Anda di halaman 1dari 11

Kegiatan ke 3

Upaya Konservasi Wilayah Hutan Hujan Tropis

A. Tujuan Kegiatan
1. Mahasiswa dapat mengetahui wilayah konservasi di Kalimantan Timur
2. Mahasiswa dapat mengetahui spesies flora dan fauna yang berada pada
wilayah konservasi Kalimantan Timur
3. Mahasiswa dapat megetahui status konservasi flora dan fauna di
Kalimantan Timur

B. Kajian Pustaka
Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki keanekaragaman
hayati tertinggi di dunia, sehingga mendapat julukan sebagai Megadiversity
Country. Keanekaragaman hayati ini mencakup ekosistem, spesies dan genus
yang berada di darat, perairan tawar maupun di pesisir dan laut, padahal luas
daratan Indonesia hanya 1,5% dari luas dunia. Tumbuhan berbunga di
Indonesia terdapat sekitar 25.000 spesies. Keragaman jenis tanaman yang
sangat besar itu memungkinkan tersedianya bunga sepanjang tahun. Di dalam
bunga tumbuhan tersebut terdapat polen dan nektar. Polen atau serbuk sari
adalah sel gamet jantan pada bunga yang berbentuk butir-butir halus berwarna
kuning yang dihasilkan oleh tumbuhan berbunga (Spermatophyta) yang
terdapat di ujung benang sari bunga. Serbuk sari merupakan alat penyebaran
dan perbanyakan generatif dari tumbuhan berbunga. Ilmu tentang polen
serbuk sari disebut Palinologi yang umumnya lebih terfokus pada struktur
dinding polen (Pertiwi, 2015: 1).
Hutan Indonesia merupakan salah satu hutan hujan tropis terluas di dunia
dan ditempatkan pada urutan kedua dalam hal tingkat keanekaragaman
hayatinya, yang memberikan manfaat berlipat ganda, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Hutan hujan tropis memiliki beraneka jenis tumbuhan
yang dapat hidup karena mendapat sinar matahari dan curah hujan yang
2

cukup. Hutan hujan tropis merupakan vegetasi yang paling kaya, baik dalam
arti jumlah jenis makhluk hidup yang membentuknya maupun dalam
tingginya nilai sumberdaya lahan (tanah, air cahaya matahari) yang
dimilikinya (Megawati, 2015: 270).
Hutan di Indonesia merupakan bioma hutan hujan dicirikan dengan
kanopi yang rapat dan banyak tumbuhan liana (tumbuhan memanjat)
seperti rotan. Tingginya kekayaan keanekaragaman tumbuhan tersebut juga
ditunjukkan oleh kekayaan di hutan Kalimantan yang memiliki lebih dari 3000
spesies pohon, termasuk 267 spesies Dipterocarpaceae dan di antaranya adalah
spesies endemik. Spesies pohon penghasil buah yang sangat penting bagi
kehidupan fauna dan masyarakat setempat ialah durian (Durio sp.), mangga
(Mangifera sp.), rambutan (Nephelium sp.), sukun dan nangka (Artocarpus
sp.). Tingkat endemisme flora cukup tinggi yaitu sekitar 34% dari jumlah
keseluruhan, namun hanya 59 marga yang termasuk unik dari 1500 marga
yang ada (Megawati, 2015: 270).
Keanekaragaman hayati menurut definisi ini adalah atribut (ciri) satu area
yang menyangku keragaman di dalam dan di antara organisme hidup,
kumpulan organisme, komunitas biotik dan proses biotik, yang masih bersifat
alamiah maupun yang sudah diubah oleh manusia. Keanekaragaman hayati
dapat diukur dari level genetik beserta identitasnya. Keanekaragaman hayati
(flora dan fauna) di hutan hujan tropis di Kalimantan tercermin dari kekayaan
jenis tumbuh-tumbuhannya, yang berupa pohonan, semak belukar, perdu,
tanaman merambat, epiphyt (jenis tanaman anggrek yang hidup menempel
pada tanaman lain), lumut, jasad renik, ganggang dan jamur, serta faunanya.
Namun kini belum semua daerah di Indonesia dilakukan inventarisasi jenis
tumbuh-tumbuhan dan fauna, atau yang dilakukan inventarisasi hanya jenis-
jenis yang bernilai ekonomis tinggi. Kalimantan adalah nama bagian wilayah
Indonesia di Pulau Borneo yang besar, yaitu pulau terbesar ke tiga di dunia
setelah greenland dan seluruh Pulau Iran. Kalimantan meliputi 73% massa
daratan Borneo. Keempat propinsi di Kalimantan, yaitu Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur luas
3

seluruhnya adalah adalah 549.032 km². Luas ini merupakan 28% seluruh
daratan Indonesia; Kalimantan Timur saja merupakan 10% luas wilayah
indonesia (Asa, 2017: 85).
Bagian utara Borneo meliputi dua negara bagian Malaysia, yaitu Sarawak
dan Sabah, dan kesultanan Brunei Darussalam. Terhadap jenis-jenis hayati
yang bersifat endemik. Contoh beberapa jenis pohon endemik untuk
Kalimantan dengan ancaman tinggi akibat dari eksploitas yang cenderung
berlebihan antara lain Agathis kinabaluensis de Lau. Dan A. lenticula de Laub.
Yang hanya terdapat di sekitar Gunung Kinabalu (Sabah), Dipterocarpus
glabrigemmatus P.S. Ashton (Sarawak dan Kalimantan Timur), Shorea
alutacea P.S Ashton (hanya di bagian barat Sarawak) dan lain-lain. Semua
jenis pohon tersebut dikenal memiliki kayu yang bernilai komersial tinggi.
Sebanyak 1.436 jenis pohon endemik yang terdaftar dalam buku yang berjudul
“Jenis-jenis Pohon Endemik Kalimantan” (Asa, 2017: 85).
Jumlah tersebut termasuk dalam 218 marga dan 65 suku. Untuk takson
yang berada di bawah tingkat jenis (anak jenis atu sub species dan forma)
masing-masing berjumlah 121 anak jenis dan tiga forma. Pohonpohon tersebut
tersebar di berbagai tipe habitat dan ekosistem, mulai dari tepi pantai hingga
pegunungan dan meliputi berbagai tipe. Vegetasi yakni hutan mangrove, hutan
lahan pamah, hutan rawa (termasuk rawa gambut), hutan kerangas, hutan
dipterokarpa, vegetasi tepi sungai, daerah berbatu kapur dan lainlain. Namun
demikian, beberapa jenis yang termasuk suku ini sangat rentan terhadap
ancaman kelangkaan dan kepunahan karena eksploitasinya yang terus
berlangsung, sementara upaya pengembangannya masih banyak mengalami
kendala, terutama masalah kesesuaian habitat (Asa, 2017: 85).
Konservasi alam adalah salah satu pengelolaan sumberdaya alam yang
menjamin pemanfaatannya secara bijaksana, sehingga mutu dan kelestarian
sumberdaya alam dan lingkungan hidup dapat dipertahankan untuk menjamin
pembangunan. Konservasi dalam arti sempit dapat diartikan sebagai
pelestarian dan pengawetan. Dalam hal ini pengawetan meliputi kegiatan
pelestarian produksi, pelestarian jenis dan perlindungan penunjang sistem
4

kehidupan. Objek kegiatannya adalah hutan lindung, hutan pantai dan daerah
aliran sungai, sedangkan bentuk kegiatan pengawetan keanekaragaman plasma
nutfah terbagi dua, yaitu konservasi ex-situ dan konservasi in-situ (Salim,
2010: 7).
Secara umum, konservasi, mempunyai arti pelestarian yaitu melestarikan/
mengawetkan daya dukung, mutu, fungsi, dan kemampuan lingkungan secara
seimbang. Adapun tujuan konservasi yaitu mewujudkan kelestarian sumber
daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya, sehingga dapat lebih
mendukung upaya peningkatan kesejahteraan dan mutu kehidupan manusia,
melestarikan kemampuan dan pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya secara serasi dan seimbang. Selain itu, konservasi meruapakan
salah satu upaya untuk mempertahankan kelestarian satwa. Tanpa konservasi
akan menyebabkan rusaknya habitat alami satwa. Rusaknya habitat alami ini
telah menyebabkan konflik manusia dan satwa. Konflik antara manusia dan
satwa akan merugikan kedua belah pihak; manusia rugi karena kehilangan
satwa bahkan nyawa sedangkan satwa rugi karena akan menjadi sasaran balas
dendan manusia (Rachman, 2012: 31).
Konservasi in-situ adalah konservasi ekosistem dan habitat alami serta
pemeliharaan dan pemulihan populasi jenis-jenis berdaya hidup dalam
lingkungan alaminya, dan dalam hal jenis-jenis terdomestifikasi atau
budidaya, di dalam lingkungan tempat sifat-sifat khususnya berkembang. Jenis
kegiatan konservasi in-situ adalah kebun binatang, taman safari, kebun botani
dan museum. Konservasi ex-situ merupakan metode konservasi yang
mengkonservasi spesies di luar distribusi alami dari populasi tetuanya.
Konservasi ini merupakan proses melindungi spesies tumbuhan dan hewan
(langka) dengan mengambilnya dari habitat yang tidak aman atau terancam
dan menempatkannya atau bagiannya di bawah perlindungan manusia. Jenis
kegiatan konservasi ex-situ adalah cagar alam dan suaka margasatwa (Salim,
2010: 7).
Menurut Undang-Undang tentang ketentuan pokok pengelolaan
lingkungan hidup No. 23 tahun 1997 dalam Salim (2010, 7-8), konservasi
5

adalah pengelolaan sumber daya alam tak terbaharui untuk menjamin


pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang terbaharui untuk
menjamin kesinambungan ketersediaan dengan tetap memelihara dan
meningkatkan kualitas serta keanekaragamannya. Kegiatan konservasi
meliputi tiga hal yaitu:
1. Melindungi keanekaragaman hayati (biological diversity)
2. Mempelajari fungsi dan manfaat keanekaragaman hayati
3. Memanfaatkan keanekaragaman hayati untuk kesejahteraan umat manusia.
Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS) merupakan kawasan hutan
konservasi untuk pendidikan Universitas Mulawarman (Unmul) yang
digunakan sebagai tempat penelitian dan tempat berkumpulnya para
mahasiswa Unmul dengan luas sekitar 300 hektar. Famili Asteraceae adalah
salah satu jenis famili tumbuhan berbunga yang mudah dan banyak ditemukan
di sekitar wilayah KRUS. Famili Asteraceae merupakan takson tumbuhan
dengan keanekaragaman jenis yang cukup tinggi. Tumbuhan famili
Asteraceae atau sembung-sembungan merupakan kelompok tumbuhan yang
terdiri dari 1.911 genus yang meliputi 32.205 spesies (Pertiwi, 2015: 2).
Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS) adalah kawasan hutan yang
dibangun dan dikembangkan dengan 3 tujuan, yaitu: Memberikan manfaat
semaksimal mungkin dalam pelayanan baik dibidang pendidikan, penelitian
pengembangan ilmu pengetahuan dan pelayanan wisata alam; menjadikan
kawasan KRUS sebagai pusat konservasi tumbuhan dan hewan terutama
spesies lokal secara in-situ dan eks-situ; memulihkan kembali habitat,
ekosistem ataupun komunitas kawasan KRUS seperti aslinya sengan
menambah dan memperbanyak jenis koleksi baik dengan spesies endemik
ataupun spesies dari luar Kalimantan Timur, dalam rangka penyelamatan jenis
maupun genetik dari kepunahan. Inventarisasi tumbuhan penghasil buah di
Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS) perlu dilakukan untuk mengetahui
keanekaragaman jenisnya. Pemberian informasi diharapkan dapat menjadi
bahan pertimbangan dalam pengelolaan kawasan. Sehingga tidak hanya
tanaman komersil seperti Dipterocarpaceae, tapi juga jenis tumbuhan
6

penghasil buah berpotensi dapat diketahui dan dapat menjadi kuantitas dan
kualitas pangan yang dibutuhkan oleh masyarakat serta satwa liar yang
terdapat di KRUS (Megawati, 2015: 270-271).
Tabel. 1 Jumlah Koleksi Satwa di Kebun Binatang Mini KRUS Tahun 2010
No Satwa di KURS Jumlah
Nama Hewan Nama Latin
I. Mamalia
1 Beruang Madu 2
2 Rusa Sembar 7
3 Binturung 2
4 Orang Utan 10
5 Owa-owa 3
6 Monyet Ekor Panjang 2
7 Monyet Ekor Pendek 1
8 Kuda 3
II. Aves
1 Rajawali 1
2 Elang Bontol 4
3 Merak Hijau 2
4 Bangau Rawa 2
5 Bangau Tong-tong 1
6 Nuri Merah 1
7 Angsa 3
8 Ayam Mutiara 2
III. Reptila
1 Ular Pyton 2
2 Kura-kura 3
3 Buaya Muara 10
4 Biawak 1
Jumlah 62
Sumber: (Keliwar, 2011: 1948)
Istilah endemik untuk tumbuhan maupun hewan seringkali keliru,
dikaburkan dengan istilah indigenous atau native species. Endemik adalah
keberadaan suatu jenis yang keberadaannya terbatas hanya pada suatu tempat
atau daerah tertentu saja, sedangkan indigenous yang biasa juga disebut native
species adalah jenis hayati yang secara alami dan turun-temurun terdapat di
daerah yang bersangkutan. Daerah tertentu untuk istilah endemik dapat berarti
satu pulau atau kepulauan, pembagian wilayah administrasi pemerintahan,
satu negara, bahkan satu pembagian wilayah sebaran sumber hayati yang
7

meliputi beberapa negara. Sebagai contoh, Ashton (1982) menyebutkan bahwa


Dryobalanops adalah marga tumbuhan yang endemic untuk Malesiana, yang
mana diketahui bahwa Malesiana tersebut merupakan satu wilayah yang
meliputi beberapa negara yakni Thailand bagian selatan, Malaysia, Indonesia,
Filipina, Timor Leste dan Papua New Guinea (Steenis, 1950). Contoh lain,
Gonystylus glaucescens endemik untuk Kalimantan (hanya terdapat di
Kalimantan Timur) (Sidiyasa, 2015: 3).

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Alat tulis 1 set
b. Laptop 1 unit
c. LCD 1 unit
2. Bahan
8

Fauna dan Flora yang ada di Kebun Raya Unmul Samarinda

D. Cara Kerja
1. Pergilah ke lokasi pengamatan yang telah ditentukan
2. Kawasan konservasi tersebut diamati
3. Flora dan fauna yang terdapat di kawasan tersebut dicatat
4. Lakukanlah wawancara dengan pihak pengelola atau pengurus terkait
upaya konservasi di kawasan tersebut
5. Dokumentasikan seluruh kegiatan berupa video dan foto

Daftar Rujukan

Asa, Kurnia.,dkk. 2017. Pengembangan Sistem Informasi Keanekaragaman


Hayati Data Pohon dan Endemik Pada Hutan Hujan Tropis Kalimantan.
9

Prosiding Seminar Nasional Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi.


2(2): 85. https://e-journals.unmul.ac.id. Diakses tanggal 30 November
2018

Megawati, Furi T., dkk. 2015. Inventarisasi dan Pemetaan Pohon Buah (Edible
fruits) Asli Kalimantan Di Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS).
Jurnal. AGRIFOR. 14(2): 270. https://ejurnal.untag-smd.ac.id. Diakses
tanggal 30 November 2018

Keliwar, Said. 2011. Studi Pengembangan Kebun Raya Unmul Samarinda


Sebagai Salah satu Obyek Wisata Alam Di Samarinda. Jurnal Eksis. 7(2):
1948. http://www.karyailmiah.polnes.ac.id. Diakses pada 30 November
2018

Pertiwi Helyustriani, R.,dkk. 2015. Studi Palinologi Famili Asteraceae Di Kebun


Raya Universitas Mulawarman Samarinda (Krus). Prosiding Seminar
Tugas Akhir FMIPA UNMUL 2015. 1(1): 1-2. https://fmipa.unmul.ac.id.
Diakses pada 30 November 2018.

Rachman, Maman. 2012. Konservasi Nilai Dan Warisan Budaya. Indonesian


Journal of Conservation. 1(1): 31. https://journal.unnes.ac.id. Diakses
pada 01 Desember 2018.

Salim R, Muhammad. 2010. Analisis Strategi Pengembangan Kebun Raya Bogor


Sebagai Objek Wisata Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Bogor: Institut Pertanian Bogor

Sidiyasa, Kade. 2015. Jenis-Jenis Pohon Endemik Kalimantan. Samboja: Balai


Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam
10

LEMBAR PENGESAHAN
11

Samarinda, 22 November 2018

Mengetahui
Asisten Praktikum Praktikan

Bekti Vidyaharjo Pranoto Anisa Rizky Amalia


NIM. 1505015017 NIM. 1605015023

Anda mungkin juga menyukai