Anda di halaman 1dari 7

Laporan Praktikum Ekologi Pertanian

“Pertanian di Wilayah Hutan ( Agroforestry)”

Dwi Ayuni Juniarsih


II B
2019610059

AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan
tumbuhan lainnya. Hutan merupakan sistem penggunaan lahan yang tertutup dan tidak ada
campur tangan manusia, masuknya kepentingan manusia secara terbatas seperti
pengambilan hasil hutan untuk subsistem tidak mengganggu hutan dan fungsi hutan.
Tekanan penduduk dan tekanan ekonomi yang semakin besar, mengakibatkan pengambilan
hasil hutan semakin intensif (penebangan kayu). Penebangan hutan juga dilakukan untuk
kepentingan yang lain, misalnya untuk mengubah menjadi ladang pertanian atau
perkebunan. Akibat dari gangguan-gangguan hutan tersebut akan menyebabkan terjadinya
perubahan fungsi hutan. Perubahan-perubahan tersebut lebih menekankan kearah fungsi
ekonomi dengan mengabaikan fungsi sosial atau fungsi ekologis.

Agroforestry merupakan suatu sistem pengelolaan tanaman hutan yang


dikombinasikan dengan pertanian atau disebut juga sistem wanatani. Praktek agroforestry
sudah lama dilaksanakan di berbagai wilayah Indonesia dengan berbagai tipe kombinasi
antara agro dan forest-nya, antara lain di jawa dikenal dengan istilah mratani, di propinsi
Maluku dikenal dengan istilah dusung, dan di Kalimantan Barat tembawang. Selain fungsi
ekonomi sebagai salah satu tujuan utama, agroforestry juga berperan dalam
mempertahankan fungsi hidrologi melalui proses intersepsi air hujan, mengurangi daya
pukul air hujan, infiltrasi air, serapan air dan drainase lanskap. Dalam fungsi konservasi,
agroforestry berperan dalam pelestarian sumberdaya genetik tanaman, habitat satwa,
konservasi tanah dan air, dan menjaga keseimbangan biodiversity. Kunci utama
keberhasilan agroforestry adalah pemulihan jenis dan kombinasi yang tepat, yang
disesuaikan dengan kondisi tanah dan sosial ekonomi masyarakat setempat.
1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum kali ini yaitu:

a. Mengindentifikasi kondisi ekosistem di wilayah kawasan hutan,


b. Mengidentifikasi lingkungan dikawasan hutan dataran rendah maupun tinggi,
c. Mengidentifikasi fungsi hidrologi, fungsi konservasi, dan fungsi ekonomi dari
kegiatan agroforestry

1.3 Metode Praktikum

Praktikum ekologi pertanian dengan bahasan pertanian di wilayah hutan


(agroforestry) dalam perannya mempertahankan fungsi hidrologi, fungsi konservasi, dan
fungsi ekonomi, dilaksanakan di ruang kelas dengan menggunakan media berupa
pemutaran video kegiatan agroforestry. Pemutaran video berlangsung dua kali dimana
setelah pemutaran video pertama, mahasiswa akan melakukan identifikasi sebagai berikut:

a. Kondisi ekosistem di wilayah kawaasan hutan


b. Faktor – faktor biotik dan abiotic yang mendukung atau menghambat kegiatan
agroforestry
c. Fungsi hidrologi, fungsi konservasi, dan fungsi ekonomi kegiatan agroforestry

Setelah melakukan identifikasi tersebut maka di lakukan pemutaran video pertanian di


wilayah kawasan hutan agar mahasiswa dapat memahami lebih jauh sebagai bekal untuk
menyusun laporan praktikum.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Agroforestri atau dikenal juga sebagai suatu sistem usahatani atau pertanian hutan
merupakan suatu sistem penggunaan lahan secara spasial yang dilakukan oleh manusia
dengan menerapkan berbagai teknologi yang ada melalui pemanfaatan tanaman semusim,
tanaman tahunan (perdu, palem, bambu, dan sebagainya) dan/atau ternak dalam waktu
bersamaan atau bergiliran pada suatu periode tertentu sehingga terbentuk interaksi ekologi,
sosial, dan ekonomi di dalamnya (Hairiah dkk., 2003; Latumahina dan Sahureka, 2006).

Kerusakan hutan akibat tata guna lahan memengaruhi struktur dan komposisi
vegetasi, yang selanjutnya dapat mengarah pada pembentukan lahan yang tidak produktif.
Lahan yang mengalami degradasi ini menjadi semakin kritis karena erosi yang dipicu oleh
aktivitas manusia yang ceroboh dan tidak bertanggung jawab (Sarminah, Karyati, Karmini,
Simbolon, & Tambunan, 2018).

Fungsi hidrologi, terkait dengan fungsi hutan dan strata tajuknya sebagai salah
satu pemegang peranan penting dalam siklus air. Pengaruh tutupan pohon dan tanaman
semusim terhadap aliran air adalah dalam Bentuk Intersepsi air hujan, Daya pukul air
hujan, Infiltrasi air, serapan air, drainase landscape. ( Noordwijk dkk (2004) dan Rauf
(2004)).

Pemanfaatan sistem agroforestri dengan penanaman rumput-rumputan dengan


semak dan pepohonan diterapkan untuk mengurangi erosi dan aliran permukaan serta
memelihara kesuburan tanah (Santoso dkk., 2004).

Sistem agroforestri akan menekankan penggunaannya pada jenis-jenis pohon serba


guna dan menentukan asosiasi antara jenis-jenis vegetasi yang ditanam. Dalam konteks
agroforestri, pohon serbaguna mengandung pengertian semua pohon atau semak yang
digunakan atau dikelola untuk lebih dari satu kegunaan produk atau jasa;
yangpenekanannya pada aspek ekonomis dan ekologis (Senoaji G, 2012).
BAB III
PEMBAHASAN
Agroforestry merupakan sistem penggunaan lahan dimana pada lahan yang sama
ditanam secara bersama – sama ditegakan tanaman hutan dan pertanian. Adapun manfaat
yang diperoleh dari agroforestry adalah meningkatnya kesempatan kerja, pendapatan
petani, dan kualitas gizi masyarakat bagi kesejahteraan petani sekitar hutan.
Hidrologi hutan adalah suatu ilmu yang mempelajari pergerakan, distribusi, dan
kualitas air di dalam wilayah hutan. Baiknya fungsi hidrologis di hutan adalah salah satu
kunci pelestarian hutan dan kawasan sekitar hutan. Fungsi kawasan hutan sebagai
pengendali daur hidrologi dapat dilihat dari dua sudut pandangan yaitu menyediakan air
dengan konsep panen air dan dengan konsep penghasil air. Fungsi hutan terhadap
pengendalian daur air dimulai dari fungsi tajuk dan kemampuan mengendalikan tingginya
lengas tanah.
Hutan leutser sangat penting bagi aceh dan sumatera utara juga Indonesia bahkan
dunia. Hutan menjadi rumah bagi hewan – hewan. Hutan leutser menyimpan berbagai
macam spesies langka, seperti harimau sumatera, orang utan, gajah sumatera, dan lainnya.
Gunung leutser termasuk keanekaragaman yang indah.
Hutan leutser permata hijau dunia yang tersisa dimuka bumi bentang alam dengan
keanekaragaman flora dan fauna selalu memiliki keunikan disetiap tempatnya. Hutan
leutser terbesar berada di Aceh dan Sumatera utara. Taman nasional gunung leutser adalah
bagian kawasan ekosistem leutser di provinsi aceh dan sumatera utara. Aceh sebagai hutan
tropis terbesar memiliki 105 mamalia, 382 burung, 95 reptil dan amphibi.
Taman nasional gunung leutser adalah bagian kawasan ekosistem leutser di provinsi
aceh dan sumatera utara dengan luas kawasan sekitar 830.000 hektar. Ini adalah kawasan
hujan tropis yang kaya variasi zona lengkap mulai dari zona tropical, zona peralihan. Bumi
sepakat segenap aceh tenggara menyimpan berbagai macam hasil hutan. Salah satu hasil
sektor pertanian adalah durian, manggis, duku, dan buah langka lainnya.
Bibit yang ditanam di hutan leutser merupakan bibit pohon – pohon buah yang di
harapkan mampu tumbuh dan menghasilkan buah yang dapat memenuhi kebutuhan
manusia dan satwa. Tanaman berupa sawit pun diganti menjadi tanaman buah seperti
rambutan, maupun petai. Hal ini akan membantu untuk mencegah konflik satwa tidak bisa
dipungkiri bahwa satwa pasti datang karena buah – buahan. Dengan ini manusia dan satwa
akan mendapatkan makanan dan manusia akan mendapatkan keuntungan. Kemudian dapat
sambil belajar bagaimana menyadap getah karet. Tak hanya perkebunan karet adapun
perkebunan aren.
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Pada praktikum kali ini dapat di simpulkan bahwa
1. Agroforestry merupakan suatu sistem pengelolaan tanaman hutan yang
dikombinasikan dengan pertanian atau disebut juga sistem wanatani.
2. fungsi ekonomi sebagai salah satu tujuan utama, agroforestry juga berperan
dalam mempertahankan fungsi hidrologi melalui proses intersepsi air hujan,
mengurangi daya pukul air hujan, infiltrasi air, serapan air dan drainase
lanskap.
3. Kunci utama keberhasilan agroforestry adalah pemulihan jenis dan
kombinasi yang tepat, yang disesuaikan dengan kondisi tanah dan sosial
ekonomi masyarakat setempat.
DAFTAR PUSTAKA
Latumahina, F., Sahureka, M. 2006. Agroforestri; Alternatif Pembangunan
Pertanian dan Kehutanan Berkelanjutan di Maluku. Jurnal Agroforestri, Vol.1, No.3,
Desember 2006
Hairiah, K., Sardjono, M.A., Sabarnurdin, S. 2003. Pengantar Agroforestri. Bogor:
World Agroforestry Centre (ICRAF).
Latumahina, F., Sahureka, M. 2006. Agroforestri; Alternatif Pembangunan
Pertanian dan Kehutanan Berkelanjutan di Maluku. Jurnal Agroforestri, Vol.1, No.3,
Desember 2006.
Santoso, D., Purnomo, J., Wigena, I.G.P., Tuherkih, E. 2004. Teknologi Konservasi
Tanah Vegetatif. Dalam Kurnia, U., Rachman, A., Dariah, A. (Eds.). 2004. Teknologi
Konservasi Tanah pada Lahan Pertanian Berlereng. Puslitbangtanak, Bogor: 74 – 106.
Senoaji G. 2009. Pengelolaan Lahan dengan Sistem Agroforestri oleh Masyarakat
Baduy di Banten Selatan. http://ojs.unud.ac.id/index.php/blje/article /view/4819/3620

Anda mungkin juga menyukai