Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum

KONSERVASI TANAH DAN AIR

Perhitungan
NILAI FAKTOR: PANJANG LERENG, KEMIRINGAN LERENG DAN
TOPOGRAFI ATAU LERENG

Oleh:
Kelompok II/Kelas - C
Semester III

UNIVERSITAS PALANGKARAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN/PROGRAM STUDI KEHUTANAN
2022
Laporan Praktikum
KONSERVASI TANAH DAN AIR

Perhitungan
NILAI FAKTOR: PANJANG LERENG, KEMIRINGAN LERENG, DAN
TOFOGRAFI ATAU LERENG

KELOMPOK: II/Kelas C
Semester III

No NAMA NIM Tanda Tangan


1 AL ACHTUR DAVA M (Ketua) 2130 1.
2 ESI VERANINSA br. SEMBIRING 2130 2.
3 INTA MELDA 2130 3.
4 DODY JHONATAN W. SIANTURI 2130 4.
5 EGO 2130 5.
6 DANIEL SAPTA WOJAYA 2130 6.
7 PENINA O. HOLLENGER 2130 7.

UNIVERSITAS PALANGKARAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN/PROGRAM STUDI KEHUTANAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih Karunia-Nya,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan mata kuliah ”Konservasi
Tanah dan Air”.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
karya ilmiah ini.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Palangka Raya, Desember 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................v
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1
2.1 Tujuan Praktikum ..........................................................................................2
II. TELAAH PUSTAKA
2.1 Faktor Panjang Lereng, Faktor Kemiringan Lereng dan Faktor Lereng .......3
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Faktor Topografi atau Nilai Faktor Lereng
........................................................................................................................5
III. METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ...................................................................7
3.2 Bahan dan Peralatan ......................................................................................7
3.3 Prosedur Pelaksanaan ....................................................................................7
3.4 Pengolahan Data/Analisis Data .....................................................................8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Nilai Faktor Panjang Lereng dan Nilai Faktor Kemiringan Lereng ..............10
4.2 Nilai Faktor Topografi atau Nilai Faktor Lereng ..........................................13
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan....................................................................................................16
5.2 Saran ..............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data Hipotetik...............................................................................................8


Tabel 2 Nilai Panjang Lereng dan Kemiringan Lereng............................................. 10
Tabel 3 Hasil Perhitungan Nilai Panjang Faktor dan Nilai Faktor Kemiringan Lereng 10
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bentuk permukaan bumi dipandang dari kemiringan lereng dan beda tinggi dari
permukaan laut disebut dengan topografi. Permukaan tanah memiliki tinggi serta kemiringan
yang berbeda sehingga topografinya disebut bergunung, sedangkan untuk ketinggian dan
kemiringan yang berbeda secara berurutan disebut berbukit, bergelombang, ataupun
berombak. Unsur topografi yang banyak dibahas dan besar pengaruhnya terhadap erosi
adalah panjang lereng (length) dan kemiringan lereng (slope).
Kemiringan dan panjang lereng merupakan suatu hal dari topografi yang akan
mempengaruhi erosi. Pengamatan secara seksama pada keadaan sebenarnya di lapangan
sebelum melakukan konservasi tanah adalah suatu hal yang perlu diperhatikan. Langkah
tersebut dimaksudkan untuk memudahkan dalam melakukan tindakan-tindakan yang akan
diperlukan dalam kegiatan konservasi tanah sehingga dapat mencapai hasil yang optimal.
Pengolahan lahan miring pada dasarnya bertujuan untuk menjaga tanah agar tahan terhadap
pukulan butiran hujan dan kekuatan penghanyutan aliran air, menutup permukaan tanah agar
terlindung dari daya perusak/pukulan air, memperbesar daya resapan tanah dan mengatur
aliran permukaan agar tidak merusak tanah. Apabila kemiringan dan panjang lereng memiliki
derjat yang besar tentunya akan mempengaruhi besarnya erosi tanah. Oleh karena itu
diperlukan cara tepat untuk melakukan tindakan konservasi tanah diantaranya dengan
mengukur kemiringan lahan secara cepat dan akurat agar tanah tersebut dapat ditanam
dengan baik dan benar sehingga dapat mencegah terjadinya erosi sehingga tidak berdampak
pada pengelolaan lahan pertanian.
Dalam praktik di lapangan faktor panjang (L) dan kemiringan lereng (S) dapat dihitung
secara mandiri maupun disatukan (dimerger/disatukan/diintegrasikan/ dikombinasikan)
sebagai faktor topografi atau lereng (LS). Baik panjang lereng (L) dan kemiringan lereng (S)
akan mempengaruhi banyaknya tanah yang hilang karena erosi.

2.1 Tujuan Praktikum


Mahasiswa mampu menghitung nilai faktor Panjang lereng (L), faktor Kemiringan
lereng (S), dan faktor Topografi atau Lereng (LS) dengan persamaan matematis terhadap
contoh data yang tersedia.
II. TELAAH PUSTAKA

2.1 Faktor Panjang Lereng, Faktor Kemiringan Lereng dan Faktor Lereng
Kemiringan lereng dan panjang lereng merupakan dua sifat utama dari topografi yang
mempengaruhi erosi. Kemiringan lereng dan panjang lereng memberikan dampak terhadap
laju aliran permukaan yang membawa lapisan tanah atas beserta unsur hara dari tempat satu
ke tempat lainnya yang lebih rendah (Haridjaja, Murtilaksono, Soedarmo dan Rachman,
1991).
Menurut Martono (2004), besar kemiringan lereng akan mempengaruhi laju kecepatan
aliran permukaan, dimana semakin curam suatu lereng akan semakin cepat alirannya,
sehingga dapat diartikan kesempatan air yang meresap ke dalam tanah lebih kecil dan akan
memperbesar aliran permukaan, yang akan berakibat pada besarnya erosi tanah.

2.1.1 Faktor Panjang Lereng (L)


Faktor Panjang Lereng, Menurut Mulyani dan Kartasapoetra (1991), panjang lereng
dan kecepatan aliran permukaan berpengaruh besar terhadap terjadinya erosi. Semakin
panjang lereng dan semakin cepat aliran permukaan maka erosi akan semakin besar.
Kecepatan aliran permukaan dipengaruhi oleh kondisi lahan. Apabila pengolahan lahan
memanjang lereng tanpa adanya sistem teras yang benar akan menyebabkan terjadinya
pengangkatan material tanah.
2.1.2 Faktor Kemiringan lereng (S)
Faktor Kemiringin Lereng, Utomo (1987) berpendapat bahwa semakin tinggi
persentase kemiringan lereng, maka kesempatan untuk infiltrasi semakin singkat karena laju
aliran permukaan semakin cepat. Hal ini akan mengakibatkan volume aliran dan erosi
semakin besar. Panjang lereng juga mempunyai pengaruh penting terhadap nilai LS, yaitu
mempengaruhi volume aliran permukaan sehingga mempengaruhi kemampuan tererosinya
tanah walaupun pengaruhnya tidak sebesar pengaruh kemiringan lereng. Jadi pada dasarnya
lereng yang panjang dengan kemiringan lereng yang curam akan menghasilkan nilai LS yang
besar, yang mengakibatkan erosi yang terjadi juga semakin tinggi.
Kondisi lereng yang semakin curam mengakibatkan pengaruh gaya berat dalam
memindahkan bahan-bahan yang terlepas meninggalkan lereng semakin besar pula. Jika
proses tersebut terjadi pada kemiringan lereng lebih dari 8%, maka aliran permukaan akan
semakin meningkat dalam jumlah dan kecepatan seiring dengan semakin curamnya lereng
Berdasarkan hal tersebut. diduga penurunan sifat fisik tanah akan lebih besar terjadi pada
lereng 30-45% Hal ini disebabkan pada daerah yang berlereng curam (30-45%) terjadi erosi
terus. menerus sehingga tanah-tanahnya bersolum dangkal, kundungan bahan organik rendah,
tingkat kepadatan tanah yang tinggi, serta porositas tanah yang rendah dibandingkan dengan
tanah-tanah di daerah datar yang air tanahnya dalam. Perbedaan lereng juga menyebabkan
perbedaan banyaknya air tersedia bagi tumbuh-tumbuhan sehingga mempengaruhi
pertumbuhan vegetasi di tempat tersebut (Hardjowigeno, 1993).

2.1.3 Faktor Lereng


Faktor LS merupakan pernadingan antara besarnya erosi dari sebidang tanah dengan
panjang lereng dan kecuraman lereng tetrtentu terhadap erosi dari sebidang tanah.

Lereng mempengaruhi erosi dalam hubungannya dengan kecuraman dan panjang


lereng. Lahan dengan kemiringan lereng yang curam (30-45%) memiliki pengaruh gaya berat
(gravity) yang lebih besar dibandingkan lahan dengan kemiringan lereng agak curam(15-
30%) dan landai (8-15%). Hal ini disebabkan gaya berat semakin besar sejalan
dengansemakin miringnya permukaan tanah dari bidang horizontal. Gaya berat ini
merupakanpersyaratan mutlak terjadinya proses pengikisan (detachment), pengangkutan
(transportation), dan pengendapan (sedimentation) (Wiradisastra, 1999).

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Faktor Topografi atau Nilai Faktor Lereng

Ada dua hal yang mempengaruhi faktor topografi yakni kemiringan lereng S dan panjang
lereng L. Nilai faktor topografi LS pada setiap penggunaan lahan, Sesuai dengan pernyataan
(Sinukaban 1986) yang menyebutkan bahwa selain dari memperbesar jumlah aliran
permukaan, makin curamnya lereng juga memperbesar kecepatan aliran permukaan yang
dengan demikian memperbesar energi angkut air. Dengan makin curamnya lereng, jumlah
butir-butir tanah yang terpercik ke atas oleh tumbukan butir hujan semakin banyak. Jika
lereng permukaan dua kali lebih curam, banyaknya erosi 2 sampai 2,5 kali lebih besar.
Menurut Arsyad (2010) lereng yang semakin curam akan memperbesar kecepatan aliran
permukaan yang akan memperbesar energi angkut permukaan. Energi terbesar dari aliran
permukaan akan terjadi pada lereng tengah,dimana posisi lereng ini sebagai area transportasi.
Oleh karena itu, kehilangantopsoil akan lebih tinggi pada lereng tengah (ketebalan topsoil
paling rendah).
Berdasarkan dari pemahaman tersebut tentang faktor topografi atau faktor lereng, ada
beberapa cara atau rumus untuk mengetahui nilai factor lereng atau nilai factor lereng,
gunannya untuk mempermudah dalam penelitian menetukan nilai tersebut. Berikut salah satu
rumus dalam menentukan nilai factor topografi atau nilai factor lereng. :
Panjang dan kemiringan lereng dapat diintegrasikan/dikombinasikan/disatukan menjadi
faktor Topografi atau faktor Lereng (nilai faktor LS). Nilai faktor LS “untuk sembarang
panjang dan kemiringan lereng”, namun bila S dinyatakan dengan % (persen) maka dihitung
dengan persamaan/rumus yang dipaparkan Wischmeier & Smith (1978) diadopsi Morgan
(1985) berikut ini:
Rumus menentukan nilai topografi dengan menggunakan %
LS = {(L/22)z (0,065 + 0,0456 S + 0,006541 S2 )}
Rumus menentukan nilai lereng denga menggunakan %
LS = (L/22,2)0,6 x (S/9)1,

II. METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Praktikum dilaksanakan di rumah Daniel Sapta Wijaya Jln.Temanggung Tilung 1
No.3A ,Kota Palangka Raya pada tanggal 6 sampai 7 desember 2022
3.2 Bahan dan Peralatan
1. Alat tulis

2. Kalkulator

3. Komputer/Laptop

4. Data hipotetik

5. Kertas

3.3 Prosedur Pelaksanaan


1. Diawali dengan penjelasan materi bahan ajar laporan serta pembagian masing-masing
kelompok
2. Menghitug faktor panjang lereng dan dan faktor kemiringan lereng
3. Pengimputan data setiap kelompok pada aplikasi excel
TABEL 1.DATA HIPOTETIK
No l (%) s (%)
1 225 22
2 225 22,5
3 230 23
4 230 4,72
5 235 4,86
6 235 5

3.4 Pengolahan Data/Analisis Data


Elyes (1968) diadopsi Wischmeier & Smith (1978), bahwa faktor panjang lereng (L) juga dapat
dihitung dengan rumus:

L = (Lo/22,1)0,5 ………………………………………………………... (Rumus 1.b)

Keterangan:

L = Faktor panjang lereng

Lo = Panjang kemiringan lereng (m)

22,1 = Panjang lereng baku (m)

Faktor kemiringan lereng (S) didefinisikan secara matematik sebagai berikut (Schwab et al., 1981
dalam Asdak, 2010) :

Rumus:

S = (0,43 + 0,30 s + 0,04 s 2 )/6,61 ……………………………………. (Rumus 2)

s = Kemiringan actual

(%) = persen kemiringan/kecuraman lereng dalam keadaan baku 2 Indeks/nilai faktor LS merupakan
perbandingan antara besarnya erosi dari sebidang tanah dengan panjang lereng dan kemiringan
lereng tertentu terhadap erosi dari sebidang lahan dengan panjang lereng 22,13m dan
kecuraman/kemiringan 9% (petak baku erosi/petak standar erosi). Tutupan lahan dalam petak baku
erosi terindikasi “ Gundul”, kecuramannya/kelerengan 9%, panjang lereng 22,13m tanpa usaha
pencegahan erosi, maka mempunyai nilai faktor LS = 1.

Panjang dan kemiringan lereng dapat diintegrasikan/dikombinasikan/disatukan menjadi faktor


Topografi atau faktor Lereng (nilai faktor LS). Nilai faktor LS “untuk sembarang panjang dan
kemiringan lereng”, namun bila S dinyatakan dengan % (persen) maka dihitung dengan
persamaan/rumus yang dipaparkan Wischmeier & Smith (1978) diadopsi Morgan (1985) berikut ini:

LS = {(L/22)z (0,065 + 0,0456 S + 0,006541 S2 )} ……………………….…. (Rumus 3.a)

Keteragan:

LS = Nilai Faktor Topografi atau Faktor Lereng

L = Panjang lereng S = Kemiringan lereng (%)

z = Konstansta = nilai eksponensial yang tergantung kemiringan lereng, besarnya (Wischmeier &
Smith, 1978):

z = 0,5 jika S >5%; z 0,4 jika 5%>S>3% z = 0,3 jika 3% >S > 1%; z = 0,2 jika S > 1%

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Nilai Faktor Panjang Lereng dan Nilai Faktor Kemiringan Lereng
Nilai factor lereng dan nilai factor kemiringan lereng adalah suatu gabungan yang
dimaksud dengan nilai topografi:
TABEL 2.NILAI PANJANG DAN KEMIRINGAN LERENG
No l (%) s (%) L S (%)
1 225 22 3,19 3,992
2 225 22,5 3,19 4,149
3 230 23 3,226 4,31
4 230 4,72 3,226 0,414
5 235 4,86 3,26 0,428
6 235 5 1,165 0,443
Jumlah 17,257 13,736
Rata-rata 2,87 2,29
Berdasarkan tabel 1.diatas dapat diketahui bahwa tingkat kemiringan lereng curam atau
curam yang mana Kemiringan lereng merupakan suatu lereng yang membentuk suatu sudut
baik dalam satuan derahat maupun persentase antara satu bidang tanah yang datar dengan
bidang tanah lainnya yang berada pada posisi yang lebih tinggi (Setiarno dkk, 2019).
Kemiringan lereng paling tinggi adalah 22,5% yang tedapat di unit kedua. Faktor panjang
lereng yang didapatkan dari hasil perhitungan sesuai dengan data yang didapatkan adalah
rata-rata 2,87 sedangkan rata-rata kemiringan lereng adalah 2,29. Dilihat dari hasil tersebut
menunjukan bahwa faktor panjang lereng tidak mempengaruhi faktor kemiringan lereng
dimana faktor kemiringan lereng mengacu pada faktor panjang lereng.
4.2 Nilai Faktor Topografi Atau Nilai Lereng
aktor topografi merupakan perbandingan antara besarnya erosi dari sebidang tanah
dengan panjang lereng dan kecuraman lereng tertentu terhadap erosi sebidang tanah
dengan panjang tersebut adalah gundul, kecuramannya 9% panjang lereng 22.13% tanpa
usaha pencegahan erosi, mempunyai nilai LS = 1 (Setiarno dkk, 2019).
Adapun hasil yang didapatkan dari perhitungan faktor L,S dan LS dari data yang di
peroleh menggunakan persamaan-persamaan tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
TABEL.3 HASIL PERHITUNGAN DAN NILAI PANJANG FAKTOR DAN NILAI
KEMIRINGAN LERENG
No l (%) s (%) L S (%) LS (A) LS (B)
1 225 22 3,19 3,992 0,133  
2 225 22,5 3,19 4,149 0,139  
3 230 23 3,226 4,31 0,146  
4 230 4,72 3,226 0,414 0,032  
5 235 4,86 3,26 0,428 0,040 0,040
6 235 5 1,165 0,443 0,040 0,040
0,530
Jumlah 17,257 13,736 0,080
Rata-rata 2,87 2,29 0,088 0,013
Pada tabel 2 menunjukan bahwa nilai faktor panjang dan kemiringan lereng sangat beragam.
Pada panjang lereng hampir memiki kesamaan nilai dan juga kemiringan lereng dari 2-4 selisih
nilainya hampir sama. Keseragaman nilai dari faktor lereng dan kemiringan lereng juga berpengaruh
terhadap besar kecilnya nilai LS. LS pada unit pertama 0,133 dengan panjang lereng 55 m, pada unit
kedua 0,088
dengan panjang lereng 50, pada unit ketiga dan keempat sama tapi dengan panjang lereng
yang berbeda yaitu 45 dan 40, pada unit kelima dan keenam 0,013 dan 0,040 hampir sama
dengan panjang lereng 35 dan 30. Hasil ini menunjukkan bahwa perbedaan nilai di pengaruhi
oleh faktor kemiringan lereng.
Nilai rata-rata LS pada konstantan (0,5) diperoleh sebesar 0,088 sedangkan pada
konstanta (0,4) diperoleh nilai rata-rata 0,013. semakin miringnya lereng, jumlah butir-butir
tanah yang terpercik ke bagian bawah lereng oleh tumbukan butir-butir hujan semakin
banyak. Jika lereng permukaan tanah menjadi dua kali lebih curam, maka banyaknya erosi
per satuan luas menjadi 2,0 sampai 2,5 kali lebih besar (Arsyad 2010)
VI. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari laporan praktikum konservasi tanah dan air &
perhitungan nilai factor,Panjang lereng,kemiringan lereng,dan topografi atau lereng:
 Nilai rata-rata factor L sebesar 17,257
 Nilai rata-rata factor S sebesar 13,736
 Nilai Rata-rata factor LS sebesar 0,530

VI.2 Saran
Dari data penyusunan disarankan supaya penggunaan persamaan dalam mencari
factor L,S,LS membutuhkan ketelitian dalam pengelolaan data pada microsoft
excel.sehinggan dapat menghindari terjadinya dugaan ridak rill yang sangat
berpengaruh sangat besar Ketika terjadi erosi dan tanah dibuka untuk lahan.
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Sitanala. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Bandung: Penerbit IPB (IPB Press)

Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Edisi ke-2. Bogor: IPB Press.

Mulyani dan Kartasapoetra, 1991. Tekhnologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta : PT
Melton Putra.

Salim, E.H. 1998. Pengelolaan Tanah. Karya Tulis. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Padjadjaran, Bandung.

Suwardjo dan N Sinukaban, 1986. Masalah Erosi dan Kesuburan Tanah di LahanKering
Podsolik Merah Kuning di Indonesia. Lokakarya Usaha Tani

Suwardjo dan N Sinukaban, 1986. Masalah Erosi dan Kesuburan Tanah di LahanKering
Podsolik Merah Kuning di Indonesia. Lokakarya Usaha Tani

Utomo, W. H. 1987. Erosi dan Konservasi Tanah.Malang, Indonesia: Universitas Brawijaya.

Wiradisastra. 1999. Geomorfologi dan Analisis Lanskap. Laboratorium Penginderaan Jauh


dan Kartografi Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogo
LAMPIRAN

TABEL 1.

No l (%) s (%)
1 225 22
2 225 22,5
3 230 23
4 230 4,72
5 235 4,86
6 235 5

TABEL 2.

No l (%) s (%) L S (%)


1 225 22 3,19 3,992
2 225 22,5 3,19 4,149
3 230 23 3,226 4,31
4 230 4,72 3,226 0,414
5 235 4,86 3,26 0,428
6 235 5 1,165 0,443
Jumlah 17,257 13,736
Rata-rata 2,87 2,29

TABEL 3.

No l (%) s (%) L S (%) LS (A) LS (B)


1 225 22 3,19 3,992 0,133  
2 225 22,5 3,19 4,149 0,139  
3 230 23 3,226 4,31 0,146  
4 230 4,72 3,226 0,414 0,032  
5 235 4,86 3,26 0,428 0,040 0,040
6 235 5 1,165 0,443 0,040 0,040
Jumlah 17,257 13,736 0,530 0,080
Rata-rata 2,87 2,29 0,088 0,013

Anda mungkin juga menyukai