Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

“AGROFORESTRY - PERTANIAN DI KAWASAN HUTAN"

Dosen:
Dr. Meisanti, SP, MP

Disusun oleh:
Nama : Salma Nurintan Savira
NIM : 2019610036
Kelas : 2B

AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2020 - 2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang:


Pengertian dan Definisi dari Agroforestri adalah budidaya tanaman kehutanan (pohon-pohon)
bersama dengan tanaman pertanian (tanaman semusim). Pengertian agroforestri seperti di atas
merupakan pengertian sederhana karena agroforestri dapat diartikan lebih luas lagi dengan
pengabungan sistem budidaya kehutanan, pertanian, peternakan dan perikanan. Agroforestri
merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa Inggris “Agroforestry” yaitu Agro berarti
pertanian dan Forestry berarti Kehutanan. Agroforestri dikenal juga dengan istilah “Wanatani” yaitu
gabungan kata Wana berarti Hutan dan Tani atau Pertanian. Agroforestri merupakan suatu sistem
pengelolaan lahan untuk mengatasi masalah ketersediaan lahan dan peningkatan produktivitas
lahan. Masalah yang sering timbul adalah alih fungsi lahan menyebabkan lahan hutan semakin
berkurang. Agroforestri diterapkan untuk mengatasi masalah tersebut dan masalah ketersediaan
pangan.
Manusia sering membuka hutan untuk pertanian atau peternakan. Keberadaan hutan dan pohon
penting bagi pertanian. Sering kali, tanaman tumbuh dengan sehat ketika berada di dekat hutan dan
pohon. Hutan membantu lahan pertanian di dekatnya karena adanya hujan yang turun yang
menyuburkan tanah, sehingga tanah dapat menyerap dan menyimpan lebih banyak air. Ada juga
penyerbukan, serangga-serangga atau hewan seperti lebah, kupu-kupu, burung, lebih sering
ditemukan di hutan, maka akan mudah untuk tanaman yang kita tanam untuk berfekondasi. Lalu
ada pengendalian hama, hama bisa dilawan secara alami yaitu dengan dimakan oleh binatang lain di
rantai makanan, contohnya belalang yang dimakan burung. Terakhir ada kesuburan tanah, dedaunan
dan cabang pohon yang berjatuhan ke tanah akan berubah menjadi kompos dan menjadi nutrisi bagi
tanah. Dengan cara inilah, pohon dan hutan membantu menyehatkan tanah. Jika tanah sehat secara
alami, maka kita tidak perlu menghabiskan uang untuk membeli pupuk.
1.2 Tujuan praktikum:
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mampu mengidentifikasi lingkungan di kawasan hutan
dataran rendah maupun daratan tinggi. Mahasiswa dapat mengamati dan menjelaskan fungsi
hidrologi, fungsi konservasi dan fungsi ekonomi dari kegiatan agroforestry. Untuk itu fakultas
pertanian ini adalah mengamati dan menganalisis kegiatan agroforestry di kawasan hutan.
1.3 Metode Praktikum
Praktikum ekologi pertanian dengan bahasa pertanian di kawasan hutan (agroforestry) dalam
peranannya mempertahankan fungsi hidrologi, fungsi konservasi dan fungsi ekonomi, dilaksanakan
di ruang kelas dengan menggunakan media berupa pemutaran video kegiatan Agroforestry.
Pemutaran video berlangsung dua kali dimana setelah pemutaran video pertama, mahasiswa akan
melakukan identifikasi sebagai berikut:
a. Kondisi ekosistem di wilayah kawasan hutan
b. Faktor-faktor biotik dan abiotik yang mendukung / menghambat kegiatan agroforestry.
c. Fungsi hidrologi, fungsi konservasi dan fungsi ekonomi kegiatan agroforestry.
Setelah melakukan identifikasi tersebut maka dilakukan pemutaran video pertanian di wilayah
kawasan hutan agar mahasiswa dapat memahami lebih jauh sebagai bekal untuk menyusun
praktikum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Agroforestry merupakan sistem penggunaan lahan secara terpadu yang mengombinasikan


pepohonan dengan tanaman pertanian dan/atau ternak (hewan) yang dilakukan baik secara bersama-
sama atau bergilir dengan tujuan untuk menghasilkan dari penggunaan lahan yang optimal dan
berkelanjutan (Hairiah, 2003).

Sistem agroforestry yang dikemukakan oleh Huxley (1999), yaitu untuk menghasilkan keuntungan
sosial, ekonomi, dan lingkungan bagi semua pengguna lahan dengan adanya pengelolaan pada lahan
agroforestry yang dinamis secara ekologi.

Agroforestry menurut King dan Chandler (1979) dalam Hairiah (2003), yaitu sistem penggunaan
lahan berkelanjutan serta mampu mengoptimalkan penggunaan lahan yang dilakukan dengan
pengombinasian pepohonan dengan tanaman pertanian dan/atau hewan (ternak) dengan menerapkan
teknik pengelolaan yang praktis sesuai dengan budaya setempat pada lahan yang dikelola.

Menurut Andayani (2005), agroforestry dapat diartikan sebagai sebuah bentuk nama kolektif
(collective name) atau nama gabungan dari hasil sistem nilai masyarakat yang berkaitan dengan
model-model penggunaan hutan secara lestari. Namun, dalam bahasa Indonesia agroforestry dikenal
dengan sebutan wanatani yang artinya melakukan pembudidayaan tanaman kehutanan dengan
tanaman pertanian pada suatu lahan.

Menurut Nair (1999) dalam Putri (2011), menyatakan bahwa dalam sistem agroforestry terdapat
tiga dasar komponen yang dikelola oleh penggunaan lahan. Ketiga komponen tersebut diantaranya
yaitu pohon atau tanaman berkayu yang sifatnya semusim, tanaman pertanian (yang juga tanaman
herba serta rerumputan termasuk ke dalamnya), dan hewan.
Berdasarkan pengertian agroforestry menurut beberapa pustaka, maka pengertian mengenai
agroforestry yang diterapkan dalam penelitian karbon tersimpan pada kawasan sistem agroforestry
mengacu pada pengertian agroforestry menurut Hairiah (2003).

Menurut Hairiah et al. (2003), agroforestry terdiri dari tiga komponen pokok, yaitu kehutanan,
pertanian, dan hewan/peternakan. Setiap komponen agroforestry dapat berdiri sendiri pada suatu
bentang lahan.
BAB III
PEMBAHASAN

Peran dan fungsi agroforestry. Agroforrestry merupakan suatu konsep yang dianggap tepat

untuk memadukan konsep-konsep usaha tani dalam rangka peningkatan ekonomi dan konservasi.
Agroforestri adalah sistem penggunaan lahan (usahatani ) yang mengkombinasikan pepohonan
dengan tanaman pertanian untuk meningkatkan keuntungan, baik secara ekonomis maupun
lingkungan.
Taman Nasional Gunung Leuser biasa disingkat TNGL adalah salah satu Kawasan Pelestarian
Alam di Indonesia seluas 1.094.692 hektare yang secara administrasi pemerintahan terletak di
Provinsi Aceh dan Sumatera Utara. Taman nasional ini mengambil nama dari Gunung Leuser yang
menjulang tinggi dengan ketinggian 3404 meter di atas permukaan laut di Aceh.
Ini adalah kawasan hutan hujan tropis yang sangat kaya variasi zona lengkap mulai dari zona
tropikal di daratan rendah, zona peralihan, zona montara, zona sub-alphine yang berada di dataran
tinggi di atas 3.000 meter.
Di hutan hujan dataran rendah dan lahan gambut di sekitar Ekosistem Leuser adalah satu-satunya
tempat di Bumi dimana Orangutan, Badak, Harimau, dan Gajah Sumatera hidup bersama di alam
liar. Sekaligus merupakan sumber air dan mata pencaharian penting bagi jutaan orang. Tropical
Forest Conservation Action Sumatera menyebut bahwa ekosistem Leuser mampu menyediakan
fungsi kehidupan penduduk hingga sekitar empat juta orang yang hidup di sekitar area Leuser.
Ketersediaan air bersih rutin misalnya, sebagai pengendali banjir dan erosi, perlindungan plasma
nutfah, pengaturan iklim lokal, perikanan air tawar dan tentunya sektor pariwisata di Leuser.
Hutan tersebut menarik perhatian banyak turist dari berbagai negara, dan juga para peneliti untuk
melihat gaya hidup flora dan fauna yang ada seperti orang utan, atau tumbuh-tumbuhan unik khas di
Leuser.
Ada pula Tangkahan, tempat wisata Tangkahan merupakan salah satu tempat ekowisata, paling
tidak begitu klaimnya. Lokasi ini secara administratif berada di Desa Namo Sialang, Kecamatan
Batang Serangan, Kabupaten Langkat. Kawasan wisata Tangkahan berbatasan langsung dengan
Taman Nasional Gunung Leuser. Luas areal wisata sekitar 17.000 hektar. Mungkin lokasi ini dapat
dijadikan salah satu andalan wisata alam indonesia bagian barat.
Hidrologi hutan adalah ilmu yang mempelajari pengaruh vegetasi terhadap kejadian, agihan
(distribusi), dan sirkulasi air. Fungsi Hidrologi Hutan yaitu: Fungsi hidrologis di hutan sangatlah
penting dan merupakan salah satu bagian dalam pelestarian hutan dan kawasan sekitar hutan.
Ada banyak sekali ragam flora dan fauna yang dapat dijumpai di Taman Nasional Gunung
Leuser. Mulai dari spesies yang familiar dan kerap ditemukan dalam kehidupan sehari-hari,
kelompok endemik Pulau Sumatera, sampai spesies yang tergolong langka dan hampir punah.
1. Flora
Jumlah flora yang berhasil diidentifikasi di Taman Nasional Gunung Leuser lebih dari 4.000 jenis
tumbuhan. Flora tersebut juga bervariasi mulai dari pohon dengan buah yang dapat dikonsumsi
hingga tumbuhan jenis langka.
Kelompok tumbuhan dengan buah yang dapat dimakan antara lain dua spesies durian hutan (Durio
exyleyanus dan Durio zibethinus), rambutan hutan (Nephelium lappaceum), jeruk hutan (Citrus
macroptera), duku (Lansium domesticum), rambai (Baccaurea montleyana), dan juga
menteng (Baccaurea racemosa).

2. Fauna

Tercatat ada lebih dari 127 jenis mamalia yang menghuni kawasan Taman Nasional Gunung Leuser.
Sementara itu kelompok aves diketahui berjumlah 387 jenis dengan 350 spesies yang menetap.
Bahkan juga diketahui ada sekitar 89 spesies satwa yang tergolongkan langka hidup di taman
nasional ini. Beberapa spesies langka tersebut adalah badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis),
orangutan atau mawas (Pongo abelii), rusa sambar (Cervus unicolor), kucing hutan (Prionailurus
bengalensis-sumatrana), dan siamang (Hylobates syndactylus).

Lahan sawit di kenversi menjadi tanaan buah-buah seperti pohon rambutan, durian maupun
petai. Jadi hal ini akan membantu untuk mencegah konflik satwa tidak bisa di Punskiri bahwa satwa
pasti datang karena daya tarik buah-buahan. Dengan ini manusia dan satwa akan mendapat
makanan dan manusia akan mendapatkan keuntungan. Kemudian disinipun dapat sambil belajar
bagaimana cara menyadap getah karet. Aktivitas ini di maksud agar para peserta mampu
bersentuhan langsung dengan kehidupan yang ada di sekitar ekosistem leuser. Tak Hanya
perkebunan karet, adapun perkebunan aren, dan disinipun peserta akan mengetahui bagaimana cara
memanen aren dan mengolah menjadi gula aren.
Seekor orang utan yang di pelihara istri tentara di Aceh akan diserahkan ke sebuah lembaga
penyelamat orang utan. Lembaga tersebut tidak bermaksud untuk jadi buruk atau kejam ke Ibu
tersebut, dikarenakan hewan seperti orang utan memang seharusnya ada di dalam hutan, bukan di
rumah seorang manusia sebagai hewan peliharaan. Orang utan tersebut akan dibawa ke Hutan untuk
mengembalikan nya ke alam yang sebenarnya.
BAB IV

KESIMPULAN

Agroforestri adalah sistem penggunaan lahan (usahatani ) yang mengkombinasikan pepohonan


dengan tanaman pertanian untuk meningkatkan keuntungan, baik secara ekonomis maupun
lingkungan.
Taman Nasional Gunung Leuser biasa disingkat TNGL adalah salah satu Kawasan Pelestarian
Alam di Indonesia seluas 1.094.692 hektare yang secara administrasi pemerintahan terletak di
Provinsi Aceh dan Sumatera Utara.
Di Leuser terdapat 4 spesies langka yaitu harimau Sumatera, orang utan sumatera, badak
Sumatera dan gajah Sumatera. Kawasan hutan memiliki berbagai macam fungsi, yang pertama yaitu
fungsi hidrologi yaitu untuk menyimpan air sebagai air intersepsi, kemampuan mengendalikan
tingginya luas tanah hutan dan dalam pengendalian air.
Adapun fungsi ekonomi yaitu dapat membantu warga penduduk yang ada di sekitarnya,
membantu pemerintah sekitar untuk menambah penghasilan dan dapat digunakan untuk lapangan
pekerjaan.
Sedangkan fungsi konservasi hutan yaitu untuk melindungi flora dan fauna yang ada di hutan
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

https://abdulmuzawir.wordpress.com/2016/08/18/pengertian-dan-definisi-agroforestri/
https://www.lestari-indonesia.org/id/keanekaragaman-hayati/hutan-dan-pertanian/
https://tirto.id/menyelamatkan-leuser-harta-karun-sumatera-csnm
https://lingkunganhidup.co/wisata-tangkahan-sumatera-utara/
http://portalsatu.com/read/Blog/7-spesies-langka-ini-masih-ada-di-taman-nasional-gunung-leuser-
aceh-tenggara-39420
https://www.google.com

Anda mungkin juga menyukai