Anda di halaman 1dari 19

PENDAHULUAN

Pengertian Agroforestri
Definisi dari Agroforestri adalah budidaya tanaman kehutanan (pohon-pohon)
bersama dengan tanaman pertanian (tanaman semusim). Pengertian agroforestri seperti di
atas merupakan pengertian sederhana karena agroforestri dapat diartikan lebih luas lagi
dengan pengabungan sistem budidaya kehutanan, pertanian, peternakan dan perikanan.
Agroforestri merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa Inggris "Agroforestry" yaitu
Agro berarti pertanian dan Forestry berarti Kehutanan. Agroforestri dikenal juga dengan
istilah "Wanatani" yaitu gabungan kata Wana berarti Hutan dan Tani atau Pertanian.
Agroforestri merupakan suatu sistem pengelolaan lahan untuk mengatasi masalah
ketersediaan lahan dan peningkatan produktivitas lahan. Masalah yang sering timbul adalah
alih fungsi lahan menyebabkan lahan hutan semakin berkurang. Agroforestri diterapkan
untuk mengatasi masalah tersebut dan masalah ketersediaan pangan.
Agroforestri sebagai Suatu sistem pengolahan lahan yang berazaskan kelestarian
untuk

meningkatkan

produktivitas

lahan

secara

keseluruhan,

yaitu

dengan

mengkombinasikan produksi tanaman pertanian (termasuk tanaman pohon-pohonan) dan


tanaman hutan, dan atau hewan secara bersamaan atau berurutan, pada unit lahan yang sama,
dan menerapkan cara-cara pengelolaan yang sesuai dengan budaya setempat.
Ada juga yang mendefinisikan Agroforestri sebagai Suatu metode penggunaan lahan secara
optimal yang mengkombinasikan sistem produksi biologis yang berotasi pendek dan panjang,
secara bersamaan atau berurutan (suatu kombinasi produksi kehutanan dan produksi biologis
lainnya) dengan cara yang dilandasi oleh azas kelestarian, dalam suatu kawasan hutan atau
kawasan di luarnya, dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan rakyat.

Sesuai definisi agroforestri diatas maka sistem ini bervariasi dan cukup luas sehingga
dapat diklasifikasi berdasarkan kriteria-kriteria sebagai berikut :

Secara

Struktual,

menyangkut

komposisi

komponen,

seperti

sistem-sistem

agrisilvikultur, silvopastur dan agrisilvopastur.

Secara Fungsional, menyangkut fungsi atau peranan utama dalam sistem, terutama
komponen kayu-kayuan.

Secara Sosial Ekonomis, menyangkut tingkat masukan dalam pengelolaan (masukan


ah, masukan tinggi, intensitas dan skala pengelolaan, tujuan usaha, subsisten,
komersial, intermedier).

Secara Ekologis, menyangkut kondisi lingkungan dan kesesuaian ekologis dari sistem
Agrisilvikultur, Silvopastur, Agrosilvopastur, Silvofishery, pohon serbaguna, dan
lainnya.

Pada dasarnya agroforestri mempunyai komponen pokok yaitu kehutanan, pertanian,


peternakan dan perikanan. Penggabungan komponen-komponen yang termasuk dalam
agroforestri dikenal dengan nama :

Agrisilvikultur merupakan Kombinasi antara komponen atau kegiatan kehutanan


(pohon, perdu, palem, bambu, dll.) dengan komponen pertanian.

Silvopastura merupakan Kombinasi antara komponen atau kegiatan kehutanan dengan


peternakan

Agrosilvopastur merupakan Kombinasi antara komponen atau kegiatan pertanian


dengan kehutanan dan peternakan/hewan

Silvofeshry merupakan Kombinasi antara komponen kehutanan dan komponen


perikanan. Sistem ini merupakan pemanfaatan hutan mangrove dikombinasikan
dengan tambak ikan.

Tujuan Agroforestri
Tujuan akhir program agroforestri adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat petani, terutama
yang di sekitar hutan, yaitu dengan memprioritaskan partisipasi aktif masyarakat dalam
memperbaiki keadaan lingkungan yang rusak dan berlanjut dengan memeliharanya. Programprogram agroforestri diarahkan pada peningkatan dan pelestarian produktivitas sumberdaya,
yang akhirnya akan meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Tujuan tersebut diharapkan dapat dicapai dengan cara mengoptimalkan interaksi positif
antara berbagai komponen penyusunnya (pohon, produksi tanaman pertanian, ternak/hewan)
atau interaksi antara komponen-komponen tersebut dengan lingkungannya. Dalam kaitan ini
ada beberapa keunggulan agroforestri dibandingkan sistem penggunaan lahan lainnya, yaitu
dalam:
1. Produktivitas (Productivity): Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa produk total sistem
campuran dalam agroforestri jauh lebih tinggi dibandingkan pada monokultur (penanaman
satu jenis). Adanya tanaman campuran memberikan keuntungan, karena kegagalan satu
komponen/jenis tanaman akan dapat ditutup oleh keberhasilan komponen/jenis tanaman
lainnya.
2. Diversitas (Diversity): Adanya pengkombinasian dua komponen atau lebih daripada sistem
agroforestri menghasilkan diversitas (keragaman) yang tinggi, baik menyangkut produk
maupun jasa. Dengan demikian dari segi ekonomi dapat mengurangi risiko kerugian akibat
fluktuasi harga pasar. Sedangkan dari segi ekologi dapat menghindarkan kegagalan fatal
pemanen sebagaimana dapat terjadi pada penanaman satu jenis (monokultur).

3. Kemandirian (Self-regulation): Diversifikasi yang tinggi dalam agroforestri diharapkan


mampu memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, dan petani kecil dan sekaligus
melepaskannya dari ketergantungan terhadap produk produk luar. Kemandirian sistem untuk
berfungsi akan lebih baik dalam arti tidak memerlukan banyak input dari luar (pupuk,
pestisida),

dengan

diversitas

yang

lebih

tinggi

daripada

sistem

monokultur

4. Stabilitas (Stability): Praktek agroforestri yang memiliki diversitas dan produktivitas yang
optimal mampu memberikan hasil yang seimbang sepanjang pengusahaan lahan, sehingga
dapat menjamin stabilitas (dan kesinambungan) pendapatan petani.

Fungsi dan Peranan Agrofrestri Dalam Menjaga Kesuburan Tanah


Kesuburan tanah adalah kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman, pada
kondisi iklim dan lingkungan yang sesuai. Untuk mempertahankan produksi tetap lestari,
maka cara untuk memelihara atau mempertahankan kesuburan adalah dengan memciptakan
penggunaan lahan dalam kondisi ekosistem alami. Dimana pengusahaan pertanian intensif
secara monokultur yang menerapkan berbagai teknologi high-input pada areal yang lebih
subur, telah mengakibatkan lahan marginal semakin luas.
Bentuk-bentuk degradasi lahan antara lain: degradasi secara fisik (erosi tanah, baik
oleh air ataupun angin), kimia (kemasaman tinggi dan penurunan kandungan unsur hara); dan
biologi (penurunan kandungan bahan organik tanah dan aktivitas biologi tanah), salinisasi
dan pencemaran tanah. Degradasi lahan adalah masalah penggunaan tanah secara inherent
yang mempunyai kesuburan rendah atau mempunyai potensi relatif rendah sehingga disebut
juga sebagai lahan fragile atau marginal. Oleh karena itu, lahan marginal dan terdegradai
adalah lahan yang dicirikan oleh tanah dengan status hara dan kapasitas menahan air sangat
rendah, dan telah mengalami kerusakan serta kehilangan fungsi hidrologi dan ekonomi.

Perubahan lingkungan daerah tropika berkaitan erat dengan pembukaan hutam,


terjadinya pergeseran lahan pertanian ke daerah tengah dan hulu dengan kemiringan lahan
lebih curam dan beresiko tinggi terhadap erosi. Degradasi lahan dan perluasan lahan kritis.
Permasalahan tersebut mendorong munculnya upaya untuk mengenali dan mengembangkan
sistem agroforestri yang telah diterapkan petani sejak dulu di daerah tropika, termasuk di
Indonesia.
Peranan sistem agroforestri sebagai tindakan konservasi tanah untuk menghindari dan
mengatasi masalah degradai lahan dan mencapai penggunaan yang berkelanjutan telah
diterima secara luas.
Keberlanjutan sistem penggunaan lahan sangat tergantung pada fleksibilitasnya dalam
keadaan lingkungan yang terus berubah. Adanya keanekaragaman sumberdaya genetik yang
tinggi pada tingkat usahatani akan menunjang fleksibilitas ini. Menurut FAO (1995),
pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan dan konservasi sumberdaya alam yang
berorientasi teknologi dan perubahan institusi untuk menjamin tercapainya kebutuhan
manusia saat ini dan generasi yang akan datang. Pembangunan berkelanjutan seperti itu akan
melindungi sumberdaya lahan, air, tanaman, dan sumberdaya genetik hewan dengan
teknologi yang cocok, serta menguntungkan secara ekonomi, dan dapat diterima secara sosial
tanpa kerusakan lingkungan.
Dengan demikian agroforestri merupakan suatu sistem penggunaan lahan yang tepat
untuk mendukung pertanian berkelanjutan, karena disamping memiliki konstribusi produksi
yang nyata dan beragam, juga fungsi konservatif terhadap lingkungan dan keadaan sosial
sehingga menjamin ekonomi yang lebih luas dan keamanan pangan lebih tinggi (FAO, 1989).
Sistem agroforestri menggabungkan ilmu kehutanan dan agronomi untuk menciptakan
keselarasan antara intensifikasi pertanian dan pelestariaan lingkungan, karena didalamnya
terdapat tanaman pertanian bernilai komersial, seperti rempah-rempah dan kopi, juga

berpeluang bagi tanaman pangan lainnya. Dengan kombinasi pohon, perdu dan tanaman
semusim, akan dapat memelihara kestabilan struktur tanah melalui sistem perakarannya serta
tanah menjadi produktif dan konservatif (de Foresta, 2000).
Indonesia dengan variasi iklim, altitude, topografi, tanah, ternak, dan budaya
masyarakat seperti halnya Indonesia merupakan daerah adopsi pengembangan agroforestri.
Dengan tradisi, sosial, agama, dan kepercayaan masyarakat tentang penanaman pohon,
mengangap hal itu merupakan bagian dari kehidupan mereka, sehingga saat ini dijumpai
adanya pohon asam jawa, mangga dan lain-lain yang berumur 100 hingga 500 tahun di
seluruh Indonesia. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan, maka integrasi tanaman
hortikultura, kehutanan dan pertanian merupakan solusi utama yang akan memberikan
produksi yang beragam.
Bentuk agroforestri sederhana yang paling banyak dijumpai adalah tumpangsari,
\sistem taungnya versi Indonesia yang diwajibkan di areal hutan jati di Jawa. Sistem ini
dikembangkan dalam program perhutanan sosial Perum Perhutani. Sistem agroforestri
sederhana juga menjadi ciri umum pada pertanian komersil seperti: tanaman kopi yang
diselingi dengan tanaman dadap untuk naungan tanaman kopi maupun untuk kebutuhan kayu
bakar petani. Demikian pula pemanduan pohon kelapa dengan pohon kakao juga semakin
banyak dilakukan.
Proses pembentukan agroforest damar secara umum meliputi:
Tahun ke-1 :
Pembukaan dan pembakaran vegetasi petak lahan (hutan rimba, belukar, atau alangalang), dan penanaman pertama, sayuran dan buah-buahan seperti pisang dan pepaya.
Tahun ke-2:

Penanaman kedua, dan penanaman durian, Lai, Rambutan, Alpokat diantara pisang,
sayuran, pepaya. Disamping itu pisang telah menghasilkan dan siap panen, sayuran, empon
dan pepaya pun demikian.
Tahun ke-3 sampai 7 atau 8:
Penanaman Sayuran, empon emponan dan umbian disela tanaman buah-buahan,
penghasil kayu, dll. Panen buah Alpokat, Rambutan pertama berlangsung pada tahun ke 5
6.
Tahun ke-8 sampai 20-25:
Pohon-pohon (Durian dan Lai) berkembang mebentuk kanopi, vegetasi sekunder
mulai tumbuh, dan petani mengendalikan pertumbuhannya dengan penyiangan berkala.
Buah-buahan (rambutan, alpukat, durian, duku,) mulai berbuah dan menyediakan hasil kayu
(kayu bakar, kayu perkakas, kayu bangunan) mulai dipanen seperlunya.
Tahun ke-20 keatas:
Keadaan ini dikembangkan terus melalui penanaman kembali rampung dan
penganekaragaman alami. Produksi Durian dan Lai yang merupakan tanaman utama dari
tahun ketahun meningkat pesat.

METODELOGI PENGAMATAN
3.1 Lokasi dan Waktu praktikum
Paktikum lapang ini dilakukan di pekarangan bapak Rahman Jl. Batu Besaung.
3. 2 Metode
Metode yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini adalah metode survey. Tahapan
pelaksanaan paktikum adalah : Tahap persiapan, inventarisasi, analisis, dan sintesis.

1. Persiapan
Pada tahap ini dipersiapkan alat yang akan digunakan ( metean, kamea dan alat tulis )
serta mengumpulkan dasar tapak atau lokasi.
2. Inventarisasi
Tahap inventarisasi merupakan tahap mengumpulkan data yang diperoleh dari lapang
dengan melakukan pengukuran tehadap luas pekarangan, mengidentifikasi tanaman
dan ternak yang ada di dalam pekarangan.
3. Analisis
Pada tahap ini dilakukan pengolahan data. Data yang diperoleh dianalisis sehingga
dapat diketahui bentuk, fungsi dan nilai lanskap pekarangan sebagai sebuah sistem
agoforestri. Analisis dilakukan dengan cara menguraikan secara deskriptif dalam
bentuk narasi.
4. Sintesis
Tahap ini merupakan tahap lanjutan dari analisis, yaitu membuat alternative pada
tapak dengan pemanfaatan potensi dan pemecahan masalah atau kendala. Potensi
yang ada di tapak dimanfaatkan untuk dikembangkan sesuai dengan konsep
agroforestri, sedangkan masalah atau kendala dicarikan pemecahanya. Selanjutnya,
alternative terbaik digunakan dalam penyusunan ekomendasi pengelolaan bedasarkan
konsep agroforestri

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


Hasil Pengamatan
1. Luas Lahan

- Luas Pekarangan : 40.000 m2


- Ukuran Lahan : 200 m x 200 m
- Ukuran Rumah : 7 m x 12 m
- Kandang ayam 2 x 3 m
- Kolam ikan 20 x 35 m
2. Topografi Pekarangan
- Rata dan bergelombang kemiringan 5% atau 50

3. Tanaman pohon

Durian
Tinggi
Diameter
Jumlah
Umur rata2

:
=1-2m
= 2 - 5 cm
= 100 pohon
= 2 tahun

Alpokat
Tinggi
Diameter
Jumlah
Umur

:
=1-2 m
= 2,5 5 cm
= 200 pohon
= 2 tahun

Lai
Tinggi
Diameter
Jumlah
Umur

:
=12m
= 2 5 cm
= 150 pohon
= 2 tahun

Rambutan
Tinggi
Diameter
Jumlah
Umur

:
=3m
= 10 cm
= 15 pohon
= 3 4 tahun

Sirsak
Tinggi
Diameter
Jumlah
Umur

:
= 2,5 3 m
= 10 cm
= 10 pohon
= 3 tahun

4. Tanaman Pangan dan Hortikultura

a. Tanaman pangan
- Talas
- Ubi kayu
b. Tanaman Hotikultura
1.Sayuran
- Terong Asam
- Terong
- Cabai
2. Buah
- pisang 150 pohon (pisang Ketan dan Sanggar/Kepok)
- nenas
- papaya 120 pohon (Pepaya Kalifornia dan Pepaya Bangkok)
- Buah Naga 60 Pohon
5. Tanaman Empon - Emponan

Kunyit, Jahe, Serai dan Lengkuas


6. Ternak
- ayam
- ikan

= 60 ekor (ayam bangkok)


= Nila, Lele dan Patin

Pembahasan
Kebun

adalah sebidang lahan dengan batas kepemilikan yang jelas. Kebun sering

juga disebut dengan lumbung hidup, warung hidup, atau apotik hidup. Kebun juga
diperkirakan merupakan suatu bentuk penggunaan lahan yang optimal dan berkelanjutan
dengan produktifitas tinggi. Selain elemen tanaman, Kebun juga sering dijumpai hewan
ternak , kolam ikan, satwa liar, struktur bangunan lainya termasuk kegiatan manusia serta
elemen manusianya itu sendiri. Selain itu kebun juga memiliki beberapa fungsi atau tujuan,
seperti fungsi produksi, fungsi social budaya, fungsi keindahan, pengendali iklim mikro,
konservasi tanah.
Bapak Rahman dalam menjaga kesuburan tanah pada kebunya, beliau menerapkan
pola tanam yang sesuai dan penerapan konsep agroforestri. Dalam menjaga kesuburan tanah
Pak Rahman menggunakan pupuk kompos yang dibuat sendiri dari sisa tanaman yang ada
dilahan dan pupuk kandang ayam yang berasal dari peternakan ayam sekitar kebun.

Penggunaan pupuk organik ( kompos) sangat membantu mengembalikan kesuburan tanah.


Apalagi saat ini kondisi tanah pertanian di Indonesia terutama Kalimantan Timur sudah
mengalami kejenuhan akibat penggunaan pupuk kimia sintetik secara kontinu dalam waktu
yang cukup lama. Dengan penggunaan pupuk organik tanah akan kembali subur, dan hasil
tanaman juga akan semakin baik khususnya bagi kesehatan manusia yang mengkonsumsi
produk tersebut. Bagi kepentingan penyehatan lingkungan agronomis tanaman, sudah
seharusnya ditingkatkan kandungan C- Organik dalam tanah pertanian. Pupuk organik

( kompos, pupuk alami, pupuk kandang) membantu kepentingan memelihara struktur tanah
dan kesuburan lahan tersebut.
Kebun yang kami jadi untuk praktikum Agroforestri ini adalah hak milik bapak
Rahman yang terletak di Batu Besaung. Dengan luas lahan sekitar 120.000 m2 (12 ha), namun
yang yang menjadi bahan observasi yang dilakukan oleh kelompok kami sekitar 40.000 m (4
ha), lahan ini di tanami berbagai jenis tanaman seperti pepohonan, tanaman pangan,
hortikultura, obat-obatan, dan beberapa tumbuhan liar.
Selain menjadi tempat berbudidaya tanaman yang menghasilkan secara ekonomi, juga
kebun tersebut dijadikan sebagai tempat rekreasi keluarga. Kebun ditanami berbagai jenis
tanaman yang masing masing memaliki manfaat dan peranan yang berbeda. Berbagai jenis
tanaman tersebut sebagian dijadikan sebagai bahan untuk memenuhi kebutuhan sehari hari
dan hasil pertanian tersebut juga dijual, hasil daari penjualan tersebut digunakan untuk
membiayai kebun dan mengupah karyawan.
Dalam membangun atau pengembangan budidaya pertanian melalui konsep
agroforestri yang dilaksnakan oleh bapak Rahman pembiayaan seluruh ditanggung dari hasil
kebun itu sendiri. Tanaman yang dibudidayakan lebih cepat menghasilkan sebagai sumber
biaya yaitu (pisang dan pepaya) dan beberapa jenis sayuran seperti terong, lombok, kacang
panjang dan jahe. Kebun pak Rahman juga dipelihara ternak seperti ayam dan ikan yang
semuanya itu untuk memenuhi kebutuhan, sebagai hobi dan kadang kadang dijual.
Selain seperti yang telah dijelaskan diatas kebun juga mempunyai berbagai fungsi yaitu
sebagai tempat untuk tumbuh berbagai jenis plasma nutfah, sehingga jenis tersebut dapat
bertahan dan tidak hilang, dari ketersediaan plasma nutfah tersebut banyak manfaat yang kita
dapatkan dan sumber keragaman akan tetap terjaga kelestarianya. Keadaan lahan yang
ditumbuhi berbagai jenis vegetasi tidak akan menjadi gersang, erosi, longsor, pencemaran
lingkungan, banjir, terdegradasinya unsure hara, polusi udara dan lain sebagainya dampak

positif yang ditimbulkan oleh lhan yang selalu terjaga keadaan vegetasi serta unsure yang
menjadi pendukung kelestarian lahan tersebut. Lahan juga merupakan tempat berlangsungnya
berbaggai aktifitas yang dilakukan oleh manusia dan berbagai macam mahluk hidup yang ada
di atasnya maupun yang ada di dalamnya. Dari kebun, para pemilik dapat menambah
peningkatan pendapatan. Peranan kebun juga membantu menjaga kestabilan ekosistem yang
ada di sekitar karena habitat tetap utuh kondisinya.
Jenis tanaman yang ditanam oleh bapak Rahman terdiri dari beberapa strata yaitu
jenis pohon ( strata atas ) , Perdu atau semak ( strata sedang ) dan jenis tanaman yang
memepunyai tinggi kurang dari 50 cm yang mempunyai peranan penting dalam menjaga
kstabilan tanah serta mencegah degradasi unsure hara akibat panas erosi, pencucian disaaat
hujan, penguapan karena panas dan lain sebagainya. Strata ini dapat dikatakan sebagai strata
dasar atau juga strata bawah. Masing masing strata tersebut memeiliki peranan yang
berbeda beda nanum sangat penting sekali dalam upaya menjaga keutuhan, kesimbangan,
keharmonisan serta kelestarian lingkungan yang ada disekitar tersebut. Fungsi strata atas atau
pohon yaitu yang paling utama menangkap radiasi langsung sehingga tidak langsung
diteruskan kedasar dan terkena tanah, radiasi tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal oleh
pohon sebagai proses fotosintesis yang dapat menghasilkan berbagai macam produk
fotosintat seperti gula, oksigen, dan lain sebagainya yang sangat berguna sekali bagi tanaman
itu sendiri dan mahluk hidup lain yang sangat tergantung pada hasil tersebut.
Dampak positif yang ditimbulkan oleh keberadaan pohon ini sangat banyak sekali
selain telah dijelaskan diatas juga sebagai pencegah pemanasan global yang saat ini mulai
melanda sebagian besar Negara di dunia. Oleh karena itu penanaman dan pemeliharaan
tumbuhan sangat penting dan merupakan tanggung jawab besama.

Fungsi pohon sedang atau semak ( strata sedang ) yaitu membantu mengoptimalkan
penggunaan radiasi matahari yang tidak dapat ditangkap oleh strata atas sehingga hasil
fotosintasis juga dapat maksimal.
Namun demikian usaha pertanian yang dilaksanakan oleh bapak Rahman secara
konsep sistem agroforestri telah dilaksnakan secara penuh, namun jika ditinjau dari segi
fungsi menurut hasil observasi yang kami lakukan fungsi pohon sebagai komponen utama
dalam peyusun agroforestri belum menunjukan peranan, dikarenakan tanaman pohon yang
dibudidayakan masih berumur 2 tahun. Pada usia ini tanaman pohon belum mampu
menyediakan sumber organik, menciptakan iklim mikro. Iklim mikro dan penyedia bahan
organik akan tersedia pada saat tanaman masuk tahun ke 7 atau tanaman telah masuk usia 5
tahun padamusim ini perakaran sudah berkembang dan tajuk mulai terbentuk. Hasil ekonomi
yang di dihasilkan dari budidaya pertanian sementara ini baru diperoleh dari hasil budidaya
tanaman semusim.
Tanaman Lai dan durian dapat menghasilkan secara ekonomi dan menunjukan
fungsinya pada saat tanaman masuk pada tahun ke 8 atau usia 6 tahun. Tanaman kan
menghasikan pada tahun ke 8 atau usia 6 tahun jika dalam melaksnakan budidaya pak
Rahman menggunakan bibit unggul. Untuk tanaman Alpukat, Rambutan dan Sirsak akan
menghasilkan dan menunjukan fungsinya setelah tanaman masuk pada tahun 5 7 atau
tanaman berusia sekitar 3 5 tahun.
Ternak yang diusahakan akan menghasilkan pada saat ternak telah memasuki tahun 3
atau usia 2 tahun dan ikan dapat dipanen pada saat usia ikan masuk pada tahun ke 2 atau pada
saat berusia 1 tahun.
Dalam pengelolaan kebun pak Rahman menggunakan tenaga kerja sebanyak 2 orang
dalam mengerjakan 40.000 m. Dalam pengendalian gulma pak Rahman masih menggunakan
pestida sintetis yang sangat membahayakan lingkungan dan keberlangsungan ekosistem. Jika

keadaan ekosistem dalam usaha pertanian yang dilaksanakan oleh pak Rahman ingin berjalan
sebagaimana mestinya sesuai dengan konsep sistem agroforestri seutuhnya maka penggunaan
bahan kimia sintetik harus dihindari.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
1. Dari hasil Kunjungan Lapangan yang dilaksanakan dikebun pak Rahman menyatakan
bahwa teknik budidaya yang dilakukan oleh bapak Rahman secara konsep telah
menerapkan sistem agroforestri, namun secara kriteria dan fungsi dalam penyusun
agroforestri maka belum masuk, karena disini fungsi utama pohon belum mampu
menyediakan peranan ekonomi maupun ekologis.
2. Dari hasil kunjungan lapangan menunjukan bahwa sesuai dengan pernyataan nomor
1, pak Rahman mamanfaatkan tanaman semusim sebagai naungan untuk melindungi
tanaman pohon dan memanfaatkan bahan organik dari limbah pertanian sebagai
sumber bahan organik bagi tanaman pohon. Penerapan agroforestri yang sesungguhya
yaitu budidaya tanaman pertanian (semusim) dibawah tegakan tanaman pohon dengan
tujuan memanfaatkan ruang kosong dibawah tegakan dan sinar matahari yang terlepas
pada tajuk strata atas sehingga secara ekonomi menguntungkan, hubungan kedua
tanaman saling menguntungkan secara ekonomi maupun ekologi. Namun pada sistem
budidaya yang dilaksanakan oleh pak Rahman yaitu menanam tanaman pohon di
bawah antara tanaman semusim.
3. Keuntungan secara ekonomi yang diperoleh bapak Rahman yaitu berasal dari tanaman
semusim saja yang digunakan untuk membiayai kebun tersebut
4. Dalam kegiatan pertanian ini pak Rahman masih menggunakan pestisida kimia

Saran
1. Dalam membangun sistem agroforestri seutuhnya maka pada budidaya pertanian
(tanaman semusim) harus dilakukan pada saat tanaman pohon telah masuk tahun ke 7
dan seterusnya sehingga pengembangan agroforestri dapat terwujud dan keberlanjutan
agar dapat menghasilkan secara ekonomi dan ekologis, terdapat hubungan yang saling
menguntungkan diantara keduanya serta menunjukan hubungan yang positif anatara
tanaman dan lingkungan yang menciptakan iklim mikro dan menyediakan bahan
organik yang bermanfaatkan.
2. Dari kegiatan budidaya sebaiknya pak Rahman tidak memanfaatkan pestisida kimia
sehingga tidak merugikan secara ekologis.

LAMPIRAN
Gambar Penyusun Agrorestri hasil kunjungan lapang

Lai

Sirsak

Contoh Gambar Agroforestri Sempurna

Anda mungkin juga menyukai