Anda di halaman 1dari 5

Nama : Revi Hidayatullah Tanggara

Nim : 213020404114

MK : Silvikultur

PERTEMUAN I
 SILVIKULTUR (SILVICULTURE)
Silvikultur berasal dari kata Sylva Yang berarti hutan dan Culture Yang berarti
budidaya/pengelolaan yang dapat diartikan suatu kegiatan budidaya atau pengelolaan hutan,
atau dapat juga diartikan sebagai ilmu dan seni membangun dan memelihara hutan dengan
menerapkan ilmu silvika untuk memperoleh manfaat optimal. Dalam silvikultur dipelajari
mengenai kelas diameter, kelas umur, riap, kegiatan pembibitan (nursery), penanaman
pengayaan (enrichment planting), pemangkasan (pruning), penjarangan (thinning), siklus
tebang, daur, penebangan (harvesting) serta informasi silvikultur jenis. Tujuan diadakannya
silvikutur agar mampu menjamin kelestarian dalam jangka panjang yang berkaitan dengan
fungsi ekologi, Kesehatan, produktivitas, dan ekosistem hutan.

 SILVIKA
Mempelajari hal yang berkaitan dengan pertumbuhan pohon, baik secara individual maupun
kelompok serta kaitannya interaksi dengan unsur bio dan non-bio (iklim dan tanah) sampai
menjadi hutan yang utuh (Heterogen namun menjadi kesatuan dalam ekosistem hutan.

 SISTEM SILVUKULTUR
Rangkaian kegiatan pengelolaan hutan yang meliputi permudaan hutan, pemeliharaan dan
pemanenan, termasuk rekayasa genetik tumbuhan dan rekayasa lingkungan agar diperoleh
hasil yang optimal bagi manusia dan lingkungan.

Semua devinisi sistem silvikultur mengandung tiga komponen utama, yaitu permudaan
(regeneration), pemeliharaan (tending) dan pemanenan (harvesting/removing).
1. Permudaan (Regeneration) : Pembuatan bibit, Penyiapan lahan, dan Penanaman.
2. Pemeliharaan (Tending): Penyulaman, pemulsaan, pemupukan, pendangiran,
perempelan, pemangkasan, pembebasan, dan penjarangan.
3. Penebangan (Harvesting) : pemanenan dengan Teknik ramah lingkungan (reduce
impact logging/ RIL) dan kelestarian hasil

Silvikultur intensif : Serangkaian / beberapa teknik silvikultur yang dilaksanakan dengan tepat, benar
(efektif dan efisien) dan bersungguh- sungguh. Fokus silvikultur intensif pada 3 teknik silvikultur,
yaitu : Pemuliaan pohon penggunaan bibit unggul, Manipulasi lingkungan, dan Pengendalian hama
dan penyakit secara terpadu.

Silvikultur lanjutan (Silvikultur Hutan Tanaman) : Gabungan beberapa teknik silvikultur untuk
membangun dan mengelola hutan tanaman, mulai dari penanaman, pemeiharaan sampai
pemanenan.

Multi sistem silvikultur : Penerapan dua atau lebih sistem silvikultur pada satu unit manajemen
dengan tujuan untuk mengoptimalkan pengelolaan kawasan hutan sesuai kondisi penutupan lahan.
PERTEMUAN II
 Tegakan (stand) : suatu kelompok pohon-pohon atau tumbuh-tumbuhan lain yang
terdapat pada suatu wilayah tertentu yang cukup seragam susunan spesiesnya,
susunan umurnya dan keadaannya sehingga dapat dibedakan dengan kelompok
tumbuh-tumbuhan lain yang terdapat di wilayah di dekatnya.

Struktur hutan : Lapisan atau strata hutan


(semai,pancang,tiang,pohon)
Komposisi hutan : Jenis pohon penyusun hutan

 Pembagian hutan berdasarkan struktur dan komposisi pohon


a. Hutan segala umur (allaged forest) : adalah suatu hutan yang terdiri dari semua kelas
umur, mulai kelas umur 0 sampai umur klimak (puluhan/ratusan tahun).
b. Hutan tidak seumur (uneven aged forest): adalah suatu hutan yang terdiri dari lebih dari
satu kelas umur.
c. Hutan seumur (even aged forest): adalah suatu hutan yang terdiri dari satu kelas umur.
 Adapula yang membagi hutan menjadi 2 saja yaitu hutan tidak
seumur dan hutan seumur

 Pengelompokan hutan berdasarkan kerapatan


1. Rapat : Penutupan tajuk > 70 %
2. Sedang : Penutupan tajuk 40 – 70 %
3. Jarang : Penutupan tajuk < 40 %

Silvikultur dirancang untuk membuat struktur tegakan yang menghubungkan tujuan pengelolaan
hutan, keselarasan dengan lingkungan dan mengantisipasi dampak lingkungan yang ditimbulkan.
Tegakan hutan bersifat dinamis dan dapat berubah sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada.
Silvikulturis diharapkan mampu menciptakan struktur dan komposisi tegakan melalui beberapa
pertimbangan, seperti :
a. Variasi jenis
b. Variasi kelas umur
c. Penataan lapisan tajuk yang berbeda-beda
d. Distribusi kelas diameter

PERTEMUAN III
 Pertimbangan dalam pemilihan jenis pohon dalam hutan
tanaman
1. Tujuan penanaman
2. Kesesuaian jenis pohon dan tempat tumbuh/tapak (site)
3. Daur tanaman (daur teknis/biologis)/riap (increment)
a) Tujuan penanaman disesuaikan dengan kelas perusahaan:
1. Kayu pertukangan
2. Kayu serat
3. Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
4. Kayu energi
5. Rehabilitasi lahan kritis/tanah kosong

b) Kesesuaian jenis pohon dan tempat tumbuh/tapak (site)


1. Jenis lokal
2. Uji spesies
3. Uji propenan
4. Uji progeny

c) Daur (rotation) dan riap tanaman


Daur adalah masa/waktu yang diperlukan oleh suatu tanaman mulai dari
penanaman sampai pemanenan. Daur tanaman dibedakan menjadi 3, yaitu daur
Biologis, daur Teknis dan daur Ekonomis.
1. Daur biologis : masa yang diperlukan sampai akhir fase fisiologisnya
2. Daur teknis adalah masa yang diperlukan oleh suatu tanaman sampai
tanaman tersebut memenuhi syarat sebagai bahan baku untuk keperluan tertentu
3. Daur ekonomis adalah masa yang diperlukan oleh suatu tanaman sampai
mempunyai nilai tertinggi di pasaran

Siklus tebang (cutting cycle) waktu yang diperlukan untuk melakukan penebangan
hutan atau jeda waktu antara masa penebangan yang satu dengan masa tebangan
berikutnya (dalam tempat yang sama)

Kecepatan pertumbuhan tanaman (riap) dipengaruhi oleh:


1. Jenis tumbuhan
2. Tapak yang tepat
3. Jenis unggu

Pembagian jenis tumbuhan berdasarkan kecepatan pertumbuhan nya


a. Cepat (fast growing spesies) : daur < 10 thn
b. Sedang (moderate growing) : daur 10 – 30 thn
c. Lambat (slow growing) : daur > 30 thn

Etat adalah proporsi luas areal atau massa kayu (jumlah atau volume) yang boleh
dipungut setiap tahun selama jangka pengusahaan hutan yang dapat menjamin
kelestarian produksi dan hasil sumber daya hutan.

Etat volume menjadi acuan dalam menentukan jumlah produksi kayu tiap
tahunsedangkan Etat luas menjadi acuan dalam menentukan luas areal yang akan
dikelola dan dieksploitasi setiap tahun
PERTEMUAN IV
 Sistem silklus tunggal (monocycle system) adalah suatu sistem yang menerapkan waktu
siklus tebang sama dengan daur tanaman pokok atau hanya terjadi 1 (satu)siklus tebang
selama daur tanaman.
 Sistem siklus ganda (polycycle system) adalah suatu sistem yang menerapkan beberapa kali
siklus tebang (minimal 2 kali) selama daur tanaman pokok atau terjadi lebih dari 1 (satu)
siklus tebang selama daur tanaman.
 Sistem siklus banyak (Polycyclic system) adalah sistem silvikultur yang menerapkan dua atau
lebih siklus tebang alam satu daur tanaman. Diterapkan dalam Sistem Tebang Pilih (Selective
Cutting) ->TPTI

Kelebihan polycyclic sistem


1. Lebih fleksibel dan lebih mudah diterapkan dengan memperhatikan
perlakuan silvikultur dari spesies
2. Pertimbangan ekonomis

Kelemahan polyciclic sistem


a. „The poor performance of residual trees“ karena ketidakmampuan beradaptasi dengan
peningkatan ruang tumbuh dan intensitas cahaya
b. Penyebaran diameter pohon dari spesies ekonomis yang tidak merata. Ex. Lack of pole-
sized
c. Eksploitasi dan penyaradan yang intensif menimbulkan kerusakan lahan dan tumbuhan
lain serta regenerasi
d. Inferior genetic condition tidak adanya hubungan antara diameter
dengan umur dalam beradaptasi terhadap peningkatan ruang tumbuh
dan intensitas cahaya.

PERTEMUAN V
 Mikorisa (Mycorrhizae) adalah cendawan/jamur yang mampu bersimbiosis mutualisme
dengan perkaran tanaman. Diduga kuat kegagalan penanaman jenis-jenis ini disebabkan oleh
masalah mikorisanya yang bersifat obligat. Beberapa jenis ekto-mikorisa yang bersimbiosis
dengan jenis pohon-pohonan antara lain Cantharellus sp, Scleroderma columnare, S.
dictyosporum, S. simamarianse, Scleroderma spp, Amanita muscaria, Amanita spp, Russula
spp, Suillus bovinus, Boletus spp, Lacaria proxima, L.lacata, Lacaria spp dan lain-lain. Jenis-
jenis cendawan tersebut dapat membentuk badan buah pada iklim mikro (lingkungan) yang
optimal sehingga keberadaannya pada suatu tempat dapat diketahui secara kasat mata.
Peranan mikorisa dalam pertumbuhan tanaman adalah :
1. Mampu memperbesar volume perakaran sehingga memperluas bidang penyerapan akar
2. Memperkuat pembentukan xilem
3. Mencegah patogen akar
4. Mampu meningkatkan ketahanan akar dari kekeringan melalui sistim penyerapan
air yang efisien
5. Merombak molekul komplek menjadi lebih sederhana sehingga dapat diserap oleh akar
6. Mampu memproduksi vitamin dan hormon yang diperlukan tanaman

 Inokulasi mikorisa
Terdapat beberapa metoda untuk menginfeksi akar tanaman dengan
mikorisa, seperti menggunakan topsoil dari lantai hutan yang telah
mengandung mikorisa, dengan pohon inang atau dengan memberi spora
pada media semai, yang biasanya telah dikemas dalam bentuk tablet,
kapsul atau alginate.

Anda mungkin juga menyukai