Disusun Oleh:
Dewinda Delawana Nainggolan
213020404144
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan rahmat dan
kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini yang berjudul Indeks
Keanekaragaman, Kemerataan, Dan Kekayaan Jenis Status Konservasi Avifauna (Burung).
Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk kelulusan mata kuliah Konservasi Sumber
Daya Hutan.
Adapun penulisan ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak, oleh karena itu penulis
mengucapkan terimakasih. Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih dan berharap agar
laporan ini bermanfaat, kritik dan saran sangat dibutuhkan agar laporan ini
menjadi lebih baik.
Penulis
I.PENDAHULUAN
Kalimantan Tengah merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata di Indonesia yang
memiliki banyak potensi, selain panorama dan keindahan alam, dan iklim yang berbeda di
daerah, Kalimantan Tengah juga memiliki beragam adat istiadat, bahasa, dan kesenian, serta
tempat-tempat maupun gedung bersejarah yang ada. Keanekaragaman potensi dan
kebudayaan tersebut mengundang perhartian khusus untuk tetap melestarikannya. Berbagai
upaya harus tetap diusahakan demi menjaga eksistensinya dan terhindar dari faktor
ketidakpedulian oleh masyarakat, namun dari sekian banyak potensi wisata yang ada masih
sangat sedikit yang telah dikembangkan, padahal masih banyak objek wisata yang berpotensi
lainnya yang membutuhkan sentuhan dan perhatian di bidang kepariwisataan khususnya
palangka Raya. Dengan mengangkat potensi objek wisata yang ada agar lebih dikenal dan
menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia khususnya masyarakat di Kalimantan Tengah.
Avifauna adalah kumpulan komunitas burung yang hidup di suatu kawasan atau daerah.
Keanekaragaman jenis burung yang dapat dijadikan sebagai indikator kualitas lingkungan
perlu mendapat perhatian khusus, karena kehidupannya dipengaruhi oleh faktor fisik, kimia,
dan hayati. Faktor fisik dapat berupa suhu, ketinggian tempat, tanah, kelembaban, cahaya,
dan angin. Faktor kimia antara lain berupa makanan, air, mineral dan vitamin, baik secara
kuantitas maupun kualitas. Faktor hayati dimaksud di antaranya berupa tumbuhan, satwaliar,
dan manusia. Selain berfungsi sebagai lokasi demplot penelitian, kawasan tersebut juga
menjadi habitat bagi berbagai macam satwaliar khususnya avifauna (burung). Informasi
mengenai keanekaragaman jenis burung diperlukan sebagai data potensi kawasan yang akan
digunakan sebagai acuan dalam pengelolaannya.
Kawasan Taman Wisata Alam Bukit Tangkiling ini berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Pertanian RI nomor ; 046/Kpts/Um/1/1977 pada tanggal 25 Januari 1997 dengan luas
533 Ha. Keadaan topografi Kawasan Bukit Tangkiling bervariasi mulai dari dataran rendah
yang landai, bergelombang hingga berbukit dengan kelerengan yang sangat curam/terjal
sekitar 2% - 45%, dengan ketinggian tempat 25 – 170 meter dari permukaan laut. Pada
masing-masing kondisi topografi memiliki kekhasan penutupan lahan mulai dati tipe hutan
rawa, hutan hujan tropika dataran rendah, padang rumput dan hutan hujan tropika perbukitan.
Berdasarkan kenampakan vegetasinya merupakan hutan sekunder dan sebagian hutan
tanaman. Dengan kondisi bentang alam yang demikian, kedua kawasan tersebut terlihat
berbeda secara menyolok dibandingkan dengan bentang alam di sekitar Kota Palanga Raya
yang umumnya berupa hamparan pasir kuarsa maupun lahan gambut dengan vegetasi belukar
rawa. Terdapat 5 (lima) bukit dalam kawasan ini yaitu : Bukit Tangkiling, Bukit Baranahu,
Bukit Liau, Bukit Buhis, dan Bukit Batu/Tunggal.
III. METODE PRAKTIKUM
Praktikum akan dilaksanakan pada Hari Sabtu, 13 Mei 2023 di Taman Wisata Alam
Bukit Tangkiling.
Mulai pukul 09:45 – 10:20 ( selesai pengamatan)
3.2 Alat Dan Bahan
Alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum ini antara lain :
1. Kamera/Binokular
2. Buku Panduan Lapangan
3. ATK