Anda di halaman 1dari 13

KOMUNIKASI PARIWISATA

CAGAR ALAM

Dosen Pengampu: NADIA AMELIA ELYANA POLUAN

OLEH:

1. Rizky Shalsadila Putri 188530093


2. Arnelia sihaloho 198530063
3. Vigi Muharika Munanda 198530017
4. Ririn Lolona Ginting 198530101
5. Enjelita Simanjuntak 198530171
6. Kiftiah 198530163
7. Nurul Sa’adah 168530104
8. Vanessa Putri Fatila 168530069
9. Doni Ginola Girsang 178530031
10. Sri Rezeki 178530092

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MEDAN AREA

MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan segala nikmat serta karunia-Nya kepada kita semua, karena karena berkat rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas kelompok pada Mata Kuliah Komunikasi Pariwisata,
dengan judul: “Cagar Alam” sebagai bukti untuk memenuhi bahwa kami telah memenuhi tugas
makalah ini secara tepat waktu.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini kami banyak terdapat kekurangan
dan keterbatasan. Oleh karena itu, kami memohon maaf atas ketidaksempurnaan ini karena
sesungguhnya kesempurnaan hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa, serta kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.

Medan, 3 Desember 2021

Kelompok 3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengembangan produk ekowisata di cagar alam cukup menantang, dikarenakan persepsi


masyarakat tentang pemanfaatan kawasan lindung yang berkembang hingga saat ini kurang
mendukung pemanfaatan kawasan tersebut., kecuali untuk kegiatan penelitian. Umumnya
masyarakat memaknai peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk menutup sepenuhnya
pemanfaatan kawasan cagar alam, bukan untuk penelitian. Indonesia adalah negara dunia yang
memiliki keanekaragaman hayati paling tinggi setelah Brasil dengan keunikan, keaslian dan
keindahan alamnya (Indrawan 2007).

Hal ini sangat bertolak belakang dengan kenyataan yang ada bahwa pada kenyataannya
peraturan-peraturan yang ada mendukung pemanfaatan ruang Cagar Alam, di luar kegiatan
penelitian meskipun hanya sebatas kegiatan pariwisata. Inilah saatnya kita harus menyatukan
persepsi tentang konsep wisata terbatas di kawasan lindung, karena wisata terbatas itu sendiri
berarti ekowisata. Ekowisata adalah suatu model pariwisata yang mencakup konsep
pengembangan dan penelitian, pengembangan dan pendidikan (berupa pengenalan dan peragaan
cagar alam dan ekosistem) dan kegiatan mengumpulkan benih, hidup untuk mendukung kegiatan
pertanian.

Dalam rangka untuk melindungi keanekaragaman hayati tersebut, pemerintah


menetapkan beberapa kawasan di Indonesia sebagai kawasan konservasi yaitu Suaka Alam
(Cagar Alam, Suaka Margasatwa) dan Pelestarian Alam (Taman Nasional, Taman Wisata Alam,
Tahura) (Zuhri dan Sulistyawati, 2007). Berdasarkan data Kemenhut (2012) Indonesia
menetapkan 245 kawasan Cagar Alam dengan luas ± 4.485.230 ha. Pulau Sempu merupakan
kawasan konservasi di Jawa Timur, ditetapkan sebagai Cagar Alam berdasarkan SK Gubernur
Jenderal Hindia Belanda Nomor. 46 Stbl No. 69 tanggal 15 Maret 1928 dengan luas ± 877 ha.
Penetapan kawasan didasarkan pada faktor botanis, estetis dan topografis (BBKSDA Jatim,
2011).

Tujuan orang melakukan perjalanan wisata adalah untuk berlibur, mencari udara segar,
memenuhi kehendak ingin-tahunya, mengendorkan ketegangan sarafnya, melihat sesuatu yang
baru, menikmati keindahan alam, mengetahui hikayat rakyat setempat, atau bahkan sebaliknya
untuk menikmati hiburan di kota-kota besar ataupun untuk ikut serta dalam keramaian pusat-
pusat wisata (Febri Nengsih, 2014: 1). Sedangkan orang yang bepergian dari tempat tinggalnya
untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan itu disebut
wisatawan (Soekadijo, 2000: 17)

Saat ini industri pariwisata berkembang secara pesat. Hal ini karena Indonesia memiliki
modal pendukung utama dengan pemandangan alam yang indah, budaya yang beragam,
penduduk yang ramah dan lokasi yang strategis. Pariwisata menurut Undang-Undang nomor 10
Tahun 2009 dalam Suryo Sakti Hadiwijoyo (2012: 41) tentang kepariwisataan “Pariwisata
adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah”.

Pariwisata saat ini diharapkan menjadi sektor yang dapat diandalkan untuk pembangunan
ekonomi. Indonesia dengan potensi keanekaragaman hayati yang sangat tinggi dapat mendukung
kegiatan pariwisata. Dalam hal ini, pemerintah perlu mengoptimalkan pengembangan proyek
ekowisata dan mendorong upaya pengembangan industri pariwisata.

Manusia dengan segala motif dan kepentingan telah lama menopang perekonomian,
budaya, masyarakat dan ilmu pengetahuan, dimana dalam berbagai tumbuhan dan satwa liar,
manusia diyakini telah menyebabkan spesies tersebut punah ataupun diyakini berada diambang
kepunahan. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya merupakan bagian terpenting dari
sumber daya alam yang terdiri dari alam hewani, alam nabati ataupun berupa fenomena alam,
baik secara masing-masing maupun bersama-sama mempunyai fungsi dan manfaat sebagai unsur
pembentuk lingkungan hidup, yang kehadirannya tidak dapat diganti.

Aktivitas manusia berdampak signifikan terhadap keberadaan keanekaragaman hayati di


bumi. Selain bencana alam, lebih dari 99% spesies yang punah saat ini disebabkan oleh aktivitas
manusia. Meskipun bukan satu-satunya faktor saat ini, peningkatan pesat pertumbuhan populasi
dunia yang cepat menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati seiring dengan peningkatan
populasi dunia yang meningkatkan penggunaan sumber daya alam. Dalam upaya memenuhi
kebutuhan tersebut, aktivitas manusia menimbulkan berbagai perilaku yang mengancam
keberadaan keanekaragaman hayati.
2.1 Perumusan Masalah

Berikut ini merupakan rincian perumusan masalah berdasarkan pada makalah ini, yaitu:

1. Apa definisi dari cagar alam?


2. Apa saja syarat dan kriteria kawasan untuk bisa ditetapkan sebagai cagar alam?
3. Apa tujuan manfaat dan fungsi dari cagar alam?
4. Bagaimana kegiatan pengelolaan pada cagar alam?
5. Apa contoh hewan di cagar alam?
6. Bagaimana ruang lingkup perlindungan cagar alam?
7. Sebutkan peraturan perundang-undangan tentang perlindungan cagar alam?

3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka dapat ditarik mengenai tujuan dari
penelitian makalah ini, antara lain:

1. Untuk mengetahui definisi dari cagar alam


2. Untuk mengetahui syarat dan kriteria kawasan untuk bisa ditetapkan sebagai cagar alam
3. Untuk mengetahui tujuan manfaat dan fungsi dari cagar alam
4. Untuk mengetahui kegiatan pengelolaan pada cagar alam
5. Untuk mengetahui contoh hewan di cagar alam
6. Untuk mengetahui ruang lingkup perlindungan cagar alam
7. Untuk mengetahui peraturan perundang-undangan tentang perlindungan cagar alam
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi dari Cagar Alam

Pengertian cagar alam menurut UU No.5 Tahun 1990 tentang konservasi sumber daya
alam hayati dan ekosistem adalah kawasan suaka alam karena keadaan alamnya yang
mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu
dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Sedangkan pengertian cagar alam
menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah istilah hukum daerah yang kelestarian
hidup tumbuh-tumbuhan dan binatang (flora dan fauna) yang terdapat di dalamnya dilindungi
oleh undangundang dari bahaya kepunahan; suaka alam. Cagar alam dapat dianalogikan sebagai
sebuah wadah yang berisi peninggalan kekayaan alam yang sudah punah dan perlu untuk
dilindungi dan dilestarikan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, cagar alam adalah daerah kelestarian hidup
tumbuh-tumbuhan dan binatang yang dilindungi undang-undang dari bahaya kepunahan. Definisi
lain, cagar alam adalah suatu kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai
kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan
perkembangannya berlangsung secara alami (dikutip dari wikipedia.com).

Sementara itu, menurut penjelasan di repository.ugm.ac.id, cagar alam merupakan sebuah


kawasan lindung dengan fungsi konservasi atau lindung penting terutama sebagai sistem
penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta
pemanfaatan lestari sumberdaya alam hayati beserta eksositemnya.

Pada prinsipnya, cagar alam adalah status tertinggi dalam level kawasan konservasi.
Dengan status seperti itu, maka kawasan cagar alam harus steril dari kegiatan manusia, terutama
yang sifatnya mengeksploitasi dan merusak. Cagar alam bisa dikatakan sebagai tempat paling
tertutup bagi manusia, sebab cagar alam berfungsi sebagai habitat untuk perlindungan
keanekaragaman hayati baik ekosistem terestrial maupun akatik. Selain itu, cagar alam adalah
salah satu sistem penyangga kehidupan yang harus dijaga
2.2 Syarat dan Kriteria Kawasan Untuk Bisa Ditetapkan Sebagai Cagar Alam

Adapun syarat dan kriteria sebuah kawasan dapat ditunjuk dan ditetapkan sebagai
kawasan cagar alam adalah:

1) Memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa liar yang tergabung dalam suatu tipe
ekosistem
2) Mempunyai kondisi alam, baik tumbuhan dan satwa liar yang secara fisik masih asli dan
belum terganggu;
3) Terdapat komunitas tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya yang langka dan
keberadaannya terancam punah;
4) Memiliki formasi biota tertentu dan unit-unit penyusunan;
5) Mempunyai luas yang cukup dan bentuk tertentu yang dapat menunjang pegelolaan secara
efektif dan menjamin berlangsungnya proses ekologis secara alami;
6) Mempunyai ciri khas potensi dan dapat merupakan contoh ekosistem yang keberadaannya
memerlukan konservasi (Peraturan Pemerintah No.28 tahun 2011).

2.3 Manfaat dan Fungsi dari Cagar Alam

Tujuan cagar alam yaitu untuk melindungi ekosistem yang terdapat di wilayah cagar alam
tetap lestari dan tidak punah. Sementara itu, cagar alam juga memiliki manfaat dan fungsi
sebagaimana diantaranya seperti berikut:

1) Fungsi Cagar Alam

Cagar alam memiliki fungsi yang dibagi menjadi tiga yaitu:

a. Fungsi pelestarian Cagar alam, berfungsi melindungi dan melestarikan segala


ekosistem yang ada didalamnya, terutama yang berkaitan dengan ekosistem dan
peninggalan alam yang hampir punah.
b. Fungsi akademis Cagar alam, berfungsi sebagai sarana edukasi bagi para akademisi
terutama dalah hal penelitian tentang keanekaragaman hayati.
c. Fungsi wisata Cagar alam, menjadi salah satu tujuan wisata alam menarik yang
berbasis keindahan alam.
2) Manfaat Cagar Alam

Menurut Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementrian


Kehutanan, cagar alam memiliki beberapa manfaat yaitu:

a. Penelitian dan pengembangan


b. Ilmu pengetahuan
c. Pendidikan
d. Kegiatan penunjang budaya

2.4 Kegiatan Pengelolaan Pada Cagar Alam

Suatu kawasan cagar alam dikelola berdasarkan rencana pengelolaan yang disusun
berdasarkan kajian aspek-aspek ekologi, teknis, ekonomis, dan social budaya. Rencana
pengelolaan cagar alam sekurangkurangnya memuat tujuan pengelolaan, dan garis besar kegiatan
yang menunjang upaya perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan kawasan. Upaya tersebut
menurut Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementrian Kehutanan
dilaksanakan dalam bentuk kegiatan yang meliputi:

1. Perlindungan dan pengamanan kawasan.


2. Inventarisasi potensi kawasan.
3. Penelitian dan pengembangan yang menunjang pengawetan.

2.5 Contoh Hewan di Cagar Alam

Adapun contoh hewan di cagar alam yaitu sebagai berikut:

1. Kera Ekor panjang (Macaca Fascicularis), merupakan salah satu penghuni dominan Taman
wisata Cagar Alam, biasa bertingkah lucu tapi kadang-kadang suka iseng, mengganggu, hali
ini dikarenakan kebiasaan diberi makanan hingga membuat hewan-hewan tersebut
ketergantungan, bahkan terkadang menimbulkan sifat agresif
2. Lutung (Trcyphithecus Auratus). Berbeda dengan ekor panjang tingkah laku lutung lebih
pemalu dibandingkan kera ekor panjang, mereka hidup diatas pohon dan memakan pucuk-
pucuk dedaunan.
3. Kijang (Muntiacus Muntjak). Kijang biasa hidup berkelompok dan mencari makan
dipinggiran cagar alam yang dekat dengan pemukiman dan hotel.
4. Kalong (Pteropus Vampyrus). Satwa ini terbilang unik mengingat hidup dipepohonan dan
juga gua-gua yang ada di taman wisata dan cagar alam, kalong di cagar alam mempunyai
daya tarik tersendiri.
5. Burung Kangkareng (Anthracoceros Albirostris). Salah satu spesies dari family bucerotidae.
Panjang tubuhnya bisa mencapai 90 cm.
6. Landak jawa (Hystrix Javanica). Landak penghuni taman wisata cagar alam biasanya dapat
ditemui di dalam goa-goa.
7. Tando (Cynocephalus Variegates). Tando adalah mamalia terbang bukan terbang
menggunakan sayap melainkan meluncur seperti melompat dari satu pohon-kepohon lainnya.

2.6 Ruang Lingkup Perlindungan Cagar Alam

Perlindungan terhadap Kawasan Cagar Alam. Penggunaan kawasan cagar alam harus
sesuai fungsinya dan peruntukannya. Penggunaan cagar alam yang menyimpang harus mendapat
persetujuan Menteri.

Perlindungan terhadap tanah kawasan cagar alam. Kegiatan ekplorasi dan ekploitasi yang
bertujuan untuk mengambil bahan-bahan galian yang dilakukan di dalam kawasan cagar alam,
diberikan oleh instansi yang berwenang setelah mendapat persetujuan Menteri. Di dalam
kawasan cagar alam dilarang melakukan pemungutan hasil cagar alam dengan menggunakan
alat-alat yang tidak sesuai dengan kondisi tanah dan lapangan atau melakukan perbuatan lain
yang dapat menimbulkan kerusakan cagar alam dan tegakan.

Perlindungan terhadap Kerusakan Cagar Alam. Setiap orang dilarang melakukan


penebangan pohon-pohon dalam kawasan tanpa izin dari pejabat yang berwenang dan selain dari
petugas-petugas kehutanan atau orang-orang yang karena tugasnya atau kepentingannya
dibenarkan berada di dalam kawasan cagar alam, siapapun dilarang membawa alat-alat yang
lazim digunakan untuk memotong,berburu, dan membelah pohon di dalam kawasan.

Perlindungan Terhadap Hasil Cagar Alam. Untuk melindungi hak-hak Negara yang
berkenaan dengan hasil cagar alam, maka terhadap semua hasil cagar alam harus diadakan
pengukuran dan pengujian. Untuk membuktikan sahnya cagar alam dan telah dipenuhinya
kewajiban-kewajiban pungutan Negara yang dikenakan terhadapnya hingga dapat digunakan
atau diangkut, maka hasil cagar alam tersebut harus mempunyai surat keterangan sahnya hasil
cagar alam. (Annonymous, 2010)

Sedangkan di Indonesia, cagar alam adalah bagian dari kawasan konservasi (Kawasan
Suaka Alam), maka kegiatan wisata atau kegiatan lain yang bersifat komersial, tidak boleh
dilakukan dalam area cagar alam. Sebagaimana kawasan konservasi lainnya, untuk memasuki
cagar alam diperlukan SIMAKSI (Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi). SIMAKSI bisa
diperoleh di kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) setempat. Dengan
dibangunnya cagar alam maka sumber daya alam berupa flora dan fauna dapat dilindungi dengan
baik oleh Negara.

2.7 Peraturan Perundang-Undangan Tentang Perlindungan Cagar Alam

Dalam melaksanakan sistem perlindungan dan pengamanan cagar alam serta kebijakan-
kebijakan yang diambil berpedoman pada landasan hukum dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, antara lain:

1. Undang-Undang No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya.
2. Undang-Undang No. 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam.
3. Undang-Undang No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
4. Undang-Undang No. 44 Tahun 2004 tentang perencanaan Kehutanan;
5. Undang-Undang No.45 Tahun 2004 tentang perlindungan kawasan cagar alam;
(Anonnymous, 2010)
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Cagar alam merupakan sebuah kawasan lindung dengan fungsi konservasi atau lindung
penting terutama sebagai sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis
tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan lestari sumberdaya alam hayati beserta eksositemnya.
Cagar alam adalah status tertinggi dalam level kawasan konservasi. Dengan status seperti itu,
maka kawasan cagar alam harus steril dari kegiatan manusia, terutama yang sifatnya
mengeksploitasi dan merusak.

Suatu kawasan cagar alam dikelola berdasarkan rencana pengelolaan yang disusun
berdasarkan kajian aspek-aspek ekologi, teknis, ekonomis, dan social budaya. Rencana
pengelolaan cagar alam sekurangkurangnya memuat tujuan pengelolaan, dan garis besar kegiatan
yang menunjang upaya perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan kawasan.

Adapun untuk memasuki cagar alam diperlukan SIMAKSI (Surat Izin Masuk Kawasan
Konservasi). SIMAKSI bisa diperoleh di kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA)
setempat. Dengan dibangunnya cagar alam maka sumber daya alam berupa flora dan fauna dapat
dilindungi dengan baik oleh Negara.

2. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan untuk wisata cagar alam tersebut adalah diperlukan
studi lanjutan pada kawasan ini, mengingat analisa dampak lingkungan membutuhkan sudut
pandang dari disiplin ilmu lainnya. Selain itu adanya indikasi yang ditemukan tentang potensi
pemberdayaan ataupun peran serta masyarakat pada kawasan perumahan dalam upaya
pelestarian kawasan Cagar Alam memerlukan penelitian lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA

Afrida, Y. (2015). Pengelolaan Objek Wisata Cagar Alam Rimbo Panti Kabupaten Pasaman.
Jurnal Ilmu Sosial.

Cagar Alam: Pengertian, Kriteria, Tujuan, Kegiatan Pengelolaannya, dan Contohnya. (2021,
Mei 2). Retrieved from Pengadaan (Eprocurement):
https://www.pengadaan.web.id/2021/05/cagar-alam-adalah.html

Hari Purnomo, Bambang Sulistyantara, Andi Gunawan. (2013). Peluang Usaha Ekowisata Di
Kawasan Cagar Alam Pulau Sempu, Jawa Timur. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi
Kehutanan (JPSEK), Vol 10, No 4.

Mengenal Cagar Alam, Tempat Pelestarian Keanekaragaman Hayati. (2021, Oktober 18).
Retrieved from Katadata:
https://katadata.co.id/sitinuraeni/berita/616ceca053c69/mengenal-cagar-alam-tempat-
pelestarian-keanekaragaman-hayati

Nabila Ghitha Safanah, Cipta Seutia Nugraha, Ruhyat Partasasmita, Teguh Husodo. (2015).
Keanekaragaman jenis burung di Taman Wisata Alam dan Cagar Alam Pananjung
Pangandaran, Jawa Barat . Prosiding Seminar Nasional, Vol 8 No 1.

Pengertian Cagar Alam dan Contohnya di Indonesia. (2021, November 12). Retrieved from
Kumparan: https://kumparan.com/berita-update/pengertian-cagar-alam-dan-contohnya-
di-indonesia-1wu6CXnYEfD/full

Pengertian Cagar Alam, Karakteristik, Tujuan, dan Contohnya. (2021, Oktober 16). Retrieved
from Dosen Geografi: https://dosengeografi.com/pengertian-cagar-alam/

Ratnasari, D. (2017). Pengaruh Field Trip Mangrove Cagar Alam Pulau Dua terhadap Sikap
Ilmiah Siswa SMA. JURNAL EKSAKTA PENDIDIKAN, Vol 1 No 2.

Suryandari. (2005). Peluang Usaha Ekowisata Cagar Alam/Taman Wisata Alam Kawah Ijen Di
Kawasan Taman Nasional Alas Purwo. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, Vol 2 No
1.
Trihardono, Muhamad Nugroho. (2018). Partisipasi Masyarakat Sekitar Dalam Pengamanan
Cagar Alam Manggis Gadungan Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri. Thesis.

Anda mungkin juga menyukai