerator berfungsi untuk mengurangi
kadar oksigen dan gas-gas yang terkandung dalam air hingga pada level
serendah-rendahnya sehingga seolah-olah tidak ada lagi, fungsinya untuk
mencegah korosi pada pipa-pipa air dalam boiler.
Setelah dari deaerator air akan adan dipompakan oleh boiler feed pump
(BFP) melewati HP Heater untuk pemanas lanjut, HP Heater sendiri berasal
dari panas uap extraction dari HP Turbin, air di panaskan terlebih dahulu pada
heater tujuannya adalah untuk mencegah thermal shock dari perbedaan panas
yang terlalu tinggi, setelah dari HP Heater air akan masuk ke dalam pipa
economizer setelah dari economizer air akan masuk ke steam drum untuk
dipisahkan antara uap air dan air.
41
Uap air dari steam drum akan masuk pada pipa primary superheater, yang
sebelumnya uap masih mengandung air atau uap air setelah keluar dari primary
superheater uap yang keluar sudah menjadi uap kering, setelah dari primary
superheater uap uap kering tersebut akan dipanaskan kembali ke secondary
superheater hingga mencapai suhu sekitar 541C dan bertekanan sekitar 174,2
barg.
42
Uap tersebut akan masuk ke High Pressure Turbine (HP Turbine) dan
memutar sudu-sudu turbin, uap keluaran dari HP Turbine mempunyai suhu
sekitar 335C dan bertekanan sekitar 36 barg akan masuk kembali ke boiler
dan dipanaskan kembali oleh pipa reheater hingga mencapai suhu sekitar
539C dan bertekanan sekitar 37,9 barg.
43
Siklus tersebut akan berputar menjadi siklus tertutup atau siklus close loop.
3.2.5 Siklus Udara Pembakaran
Dalam proses pembakaran pada boiler perlu adanya 3 unsur penting, atau yang
sering disebut segitiga api, antara lain :
1.
2.
Udara (Oxygen)
3.
Panas (Heat)
Ketiga hal tersebut harus dalam jumlah yang tepat untuk menghasilan
pembakaran yang optimal.
44
Salah satu unsur penting dalam reaksi pembakaran adalah oksigen. Oksigen
yang dibutuhkan diperoleh dari udara. Udara yang dibutuhkan pada PLTU
untuk pembakaran dinamakan sistem udara pembakaran. Fungsi dari sistem
udara pembakaran adalah untuk menyediakan udara yang cukup untuk
kebutuhan proses pembakaran bahan bakar didalam ruang bakar (Boiler).
Udara yang digunakan untuk proses pembakaran ada dua yaitu udara primer
dan udara sekunder.
Udara primer dihisap oleh Primary Air Fans (PA Fans). Primary Air Fans
(PA Fans) berfungsi untuk menghasilkan udara yang diperlukan untuk
mendorong serbuk batubara dari pulverizer ke ruang bakar (Boiler).
Sebelum masuk ke Primary Air Fan (PA Fan) udara terlebih melalui filter
udara. Udara ini kemudian dipanaskan pada oleh Air Heater (AH) yang
panasnya berasal dari flue gas atau gas buang dari boiler setelah pipa
economizer. Suhu sebelum masuk AH sekitar 40C dan setelah melewati AH
sekitar 328C.
45
Udara PA Fan selain ada yang melewati AH ada juga yang di by pass tidak
melewati AH tujuannya adalah adalah agar suhu yang masuk ke pulverizer akan
terjaga pada suhu tertentu dari campuran udara panas dan dingin.
Udara panas dan dingin tersebut akan bercampur masuk ke pulverizer, suhu
udara yang masuk sekitar 259C, udara tersebut akan bercampur bersama
batubara, suhu udara keluaran pada pulverizer sekitar 70C dan selanjutnya
masuk ke dalam furnance.
Udara yang masuk ke dalam furnance tidak hanya berasal dari PA Fan yang
masuk bersama batubara, tetapi juga ada udara yang berasal dari Forced Draft
Fan (FD Fan), udara dari FD Fan yang sebelumnya di filter terlebih dahulu
akan masuk ke dalam Steam Coil Air Heater (SCAH) untuk dipanaskan yang
panasnya berasal dari uap dari auxiliary steam, steam extraction dari HP
Turbine, udara bersuhu sekitar 130C udara tersebut lalu dipanaskan lagi pada
Air Heater yang suhu keluarannya mencapai sekitar 337C dan akan langsung
masuk ke dalam furnance.
46
Boiler sendiri harus dijaga kevakumannya dengan cara menyedot udara gas
buang dengan menggunakan Inducted Draft Fan (ID Fan), kevacumannya
dijaga sekitar 0,2mbarg.
Gas buang atau Flue Gas tersebut akan masuk ke Air Heater (AH) untuk
memanaskan udara pada PA Fan dan FD Fan tadi dan akan masuk ke dalam
Electrostatic Percipitator (ESP) yang akan menangkap debu (fly ash) yang
terbang bersama flue gas hasil pembakaran.
3.2.6 Siklus Penanganan Debu Sisa Pembakaran (Ash Handling)
Debu batubara sendiri dibedakan menjadi dua, yaitu Bottom Ash dan Fly
Ash, yang keduanya merupakan debu dari sisa pembakaran batubara.
3.2.6.1 Bottom Ash Handling
Abu sisa pembakaran atau abu dasar (bottom ash) harus melewati beberapa
proses terlebih dahulu sebelum dikeluarkan atau dibuang. Proses pertama yang
harus dilakukan yaitu abu sisa dari hasil pembakaran harus melewati proses
penyaringan terlebih dahulu.
47
Gambar 3.43 Tempat Penampungan Sementara Abu Dasar (Bottom Ash Bunker).
Abu hasil sisa pembakaran atau abu dasar (bottom ash) secara alami tidak ikut
terbawa menuju gas buang melainkan menuju ke bottom ash hopper karena
gaya grafitasi. Setelah melewati proses penyaringan kemudian abu masuk pada
proses penghalusan dengan menggunakan vibrating screen dan crusher. Dari
proses penghalusan selanjutnya abu dimasukkan pada ash hopper atau area
penimbunan menggunakan alat Scrubbed Chain Conveyor. Kemudian dari
bottom ash hopper abu dibawa menuju ash yard dengan menggunakan truk.
3.2.6.2 Fly Ash Handling
Abu terbang (fly ash) berasal dari gas buang (flue gas) dalam ruang bakar
yang mengandung partikel-partikel abu. Penanganan dilakukan dengan cara
menangkap dan mengumpulkan abu dengan Electrostatic Percipitator (ESP).
48
Proses yang terjadi pada ESP adalah gas buang yang mengandung partikel
abu akan melewati suatu ruang yang di dalamnya terdapat pelat-pelat yang
berfungsi untuk menangkap partikel abu. Pelat tersebut dialiri listrik searah
(DC) yang berasal dari Transformator Step Up yang kemudian di searahkan
dengan tegangan input satu fase 380VAC dengan tegangan keluaran maksimal
75.000VDC arus maksimal 1.500mA.
Partikelpartikel abu dari boiler/ruang bakar (furnace) yang belum
bermuatan, akan diberi muatan negatif (-) oleh electroda dan ditangkap oleh
Collecting Plate yang diberikan muatan positif (+), muatan negatif dan positif
akan saling tarik menarik, begitu juga debu yang bermuatan negative akan
menempel pada collecting plate yang bermuatan positif, debu yang sudah
menempel akan di jatuhkan oleh rapper dan jatuh ke Ash Hopper, dan jika
ESP Hopper sudah penuh akan di transfer ke fly ash silo dengan
menyemprotkan udara dalam pipa bersama fly ash, dan fly ash yang terdapat di
fly ash silo akan di buang menggunakan truck.
49
50
51
Pada sistem Flue Gas Desulfurization (FGD) memiliki dua ruang absorber.
Fungsi dari sistem absorber adalah untuk menghilangkan sulfur dioksida
dalam gas buang melalui proses penyerapan yang disemprotkan berlawanan
arah. Penyerapan dapat dicapai bila terjadi kontak antara limestone slurry dan
gas buang didalam ruang absorber. Dengan menyemprotkan limestone slurry
ke gas buang, sulfur dioksida diubah menjadi hidrat kalsium sulfit dan kalsium
sulfat.
52
Gas buang dari boiler mengalir melalui saluran yang dinamakan absorber
inlet duct. Selanjutnya dari saluran absorber inlet duct disalurkan menuju ke
ruang absorber. Gas buang yang telah diabsorpsi keluar melalui outlet gas
buang dan akan menuju ke stack.
Penyerapan sulfur dioksida yang terjadi disebabkan oleh proses penyerapan
yang dilakukan dengan penyemprotan yang berlawanan arah yang terjadi
dalam absorber. Dengan menyemprotkan limestone slurry ke gas buang, maka
sulfur dioksida dikonversikan menjadi hidrat kalsium sulfit (CaSO3. H2O)
dan calsium sulfat (CaSO4.2H2O).
Setelah gas buang memasuki absorber, gas mengalami proses pendinginan
hingga saturasi oleh cairan slurry (bubur kapur) yang disemprotkan dari atas,
proses ini dapat menjamin optimalnya kontak liquid dengan gas. Aliran gas
buang berlawanan arah dengan aliran slurry yang disemprotkan kebawah untuk
proses penyerapan sulfur dioksida.
53
Secara terus menerus Sulfur dioksida akan dihilangkan dari gas buang,
sehingga membentuk hasil reaksi yang menyebabkan level cairan pada
absorber reaction tank meningkat. Level cairan ini dikontrol dengan cara
menyalurkan slurry yang diresirkulasikan menuju ke dewatering system
menggunakan skema blowdown kontinu.
54
abrsorber untuk membersihkan mist eliminat. Selain itu air laut juga digunakan
untuk membilas atau membersihkan reagent preparation area.
Didalam sistem FGD terdapat dua seawater vertical sump pump dimana 1
beroperasi dan 1 sebagai cadangan. Seawater vertical sump pump digunakan
untuk mensirkulasikan air ke sistem FGD termasuk ke reagent preparation
area, ke process water tank, dan ke mist eliminator wash water tank.
3.2
55
Sistem transmisi pada PLTU Tanjung Jati B menggunakan Over Head Line
(OHL) memiliki dua jalur dan dua tegangan yang berbeda yang pertama
tegangan transmisi 500kV tujuannya ke Area Pengatur Beban (APB) di
Ungaran.
BAB IV
DASAR TEORI
.
120
56
57
58
59
Gambar 4.1 Kurva tegangan terminal (VT) dan daya reaktif (Q).
BAB V
PEMBAHASAN
Tinjauan Pustaka
Peningkatan kebutuhan energi listrik mendorong peningkatan penyediaan
pembangkitan energi listrik yang memadai. Generator adalah salah satu
peralatan utama dalam suatu pembangkit tenaga listrik,
Jurnal ELTEK, Vol 11 No 02,Oktober 2013 ISSN 1693-4024
baik pada pembangkit listrik tenaga air, pembangkit listrik tenaga gas,
pembangkit listrik tenaga uap, dan pembangkit listrik tenaga diesel.
Pembebanan sistem interkoneksi selalu berubah-ubah setiap saat, sehingga
unit-unit generator pada masing-masing pembangkit yang berkontribusi pada
sistem interkoneksi harus selalu siap menghadapi berbagai kondisi sistem
(Weedy, et.al., 1988: 77).
Perubahan beban itu menyebabkan fluktuasi perubahan tegangan keluaran
generator. Tegangan keluaran generator yang berubah-ubah tersebut dapat
diatur oleh eksitasi. Eksitasi disini berperan penting terhadap perubahan
tegangan yang akan dikeluarkan oleh generator.
Deskripsi Pelaksanaan Pelatihan Kerja Pada Industri
Pelatihan Kerja Pada Industri (PKPI) di PT. TJB Power Services PLTU
Tanjung Jati B selama hampir satu bulan bertujuan agar mahasiswa dapat
memahami proses pembangkitan atau produksi listrik secara umum yang
61
62
terdapat pada PLTU Tanjung Jati B. Kemudian mahasiswa berfokus pada satu
bagian sistem yang akan dibahas secara lebih lanjut atau lebih mendalam untuk
dijadikan objek penulisan.
Pada awalnya mahasiswa diberikan penjelasan oleh beberapa mentor secara
bertahap tentang proses pembangkitan di PLTU yang berupa siklus-siklus,
meliputi siklus bahan bakar, yang terdiri dari bahan bakar untuk start-up
hingga bahan bakar utama yaitu batu bara, siklus air laut hingga sampai bisa
digunakan untuk air pada boiler yang disebut water treatment plant (WTP),
siklus air limbah atau waste water treatment plant (WWTP), siklus uap, yang
awalnya air yang dipanaskan hingga menjadi uap yang digunakan untuk
memutar turbin, siklus udara pembakaran, siklus penangan abu sisa
pembakaran atau ash handling yang berupa bottom ash handling dan fly ash
handling dengan menggunakan electrostatic percipitator (ESP), siklus
penanganan gas buang atau flue-gas handling yang menggunakan flue-gas
desulpurization (FGD) hingga system transmisi penggunaan sendiri dan
system transmisi overhead line (OHL) 500kV. Kemudian mahasiswa diajak
berkeliling lapangan atau plant oleh mentor untuk melihat kondisi lapangan
secara langsung untuk lebih mengenal komponen-komponen dari PLTU
Tanjung Jati B. Selain itu mahasiswa juga belajar dari literatur-literatur yang
ada tentang PLTU Tanjung Jati B.
Proses penulisan laporan dibimbing dan diarahkan oleh mentor. Data yang
dibutuhkan oleh mahasiswa sebagai laporan penulisan magang dapat diambil
di ruangan training room yang terdapat di central control room (CCR) yang
63
64
Generator
Generator yang dipakai di PLTU Tanjung Jati B adalah generator sinkron
tiga fasa, yang memiliki daya maksimal 802MVA.
65
66
5.4.3 Rotor
Rotor adalah bagian yang berputar, tegangan DC yang disalurkan oleh
thyristor rectifier lewat carbon brush dan slip ring hingga kumparan rotor
menghasilkan medan magnet, rotor di putar sehingga terjadi perpotongan
fluks medan magnet dengan kumparan pada stator, terjadilah GGL dan
kumparan stator menghasilkan listrik.
Kumparan stator yang telah dialirkan tegangan eksitasi terlihat pada gambar
dibawah :
67
Kumparan positif menjadi medan selatan (S) dan kumparan sisi negatif
menjadi medan utara (N).
5.4.4 Stator
Stator berfungsi sebagai kumparan yang menghasilkan listrik saat terpotong
medan magnet dari rotor. Stator terdiri dari inti stator atau stator core dan
kumparan stator atau stator coil.
68
:
=
120
= ()
=
120 = 3
= ()
Maka :
=
12050
2
= 3000
5.4.5 Sistem Cooling Generator
Pendinginan rotor dan inti stator dilakukan dengan sirkulasi gas hidrogen
melalui konduktor rotor, melalui bagian gas antara rongga rotor dan stator dan
melalui sudut pendingin yang dipasang. Pendingin gas hidrogen diposisikan di
4 sudut rangka stator. Gas tersebut beredar di generator melalui kipas aksial
yang dipasang di setiap ujung rotor.
69
Gas yang masuk dan yang keluar ke generator melewati bagian bawah
generator. Tekanan gas pada generator 440kPa, kemurnian gas pada generator
pada saat operasi harus 98% atau lebih, minimal kemurnian adalah maksimal
92%, gas yang dibutuhkan dalam satu hari adalah 21m per hari.
70
Air yang mengalir untuk mendinginkan stator yaitu melewati bagian inti
dari penghantar stator.
71
72
73
74
75
Jenis Proteksi yang digunakan untuk generator adalah seperti table dibawah ini :
Tabel 5.1 Proteksi Generator (ANSI)
Kode
87G
78G
81G
32G
40G
6FL
24VF
81GL
46G
21G
59N
27TN
Fungsi Proteksi
Differensial Protective Relay
Phase-Angle Measuring Relay
Frekuensi Relay
Directional Power Relay
Field Relay
Starting Circuit Breaker
Temperature Control Device
Frequency Relay
Reverse Phase Or Phase Balance Current Relay
Distance Relay
Over Voltage Relay
Under Voltage Relay
2H
64F
Semua proteksi pada generator dimonitoring dalam satu alat M-3425A dari
Backwith Electric USA, seperti gambar dibawah ini :
76
Trafo Eksitasi
Trafo eksitasi pada PLTU Tanjung Jati B merupakan transformator 3 phasa
yang tehubung bintang-segitiga, yaitu hubung bintang pada sisi primer dan
hubung segitiga pada sisi sekunder. Trafo eksitasi ini mengambil daya dari sisi
tegangan 22,8kV lalu di turunkan menjadi 890V berdaya 6,9MVA. Yang
outputnya akan digunakan untuk system eksitasi untuk disearahkan lewat
thyristor rectifier.
77
Sistem penyearah pada PLTU Tanjung Jati B berada dalam satu kesatuan
yang dinamakan Thryristor Rectifier Cubicle.
78
No.
Jenis
Spesifikasi
Rating Thyristor
Standar
IEC
Sistem Eksitasi
Tegangan Setting
Akurasi Tegangan
<0,5%
79
80
81
82
Posisi GMCB berada diantara generator dan sisi primer dari Generator
Transformator (GT), GMCB bekerja (close) ketika tegangan pada sisi
generator yang dibaca pada VT (Voltage Generator) dengan tegangan transmisi
pada sisi primer GT (Generator Transformator) yang dibaca oleh VTSA
(Voltage Transformator Surge Arester) telah sama yaitu pada tegangan
22,8kV.
Gambar 5.29 Rangkaian dan Bagian Generator Main Circuit Breaker (GMCB).
83
HEC 7
General :
Rated maximum voltage
kV rms
30
Rated Frequency
Hz
50/60
kA
24/22
kV rms
80
kV rms
88
kV peak
150
kV peak
165
kA peak
600
kA, 1 s
220
kA peak
440
kA rms
160
ms
56
kA peak
600
kA, 1 s
220
Operating time
contacts
across isolating distance of disconnector
Rated lighning impulse withstand voltage
To earth and across circuit-breaker/switch
contacts
across isolating distance of disconector
Circuit-breaker :
Disconnector :
Earting Switching :
Rated peak withstand current
kA peak
440
kA, 1 s
160
Operating time
84
Proses Eksitasi
Generator pada suatu pembangkit tenaga listrik mempunyai perbedaan jenis
dan cara kerjanya, salah satunya adalah generator sinkron dengan penguatan
luar. Pada jenis generator ini sistem eksitasi berperan sangat penting, penyebab
pentingnya sistem eksitasi, diantaranya :
Tanpa adanya eksitasi maka generator tidak akan bisa menghasilkan
listrik.
Eksitasi juga berperan penting dalam kestabilan daya listrik yang
dibangkitkan oleh generator.
Pengaturan eksitasi berperan dalam penentuan faktor daya generator,
apakah lagging atau leading dan berhubungan dengan MVAR generator.
Pada proses proses startup generator untuk membangkitkan listrik,
generator diputar hingga mencapai kecepatan 90% dari kecepatan nominal
3000 rpm, pada saat ini stator generator tidak mempunyai medan magnet, arus
eksitasi diambil jaringan transmisi 500kV melalui generator transformator
(GT) dan di-stepdown menjadi 22,8kV lalu pada transformator eksitasi
tegangan 22,8kV di-stepdown lagi menjadi 890V kemudian masuk ke thyristor
rectifier untuk disearahkan menjadi arus DC, tegangan yang akan disalurkan
pada stator diatur oleh automatic voltage regulator (AVR), yaitu pada
kecepatan 2700rpm Field Circuit Breaker (FCB) akan Close dan teganagn
eksitasi dapat disalurkan pada rotor lewat carbon brush dan slip ring sehingga
rotor pada generator menimbulkan medan magnet., dan generator dapat
menghasilkan tegangan listrik.
85
86
Kurva Capability
Capability Curve menunjukan batas kemampuan generator.
BAB VI
PENUTUP
6.1
Kesimpulan
Dari hasil melaksanakan Praktek Kerja Pada Industri di PT. TJB Power
Services PLTU Tanjung Jati B Unit 1 dan 2, sangat memberikan banyak
manfaat bagi penulis dan terkait dari tujuan penulis dapat menyimpulkan,
diantaranya sebagai berikut :
1.
2.
3.
Semua pengaturan dari sitem pembangkitan diatur pada satu ruangan yang
terintegrasi yang dinamakan Central Control Room (CCR).
4.
5.
85
86
6.
Perawatan yang rutin pada generator dan sistem eksitasi sangatlah penting
agar kehandalan sistem dalam menyalurkan listrik tetap terjaga.
7.
8.
9.
Saran
Untuk menjaga kestabilan pembangkit dalam keadaan mantap atau steady
state, tidak hanya komponen seperti generator dan sistem eksitasi saja, tetapi
semua sistem pembangkitan, untuk menghindari kerusakan sistem yang tidak
diduga dan dapat menyebabkan sistem pembangkit tidak stabil atau unit
pembangkit dapat mengalami derating atau penurunan kapastas daya yang
dapat dihasilkan, maka dilakukan maintenance dan pengecekan secara berkala,
atau Preventative Maintenance (PM), PT. TJB Power Services sudah
melakukan hal tersebut dengan sangat baik.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad, S. (1983). Sistem Eksitasi, Divisi Pemeliharaan PLTU Gresik. Gresik.
Klempner, Geoff & Kerszenbaum, & Isidor. (2004). Operation And Maintenance
Of Large Turbo-Generator. New York: John Wiley & Sons Inc.
Weedy, B., & Corry, B. (1998). Electric Power System. Chichester, England: John
& Sons Ltd.
LAMPIRAN