Anda di halaman 1dari 8

INDEKS KEANEKARAGAMAN, KEMERATAAN, DAN KEKAYAAN JENIS

BESERTA STATUS KONSERVASI AVIFAUNA (BURUNG)

Disusun Oleh:
Dewinda Delawana Nainggolan
213020404144

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan rahmat dan
kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini yang berjudul Indeks
Keanekaragaman, Kemerataan, Dan Kekayaan Jenis Status Konservasi Avifauna (Burung).
Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk kelulusan mata kuliah Konservasi Sumber
Daya Hutan.
Adapun penulisan ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak, oleh karena itu penulis
mengucapkan terimakasih. Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih dan berharap agar
laporan ini bermanfaat, kritik dan saran sangat dibutuhkan agar laporan ini
menjadi lebih baik.

Palangkaraya, Mei 2023

Penulis
I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Identifikasi jenis, perhitungan berbagai indeks keanekaragaman jenis serta status
konservasi baik flora maupun fauna merupakan hal mendasar dalam strategi konservasi baik
konservasi di tingkat ekosistem maupun tingkat spesies. Kajian-kajian ini sangat menentukan
bagaimana arahan konservasi keanekaragaman hayati ditetapkan. Berbagai aktivitas
pengelolaan sumberdaya alam khususnya dalam dunia kehutanan memerlukan informasi
jenis, keanekaragaman, kekayaan, kemerataan dan status konservasinya untuk kemudian
merancang prioritas-prioritas konservasi. Status konservasi adalah kategori yang digunakan
dalam klasifikasi tingkat keterancaman kepunahan spesies makhluk hidup, baik hewan
maupun tumbuhan. Status konservasi bertujuan untuk melindungi dan melestarikan spesies
makhluk hidup. Status konservasi dapat dikeluarkan oleh masing-masing pemerintah atau
lembagalembaga yang fokus terhadap masalah keanekaragaman hayati. Sehingga, status
konservasi di tiap-tiap negara dapat berbeda, misalnya hewan A dilindungi di negara tertentu,
namun di negara lain tidak dilindungi. IUCN Red List of Threatened Species dan CITES
Appendices merupakan lembaga yang biasanya dijadikan rujukan mengenai status konservasi
secara global. Status konservasi dari dua lembaga tersebut tidak bersifat mengikat secara
hukum, hingga suatu negara mengadopsinya dalam sistem hukum masing-masing. Penerapan
status konservasi akan mengikat apabila telah berbentuk undang-undang atau peraturan yang
secara resmi diterbitkan oleh negara. Pengetahuan mengenai metode identifikasi jenis,
mengukur berbagai paremeter indeks keanekaragaman jenis serta mengklasifikasikan status
konservasi flora dan fauna pada berbagai rujukan harus dimiliki mahasiswa jurusan
Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya sebagai ilmu dasar dalam tindak
konservasi sumberdaya hutan pada berbagai aspek.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Menghitung Indek Keanekaragaman, Indeks Kemerataan dan Indeks Kekayaan Jenis


dari avifauna.
2. Mengetahui Status Konservasi terbaru avifauna, berdasarkan kriteria IUCN, CITES
dan PERMEN LHK No 106/2018.
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Ivafauna

Kalimantan Tengah merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata di Indonesia yang
memiliki banyak potensi, selain panorama dan keindahan alam, dan iklim yang berbeda di
daerah, Kalimantan Tengah juga memiliki beragam adat istiadat, bahasa, dan kesenian, serta
tempat-tempat maupun gedung bersejarah yang ada. Keanekaragaman potensi dan
kebudayaan tersebut mengundang perhartian khusus untuk tetap melestarikannya. Berbagai
upaya harus tetap diusahakan demi menjaga eksistensinya dan terhindar dari faktor
ketidakpedulian oleh masyarakat, namun dari sekian banyak potensi wisata yang ada masih
sangat sedikit yang telah dikembangkan, padahal masih banyak objek wisata yang berpotensi
lainnya yang membutuhkan sentuhan dan perhatian di bidang kepariwisataan khususnya
palangka Raya. Dengan mengangkat potensi objek wisata yang ada agar lebih dikenal dan
menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia khususnya masyarakat di Kalimantan Tengah.

Avifauna adalah kumpulan komunitas burung yang hidup di suatu kawasan atau daerah.
Keanekaragaman jenis burung yang dapat dijadikan sebagai indikator kualitas lingkungan
perlu mendapat perhatian khusus, karena kehidupannya dipengaruhi oleh faktor fisik, kimia,
dan hayati. Faktor fisik dapat berupa suhu, ketinggian tempat, tanah, kelembaban, cahaya,
dan angin. Faktor kimia antara lain berupa makanan, air, mineral dan vitamin, baik secara
kuantitas maupun kualitas. Faktor hayati dimaksud di antaranya berupa tumbuhan, satwaliar,
dan manusia. Selain berfungsi sebagai lokasi demplot penelitian, kawasan tersebut juga
menjadi habitat bagi berbagai macam satwaliar khususnya avifauna (burung). Informasi
mengenai keanekaragaman jenis burung diperlukan sebagai data potensi kawasan yang akan
digunakan sebagai acuan dalam pengelolaannya.

Kawasan Taman Wisata Alam Bukit Tangkiling ini berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Pertanian RI nomor ; 046/Kpts/Um/1/1977 pada tanggal 25 Januari 1997 dengan luas
533 Ha. Keadaan topografi Kawasan Bukit Tangkiling bervariasi mulai dari dataran rendah
yang landai, bergelombang hingga berbukit dengan kelerengan yang sangat curam/terjal
sekitar 2% - 45%, dengan ketinggian tempat 25 – 170 meter dari permukaan laut. Pada
masing-masing kondisi topografi memiliki kekhasan penutupan lahan mulai dati tipe hutan
rawa, hutan hujan tropika dataran rendah, padang rumput dan hutan hujan tropika perbukitan.
Berdasarkan kenampakan vegetasinya merupakan hutan sekunder dan sebagian hutan
tanaman. Dengan kondisi bentang alam yang demikian, kedua kawasan tersebut terlihat
berbeda secara menyolok dibandingkan dengan bentang alam di sekitar Kota Palanga Raya
yang umumnya berupa hamparan pasir kuarsa maupun lahan gambut dengan vegetasi belukar
rawa. Terdapat 5 (lima) bukit dalam kawasan ini yaitu : Bukit Tangkiling, Bukit Baranahu,
Bukit Liau, Bukit Buhis, dan Bukit Batu/Tunggal.
III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Tempat

Praktikum akan dilaksanakan pada Hari Sabtu, 13 Mei 2023 di Taman Wisata Alam
Bukit Tangkiling.
Mulai pukul 09:45 – 10:20 ( selesai pengamatan)
3.2 Alat Dan Bahan

Alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum ini antara lain :
1. Kamera/Binokular
2. Buku Panduan Lapangan
3. ATK

Anda mungkin juga menyukai