Ekowisata, Wisata Alam Berbasis Konservasi Pengembaraan Gladian XXVI Kelelawar (Hipposideros cervinus) Tree Climbing bersama Sahabat dari Oregon
Dapur Kasil,
Hallo jhon!! Kabar Silva kembali hadir mengisi kebutuhan Anda akan informasi baru yang menyegarkan. Topik utama edisi ini adalah ekowisata vs konservasi, bagaimana kebijakan ekowisata yang tepat guna mendukung konservasi SDA? Selain itu, kali ini Anda akan disuguhkan kisah para pengembara dari Gladian XXVI Kelelawar, rasakan sensasi tidur di benteng penuh misteri P.Nusakambangan, butiran2 batu kapur tebing citatah, gelap abadi goa2 tasikmalaya, deras jeram sungai progo atas dan semak belukar yang menghadang pembukaan jalur di Jobolarangan, Gn. Lawu. Pengetahuan baru, kisah baru. Selamat belajar dan ikut merasakan sensasi para pengembara!!
Daftar isi
Topik Utama Ekowisata, Wisata Alam Berbasis Konservasi .. 3 Petualangan Massal, Akankah Kita Mengatakan Tidak?......6 Parangndog, yang Kini Jadi Wisata untuk Semua. 7 Podjok Silva Pengembaraan Gladian XXVI Kelelawar : Tebing (penambangan) Citatah T125.. 9 Menelusuri Rumah Kami di Tasikmalaya. 14 Bogowonto Mengering, Progo Atas Kami Susuri 16 Puncak Itu, Puncak Jobolarangan 18 Pulau Nusakambangan, Bukan Tentang Narapidana Tapi Tentang Pengembara . 20
Cover by : Mapala Silvagama Lokasi : Pantai Siung, Gunung Kidul Penanggung jawab : Ketua Umum Mapala Silvagama Pemimpin Redaksi : Afifah Redaktur Pelaksana : Tami, Unti Editor dan Layouting : Hesty Reporter : Sidiq, Faisol Distribusi : Imam, Danang Penerbit : Lembaga Pers Mapala Silvagama Sekretariat : Sekretariat Bersama Fakultas Kehutanan UGM Jl Agro No 1 Bulaksumur Yogyakarta Email : mapalasilvagama@gmail.com Website : www.mapalasilvagama.or.id
Topik Utama
Petualangan-petualangan yang selama ini kita lakukan di alam, baik dalam bentuk sedikit memuaskan hasrat yang selalu ingin menjelajah atau sekedar duduk menikmati hamparan keindahan lukisan alam Sang Pencipta, dapat digolongkan dalam satu kata yakni berwisata. Tapi, apakah yang kita lakukan hanya sekadar ingin berwisata? Apakah kita sudah bertanggung jawab dalam setiap kegiatan-kegiatan kita ini? Apa-apa saja sebenarnya yang dapat kita pelajari dari wisata alam agar apa yang kita nikmati dapat pula dinikmati generasi mendatang? Dan dapat pula memberikan manfaat terhadap masyarakat? Jawabannya adalah. Ekowisata. Melakukan aktivitas wisata ke kawasan alam (nature area) dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat ini disebut dengan ekowisata.
Page 4
Kabar Silva
Atraksi wisata merupakan daya tarik yang dapat membuat seseorang untuk berkunjung atau disebut wisatawan. Keberadaan hutan, keindahan sumber daya alam dan keanekagaman flora dan fauna Indonesia merupakan potensi atraksi wisata alam atau merupakan salah satu potensi unggulan hasil hutan non kayu. Atraksi wisata lain seperti peninggalan sejarah, kebudayaan dan sampai keanekaragaman masakan Indonesia merupakan bentuk potensi atraksi pendukung atraksi wisata alam di Indonesia. Selain memiliki nilai keindahan dan keunikan, atraksi alam juga berada dalam kawasan yang harus dijaga kelestariannya. Melakukan aktivitas wisata ke kawasan alam (nature area) dengan
Page 5
Kabar Silva
tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat ini disebut Ekowisata. Ekowisata (ecotourism) menurut The International Ecotourism Society (TIES) pada awal tahun 1990 adalah wisata yang bertanggung jawab ke daerah alami dengan tujuan melestarikan dan meningkatkan kesejahtearaan masyarakat sekitar. Berdasar Australian Departement of Tourism (Black, 1999), Ekowisata merupakan wisata berbasis pada alam dengan mengikuti aspek pendidikan dan interpretasi lingkungan alami dan budaya masyarakat dengan pengelolaan kelestarian ekologis. Adanya masalah lingkungan secara global, upaya konservasi di wilayah alam (natural area) mutlak perlu dilakukan, sehingga sifat wisata alam yang dilakukan haruslah mendukung pilar-pilar konservasi berdasar UU no. 5 tahun 1990, yaitu perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan secara lestari. Ekowisata merupakan wisata alam yang berbasis konservasi, dengan tujuan wisata minat khusus (ke daerah alam yang unik), tidak dikunjungi secara massal, merupakan kunjungan perorangan atau kelompok kecil, memiliki tujuan pendidikan, dan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal. Oleh karena itu Ekowisata tak kan lepas dari kawasan konservasi dan upaya konservasi. Ekowisata memberi banyak kesempatan kepada wisatawan untuk memahami tentang pentingnya upaya perlindungan alam dan penghargaan terhadap kebudayaan lokal. Dalam perencanaan ekowisata, fasilitas informasi yang bersifat edukatif dan ekologis sangat penting untuk meningkatkan nilai dari pengalaman wisatawan. Informasi lengkap tentang deskripsi elemen-elemen alam, rangkaian terkaitan dalam ekosistem dan uraian kelangkaan florafauna merupakan keunggulan program ekowisata yang dapat dikembangkan. Selain itu menyaksikan acara kebudayaan, sejarah, kerajinan tangan, kearifan lokasi setempat dalam melestarikan alam
dan budaya bahkan sampai pada mencicipi masakan khas setempat juga merupakan rangkaian atraksi terpadu (integratedattractions) dalam destinasi ekowisata. Tantangan untuk kalian sebagai generasi ekowisata era depan, apakah kalian siap untuk mengembangkan program-program ekowisata yang menjangkau bentangan kepulauan Indonesia yang indah dan melimpah ini? Masih banyak ruang dan kesempatan untuk menjadikan peluang ekowisata sebagai wadah untuk berkarya, belajar dan berusaha yang bersahabat dengan alam. Semoga!!!
Target pasar Anda adalah Mahasiswa? MAPALA? Masyarakat Umum? Kamilah media yang mencakup semuanya!!! CP: Tami 085276465515
Page 6
Kabar Silva
Apa efek buruk dari petualangan massal itu? Petualangan masal yang tidak memperhatikan daya dukung kawasan dapat menyebabkan kerusakan pada kawsana tersebut. Kerusakan dalam artian perubahan bentuk fisik kawasan, dapat dalam bentuk rusaknya atau berkurangnya vegetasi, hilangnya sumber air, perubahan struktur tanah menjadi memadat dan kehilangan daya aerasi dan drainasenya, dll. Hal ini terjadi karena jumlah peserta yang banyak akan membutuhkan areal camp yang luas, menyebabkan tekanan dalam jangka panjang pada jalur pendakian, membutuhkan air yang juga banyak, dll. Sebagai contoh kita dapat melihat Luweng Jomblang, vegetasi hutan purba dilantai gua mulai terancam akibat jalan setapak yang semakin meluas, sebagai akibat dari jumlah dan frekuensi pengunjung yang semakin meningkat. Contoh lainnya adalah Gunung-gunung di Jawa yang merupakan taman bermain bagi ratusan kelompok Mapala, Sispala, Freelance, dan sebagainya, pernahkah kita perhatikan kawasan disekitar jalur pendakian kita? Sayangnya tidak kawan, tidak. Kita hanya berpikir bahwa akan sangat menyenangkan pergi berpetualang beramai-ramai, suatu kebanggaan kita dapat membawa berapa puluh orang dalam pendakian dan sebagainya. Atau mungkin niat kita memang baik, bersih gunung masal. Tapi apakah kita memikirkan efek samping dari kegiatan kita? Mari bertanya kepada diri masing-masing Akankah kita mengatakan tidak untuk petualangan masal? (MSG_623)
Page 7
Kabar Silva
Page 8
Kabar Silva
Saatnya para Kelelawar mengembara melebarkan sayapnya menuju Pulau Nusakambangan, Tebing Citatah, Sungai Progo Atas, Jobolarangan di Gn. Lawu, dan melihat kembali rumah asli mereka, goa-goa yang dalam dan gelap di Tasikmalaya.
Page 9
Kabar Silva
Podjok Silva
Citatah,banyak orang yang menggagap bahwa tebing ini merupakan awal sejarah panjat tebing di Indonesia.Tebing Citatah berdiri menjulang di Desa Cipatat,daerah Bandung Barat.Dikarenakan tinggi tebing ini dan merupakan satusatunya di kawasan tersebut, maka beberapa orang menyebutnya dengan Gunung Singgalang.Tinggi tebing ini kurang lebih 125 meter,dari sinilah asal-usul nama jalur Citatah T125. Tingkat kesulitan di tebing Citatah bervariasi, begitu pula dengan batuan karst penyusunnya.Di bagian tengah tebing sampai ke puncak dijumpai beberapa tumbuhan, yang menambah indah pemandangan tebing. Satu hal lagi yang khas dari tebing ini adalah adanya semacam goa atau lubang tembus yang luas dari depan tebing ke belakang tebing.Lubang tembus luas ini sering digunakan pemanjat sebagai lokasi pembuatan pitch pertama atau tempat ngecamp sementara. Selain Tebing Citatah T125,masih ada tebing-tebing lainnya yang bisa dijadikan tempat pemanjatan antara lain Tebing Citatah 48 dan 90. Tebing ini bukan hanya sering dipakai oleh pemanjat saja,tetapi juga oleh Anggota Kopasus untuk latihan. Tebing CitatahT125 memiliki 2 akses jalan menuju start pemanjatan,yaitu dari belakang pabrik marmer(MMA) dan jalan kecil sebelum warung-warung peuyeum. Tebing Citatah memiliki etika pemanjatan yang cukup ketat yang tertulis di start jalur pemanjatan, salah satunya adalah larangan menggunakan piton dalam pemanjatan. Miris memang bila kita melihat sekeliling tebing ini, dimana kita dilarang
Page 10
Kabar Silva
Hari kedua, kami mencoba untuk melanjutkan perjalanan ke puncak Citatah. Lagi-lagi strategi yang salah dalam membagi waktu dan ormed (orientasi medan) menghalangi permanjatan kami. Hal karena tebing ini disinari matahari penuh yang panasnya sangat menyengat, membuat kami hanya dapat mencapai pitch 2, dimana tempat ini merupakan awalan dari tempat vegetasi tumbuh sampai puncak tebing. Setelah merancang strategi pemanjatan dengan baik dan mengubah jalur pemanjatan, kami memulai pemanjatan tepat jam 7 pagi keesokan harinya. Peserta pemanjatan diset dengan Tri sebagai Leader,Satrio sebagai Secondman,dan Agus sebagai Cleaningman. Jalur yang cukup sulit terdapat sebelum pitch 2 dan beberapa meter sebelum sampai puncak. Hati-hati dengan lubang-lubang yang ada disepanjang jalur menuju pitch 2, beberapa merupakan sarang tokek dan sarang burung. Di tengah-tengah jalur pemanjatan terdapat jalur yang landai sehingga kita tidak perlu memanjatnya, tingginya sekitar beberapa meter. Akhirnya, Pukul 14.00 kami berhasil mencapai puncak Citatah T125.Tingginya tebing ini membuat kami cukup bangga telah berhasil mencapai puncaknya dan kami pun menyanyikan Mars Silvagama. Di puncak tebing ini, kita beristirahat di saung yang terletak di puncak, yang menurut informasi dibuat oleh anak-anak Skygear. Inilah sekelumit cerita Pengembaraan Tebing, Citatah T125 yang tak akan pernah kami lupakan. Citatah T125, Satrio Budi P. (MSG_ 669)
Page 11
Kabar Silva
4. 5. 6. 7.
8. 9.
Page 12
Kabar Silva
COMING SOON ..
EKSPEDISI MAPALA SILV EKSPLORASI DAN PENGABDIAN PULAU KARIMATA, CAGAR ALAM LAUT
Page 12
Kabar Silva
DISI MAPALA SILVAGAMA DAN PENGABDIAN MASYARAKAT AR ALAM LAUT KEPULAUAN KARIMATA
Pengembaraan Caving dilakukan oleh kami berenam,Wiki,Nita,Irfan ,Taka,Soni dan Kries.Kami mulai berangkat dari sekre sekitar jam 19.30 menuju Stasiun Lempuyangan. Setelah menunggu sekitar 1 jam kurang,akhirnya kereta Pasundan yang kami nanti datang,dengan kereta kelas ekonomi itu kami berangkat menuju Tasik dengan suasana yang cukup nyaman soalnya bisa tidur bebas di gerbong bagian paling belakang. Hehehe Sekitar pukul 02.00 dinihari,kami akhirnya tiba di Tasikmalaya,kemudian kami lanjut beristirahat di persinggahan basecamp TCC (Tasikmalaya Caving Club). Di basecamp TCC kami disambut hangat oleh beberapa teman TCC, mereka adalah Aa Desmon, Aa Fajar, Aa Maman, Qondim, dan satu lagi, aku lupa namanya. Esok harinya sekitar pukul 09.00 , kami akhirnya berangkat menuju Kabupaten Tasikmalaya bagian selatan, daerah Bojong namanya, perjalanan ke Bojong cukup panjang butuh waktu sekitar 2,5 jam. Daerah ini merupakan wilayah yang cukup pelosok dan jalannya lumayanlah untuk membuat
Page 15
Kabar Silva
kita merasa mual . Kami akhirnya sampai juga , lalu kami menuju basecamp seorang warga sana yang bernama Mang Uul, suasana kehidupan masyarakat Sunda begitu kental, dirumah yang cukup sederhana tapi nyaman itu kami berbincang-bincang dengan penghuni rumah. Jam 14.00 kami akhirnya diantar oleh Mang Uul menuju gua-gua yang ada disana. Gua yang akan kami sambangi pertama kali adalah Gua Noh dan kemudian Gua Lisung. Sekitar jam 17.00 kami mulai memasang jalur di Gua Noh, dinamakan Gua Noh karena dulu ada seorang ibu-ibu yang hamil dan jatuh terpelosok ke dalam gua, dan ibu-ibu itu memiliki nama Noh, jadi dinamakan Gua Noh. Aku sebagai riggingman mulai memasang 3 anchor di Gua vertikal yang berkedalaman sekitar 17 meter. Pertama kali , masuk ke gua ini aku disambut oleh suara kelelawar dan penghuni-penghuni gua yang beraneka ragam, suasana begitu aneh , hawa yang kurasakan terkadang membuat aku dag dig dug. Setelah kami berenam turun ke gua, kami mulai melakukan eksplorasi ke seluruh bagian gua yang ada, luas area gua yang ada memang tak begitu luas sehingga kami dapat melakukan eksplorasi dengan cepat. Jam 22.00 kami semua sudah keluar dari Gua Noh, kemudian kami lanjut ke Gua Lisung. Di Gua Lisung memiliki ketinggian vertikal sekitar 35 meter dan memiliki multipitch. Bucek sebagai riggingman memasang 2 anchor dan mulai turun pertama kali ke gua ini. Kami berenam juga turun ke gua ini, Gua Lisung memiliki bentuk yang sempit dan kecil tapi dalam. Menurutku gua Lisung memilki kesulitan tersendiri, kami harus turun melewati celah yang cukup sempit dan hanya pas dengan ukuran badan. Di dalam gua, kami beristirahat sejenak sambil menunggu gantian siapa yang akan naik duluan. Aku mulai memasang jumar dan crool ke carmentel dan mulai naik perlahan-lahan ke atas dalam kondisi badan yang lumayan mengantuk, cukup menguras tenaga menurutku dan keringat mengucur deras membasahi coverall yang aku kenakan.
Pagi yang cerah pun tiba, kicauan burung begitu indah di pagi ini, setelah kami makan pagi dan packing, semua tim lanjut menuju Gua horizontal yang indah, gua ini dinamakan Gua Bojong karena gua ini terletak di wilayah Bojong. Gua ini merupakan sumber mata air bagi warga sehingga banyak dibuat pipa-pipa dari bambu untuk mengalirkan air ke rumah warga. Di mulut gua, kami foto-foto terlebih dahulu dan kemudian kami melakukan eksplorasi. Gua ini memiliki jalur yang panjang, lebih dari 500 meter dan memilki aliran air . Eksplorasi kami ini dibantu oleh Aa Desmon dan Aa Kondim yang sudah mengenal betul bagian-bagian gua ini. Kami melewati jalur berair yang cukup dalam, sekitar 1 meter-hingga 1,5 meteran kedalamannya, sepanjang jalur kami dapat melihat ornamen stalaktit, stalagmit, gorsdam, pilar dan masih banyak lagi.Didalam gua ternyata banyak juga penghuninya, ada udang yang cukup besar, sebesar ibu jari ukurannya, ada jangkrik, kelelawar, dan hewan-hewan lain yang tak dapat disebutkan satu persatu. Setelah sekitar dua jam kami eksplorasi gua ini, kami akhirnya sampai di pintu keluar gua , rasa terpuaskan menghampiri hati kami. Petualangan kami akhirnya selesai, Gua Bojong ini merupakan gua terakhir yang kami sambangi dan kami kembali lagi menuju basecampnya Mang Uul. Disinilah akhir dari kisah pengembaraan kami, yang dilanjutkan dengan naik kereta lagi... By :Kries Coni/673
Page 16
Kabar Silva
Page 17
Kabar Silva
Sampai di start Progo Kandangan, matahari benar-benar menyengat, sekitar jam 9. Karena tempat berhenti angkot dan tempat start agak jauh, jadi ya harus portaging terlebih dahulu, dengan medan yang menurun. Seperti pengarungan biasa, kami menyiapkan perlengkapan seperti memompa perahu, menyiapkan dayung dan helm. Debit air di sungai Progo Kandangan memang tak terlalu besar, ya karena sekitar satu minggu tidak hujan. Tetapi debitnya lebih besar daripada Sungai Bogowonto dengan batubatu yang bermunculan sehingga tidak bisa dilewati.
Jam 10 kami sudah melakukan pengarungan dengan 2 perahu dengan teknik river running system, karena tidak ada tim darat kali ini. Beberapa saat setelah start, kami harus bermanuver untuk membelok-belokkan perahu, memang banyak batu-batu di tengah sungai dan menjadi penghalang perahu untuk meluncur lurus. Setelah satu perahu melewati jeram, satu perahu di depan menunggu perahu di belakang sebagai usaha saling menjaga. Pengarungan di temani sinar matahari yang menyengat tapi angin kencang menjadikan efeknya tidak terlalu panas, bahkan dingin lah yang kami rasakan. Selain jeram yang saling bersambungan, penampang sungai yang flat juga panjang sehingga membutuhkan tenaga ekstra untuk mendayung, apalagi ketika arah angin berlawanan dengan arah laju perahu. Banyak pula pendangkalan di Sungai Progo Kandangan. Di Sungai Progo Kandangan, ada 3 black spot area, yaitu titik yang harus kami waspadai, yaitu jeram silit boyo, jeram entelemi, dan dam dengan tinggi sekitar 4 meter. Jeram silit boyo perlu di hindari karena jalur yang bisa dilewati hanya untuk satu perahu, selain itu awak sebelah kiri harus menunduk karena ada tebing yang menghalangi. Sedangkan jeram entelemi karena banyak batuan yang bermunculan, sehingga perahu harus bermanuver cepat di jeram, kedua jeram diperlukan scoting, yaitu merencanakan jalur yang akan dilewati ketika perahu di jeram. Black spot area yang ketiga adalah dam, sebelum sampai di dam ini, perahu harus menepi ke sebelah kiri untuk portaging melewati pintu dam. Dengan daerah yang benar -benar miring, perlu tenaga ekstra untuk mengangkatnya ke atas. Pengarungan dengan durasi 6 jam, berakhir sekitar jam 4 sore, dengan perasaan puas setelah pengarungan 6 jam yang melelahkan. Nah, disinilah pengembaraan kami berujung, dikelelahan dan kepuasan. Oleh Sidiq Purwanto (MSG_674)
Page 18
Kabar Silva
Page 19
Kabar Silva
Pengembaraan kami terdiri dari 5 orang, sibuk yang kami lakukan akhirnya rasa dingin mulai menjadi hal biasa. Keesokan harinya, kami memulai perjalanan menuju titik utama yaitu puncak Jobolarangan pada pukul 08.00, disinilah ilmu-ilmu RG diaplikasikan, mulai dari membaca bentukan alam, resection dan intersection, plotting jalur dan membuka jalur. Selama perjalanan, kami disuguhkan dengan pemandangan alam Gunung Lawu yang sangat indah berupa bukit-bukit gunung yang hijau dan awan biru yang cerah. Perjalanan ini kami tempuh selama 5 jam. Ketahanan fisik benar-benar diuji melalui lebatnya hutan gunung dan semak-semak yang menutupi jalur, terjalnya punggungan, dan panasnya udara pada siang hari yang membuat kami semua dehidrasi. Namun bagi kami rimba gunung Mapala Silvagama bukanlah halangan untuk menuju sebuah tujuan. Setibanya kami dipuncak Jobolarangan, rasa lelah dan lapar yang menyerang kami berubah menjadi rasa senang dan bangga karena akhirnya bisa mencapai titik tujuan. Kemudian kami melakukan istirahat sejenak dan berfoto-foto di puncak. Pukul 14.27 kami melanjutkan perjalanan kembali ke puncak 2065 untuk mendirikan camp dan beristirahat. Hari terakhir, kami menuju Desa Ngeledok pada pukul 08.32. Untuk mencapai desa Ngledok, kami harus membuka jalur, melipir melewati punggungan, melewati puncak dan lembahan.
Kami menempuh perjalanan selama 4,5 jam menuju desa tersebut. Rasa lelah kami kembali berubah menjadi senang dan lega ketika memasuki kawasan penduduk, akhirnya, kata itu yang muncul dalam hati pertama kali saat melihat Desa Ngeledok dari jauh. Hijaunya sawah yang mengelilingi dan gemercik air sungai yang menenangkan merupakan bonus pemandangan bagi kami. Di Desa inilah akhir dari pengembaraan kami, segala rasa lelah terhapus oleh rasa senang telah berhasil melalui segala tantangan dan rintangan dari alam. Kami bukan menakhlukkannya, tapi mengambil pelajaran darinya serta bonus refreshing memori otak yang seakan sudah jenuh dengan pemandangan kota. Dari desa Ngledok, kami langsung menuju Jogja dan tiba pada pukul 6 sore. Dari pengembaraan ini, kami lebih banyak mendapatkan pengalaman dan ilmu kepencintaalaman terutama dibidang rimba gunung. hal yang kami lakukan ini merupakan salah satu dedikasi kami bagi Mapala Silvagama dalam memajukan organisasi.(Oleh Yustika Ami, MSG/670)
Page 20
Kabar Silva
Pengembaraan lingkungan Gladian XXVI Kelelawar Mapala Silvagama dilaksanakan di Pulau Nusakambangan Kabupaten Cilacap. Kawasan yang termasuk kedalam Cagar Alam ini sangat unik, disepanjang Pantai Selatan P. Jawa hanya di Cilacap dijumpai hutan payau, karena walaupun gelombang Samudera Indonesia itu cukup besar tetapi P.Nusakambangan berfungsi sebagai pelindung, sehingga dimungkinkan sekali terbentuknya hutan payau disebelah utara Pulau Nusakambangan ini. Oleh karena itu dipilihlah Pulau Nusakambangan dalam kegiatan pengembaraan lingkungan ini. Pengembaraan lingkungan ini diikuti oleh anggota Gladian Kelelawar yakni Anif, Dito, Billy, Faisol, Sidiq, Agus, Indra, dan Hafidh yang didampingi oleh pengurus dan pendamping yakni mbak Ari, Mbak Mutia, Sari dan Sony. Pengembaraan ini dilaksanakan dari hari Minggu 15 Mei 2011 sampai hari Selasa tanggal 17 Mei 2011. Dalam perjalanan menuju ke Cilacap dengan menggunakan bus dari terminal Giwangan Yogyakarta menuju terminal Cilacap . Pada hari pertama pengamatan dilakukan di hutan kota wisata payau/ wana wisata payau KPH Banyumas Barat, Kecamatan Tritih, Kabupaten Cilacap. Karena hari yang telah sore dan bertepatan dengan hari libur, kami tidak didampingi oleh pihak pengelola hutan kota wisata Payau tersebut. Di sana kita melakukan pengamatan mengenai hutan mangrove, kita dapat belajar dan mengetahui 3 zona vegetasi pengisi , karakteristik tanah dan berbagai komponen ekosistem yang berada di dalamnya. Penyeberangan ke Pulau Nusakambangan dilakukan pada hari kedua, didampingi oleh pihak BKSDA, pendamping dari BKSDA tidak menemani perjalanan kami selama di pulau Nusakambangan, beliau hanya menemani kami menemui mbah Yono. Mbah Yono merupakan penduduk Pulau Nusakambangan paruh baya yang merupakan orang yang dituakan di Pulau Nusakambangan tersebut. Mbah Yono dan Pak Heri BKSDA memberikan informasi, wejangan, larangan, batasan serta saran untuk tempat kami beristirahat bukan karena angker namun untuk menjaga keselamatan kami, maklum di Pulau Nusakambangan masih banyak terdapat satwa liar dengan berbagai jenis ular yang berbisa dan berbahaya dan agar tetap dalam kawasan penjagaan dan pemantauan penjaga.
Pengembaran Lingkungan :
Page 21
Kabar Silva
Pengembaran Lingkungan :
Konon dulu pernah dikirim beberapa truk ular yang dilepas di Pulau Nusakambangan untuk siap menyerang narapidana yang kabur/ melarikan diri dari jeruji besi eksekusi sementaranya. Di Pulau Nusakambangan ini kami melakukan berbagai macam pengamatan mulai dari pengamatan penyusun hutan pantai , hutan dataran rendah,dan pengamatan burung. Dalam perjalanan pengamtan kami di Pulau Nusakambangan bagian Timur ini kita dapat mengetahui berbagai macam kondisi, vegetasi dan ekosistem penyusun di berbagai jenis hutan yang diamati serta dapat belajar mengidentifikasi jenis burung yang berada di Pulau Nusakambangan. Dalam perjalanan ini kami juga menyempatkan diri untuk mengunjungi benteng pendem yang letaknya tidak jauh dari camp kami. Aktifitas dimalam hari dalam pengembaraan lingkungan ini diisi dengan kegiatan diskusi mengenai kawasan wanawisata payau maupun hasil pengamatan lain yang dilakukan untuk menkritisi maupun menyumbang ide untuk perkembangan kawasan dari hasil pengamatan yang kami lakukan. Selama perjalanan pengembaraan lingkungan ini ada pengalaman konyol dan sangat unik untuk dilupakan yaitu ketika kami ngecamp di pulau Nusakambangan, pagi-pagi kami dikagetkan setengah mati dengan suara sirine. Serentak kami terbangun dan terkaget dalam hati berucap kita dikepung ? hemhh entah ada yang mengangkat kedua tangannya tidak saat itu, tidak terlihat karena masih terlalu gelap hehe baru setelah semua nyawa terkumpul kami pun tertawa karena kami sadari bahwa sirine yang jelas terdengar merupakan alarm handphone milik Agus, hahaha sepertinya kami terlalu terbawa oleh suasana Nusakambangan sebagai salah satu penjara elit di Indonesia. Heheitu pengalaman terunik yang mengisi perjalanan kami dalam pengembaraan lingkungan, alarm ini mungkin cocok untuk kita jadikan alarm dalam petualangan-petualangan selanjutnya, pasti semuanya pada bangun dan gak ada tuh alesan telat bangun! Wah, pengalaman kami dalam pengembaraan ini benar-benar seru, tak hanya ilmu tapi juga refreshing pemandangan pantai yang buat pikiran kembali segar untuk kembali kuliah minggu selanjutnya! ( Oleh Anif/ MSG_633)
Petualangan yang dilakukan pecinta alam di Indonesia mulai melemah. Kebosanan menghinggapi para penggiat alam bebas. Pada tahun terakhir kebutuhan mahasiswa pecinta alam terbentur pada kepentingan pengembangan keilmuan di bidang lingkungan. Isu-isu lingkungan menjadi sesuatu yang benar-benar nyata dan harus dipikirkan. Kita dituntut untuk menghadirkan suatu petualangan yang berbasis lingkungan atau pengetahuan lingkungan didapat dengan teknik-teknik kepecintalaman kita. Salah satunya adalah pengetahuan mengenai pohon, panjat dan cari ilmunya. Di Indonesia kemampuan memanjat pohon secara professional mulai dilirik di tahun1990-an. Kegiatan riset kanopi memerlukan kemampuan hal tersebut. Di Bogor kawankawan Rimpala membuat TCO (Tree Climbing Organization) dan Di Jogjakarta kawan-kawan Silvagama membuat komunitas TCY (Tree Climbing Yogyakarta). Dengan semakin banyaknya orang yang peduli pada pohon semoga kegiatan Tree Climbing mampu penahan dahaga para penggiat alam bebas yang haus akan petualang alternative.
Well, mungkin kamu sudah pernah dengar film film ini, bahkan sudah pernah menontonnya Tapi iklan ini bukan buat kamu yang udah pernah nonton.. Buat kamu kamu yang belum nonton, keluhan pertamanya adalah bahwa versi original film film ini adalah langka, jarang bahkan tidak dijual ataupun disewakan di rental2 film di negeri ini. Di internet, versi salinan dari film film ini beredar dengan sangat massif. Keluhan kedua, kecepatan koneksi internet kamu tidak cukup cepat untuk mendownload file file berukuran rata rata diatas 500 MB ini. Dan kami menawarkan solusi sederhana untuk anda yang mengalami 2 keluhan diatas. BELILAH FILM FILM ITU DARI KAMI(TENTU SAJA DENGAN HARGA MURAH) Meski bertujuan untuk memperoleh keuntungan financial, kedok kami adalah untuk membantu menambah referensi kalian semua, para penggiat alam bebas dan petualang serta pecinta alam, apapunlah sebutan buat anda. Ini murni PEMBAJAKAN!!!! Kalau anda tak setuju, silahkan beli versi originalnya dari amazon.com atau ebay, Tapi tenang saja, usaha ini tidak semata mata untuk profit, sebagian dari penghasilan didonasikan untuk kegiatan kegiatan kepecintaalaman dan lingkungan, seperti pembuatan jalur pemanjatan sport baru di Parangndok tahun 2010 lalu. Selain itu, kita juga akan memberikan gratis film film buatan sendiri yang coba kita bikin, sekedar buat mengisi kekosongan film film petualangan buatan dalam negeri TERTARIK???? KUNJUNGI HALAMAN WEB INI: WWW.REDPOINT-REDPOINT.BLOGSPOT.COM