Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PARIWISATA ALAM
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kepariwisataan
Dosen Pengampu: Ibu Ilmiawati Safitri, S.S, M.A.

Disusun Oleh:
1. Nuria Risbiana (21205244014)
2. Fera Shinta Aulia (21407141031)
3. Bita Siam Kalimasada (22203244032)
4. Ilham Hanafi (21407141019)
5. Mila Diyati (21417144027)

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH


FAKULTAS ILMU SOSIAL, HUKUM, DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sebagai tugas Mata Kuliah
Kepariwisataan yang berjudul “Pariwisata Alam” dengan tepat waktu. Penulis berharap
makalah ini dapat menambah wawasan kepada para pembaca mengenai sejarah dan
perkembangan kepariwisataan alam.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam proses
pembuatan makalah ini, terutama kepada Ibu Ilmiawati Safitri, S.S, M.A selaku dosen
pengampu Mata Kuliah Kepariwisataan yang telah memberikan bimbingannya dari awal
makalah ini dibuat sampai selesai.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
segala bentuk kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan untuk kesempurnaan
dari makalah ini.

Yogyakarta, 6 September 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepariwisataan alam adalah sektor pariwisata yang berfokus pada pemanfaatan
sumber daya alam, seperti lanskap alam, flora, fauna, dan ekosistem, sebagai daya tarik
wisata. Ini adalah salah satu sektor pariwisata yang tumbuh pesat di seluruh dunia
karena meningkatnya minat wisatawan untuk berinteraksi dengan alam dan lingkungan
alam yang indah.
Bumi ini memiliki keanekaragaman alam yang luar biasa, termasuk
pegunungan, pantai, hutan, danau, sungai, serta berbagai jenis flora dan fauna.
Kepariwisataan alam memungkinkan wisatawan untuk menghargai dan mengalami
kekayaan alam ini. Terdapat pergeseran perilaku wisatawan menuju pengalaman yang
lebih berkelanjutan dan berbasis alam. Wisatawan semakin menyadari pentingnya
melestarikan alam dan mencari pengalaman yang mendalam dengan alam.
Kepariwisataan alam kemudian memberikan peluang ekonomi signifikan bagi
komunitas lokal. Ini mencakup pekerjaan di sektor perhotelan, makanan dan minuman,
pandu wisata, dan berbagai layanan lainnya. Melalui kepariwisataan alam, pendidikan
lingkungan dapat dipromosikan. Wisatawan memiliki kesempatan untuk memahami
pentingnya menjaga alam dan ekosistemnya.
Dalam konteks ini, penting bagi semua pihak, termasuk wisatawan, pemerintah,
komunitas lokal, dan industri pariwisata, untuk bekerja sama dalam mempromosikan
kepariwisataan alam yang berkelanjutan, yang dapat memberikan manfaat ekonomi
sambil melindungi keanekaragaman alam dan ekosistem alam yang berharga bagi
generasi mendatang.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian pariwisata alam?
2. Bagaimana sejarah berkembangnya pariwisata alam?
3. Bagaimana sejarah berkembangnya pariwisata alam di Indonesia?
4. Bagaimana sudut pandang Gen-Z dalam memahami kepariwisataan alam?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui bagaimana pengertian pariwisata alam.
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah berkembangnya pariwisata alam.
3. Untuk mengetahui bagaimana sejarah berkembangnya pariwisata alam di
Indonesia.
4. Untuk mengetahui bagaimana sudut pandang Gen-Z dalam memahami
kepariwisataan alam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pariwisata Alam
Pariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan
bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap
orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama
wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.
Pengertian wisata alam sendiri adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari
kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk
menikmati gejala keunikan dan keindahan alam di kawasan suaka margasatwa, taman
nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam. Pengelolaan pariwisata alam tidak
lepas dari kegiatan interpretasi.

B. Sejarah Pariwisata Alam


Sejarah pariwisata alam melibatkan perkembangan dan evolusi aktivitas wisata
yang berfokus pada eksplorasi dan pengalaman alam dan lingkungan alam. Pariwisata
alam menjadi semakin populer seiring dengan perubahan budaya dan teknologi.
Pariwisata alam memiliki akar sejarah yang panjang, dimulai dengan eksplorasi alam
oleh pelancong, ilmuwan, dan penjelajah pada abad-abad sebelumnya. Contohnya
adalah penjelajahan alam oleh Charles Darwin dan Alfred Russel Wallace pada abad
ke-19. Pada awal abad ke-20, aktivitas wisata alam masih terbatas dan umumnya hanya
dijangkau oleh orang-orang kaya yang memiliki waktu dan sumber daya untuk
melakukan perjalanan ke lokasi alam yang eksotis. Seiring dengan berkembangnya
kesadaran akan pentingnya pelestarian alam, banyak negara mulai mendirikan taman
nasional dan kawasan pelestarian alam pada abad ke-20. Contoh yang terkenal adalah
pendirian Taman Nasional Yellowstone di Amerika Serikat pada tahun 1872, yang
dianggap sebagai taman nasional pertama di dunia. Perang Dunia I dan II
mempengaruhi pariwisata alam dengan mengganggu perjalanan dan aktivitas wisata
selama konflik berlangsung. Namun, pasca perang, banyak negara mengalami
pemulihan ekonomi dan meningkatnya minat dalam wisata alam. Perkembangan
transportasi, seperti peningkatan jaringan jalan raya, pesawat terbang, dan kereta api,
membantu mengubah pariwisata alam menjadi lebih terjangkau dan mudah diakses oleh
lebih banyak orang. Perkembangan teknologi digital dan internet telah mengubah cara
orang merencanakan, memesan, dan berbagi pengalaman wisata alam. Informasi
tentang destinasi alam dapat diakses dengan mudah secara online, dan media sosial
memungkinkan wisatawan untuk berbagi pengalaman mereka dengan cepat. Di era
modern, keberlanjutan dan konservasi alam menjadi fokus penting dalam pariwisata
alam. Upaya pelestarian alam dan pendidikan lingkungan penting untuk memastikan
bahwa pengunjung dapat menikmati alam tanpa merusaknya. Seiring berjalannya
waktu, pariwisata alam telah berkembang menjadi industri yang signifikan di seluruh
dunia, dengan berbagai destinasi yang menawarkan pengalaman alam yang unik dan
beragam bagi wisatawan. Meskipun demikian, tantangan seperti pengelolaan yang
buruk masih menjadi isu-isu penting yang harus diatasi untuk menjaga keindahan dan
keberlanjutan alam bagi generasi mendatang.

C. Perkembangan Pariwisata Alam di Indonesia


Indonesia memiliki potensi wisata alam sangat besar yang terbagi menjadi
wisata flora dan fauna. Keanekaragaman spesies flora di Indonesia mencapai 15,5%
dari total jumlah flora di dunia. Lalu, fauna yang tercatat sekitar 8.157 spesies vertebrata
(mamalia, burung, herpetofauna serta ikan) dan kupu-kupu yang mencapai 1.900
spesies (10% dari spesies dunia (LIPI, Kemen PPN, KLH 2014). Jumlah kawasan
konservasi yang menyediakan pemandangan serta sumber daya alami berjumlah 552
unit yang terdiri dari 54 taman nasional, 214 unit cagar alam, 79 unit suaka margasatwa,
131 unit taman wisata alam, 34 unit taman hutan raya, dan 11 unit taman buru (Siregar
2019). Selain itu, Indonesia juga memiliki wisata alam lain, seperti gunung berapi yang
jumlahnya mencapai 400 dan 130 diantaranya termasuk gunung api aktif. Namun,
sayangnya tingkat kunjungan ke daya tarik wisata alam di Indonesia masih fluktuatif.
Berdasarkan data Kementrian Pariwisata Tahun 2017, kunjungan ke daya tarik wisata
alam berada di posisi kedua sekitar 23,58% dibandingkan jumlah kunjungan ke objek
wisata budaya sebanyak 32,84 %. Hal tersebut mungkin terjadi karena wisatawan
khususnya sesama wisatawan Nusantara ingin mencari suatu daya tarik wisata budaya
yang baru dan tidak ada di daerahnya. Padahal banyak kegiatan menarik yang bisa
dilakukan ketika berwisata alam. Berikut referensi tempat wisata alam dari setiap pulau
besar di Indonesia yang mampu menampilkan flora sekaligus faunanya dalam satu
tempat:
1. Taman Nasional Lore Lindu (TNLL), Pulau Sulawesi.
Taman nasional ini terletak di garis Wallace yang merupakan wilayah peralihan
antara zona Asia dan Australia sehingga panorama alam yang disuguhkan sangat
menarik. TNLL termasuk dalam kawasan konservasi hutan pegunungan yang
menyajikan berbagai jenis ekosistem, seperti pegunungan, dataran rendah, dataran
tinggi, rawa, danau, dan sungai. Kita juga dapat menjumpai berbagai flora dan
fauna, contohnya ada rotan, pohon reda leda, gula aren, beringin, kepayang, dan
terdapat 88 spesies anggrek endemik Sulawesi. Lalu, untuk faunanya mulai dari
mamalia, burung, hingga reptil khas Sulawesi. Untuk kegiatan-kegiatan yang bisa
dilakukan di sini, yaitu mendaki, pengamatan burung, arung jeram, berkemah,
berperahu, hingga pariwisata berbasis budaya.
2. Taman Nasional Lorentz (TN. Lorentz), Pulau Papua
Penamaan taman nasional ini diambil dari seorang peneliti Belanda, yaitu Dr.
H.A. Lorentz ketika ia memimpin ekspedisi tahun 1909. TN Lorentz merupakan
taman nasional terbesar di Asia Tenggara dan ditetapkan sebagai Situs Warisan
Dunia oleh UNESCO pada 1999. Keanekaragaman hayati dan budaya yang tinggi,
serta panorama alam yang tersedia di sini merupakan potensi pariwisata yang luar
biasa. Ekosistem di sini mencakup seluruh tipe ekosistem utama di Papua, mulai
dari perairan laut, pesisir, hutan pantai, hutan rawa air payau, hutan rawa air tawar,
hutan dataran rendah, hutan pegunungan rendah, hutan pegunungan tinggi, sub
alpin (Tree Line), alpin dan pegunungan salju abadi. Flora yang dapat ditemui, yaitu
nipah, pohon sagu, alang-alang, serta tanaman yang hidup di bawah air. Fauna yang
hidup di taman nasional maulai dari kelompok reptile, amfibi, ikan, burung, dan
kelelawar. Ada pula satwa yang tergolong jenis baru dan langka antara lain
kangguru pohon dan landak irian. Kegiatan-kegiatan wisata yang dapat dilakukan
di kawasan ini, yaitu mendaki, pengamatan satwa liar, hingga pariwisata berbasis
budaya.
3. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Pulau Sumatera
Taman Nasional ini memiliki ekosistem yang cukup lengkap, terdapat tipe
ekosistem hutan hujan dataran rendah, hutan pantai, hutan hujan pegunungan
bawah, hutan hujan bukit, hutan hujan pegunungan tinggi, dan cagar alam laut.
Taman nasional ini menjadi habitat berbagai jenis flora dan fauna mulai dari yang
kerap ditemui hingga yang terancam punah. Secara keseluruhan satwa yang
menghuni kawasan taman nasional ini adalah gajah sumatera, kambing hutan, rusa,
harimau, kijang, kerbau liar, ular sanca, ajak, dan masih banyak lagi. Selanjutnya,
banyak kegiatan wisata yang dapat dilakukan, seperti berkemah, menjelajahi hutan,
melakukan pengamatan terhadap satwa dan tumbuhan, bersampan, berenang,
menikmati sumber air panas alami di Lembah Suoh, dan menikmati air terjun di
kawasan Kubu Perahu Terdapat pula atraksi gajah serta memberi makan dengan
pakan yang telah disediakan di area Way Pemerihan.
4. Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP), Pulau Kalimantan
Taman nasional ini memiliki Suaka Margasatwa yang masuk ke dalam daftar
Cagar Biosfer oleh UNESCO. Konservasi orangutan yang ada di sini pula
merupakan yang terbesar di dunia. Ekosistem yang ada di TNTP, yaitu hutan
tropika dataran rendah, hutan rawa air tawar, hutan tanah kering, hutan bakau atau
mangrove, hutan rawa gambut, hutan pantai, dan hutan sekunder. Sistem zonasi
diterapkan di sini melalui beberapa pembagian, yaitu zona inti, zona rimba (daratan
dan perairan), zona pemanfaatan (intensif, khusus, dan tradisional), dan zona
rehabilitasi. Lalu, keberagaman fauna yang dapat dijumpai bervariasi dari satwa
liar, langka, sampai satwa endemik, contohnya saja ada bekantan, owa kalimantan,
dan orangutan Kalimantan. Flora di kawasan ini juga beragam dengan
menyesuaikan vegetasinya. Kegiatan yang dapat dilakukan wisatawan saat
berkunjung, antara lain melakukan trekking di hutan tropis sekaligus belajar
mengenai kehidupan di dalam hutan, seperti mengenal makanan orang utan dan
juga tentang tumbuhan kantong semar. Tersedia kawasan untuk camping di hutan
dan bisa menyaksikan feeding time orang utan. Selain itu, wisatawan dapat
menyusuri Sungai Sekonyer menggunakan klotok atau transportasi yang mirip
dengan kapal berukuran lebih kecil.
5. Taman Nasional Baluran, Pulau Jawa
Dulunya kawasan ini hanya menjadi lokasi untuk berburu. Pada tahun 1928
ketika A. H. Loedebour seorang pemburu berkebangsaan Belanda mengajukan
berupa permohonan agar kawasan Baluran serta kekayaan alamnya dilestarikan,
sejak saat itu kawasan ini menjadi Taman Nasional Baluran. Ekosistem yang
dimiliki taman ini tipe khas Benua Afrika. Hal tersebut bisa dilihat saat
mengunjungi Padang Savana Bekol yang sangat mirip dengan Gurun Afrika
sehingga taman ini dijuluki Afrikan Van Java. Terdapat kurang lebih 444 jenis
tumbuhan yang tersebar di berbagai tipe ekosistem dan 27 spesies kelompok
mamalia menjadi penghuninya. Dari jumlah spesies fauna tersebut, terdapat 14
spesies termasuk kelompok mamalia dilindungi dan langka. Lalu, kegiatan yang
dapat dilakukan wisatwan, yaitu fotografi, memberi makan monyet ekor panjang,
mengamati satwa dari atas menara pandang, menyusuri Dermaga Mangrove Bama
dengan berjalan kaki, memancing di Pantai Kajang, menyewa perahu untuk
berkeliling pantai, dan snorkeling di area Pantai Bama menikmati kekayaan
terumbu karangnya yang indah serta ikan hias.

D. Sudut Pandang Gen Z Terhadap Pariwisata Alam


Gen z atau bisa disebut juga sebagai generasi net (generasi internet) generasi ini
lahir berkisar antara tahun 1995-2010. secara sekilas generasi tersebut memiliki
kesamaan dengan generasi Y, namun perbedaannya mereka mampu mengakses serta
mengaplikasikan kegiatan dalam satu waktu sebagai contoh menggunakan twiter
dengan ponsel dan browsing menggunakan PC. generasi ini juga telah dikenalkan
teknologi sejak kecil.
Sehubungan dengan adanya teknologi serta pariwisata yang ada di setiap
wilayah terutama di Indonesia sebagai generai Z perlunya peran meraka adalah untuk
melestarikan keberadaan pariwisata lokal yang ada terlebih pada pariwisata alam.
pelestarian pariwisata alam tentunya dapat dilakukan dengan cara ikut serta menjadi
bagian dari komunitas pengembangan desa atau lingkungan, penyadaran dan memberi
penyuluhan tentang pengetahuan pariwisata alam kepada masyarakat destinasi, serta
memebrikan pemahaman lebih terhadap masyarakat akan pentingnya identitas kultural.
Budaya dan istiadat juga merupakan bentuk kearifan lokal yang perlu dijaga sebagai
ciri khas suatu destinasi berkembang di dalam lingkungan amsyarakat tersebut.
Adanya perkembangan teknologi pada generasi Z, maka perlunya suatu
pemasaran atau promosi tempat pariwisata terlebih di lingkungan alam yang
kemungkinana besar belum banyak dieskplorasi oleh beberapa komunitas seperti dinas
pehubungan setempat. Dengan begitu, pemanfatan teknologi yang ada tentunya akan
memebrikan manfaat lebih untuk menambah memperkenalkan destinansi dan
memberikan keuntungan pada bidang jasa bagi masyarakat setempat.
BAB III
KESIMPULAN

Pariwisata alam merupakan sektor pariwisata yang penting dalam dunia


kepariwisataan karena mengalami perkembangan pesat dan memberikan banyak
manfaat, termasuk ekonomi, pendidikan, dan kesempatan untuk melestarikan alam.
Hal ini disebabkan oleh minat yang semakin bertambah dari wisatawan untuk
berinteraksi dengan lingkungan alam yang indah dan keinginan untuk menjalani
pengalaman yang berkelanjutan dan berbasis alam. Namun, sektor ini juga
menghadapi tantangan terkait dampak lingkungan dan regulasi yang diperlukan
untuk menjaga kelestarian alam.
Gen-Z memiliki peran unik dalam kelangsungan dunia kepariwisataan alam.
Gen-Z cenderung lebih sadar akan isu-isu lingkungan daripada generasi
sebelumnya. Mereka menghargai alam dan mendukung praktik pariwisata yang
berkelanjutan. Gen-Z menggunakan teknologi dan media sosial untuk mencari
informasi tentang destinasi alam, berbagi pengalaman, dan mempromosikan
kelestarian alam. Mereka juga cenderung mencari pengalaman yang terkini untuk
dibagikan secara daring. Secara keseluruhan, Gen-Z melihat pariwisata alam
sebagai cara untuk menyatu dengan alam, belajar, dan berkontribusi pada
pelestarian lingkungan. Mereka mendukung praktik pariwisata yang berkelanjutan
dan ingin menjadikan alam sebagai bagian integral dari pengalaman wisata mereka.

SUMBER REFERENSI
Oka, A. Youti. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa.
Pangesti, T. (2007). MODUL IDENTIFIKASI OBJEK WISATA ALAM. Bogor:
Balai Diklat Kehutanan Bogor
https://www.academia.edu/download/86582243/3158-11324-1-PB.pdf.

Anda mungkin juga menyukai