Anda di halaman 1dari 51

TESIS

PENGARUH PERAN PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI

AIR (P3A) TERHADAP KINERJA JARINGAN IRIGASI PADA

DAERAH IRIGASI BISSUA KABUPATEN GOWA

Program Studi Magister Teknik Sipil

SITI MAIZARAH CINDY

0011.09.17.2019

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan

Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan tesis yang berjudul “Kajian Kinerja Perkumpulan Petani

Pemakai Air Dalam Pengelolaan Jaringan Irigasi Pada Daerah Irigasi

Bissua Kabupaten Gowa”. Tugas Akhir disusun sebagai salah satu

persyaratan yang harus dipenuhi dalam rangka menyelesaikan studi strata

dua Magister Teknik Sipil pada Program Pascasarjana Universitas Muslim

Indonesia.

Dalam penyusunan Tugas Akhir (Tesis) ini penulis memperoleh

banyak dukungan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak sehingga

tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada

kesempatan dengan segala ketulusan hati penulis mengucapkan terima

kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Ratna Musa, MT. selaku ketua Program Studi Magister

Teknik Sipil Universitas Muslim Indonesia serta selaku Anggota

Pembimbing atas arahan, bimbingan dan waktu yang telah diluangkan

kepada penulis selama penyusunan tesis ini.

2. Bapak Dr. Ir. H. Hanafi Ashad, MT selaku Ketua Pembimbing yang

telah mengarahkan, membimbing dan meluangkan banyak waktu

kepada penulis selama penyusunan tesis ini.


3. Seluruh Dosen dan Staf Pegawai Program Pascasarjana Universitas

Muslim Indonesia yang telah banyak memotifasi serta mendidik dan

melayani kami selama menempuh pendidikan Magister Teknik Sipil.

4. Kepada orang tua serta keluarga besar penulis yang senantiasa

mendoakan dan memberi dukungan selama mengikuti pendidikan

hingga selesai.

5. Sahabat dan rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Pascasarjana

Magister Teknik Sipil khusunya Angkatan XVII yang senantiasa saling

mendukung satu sama lain selama menempuh perkuliahan sampai

menyelesaikan tugas akhir ini.

6. Serta seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan masukan

hingga tugas akhir ini bisa terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kata sempurna.

Untuk itu penulis mengharapkan koreksi dan saran atas kekuangan dari

tulisan ini. Akhir kata semoga semua bantuan dan dan amal baik tersebut

mendapat limpahan berkah dari Allah SWT. Amin.

Makassar, Desember 2021

Penulis,

Siti Maizarah Cindy


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR...................................................................................vii

DAFTAR TABEL......................................................................................viii

BAB I............................................................................................................1

PENDAHULUAN..........................................................................................1

1.1. Latar Belakang...............................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.........................................................................2

1.3. Tujuan Penelitian...........................................................................3

1.4. Batasan Masalah...........................................................................3

1.5. Manfaat Penelitian.........................................................................4

1.6. Sistematika Penulisan...................................................................4

BAB II...........................................................................................................6

TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................6

2.1. Tinjauan Teori................................................................................6

2.1.1. Pengertian Kajian.......................................................................6

2.1.2. Pengertian Kinerja.....................................................................6


2.1.3. Perkumpulan Petani Pemakai Air..............................................7

2.1.4. Jaringan Irigasi Tersier..............................................................9

2.2. Pengelolaan Jaringan Irigasi.......................................................10

2.2.1. Operasi Jaringan Irigasi...........................................................12

2.2.2. Pemeliharaan Jaringan Irigasi.................................................13

2.2.3. Rehabilitasi Jaringan Irigasi.....................................................15

2.3. Lembaga Pengelolaan Irigasi......................................................15

2.4. Landasan Hukum Pengelolaan Irigasi dan P3A..........................16

2.5. Analisis SWOT.............................................................................17

2.6. Hipotesis......................................................................................18

2.7. Penelitian Terdahulu....................................................................19

2.8. Kerangka Pemikiran....................................................................22

BAB III........................................................................................................23

METODE PENELITIAN.............................................................................23

3.1. Lokasi Penelitian.........................................................................23

3.2. Waktu Penelitian..........................................................................24

3.3. Penentuan Sampel......................................................................24

3.3.1. Populasi...................................................................................24

3.3.2. Sampel.....................................................................................27

3.4. Metode Penelitian........................................................................27


3.4.1. Jenis dan Sumber Data...........................................................27

3.4.2. Variabel Penelitian...................................................................28

3.5. Analisis Data................................................................................28

3.6. Bagan Alir Penelitian...................................................................30

3.7. Jadwal Penelitian.........................................................................31

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................32
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Organisasi P3A..........................................................9

Gambar 2.2. Peraturan Perundangan Pengelolaan Irigasi dan P3A.........18

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran...............................................................23

Gambar 3.1 Peta Daerah Irigasi Bissua....................................................24

Gambar 3.2 Skema Jaringan Irigasi Bissua Kabupaten Gowa.................25

Gambar 3.3 Bagan Alir Penelitian..............................................................31

Gambar 3.4 Jadwal Penelitian...................................................................32


DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Daerah Irigasi Bissua 27

Tabel 3.2 Nilai dan Jawaban pada Kuesioner...........................................29

Tabel 3.3 Tingkat Kinerja dari Jumlah Nilai pada Kuesioner.....................29


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyediaan air irigasi menjadi salah satu kunci yang mendukung

peningkatan produksi pangan. Pengelolaan jaringan irigasi merupakan

suatu kegiatan yang harus dilaksanakan sebaik-bainya untuk menunjang

usaha-usaha sektor pertanian dalam rangka mewujudkan kesejahteraan

masyarakat, pengelolaan jaringan irigasi yang tidak optimal dapat

mengakibatkan penurunan kondisi dan fungsi jaringan irigasi yang dapat

membuat jaringan irigasi tidak dapat berfungsi dan memberikan

pelayanan sebagaimana mestinya. Terjaminnya penyediaan air irigasi

bisa diupayakan melalui peran perkumpulan petani pemakai air (P3A).

Perkumpulan Petani Pemakai Air yang selanjutnya disingkat P3A

adalah kelembagaan pengelolaan irigasi yang menjadi wadah petani

pamakai air dalam suatu daerah pelayanan irigasi yang di bentuk oleh

petani pemakai air sendiri secara demokratis. P3A mengelola atau

memelihara jaringan irigasi tersier dan mencari solusi secara lebih

mandiri terhadap persoalan-persoalan menyangkut air irigasi yang

muncul ditingkat usaha tani.

Kebijakan pemerintah tentang pengelolaan sistem irigasi ditingkat

pertanian telah ditetapkan dalam 2 landasan hukum yaitu UU No 7 Tahun

1
2004 tentang Sumber Daya Air dan Peraturan Pemerintah No 20 Tahun

2006 Tentang Irigasi. Pada ke 2 landasan hukum tersebut, ditekankan

bahwa “pengembangan sistem irigasi tersier menjadi hak dan tanggung

jawab perkumpulan petani pemakai air”. Artinya, segala tanggung jawab

pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi ditingkat tersier menjadi

tanggung jawab perkumpulan petani pemakai air (P3A). Namun

kenyataanya P3A dalam mengelola jaringan irigasi tersier belum

maksimal hal ini ditandai dengan banyaknya kerusakan pada bangunan

fisik jaringan sehingga penyerapan dan pembagian air tidak maksimal,

sehingga kekurangan suplai air terkadang dialami petani didaerah

tersebut.

Menurut Fagi dkk dalam Asmawati (2009) bahwa kinerja

pengelolaan irigasi pada level usahatani masih jauh dari optimal, bahkan

cenderung masih boros, sementara itu kehilangan air yang terjadi

disaluran juga sulit ditekan. Kondisi ini merupakan salah satu penyebab

utama rendahnya realisasi areal tanam dan panen padi yang bermuara

pada rendahnya perolehan produksi. Oleh karena itu, diperlukan alokasi

sumber daya air (irigasi) pada lahan sawah terkait. Hal ini senada dengan

hasil penelitian Septana dkk (2001) menyatakan bahwa sistem jaringan

irigasi salah satu simpul kritis dalam pengelolaan air irigasi.

Pemerintah mendorong terwujudnya P3A untuk melaksanakan

fungsi-fungsi berikut: (a) sebagai pengelola air yang mengatur pembagian

dan penggunaan air untuk kepentingan usaha tani; dan (b) untuk

2
memelihara saluran irigasi lokal yang dibangun oleh pihak pemerintah

(Rachman,2009). P3A diharapkan dapat memberikan kontribusi yang

besar bagi keberhasilan kinerja jaringan irigasi ditingkat tersier.

Karena hal tersebut penulis tertarik mengangkat judul Pengaruh

Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Terhadap Kinerja Jaringan Irigasi

Tersier Daerah Irigasi Bissua Kabupaten gowa, untuk menilai apakah

P3A telah menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagaimana

mestinya.

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan yang perlu di kaji

lebih detail adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh perkumpulan petani pemakai air (P3A) dalam

mengelola jaringan irigasi tersier daerah irigasi (DI) Bissua Kabupaten

Gowa?

2. Bagaimana kinerja jaringan irigasi tersier (DI) Bissua Kabupaten

Gowa

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

a. Mengetahui pengaruh P3A terhadap kinerja jaringan irigasi tersier DI

Bissua Kabupaten Gowa.

3
b. Mengetahui kinerja jaringan irigasi tersier DI Bissua Kabupaten

Gowa

1.4. Batasan Masalah

Untuk mencapai sasaran yang diharapkan dan penelitian ini dapat

berjalan dengan efektif maka perlu diadakan pembatasan permasalahan,

yaitu sebagai berikut:

1. Kajian kinerja dilakukan pada Perkumpulan Petani Pemakai Air dalam

mengelola jaringan irigasi tersier, yang terletak di Daerah Irigasi

Bissua Kabupaten Gowa.

2. Kajian kinerja Perkumpulan Petani Pemakai Air dalam mengelola

jaringan irigasi hanya memperhatikan aspek kelembagaan, operasi,

pemeliharaan dan rehabilitasi.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari tugas akhir ini

adalah sebagai berikut:

1. Dapat memberikan informasi/masukan kepada perkumpulan petani

pemakai air (P3A) dalam mengelola jaringan irigasi daerah irigasi

(DI) Bissua Kabupaten Gowa.

2. Membantu meningkatkan kinerja P3A sehingga pengelolaan

jaringan irigasi daerah irigasi (DI) Bissua Kabupaten Gowa lebih

optimal.

4
3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti untuk penelitian selanjutnya

yang terkait.

1.6. Sistematika Penulisan

Tugas akhir ini disusun sesuai dengan pedoman penulisan tesis

Program Pascasarjana Universitas Muslim Indonesia dengan sistematika

penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi tentang latar belakang penelitian, rumusan

masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian,

dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini menguraikan tentang teori dan metode analisis

yang akan digunakan dalam penelitian ini yang diperoleh dari

berbagai literatur dan refrensi serta uraian penelitian terdahulu

yang relevan dengan penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang langkah-langkah dan metode pelaksanaan

penelitian dari lokasi dan waktu penelitian serta metode

pengumpulan dan analisis data yang akan digunakan pada

penelitian ini.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5
Bab ini berisi data-data yang telah diolah secara sistematis serta

hasil analisisnya sesuai dengan maksud dan tujuan dari

penelitian ini.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari

keseluruhan hasil penelitian serta saran sebagai bahan

pertimbangan untuk penelitian-penelitian berikutnya.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teori

2.1.1. Pengertian Kajian

Kajian berasal dari kata kaji yang berarti penyelidikan tentang

sesuatu. Apabila seseorang mengkaji sesuatu berarti seseorang tersebut

belajar/ mempelajari/ memeriksa/ menyelidiki akan suatu hal yang akan

menghasilkan suatu kajian (Kamus Besar Bahasa Indonesia) . Dalam

proses mengkaji juga bertujuan untuk menghasilkan solusi dari suatu isu

(Safira Andriani,2017).

2.1.2. Pengertian Kinerja

Kata kinerja merupakan singkatan dari kinetika energi kerja dalam

bahasa Inggris yakni performance, dan kerap diindonesiakan dengan kata

performa (Wirawan, 2009). Secara umum istilah kinerja digunakan untuk

menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok

individu. Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian

pelaksanaan suatu kegiatan atau program atau kebijakan dalam

mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang

dalam strategic planning suatu organisasi. Kinerja bisa diketahui hanya

jika individu atau kelompok individu tersebut mempunyai kriteria

7
keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa

tujuan-tujuan atau target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan

atau target, kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat

diketahui karena tidak ada tolok ukurnya (Mohamad Mahsun, 2006: 25).

Pengukuran kinerja adalah proses penilaian kemajuan pekerjaan

terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk

informasi atas: efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan

barang dan jasa; kualitas barang dan jasa (seberapa baik barang dan jasa

diserahkan kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh pelanggan

terpuaskan); hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang

diinginkan, dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan (Robertson,

2002 dalam Mohamad Mahsun, 2006: 25).

2.1.3. Perkumpulan Petani Pemakai Air

Yang di maksud dengan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)

adalah kelembagaan pengelola irigasi yang menjadi wadah petani

pemakai air, bersifat sosial ekonomi dan budaya yang berwawasan

lingkungan dan berasaskan gotong royong yang di bentuk oleh petani

pemakai air secara suka rela dan demokratis berdasarkan kesamaan

aspirasi, kehendak, kebutuhan, kepentingan, kegiatan dan tujuan untuk

berpartisipasi dalam pengembangan dan pengelolaan irigasi

(Rodhi,M.2014). Wilayah kerja perkumpulan petani pemakai air oleh P3A

didasarkan pada satu layanan irigasi dalam petak tersier dalam satu

8
daerah irigasi atau desa. Setiap daerah boleh mempunyai nama P3A

sendiri-sendiri sesuai dengan kesepakatan dan budaya masing-masing

daerah. Pengurus P3A terdiri dari:

1. Ketua

2. Wakil ketua

3. Sekretaris

4. Bendahara

5. Pelaksana teknis

6. Ketua blok-blok tersier.

Gambar 2.1 Struktur Organisasi P3A

Sumber : Modul Pembentukan dan Pemberdayaan P3A/GP3A/IP3A

Anggota dari perkumpulan petani pemakai air terdiri atas :

1. Pemilik tanah

2. Pemilik penggarap tanah

9
3. Pemilik kolam ikan yang mendapat air irigasi

4. Kepala desa dan perangkat desa lainnya yang memperoleh sawah

bengkok

5. Pemakai air irigasi lainnya.

Tujuan Perkumpulan Petani Pemakai Air yaitu :

1. Memberikan pelayanan kebutuhan petani terutama dalam memenuhi

kebutuhan air irigasi untuk usaha pertaniannya.

2. Menyelenggarakan pengembangan dan pengelolaan sistem jaringan

irigasi pada jaringan tersier/desa yang menjadi tanggung jawabnya.

3. Ikut berperan serta dalam pengembangan dan pengelolaan sistem

irigasi primer dan sekunder.

4. Membentuk unit usaha mandiri yang mampu menyediakan sarana

dan prasarana pertanian.

2.1.4. Jaringan Irigasi Tersier

Jaringan irigasi tersier adalah jaringan yang berfungsi sebagai

sebagai prasarana pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri

dari saluran tersier, saluran kuarter dan saluran pembuang, boks tersier,

boks kuarter, serta bangunan pelengkapnya. Saluran tersier adalah yang

membawa air dari bangunan sadap tersier di jaringan utama ke dalam

petak tersier lalu ke saluran kuarter. Saluran ini berakhir pada boks

kuarter yang terakhir. Saluran kuarter yaitu saluran yang membawa air

dari boks bagi kuarter melalui bangunan sadap tersier ke sawah-sawah

10
(Pakpahan Ferdianand,2018). Tujuan pembangunan jaringan irigasi pada

dasarnya dimaksudkan untuk memberikan tambahan air ke daerah

pertanian terutama selama periode kering (curah hujan tidak cukup),

mendukung sektor pertanian untuk mencapai produksi pangan yang

optimal (Suardi Natasaputra dkk, 2011).

Jaringan tersier merupakan wewenang petani, sedang jaringan

sekunder dan primer menjadi kewenangan pemerintah. Jaringan irigasi

tersier berada setelah jaringan irigasi sekunder dan primer (A Noor, 2015).

2.2. Pengelolaan Jaringan Irigasi

Pengelolaan jaringan irigasi adalah kegiatan yang meliputi operasi,

pemeliharaan dan rehabilitasi jaringan irigasi di daerah irigasi. Daerah

irigasi yang dimaksud yaitu kesatuan lahan yang mendapat air dari satu

jaringan irigasi. Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) bertanggungjawab

atas pengelolaan jaringan irigasi tersier. Namun demikian P3A dapat ikut

serta dalam pengelolaan jaringan irigasi primer dan sekunder sesuai

dengan kebutuhan dan kemampuannya dibidang kelembagaan, teknis

dan pembiayaan. Dalam hal ini apabila P3A masyarakat petani tidak

mampu melakukan rehabilitasi jaringan irigasi tersier yang menjadi

tanggungjawabnya, maka dapat diselenggarakan oleh Pemerintah

Provinsi, Pemerintah Kabupaten/kota, atau Pemerintah desa sesuai

dengan Peraturan Perundang-undangan.

11
Pengelolaan irigasi dilakukan oleh beberapa pihak yakni instansi

pemerintah, pemerintah daerah, P3A atau pihak lain yang kegiatannya

berkaitan dengan pengelolaan irigasi sesuai dengan kewenangannya

mulai dari perencanaan, pembangunan, operasi dan pemeliharaan,

rehabilitasi, peningkatan, dan pembiayaan jaringan irigasi. Petani pemakai

air dapat membentuk P3A sampai tingkat daerah irigasi sebagai lembaga

yang berwenang untuk mengatur pengelolaan daerah irigasi sebagai satu

kesatuan pengelolaan.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Nomor 30/PRT/M/2015 menjelaskan pengembangan dan pengelolaan

sistem irigasi diselenggarakan secara partisipatif masyarakat petani yang

tergabung dalam kelembagaan petani pemakai air . Masyarakat petani

dapat berpartisipasi mulai dari pemikiran awal, pengambilan keputusan,

sampai dengan pelaksanaan kegiatan pada tahap perencanaan,

pembangunan, peningkatan, operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi.

Kewenangan pengelolaan jaringan irigasi diatur dalam peraturan ini

adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten/kota

sesuai dengan kewenangannya bertanggung jawab dalam

pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi primer dan sekunder.

2. P3A mempunyai hak dan tanggung jawab dalam pengembangan dan

pengelolaan sistem irigasi tersier.

12
2.2.1. Operasi Jaringan Irigasi

Sesuai dengan ketentuan umum Peraturan Pemerintah No.20

Tahun 2006, tentang irigasi operasi jaringan irigasi adalah upaya

pengaturan air irigasi dan pembuangannya, termasuk kegiatan membuka

menutup pintu bangunan irigasi, menyusun rencana tata tanam,

menyusun sistem golongan, menyusun rencana pembagian air,

melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan data, memantau,

dan mengevaluasi. Dalam pengertian luas operasi jaringan irigasi adalah

kesatuan proses penyadapan air dari sumber air ke petak-petak sawah

serta pembuangan air yang berlebihan sehingga ;

1. Air yang tersedia digunakan dan dimanfaatkan secara efektif dan

efisien ;

2. Air yang tersedia dibagi secara adil dan merata ;

3. Air diberikan kepetak-petak sawah secara tepat sesuai dengan

kebutuhan pertumbuhan tanaman (tepat caranya, tepat waktunya

dan tepat jumlahnya) ;

4. Akibat-Akibat negatif yang mungkin ditimbulkan oleh air dapat

dihindarkan.

Jika ditinjau dari segi pertanian, maka operasi jaringan irigasi adalah

usaha pengaturan air sedemikian rupa agar petak-petak sawah terjadi

kombinasi yang tepat sehingga cocok untuk pertumbuhan tanaman yang

dapat menghasilkan produksi maksimal.

Kegiatan operasi meliputi ;

13
1. Pengumpulan data

2. Penyediaan air irigasi

3. Menyusun rencana tata tanam

4. Menyusun sistem golongan

5. Menyusun rencana pembagian air

6. Pemberian air irigasi

7. Membuka menutup pintu

8. Kalibrasi;

9. Monitoring dan avaluasi

Hampir semua kegiatan operasi jaringan irigasi tidak dapat

dilaksanakan dengan partisipasi P3A, kaitannya Permen PU No.

30/PRT/M/2007. Dalam kegiatan operasi jaringan irigasi P3A hanya dapat

berpartisipasi (memberi usulan) dalam menyusun rencana tata tanam,

menyusun sistem golongan, pemberian air irigasi, dan penyediaan air

irigasi.

2.2.2. Pemeliharaan Jaringan Irigasi

Sesuai dengan ketentuan umum Peraturan Pemerintah No.20

tahun 2006 tentang Irigasi, pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya

menjaga dan mengamankan jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi

dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan

mempertahankan kelestariannya. Kegiatan pemeliharaan meliputi

14
pengamanan/pencegahan, pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala dan

pemeliharaan darurat.

Jaringan irigasi dapat cepat rusak karena adanya hujan/air, sengatan

sinar dan panas matahari secara langsung, hewan/manusia, tanaman liar

atau karena rancangan dan konstruksi fasilitas dan jaringan yang kurang

baik, sehingga :

1.  Sinar matahari yang panas akan mengakibatkan keretakan yang

memudahkan badan saluran terkikis;

2.  Hujan lebat akan menekankan dan menerpa badan bangunan

sehingga mudah tergerus dan tererosi;

3. Air yang mengalir deras melebihi kecepatan rencana, akan mengikis

badan saluran sehingga proses penggerusan dan erosi akan terjadi

sangat mudah;

4. Keberadaan hewan yang dilepas secara liar di sekitar bangunan dan

fasilitas irigasi akan dapat merusak fasilitas tersebut apabila tidak

ditangani secara baik;

5. Bagian dari tanaman liar (daun, batang,akar) akan mengganggu

kelancaran pengaliran air;

6. Ukuran, letak, spesifikasi dan kualitas bangunan yang tidak tepat

akan berpengaruh negatif terhadap pemeliharaan jaringan;

7. Sementara itu, perbuatan manusia yang seringkali kurang sadar dan

kurang memahami pentingnya upaya pembagian air, dengan

15
sendirinya akan banyak berpengaruh terhadap tidak efektifnya fungsi

jaringan irigasi.

2.2.3. Rehabilitasi Jaringan Irigasi

Rehabilitasi jaringan irigasi adalah kegiatan perbaikan jaringan

irigasi guna mengembalikan fungsi dan pelayanan irigasi seperti semula.

Suatu jaringan irigasi meskipun dioperasikan dan dipelihara sebaik-

baiknya, pada suatu saat akan sampai pada batas masa pelayanannya.

Panjang atau pendeknya masa pelayanan suatu jaringan irigasi akan

tergantung kepada:

1. Keadaan sumber airnya;

2. Konstruksi bangunan (permanen, semi permanen atau sederhana);

3. Pelaksanaan O&P nya;

4. Keadaan alamnya (jenis tanah, kemiringan tanah, curah hujan,

tumbuh-tumbuhan, bencana alam dan sebagainya).

Diharapkan masa pelayanan dari suatu jaringan irigasi mencapai 25

tahun sampai 30 tahun setelah pembangunan dan atau biasanya

fungsi pelayanan jaringan irigasi turun kurang 60 %, sedangkan

kerusakan bangunan-bangunan dan saluran irigasi lebih dari 40 %.

2.3. Lembaga Pengelolaan Irigasi

Kelembagaan Pengelolaan Irigasi (KPI) terdiri dari kelembagaan

instansi pemerintah baik pemerintah pusat, pemerintah provinsi maupun

16
unsur pemerintah kabupaten/kota yang membidangi irigasi, kelembagaan

perkumpulan petani pemakai air, baik P3A, GP3A, maupun IP3A dan

kelembagaan komisi irigasi (Komir) baik komisi irigasi provinsi, komisi

irigasi antar provinsi, dan komisi irigasi kabupaten/kota. Maksud dan

tujuan dibentuknya kelembagaan pengelolaan irigasi ini adalah dalam

upaya mewujudkan tertib didalam pengelolaan jaringan irigasi yang telah

dibangun pemerintah.

2.4. Landasan Hukum Pengelolaan Irigasi dan P3A

Pengelolaan Irigasi selama ini dikelola berdasarkan undang-

undang, instruksi presiden dan peraturan menteri yang berkaitan sebagai

landasan hukum secara operasional dapat dilihat pada bagan peraturan

perundangan berikut :

Gambar 2.2. Peraturan Perundangan Pengelolaan Irigasi dan P3A


Sumber : Modul Pembentukan dan Pemberdayaan P3A/GP3A/IP3A

17
2.5. Analisis SWOT

Menurut Rangkuti (2001), analisis SWOT adalah suatu identifikasi

faktor strategis secara sistematis untuk merumuskan strategi. Analisis

SWOT adalah metode perencanaan strategi dengan analisis yang

mencangkup Strengths (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities

(peluang), Threats (ancaman) sebagai dasar evaluasi (Albert S

Humprey,1960). Dalam analisis SWOT terdapat dua faktor yaitu faktor

internal dan eksternal. Faktor internal artinya kita mendapatkan data-data

analisis dari bagian internal suatu organisasi, adapun yang masuk dalam

faktor internal yaitu :

1. Strengths (kekuatan) adalah komponen yang sekiranya dapat

memberikan keuntungan atau kelebihan

2. Weakness (kelemahan), dalam komponen ini menentukan

kelemahan yang dimiliki organisasi

Faktor eksternal biasanya memerlukan pihak luar, Adapun faktor eksternal

yaitu:

1. Opportunities (peluang,) dalam komponen ini kita bisa mengetahui

apa saja peluang- peluang yang dapat dimanfaatkan untuk membuat

organisasi/perusahaan berkembang.

2. Threats (ancaman), komponen ini berguna untuk mengentahui

ancaman apa saja yang mungkin akan dihadapi.

18
2.6. Hipotesis

1. Ada pengaruh kinerja perkumpulan petani pemakai air (P3A)

terhadap pengelolaan jaringan irigasi.

2. Ada hubungan aspek kelembagaan, operasi, pemeliharaan dan

rehabilitasi terhadap peningkatan kinerja perkumpulan petani

pemakai air (P3A) dalam mengelola jaringan irigasi tersier.

19
2.7. Penelitian Terdahulu

No Penulisan, Variabel
Judul Metode Analisa Hasil
. Tahun yang diteliti
Ahmad Kajian Kinerja SWOT,dan Kinerja OP jaringan irigasi di daerah irigasi Cokrobedog
Sofyan, 2012. Kinerja kelembagaan metode AHP yang paling baik dikelola oleh GP3A Makmur Sejahtera,
Operasi dan P3A dan di ikuti P3A Rukun Sejahtera dan P3A Rukun Makmur.
Pemeliharaan pemberdayaan Kinerja kelembagaan P3A dalam melaksanakan kegiatan
Jaringan kelembagaan OP jaringan irigasi cukup aktif, memperbaiki jaringan
Irigasi Studi P3A/GP3A irigasi bersifat spontanitas dan mempunyai semangat
Kasus bergotong royong yang tinggi, sehingga dapat mencegah
1.
Daerah menurunnya fungsi jaringan irigasi. Pemberdayaan
Irigasi kelembagaan P3A/GP3A berturut-turun difokuskan pada
Cokrobedog peningkatan OP irigasi, kualitas SDM dan keandalan
Provinsi jaringan irigasi, sehingga pelayanan air irigasi yang tepat
Daerah waktu, tepat jumlah dan tepat mutu dapat terjamin.
Istimewa
Yogyakarta
2. Ratna Strategi Metode yang Hasil penelitian ini berupa strategi mempertahankan
Herrawaty, Peningkatan digunakan kontrol masyarakat dalam pengelolaan jaringan irigasi
2010 Partisipasi adalah metode tersier dengan melakukan sosialisasi tata cara
dalam deskriptif berorganisasi dan mengembangkan kegiatan ekonomi
Pengelolaan kuantitatif produktif melalui HIPPA. Sedangkan dalam pengelolaan
Jaringan jaringan irigasi primer dan sekunder diperlukan strategi
Irigasi (Studi peningkatan partisipasi dengan melakukan pemberdayaan
Kasus dan pendampingan secara berkesinambungan serta
Daerah penyusunan pedoman teknis tentang tata cara
Irigasi berpartisipasi bagi semua pengelola jaringan irigasi.
Subontoro
Kabupaten
Mojokerto),
3. Yuri Gita Efektivitas Mengetahui Metode yang Terdapat 3 faktor yang berpengaruh signifikan terhadap
Putri, Peran minimum digunakan efektivitas peran P3A Banda Tangah yaituke pemimpinan
Yuerlita, Perkumpulan efektivitas dan adalah metode P3A, waktu pertemuan P3A dan tingkat penguasaan
deskriptif materi oleh penyuluh. Peneliti memberikan saran, untuk
Ferdinal Petani faktor-faktor
kuantitatif peran P3A dalam pemeliharaan jaringan diharapkan P3A
Asful, 2020. Pemakai Air yang mampu menyediakan papan peringatan untuk tidakan
(P3A) Banda mempengaruhi pencegahan di sekitar jaringan irigasi agar petani mampu
Tangah peran P3A menjaga kebersihanjaringanirigasidan untuk kegiatan
Daerah Banda Tangah kegiatan yang diadakan oleh P3A, pengurus dan petani
Irigasi (DI) dalam anggota diharapka nmampu meningkatkan
Banda mengelola partisipasi/keikut sertaannya agar efektivitas peran P3A
dapat tercapai optimal.
Pamujaan jaringan
Dalam tersier di
Pengelolaan Kecamatan
Jaringan Lubuk Sikarah
Irigasi
Tersier
Lubuk
Sikarah,
21
Kota Solok
Fatchan Analisis Mengetahui Wawancara dan Berdasarkan 3 faktor tersebut daerah irigasi (DI) dengan
Nurrochmad, Kinerja faktor evaluasi luas lebih dari 500 ha (ranking 1 sampai dengan 4)
2007. Jaringan pengaruh penerapan pola menun- jukkan kinerja yang baik dan yang lain cukup
dan tata tanam baik. Kondisi tersebut menyiratkan bahwa Pemerintah
Irigasi jaringan
secara konsisten Kabupaten Purworejo mempunyai atensi yang besar
irigasi. dalam pengelolaan DI dengan luas lebih dari 500 ha.
4.
Pemantapan DI Tegal duren menjadi DI teknis perlu
dilakukan untuk menunjang kegiatan pengelolaan irigasi
partisipatif. Ketidakberdayaan petani dalam pemeliharaan
prasarana irigasi perlu dibina secara terus menerus
berdasarkan skala prioritas (demand driven)

Elin Analisa Mengevaluasi Menganalisa Nilai rata –rata efisiensi di petak sawah sebesar 85,90%,
Wahyudi, Kebutuhan nilai efisiensi curah hujan sedangkan efisiensi jaringan hannya 70%. Sedangkan
Yusuf Priyo Air Pada irigasi pada harian, efisiensi total yang masuk ke petak sawah turun menjadi
Nugroho,2017 Petak Tersier petak tersier evapotranspirasi 60,13%.Hal ini menunjukkan bahwa petak sawah masuk
Daerah sawah , perkolasi, dalam kategori baik, karena mempunyai nilai efisiensi
Irigasi curah hujan sebesar 85,90% atau lebih baik daripada efisiensi jaringan
5.
Penungkulan efektif dan debit sebesar 70%.
Kabupaten air irigasi di
Purworejo petak tersier
Dengan
Metode
Drum

22
2.8. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan teori-teori pendukung yang telah disampaikan pada

pembahasan sebelumnya, maka dibuat gambar kerangka pikir seperti

gambar dibawah:

Perkumpulan Petani Pemakai Air


(P3A)

Operasi,Pemeliharaan
Kelembagaan
dan Rehabilitasi

Kinerja P3A

Analisis dengan Metode

Tingkat Kinerja P3A dalam Strategi Peningkatan


Pengelolaan Jaringan Irigasi Pengelolaan Jaringan
Tersier Irigasi Tersier
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Irigasi Bissua Kabupaten

Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi dilakukan dengan

sengaja (Purposive Sampling) dengan dasar pertimbangan bahwa daerah

ini merupakan daerah aliran irigasi bendung bissua dan mayoritas

penduduknya bekerja di sektor pertanian, dimana pertanian didaerah ini

sudah menggunakan irigasi dan di setiap daerah irigasi telah dibentuk

Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A).

24
Gambar 3.4 Peta Daerah Irigasi Bissua

Gambar 3.5 Skema Jaringan Irigasi Bissua Kabupaten Gowa


Sumber : BBWS Pompengan Jeneberang

3.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian bergantung pada selesainya seminar proposal yang

berkaitkan. Penelitian dilaksanakan pada bulan desember tahun 2021.

3.3. Penentuan Sampel

3.3.1. Populasi

25
Menurut Silalahi (2009), Populasi adalah keseluruhan dari objek

yang akan dianalisis karakteristiknya. Populasi dalam penelitian ini adalah

jumlah seluruh kelembagaan P3A yang telah terbentuk dalam satu

Daerah Irigasi. Populasi kelembagaan P3A yang telah terbentuk di Daerah

Irigasi Bissua Kabupaten Gowa adalah sejumlah 20 P3A. Rincian populasi

P3A DI Bissua Kabupaten Gowa dapat diliat pada table berikut :

Nama P3A DI Desa/Kel Kecamatan

Batara Bategulung Bissua Bategulung Bontonompo

Julukanayya Bategulung Bissua Bategulung Bontonompo

Abbulosibatang Bissua Bategulung Bontonompo

Salekowa Bissua Kalebarembeng Bontonompo

Taipa Lakia Bissua Tanrara Bontonompo Selatan

Teratai Bissua Salajo Bontonompo Selatan

Baju Eja Bissua Sengka Bontonompo Selatan

Cambajawaia Bissua Sengka Bontonompo Selatan

Kale Jipang Bissua Jipang Bontonompo Selatan

Bangkala Bissua Jipang Bontonompo Selatan

Sapayya Bissua Tubajeng Bajeng

Karebosi Bissua Maccini Baji Bajeng

Bontomarannu Bissua Gentungan Bajeng Barat

Biringbalang Bissua Salajangki Bontonompo Selatan

Romang Bone Bissua Borimatangkasa Bajeng Barat

26
Biring Ta’bing Bissua Borimatangkasa Bajeng Barat

Langngoting Bissua Tanabangka Bajeng Barat

Nama P3A DI Desa/Kel Kecamatan

Romang Lompoa Bissua Gentungan Bajeng Barat

Bontoa Bissua Manjaling Bajeng Barat

Tala-tala Bissua Paraikatte Bajeng

Tebbakang Bissua Paraikatte Bajeng

Pattene Bissua Limbung Bajeng

Likubodong Bissua Sengka Bontonompo selatan

Sombaopu Bissua Bontoramba Sombaopu

Kampung Parang Bissua Barembeng Bontonompo

Kokoa Bissua Tanrara Bontonompo Selatan

Sengka Bissua Sengka Bontonompo Selatan

Gocia Bissua Sengka Bontonompo Selatan

Borong Punaga Bissua Manjaling Bajeng Barat

Paranuangta Bissua Manjaling Bajeng Barat

Assamaturu Bissua Sengka Bontonompo Selatan

Bontoramba Bissua Bontoramba Bontonompo Selatan

Talakaya Bissua Sengka Bontonompo Selatan

Boronga Bissua Paraikatte Bajeng

27
Tabel 3.1 Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Daerah Irigasi Bissua

Sumber : BBWS Pompengan Jeneberang

3.3.2. Sampel

Sedangkan sampel ialah bagian dari populasi yang diharapkan

mampu mewakili populasi penelitian. Penarikan sampel pada penelitian ini

menggunakan teknik simple random sampling, dimana pengambilan

sampel dari populasi dilakukan secara acak. Simple Random Sampling

tersebut menggunakan rumus dari Taro Yamane sebagai berikut :

N 34
n = = = 32,88 = 33 sampel
Nd + 12
34 x 0,01 + 1
2

(Riduwan dan Akdon,2006)

Dimana :

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi Petani (P3A)

d2 = Presisi (ditetapkan 1% dengan tingkat kepercayaan 99%)

Jumlah anggota P3A yang dijadikan sampel sebanyak 33 orang dari

34 kelompok P3A sehingga masing-masing sampel dari setiap P3A

adalah 1 orang.

3.4. Metode Penelitian

3.4.1. Jenis dan Sumber Data

28
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data primer dan data sekunder. Data primer yang dibutuhkan dalam

penelitian ini berasal dari wawancara langsung kepada para petani

dengan menggunakan pertanyaan terstruktur (kuesioner) dan juga

melakukan observasi, yaitu pengamatan secara langsung ditempat atau

dilokasi penelitian untuk mendapatkan gambaran umum mengenai

penelitian yang akan dilaksanakan. sedangkan data sekunder berupa

dokumen yang diperoleh dari instansi/lembaga dan artikel-arikel yang

terkait dangan penelitian ini.

3.4.2. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan variabel bebas (independent

variable) atau variable X, adapun variabel- variabel bebas seperti

Kelembagaan (X1), Operasi dan Pemeliharaan (X2).

3.5. Analisis Data

Untuk menilai setiap jawaban pertanyaan digunakan pengukuran

dengan skala likert. Dimana setiap jawaban pada kuesioner diberikan

nilai sebagai berikut :


Jawaban Nilai

tidak setuju 1

Ragu- ragu 2

Cukup setuju 3

Setuju 4
29
Tabel 3.2 Jawaban dan Nilai pada Kuesioner

Tingkat kinerja didapatkan sesuai dengan jumlah seluruh nilai pada

kuesioner dengan tahapan sebagai berikut :

Tahapan nilai Persentase nilai Tingkat kinerja Notasi


0- 10 0%- 25% Tidak baik TB
11-20 26%- 50% Kurang baik KB
21-30 51%- 75% Cukup baik CB
31-40 76%- 100% Sangat baik SB

Tabel 3.3 Tingkat Kinerja dari Jumlah Nilai pada Kuesioner

Tingkat kinerja dibutuhkan untuk mengetahui kelemahan dan

kelebihan aspek yang menjadi pantauan, kemudian dianalisis dengan

menggunakan metode SWOT sehingga mudah mendapatkan strategi

untuk meningkatkan kinerja P3A dalam mengelola jaringan irigasi .

30
3.6. Bagan Alir Penelitian

Mulai

Identifikasi Masalah
Studi Literatur

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder


Kalibrasi Data
 

TIDAK
Cek
YA

Analisa Data

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.6 Bagan Alir Penelitian

31
3.7. Jadwal Penelitian

Bulan
No Uraian Kegiatan Desember Januari Februari Maret

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1.
Persiapan penelitian
2.
Kajian Literatur
3. Pengajuan Judul dan
Penyususnan
4. Seminar Proposal
5. Pelaksanaan
Penelitian
6.
Pengumpulan Data
7. Analisis Data dan
Penyusunan Laporan
8.
Laporan Penelitian
9.
Seminar Hasil
10. Perbaikan Hasil
Seminar Penelitian
11.
Ujian Tutup

Gambar 3.7 Jadwal Penelitian

32
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Data Kuesioner Kinerja P3A

Data berupa isian kuesioner tentang kinerja P3A, kemudian

disusun dalam suatu tabel untuk mempermudah mengetahui hasil kinerja

disetiap indikator/aspek pemantauan.

Tahapannya adalah sebagai berikut :

- Buat tabel dengan susunan nama P3A dan indikator/aspek untuk

kinerja P3A dan kinerja jaringan irigasi tersier

- Beri nilai sesuai isian/jawaban dimasing-masing pertanyaan

(indikator/aspek) dengan nilai mulai dari +1 sampai dengan +4

- Bila kita memberi nilai +1, +2, +3, dan +4, maka secara keseluruhan

indikator/aspek pemantauan dapat diketahui nilai dan status masing-

masing

Untuk selanjutnya rekapitulasi hasil penelitian tentang kinerja P3A

ditabulasikan seperti tabel-tabel berikut

33
4.1.1. Hasil Evaluasi Kinerja P3A

Dari hasil penilaian setiap sub-indikator yang dipantau, maka

secara ringkas dapat ditabulasikan kinerja P3A DI Bissua

Kabupaten Gowa adalah sebagai berikut :

Evaluasi setiap indikator yang dipantau pada kinerja P3A DI

Bissua Kabupaten Gowa adalah sebagai berikut :

A. Organisasi

1. P3A desa DI Bissua ( nilai sub total organisasi = …?) secara

kelembagaan lebih baik

B. Pemanfaatan Air

1. P3A desa DI Bissua ( nilai sub total menfaat air = …?) lebih baik

dalam memanfaatkan air yang ada

C. Pemeliharaan

1. P3A desa DI Bissua (nilai sub total pemeliharaan = …?) dalam

memelihara jaringan tersiernya

D. Keuangan

1. P3A desa DI Bissua (nilai sub total keuangan = …?) lebih baik dalam

mengelola keuangan

E. Pembinaan P3A

1. Pembinaan P3A desa DI Bissua (nilai sub total pembinaan = …?)

lebih baik

Evaluasi secara menyeluruh Kinerja Kelembagaan P3A

(desa/unit) DI Bissua Kabupaten Gowa (total nilai = …?, status :

Cukup Baik)

34
4.1.2. Hasil Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Tersier

Dari hasil penilaian setiap sub-indikator yang dipantau, maka

secara ringkas dapat ditabulasikan hasil evaluasi Kinerja Jaringan

Irigasi Tersier DI Bissua Kabupaten Gowa adalah sebagai :

Evaluasi setiap indikator yang pantau pada kinerja jaringan

irigasi DI Bissua Kabupaten Gowa adalah sebagai berikut:

A. Kondisi Fisik Mencangkup Operasi

1. Kondisi fisik jaringan irigasi (mencangkup usaha-usaha operasi)

ditingkat jaringan irigasi tersier pada P3A desa DI Bissua (nilai

sub total = …?) lebih baik

B. Kondisi Fisik Mencangkup Pemeliharaan

1. Kondisi fisik jaringan irigasi (mencangkup usaha-usaha

pemeliharaan) ditingkat jaringan irigasi tersier pada P3A desa

DI Bissua (nilai sub total =….?)

C. Kondisi Fisik Mencangkup Rehabilitasi

1. Kondisi fisik jaringan irigasi irigasi (mencangkup usaha-usaha

rehabilitasi) ditingkat jaringan irigasi tersier pada P3A desa DI

Bissua (nilai sub total =…?)

4.2. Pembahasan Hasil Evaluasi

Hasil evaluasi kinerja P3A dan kinerja Jaringan Irigasi Tersier

merupakan kondisi yang ada pada saat ini lembaga P3A telah menerima

kewenangan untuk mengelola jaringan irigasi tersier. Bila ditinjau dengan

35
peraturan-peraturan yang ada dan yang berlaku di Kabupaten Gowa, P3A

dalam mengelola jaringan irigasi lebih siap.

4.2.1. Pembahasan Kinerja P3A

Dari hasil evaluasi kinerja P3A desa DI Bissua telah diuraikan

sebelumnya secara rinci berikut status tingkat kinerja P3A DI Bissua

Kabupaten Gowa. Selanjutnya pembahasan kinerja P3A secara

menyeluruh terhadap kondisi lingkungan DI dengan mengacu pada aspek

hukum yang sedang berlaku.

4.2.2. Pembahasan Kinerja Jaringan Irigasi

Secara rinci evaluasi kinerja jaringan irigasi telah dievaluasi pada

sub bab sebelumnya, sehingga dalam sub bab kali ini pembahasan akan

lebih jelas apabila dibandingkan dengan kinerja jaringan irigasi yang

dilaksanakan oleh pemerintah.

A. Kondisi Fisik Mencakup Pemeliharaan

- Kondisi fisik jaringan irigasi mencangkup pemeliharaan lebih baik

bila dikelola oleh Pemerintah, karena Pemerintah selalu menjamin

pengalokasian dana Pemeliharaan melalui APBN/APBD, bila

dibandingkan dengan kemampuan P3A mengumpulkan iuran dari

anggotanya.

B. Pengembangan P3A dibidang Irigasi

- Pengembangan P3A dibidang irigasi lebih intensif dan efektif bila

dikelola oleh P3A, dikarenakan antusias para petani dalam

36
menimba ilmu irigasi dari petugas Pengairan/Pertanian, agar lebih

mandiri.

C. Pengelolaan Air Termasuk Efisiensi Operasional

- Pengelolaan air dengan prinsip membagi air secara efisien, lebih

baik apabila dikelola oleh pemerintah, dengan SDM yang lebih

berkualitas melaksanakan pengelolaan jaringan irigasi utama

dengan konsep EOM.

37
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

38
DAFTAR PUSTAKA

Rosmaladewi. (2005). Kajian Kinerja PeranSerta Petani Pemakai Air


Dalam Upaya Peningkatan Operasi Dan Pemeliharaan Jaringan

39
Irigasi Nokan Rama Agung Kabupaten Bengkulu Utara. Tesis
Program Magister Profesional PSDA Institut Teknologi Bandung.

Ahmad, S. (2012). Kajian Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Jaringan


Irigasi Studi Kasus Daerah Irigasi Cokrobedog Provinsi Daerah
Yogyakarta .

Herawatty, R. (2010). Strategi Peningkatan Partisipasi dalam Pengelolaan


Jaringan Irigasi (Studi Kasus Daerah Irigasi Subontoro Kabupaten
Mojokerto). Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Yuri Gita Putri, Y. F. (2018). Efektivitas Peran Perkumpulan Petani


Pemakai Air (P3A) Banda Tangah Daerah Irigasi (DI) Banda
Pamujaan Dalam Pengelolaan Jaringan Irigasi Tersier Lubuk
Sikarah. Journal Of Socio Economics On Tropical Agriculture.

Nurrochmad, F. (2007). Analisis Kinerja Jaringan Irigasi. agriTECH.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia.


(n.d.). Retrieved from
https://sda.pu.go.id/assets/files/PermenPUPR14-2015.pdf.

Wahyudi, E., & Nugroho, Y. P. (2017). Analisa Kebutuhan Air Pada Petak
Tersier Daerah Irigasi Penungkulan Kabupaten Purworejo Dengan
Metode Drum. Universitas Muhammadiyah Purwerejo.

Taufik Pratama, B. A. (2019). Evaluasi Hubungan Kinerja Perkumpulan


Petani Pemakai Air (P3A) dengan Pengelolaan Irigasi pada Daerah
Irigasi Cimandiri Kzbupaten Sukabumi . Jurnal Ilmu-Ilmu Ekonomi-
Sosial dan Teknologi.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Indonesia. (2015).


Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor 30/PRT/M/2015 Tentang Pengembangan dan Pengelolaan
Sistem Irigasi.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi. (2017).
Modul Kelembagaan Pelatihan Operasi dan Pemeliharaan Irigasi
Tingkat Juru. Bandung.

Presiden Republik Indonesia. (2019). Retrieved from Undang- Undang


Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2019 Tentang Sumber Daya
Air.

40
41

Anda mungkin juga menyukai