Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN HASIL PENGAMATAN PENANAMAN BENIH

SENGON MERAH (Albizia chinensis)

Disusun Oleh:
Kelompok 3 (Tiga)
Nama Nim
Al Achtur Dava Makaganza 213030404141
Dewinda Delawana Nainggolan 213020404144
Esi Veraninsa Br Sembiring 213020404133
Roberto Karlos Tamba 213020404122

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan rahmat
dan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan mata kuliah Silvikultur ini
yang berjudul Hasil pengamatan penanaman benih sengon merah (Albizia
chinensis) Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk kelulusan mata kuliah
Silvikultur.

Adapun penulisan ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak, oleh karena
itu penulis mengucapkan terimakasih. Akhir kata, penulis mengucapkan
terimakasih dan berharap agar laporan ini bermanfaat, kritik dan saran sangat
dibutuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik.

Palangkaraya, Mei 2023

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2


DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 4
1.2 Tujuan Praktikum ..................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 6
2.1 Pengertian Sengon Merah......................................................................... 6
2.2 Proses perkecambahan.............................................................................. 7
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM ........................................................... 9
3.1 Waktu Dan Tempat Praktikum ................................................................. 9
3.2 Alat Dan Bahan ........................................................................................ 9
3.3 Tahapan Praktikum................................................................................... 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ 10
4.1 Hasil........................................................................................................ 10
4.2 Pembahasan ............................................................................................ 12
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 13
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 13
5.2 Saran ....................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14
LAMPIRAN ......................................................................................................... 15

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Silvikultur adalah praktik pengendalian proses permudaan (penanaman),
pertumbuhan, komposisi, kesehatan, dan kualitas suatu hutan demi mencapai
aspek-aspek ekologi dan ekonomi yang diharapkan. Sedangkan studi mengenai
hutan dan kayu disebut dengan sivologi. Silvikultur berfokus pada perawatan
tegakan hutan untuk menjamin produktivitas. Dengan kata lain, silvikultur adalah
perpaduan antara ilmu dan seni menumbuhkan hutan, dengan berdasarkan ilmu
silvika, yaitu pemahaman mengenai sifat-sifat hidup jenis-jenis pohon serta
interaksinya dalam tegakan, dan penerapannya dengan memperhatikan
karakteristik lingkungan setempat. Perbedaan yang menyolok antara silvikultur
dan kehutanan adalah pada cakupannya, yakni silvikultur diaplikasikan pada aras
tegakan, sedangkan kehutanan lebih umum sifatnya. Keseluruhan cara pandang dan
rangkaian tindakan dalam mempermudakan, merawat, hingga memanen suatu tipe
hutan, dikenal sebagai sistem silvikultur.

Teknik silvikultur atau juga sering disebut praktek silvikultur berkaitan dengan
berbagai metode untuk membangun atau raising dan memelihara atau caring hutan.
Teknik silvikultur menjeiaskan lebih lanjut mengenai operasional dan apiikasi dari
sistem silvikultur. Teknik silvikultur diterapkan untuk memperbaiki kuantitas misal
produksi m3 kayu dan kualitas mendapatkan kayu yang lurus, bulat, panjang bebas
cabang, bebas hama penyakit dari hutan yang ada. Teknik silvikultur juga
mencakup pengumputan benih, persemaian, dan penanaman. Selanjutnya terdapat
empat kata kunci berkaitan dengan teknik silvikultur ini, yaitu tanah, permudaan,
pemangkasan, dan penjarangan. Dengan mengkombinasikan keempat komponen
tersebut dalam penerapan teknik silvikultur akan dicapai produksi kayu dengan
kualitas dan kuantitas yang tinggi, sehingga akan diperoleh keuntungan finansial
yang tinggi dengan tetap memelihara kesuburan tanah sesuai dengan kapasitas
produksinya. Jika sistem silvikultur memerlukan pengetahuan mengenai ekositem
hutan, maka teknik silvikultur memerlukan pengetahuan rnengenai pengaruh
faktor-faktor lingkungan terhadap pertumbuhan pohon.

4
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan perkecambahan
dari penanaman biji sengon merah (Albizia Chinensis) dengan perlakuan disiram
dengan air panas dan membandingkan dengan perlakuan lain tanpa disiram dengan
air panas.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sengon Merah


Sengon merah merupakan tanaman yang cukup potensial untuk hutan rakyat,
hutan tanaman, maupun rehabilitasi lahan. Jenis tanaman ini beradaptasi baik pada
tanah yang kurang subur, ber-pH tinggi (pH >7) atau yang mengandung garam, dan
juga tumbuh baik di tanah aluvial dan tanah berpasir bekas tambang. Jenis sengon
ini mempunyai tajuk yang rindang dan perakarannya yang dalam, sehingga sengon
buto atau sengon merah dapat dimanfaatkan untuk konservasi air dan tanah.
Tanaman ini paling cepat pertumbuhannya dibandingkan dengan variasi pohon
sengon lainnya. Sehingga dapat membuka peluang untuk membudidayakan
tanaman ini dan dijadikan sebagai bahan baku industri ataupun reboisasi. Kulit
batangnya bertekstur kasar, warnanya coklat kemerah-merahan, dan tanaman ini
mudah patah. Tumbuh dan tersebar secara alami di daerah Amerika bagian utara,
tengah dan selatan Mexico. Tumbuh di ketinggian 1–1000 mdpl, serta memiliki
curah hujan berkisar 600–4.800 mm per tahun. Kondisi tanah yang cocok untuk
tumbuh yaitu berpasir hingga tanah padat, dengan pH berkisar 5,5–7. Pohon sengon
buto juga dapat tumbuh di kondisi tanah yang kurang baik dan iklim yang kering,
di ketinggian 30–1.185 mdpl. Daunnya kecil, susunan daun pinnate, dan daun akan
gugur dalam beberapa bulan setiap satu tahun. Tanaman sengon buto akan berbunga
pada umur 5–11 tahun dan mulai berubah ketika umur 6–11 tahun.

Benih adalah biji yang telah diseleksi untuk tujuan penanaman. Benih yang telah
masak terdiri dari beberapa bagian yaitu :

1. Lapisan pelindung yang biasanya terdiri dari lapisan luar dengan bentuk
bervariasi yang disebut Testa
2. Lapisan dalam yang tipis disebut dengan Tegumen

6
2.2 Proses perkecambahan
Menurut BPTH Kalimantan (2000), ada beberapa tahapan dalam proses

perkecambahan benih yaitu:

1. Proses imbibisi air

Air mula-mula diabsorpsi oleh biji kering menyebabkan kandungan air biji-biji
meningkat secara cepat dan merata. Dalam kondisi absorpsi (penyerapan)
permulaan melibatkan imbibisi air oleh koloid dalam biji kering, melunakkan kulit
biji dan menyebabkan hidrasi dalam protoplasma, biji membengkak dan kulit biji
pecah. Imbibisi merupakan proses fisika dan dapat terjadi juga dalam biji mati.

2. Sintesa enzim

Absorpsi air oleh biji menyebabkan aktivitas enzim dimulai dengan muncul kira-
kira beberapa jam. Setelah absorpsi enzim-enzim aktivasi sebagian merupakan
enzim tersimpan yang sebelumnya dibentuk selama perkembangan embrio dan
sebagian hasil sintesa enzim baru saat perkecambahan dimulai. Dalam sintesa
enzim diperlukan kehadiran molekul RNA (Ribo Nucleic Acid) yang beberapa
diantaranya tersimpan atau sudah dibentuk selama perkembangan biji atau selama
proses pematangan yang disediakan untuk mengawali perkecambahan, sedang yang
lainnya akan muncul dan dibentuk setelah perkecambahan dimulai.Energi untuk
proses ini diperoleh dari ikatan senyawa fosfat berenergi tinggi (ATP) yang berada
dalam mitokondria sel. Sebagian ATP diawetkan dalam biji dorman dimana akan
diaktivasi setelah penyerapan air.

3. Pemanjangan dan pemunculan radikel

Bukti pertama benih telah berkecambah adalah keluarnya bakal akar yang
merupakan hasil dari perpanjangan dan pembelahan sel radikel Munculnya radikel
terjadi sangat cepat dalam beberapa saat atau beberapa hari setelah permulaan
perkecambahan Lemak, protein dan karbohidrat yang tersimpan di endosperm,
kotiledon, perisperm atau dalam sel gamet betina (pada Conifer) dicerna menjadi
substansi kimia yang lebih sederhana dan selanjutnya ditranslokasikan ke titik
tumbuh pada sumbu embrio. Pembentangan sel setelah diaktifasi oleh sistem
pembentukan protein difungsikan untuk menghasilkan enzim baru, material

7
struktur, komponen regulasi, hormon dan asam nukleat dengan memfungsikan sel
dan membentuk bahan baru, pengambilan air dan respirasi telah berlangsung secara
bertahap.

1. Pertumbuhan bibit dan semai

Pada tahap akhir, perkembangan semai tanaman dimulai dengan adanya


pembelahan sel pada 2 ujung dari sumbu embrio (Embrio axis) diikuti dengan
perluasan struktur pada semai. Pembelahan sel semula pada titik tumbuh
menghasilkan sel-sel mandiri dan bebas melakukan pemanjangan Menurut
Sutopo (1997) ada 2 faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih yaitu
faktor dalam yang meliputi: tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi,
dan penghambat perkecambahan, serta faktor luar yang meliputi air,
temperatur, oksigen dan cahaya.

8
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Tempat Praktikum


Praktikum penanaman benih sengon merah ini dilakukan pada tanggal 10 mei
2023 melakukan proses perendaman tanaman hingga tanggal 19 mei 2023 setelah
biji sengon berkecambah.
3.2 Alat Dan Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Sengon
2. Arang
3. Pasir
4. Bayclean (cairan pemutih)
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Bak tabur yang telah di lubangin bagian bawahnya
2. Cetok atau sendok besar
3. Alat semprot untuk menyiram
4. Plastik

3.3 Tahapan Praktikum


Tahapan kegiatan praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Rendam benih dengan bayclean 5% selama 10 menit
2. Cuci bersih dengan sabun dan bilas sampai bau bayclean hilang
3. Siram benih dengan air panas dan rendam dengan air hangat selama 24 jam
4. Rendam benih dengan air hangat selama 24 jam tanpa di siram air panas
5. Buang air dan biarkan benih sampai membengkak
6. Siapkan median tanam dengan mengukus atau menyangrai media
7. Setelah di sterilkan masukkan pasir dan sekam ke bak dengan perbandingan
volume 1:1 setinggi bal semai dan siram sampai basah
8. Buat larikan dan taburkan benih dilarikan tersebut dan kemudian tutup
dengan menaburkan media sisaan ke atasnya lalu disiram
9. Tutup bagian atas dengan plastik hitam, letakkan di meja lab dan amati
setiap hari kapan mulai berkecambah
10. Setelah berkecambah tutup di buka dan letakkan di sinar matahari
11. Dokumentasikan dan catat proses kapan mulai berkecambah

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Data jumlah pertumbuhan dari hari pertama hingga hari ke 7
Hari ke- Disiram dengan air panas Tanpa disiram air panas
1 - -
2 5 10
3 12 16
4 13 21
5 13 25
6 14 40
7 15 53

Hasil pengamatan keadaan tumbuh


Hari ke- Keadaan tanaman Rata-rata tinggi
1 Belum ada yang tumbuh/berkecambah -
2 Mulai muncul kecambah <1 Cm
3 Berapa benih sudah tumbuh 1 Cm
4 Benih sudah banyak tumbuh 2-3 Cm
5 Tanaman sudah muncul daun 3 Cm
6 Tanaman muncul daun beberapa helai 3-4 Cm
7 Sudah banyak daun yang tumbuh 5 Cm

Grafik pertumbuhan tanaman

HASIL
10 16 21 25 40 53

12
13
5 13
14
15

0
1 2 3 4 5 6 7

Disiram dengan air panas tanpa disiram air panas

10
Daya kecambah
Daya kecambah adalah persentase dari jumlah benih yang berkecambah
pada hari tertentu dibagi jumlah keseluruhan benih yang diuji dikali 100%.
Berdasarkan hasil pengamatan daya kecambah terhadap benih sengon merah untuk
masing-masing perlakuan diperoleh hasil sebagai berikut:

𝑛1 + 𝑛2 + ⋯ … … . . . 𝑛𝑖 ∑ 𝑛𝑖
𝐷𝐾 = × 100% = × 100%
𝑁 𝑁

Dimana:

ni=Jumlah benih yang berkecambah pada hari ke-i

N=Jumlah benih yang diuji (Suhacti, 1988)

• Daya Kecambah tanpa disiram air panas ke-7


53
• = 100 × 100%

= 0,53
• Daya Kecambah disiram air panas ke-7
15
• = 100 × 100%

= 0,15

4.2 Pembahasan
Hasil dari kegiatan yang dilakukan menggunakan media tanah pasir dan arang
sekam terlihat bahwa perlakuan pertama yaitu bibit disiram dengan air panas
kemudian direndam selama 24 jam pada benih sengon merah,pada hari ke-7
terdapat 15 tanaman yang tumbuh. Dan dengan perlakuan tanpa disiram air panas
kemudian direndam selama 24 jam pada benih tersebut,pada hari ke-7 terdapat 53
tanaman yang tumbuh. Pada hari pertama benih tersebut belum ada yang
tumbuh/belum ada perubahan terhadap biji sengon merah,mulai hari ke 2-3 benih
sengon tersebut mulai berkecambah.

Tumbuhan sengon merah yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan


paling cepat yaitu menggunakan penyiraman tanpa air panas. Hal ini dapat dilihat
dari jumlah benih yang tumbuh. Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan

11
perlakuan yg disiram dengan air panas,karena jumlah benih yang tumbuh lebih
sedikit dibandingkan dengan tanpa disiram air panas.

Kecepatan berkecambah erat hubungannya dengan ciri vigoritas dari suatu


benih (Suhacti, 1988, Bramasto, 1998). Semakin cepat benih berkecambah,
semakin tinggi vigoritasnya. Dalam kegiatan ini daya kecambah benih sengon ini
tidak terlihat banyak perbedaan dari waktu yang diperlukan untuk berkecambah.

12
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari kegiatan perkecambahan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
benih yang ditanam dengan dua perlakuan yaitu perlakuan disiram air panas dan
tanpa di siram air panas. Maka yang paling baik adalah tanpa disiram air panas
dikarenakan jumlah yang tumbuh lebih baik dan ukurannya lebih tinggi,sedangkan
perlakuan yang disiram air panas jumlah yang tumbuh lebih sedikit. Meskipun
perlakuan tanpa disiram air panas jumlah yang tumbuh lebih banyak tetapi kondisi
fisik tidak ada perbedaan mulai dari bentuk daun,warna batang dan bentuk daun.

5.2 Saran
Dalam melakukan kegiatan perkecambahan jika sudah muncul daunnya
sebaiknya diletakkan di tempat greenhouse atau dibawah bedengan yang masih
mendapat sinar matahari dengan intensitas rendah. Kemudian setelah kecambah
kecil mencapai tinggi 5cm ke atas segera disapih yaitu ditanam menggunakan
media tanam dalam pollybag yang telah disusun dalam bedengan di lapangan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. http://arenindonesia.wordpress.com/budidaya-aren/ (29


Januari 2013, hal.2)

Bustamam, T. 1989. Diktat Dasar-Dasar Ilmu Benih. UNAND. hal 61-95 dan
97- 118

Faustina, E., Yudono, P. dan Rabaniyah, R. 2013. Pengaruh Cara Pelepasan


Aril Dan Konsentrasi Kno3 Terhadap Pematahan Dormansi Benih
sengon merah Fakultas Pertanian. UGM. Yogyakarta

Lakitan, B. 2011. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta. Rajawali Pers

Leiwakabessy, F.W. 1988. Kesuburn Tanah. Departemen Ilmu Tanah,


Fakultas Pertanian. Bogor. IPB

Marthen et al,. 2013. Pengaruh Perlakuan Pencelupan Dan Perendaman


TerhadapPerkecambahan Benih Sengon (Paraserianthes falcataria L.)
Jurnal IlmuTanaman Volume 2, Nomor 1, April 2013

14
LAMPIRAN

Perendaman biji sengon selama 24 jam

15
16
17

Anda mungkin juga menyukai