Mengetahui,
Pekalongan, 09 November 2020
Mahasiswa yang bersangkutan
Mahasiswa,
Rachmatullah S.P.K.
10111710013001
i
“ESTIMASI WAKTU DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA PELAKSANAAN
PROYEK PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MINI HIDRO
HARJOSARI 3 X 3,3 MW KABUPATEN PEKALONGAN”
URAIAN SINGKAT
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah
melimpahkan rahmat dan kemudahan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal
Proyek Akhir terapan yang berjudul “ESTIMASI WAKTU DAN RENCANA ANGGARAN
BIAYA PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK MINI
HIDRO HARJOSARI 3 X 3,3 MW KABUPATEN PEKALONGAN” dengan baik dan tepat
pada waktunya
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Proposal Tugas Akhir Terapan ini tidak akan
selesai tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Maka dari itu, pada kesempatan ini
kami menyampaikan terima kasih kepada:
1. Allah S.W.T. Tuhan Yang Maha Kuasa dan Nabi Muhammad S.A.W yang selalu dijadikan
junjungan
2. Kedua orang tua dan adik yang selalu memberikan doa dan semangat yang tidak ada
hentinya
3. Bapak Mohamad Khoiri, S.T., M.T., Ph.D selaku kepala Departemen Teknik Infrastruktur
Sipil dan Seluruh Dosen Departemen Teknik Infrastruktur Sipil yang telah memberikan ilmu
yang bermanfaat kepada penulis.
4. Firdia Alistanti yang selalu memotivasi dan memberi semangat kepada saya selama
proses mengerjakan proyek akhir ini.
5. Teman – teman mahasiswa Teknik Infrastruktur Sipil terutama angkatan 2017 yang telah
menjadi supporting sistem kepada penulis
Penulis menyadari dalam penyusunan Proposal Tugas Akhir Terapan ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis. Untuk itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna kesempurnaan Proposal Tugas Akhir
Terapan ini. Penulis berharap semoga Proposal Tugas Akhir Terapan ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
iv
2.3.6. Pekerjaan Surgetank ........................................................................................... 59
2.3.7. Pekerjaan Power House ...................................................................................... 61
2.3.8. Pekerjaan Penstock ............................................................................................. 63
2.4. Perhitungan Anggaran Biaya ..................................................................................... 66
2.4.1. Upah Kerja .......................................................................................................... 66
2.4.2. Alat – Alat Produksi ........................................................................................... 66
2.4.3. Bahan Material ................................................................................................... 67
2.5. Penjadwalan Proyek ................................................................................................... 67
2.5.1. Work Breakdown Structure (WBS) .................................................................... 67
2.5.2. Precedence Diagramming Method (PDM)......................................................... 68
2.5.3. Bar Chart ............................................................................................................ 71
2.5.4. Kurva S ............................................................................................................... 72
2.6. Pengendalian Mutu .................................................................................................... 73
2.6.1. Pengendalian Mutu Beton .................................................................................. 73
2.6.2. Uji Tarik Baja ..................................................................................................... 75
2.7. Kesehatan dan Keselamatan Kerja............................................................................. 76
BAB III METODOLOGI ......................................................................................................... 80
3.1. UMUM....................................................................................................................... 80
3.2. URAIAN METODOLOGI ........................................................................................ 80
3.2.1. Perumusan Masalah ............................................................................................ 80
3.2.2. Pengumpulan Data .............................................................................................. 80
3.2.3. Pengolahan Data ................................................................................................. 80
3.3. FLOW CHART METODOLOGI .............................................................................. 81
BAB IV RENCANA JADWAL KEGIATAN ......................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 84
LAMPIRAN ............................................................................................................................. 85
v
DAFTAR GAMBAR
vi
Gambar 2.42 Pelindung Kaki (google.com) ........................................................................... 79
Gambar 3.1 Flowchart............................................................................................................. 81
Gambar 3.2 Lanjutan Flowchart ............................................................................................. 82
Gambar 4.1 Rencana Jadwal Kegiatan ................................................................................... 83
vii
DAFTAR TABEL
viii
Tabel 2.40 : Spesifikasi Alat Concrete Pump .......................................................................... 42
Tabel 2.41 : Spesifikasi Excavator........................................................................................... 43
ix
"Halaman ini sengaja dikosongkan"
BAB I
PENDAHULUAN
1
karena dengan adanya manajemen dalam suatu proyek maka dapat direncanakan secara
teliti dan cermat kinerja dari proyek dengan dilihat dari indikator waktu dan biaya
pelaksanaan proyek. Sehingga pekerjaan dilapangan dapat mudah di kontrol dan diarahkan
sehingga sesuai dengan rencana yang telah di sepakati.
Dalam proyek akhir ini membahas mengenai perhitungan rencana anggaran biaya
pelaksanaan, metode kerja, dan spesifikasi teknis yang digunakan pada item bangunan yang
terdapat di proyek PLTM Harjosari, dan terakhir perhitungan waktu pelaksanaan pada
pekerjaan pembangunan PLTM Harjosari. Untuk perhitungan rencana anggaran biaya
pelaksanaan maka dibutuhkan analisa harga satuan untuk membantu perhitungan anggaran
biaya. Hasil perhitungan tersebut kemudian ditunjukkan pada grafik kurva-S setelah bar
chart tersusun dan dihitung bobot setiap dari pekerjaan yang direncanakan.
2
1. Pada penulisan Tugas Akhir ini lingkup pekerjaan yang ditinjau adalah pelaksanaan
proyek dari item bangunan sipil dari bending sampai power house.
2. Harga dasar upah, alat, dan bahan untuk setiap pekerjaan didapatkan dengan cara
menghitung dan mempertimbangkan harga degan menggunakan refrensi dari HSPK
(Harga Satuan Pokok Pekerjaan) Pekalongan tahun 2020 dan brosur
3. Dalam proses penghitungan Rencana Anggaran Pelaksanaan, tidak diperhitungkan
biaya untuk K3.
4. Mengasumsikan jalan akses proyek sudah ada
5. Perhitungan volume sesuai dengan data gambar
6. Batas waktu maksimal pekerjaan proyek adalah 24 bulan
1.4. Tujuan
Adapun tujuan penulisan Proyek Akhir Terapan ini sesuai dengan perumusan
masalah diatas adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui volume total item pekerjaan yang dihasilkan pada proyek Pembangkit
Listrik Tenaga Mini Hidro Harjosari 3 × 3,3 MW Kabupaten Pekalongan ?
2. Mengetahui metode pelaksanaan yang dilakukan pada proyek Pembangkit Listrik
Tenaga Mini Hidro Harjosari 3 × 3,3 MW Kabupaten Pekalongan ?
3. Mengetahui waktu pelaksanaan yang dihasilkan pada pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Mini Hidro Harjosari 3 × 3,3 MW Kabupaten Pekalongan
4. Mengetahui biaya pelaksanaan yang dihasilkan pada pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Mini Hidro Harjosari 3 × 3,3 MW Kabupaten Pekalongan
1.5. Manfaat
Penulisan Proyek Akhir Terapan ini diharapkan dapat membawa manfaat sebagai
berikut :
1. Menambah ilmu pengetahuan bagi penulis dalam tata cara perhitungan anggaran biaya
pelaksanaan proyek
2. Menambah ilmu pengetahuan bagi penulis dalam hal metode pelaksaan yang dilakukan
pada proyek
3. Menambah ilmu pengetahuan bagi penulis dalam hal estimasi penjadwalan waktu
pelaksanaan proyek
4. Sebagai bahan refrensi dalam menghitung rencana anggaran biaya pelaksanaan,
penjadwalan, dan metode pelaksanaan proyek konstruksi pembangkit listrik
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Umum
Manajemen Konstruksi merupakal hal penting dalam menjalankan suatu proyek
konstruksi, dimana hal ini disusun untuk memudahkan dalam mengolah segala bentuk
sumber daya yang ada. Pelaksanaan suatu proyek tentu diperlukan perencanaan dan
pelaksanaan yang baik dan cermat. Karena dalam pekerjaannya memerlukan perhitungan
anggaran biaya dan metode pelaksanaan yang jelas dan efisien. Hal ini dilakukan supaya
pelaksanaan proyek dapat terealisasi sesuai dengan waktu dan anggaran biaya yang telah
direncanakan.
Untuk menyusun manajemen dalam suatu proyek konstruksi diperlukan
perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian. Dalam suatu perencanaan disusun item
pekerjaan sesuai urutan dan memiliki hubungan saling ketergantungan di setiap item
pekerjaan sehingga dapat diketahui waktu paling efisien dalam menyelesaikan suatu proyek
konstruksi. Dalam pengendalian di fokuskan untuk mengendalikan sumber daya yang ada
baik peralatan dan manusia sehingga akan diketahui biaya dan waktu tiap pekerjaan yang
dibutuhkan.
Oleh karena itu dalam materi yang akan dibahas dalam tinjauan pustaka proyek
akhir terapan ini meliputi perhitungan volume, durasi, rencana anggaran biaya, dan
penjadwalan pelaksanaan dalam suatu proyek konstruksi sehinggal menghasilkan Network
Planning dan Kurva S.
Keliling lahan
K = 2 x (Panjang lahan x Lebar lahan)……………………….(2.2)
Luas bangunan
L = Panjang bangunan x Lebar bangunan……….……………(2.3)
Keliling bangunan
K = 2 x (Panjang bangunan x Lebar bangunan)...…………….(2.4)
Untuk keperluan tenaga buruh memiliki jam kerja yang berbeda. Berikut
merupakan keperluan tenaga buruh untuk pengukuran dengan medan yang tidak
terlalu berat.
Tabel 2.1 : Keperluan Jam Kerja Buruh Pengukuran
5
Pengukuran situasi 5 Ha/regu/hari
Pengukuran trace saluran 0,5 km/regu hari
Penggambaran atau memplot hasil 20 Ha/orang/hari
ukuran situasi, dengan skala 1:2000
di lapangan
Penggambaran trace saluran dengan 2 – 2,5 km/orang/hari
skala 1:5000: dilapangan
Sumber : Ir. A. Soedradjat S, Analisa (cara modern) Anggaran Biaya
Pelaksanaan Lanjutan, Nova, Bandung, halaman 145
2.2.1.4.Pekerjaan Bouwplank
Pekerjaan bowuplank adalah pembatas yang telah dihasilkan saat surveyor
melakukan pemetaan dan ditandai dengan kayu kayu patok sehingga
memudahkan pekerja untuk melakukan suatu pekerjaan. Untuk pembuatan
bowplank menggunakan papan kayu dan tiang kayu.
Berikut ini adalah perhitungan volume untuk pekerjaan bouwplank :
( )
Jumlah tiang vertikal = ………………………(2.5)
( )
Bahan kayu dan jenis konstruksi Satuan (m³) Kebutuhan paku (kg)
Kerangka kayu :
- Ambang, satu balok 2,36 2,27 – 4,55
- Ambang, terdiri dari beberapa
2,36 4,55 – 9,09
kayu
- Tiang (pots) 2,36 -
- Balok pendukung 2,36 4,55 – 11,36
- Kerangka tegak dinding (studs) 2,36 4,55 – 6,82
6
- Kayu dasar dan atas kerangka
2,36 4,55 – 9,09
tegak
- Balok pendukung lantai
2,36 4,55 – 11,32
mendatar
- Kayu penguatan 2,36 9,09 – 11,32
- Kayu kuda – kuda bagian atas 2,36 3,64 – 6,82
- Kuda – kuda ukuran lebih
2,36 4,55 – 9,09
besar
- Kayu penjepit mendatar 2,36 9,09 – 11,36
Lapis papan lantai :
Lantai kasar, tidak dengan
sambungan
- Dipasang tegak lurus 2,36 9,09 – 13,64
- Dipasang miring 2,36 9,09 – 13,64
Lantai dengan sambungan
- Mendatar 2,36 9,09 – 13,64
- Miring 2,36 9,09 – 13,64
Atap dengan sambungan
- Mendatar 2,36 9,09 – 13,64
- Miring 2,36 9,09 – 13,64
Lapisan dinding :
Lapisan tanpa sambungan
- Tegak lurus kayu pendukung 2,36 9,09 – 13,64
- Miring terhadap kayu
2,36 9,09 – 13,64
pendukung
Atap tidak dengan sambungan
- Mendatar 2,36 9,09 – 13,64
- Miring 2,36 9,09 – 13,64
Lapisan dengan sambungan
- Dipasang tegak lurus kayu
2,36 9,09 – 13,64
pendukung
- Dipasang miring terhadap kayu
2,36 9,09 – 13,64
pendukung
Lain – lain :
- Lapisan pelindung 30,48 0,45 – 0,90
- Kerangka jendela dan pintu Per buah 0,45 – 0,90
Sumber : Ir. A. Soedradjat S, Analisa (cara modern) Anggaran Biaya
Pelaksanaan, Nova, Bandung, halaman 175
Pehitungan waktu yang diperlukan untuk pemasangan lantai kayu, atap
papan serta dinding papan tergantung pada ukuran papan, banyaknya lubang,
pada papan, serta cara pemasangan papan tersebut. Berikut adalah jam kerja
yang diperlukan untuk pemasangan papan kasar :
Tabel 2.3 : Jam Kerja yang Diperlukan Untuk Pemasangan Papan Kasar
7
- Tidak dengan 1,72 – 3,13 14 – 5
sambungan pendukung
- Miring terhadap 2,27 – 3,78 17 – 29
pendukung
- Dengan sambungan 2,05 – 3,56 16 – 27
pendukung
- Miring terhadap 2,59 – 4,32 19 – 31
pendukung
Atap
- Tidak dengan 2,16 – 3,24 17 – 25
sambungan
- Ujung kda – kuda dan 2,92 – 3,32 22 – 32
jendela atap
- Dengan sambungan 2,48 – 3,78 19 – 28
rata
- Ujung kuda – kuda dan 3,24 – 4,86 24 – 35
jendela atap
Lapisan dinding
- Tidak dengan 1,94 – 3,24 16 – 26
sambungan pendukung
- Miring terhadap 2,48 – 4,00 19 – 30
pendukung
- Dengan sambungan 2,16 – 3,78 17 – 29
pendukung
- Miring terhadap 2,70 – 4,43 20 – 32
pendukung
Papan dinding 1,62 – 3,02 14 - 26
Sumber : Ir. A. Soedradjat S, Analisa (cara modern) Anggaran Biaya
Pelaksanaan, Nova, Bandung, halaman 179
2.2.2. Pekerjaan Dewatering
Pada pekerjaan pembuatan bendung pada tahap galian maupun konstruksi,
seringkali terganggu oleh adanya aliran air dari sungai atau aliran air tanah. Oleh
karena itu sebelum pekerjaan galian tanah dan konstruksi dimulai, sudah harus
dipersiapkan pekerjaan pengeringan (dewatering). Pekerjaan dewatering adalah
pekerjaan mengendalikan air (air tanah/permukaan) agar tidak mengganggu atau
menghambat proses pelaksanaan suatu pekerjaan konstruksi, terutama untuk
pelaksanaan bagian struktur yang berada dalam tanah dan di bawah muka air tanah.
Pekerjaan dewatering dalam konstruksi bangunan air sangat dibutuhkan untuk
memudahkan pelaksanaan konstruksi. Dalam pekerjaan dewatering terdapat tiga
metode yang biasa digunakan yaitu :
Open pumping
Metode ini terbilang umum digunakan. Metode open pumping biasanya dipakai
pada tanah dengan karakter tanah padat, berkohesi, bergradasi baik, sumur atau
selokan yang digunakan untuk pemompaan tidak mengganggu area proyek dan
debit rembesan air tidak besar.
Predrainage
8
Metode ini pada prinsipnya menurunkan muka air terlebih dahulu sebelum mulai
dilakukan pekerjaan-pekerjaan penggalian. Metode predrainage cocok
digunakan pada tanah dengan karakteristik tanah lepas, cadas lunak dengan
banyak celah dan tanah berbutir seragam. Selain itu, metode ini juga bisa dipakai
pada area yang memiliki saluran pembuangan air, memiliki debit rembesan
cukup besar, dan tanah yang sensitif terhadap erosi.
Cut off
Metode ini dijalankan dengan memotong aliran air tanah dengan dinding
pembatas supaya area proyek bisa terbebas dari air tanah. Metode ini perlu
memperhitungkan dalamnya parit agar tidak terjadi rembesan air masuk ke
dalam daerah galian
2.2.3. Pekerjaan Galian
Pekerjaan galian adalah memindahkan tanah untuk menyiapkan lahan sebelum
pekerjaan dimulai. Dalam proses galian menggunakan alat berat yaitu excavator dan
dump truck, berikut adalah rumus dari pekerjaan galian :
Kedalaman Galian = Tebal lantai kerja + Tinggi bendung
………………………………………………………………….(2.11)
9
Tabel 2.4 : Spesifikasi Excavator
Spesifikasi Alat
Nama alat Excavator Sumitomo SH210-6
Tipe PC 210
Bucket capacity 0,8 m³
Boom lenght 5,70 m
Arm lenght 2,94 m
Bucket digging force 142 kN
Arm digging force 103 kN
Max digging radius 9.900 mm
Max digging height 9.610 mm
Sumber : www.sumitomokenki.com
Dump truck adalah truk yang isinya dapat dikosongkan tanpa penanganan.
Dump truck biasa digunakan untuk mengangkut barang semacam pasir, kerikil
atau tanah untuk keperluan konstruksi. Secara umum , dump truck dilengkapi
dengan bak terbuka yang dioperasikan dengan bantuan hidrolik, bagian depan
dari bak itu bisa diangkat keatas sehingga memungkinkan material yang
diangkut bisa melorot turun ke tempat yang diinginkan.
Spesifikasi Alat
Nama alat Dump Truck Fuso FE SHDX K
Kapasitas 8 m³
Panjang 4,8 m
Lebar 2,3 m
Tinggi 1,5 m
Hidraulic Kapasitas 35 Ton
Sumber : ktbfuso.co.id
2.2.3.2.Kapasitas Produksi
Pekerjaan galian ini dilakukan menggunakan alat berat excavator yang
kemudian diangkut dengan dump truck. Pehitungan dimulai dari menghitung
kapasitas alat – alat berat yag digunakan.
Kapasitas Produksi Excavator
10
Perhitungan kapasitas produksi excavator digunakan untuk mengetahui
jumlah volume yang dihasilkan oleh excavator setiap jam nya. Untuk
menghitung kapasitas excavator kita harus mengetahui data – data
pendukung berupa peraturan perundangan atau pengalaman lapangan
sebagai berikut :
Tabel 2.6 : Faktor Bucket (Fb)
11
Tabel 2.10 : Waktu Putar (detik)
Sudut Putar Waktu Putar
45° + 90° 4 – 7 detik
90° + 180° 5 – 8 detik
Sumber : Rochmanhadi (1985) : Perhitungan Biaya Pelaksanaan Pekerjaan
dengan Menggunakan Alat – Alat Berat. Hal 30
Tabel 2.11 : Waktu Buang (detik)
12
Buruk 0,7
Sumber : Lampiran Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan
Rakyat No. 28/PRT/M/2016 : Tentang Analisis Harga Satuan Pekerjaan
Bidang Pekerjaan Umum. Hal 43
Tabel 2.13 : Kecepatan Dump Truck dan Kondisi Lapangan
(2.16)
Keterangan :
- QExc adalah kapasitas produksi excavator; m3/jam, bila kombinasi
dengan alat Excavator.
- Bila melayani alat lain seperti Wheel Loader, AMP, dll gunakan Q
yang sesuai.
Setelah menghitung waktu pengisian bak truk sampai penuh selanjutnya
adalah menghitung waktu tempuh truk yang sedang berisi muatan tanah :
L
T2 = × 60 ; menit
v
(2.17)
13
Keterangan :
- L = Jarak angkut (km)
- 𝑣 = Kecepatan rata – rata dump truck bermuatan (tabel 2.13)
Kemudian dilanjutkan dengan menghitung waktu perjalanan truk
kembali ke lokasi galian dalam keadaan kosong setelah tanah dibuang :
L
T3 = × 60 ; menit
v
(2.18)
Keterangan :
- L = Jarak angkut (km)
- 𝑣 = Kecepatan rata – rata dump truck bermuatan (tabel 2.13)
Waktu lain – lain (T4), yang termasuk dalam waktu lain – lain adalah
waktu dump truck ambil posisi untuk bermanuver baik saat dalam fase
antrian, akan memuat galiam, maupun lama waktu saat dumping. Data dapat
diambil dari “Pengamatan Lapangan”
Ke-empat perhitungan waktu diatas, dihitung dan dijumlah untuk
mendapatkan waktu siklus penuh per satu dump truck.
Waktu siklus (Ts) = T1 + T2 + T3 + T4 ; dalam satuan menit
(2.19)
Setelah mendapatkan data tersebut sesuai tabel dan beberapa
perhitungan diatas, maka kita dapat menghitung kapasitas produksi dump
truck dengan cara berikut :
V × Fa × 60
Q = × 60
Ts × D
(2.20)
Keterangan :
- Q = Kapasitas produksi dump truck ; m³/jam
- V = Kapasitas bak ; ton
- Fa = Faktor efisiensi alat (tabel 2.12)
- Fk = Faktor pengembangan bahan
- D = Berat isi material (lepas, gembur) ; ton/m³
- Ts = Waktu siklus ; menit (rumus 2.19)
- 60 = Perkalian 1 jam ke menit
2.2.3.3. Penentuan Jumlah Dump Truck
Setelah menghitung kapasitas produksi, lalu akan dilakukan penentuan
jumlah dump truck yang digunakan supaya dapat bekerja secara efisien dapat
dilakukan dengan cara :
14
Q
n =
Q
(2.21)
Keterangan :
- 𝑛 = Jumlah kebutuhan dump truck ; buah
- 𝑄 = Kapasitas produksi excavator ; m³/jam (rumus 2.15)
- 𝑄 = Kapasitas produksi dump truck ; m³/jam (rumus 2.20)
2.2.3.4.Cek Keseimbangan Alat Muat dan Angkut
Setelah menghitung kebutuhan dump truck, selanjutnya di cek
keseimbangan antara alat muat dan alat angkut agar bisa mencapai target yang
ada. Pengecekan keserasian alat dapat menggunakan Match Factor (MF) sebagai
acuan tingkat keseimbangannya. MF dapat dihitung dengan cara berikut :
nH × Lt
MF =
nL × cH
(2.22)
Keterangan :
- nH = Jumlah alat angkut ; buah
- Lt = Waktu alat muat mengisi penuh alat angkut (rumus 2.16)
- nL = Jumlah alat muat ; buah
- cH = Waktu edar alat angkut ; menit (rumus 2.19)
Identifikasi hasil perhitungan MF :
- MF < 1
Artinya alat muat bekerja kurang dari 100% sedangkan alat angkut bekerja
100% sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat muat karena menunggu
alat angkut yang belum datang.
- MF = 1
Artinya alat muat dan angkut bekerja 100% sehingga tidak terjadi waktu
tunggu dari kedua jenis alat tersebut.
- MF > 1
Artinya alat muat bekerja 100% sedangkan alat angkut bekerja kurang dari
100% sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat angkut.
2.2.3.5.Durasi
Durasi yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan galian dapat dihitung
menggunakan rumus :
Total Volume
Durasi =
n ×Q
(2.23)
Keterangan :
15
- nDT = Jumlah dump truck
- QDT = Kapasitas produksi dump truck
2.2.4. Pekerjaan Timbunan
Pekerjaan timbunan yang dilakukan pada proyek menggunakan tanah dari galian
(tanah asli). Pada timbunan menggunakan vibrator roller untuk memadatkan hasil
timbunan dan dibantu oleh excavator untuk mengambil tanah asli. Berikut adalah
rumus perhitungan luasan timbunan persegi dan trapesium :
Luas timbunan persegi = panjang (m) x lebar (m)…………………………(2.24)
( ) ( )
Luas timbunan trapesium = × panjang..(2.25)
Untuk rumus perhitungan volume timbunan tanah yang akan dipadatkan adalah
sebagai berikut :
Volume timbunan
V = Luas area timbunan (m²) x tebal urugan (m) x faktor konversi volume tanah
(lihat tabel 2.14)………………………………………………………………(2.26)
Tabel 2.14 : Faktor Konversi Volume Tanah
16
(B) 0,57 1,00 0,80
(C) 0,71 1,24 1,00
Batuan hasil (A) 1,00 1,80 1,30
peledakan (B) 0,56 1,00 0,72
(C) 0,77 1,38 1,00
Sumber : Rochmanhadi, Kapasitas dan Produksi Alat – Alat Berat, PU, Semarang,
halaman 6 – 7
Keterangan :
(A) = Tanah asli
(B) = Tanah lepas
(C) = Tanah padat
2.2.4.1.Alat Berat yang Digunakan
Pekerjaan timbunan menggunakan alat excavator untuk mengangkut tanah
timbunan dan vibratory roller untuk memadatkan tanah.
Excavator adalah alat berat yang terdiri dari batang, tongkat, keranjang, dan
rumah rumah dalam sebuah wahana putar dan digunakan untuk penggalian.
Spesifikasi Alat
Nama alat Excavator Sumitomo SH210-6
Tipe PC 210
Bucket capacity 0,8 m³
Boom lenght 5,70 m
Arm lenght 2,94 m
Bucket digging force 142 kN
Arm digging force 103 kN
Max digging radius 9.900 mm
Max digging height 9.610 mm
Sumber : www.sumitomokenki.com
Vibratory roller adalah alat berat yang digunakan untuk menggilas
kemudian masih bisa digunakan untuk memadatkan hasil timbunan. Maka dari
itu menggunakan perangkat berat vibration roller ini akan membuat kepadatan
17
tanah menjadi lebih sempurna kemudian efeknya juga membuat permukaan
tanah lebih dinamis seperti adanya butiran tanah yang cenderung sanggup
mengisi bagian-bagian kosong yang ada sehingga kekuatan tanah bisa lebih
optimal.
18
Tabel 2.6: Faktor Bucket (Fb)
- Fb = Faktor bucket
- Fa = Faktor efisiensi alat
- Fv = Faktor konversi
- Ts = Waktu siklus (menit)
- 60 = Konversi jam ke menit
Kapasitas Produksi Vibratory Roller
Berikut adalah cara perhitungan kapasitas produksi pemadatan timbunan
yang dilakukan menggunakan vibratory roller :
𝑊 × 𝑣 × 𝐻 × 𝐸 × 1000
𝑄𝑒𝑥𝑐𝑎𝑣𝑎𝑡𝑜𝑟 =
𝑁
(2.28)
Keterangan :
- Q = Produksi per jam (m³/jam)
- v = Kecepatan operasi (km/jam)
- W = Lebar pemadatan efektif tiap pass (m)
- H = Tebal pemadatan untuk satu lapis (m)
19
- N = Jumlah pemadatan (jumlah pass oleh kompaktor) untuk suatu
kepadatan tertentu yang diperoleh dari percobaan lapangan atau percobaan
laboraturium
- E = Effisiensi kerja dari pas – pas yang dilalui
Tabel 2.17 : Kecepatan Operasi (v)
Tipe peralatan W
Tipe gilas makadam Lebar roda-gerak = 0,2 m
Mesin gilas tandem Lebar roda-gerak = 0,2 m
Kompaktor tanah (Lebar roda gerak x 2) = 0,2 m
Mesin gilas roda ban Jarak antar bagian paling luar dari
ban – ban paling luar = 0,3 m
Mesin gilas-getar yang besar Lebar roller = 0,2 m
Mesin gilas-getar yang kecil Lebar roller = 0,1 m
bulldozer (Lebar trackshoe x 2) = 0,3 m
Sumber : Rochmanhadi (1985) : Perhitungan Biaya Pelaksanaan Pekerjaan
dengan Menggunakan Alat – Alat Berat. Hal 57
Tabel 2.19 : Jumlah Pas Untuk Pemadatan (N)
Pemeliharaan Mesin
Kondisi
Baik Buruk
operasi Alat Baik Sedang Buruk
sekali sekali
Baik sekali 0,83 0,81 0,76 0,70 0,63
Baik 0,78 0,75 0,71 0,65 0,60
Sedang 0,72 0,69 0,65 0,60 0,54
Buruk 0,63 0,61 0,57 0,52 0,45
Buruk sekali 0,52 0,5 0,47 0,42 0,32
20
Sumber : Rochmanhadi (1985) : Perhitungan Biaya Pelaksanaan Pekerjaan
dengan Menggunakan Alat – Alat Berat. Hal 15
Effisiensi kerja dapat ditentutkan sesuai keadaan / kondisi seperti tersebut
dibawah ini :
- Jika pekerjaan relatif mudah dengan kondisi tanah yang mudah dipadatkan
E = 0,4 ; 0,6
- Jika pemadatan dilakukan untuk lapisan sub-dasar (subbase) atau pemadatan
yang sulit, dan kondisi tanah yang kurang baik E = 0,4 ; 0,6
Tabel 2.21 : Kapasitas Penimbunan Dengan Tangan / Alat Sekop
(2.29)
2.2.5. Pekerjaan Bore Pile
Bore pile merupakan pondasi dengan elemen beton bertulang yang dimasukkan
ke dalam lubang bor. Bore pile berfungsi meneruskan beban struktur bangunan
diatasnya dari permukaan tanah sampai lapisan tanah keras di bawahnya. Berikut
adalah rumus perhitungan volume yang dibutuhkan per titik bore pile :
Volume = Luas diameter lubang × Kedalaman bor
(2.30)
2.2.5.1.Alat yang Digunakan
Pada proyek ini alat yang digunakan saat pengeboran adalah mini crane atau
gawangan. Dengan menggunakan alat/mesin bor mini crane bisa dilakukan
pengeboran dengan diameter 30 cm sampai 60 cm dengan pilihan kedalaman 6
meter sampai 24 meter bahkan lebih.
21
Gambar 2.5 Mini Crane atau Gawangan
(jasaborpel.com)
2.2.5.2.Kapasitas Produksi
Dalam proses pengeboran waktu yang diperlukan disesuaikan dengan
kondisi yang ada dilapangan, diameter lubang bor, dan kedalaman yang
dibutuhkan. Kapasitas produksi bore pile per hari sebagai berikut :
Jam Kerja
Q =
CT
(2.31)
Keterangan :
Jam kerja efektif = Dalam 1 hari ditetapkan adalah 8 jam bekerja ekeftif
CT = Cycle Time
Dalam perhitungan cycle time dilakukan dari proses mengecek titik yang
akan dibor hingga proses pengecoran. Penentuan cycle time didapatkan dari
pengamatan dilapangan. Berikut cycle time bore pile per titik :
Waktu cek titik bor = 5 menit
Waktu persiapan alat = 10 menit
Waktu cek ketegakan alat = 5 menit
Waktu pemasangan casing = 20 menit
Waktu pengeboran = 90 menit
Waktu pembersihan lubang = 15 menit
Waktu pemasangan besi = 15 menit
Waktu pengecoran = 45 menit
Didapatkan total waktu yang dibutuhkan adalah 3 jam 25 menit untuk cycle time
bore pile per titik.
2.2.5.3.Durasi Pekerjaan
Setelah didapatkan kapasitas produksi yang dikerjakan per titik. Lalu
dihitung durasi yang diperlukan pada pekerjaan bore pile dengan rumus sebagai
berikut :
22
Jumlah titik bore pile
Durasi =
Kapasitas produksi per titik
(2.32)
2.2.6. Pekerjaan Pembesian
Pekerjaan pembesian adalah suatu kegiatan pekerjaan menyusun besi tulangan
sesuai dengan yang dibutuhkan. Pembesian pada penulangan beton dihitung
berdasarkan beratnya dalam kg atau dalam ton. Dalam perhitungan volume
pembesian perlu ada pertimbangan untuk pekerjaan pembengkokan tulangan,
panjang kait, serta pemotongnya. Dalam hal ini digunakan untuk menentukan
kebutuhan besi secara efisien. Untuk perhitungan volume tulangan pembesian
ditentukan dengan menghitung seluruh panjang besi pada elemen struktur
bangunan. Berikut merupakan rumus perhitungan panjang pembesian :
Panjang pembesian (P) = A + B + C + D + E
(2.33)
Keterangan :
- A = Panjang besi tulangan terpendek (m)
- B = Panjang besi tulangan terpanjang (m)
- C = Panjang kaitan (m)
- D = Panjang kait tambahan (m)
- E = Panjang bengkokan (m)
Dari perhitungan panjang tulangan, kemudian dilakukan perhitungan volume
pembesian dengan satuan kilogram (kg) dengan rumus sebegai berikut :
Volume pembesian = P x W
(2.34)
Keterangan :
- P = Panjang total besi tulangan (m)
- W = Berat besi tulangan per meter (kg/m)
Berikut adalah berat berdasarkan diameternya :
Tabel 2.22 : Berat besi beton batang polos per meter panjang
Luas
Diameter Berat Nominal per
Penampang
No Nominal (d) meter
Nominal (A)
mm mm² Kg.m
1 6 28 0,222
2 8 50 0,395
3 10 79 0,617
4 12 113 0,888
5 14 154 1,208
23
6 16 201 1,578
7 19 284 2,226
8 22 380 2,984
9 25 491 3,853
10 28 616 4,834
11 32 804 6,313
12 36 1018 7,990
13 40 1257 9,865
14 50 1964 15,413
Sumber : SNI 2052 – 2017 halaman 4
Tabel 2.23 : Berat besi beton batang ulir per meter panjang
Luas
Diameter Jarak Sirip Jarak Sirip Berat
Penampang
Nominal Tinggi Sirip (H) Melintang Membujur Nominal
No Nominal
(A) (P) Maks (T) Maks per meter
(A)
mm mm² mm mm mm mm Kg/m
1 6 28 0,3 0,6 4,2 4,7 0,222
2 8 50 0,4 0,8 5,6 6,3 0,395
3 10 79 0,5 1,0 7,0 7,9 0,617
4 13 133 0,7 1,3 9,1 10,2 1,042
5 16 201 0,8 1,6 11,2 12,6 1,578
6 19 284 1,0 1,9 13,3 14,9 2,226
7 22 380 1,1 2,2 15,4 17,3 2,984
8 25 491 1.3 2,5 17,5 19,7 3,853
9 29 661 1,5 2,9 20,3 22,8 5,185
10 32 80 1,6 3,2 22,4 25,1 6,313
11 36 1018 1,8 3,6 25,2 28,3 7,990
12 40 1257 2,0 4,0 28,0 31,4 9,865
13 50 1964 2,5 5,0 35,0 39,3 15,413
14 54 2290 2,7 5,4 37,8 42,3 17,978
15 56 2552 2,9 5,7 39,9 44,6 20,031
Sumber : SNI 2052 – 2017 halaman 5
2.2.6.1.Alat yang Digunakan
Pemotong besi (bar cutter)
Bar cutter merupakan alat untuk memotong tulangan sesuai dengan kebutuhan
25
Dari tabel diatas perhitungan kapasitas produksi kaitan dapat dicari
menggunakan rumus yaitu :
jam kerja buruh pembengkokan
Q =
100 buah
(2.36)
jam kerja butuh kait
Q =
100 buah
(2.37)
Setelah pekerjaan bengkokan dan kaitan, besi beton akan dilakukan
pemasangan. Berikut tabel jam kerja pekerja dalam pemasangan 100 buah
batang tulangan :
Tabel 2.25 : Jam kerja butuh yang dibutuhkan untuk memasang 100 buah
batang tulangan
(2.39)
Durasi pembengkokan dengan mesin :
Perhitungan sama dengan rumus 2.36
26
jam kerja buruh pembengkokan
Q =
100 buah
Durasi mengaitkan dengan mesin :
Perhitungan sama dengan rumus 2.37
jam kerja butuh kait
Q =
100 buah
Durasi pemasangan :
Perhitungan sama dengan rumus 2.38
jam kerja butuh pasang
Q =
100 buah
Jumlah jam kerja dalam 1 hari adalah 8 jam jadi untuk perhitungan durasi
pembesian per hari menggunakan rumus sebagai berikut :
jumlah durasi (jam)
Durasi (hari) =
8 jam × jumlah grup
(2.40)
2.2.7. Pekerjaan Bekisting
Pekerjaan bekisting menggunakan bekisting kayu dengan ukuran 122 x 244 cm
dan tebal 12 mm. Pemasangan bekisting kayu memerlukan waktu yang terdiri dari
pabrikasi atau pembuatan, dan pemasangan maupun pembongkaran bekisting, serta
pembersihan dan perawatan bekisting. Berikut adalah item pekerjaan bekisting pada
proyek PLTM Harjosari Pekalongan :
Pekerjaan bekisting kolom
L (m ) = [2 × (h −t )] + [2 × (b −t )]
(2.41)
L
Σ multiplek (lbr) =
2,97
(2.42)
Berat per lembar = (2,44 × 1,22 × 0,012)m × 675 kg/m
(2.43)
Pekerjaan bekisting shearwall
L (m ) = 2 × (h −t )
(2.44)
L
Σ multiplek (lbr) =
2,97
27
(2.45)
Berat per lembar = (2,44 × 1,22 × 0,012)m × 675 kg/m
(2.46)
Pekerjaan bekisting balok
L (m ) = 2 × h −t × Ln +[ L + 2×t ×
Ln ]
(2.47)
L
Σ multiplek (lbr) =
2,97
(2.48)
Berat per lembar = (2,44 × 1,22 × 0,012)m × 675 kg/m
(2.49)
Pekerjaan bekisting pelat
L (m ) = P × L
(2.50)
L
Σ multiplek (lbr) =
2,97
(2.51)
Berat per lembar = (2,44 × 1,22 × 0,012)m × 675 kg/m
(2.52)
Pekerjaan bekisting tangga
- Anak tangga
L (m ) = t ×L ×Σ
(2.53)
- Pelat bordes
L (m ) = P × L
(2.54)
- Pelat tangga
L (m ) = 2 × (p +l )
(2.55)
28
L +L +L
Σ multiplek (lbr) =
2,97
(2.56)
Berat per lembar = (2,44 × 1,22 × 0,012)m × 675 kg/m
(2.57)
2.2.7.1.Kapasitas Produksi Bekisting Kayu
Kebutuhan kayu bekisting untuk setiap jenis pekerjaan berbeda – beda.
Berikut ini adalah kebutuhan kayu yang digunakan untuk bekisting / cetakan
beton.
Tabel 2.26 : Perkiraan Keperluan Kayu untuk Cetakan Beton Luas Cetakan 10
m²
29
Tabel 2.27 : Keperluan Jam Kerja Buruh untuk Pekerjaan Cetakan Beton
30
2.2.8. Pekerjaan Pasangan Batu
Pekerjaan pasangan batu biasa digunakan untuk dinding penahan tanah dan
untuk membuat pondasi pada bangunan. Bahan yang digunakan pada pekerjaan ini
adalah batu kali belah dan mortar. Perhitungan volume pekerjaan pasangan batu
sebegai berikut.
Volume total = p × l × t
(2.63)
Keterangan :
- p = Panjang area pasangan batu
- l = lebar area pasangan batu
- t = tinggi pasangan batu
Pada pekerjaan pasangan batu menggunakan komposisi campuran mortar 1:4.
Berikut adalah tabel bahan yang diperlukan untuk campuran 1 m³ mortar atau spesi
yang terdiri dari semen dan pasir.
Tabel 2.28 : Bahan yang Diperlukan Untuk Campuran 1 m³ mortar atau spesi yang
terdiri dari semen dan pasir saja
Campuran Semen
Pasir m³ Keterangan
semen : pasir Kantong m³
1:1 24,75 0,7 0,7 1 zak semen = 42,5 kg = 0,028
1:2 16,60 0,47 0,96 m³
1:3 12,75 0,36 1,08 1 m³ pasir = ±1550 kg
1:4 10,25 0,29 1,16
Sumber : Ir. A. Soedradjat S, Analisa (cara modern) Anggaran Biaya Pelaksanaan,
Nova, Bandung, halaman 125
Pada pekerjaan pasangan batu tentu memerlukan spesi yang dibutuhkan saat
melakukan pemasangan pasangan batu. Berikut tabel kebutuhan spesi kira – kira
pada pekerjaan pasangan batu.
Tabel 2.29 : Kebutuhan Spesi Kira – Kira
31
Tabel 2.30 : Keperluan tenaga buruh secara rata – rata berdasarkan
pengamatan di lapangan
32
- Batu khusus dengan 3 0,25 – 0,59 m³ 1,70 – 3,93 jam per m³
- Batu lapis hias atau 6 0,42 – 0,85 m³ 0,25 – 0,50 jam per m²
pembantu
Memasang batu
1 orang
dengan
tukang
pertolongan
batu, 2 - 3
mesin derek :
orang tk
- Pondasi berat 0,76 – 1,53 m³ 0,66 – 1,31 jam per m³
dengan 8
- Batu belah 0,51 – 1,13 m³ 0,92 – 1,97 jam per m³
atau 12
- Batu khusus 0,34 – 0,85 m³ 1,18 – 2,88 jam per m³
pembantu
- Batu lapis hias 1,15 – 5,4 m² 0,13 – 0,29 jam per m²
Menyelesaikan 1 orang
voeg – voeg : tukang
- Biasa batu & 1/3
- Bentuk khusus –1 1,8 – 4,50 m² 0,17 – 0,42 jam per m²
- membersihkan pembantu 0,9 – 2,70 m² 0,25 – 0,75 jam per m²
1 orang 1,8 – 6,3 m² 0,13 – 0,42 jam per m²
butuh
Sumber : Ir. A. Soedradjat S, Analisa (cara modern) Anggaran Biaya
Pelaksanaan, Nova, Bandung, halaman 134
2.2.8.2.Durasi Pekerjaan Pasangan Batu
Setelah menghitung kapasitas produksi pada pekerjaan pasangan batu, lalu
akan ditentukan durasi pekerjaan. Berikut rumus durasi pekerjaan pasangan
batu.
Volume total
Durasi =
jumlah grup × kapasitas produksi
(2.64)
2.2.9. Pekerjaan Bronjong
Pekerjaan bronjong merupakan pekerjaan sangat dibutuhkan pada konstruksi
bangunan air ataupun pada lokasi yang berada didataran tinggi seperti tebing –
tebing. Bronjong kawat adalah kotak yang dibuat dari anyaman kawat baja berlapis
seng yang pada penggunaannya diisi batu-batu untuk pencegahan erosi yang
dipasang pada tebing-tebing, tepi-tepi sungai, yang proses penganyamannya dengan
menggunakan mesin (SNI 03-0090-1999).
33
Keterangan gambar :
1 = Kawat anyaman
2 = Kawat sisi
3 = Lilitan ganda
S = lebar anyaman
d = Panjang lilitan
L = Panjang anyaman
Pada bronjong kawat terdapat 2 bentuk, bentuk I dan bentuk II. Berikut gambar
terkait bentuk bronjong kawat
34
Sumber : SNI 03-0090-1999, halaman 5
Kolom kode menunjukkan ukuran bronjong kawat sedangkan untuk ukuran
anyaman bronjong kawat 80 x 100 mm, diameter kawat anyaman 2,70 mm, kawat
sisi 3,400 mm, kawat pengikat 2 mm. Dan untuk ukuran anyaman bronjong 100 x
120 mm, diameter kawat anyaman 3,00 mm, kawat sisi 4,00 mm dan diameter kawat
pengikat 2,0 mm. Toleransi ukuran kotak (lebar, tinggi dan panjang) sebesar 5%.
Tabel 2.32 : Ukuran Bronjong Kawat Bentuk II
36
Tabel 2.34 : Berat Bagian – Bagian yang Ikut Serta Untuk Setiap Bagian
Konstruksi
37
Tabel 2.36 : Spesifikasi Alat Mobile Crane
38
- Membongkar dari truck dan mendirikan 12 – 24
- Membongkar dan memuatkan 6 – 16
39
- Bangunan bertingkat (bangunan – bangunan
kantor)
Sumber : Ir. A. Soedradjat S, Analisa (cara modern) Anggaran Biaya
Pelaksanaan, Nova, Bandung, halaman 283
Tabel 2.39 : Jam Kerja yang Diperlukan Untuk Pekerjaan Memasang Baut,
Mengeling dan Pekerjaan – Pekerjaan Lain – Lainnya
40
Kerangka tegak dinding, berat 3 0,12 – 0,25 setiap batang
kg/m’ atau lebih 1,2 – 2,5 setiap 30 m
Lapisan penjepit dinding dibawah 3 – 6 setiap 30 m
atau diatas
Jendela – jendela kerangka baja, 3,24 – 12,95 setiap 10 m² luas
hanya memasang saja lobang
Mengecat atau mendempul celah – 2 – 5 setiap 30 m atau setiap batang
celah
Memasang jendela – jendela dan 5,40 – 10,80 setiap 10 m²
mendempul celah – celah
Sumber : Ir. A. Soedradjat S, Analisa (cara modern) Anggaran Biaya
Pelaksanaan, Nova, Bandung, halaman 286
Setelah menghitung jam kerja yang diperlukan untuk pemasangan
kosntruksi baja, lalu perlu memperhitungkan terkait kapasitas produksi alat berat
yang digunakan. Berikut adalah rumus kapasitas produksi alat berat yap crane
dan mobile crane.
60
Produktivitas (Q) ton/jam = kapasitas alat ×E
CT
(2.67)
Keterangan :
- Kapasitas alat (q) ; ton
- CT = waktu siklus (menit)
- E efisiensi kerja (tabel 2.20)
2.2.10.3. Durasi Pemasangan Struktur Baja
Setelah perhitungan kapasitas produksi dari alat berat dan jam kerja pada
saat konstruksi, maka ditotal durasi yang dibutuhkan dengan rumus sebagai
berikut.
Volume pekerjaan × Q
Durasi total =
jumlah grup
(2.68)
2.2.11. Pekerjaan Pengecoran
Pekerjaan pengecoran dilakukan setelah pekerjaan pembesian dan pekerjaan
bekisting telah dikerjakan. Pada pekerjaan pengecoran, metode yang digunakan
berbeda – beda dikarenakan kondisi daerah yang susah dilalui alat berat. Jenis
metode pengecoran yang digunakan adalah beton ready mix dan concrete pump dan
beton site mix plan. Perhitungan volume beton sebagai berikut :
Volume beton (m ) = l × b × h
(2.69)
Keterangan :
41
- l = Panjang bangunan (m)
- b = Lebar bangunan (m)
- h = Tinggi bangunan (m)
2.2.11.1. Alat yang Digunakan
a) Concrete pump
Concrete pump merupakan alat berat yang digunakan untuk pengecoran
beton yang berfungsi memompa beton dan disalurkan melalui selang. Pekerjaan
pengecoran menggunakan concrete pump dapat mempercepat proses pekerjaan
pengecoran
42
Mixer Concrete truck berfungsi untuk mengangkut beton ready mix dari
tempat pembuatan beton ke lokasi, dimana selama perjalanan tangki berisi
adukan beton terus berputar agar adukan beton tetap homogen dan tidak
mengeras.
Spesifikasi Alat
Nama alat Excavator Sumitomo SH210-6
Tipe PC 210
Bucket capacity 0,8 m³
Boom lenght 5,70 m
Arm lenght 2,94 m
Bucket digging force 142 kN
Arm digging force 103 kN
Max digging radius 9.900 mm
Max digging height 9.610 mm
Sumber : www.sumitomokenki.com
43
2.2.11.2. Durasi Pengecoran
Durasi pekerjaan pengecoran tidak hanya pada kapasitas produksi concrete
pump dam excavator saat menyalurkan beton yang diperhatikan. Terdapat
komponen tahapan lain juga yang perlu diperhatikan.
Menggunakan ready mix dan concrete pump
Tahap persiapan
- Durasi pengambilan sampel slump (5 menit / truck mixer)
- Pengaturan posisi truck mixer dan concrete pump (8 menit / truck
mixer)
- Pemasangan pompa (20 menit)
- Waktu tunggu pompa (10 menit)
- Waktu menuangkan ke CP (10 menit)
- Pergantian antar truck mixer (5 menit)
Total waktu persiapan kurang lebih 58 menit
Waktu operasional pengecoran
Waktu operasional pengecoran adalah waktu saat pengecoran
berlangsung :
Volume pengecoran
t = × 60 menit
m3
Kapasitas produksi CP ( )
jam
(2.70)
Waktu pasca pelaksanaan
- Pembersihan pompa (10 menit)
- Pembongkaran pompa (20 menit)
- Persiapan kembali (10 menit)
Total waktu pasca pelaksanaan kurang lebih 40 menit
Setelah mengetahui durasi dari masing – masing tahapan, maka perhitungan
total durasi pengecoran adalah
t = persiapan + waktu pengecoran + pasca pelaksanaan
(2.71)
Menggunakan site mix plan
Tahap site mix
- Memasukkan material air, semen, pasir, split dengan excavator (10
menit)
- Menunggu adukan beton tercampur homogen (5 menit)
Tahap persiapan
- Perjalanan menuju area pengecoran dan memutar balik kendaraan (10
menit)
- Durasi pengambilan sampel slump (5 menit)
Waktu operasional pengecoran
Waktu operasional pengecoran adalah waktu saat pengecoran dengan
dibantu excavator untuk menuangkan beton ke area yang akan dicor
44
- Pengecoran berlangsung (20 menit berdasarkan pengamatan
dilapangan / truck mixer)
Pasca pelaksanaan
- Persiapan kembali (10 menit)
- Pembersihan excavator dan truck mixer (10 menit)
2.2.12. Pekerjaan Grouting
Metode grouting merupakan salah satu metode perbaikan dari portland cement
grout yang bertujuan untuk memperbaiki struktur beton bertulang dengan cara
mengecor kembali beton yang telah dibobok sampai bagian beton yang padat untuk
mengembalikan pada dimensi awal dari komponen struktur beton agar umur
pelayanannya bertambah. Proses pelaksanaan metode grouting terbagi menjadi
empat tahap, yaitu :
1. Tahap pertama adalah tahap persiapan untuk alat dan bahan yang digunakan.
2. Tahap kedua adalah tahap pengadukan material perbaikan menggunakan hand
mixer.
3. Tahap ketiga adalah tahap penempatan/pengecoran material perbaikan ke dalam
cetakan (bekisting) melalui selang yang dihubungkan dengan tabung sagola
dengan bantuan tekanan dari compressor.
4. Tahap yang terakhir yaitu tahap perawatan material perbaikan yang telah
mengeras.
Adapun jenis grouting yang perlu dikerjaan untuk pekerjaan sub struktur atau
pondasi bending utama meliputi pondasi bawah permukaan dan atas permukaan.
Berikut jenis grouting pada bendung :
Pekerjaan grouting untuk bawah permukaan meliputi :
a. Grouting Tirai
b. Grouting Konsolidasi
c. Grouting Blanket (selimut)
Pekerjaan grouting untuk atas permukaan meliputi :
a. Shotcreting (grouting semprot kasar)
b. Guniting (grouting semprot halus)
2.3. Metodologi Pelaksanaan
2.3.1. Pekerjaan Bendung dan Intake
45
Gambar 2.17 Tahapan Pekerjaan Bendung dan Intake
46
Setelah itu melakukan pemasangan bouwplank yaitu memberikan batasan –
batasan area yang akan dikerjakan dan pengecekan elevasi tanah pada area
bendung dan intake untuk menentukan berapa kedalaman galian yang perlu
digali.
2.3.1.2. Pekerjaan Dewatering
Setelah melakukan pekerjaan persiapan diperlukan pekerjaan dewatering.
Pekerjaan dewatering adalah pekerjaan mengalihkan aliran air sementara agar
dalam proses pekerjaan tidak terganggu dan lebih mudah. Pekerjaan dewatering
menggunakan metode cover dam dan menggunakan pompa dewatering pada
area kerja.
Cover dam di pasang sesuai dengan aliran sungai hingga melewati bendung.
Pembuatan cover dam menggunakan bronjong dengan dimensi menyesuaikan
kebutuhan yang diperlukan dengan ketinggian batas maksimal debit air yang
telah direncanakan, untuk mengantisipasi apabila debit air tinggi. Selain
bronjong juga di tambahkan kantong pasir untuk penahan air tidak masuk
melalui celah – celah bronjong.
2.3.1.3. Pekerjaan Galian
Pekerjaan galian dilakukan setelah pekerjaan persiapan dan pekerjaan
dewatering selesai. Area yang akan digali adalah area yang telah diberikan patok
– patok batas dan dengan kedalaman galian sesuai dengan gambar rencana.
Setelah digali dilakukan survey untuk pengecekan elevasi galian sudah sesuai
dengan gambar rencana.
2.3.1.4. Pekerjaan Timbunan
Pekerjaan timbunan dilakukan setelah pekerjaan galian selesai. Pekerjaan
timbunan menggunakan tanah hasil galian. Dalam proses pekerjaan
menggunakan alat berat excavator untuk mengambil tanah untuk ditimbun dan
alat berat pemadat, pemadatan dilakukan per lapis dengan ketebalan yang telah
direncanakan.
Pekerjaan timbunan yang pertama dilakukan setelah pekerjaan galian untuk
memastikan tanah yang akan dilakukan pekerjaan sudah padat. Dan yang kedua
pekerjaan timbunan dilakukan diakhir ketika seluruh pekerjaan area bendung
dan intake selesai dikerjakan.
2.3.1.5. Pekerjaan Pasangan Batu
Pekerjaan pasangan batu pada area bendung ini meliputi pekerjaan retaining
wall, pilar bendung dan pekerjaan lantai cyclop. Pekerjaan pasangan batu
retaining wall dan lantai cyclop dilakukan pemecahan batu kali terlebih dahulu
yang dilakukan bersamaan dengan pekerjaan persiapan.
Dalam proses ini terdapat dua tahap yaitu pekerjaan tahap 1 yang meliputi
retaining wall sisi sebelah kanan (dekat dengan pintu saluran penguras), pilar
bendung, lantai cyclop, dan pilar intake. Dan pada tahap 2 meliputi retaining
wall (sisi sebelah kiri), lantai cyclop, dan spill way. Setelah itu dapat dimulai
pekerjaan pemasangan batu dengan perekat mortar. Spesi yang digunakan ±2
47
cm dan adukan mortar tidak terlalu kental. Pekerjaan retaining wall dan lantai
cyclop dilakukan secara bersamaan.
2.3.1.6. Pekerjaan Lantai Kerja
Pekerjaan lantai kerja ini dilakukan pada awal yaitu sebelum pekerjaan
pasangan batu pada bagian pilar bendung dan pilar intake. Lantai kerja
digunakan untuk mempermudah dalam melakukan pekerjaan. Lantai kerja
terbuat dari beton K-125 yang dibuat tanpa menggunakan tulangan.
2.3.1.7.Pekerjaan Pemasangan Wiremesh
Pekerjaan pemasangan wiremesh ini dilakukan setelah pekerjaan beton
cyclop selesai dikerjaan. Wiremesh digunakan untuk membuat selimut beton
pada mercu bendung.
2.3.1.8. Pekerjaan Beton Cyclop
Beton cyclop merupakan campuran beton yang ditambahkan batu kali pada
adukan beton. Beton cyclop dikerjaan pada bagian spill way bendung. Mutu
beton yang digunakan adalah K-175.
2.3.1.9. Pekerjaan Pembesian
Pekerjaan pembesian meliputi pembesian plat dinding pintu penguras
bendung, plat dinding pintu intake, plat atap pintu penguras bendung, dan plat
atap pintu intake. Pekerjaan pembesian dilakukan pabrikasi terlebih dahulu.
Pabrikasi besi meliputi pemotongan, pembengkokan, dan perakitan tulangan
sesuai dengan gambar rencana. Setelah selesai, tulangan yang telah di pabrikasi
dilakukan pemasangan tulangan dan menggunakan bantuan kawat bendrat untuk
mengikat antar tulangan.
2.3.1.10. Pekerjaan Bekisting
Pekerjaan bekisting meliputi bekisting plat dinding pintu penguras bendung,
plat dinding pintu intake, bagian atap pintu penguras bendung, dan bagian atap
pintu intake. Pekerjaan bekisting dilakukan pabrikasi telebih dahulu. Pabrikasi
bekisting meliputi pemotongan dan perakitan bekisting sesuai dengan gambar
rencana. Bekisting yang telah di pabrikasi di dilakukan pemasangan dan di
berikan penguat agar bekisting rapat supaya pengecoran mendapatkan hasil yang
baik.
2.3.1.11. Pekerjaan Pengecoran
Pengecoran pada area bendung dan intake meliputi plat dinding pintu
penguras bendung, plat dinding pintu intake, bagian atap pintu penguras
bendung, dan bagian atap pintu intake. Pengecoran menggunakan metode site
mix, dimana adukan beton dilakukan di lokasi proyek secara langsung
menggunakan bantuan excavator sebagai memasukkan material dan
menuangkan adukan beton ke area yang akan dicor. Dan menggunakan truck
mixer sebagai alat mengaduk campuran beton.
48
2.3.2. Pekerjaan Saluran Transisi
49
Pekerjaan timbunan yang pertama dilakukan setelah pekerjaan galian untuk
memastikan tanah yang akan dilakukan pekerjaan sudah padat. Dan yang kedua
pekerjaan timbunan dilakukan diakhir ketika seluruh pekerjaan area saluran
transisi selesai dikerjakan.
2.3.2.4. Pekerjaan Lantai Kerja
Pekerjaan lantai kerja ini dilakukan setelah pekerjaan timbunan tahap
pertama. Lantai kerja digunakan untuk mempermudah dalam melakukan
pekerjaan. Lantai kerja terbuat dari beton K-125 yang dibuat tanpa
menggunakan tulangan.
2.3.2.5.Pekerjaan Pembesian
Pekerjaan pembesian pada box culvert saluran transisi dilakukan pabrikasi
terlebih dahulu. Pabrikasi besi meliputi pemotongan, pembengkokan, dan
perakitan tulangan sesuai dengan gambar rencana. Setelah selesai, tulangan yang
telah di pabrikasi dilakukan pemasangan dan menggunakan bantuan kawat
bendrat untuk mengikat antar tulangan.
2.3.2.6. Pekerjaan Bekisting
Pekerjaan bekisting pada box culvert saluran transisi dilakukan pabrikasi
telebih dahulu. Pabrikasi bekisting meliputi pemotongan dan perakitan bekisting
sesuai dengan gambar rencana. Bekisting yang telah di pabrikasi di dilakukan
pemasangan dan di berikan penguat agar bekisting rapat supaya pengecoran
mendapatkan hasil yang baik.
2.3.2.7.Pekerjaan Pengecoran
Pengecoran pada saluran transisi dibagi menjadi dua tahapan agar beton
lebih menyatu dan menghindari crack pada beton. Tahap pertama dilakukan
pengecoran pada sisi bawah box culvert terlebih dahulu. Setelah tahap pertama
selesai dilanjutkan tahap kedua yaitu pengecoran bagian sisi atas box culvert.
Pengecoran menggunakan metode site mix, dimana adukan beton dilakukan di
lokasi proyek secara langsung menggunakan bantuan excavator sebagai
memasukkan material dan menuangkan adukan beton ke area yang akan dicor.
Dan menggunakan truck mixer sebagai alat mengaduk campuran beton.
2.3.3. Pekerjaan Sandtrap
50
Gambar 2.19 Tahapan Kerja Sandtrap
2.3.3.1.Pekerjaan Persiapan dan Pemasangan Bouwplank
Sebelum dilakukan pekerjaan pada area sandtrap diperlukan pekerjaan
persiapan. Pekerjaan persiapan terdiri dari pembersihan lahan dan pekerjaan
survey menentukan koordinat pada area sandtrap sesuai gambar rencana.
Setelah itu melakukan pemasangan bouwplank yaitu memberikan batasan –
batasan area yang akan dikerjakan dan pengecekan elevasi tanah pada area sand
trap untuk menentukan berapa kedalaman galian yang perlu digali.
2.3.3.2.Pekerjaan Galian
Pekerjaan galian dilakukan setelah pekerjaan persiapan dan pemasangan
bouwplank selesai. Area yang akan digali adalah area yang telah diberikan patok
– patok batas dan dengan kedalaman galian sesuai dengan gambar rencana.
Setelah digali dilakukan survey untuk pengecekan elevasi galian sudah sesuai
dengan gambar rencana.
2.3.3.3.Pekerjaan Timbunan
Pekerjaan timbunan dilakukan setelah pekerjaan galian selesai. Pekerjaan
timbunan menggunakan tanah hasil galian. Dalam proses pekerjaan
menggunakan alat berat excavator untuk mengambil tanah untuk ditimbun dan
alat berat pemadat, pemadatan dilakukan per lapis dengan ketebalan yang telah
direncanakan.
Pekerjaan timbunan yang pertama dilakukan setelah pekerjaan galian untuk
memastikan tanah yang akan dilakukan pekerjaan sudah padat. Dan yang kedua
pekerjaan timbunan dilakukan diakhir ketika seluruh pekerjaan area sandtrap
selesai dikerjakan.
2.3.3.4.Pekerjaan Lantai Kerja
Pekerjaan lantai kerja ini dilakukan setelah pekerjaan timbunan tahap
pertama. Lantai kerja digunakan untuk mempermudah dalam melakukan
51
pekerjaan. Lantai kerja terbuat dari beton K-125 yang dibuat tanpa
menggunakan tulangan.
2.3.3.5.Pekerjaan Pembesian
Pekerjaan pembesian pada item bangunan sandtrap terdapat pembesian
lantai, dinding, dan bagian atap pintu sandtrap. Pembesian pada sandtrap
dilakukan pabrikasi terlebih dahulu. Pabrikasi besi meliputi pemotongan,
pembengkokan, dan perakitan tulangan sesuai dengan gambar rencana. Setelah
selesai, tulangan yang telah di pabrikasi dilakukan pemasangan dan
menggunakan bantuan kawat bendrat untuk mengikat antar tulangan.
2.3.3.6.Pekerjaan Bekisting
Pekerjaan bekisting pada item bangunan sandtrap terdapat bekisting lantai,
dinding, dan bagian atap pintu sandtrap. Pekerjaan bekisting sandtrap dilakukan
pabrikasi telebih dahulu. Pabrikasi bekisting meliputi pemotongan dan perakitan
bekisting sesuai dengan gambar rencana. Bekisting yang telah di pabrikasi di
dilakukan pemasangan dan di berikan penguat agar bekisting rapat supaya
pengecoran mendapatkan hasil yang baik.
2.3.3.7.Pekerjaan Pengecoran
Pengecoran pada sandtrap dibagi menjadi beberapa tahapan agar beton lebih
menyatu dan menghindari crack pada beton. Tahapan awal yang di lakukan
pengecoran terlebih dahulu adalah bagian sisi bawah/lantai pada sandtrap.
Setelah itu dapat dilanjutkan pada bagian dinding – dinding sandtrap. Pada
tahapan akhir yaitu pengecoran pada bagian atap pintu air sandtrap yang terdiri
dari plat lantai, kolom, dan penutup atap. Pengecoran menggunakan metode site
mix, dimana adukan beton dilakukan di lokasi proyek secara langsung
menggunakan bantuan excavator sebagai memasukkan material dan
menuangkan adukan beton ke area yang akan dicor. Dan menggunakan truck
mixer sebagai alat mengaduk campuran beton.
2.3.3.8.Pekerjaan Pasangan Batu Kali
Pekerjaan pasangan batu pada sandtrap ini meliputi pekerjaan drainase.
Pekerjaan pasangan batu drainase dilakukan pemecahan batu kali terlebih dahulu
yang dilakukan bersamaan dengan pekerjaan persiapan. Pasangan batu kali pada
drainase menggunakan komposisi 1:4.
2.3.3.9.Pekerjaan Pasangan Bronjong dan Rip Rap Boulder
Pekerjaan bronjong pada sandtrap ini diletakkan berdekatan dengan aliran
sungai. Pada pekerjaan ini menggunakan bronjong kawat yang dibuat dari
anyaman kawat baja berlapis seng yang pada penggunaannya diisi batu-batu
untuk pencegahan erosi yang dipasang pada tebing-tebing, tepi-tepi sungai.
Sedangkan rip rap boulder diletakkan bersebelahan dengan bronjong yang
memiliki fungsi sebagai tambahan peredam energi di hilir bendung dan
berfungsi pula sebagai lapisan perisai untuk mengurangi kedalaman
penggerusan setempat dan untuk melindungi tanah dasar di hilir peredam energi
bendung.
52
2.3.4. Pekerjaan Headpond dan Saluran Penguras
53
2.3.4.1.Pekerjaan Persiapan dan Pemasangan Bouwplank
Sebelum dilakukan pekerjaan pada area heapond dan saluran penguras
diperlukan pekerjaan persiapan. Pekerjaan persiapan terdiri dari pembersihan
lahan dan pekerjaan survey menentukan koordinat pada area headpond dan
saluran penguras sesuai gambar rencana.
Setelah itu melakukan pemasangan bouwplank yaitu memberikan batasan –
batasan area yang akan dikerjakan dan pengecekan elevasi tanah pada area
headpond dan saluran penguras untuk menentukan berapa kedalaman galian
yang perlu digali.
2.3.4.2.Pekerjaan Galian
Pekerjaan galian dilakukan setelah pekerjaan persiapan dan pemasangan
bouwplank selesai. Area yang akan digali adalah area yang telah diberikan patok
– patok batas dan dengan kedalaman galian sesuai dengan gambar rencana.
Setelah digali dilakukan survey untuk pengecekan elevasi galian sudah sesuai
dengan gambar rencana.
2.3.4.3.Pekerjaan Timbunan
Pekerjaan timbunan dilakukan setelah pekerjaan galian selesai. Pekerjaan
timbunan menggunakan tanah hasil galian. Dalam proses pekerjaan
menggunakan alat berat excavator untuk mengambil tanah untuk ditimbun dan
alat berat pemadat, pemadatan dilakukan per lapis dengan ketebalan yang telah
direncanakan.
Pekerjaan timbunan yang pertama dilakukan setelah pekerjaan galian untuk
memastikan tanah yang akan dilakukan pekerjaan sudah padat. Dan yang kedua
pekerjaan timbunan dilakukan diakhir ketika seluruh pekerjaan area headpond
dan saluran penguras selesai dikerjakan.
2.3.4.4.Pekerjaan Lantai Kerja
Pekerjaan lantai kerja ini dilakukan setelah pekerjaan timbunan. Lantai kerja
digunakan untuk mempermudah dalam melakukan pekerjaan. Lantai kerja
terbuat dari beton K-125 yang dibuat tanpa menggunakan tulangan.
2.3.4.5.Pekerjaan Beton Cyclop
Beton cyclop merupakan campuran beton yang ditambahkan batu kali pada
adukan beton. Beton cyclop dikerjaan pada bagian mercu headpond. Mutu beton
yang digunakan adalah K-175. Pekerjaan beton cyclop dilakukan pada bagian
awal pekerjaan setelah lantai kerja selesai.
2.3.4.6.Pekerjaan Pemasangan Wiremesh
Pekerjaan pemasangan wiremesh ini dilakukan setelah pekerjaan beton
cyclop selesai dikerjaan. Wiremesh digunakan untuk membuat selimut pada
mercu headpond.
2.3.4.7.Pekerjaan Pembesian
Pekerjaan pembesian pada item bangunan headpond dan saluran penguras
terdapat pembesian lantai dan dinding area hedapond dan saluran penguras, dan
bagian atap pintu headpond. Pembesian pada headpond dan saluran penguras
54
dilakukan pabrikasi terlebih dahulu. Pabrikasi besi meliputi pemotongan,
pembengkokan, dan perakitan tulangan sesuai dengan gambar rencana. Setelah
selesai, tulangan yang telah di pabrikasi dilakukan pemasangan dan
menggunakan bantuan kawat bendrat untuk mengikat antar tulangan.
2.3.4.8.Pekerjaan Bekisting
Pekerjaan bekisting pada item bangunan headpond dan saluran penguras
terdapat pembesian lantai dan dinding area hedapond dan saluran penguras, dan
bagian atap pintu headpond. Pekerjaan bekisting dilakukan pabrikasi telebih
dahulu. Pabrikasi bekisting meliputi pemotongan dan perakitan bekisting sesuai
dengan gambar rencana. Bekisting yang telah di pabrikasi di dilakukan
pemasangan dan di berikan penguat agar bekisting rapat supaya pengecoran
mendapatkan hasil yang baik.
2.3.4.9.Pekerjaan Pengecoran
Pengecoran pada headpond dan saluran penguras dibagi menjadi beberapa
tahapan agar beton lebih menyatu dan menghindari crack pada beton. Tahapan
awal yang di lakukan pengecoran terlebih dahulu bagian lantai dan dinding
headpond. Tahapan selanjutnya pengecoran saluran penguras. Pada tahapan
akhir yaitu pengecoran pada atap pintu air headpond yang terdiri dari plat lantai,
kolom, dan penutup atap. Pengecoran menggunakan metode site mix, dimana
adukan beton dilakukan di lokasi proyek secara langsung menggunakan bantuan
excavator sebagai memasukkan material dan menuangkan adukan beton ke area
yang akan dicor. Dan menggunakan truck mixer sebagai alat mengaduk
campuran beton.
2.3.4.10.Pekerjaan Pasangan Batu Kali
Pekerjaan pasangan batu pada headpond ini meliputi pekerjaan drainase.
Pekerjaan pasangan batu drainase dilakukan pemecahan batu kali terlebih dahulu
yang dilakukan bersamaan dengan pekerjaan persiapan. Pasangan batu kali pada
drainase menggunakan komposisi 1:4.
2.3.4.11.Pekerjaan Bronjong dan Rip Rap Boulder
Pekerjaan bronjong pada sandtrap ini diletakkan berdekatan dengan aliran
sungai. Pada pekerjaan ini menggunakan bronjong kawat yang dibuat dari
anyaman kawat baja berlapis seng yang pada penggunaannya diisi batu-batu
untuk pencegahan erosi yang dipasang pada tebing-tebing, tepi-tepi sungai.
Sedangkan rip rap boulder diletakkan bersebelahan dengan bronjong yang
memiliki fungsi sebagai tambahan peredam energi di hilir bendung dan
berfungsi pula sebagai lapisan perisai untuk mengurangi kedalaman
penggerusan setempat dan untuk melindungi tanah dasar di hilir peredam energi
bendung.
55
2.3.5. Pekerjaan Waterway
56
2.3.5.3. Pekerjaan Timbunan
Pekerjaan timbunan dilakukan setelah pekerjaan galian selesai. Pekerjaan
timbunan menggunakan tanah hasil galian. Dalam proses pekerjaan
menggunakan alat berat excavator untuk mengambil tanah untuk ditimbun dan
alat berat pemadat, pemadatan dilakukan per lapis dengan ketebalan yang telah
direncanakan.
Pekerjaan timbunan yang pertama dilakukan setelah pekerjaan galian untuk
memastikan tanah yang akan dilakukan pekerjaan sudah padat. Dan yang kedua
pekerjaan timbunan dilakukan setelah pekerjaan pemasangan pipa dan
pengecoran anchor block selesai dikerjakan. Pekerjaan timbunan menggunakan
alat berat pemadat, pemadatan dilakukan per lapis dengan ketebalan yang telah
direncanakan.
2.3.5.4.Pekerjaan Sirtu
Pekerjaan situ mulai dikerjaan apabila galian telah sesuai dengan elevasi
rencana. Pada pekerjaan ini dilakukan supaya tanah pada dudukan pipa.
Pemadatan yang dilakukan dengan kedalaman 50 cm pada sirtu dan
menggunakan baby roller pada proses pemadatan
2.3.5.5.Pekerjaan Pipa Waterway
Waterway pada PLTM Harjosari menggunakan pipa agar lebih aman, karena
kondisi daerah yang rawan longsor. Pada pekerjaan pipa tahapan awal yang
dilakukan adalah pabrikasi pada pipa, pipa yang dipabrikasi meliputi pipa
waterway dan pipa elbow dan setelah di pabrikasi dilakukan coating pada pipa
agar terhindar dari karat. Setelah terpabrikasi, dilakukan pemasangan pipa
waterway dengan bantuan excavator untuk menurunkan pipa. Pada pipa
waterway juga diberikan manhole yang berfungsi sebagai jalan masuk untuk
pemeriksaan atau perbaikan terhadap kerusakan dan pembersihan pipa.
2.3.5.6.Pekerjaan Lantai Kerja
Pekerjaan lantai kerja ini dilakukan setelah pekerjaan timbunan. Lantai kerja
digunakan untuk mempermudah dalam melakukan pekerjaan. Lantai kerja
terbuat dari beton K-125 yang dibuat tanpa menggunakan tulangan.
2.3.5.7.Pekerjaan Pembesian
Pekerjaan pembesian pada item bangunan anchor block waterway dilakukan
pabrikasi terlebih dahulu. Pabrikasi besi meliputi pemotongan, pembengkokan,
dan perakitan tulangan sesuai dengan gambar rencana. Setelah selesai, tulangan
yang telah di pabrikasi dilakukan pemasangan dan menggunakan bantuan kawat
bendrat untuk mengikat antar tulangan.
2.3.5.8.Pekerjaan Bekisting
Pekerjaan bekisting pada item bangunan anchor block waterway dilakukan
pabrikasi telebih dahulu. Pabrikasi bekisting meliputi pemotongan dan perakitan
bekisting sesuai dengan gambar rencana. Bekisting yang telah di pabrikasi di
dilakukan pemasangan dan di berikan penguat agar bekisting rapat supaya
pengecoran mendapatkan hasil yang baik.
57
2.3.5.9.Pekerjaan Pengecoran
Pengecoran pada anchor block waterway dilakukan setelah pemasangan
tulangan dan bekisting telah selesai. Kegunaan anchor block sebagai pengunci
pipa pada bagian elbow pipa. Pengecoran menggunakan metode site mix,
dimana adukan beton dilakukan di lokasi proyek secara langsung menggunakan
bantuan excavator sebagai memasukkan material dan menuangkan adukan beton
ke area yang akan dicor. Dan menggunakan truck mixer sebagai alat mengaduk
campuran beton.
2.3.5.10.Pekerjaan Pasangan Batu Kali
Pekerjaan pasangan batu pada waterway ini meliputi pekerjaan drainase dan
bak kontrol. Pekerjaan pasangan batu drainase dan bak control dilakukan
pemecahan batu kali terlebih dahulu yang dilakukan bersamaan dengan
pekerjaan persiapan. Pasangan batu kali pada drainase menggunakan komposisi
1:4.
58
2.3.6. Pekerjaan Surgetank
60
pengunci pipa supaya tetap kokoh. Pengecoran menggunakan metode site mix,
dimana adukan beton dilakukan di lokasi proyek secara langsung menggunakan
bantuan excavator sebagai memasukkan material dan menuangkan adukan beton
ke area yang akan dicor. Dan menggunakan truck mixer sebagai alat mengaduk
campuran beton.
2.3.7. Pekerjaan Power House
61
2.3.7.1.Pekerjaan Persiapan dan Pemasangan Bouwplank
Sebelum dilakukan pekerjaan pada area power house diperlukan pekerjaan
persiapan. Pekerjaan persiapan terdiri dari pembersihan lahan dan pekerjaan
survey menentukan koordinat pada area power house sesuai gambar rencana.
Setelah itu melakukan pemasangan bouwplank yaitu memberikan batasan –
batasan area yang akan dikerjakan dan pengecekan elevasi tanah pada area
power house untuk menentukan berapa kedalaman galian yang perlu digali.
2.3.7.2.Pekerjaan Galian
Pekerjaan galian dilakukan setelah pekerjaan persiapan dan pemasangan
bouwplank selesai. Area yang akan digali adalah area yang telah diberikan patok
– patok batas dan dengan kedalaman galian sesuai dengan gambar rencana.
Setelah digali dilakukan survey untuk pengecekan elevasi galian sudah sesuai
dengan gambar rencana.
2.3.7.3.Pekerjaan Timbunan
Pekerjaan timbunan dilakukan setelah pekerjaan galian selesai. Pekerjaan
timbunan menggunakan tanah hasil galian. Dalam proses pekerjaan
menggunakan alat berat excavator untuk mengambil tanah untuk ditimbun dan
alat berat pemadat, pemadatan dilakukan per lapis dengan ketebalan yang telah
direncanakan.
Pekerjaan timbunan yang pertama dilakukan setelah pekerjaan galian untuk
memastikan tanah yang akan dilakukan pekerjaan sudah padat. Dan yang kedua
pekerjaan timbunan dilakukan diakhir ketika seluruh pekerjaan area power
house selesai dikerjakan.
2.3.7.4.Pekerjaan Bore Pile
Pekerjaan bore pile dilakukan setelah timbunan tahap pertama selesai
dikerjakan.Pekerjaan ini menggunakan alat mini crane atau gawangan. Pada
bore pile surgetank dilakukan dengan metode wash boring yaitu pengeboran
dengan kondisi tanah diberikan air untuk mempermudah ketika proses
pengeboran.
2.3.7.5.Pekerjaan Lantai Kerja
Pekerjaan lantai kerja ini dilakukan setelah pekerjaan timbunan. Lantai kerja
digunakan untuk mempermudah dalam melakukan pekerjaan. Lantai kerja
terbuat dari beton K-125 yang dibuat tanpa menggunakan tulangan.
2.3.7.6.Pekerjaan Pembesian
Pekerjaan pembesian pada item bangunan powehouse meliputi pembesian
pile, lantai, dinding, dan tailrace. Pembesian dilakukan pabrikasi terlebih
dahulu. Pabrikasi besi meliputi pemotongan, pembengkokan, dan perakitan
tulangan sesuai dengan gambar rencana. Setelah selesai, tulangan yang telah di
pabrikasi dilakukan pemasangan dan menggunakan bantuan kawat bendrat
untuk mengikat antar tulangan.
62
2.3.7.7. Pekerjaan Bekisting
Pekerjaan bekisting pada item bangunan power house meliputi bekisting
lantai, dinding, dan tailrace. Pekerjaan bekisting dilakukan pabrikasi telebih
dahulu. Pabrikasi bekisting meliputi pemotongan dan perakitan bekisting sesuai
dengan gambar rencana. Bekisting yang telah di pabrikasi di dilakukan
pemasangan dan di berikan penguat agar bekisting rapat supaya pengecoran
mendapatkan hasil yang baik.
2.3.7.8. Pekerjaan Pengecoran
Pengecoran pada power house dilakukan setelah pemasangan tulangan dan
bekisting telah selesai. Pengecoran area power house dilakukan pada lantai dan
dinding lantai 1 dan pada bagian luar yaitu tailrace. Pengecoran menggunakan
ready mix dan menggunakan concrete pump untuk membantu pada saat
pengecoran.
2.3.7.9.Pekerjaan Pemasangan Konstruksi Baja
Konstruksi baja dilakukan setelah proses pengecoran pada bagian bawah
power house selesai dikerjakan. Konstruksi baja meliputi kolom, balok, ikatan
angin, dan gording. Pada konstruksi baja proyek ini sudah dipabrikasi di pabrik
pemesanan, maka hanya diperlukan pemasangan konstruksi baja. Dan pada
proses pemasangan menggunakan bantuan alat berat yap crane dan mobile
crane.
2.3.8. Pekerjaan Penstock
63
Gambar 2.24 Tahapan Kerja Penstock
2.3.8.1.Pekerjaan Persiapan dan Pemasangan Bouwplank
Sebelum dilakukan pekerjaan pada area penstock diperlukan pekerjaan
persiapan. Pekerjaan persiapan terdiri dari pembersihan lahan dan pekerjaan
survey menentukan koordinat pada area power house sesuai gambar rencana.
Setelah itu melakukan pemasangan bouwplank yaitu memberikan batasan –
batasan area yang akan dikerjakan dan pengecekan elevasi tanah pada area
penstock untuk menentukan berapa kedalaman galian yang perlu digali.
2.3.8.2.Pekerjaan Galian
Pekerjaan galian dilakukan setelah pekerjaan persiapan dan pemasangan
bouwplank selesai. Area yang akan digali adalah area yang telah diberikan patok
– patok batas dan dengan kedalaman galian sesuai dengan gambar rencana.
Setelah digali dilakukan survey untuk pengecekan elevasi galian sudah sesuai
dengan gambar rencana.
64
2.3.8.3.Pekerjaan Timbunan
Pekerjaan timbunan dilakukan setelah pekerjaan galian selesai. Pekerjaan
timbunan menggunakan tanah hasil galian. Dalam proses pekerjaan
menggunakan alat berat excavator untuk mengambil tanah untuk ditimbun dan
alat berat pemadat, pemadatan dilakukan per lapis dengan ketebalan yang telah
direncanakan.
Pekerjaan timbunan yang pertama dilakukan setelah pekerjaan galian untuk
memastikan tanah yang akan dilakukan pekerjaan sudah padat. Dan yang kedua
pekerjaan timbunan dilakukan diakhir ketika seluruh pekerjaan area penstock
selesai dikerjakan.
2.3.8.4.Pekerjaan Bore Pile
Pekerjaan bore pile dilakukan setelah timbunan tahap pertama selesai
dikerjakan.Pekerjaan ini menggunakan alat mini crane atau gawangan. Pada
bore pile surgetank dilakukan dengan metode wash boring yaitu pengeboran
dengan kondisi tanah diberikan air untuk mempermudah ketika proses
pengeboran.
2.3.8.5.Pekerjaan Lantai Kerja
Pekerjaan lantai kerja ini dilakukan setelah pekerjaan timbunan. Lantai kerja
digunakan untuk mempermudah dalam melakukan pekerjaan. Lantai kerja
terbuat dari beton K-125 yang dibuat tanpa menggunakan tulangan.
2.3.8.6.Pekerjaan Pembesian
Pekerjaan pembesian pada item bangunan penstock meliputi pembesian pile,
abutmen jembatan, dan suddel support pipa. Pembesian dilakukan pabrikasi
terlebih dahulu. Pabrikasi besi meliputi pemotongan, pembengkokan, dan
perakitan tulangan sesuai dengan gambar rencana. Setelah selesai, tulangan yang
telah di pabrikasi dilakukan pemasangan dan menggunakan bantuan kawat
bendrat untuk mengikat antar tulangan.
2.3.8.7.Pekerjaan Bekisting
Pekerjaan bekisting pada item bangunan penstock meliputi bekisting
abutmen dan suddel support pipa. Pekerjaan bekisting dilakukan pabrikasi
telebih dahulu. Pabrikasi bekisting meliputi pemotongan dan perakitan bekisting
sesuai dengan gambar rencana. Bekisting yang telah di pabrikasi di dilakukan
pemasangan dan di berikan penguat agar bekisting rapat supaya pengecoran
mendapatkan hasil yang baik.
2.3.8.8.Pekerjaan Pengecoran
Pengecoran pada penstock dilakukan setelah pemasangan tulangan dan
bekisting telah selesai. Pengecoran menggunakan metode site mix, dimana
adukan beton dilakukan di lokasi proyek secara langsung menggunakan bantuan
excavator sebagai memasukkan material dan menuangkan adukan beton ke area
yang akan dicor. Dan menggunakan truck mixer sebagai alat mengaduk
campuran beton.
65
2.3.8.9.Pekerjaan Pemasangan Rangka Baja Jembatan
Pemasangan rangka baja jembatan dilakukan setelah proses bore pile dan
abutment jembatan selesai dikerjakan. Pada konstruksi baja proyek ini sudah
dipabrikasi di pabrik pemesanan, maka hanya diperlukan pemasangan
konstruksi baja. Pemasangan rangka baja jembatan dilakukan dengan
menggunakan metode penarikan rangka baja dari sisi hulu ke hilir terkait tidak
memungkinkannya menggunakan metode pemasangan perancah sementara di
setiap titik buhul jembatan selama rangka atas dipasang. Dan pada proses
pemasangan menggunakan bantuan alat berat yap crane dan mobile crane.
2.3.8.10. Pekerjaan Pipa Penstock
Penstock pada PLTM Harjosari menggunakan pipa, karena kondisi daerah
yang rawan longsor. Pada pekerjaan pipa tahapan awal yang dilakukan adalah
pabrikasi pada pipa, pipa yang dipabrikasi meliputi pipa penstock dan pipa
elbow dan setelah di pabrikasi dilakukan coating pada pipa agar terhindar dari
karat. Setelah terpabrikasi, dilakukan pemasangan pipa penstock dengan
bantuan excavator untuk menurunkan pipa. Proses pemasangan dilakukan
setelah tahapan pengecoran selesai dikerjakan. Pada pipa penstock juga
diberikan manhole yang berfungsi sebagai jalan masuk untuk pemeriksaan atau
perbaikan terhadap kerusakan dan pembersihan pipa.
2.3.8.11. Pekerjaan Pasangan Batu Kali
Pekerjaan pasangan batu pada penstock ini meliputi pekerjaan drainase.
Pekerjaan pasangan batu drainase dilakukan pemecahan batu kali terlebih dahulu
yang dilakukan bersamaan dengan pekerjaan persiapan. Pasangan batu kali pada
drainase menggunakan komposisi 1:4.
2.4. Perhitungan Anggaran Biaya
Perhitungan anggaran biaya adalah proses perhitungan volume pekerjaan, harga dari
berbagai macam bahan dan pekerjaan yang akan terjadi pada suatu konstruksi menurut Ir.
A. Soedrajat. Pada suatu pelaksanaan proyek dibutuhkan rencana anggaran biaya
pelaksanaan. Berdasarkan buku Analisa Anggaran Biaya Pelaksanaan karya Ir. A. Soedrajat
pada umumnya tedapat 3 hal pokok yang menjadi pertimbangan dalam perhitungan
anggaran biaya pelaksanaan yaitu :
2.4.1. Upah Kerja
Perhitungan upah pekerja dipengaruhi oleh berbagai aspek antara lain : durasi
jam kerja untuk tiap pekerjaan, kondisi lingkungan kerja, dan keterampilan serta
keahlian dari pekerja.
Biaya pekerja = Durasi × Upah pekerja
(2.72)
2.4.2. Alat – Alat Produksi
Dalam perhitungan biaya suatu pekerjaan konstruksi produktivitas alat berat
sangat berpengaruh dalam perhitungan. Produksi alat berat dapat dihitung dengan
rumus yang sudah dijelaskan pada sub-bab 2.2. pada masing – masing item
pekerjaan, dan menghasilkan output terakhir berupa rencana durasi penggunaan alat.
66
Satuan anggaran biaya untuk peralatan produksi dapat dipakai perjam dari durasi
pekerjaan alat atau dari satuan volume pekerjaan yang dikerjakan. Cara perhitungan
biaya alat berat adalah sebagai berikut :
Biaya Alat Berat = Durasi × Harga Sewa Alat Berat
(2.73)
2.4.3. Bahan Material
Perhitungan angggaran biaya bahan material didasarkan dari daftar yang telah
dibuat oleh quantity surveyor. Pembuatan daftar harga bahan material memakai
harga bahan material ditempat pekerjaan, sehingga dapat dihitung biaya material
sebagai berikut :
Biaya Material = Volume Material × Harga Material
(2.74)
2.5. Penjadwalan Proyek
Penjadwalan merupakan penyusunan jadwal kegiatan pada suatu proyek.
Penjadwalan berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan konstruksi, seperti
waktu mulai kegiatan, waktu berakhirnya kegiatan, serta berfungsi sebagai pengontrol
pelaksanaan suatu proyek apakah proyek tersebut berjalan sesuai dengan waktu yang telah
direncanakan. Untuk membuat penjadwalan proyek pada proyek ini menggunakan :
2.5.1. Work Breakdown Structure (WBS)
Pembuatan WBS dilakukan sebelum pengerjaan perencanaan proyek dan
penjadwalan proyek. WBS merupakan suatu daftar yang bersifat top down dan
secara hierarki menerangkan akitivitas yang membangunnya. WBS berfungsi untuk
memecahkan tiap proses pekerjaan menjadi lebih detail , hal ini bertujuan agar
proses perencanaan proyek lebih sistematis
67
ID No Uraian Pekerjaan
Bendung dan Intake
A A Pekerjaan Persiapan
A1 1 Pembersihan Lahan
A2 2 Survey
A3 3 Pemasangan Bouwplank
B B Pekerjaan Dewatering
C C Pekerjaan Tanah
C1 1 Galian tanah
C2 2 Timbunan Pemadatan Tanah
D D Pekerjaan Struktur Bendung
D1 1 Lantai Kerja Pintu Air Bendung
D2 2 Pasangan Batu
D3 3 Beton Cyclop
D4 4 Pemasangan Wiremesh
D5 5 Pembesian
D6 6 Bekisting
D7 7 Pengecoran
68
anak panah hanya sebagai petunjuk hubungan antara kegiatan-kegiatan yang
bersangkutan.
69
penjadwalan untuk menyelesaikan suatu item pekerjaan tertentu sehingga ada
suatu periode waktu dimana kegiatan dapat melesar tetapi tidak mempengaruhi
jalur kritis dan tanggal seharusnya pekerjaan selesai. Ada 3 katagori float :
a) Free Float (FF) adalah banyaknya delay yang dapat ditugaskan untuk setiap
satu kegiatan tanpa menunda kegiatan selanjutnya.
FF = E − E − D
Dimana :
FF = Free Float
ij = Aktivitas
b) Independent Float (IF) adalah banyaknya delay yang dapat ditugaskan untuk
setap suatu pekerjaan tanpa menunda kegiatan selanjutnya atau membatasi
penjadwalan kegiatan sebelumnya.
IF = 0/E − E − D
Dimana :
IF = Independent Float
ij = Aktivitas
c) Total Float adalah maksimum banyaknya delay yang dapat ditugaskan untuk
setiap pekerjaan tanpa menunda keseluruhan proyek.
TF = L − E − D
Dimana :
TF = Total Float
ij = Aktivitas
2.5.2.3.Hubungan Overlaping
PDM juga dikenal dengan adanya konstrain yang menunjukkan hubungan
antara kegiatan dengan satu garis dari node terdahulu ke node berikutnya. Satu
konstrain hanya dapat menghubungkan dua node, karena setiap node memiliki
dua ujung, yaitu ujung mulai/start (S) dan akhir/finish (F). Berikut adalah empat
macam konstrain :
1. Hubungan Finish To Start (FTS)
Jenis hubungan ini sering digunakan dalam Precedence Diagram Method.
Pada hubungan finish to start ini suatu pekerjaan tidak dapat dimulai
sebelum pekerjaan sebelumnya selesai. Salah Satu contoh kegiatan ini
adalah :
Pemasangan wiremesh selimut mercu bendung tidak dapat dilaksanakan
sebelum pelaksanaan pekerjaan beton cyclop mercu bendung selesai.
ES Pekerjaan Beton Cyclop EF ES Pemasangan Wiremesh EF
LS Mercu Bendung LF Finish To Start Lag = 0 LS Selimut Mercu Bendung LF
NO REG DUR = 4 NO REG DUR = 2
70
Hubungan start to start adalah hubungan yang beberapa pekerjaan tidak
harus menunggu pekerjaan sebelumnya selesai. Salah satu contoh kegiatan
ini adalah :
Pekerjaan pasangan batu dinding bendung dapat dimulai bersamaan
dengan pekerjaan pasangan batu lantai bendung.
ES Pasangan Batu Dinding EF ES Pasangan Batu Lantai EF
LS Bendung LF LS Bendung LF
NO REG DUR = 10 NO REG DUR = 6
Start To Start Lag = 0
71
Panjang dari balok menunjukan durasi dari aktivitas dan biasanya aktivitas aktivitas
tersebut disusun bedasarkan kronologi kerjanya (Callahan, 1992)
Pada waktu membuat bar chart telah diperhatikan urutan kegiatan, meskipun
belum terlihat hubungan ketergantungan antara satu dengan yang lain. Format
penyajian bagan balok yang lengkap berisi perkiraan urutan pekerjaan, skala waktu,
dan analisis kemajuan pekerjaan pada saat pelaporan. Langkah-langkah membuat
barchart:
1. Susun daftar item pekerjaann, yang berisi seluruh jenis kegiatan pekerjaan yang
ada dalam rencana pelaksanaan proyek.
2. Urutan item pekerjaan, dari daftar pekerjaan tersebut diatas, disusun urutan
pelaksanaan pekerjaan berdasarkan prioritas item pekerjaan yang akan
dilaksanakan kemudian, dan tidak mengesampingkan kemungkinan
pelaksanaan pekerjaan secara bersamaan
3. Waktu pelaksanaan pekerjaan, adalah jangka waktu pelaksanaan dari seluruh
pekerjaan yang dihitung dari permulaan pekerjaan sampai seluruh pekerjaan
berakhir. Waktu pelaksanaan pekerjaan diperoleh dari penjumlahan waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap pekerjaan.
72
3. Untuk mengontrol penyimpangan yang terjadi pada proyek dengan
membandingkan Kurva S rencana dengan Kurva S actual (Iman Soeharto, 1998)
75
Tulangan Polos biasanya digunakan untuk tulangan geser/begel/sengkang, dan
mempunyai tegangan leleh (fy) minimal sebesar 240 MPa (disebut BJTP-24),
dengan ukuran Ø6, Ø8, Ø10, Ø12, Ø14 dan Ø16 (dengan Ø menyatakan simbol
diameter polos).
Tulangan Ulir/deform digunakan untuk untuk tulangan longitudinal atau
tulangan memanjang, dan mempunyai tegangan leleh (fy) minimal 300 MPa
(disebut BJTD-30).
Mesikpun baja tulangan mempunyai sifat tahan terhadap beban tekan, tetapi
karena harganya yang mahal maka baja tulangan ini hanya diutamakan untuk
menahan beban tarik pada struktur beton bertulang, sedangkan beban tekan yang
bekerja cukup ditahan oleh betonnya.
Berikut adalah langkah pengujian :
1. Siapkan peralatan dan bahan yang akan diuji
2. Kemudian setelah alat sudah dipersiapkan buat benda uji baja tulangan sesuai
aturan yang di berikan
3. Ukur material baja tulangan lalu catat dimensi dari baja tulangan tersebut
4. Kaitkan Baja tulangan pada alat Tes Tarik Baja Tulangan.
5. Setelah data di dapatkan tentukan kuat tarik rata-rata sebelum dikoreksi
76
2. Meningkatkan efisiensi kerja
3. Mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mendukung keselamatan dan kesehatan
kerja dibutuhkan alat pelindung diri (APD) yang terdiri dari :
Pemasangan rambu K3
Rambu K3 adalah sebuah media komunikasi visual berupa piktogram/simbol dan
teks/pesan yang berguna untuk menyampaikan informasi bahaya atau pesan-pesan K3
kepada pekerja, kontraktor, dan tamu yang berada di area konstruksi.
Pakaian pelindung
Tujuan pemakaian pakaian kerja adalah melindungi badan manusia terhadap pengaruh
– pengaruh yang kurang sehat atau yang bisa melukai badan.
77
Helm sangat penting digunakan sebagai pelindung kepala dan sudah merupakan
keharusan bagi setiap pekerja konstruksi untuk menggunakannya dengan benar dan
sesuai peraturan. Helm melindungi bahaya berupa peralatan atau material konstruksi
yang jatuh dari atas.
Pelindung pendengaran
Alat ini digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang dikeluarkan oleh
mesin yang memiliki volume suara yang cukup keras dan bising. Terkadang efeknya
buat jangka panjang, bila setiap hari mendengar suara bising tanpa penutup telinga ini.
78
Gambar 2.41 Pelindung Mata
(google.com)
Pelindung kaki
Sepatu kerja (safety shoes) merupakan perlindungan terhadap kaki. Setiap pekerja
konstruksi perlu memakai sepatu dengan sol yang tebal supaya bisa bebas berjalan
dimana mana tanpa terluka oleh benda-benda tajam atau kemasukan oleh kotoran dari
bagian bawah.
79
BAB III
METODOLOGI
3.1. UMUM
Penulisan Proyek Akhir Terapan ini dilakukan untuk mendapatkan perhitungan
waktu dan biaya pada proyek PLTM Harjosari Kab. Pekalongan, agar mencapai fungsi yang
optimal maka memerlukan tahapan – tahapan untuk mencapainya, berikut tahapan –
tahapannya :
a. Rumusan Masalah
b. Pengumpulan Data
c. Pengolahan Data
d. Kesimpulan
3.2. URAIAN METODOLOGI
Uraian pada Metodologi yang akan digunakan dalam pembahasan permasalahan
Proyek Akhir Terapan ini adalah sebagai berikut :
3.2.1. Perumusan Masalah
Dalam penyusunan Proyek Akhir Terapan ini terlebih dahulu memahami
permasalahan yang digunakan agar pembahasan dapat lebih terarah.
3.2.2. Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalan pentusunan Proyek Akhir Terapan ini dibagi
menjadi dua, yaitu:
a. Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung meliputi :
- Wawancara di lapangan
- Observasi di lapangan
b. Data Sekunder
Data yang berupa refrensi buku maupun sumber lain sebagai penunjang
penyusunan Tugas Akhir, meliputi :
- Gambar Struktur
- Buku Refrensi
- Data Umum Proyek
3.2.3. Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh untuk proses penyusunan Proyek Akhir Terapan
memerlukan tahapan pengolahan data, yaitu :
a. Menyusun Item Pekerjaan dan Mengelompokkannya
Perincian item pekerjaan digunakan untuk mengetahui batasan – batasan
pekerjaan yang perlu dihitung
b. Menghitung Volume Tiap Item Pekerjaan
Menghitung volume total dari item pekerjaan yang sudah ditentukan
c. Penentuan Metode Pelaksanaan Tiap Item Pekerjaan
80
Setelah mengetahui volume dari masing – masing item pekerjaan maka dapat
ditentukan metode pelaksanaan yang dapat digunakan untuk pengerjaan proyek
dalam Tugas Akhir, meluputi kelayakan alat berat dan jumlah pekerja yang
dibutuhkan.
d. Menghitung Durasi dan Waktu Pelaksanaan
Setelah mengetahui metode pelaksanaan yang digunakan, maka akan disusun
durasi dan penjadwalan dari penyelesaian proyek pada Tugas Akhir meliputi
produktivitas alat berat dan pekerja.
e. Menghitung Biaya Pelaksanaan
Perhitungan biaya pelaksanaan dapat dilakukan setelah mendapat metode
pelaksanaan dan penjadwalan. Perhitungan ini meliputi perhitungan biaya alat
berat, biaya pekerja, dan biaya material.
f. Hasil Perhitungan
Pada hasil perhitungan akhir maka akan dikaitkan antara penjadwalan dan
perhitungan anggaran biaya yang akan menghasilkan kurva S untuk mengetahui
berapa biaya total dan lama waktu pengerjaan proyek.
3.3. FLOW CHART METODOLOGI
81
Gambar 3.2 Lanjutan Flowchart
82
BAB IV
RENCANA JADWAL KEGIATAN
Februari 2021 Maret 2021 Apr-21 Mei 2021 Juni 2021 Juli 2021
NO URAIAN KEGIATAN
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1 Sidang Proposal Proyek Akhir
2 Penyusunan Item Pekerjaan
3 Perhitungan Volume Pekerjaan
4 Perhitungan Kapasitas Produksi
5 Perhitungan Durasi Pekerjaan
6 Perhitungan Rencana Anggaran Biaya
7 Penyusunan Network Diagram
8 Penyusunan Barchart dan Kurva S
9 Penyusunan Laporan Proyek Akhir
10 Asistensi Laporan Proyek Akhir
11 Sidang Proyek Akhir
83
DAFTAR PUSTAKA
84
LAMPIRAN
85