CAGAR ALAM
OLEH:
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan segala nikmat serta karunia-Nya kepada kita semua, karena karena berkat rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas kelompok pada Mata Kuliah Komunikasi Pariwisata,
dengan judul: “Cagar Alam” sebagai bukti untuk memenuhi bahwa kami telah memenuhi tugas
makalah ini secara tepat waktu.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini kami banyak terdapat kekurangan
dan keterbatasan. Oleh karena itu, kami memohon maaf atas ketidaksempurnaan ini karena
sesungguhnya kesempurnaan hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa, serta kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.
Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN
Hal ini sangat bertolak belakang dengan kenyataan yang ada bahwa pada kenyataannya
peraturan-peraturan yang ada mendukung pemanfaatan ruang Cagar Alam, di luar kegiatan
penelitian meskipun hanya sebatas kegiatan pariwisata. Inilah saatnya kita harus menyatukan
persepsi tentang konsep wisata terbatas di kawasan lindung, karena wisata terbatas itu sendiri
berarti ekowisata. Ekowisata adalah suatu model pariwisata yang mencakup konsep
pengembangan dan penelitian, pengembangan dan pendidikan (berupa pengenalan dan peragaan
cagar alam dan ekosistem) dan kegiatan mengumpulkan benih, hidup untuk mendukung kegiatan
pertanian.
Tujuan orang melakukan perjalanan wisata adalah untuk berlibur, mencari udara segar,
memenuhi kehendak ingin-tahunya, mengendorkan ketegangan sarafnya, melihat sesuatu yang
baru, menikmati keindahan alam, mengetahui hikayat rakyat setempat, atau bahkan sebaliknya
untuk menikmati hiburan di kota-kota besar ataupun untuk ikut serta dalam keramaian pusat-
pusat wisata (Febri Nengsih, 2014: 1). Sedangkan orang yang bepergian dari tempat tinggalnya
untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan itu disebut
wisatawan (Soekadijo, 2000: 17)
Saat ini industri pariwisata berkembang secara pesat. Hal ini karena Indonesia memiliki
modal pendukung utama dengan pemandangan alam yang indah, budaya yang beragam,
penduduk yang ramah dan lokasi yang strategis. Pariwisata menurut Undang-Undang nomor 10
Tahun 2009 dalam Suryo Sakti Hadiwijoyo (2012: 41) tentang kepariwisataan “Pariwisata
adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah”.
Pariwisata saat ini diharapkan menjadi sektor yang dapat diandalkan untuk pembangunan
ekonomi. Indonesia dengan potensi keanekaragaman hayati yang sangat tinggi dapat mendukung
kegiatan pariwisata. Dalam hal ini, pemerintah perlu mengoptimalkan pengembangan proyek
ekowisata dan mendorong upaya pengembangan industri pariwisata.
Manusia dengan segala motif dan kepentingan telah lama menopang perekonomian,
budaya, masyarakat dan ilmu pengetahuan, dimana dalam berbagai tumbuhan dan satwa liar,
manusia diyakini telah menyebabkan spesies tersebut punah ataupun diyakini berada diambang
kepunahan. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya merupakan bagian terpenting dari
sumber daya alam yang terdiri dari alam hewani, alam nabati ataupun berupa fenomena alam,
baik secara masing-masing maupun bersama-sama mempunyai fungsi dan manfaat sebagai unsur
pembentuk lingkungan hidup, yang kehadirannya tidak dapat diganti.
Berikut ini merupakan rincian perumusan masalah berdasarkan pada makalah ini, yaitu:
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka dapat ditarik mengenai tujuan dari
penelitian makalah ini, antara lain:
PEMBAHASAN
Pengertian cagar alam menurut UU No.5 Tahun 1990 tentang konservasi sumber daya
alam hayati dan ekosistem adalah kawasan suaka alam karena keadaan alamnya yang
mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu
dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Sedangkan pengertian cagar alam
menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah istilah hukum daerah yang kelestarian
hidup tumbuh-tumbuhan dan binatang (flora dan fauna) yang terdapat di dalamnya dilindungi
oleh undangundang dari bahaya kepunahan; suaka alam. Cagar alam dapat dianalogikan sebagai
sebuah wadah yang berisi peninggalan kekayaan alam yang sudah punah dan perlu untuk
dilindungi dan dilestarikan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, cagar alam adalah daerah kelestarian hidup
tumbuh-tumbuhan dan binatang yang dilindungi undang-undang dari bahaya kepunahan. Definisi
lain, cagar alam adalah suatu kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai
kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan
perkembangannya berlangsung secara alami (dikutip dari wikipedia.com).
Pada prinsipnya, cagar alam adalah status tertinggi dalam level kawasan konservasi.
Dengan status seperti itu, maka kawasan cagar alam harus steril dari kegiatan manusia, terutama
yang sifatnya mengeksploitasi dan merusak. Cagar alam bisa dikatakan sebagai tempat paling
tertutup bagi manusia, sebab cagar alam berfungsi sebagai habitat untuk perlindungan
keanekaragaman hayati baik ekosistem terestrial maupun akatik. Selain itu, cagar alam adalah
salah satu sistem penyangga kehidupan yang harus dijaga
2.2 Syarat dan Kriteria Kawasan Untuk Bisa Ditetapkan Sebagai Cagar Alam
Adapun syarat dan kriteria sebuah kawasan dapat ditunjuk dan ditetapkan sebagai
kawasan cagar alam adalah:
1) Memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa liar yang tergabung dalam suatu tipe
ekosistem
2) Mempunyai kondisi alam, baik tumbuhan dan satwa liar yang secara fisik masih asli dan
belum terganggu;
3) Terdapat komunitas tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya yang langka dan
keberadaannya terancam punah;
4) Memiliki formasi biota tertentu dan unit-unit penyusunan;
5) Mempunyai luas yang cukup dan bentuk tertentu yang dapat menunjang pegelolaan secara
efektif dan menjamin berlangsungnya proses ekologis secara alami;
6) Mempunyai ciri khas potensi dan dapat merupakan contoh ekosistem yang keberadaannya
memerlukan konservasi (Peraturan Pemerintah No.28 tahun 2011).
Tujuan cagar alam yaitu untuk melindungi ekosistem yang terdapat di wilayah cagar alam
tetap lestari dan tidak punah. Sementara itu, cagar alam juga memiliki manfaat dan fungsi
sebagaimana diantaranya seperti berikut:
Suatu kawasan cagar alam dikelola berdasarkan rencana pengelolaan yang disusun
berdasarkan kajian aspek-aspek ekologi, teknis, ekonomis, dan social budaya. Rencana
pengelolaan cagar alam sekurangkurangnya memuat tujuan pengelolaan, dan garis besar kegiatan
yang menunjang upaya perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan kawasan. Upaya tersebut
menurut Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementrian Kehutanan
dilaksanakan dalam bentuk kegiatan yang meliputi:
1. Kera Ekor panjang (Macaca Fascicularis), merupakan salah satu penghuni dominan Taman
wisata Cagar Alam, biasa bertingkah lucu tapi kadang-kadang suka iseng, mengganggu, hali
ini dikarenakan kebiasaan diberi makanan hingga membuat hewan-hewan tersebut
ketergantungan, bahkan terkadang menimbulkan sifat agresif
2. Lutung (Trcyphithecus Auratus). Berbeda dengan ekor panjang tingkah laku lutung lebih
pemalu dibandingkan kera ekor panjang, mereka hidup diatas pohon dan memakan pucuk-
pucuk dedaunan.
3. Kijang (Muntiacus Muntjak). Kijang biasa hidup berkelompok dan mencari makan
dipinggiran cagar alam yang dekat dengan pemukiman dan hotel.
4. Kalong (Pteropus Vampyrus). Satwa ini terbilang unik mengingat hidup dipepohonan dan
juga gua-gua yang ada di taman wisata dan cagar alam, kalong di cagar alam mempunyai
daya tarik tersendiri.
5. Burung Kangkareng (Anthracoceros Albirostris). Salah satu spesies dari family bucerotidae.
Panjang tubuhnya bisa mencapai 90 cm.
6. Landak jawa (Hystrix Javanica). Landak penghuni taman wisata cagar alam biasanya dapat
ditemui di dalam goa-goa.
7. Tando (Cynocephalus Variegates). Tando adalah mamalia terbang bukan terbang
menggunakan sayap melainkan meluncur seperti melompat dari satu pohon-kepohon lainnya.
Perlindungan terhadap Kawasan Cagar Alam. Penggunaan kawasan cagar alam harus
sesuai fungsinya dan peruntukannya. Penggunaan cagar alam yang menyimpang harus mendapat
persetujuan Menteri.
Perlindungan terhadap tanah kawasan cagar alam. Kegiatan ekplorasi dan ekploitasi yang
bertujuan untuk mengambil bahan-bahan galian yang dilakukan di dalam kawasan cagar alam,
diberikan oleh instansi yang berwenang setelah mendapat persetujuan Menteri. Di dalam
kawasan cagar alam dilarang melakukan pemungutan hasil cagar alam dengan menggunakan
alat-alat yang tidak sesuai dengan kondisi tanah dan lapangan atau melakukan perbuatan lain
yang dapat menimbulkan kerusakan cagar alam dan tegakan.
Perlindungan Terhadap Hasil Cagar Alam. Untuk melindungi hak-hak Negara yang
berkenaan dengan hasil cagar alam, maka terhadap semua hasil cagar alam harus diadakan
pengukuran dan pengujian. Untuk membuktikan sahnya cagar alam dan telah dipenuhinya
kewajiban-kewajiban pungutan Negara yang dikenakan terhadapnya hingga dapat digunakan
atau diangkut, maka hasil cagar alam tersebut harus mempunyai surat keterangan sahnya hasil
cagar alam. (Annonymous, 2010)
Sedangkan di Indonesia, cagar alam adalah bagian dari kawasan konservasi (Kawasan
Suaka Alam), maka kegiatan wisata atau kegiatan lain yang bersifat komersial, tidak boleh
dilakukan dalam area cagar alam. Sebagaimana kawasan konservasi lainnya, untuk memasuki
cagar alam diperlukan SIMAKSI (Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi). SIMAKSI bisa
diperoleh di kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) setempat. Dengan
dibangunnya cagar alam maka sumber daya alam berupa flora dan fauna dapat dilindungi dengan
baik oleh Negara.
Dalam melaksanakan sistem perlindungan dan pengamanan cagar alam serta kebijakan-
kebijakan yang diambil berpedoman pada landasan hukum dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, antara lain:
1. Undang-Undang No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya.
2. Undang-Undang No. 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam.
3. Undang-Undang No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
4. Undang-Undang No. 44 Tahun 2004 tentang perencanaan Kehutanan;
5. Undang-Undang No.45 Tahun 2004 tentang perlindungan kawasan cagar alam;
(Anonnymous, 2010)
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Cagar alam merupakan sebuah kawasan lindung dengan fungsi konservasi atau lindung
penting terutama sebagai sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis
tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan lestari sumberdaya alam hayati beserta eksositemnya.
Cagar alam adalah status tertinggi dalam level kawasan konservasi. Dengan status seperti itu,
maka kawasan cagar alam harus steril dari kegiatan manusia, terutama yang sifatnya
mengeksploitasi dan merusak.
Suatu kawasan cagar alam dikelola berdasarkan rencana pengelolaan yang disusun
berdasarkan kajian aspek-aspek ekologi, teknis, ekonomis, dan social budaya. Rencana
pengelolaan cagar alam sekurangkurangnya memuat tujuan pengelolaan, dan garis besar kegiatan
yang menunjang upaya perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan kawasan.
Adapun untuk memasuki cagar alam diperlukan SIMAKSI (Surat Izin Masuk Kawasan
Konservasi). SIMAKSI bisa diperoleh di kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA)
setempat. Dengan dibangunnya cagar alam maka sumber daya alam berupa flora dan fauna dapat
dilindungi dengan baik oleh Negara.
2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan untuk wisata cagar alam tersebut adalah diperlukan
studi lanjutan pada kawasan ini, mengingat analisa dampak lingkungan membutuhkan sudut
pandang dari disiplin ilmu lainnya. Selain itu adanya indikasi yang ditemukan tentang potensi
pemberdayaan ataupun peran serta masyarakat pada kawasan perumahan dalam upaya
pelestarian kawasan Cagar Alam memerlukan penelitian lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Afrida, Y. (2015). Pengelolaan Objek Wisata Cagar Alam Rimbo Panti Kabupaten Pasaman.
Jurnal Ilmu Sosial.
Cagar Alam: Pengertian, Kriteria, Tujuan, Kegiatan Pengelolaannya, dan Contohnya. (2021,
Mei 2). Retrieved from Pengadaan (Eprocurement):
https://www.pengadaan.web.id/2021/05/cagar-alam-adalah.html
Hari Purnomo, Bambang Sulistyantara, Andi Gunawan. (2013). Peluang Usaha Ekowisata Di
Kawasan Cagar Alam Pulau Sempu, Jawa Timur. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi
Kehutanan (JPSEK), Vol 10, No 4.
Mengenal Cagar Alam, Tempat Pelestarian Keanekaragaman Hayati. (2021, Oktober 18).
Retrieved from Katadata:
https://katadata.co.id/sitinuraeni/berita/616ceca053c69/mengenal-cagar-alam-tempat-
pelestarian-keanekaragaman-hayati
Nabila Ghitha Safanah, Cipta Seutia Nugraha, Ruhyat Partasasmita, Teguh Husodo. (2015).
Keanekaragaman jenis burung di Taman Wisata Alam dan Cagar Alam Pananjung
Pangandaran, Jawa Barat . Prosiding Seminar Nasional, Vol 8 No 1.
Pengertian Cagar Alam dan Contohnya di Indonesia. (2021, November 12). Retrieved from
Kumparan: https://kumparan.com/berita-update/pengertian-cagar-alam-dan-contohnya-
di-indonesia-1wu6CXnYEfD/full
Pengertian Cagar Alam, Karakteristik, Tujuan, dan Contohnya. (2021, Oktober 16). Retrieved
from Dosen Geografi: https://dosengeografi.com/pengertian-cagar-alam/
Ratnasari, D. (2017). Pengaruh Field Trip Mangrove Cagar Alam Pulau Dua terhadap Sikap
Ilmiah Siswa SMA. JURNAL EKSAKTA PENDIDIKAN, Vol 1 No 2.
Suryandari. (2005). Peluang Usaha Ekowisata Cagar Alam/Taman Wisata Alam Kawah Ijen Di
Kawasan Taman Nasional Alas Purwo. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, Vol 2 No
1.
Trihardono, Muhamad Nugroho. (2018). Partisipasi Masyarakat Sekitar Dalam Pengamanan
Cagar Alam Manggis Gadungan Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri. Thesis.