Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan
potensi sumber daya alam dan lingkungan. Kegiatan wisata alam itu sendiri dapat berupa
kegiatan rekreasi dan pariwisata, pendidikan, penelitian, kebudayaan, dan cinta alam yang
dilakukan di alam kawasan wisata. Salah satu kegiatan wisata alam yang saat ini sedang
menarik perhatian besar adalah ekowisata, hal tersebut dikarenakan industri pariwisata ini
berbasis lingkungan yang memberikan dampak kecil bagi kerusakan alam dan budaya lokal
sekaligus menciptakan peluang kerja dan pendapatan serta membantu kegiatan konservasi
alam itu sendiri (Panos, 1997).

Istilah ekowisata dapat diartikan sebagai bentuk baru dari perjalanan


bertanggungjawab ke area alami dan berepetualang yang dapat menciptakan industri
pariwisata dan perjalanan oleh seorang wisatawan ke daerah terpencil dengan tujuan
menikmati dan mempelajari mengenai alam, sejarah dan budaya di suatu daerah, di mana
pola wisatanya membantu ekonomi masyarakat lokal dan mendukung pelestarian alam. Para
pelaku dan pakar di bidang ekowisata sepakat untuk menekankan bahwa pola ekowisata
sebaiknya meminimalkan dampak yang negatif terhadap lingkungan dan budaya setempat
dan mampu meningkatkan pendapatan ekonomi bagi masyarakat setempat dan nilai
konservasi. (Eplerwood, 1999).
Telah kita ketahui bersama bahwa di Negara kita Negara Indonesia memiliki
beraneka ragam wisata dan budaya yang terbentang dari sabang sampai marauki, mulia
dari tempat wisata dan objek wisata yang kaya akan keindahan wisata alam, taman wisata,
taman budaya,dan wisata kulinernya banyak orang menyebutkan indonesia adalah surga
dunia yang memiliki banyak keanekaragaman wisata yang begitu indah dan memiliki
khas di mana tiap daerahnya memiliki kebudayaan yang berbeda beda yang melambangkan
cirikas dari daerah tersebut dan banyak turis baik turis domestic maupun macanegara yang
mengagumi keanekaragaman budaya dan wisata di Negara Indonesia.

Berkaitan dengan potensi alam yang dimiliki, Bandung merupakan salah satu daerah
yang kaya akan kawasan wisata alam yang sangat menarik sehingga berpotensial dalam

1
sektor pariwisata. Salah satu kawasan wisata alam yang ada diantaranya adalah Taman
Hutan Raya Ir. H. Juanda, yang merupakan salah satu dari kawasan wisata yang ada di
Bandung. Kawasan wisata tersebut termasuk unggulan, sehingga memberikan dampak
positif terhadap meningkatnya perekonomian daerah. Daya tarik yang dimiliki oleh kawasan
wisata Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda adalah wisata sejarah, wisata alam, wisata untuk
lintas alam, menikmati pemandangan alam, berkemah, mandi di air terjun dan lain-lain.
Taman hutan raya merupakan kawasan hutan yang memiliki tipe vegetasi hutan alam
sekunder yang didominasi oleh beraneka ragam jenis pohon juga sebagai kawasan
pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan
alami, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman
hutan raya ini tak ternilai harganya bagi manusia. Taman hutan raya juga merupakan
sumberdaya alam yang memberikan manfaat besar bagi kesejahteraan manusia, baik
manfaat tangible yang dirasakan secara langsung, maupun intangible yang dirasakan secara
tidak langsung. Manfaat langsung seperti jasa lingkungan, satwa, pemanfaatan lahan dan
hasil tambang. Sedangkan manfaat tidak langsung seperti manfaat rekreasi, perlindungan,
pengaturan tata air, dan pencegahan erosi.
Adanya kawasan wisata Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda yang merupakan potensi
bagi daerah sekitar yang mendatangkan banyak manfaat bagi beberapa pihak, tetapi dengan
berjalannya perkembangan pariwisata juga menimbulkan dampak negatif sehingga
memunculkan permasalahan yang apabila tidak segera ditindak lanjuti akan menimbulkan
kerugian di masa mendatang. Permasalahan utama yang terjadi adalah adanya kios-kios
kumuh, pedagang liar, sampah yang berserakan serta ditambah lagi tidak didukungnya
pemberdayaan masyarakat yang berada tinggal di sekitar kawasan wisata Taman Hutan Raya
Ir. H. Juanda, sehingga masyarakat belum memiliki kesadaran untuk berpartisipasi dalam
menjaga dan melestarikan sumber daya kekayaan alam.

Keberhasilan pengembangan sebuah kawasan wisata sangat tergantung dari sikap


positif penduduknya terhadap keberadaan dari Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda. Dengan
memberdayakan masyarakat sekitar dalam pengembangan ekowisata maka masyarakat bisa
ikut berpartisipasi untuk dapat melestarikan kawasan wisata tersebut. Karena, partisipasi
dari masyarakat merupakan kunci utama untuk perkembangan kawasan wisata sehingga
akan terjalin kerjasama yang kuat.

2
1.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana Gambaran Umum Kawasan wisata Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda
Bandung ?
2. Bagaimana anlisis SWOT untuk Kawasan wisata Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda
Bandung ?
3. Jelaskan teori-teori tentang manajemen pariwisata ?
4. Upaya apa saja yang dilakukan pihak pengelola dalam memberdayakan masyarakat
disekitar Kawasan wisata Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda Bandung ?
5. Bagaimana strategi pengembangan yang harus dilakukan oleh pihak yang berkepentingan
dalam pengembangan Kawasan wisata Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda Bandung ?
6. Mengapa Kawasan lembang lebih cepat perkembangannya wisatanya dibandingkan
kawasan TAHURA ?

BAB II

3
PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Umum

Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda merupakan kawasan konservasi yang terpadu
antara alam sekunder dengan hutan tanaman dengan jenis Pinus (Pinus merkusil) yang
terletak di Sub-DAS Cikapundung, DAS Citarum yang membentang mulai dari Curug Dago,
Dago Pakar sampai Maribaya yang merupakan bagian dari kelompok hutan Gunung Pulosari,
menjadikan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda sangat baik sebagai lokasi pariwisata alam dan
juga sebagai sarana tempat untuk pengembangan pendidikan lingkungan.

Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda merupakan bagian dari daerah cekungan Bandung,
memiliki latar belakang sejarah yang erat kaitannya dengan zaman purba hingga sekarang.
Secara geologis daerah ini mengalami perubahan yang disebabkan oleh gejolak alam dalam
kurun waktu pembentukan alam semesta.

Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda awalnya merupakan bagian areal dari kelompok Hutan
Lindung Gunung Pulosari yang berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor
575/kpts/Um/8/1980 dirubah fungsinya menjadi Taman Wisata Alam (TWA) Curug Dago.
Pada Tanggal 14 Januari 1985 bertepatan dengan kelahiran Bapak Ir. H. Djuanda, TWA
Curug Dago secara resmi berubah fungsi menjadi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda yang
merupakan Taman Hutan Raya (TAHURA) pertama di Indonesia, berdasarkan Surat
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3/M/1985 tertanggal 12 Januari 1985 tentang
Penetapan Taman Wisata Alam Curug Dago menjadi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda.

Sejarah

4
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda awalnya berstatus sebagai hutan lindung (Komplek
Hutan Gunung Pulosari) yang batas-batasnya ditentukan pada tahun 1922. Sejak
kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 secara otomatis status kawasan
hutan negara dikelola oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui Djawatan Kehutanan.
Kawasan hutan ini dirintis pembangunannya sejak tahun 1960 oleh Bapak Mashudi
(Gubernur Jawa Barat) dan Ir. Sambas Wirakusumah yang pada waktu itu menjabat sebagai
Administratur Bandung Utara merangkap Direktur Akademi Ilmu Kehutanan, dan mendapat
dukungan dari Bapak Ismail Saleh (Menteri Kehakiman) dan Bapak Soejarwo (Dirjen
Kehutanan Departemen Pertanian). Pada tahun 1963 sebagian kawasan hutan lindung
tersebut mulai dipersiapkan sebagai Hutan Wisata dan Kebun Raya. Tahun 1963 pada waktu
meninggalnya Ir. H. Djuanda, maka Hutan Lindung tersebut diabadikan namanya menjadi
Kebun Raya Rekreasi Ir. H. Djuanda untuk mengenang jasa-jasanya dan waktu itu pula jalan
Dago dinamakan jalan Ir. H. Djuanda. Untuk tujuan tersebut, kawasan tersebut mulai
ditanami dengan tanaman koleksi pohon-pohonan yang berasal dari berbagai daerah.
Kerjasama pembangunan Kebun Raya Hutan Rekreasi tersebut melibatkan Botanical Garden
Bogor (Kebun Raya Bogor) , dengan menanam koleksi tanaman dari di Bogor.

Pada tanggal 23 Agustus 1965 diresmikan oleh Bapak Gubernur Mashudi sebagai
Kebun Raya Hutan Rekreasi lr. H. Djuanda sebagai Embrio Taman Hutan Raya Ir. H.
Djuanda yang dikelola oleh Dinas Kehutanan (dulu Djawatan Kehutanan Propinsi Jawa
Barat). Tahun 1978 pengelolaan dari Dinas Kehutanan (dulu Djawatan Kehutanan Propinsi
Jawa Barat) diserahkan ke Perum Perhutani Jawa Barat. Pada tahun 1980 Kebun Raya/Hutan
Wisata yang merupakan bagian dari komplek Hutan Gunung Pulosari ini ditetapkan sebagai
taman wisata, yaitu Taman Wisata Curug Dago seluas 590 ha yang ditetapkan oleh SK.
Menteri Pertanian Nomor : 575/Kpts/Um/8/1980 tanggal 6 Agustus 1980.

Pada tahun 1985, Bapak Mashudi dan Bapak Ismail Saleh sebagai pribadi dan Bapak
Soedjarwo selaku Menteri Kehutanan mengusulkan untuk mengubah status Taman Wisata
Curug Dago menjadi Taman Hutan Raya. Usulan tersebut kemudian diterima Presiden
Soeharto yang kemudian dikukuhkan melalui Keputusan Presiden No. 3 Tahun 1985
tertanggal 12 Januari 1985. Peresmian Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda dilakukan pada
tanggal 14 Januari 1985 yang bertepatan dengan hari kelahiran Bapak Ir. H. Djuanda. Taman
Hutan Raya Ir. H. Djuanda sebagai Taman Hutan Raya pertama di Indonesia. Untuk
menjamin suksesnya pengelolaan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, Menteri Kehutanan
melalui Surat Keputusan Nomor : 192/Kpts-II/1985 membentuk Badan Pembina Taman

5
Hutan Raya Ir. H. Djuanda yang diketuai oleh Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan
Pelestarian Alam (PHPA) serta menunjuk Perum Perhutani sebagai Badan Pelaksana
Pengelolaan dan Pembangunan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda.

Tugas Badan Pembina Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda adalah :

Memberikan pengarahan pembangunan dan pengembangan Taman Hutan Raya;


Menyusun rencana jangka panjang dan menengah;
Mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan pembangunan Taman Hutan Raya Ir. H.
Djuanda.
Anggota Badan Pembina terdiri atas Wakil Perguruan Tinggi, yaitu :
o Rektor Institut Teknologi Bandung,
o Rektor Universitas Padjadjaran Bandung, dan
o Rektor Institut Pertanian Bogor.
Selain wakil perguruan tinggi juga ditunjuk wakil tokoh masyarakat.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber


Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam
yang mempunyai fungsi untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa baik yang alami
maupun buatan, jenis asli dan atau bukan asli yang dimanfaatkan bagi kepentingan ilmu
pengetahuan, penelitian dan pendidikan serta menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan
rekreasi. Sebagai salah satu bentuk pengelolaan kawasan pelestarian alam, Taman Hutan
Raya Ir. H. Djuanda diharapkan mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga
kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis serta pelestarian pemanfaatan sumber daya
hayati dan ekosistemnya. Pemanfaatan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda secara optimal
akan memberikan pengaruh positif terhadap perlindungan plasma nutfah dan pengembangan
ekonomi masyarakat di sekitar hutan maupun cekungan Bandung pada umumnya.

Pengelolaan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda menurut Surat Keputusan Direktur
Jenderal PHPA Nomor. 129/Kpts/DJ-VI/1996 adalah pada Pemerintah Daerah (Pemda)
Tingkat I c.q. Dinas Kehutanan untuk wilayah di luar Jawa, sedangkan di Pulau Jawa
diserahkan kepada Perum Perhutani. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun
1998, tanggal 23 Juni 1998 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan di Bidang
Kehutanan Kepada Daerah, menyebutkan bahwa pengelolaan Taman Hutan Raya Ir. H.
Djuanda yang mencakup kegiatan pembangunan, pemeliharaan, pemanfaatan dan
pengembangan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda diserahkan kepada Pemda Tingkat I.

6
Dalam era otonomi daerah saat ini, sebagaimana diatur oleh Peraturan Pemerintah
Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai
Daerah Otonom, dinyatakan bahwa Pemerintah Propinsi berwenang untuk memberikan
pedoman penyelenggaraan pembentukan wilayah dan penyediaan dukungan pengelolaan
Taman Hutan Raya. Untuk mempertegas kedua peraturan pemerintah tersebut diatas maka
diterbitkan pula Keputusan Menteri Kehutanan nomor : 107/KPTS-UM/2003 tentang Tugas
Perbantuan kepada Gubernur, Bupati atau Wali Kota, berkaitan dengan pengelolaan Taman
Hutan Raya. Mengingat lokasi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda berada pada lintas wilayah
Kabupaten dan Kota, yaitu terletak di Kabupaten Bandung (Kecamatan Cimenyan dan
Kecamatan Lembang) dan Kota Bandung (Kecamatan Coblong), maka sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000, kewenangan pengelolaannya berada di Pemerintah
Propinsi Jawa Barat, dalam hal ini adalah Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Barat.

Memperhatikan hal tersebut di atas Pemerintah Propinsi Jawa Barat membentuk Balai
Pengelolaan Taman Hutan Raya yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas
Kehutanan Propinsi Jawa Barat yang secara teknis maupun administrasi bertanggung jawab
kepada Kepala Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Barat. Ketentuan tersebut tercantum dalam
Perda No. 5 Tahun 2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat
Nomor : 15 Tahun 2000 tentang Dinas Daerah Propinsi Jawa Barat.

Kronologis Peraturan Perundangan Pengelolaan Taman Hutan RayaIr. H. Djuanda

PERATURAN
No. URAIAN
PERUNDANGAN

SK. Mentan Nomor :


1. Penetapan Taman Wisata Curug Dago seluas 590 Ha
575/Kpts/Um/8/1980

Penataan Batas kawasan oleh Badan INTAG-Departemen


2. Tahun 1984
Kehutanan

3. Kepres Nomor : 3/M/1985 Penetapan Taman Wisata Curug Dago menjadi Taman

7
Hutan Raya Ir. H. Djuanda

SK. Menhut Nomor : Pengaturan Pengelolaan Taman Hutan Raya Ir. H.


4.
192/Kpts-II/1985 Djuanda

SK. Menhut Nomor : Penunjukkan Anggota Badan Pembina Taman Hutan Raya
5.
193/Kpts-II/1985 Ir. H. Djuanda, Wakil PTN dan Tokoh Masyarakat

SK. Menhut Nomor : penunjukan Anggota Badan Pembina Taman Hutan Raya
6.
107/Kpts-II/1985 Ir. H. Djuanda, Wakil PTN dan Tokoh Masyarakat

SK. Menhut Nomor :


Tentang Penyelenggaraan Tugas Pembantuan Pengelolaan
7. 107/Kpts-II/2003 tgl 24 Maret
Taman Hutan Raya oleh Gubernur atau Bupati/Walikota
2003

Perubahan Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 15 Tahun


Perda Provinsi Jawa Barat 2000 tentang Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat
8.
Nomor 5 Tahun 2002 (Terbentuknya UPTD Balai Pengelolalaan Taman Hutan
Raya)

Perda Provinsi Jawa Barat


9. Pengelolaan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda
Nomor 25 Tahun 2008

1. Petunjuk Pelaksanaan Peda Provinsi Jawa Barat


Peraturan Gubernur Jawa Nomor 25 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
10.
Barat Nomor 120 Tahun 2009 Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda

Letak dan Luas

Taman Hutan raya Ir. H. Djuanda terletak di sebelah Utara Kota Bandung Berjarak
7 km dari pusat kota, secara geografis berada 107 30BT dan 6 52LS, secara administrasi
berada di wilayah Ciburial Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung dan sebagian wilayah
masuk Desa Mekatwangi, Desa Cibodas, Desa Langensari, dan Desa Wangunharja,

8
Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat serta Kelurahan Dago Kecamatan Coblong
Kota Bandung. Berdasarkan hasil rekonstruksi tata batas Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda
pada tahun 2003 luasnya adalah 526,98 hektar.

Topografi

Sebagian besar kawasan merupakan ekosistem pinggir sungai (Riparian ecosystem),


pada umumnya kondisi lapangan miring, dengan kelerengan (slope) agak curam sampai
dengan terjal, dengan ketinggian 770 dpl sampai dengan 1350 m di atas permukaan laut.

Jenis Tanah

Unsur tanah yang terkandung di areal Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda didominasi
andosol, sebagian kecil gramasol yang peka terhadap erosi.

Hidrologi

Sumber air yang berada di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda adalah sungai
Cikapundung yang membentang sepanjang 15 km dan lebar rata-rata 8 meter dengan debit air
sekitar 3.000 m/detik. Sungai Cikapundung merupakan anak Sungai Citarum yang berhulu di
Gunung Bukit Tunggul, selain terdapat juga beberapa mata air yang bersumber dari
kelompok Hutan Gunung Pulosari.

Iklim

Iklim menurut klasifikasi Schmidt Ferguson termasuk Type B, kelembababan nisbi


udara berkisar antara 70% (siang hari) dan 90% (malam dan pagi hari), suhu berkisar antara
22 C 24 C (di lembah) dan berkisar 18 C 22 C (di puncak). Curah hujan rata-rata
pertahun 2.500 4.500 mm/tahun.

Aksesibilitas

Tahura Ir. H. Djuanda memiliki tingkat aksesibilitas yang tinggi, kawasan ini sekarang
telah bersatu dengan Kota Bandung dan dapat ditempuh dari berbagai jalur jalan, baik
melalui Jalan Dago maupun melalui Jalan Cikutra. Semua jenis kendaran bisa masuk hingga
ke pintu gerbang utama. Kondisi jalan dari pusat kota sampai dengan lokasi (pintu gerbang

9
utama) sudah beraspal dan kini dalam kondisi baik (sebelumnya rusak berat). Walaupun
demikian, jalan masuk dari Kordon ke Tahura Ir. H. Djuanda yang berjarak 500 m
dirasakan terlalu sempit, sehingga menyulitkan kendaran berpapasan. Bila menggunakan
kendaraan umum, Angkutan Kota hanya sampai Terminal Dago, selanjutnya perjalanan
diteruskan dengan kendaraan umum lain jurusan Kampus Unisba dan berhenti di Kordon.
Dari Kordon perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh 500 m. Selain dari arah
Selatan, Tahura Ir. H. Djuanda juga dapat ditempuh dari arah Utara, melalui Obyek Wisata
Maribaya-Lembang. Dari pintu gerbang ini akan dapat dilihat obyek wisata Curug Omas dan
kemudian perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki menyusur jalan setapak sepanjang 6
km menuju ke Pakar Dago.

Budaya

Penduduk asli di sekitar Taman Hutan raya Ir. H. Djuanda adalah suku sunda. Upacara
adat pada umumnya masih dilakukan terutama pada saat pernikahan dan khitanan, terdapat
beberapa kesenian seperti pencak silat, jaipongan, kecapi suling dan calung.

Struktur Organisasi

10
Sarana & Prasarana

Museum Ir. H. Djuanda

Koleksi yang terdapat di pusat informasi antara lain medali kehormatan dan photo
photo peninggaan Ir. H. Djuanda. Terdapat juga koleksi herbarium dan offset satwa
Tahura Ir. H. Djuanda serta monolith (artefak) manusia pra sejarah. Di ruangan berukuran
8 x 10 meter tersimpan benda-benda kenangan tokoh pejuang yang pada tanggal 28

11
September 1945 memimpin para pemuda mengambil-alih Jawatan Kereta Api dari
Jepang, dan kemudian disusul pengambil-alihan Jawatan Pertambangan, Kotapraja,
Keresidenan dan obyek-obyek militer di Gudang Utara, Bandung.

Terdapat bermacam-macam penghargaan yang diterima pahlawan nasional kelahiran


Tasikmalaya ini yang tersimpan di dalam museum. Mulai dari piagam penghargaan dari
pemerintah RI dan negara-negara asing, hingga medali, kancing, dan wings dari berbagai
negara seperti Rusia, Thailand dan Malaysia. Terdapat juga foto Pak Djuanda berukuran
besar di dalam museum. Disamping itu ada juga koleksi herbarium dan offset satwa serta
artefak purbakala.

Guest House

Penginapan disediakan bagi wisatawan yang ingin menginap di kawasan Taman


Hutan Raya Ir. H. Djuanda dan untuk menunjang berbagai kegiatan yang diadakan selama
berada di kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda. Untuk kenyamanan selama
melakukan kunjungan di kawasan Tahura maka anda bisa menggunakan fasilitas
penginapan ini sesuai dengan lama kunjungan yang dilaksanakan. Untuk membooking
penginapan, wisatawan bisa menghubungi pihak pengelola kawasan Taman Hutan Raya
Ir. H. Djuanda. Suasana yang tenang dan segar di pagi hari bisa anda rasakan bila
menginap disini dan anda pun serasa benar-benar menyatu dengan alam.

Panggung Terbuka

Bila kita ingin menikmati suguhan pertunjukan dan atraksi seni dapat kita temukan di
panggung terbuka (open stage) pada waktu-waktu tertentu. Bangunan kokoh ini
berukuran 250 M, letaknya strategis dilengkapi balkon yang mampu menampung 400
orang. Suasana terbuka dan rileks dikelilingi pohon rimbun dan udaranya yang sejuk,
membuat siapapun betah ingin berlama-lama menikmati setiap sajian yang ditampilkan.
Untuk orang-orang yang memiliki kreatifitas seni, stage ini dapat digunakan sebagai
tempat menuangkan inspirasi atau untuk memamerkan hasil karya seni yang bercita rasa
tinggi. Bagi mereka yang ingin merayakan pesta kebun dengan suasana lain dari biasanya,
udara yang segar, penataan dengan penuh sentuhan seni yang berselera tinggi makan
panggung terbuka ini akan menjelma seakan berada di negeri dongeng.

Tempat Persinggahan

12
Bagi wisatawan yang ingin berekspresi atau sekedar menghilangkan rasa lelah dan
dahaga ataupun memanjakan lidah dengan makanan dan minuman yang dibawanya, akan
terasa nikmat jika beristirahat di shelter-shelter yang berada di kawasan yang bernuansa
alami ditambah lagi dengan kicauan burung dan dikelilingi pepohonan menjulang tinggi.
Shelter ini bisi digunakan saat anda merasa lelah ketika jalan-jalan mengelilingi area
kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, anda bisa beristirahat hanya untuk
melemaskan otot-otot yang tegang karena capai setelah berkeliling atau hanya sekedar
duduk sambil menikmati segarnya udara yang dihasilkan oleh pepohonan yang berada di
sekitarnya.

Arena Bermain Anak

Bagi wisatawan yang datang bersama keluarga, Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda
menyediakan tempat bermain hampir di setiap objek wisata. Khusus untuk anak-anak,
letaknya tidak jauh dari plaza monumen Ir. H. Djuanda. Taman bermain anak-anak yang
baik dan nyaman mengingatkan kita akan masa kanak-kanak yang penuh keceriaan dan
keriangan, dipadu dengan keakraban keluarga. Di taman ini juga anak-anak bisa diajak
bermain sambil belajar, dengan fasilitas permainan ayunan, perosotan, jungkitan dan lain-
lain.

Jogging Track

Jogging track di kawasan Tahura Ir. H. Djuanda ini sangat baik digunakan untuk
olahraga atau pun hanya sekedar berjalan santai sambil menyusuri jalan setapak disisi
sungai di dalam kawasan Tahura sampai dengan menuju Puncak Bukit Pakar sejauh
kurang lebih 5 km. Dengan udara yang masih sangat segar, dan rerimbunan pohon
pohon serta kondisi jogging track yang telah dipasangi paving blok dengan rute yang
turun naik menuju ke Maribaya, akan sangat menyenangkan bagi kita untuk berolahraga
di dalam kawasan Taman Hutan Raya ini.

Track Sepeda

Track sepeda di kawasan Tahura Ir. H. Djuanda ini sangat nhaman untuk wisatawan
yang ingin bersepeda. Dengan udara yang sangat segar, dikelilingi pemandangan indah,
dan rerimbunan pohon-pohon yang rindang.

13
Sarana Outbond

Dengan semakin banyaknya rutinitas pekerjaan, ketatnya persaingan ditambah dengan


tingkat polusi daerah perkotaan yang semakin tinggi, mengakibatkan kelelahan fisik
maupun mental yang terakumulasi menjadi kebosanan hingga tingkat stress yang
membebani setiap orang, atau untuk membangun karakter team yang kuat dalam suatu
komunitas dan atau pekerjaan yang membutuhkan tingkat kerjasama yang tinggi. Untuk
melepaskan diri dari segala ketegangan dan kepenatan serta membangun team building
yang kuat dalam kebersamaan dan saling percaya antar anggota komunitas atau
pekerjaan, maka setiap orang membutuhkan waktu jeda dan mengistirahatkan fisik
maupun mental dengan kegiatan di luar kantor, khususnya dengan aktifitas outbond /
team building serta menghirup udara segar di tengah rimbunnya pepohonan Taman Hutan
Raya Ir. H. Djuanda yang masih asri dan terjaga dengan baik.

Area Paintball

Arena Paintball ini sangat cocok untuk wisatawan yang ingin membangun karakter
team dalam suatu pekerjaan atau komunitas dengan cara yang lebih unik dan menantang.

Bumi Perkemahan

Sebagai sarana pengenalan dan pembelajaran untuk lebih mencintai alam bagi kita
semua, maka Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda menyiapkan area bumi perkemahan yang
saat ini sedang dalam tahap persiapan beberapa fasilitas umum dengan tidak
mengesampingkan tujuan konservasi dan perlindungan kawasan. Dengan area yang tidak
jauh dari Tebing Keraton, area perkemahan ini dilengkapi beberapa fasilitas diantaranya:

Area Perkemahan

Musholla

WC Umum

Menara Pengawas

14
2.1.2 Kondisi di Lapang

Lokasi

Kawasan Tahura Ir. H. Djuanda terletak 7 km disebelah utara Kota Bandung dan dapat
dimasuki dari berbagai jurusan :

Melalui Terminal Dago Bandung berkisar 2 Km dengan kondisi jalan telah


dihotmix, dapat ditempuh memakai kendaraan roda dua, roda empat dan bis.
Melalui Jalan Cimbuleuit Punclut berkisar 6 Km dengan kondisi jalan kampung
masih tanah, dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua trail.

Melalui Lembang Maribaya berkisar 4 Km dengan kondisi jalan telah dihotmix


dapat ditempuh memakai kendaraan roda dua, roda empat dan bis.

Tarif Sewa Fasilitas

Biaya dan tarif masuk maupun sewa dan atau pemanfaatan fasiltas di Kawasan Taman
Hutan Raya Ir. H. Djuanda adalah tarif yang berlaku berdasarkan :

Lampiran II Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat

Nomor : 25 Tahun 2008

Tanggal : 31 Desember 2008

Tentang : Pengelolaan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda

Tarif Retribusi Jasa Umum

No. Jenis Retribusi Tarif Keterangan


A. Retribusi Jasa Umum
1. Pengunjung
a. Pengunjung Nusantara Rp 11.000: /
. orang/hari

15
Rp /
b. Pengunjung Mancanegara 76.000;
. orang/hari

2. Kegiatan Penelitian
a. Peneliti Nusantara
Rp
<1 bulan 100.000; /orang
.
Rp
1 bulan s/d 6 bulan 150.000; /orang
.
Rp
7 bulan s/d 12 bulan 250.000; /orang
.

b. Peneliti Mancanegara
Rp
<1 bulan 5.000.000; /orang
.
Rp 10.000.000
1 bulan s/d 6 bulan /orang
. ;
Rp 15.000.000
7 bulan s/d 12 bulan /orang
. ;

c. Mahasiswa / Siswa
Indonesia
Rp Tarif Peneliti
Mahasiswa/Siswa 0% /orang
. Nusantara

Tarif Kegiatan Pelatihan

No. Jenis Retribusi Tarif Keterangan


3. Kegiatan Latihan
a. 1 s/d 2 hari Rp. 50.000; /hari
b. 3 s/d 7 hari Rp. 100.000; /hari
c. >7 hari Rp. 150.000; /hari

16
Tarif Kegiatan Mengambil Gambar / Snapshoot

No. Jenis Retribusi Tarif Keterangan


4. Kegiatan Mengambil Gambar / Snapshoot
a. Film Komersial Rp. 5.000.000; /hari
b. Video Komersial Rp. 2.000.000; /hari
c. Foto Komersial Rp. 50.000; /hari

Tarif Kegiatan Outbond, Flying Fox, Berkemah, Tracking & Lainnya

No. Jenis Retribusi Tarif Keterangan


5. Kegiatan Outbond, Flying Fox, Paint Ball, Berkemah, Tracking & Olahraga
a. Wisatawan Nusantara Rp. 20.000; /orang/hari
b. Wisatawan Mancanegara Rp. 100.000; /orang/hari

Tarif Retribusi Kendaraan

No. Jenis Retribusi Tarif Keterangan


6. Sepeda
a. Sepeda Rp. 2.500; /buah/hari

7. Kendaraan Bermotor
a. Roda 2 Rp. 5.000; /buah/hari
b. Roda 4 Rp. 10.000; /buah/hari
c. Roda 6 atau lebih (Bis/Truk) Rp. 20.000; /buah/hari

Tarif Retribusi Perijinan Tertentu

No. Jenis Retribusi Tarif Keterangan


B. Retribusi Perijinan Tertentu
1. Ijin Usaha Wisata Alam Rp 350.000.000 Pembayaran harus dilunasi
. selambat-lambatnya 30 (tiga
puluh) hari kerja setelah

17
diterimanya Surat Keterangan
Retribusi Daerah (SKRD)

Ijin Usaha Pemanfaatan Pembayaran harus dilunasi


Kawasan Untuk Kegiatan selambat-lambatnya 30 (tiga
Rp
2. Penangkaran Jenis 100.000.000; puluh) hari kerja setelah
.
Tumbuhan Dan Atau Satwa diterimanya Surat Keterangan
Liar Retribusi Daerah (SKRD)

3. Ijin Usaha Jasa Lingkungan


a. Pemanfaatan Jasa Lingkungan Air
Pembayaran harus dilunasi
selambat-lambatnya 30 (tiga
Rp
Pemanfaatan Air 500.000.000 puluh) hari kerja setelah
.
diterimanya Surat Keterangan
Retribusi Daerah (SKRD)
Pembayaran harus dilunasi
selambat-lambatnya 30 (tiga
Rp
Pemanfaatan Aliran Air 100.000.000; puluh) hari kerja setelah
.
diterimanya Surat Keterangan
Retribusi Daerah (SKRD)

Pembayaran harus dilunasi


b. Pemanfaatan Jasa selambat-lambatnya 30 (tiga
Rp
Lingkungan Perdagangan 100.000.000; puluh) hari kerja setelah
.
Karbon diterimanya Surat Keterangan
Retribusi Daerah (SKRD)

c. Pemanfaatan Jasa Lingkungan Biofamaka (Yang Tidak Dilindungi Undang-


Undang)
Perusahaan Join Asing dan Rp 250.000.000 Pembayaran harus dilunasi
Lokal . selambat-lambatnya 30 (tiga
puluh) hari kerja setelah
diterimanya Surat Keterangan
Retribusi Daerah (SKRD)

18
Pembayaran harus dilunasi
selambat-lambatnya 30 (tiga
Rp 150.000.000
Perusahaan Dalam Negeri puluh) hari kerja setelah
. ;
diterimanya Surat Keterangan
Retribusi Daerah (SKRD)

Tarif Retribusi Jasa Usaha Penyewaan Fasilitas Pengunjung

No. Jenis Retribusi Tarif Keterangan


Retribusi Jasa Usaha Jasa Penyewaan atau Penggunaan Fasilitas Pengunjung
B.
Pariwisata Alam Dan Peneliti
a. Pondok Tamu Rp. 250.000; /pondok/hari
b. Ruang Pertemuan Rp. 300.000; /ruang/hari
c. Pondok Peneliti Rp. 100.000; /unit/hari
d. Peralatan Camping Rp. 20.000; /unit/hari
e. Peralatan Lainnya Rp. 20.000; /unit/hari
f. Sewa Kios Rp. 100.000; /bulan
g. Panggung Terbuka Rp. 300.000; /unit/hari
h. Sarana Olahraga Rp. 50.000; /unit/hari
i. Plaza Rp. 300.000; /unit/hari

Pintu Masuk

Pintu masuk tahura terdiri dari 5 gerbang, yaitu:

Pintu Masuk I di Pakar Dago ditempuh dari arah terminal Dago.


Pintu Masuk II di Pakar Dago ditempuh dari arah terminal Dago.
Pintu Masuk Ill di Kolam Pakar ditempuh dari arah PLTA Bengkok dan atau dari
Tangga Seribu/Curug Dago.
Pintu Masuk IV di Maribaya ditempuh dari arah Lembang.

Atraksi Wisata

Selain hutan alaminya dan untuk berolah-raga lintas alam THR Djuanda juga terdapat
objek wisata lainnya:

19
Monumen Ir. H. Djuanda
Karena begitu besarnya jasa-jasa yang Beliau berikan untuk bangsa Indonesia,
maka dibuatkanlah Monumen sesuai dengan nama Beliau untuk mengenang seluruh
perjuangannya bagi bangsa ini. Di area ini banyak pengunjung yang sengaja
mengabadikan kunjungannya ke Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda dengan berfoto di
depan monumen Beliau.

Museum Ir. H. Djuanda


Salah satu obyek wisata menarik di Dago Pakar, Taman Hutan Raya Ir. H.
Djuanda, adalah bangunan Pusat Informasi dan Museum Taman Hutan Raya Ir. H.
Djuanda. Museum tersebut didirikan diantaranya untuk mengenang Ir. H. Djuanda
Kartawidjaja, seorang tokoh asal Tanah Pasundan dan juga seorang pahlawan
nasional.

Curug Dago
Alkisah, ada dua raja Thailand berkunjung ke Bandung yang menurut catatan
sejarah terjadi tahun 1818. Kedua orang raja ini begitu terpesona dengan keindahan
curug ini sehingga mereka membuat dua prasasti batu tulis untuk mengenang
keberadaan mereka di Bandung. Kedua raja itu adalah Raja Rama V (Raja
Chulalonkorn) dan Raja Rama VII (Pradjathipok Pharaminthara) dari dinasti Chakri
yang pernah berkunjung ke Curug Dago.
Air terjun Curug Dago memiliki ketinggian terjunan air sekitar 12 m dan
berada di ketinggian sekitar 800 m di atas permukaan laut. Curug ini terbentuk dari
aliran sungai Cikapundung yang mengalir dari Maribaya memasuki kota Bandung.
Curug Lalay
Curug yang terletak di wilayah Cimahi ini dinamakan Curug Lalay karena
memang banyak sekali lalay (kelelawar) ditemukan di sekitar air terjun. Sebagai salah
satu curug di kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, Curug Lalay terkenal
dengan kondisi alamnya yang masih asri. Terletak di ketinggian 1.800 meter diatas
permukaan laut, Curug Lalay merupakan tempat tujuan wisata yang sangat sejuk.
Curug ini memiliki ketinggian sekitar 30 m saja dan tersembunyi di dalam
lembah. Di sisi kiri curug terdapat sebuah cerukan yang menyerupai goa. Disinilah
kelelawar-kelelawar itu banyak ditemukan.

Curug Omas
Curug Omas berada di dalam Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Juanda di
lokasi wisata Maribaya. Curug ini memiliki ketinggian terjunan air sekitar 30 meter

20
dengan kedalaman 10 m yang berada di aliran sungai Cikawari. Di atas air terjun ini
terdapat jembatan yang dapat digunakan untuk melintas dan melihat air terjun dari
posisi atas. Dari atas jembatan ini akan terlihat bentangan dasar sungai yang
merupakan pertemuan dua aliran sungai Cikawari dan Cigulun yang nantinya menjadi
daerah Aliran Sungai (DAS) Cikapundung Hulu. Aliran ini mengalir dan berbelok
membelah kawasan Tahura tersebut. Selain Curug Omas di aliran sungai ini terdapat
pula Curug Cigulung, Curug Cikoleang dan Curug Cikawari yang masing-masing
berketinggian sekitar 15 m, 16 m dan 14 m. Ketiga curug ini dikenal dengan sebutan
Curug Maribaya.

Goa Belanda
Bandung, terdapat dua buah gua bersejarah. Dua buah goa yang hanya
terpisahkan jarak kurang lebih 400 meter tersebut memiliki nama yang disesuaikan
dengan negara penjajah yang berkuasa saat gua tersebut di bangun. Goa Belanda yang
dibangun pada tahun 1918 memiliki umur yang sedikit lebih tua dibandingkan adik-
nya Goa Jepang yang baru dibangun pada tahun 1942. Di Goa Belanda terdapat
sekitar 15 lorong dan beberapa ruangan seperti Ruang Kamar untuk tempat istirahat /
tidur para Tentara Belanda, Ruang Interogasi untuk para tahanan, Penjara atau Ruang
Tahanan.

Goa Jepang
Tanggal 10 Maret 1942 dengan resmi angkatan Perang Hindia Belanda dengan
pemerintah sipilnya menyerah tanpa syarat kepada Bala tentara Kerajaan Jepang
dengan upacara sederhana di Balai Kota Bandung. Setelah upacara Panglima Perang
Hindia Belanda Letnan Jendral Ter Poorten dan Gubernur Jendral Tjarda Van
Starkenborgh ditawan di Mansyuria sampai perang dunia II selesai. Konon
pembangunan Goa ini dilakukan oleh para tenaga kerja secara paksa yang pada saat
itu disebut romusa atau nala karta Goa tambahan ini yang terdapat di daerah
perbukitan Pakar tepatnya berada dalam wilayah Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda
mempunyai 4 pintu dan 2 saluran udara.

Prasasti Batu Raja Thailand


Alkisah, ada dua Raja Thailand berkunjung ke Bandung yang menurut catatan
sejarah terjadi tahun 1818. Kedua orang raja ini begitu terpesona dengan keindahan

21
curug ini sehingga mereka membuat dua prasasti batu tulis untuk mengenang
keberadaan mereka di Bandung. Kedua raja itu adalah Raja Rama V (Raja
Chulalonkorn) dan Raja Rama VII (Pradjathipok Pharaminthara) dari dinasti Chakri
yang pernah berkunjung ke Curug Dago.

Tebing Keraton
Tebing Karaton merupakan sebuah tebing yang berada di dalam kawasan
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda tepatnya berada di Kampung Ciharegem Puncak,
Desa Ciburial, Bandung Jawa Barat. Tebing Keraton memiliki pemandangan alam
yang sangat eksotis baik pada saat matahari terbit maupun terbenam.

Restoran

Restoran di kawasan Tahura ini sudah mulai mengalami perkembangan yang cukup baik,
disana sudah memiliki 4 restoran yang sudah terkonsep dengan baik dan menarik untuk para
wisatawan yang di antaranya adalah

1. Armor Kopi - The Art and Passion of Coffe


2. Warung INUL
3. Waroeng Pinus
4. Caf DPakar

Transportasi

Untuk para wisatawan yang ingin mendatangi TAHURA menggunakan kendaraan umum,
akan cukup mengalami kesulitan karena tidak adanya kendaraan umum yang sampai tepat di
depan pintu masuk TAHURA. Mereka harus berjalanan kaki dengan jarak kurang lebih 1km
dengan keadaan jalan yang sedikit menanjak. Fasilitas transportasi pada saat ini masih sangat
harus di ditingkatkan dan dikembangkan berhubung banyaknya jumlah wisatawan yang
menggunakan kendaraan umum.

Pemandu Wisata

Taman hutan raya ini bekerjasama dengan pemandu wisata, hanya pemandu wisata ini
akan anda jumpai jika telah membooking untuk acara-acara tertentu seperti kegiatan
outbound, flying fox, dsb. Sementara untuk wisatawan umum mereka hanya mengetahui
informasi dari papan-papan yang sudah disediakan.

22
Hotel

Untuk fasilitas hotel di kawasan TAHURA ini sangat minim, bahkan sangat
disayangkan karena tidak ada sama sekali penginapan yang menarik untuk para wisatawan
yang berasal dari luar kota. Disana hanya ada Guest House yang berukuran kecil dan sangat
sederhana.

Tempat Shopping

Yang masih sangat kurang dari kawasan ini adalah tempat shopping, tidak adanya
tempat shopping yang memadai untuk para wisatawan yang ingin mencari oleh-oleh khas
TAHURA. Yang tersedia disana hanya pedagang-pedagangan emperan yang menggelar
dagangannya di dekat pintu masuk. Belum adanya kerjasama untuk membangun tempat
shopping ini.

23
2.2 Analisis SWOT

STRENGTH WEAKNESS

24
a. Memiliki berbagai jenis flora yang a. Tidak adanya tempat shopping.
b. Tidak adanya produk yang
salah satunya adalah tanaman langka
mencirikan ( Khas ) daerah wisata
yaitu bunga bangkai.
b. Memiliki museum sejarah yang dapat tersebut.
c. Fasilitas toilet dan mushola sangat
memberikan edukasi kepada wisataan
kumuh dan terbatas.
terhadap sosok Ir.H.Djuanda.
d. Infrastruktur kurang baik.
c. Memiliki banyak atraksi wisata yang
e. Hotel atau penginapan sangat minim
dapat digunakan oleh wisatawan f. Tidak adanya transportasi umum
d. Terdapat beberapa cafe dengan konsep
untuk menuju ketempat wiasta.
nature yang unik. g. Penataaan pedagang kaki lima tidak
e. Memiliki lahan parkir yang luas
rapi.
f. Adanya information centre yang dapat
h. Sangat terbatasnya tempat sampah,
membantu wisatawan untuk
sehingga membuat area wisata
mendapatkan informasi.
kumuh dan kotor.
i. Tidak adanya pemandu wisata

OPPORTUNITIES THREAT
a. Berada di lokasi yang strategis atau a. Semakin banyaknya wisata alam baru
poternsial untuk dapat berkembang yang cukup menarik seperti wisata
secara pesat. alam Lembang, Pangalengan.
b. Berada di dataran tinggi, sangat cocok b. Kurangnya kepedulian pemerintah
untuk wisataan yang mencari dalam mengembangkan kawasan
ketenangan dan keindahan alam. wisata tersebut
c. Dapat menambah atraksi wisata lain c. Kerusakan area wisata karena
dengan bekerjasama dengan pihak longsor, dsb
d. Kurangnya kerjasama dengan pihak
lain, seperti (atraksi naik
luar ( swasta ) yang menyebabkan
kambing,gajah ).
d. Menggunakan teknologi dalam sulit untuk berkembang
e. kurangnya penggunaan teknologi
mengelola kawasan wisata tersebut
dalam mengelola kawasan wisata
agar lebih efektif dan efisien.
e. Dapat dimanfaatkan Sebagai wadah tersebut.
masyarakat sekitar untuk mengenalkan
budaya setempat.

25
2.3 Landasan Teori Manajemen Pariwisata

Pengertian Pariwisata
Bila dilihat dari segi etimologinya, kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta
yang terdiri dari dua suku kata, yaitu pari berarti berkeliling, berputar-putar, berkali-kali, dari
dan ke. Dan kata wisata berarti berpergian, perjalanan, yang dalam hal ini bersinonim dengan
kata travel. Dengan demikian pengertian pariwisata yaitu perjalanan berkeliling ataupun
perjalanan yang dilakukan berkali-kali, berputar-putar dari suatu tempat ke tempat lain
ataupun suatu perjalanan yang sempurna.

1. Pengertian Pariwisata Secara Umum


Merupakan suatu perjalanan yang dilakukan seseorang untuk sementara waktu yang
diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan meninggalkan tempat semula
dan dengan suatu perencanaan atau bukan maksud untuk mencari nafkah di tempat yang
dikunjunginya, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan atau rekreasi
untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
2. Pengertian Pariwisata Secara Teknis
Merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau berkelompok dalam wilayah
negara sendiri maupun negara lain dengan menggunakan kemudahan jasa atau pelayanan dan
faktor-faktor penunjang serta kemudahan-kemudahan lainnya yang diadakan oleh
pemerintah, dunia usaha dan masyarakat agar dapat mewujudkan keinginan wisatawan.

3. Pariwisata Menurut Prof. Salah Wahab


Pariwisata adalah suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat
pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri atau di luar
negeri (meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain) untuk mencari kepuasan yang
beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya dimana ia memperoleh pekerjaan
tetap.
4. Pariwisata Menurut Prof.K. Krapt dan Prof. Hunziker
Pariwisata adalah keseluruhan dari gejala-gejala yang ditimbulkan dari perjalanan dan
pendiaman orang-orang asing serta penyediaan tempat tinggal sementara, asalkan orang asing

26
itu tidak tinggal menetap dan tidak memperoleh penghasilan dari aktivitas yang bersifat
sementara.
Pramuwisata
Sesuai dengan Keputusan Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi No. KM
82/PW.102/MPPT-88 tentang pariwisata, maka Pramuwisata adalah seseorang yang bertugas
memberikan bimbingan penerangan dan petunjuk tentang objek wisata serta membantu
segala sesuatu yang diperlukan wisatawan. Pramuwisata dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
1. Pramuwisata Muda yang bertugas pada suatu daerah Tingkat II di dalam wilayah
daerah tingkat I tempat sertifikat diberikan.
2. Pramuwisata Madya yang bertugas didalam wilayah daerah Tingkat I tempat
sertifikata diberikan.

Pengertian Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata


Menurut UU No. 9 Tahun 1990 Bab III Pasal IV tentang kepariwisataan menjelaskan
perbedaan antara objek dan daya tarik wisata adalah :
1) Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan
alam serta flora dan fauna, seperti : pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba
dengan tumbuhan hutan tropis serta binatang-binatang langka.
2) Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan
purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, pertanian (wisata agro), wisata tirta (air),
wisata petualangan, taman rekreasi, dan tempat hiburan lainnya.
3) Sasaran wisata minat khusus, seperti : berburu, mendaki gunung, gua, industri dan
kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-tempat ibadah, tempat-tempat
ziarah, dan lain-lain.

Dalam kepariwisataan faktor manfaat dan kepuasan wisatawan berkaitan


dengan Tourism Resourchdan Tourist Service. Objek dan atraksi wisata adalah segala sesuatu
yang ada di daerah tujuan wisata yang mempunyai daya tarik tersendiri yang mampu
mengajak wisatawan berkunjung. Hal-hal yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung
ke daerah tujuan wisata antara lain :
1) Natural Amenities, adalah benda-benda yang sudah tersedia dan sudah ada di alam.
Contoh; iklim, bentuk tanah, pemandangan alam, flora dan fauna, dan lain-lain.
2) Man Made Supply, adalah hasil karya manusia seperti benda-benda bersejarah,
kebudayaan, dan religi.
3) Way of Life, adalah tata cara hidup tradisional, kebiasaan hidup, adat-istiadat seperti
pembakaran mayat di Bali, upacara sekaten di Jogjakarta.

27
4) Culture, adalah kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat yang tinggal di daerah
objek wisata.
Tourist Service adalah segala fasilitas yang digunakan dan aktifitas yang dilakukan
dimana pengadaannya disediakan oleh perusahaan lain secara komersial. Untuk dapat
menjadi suatu daerah tujuan wisata yang baik maka kita harus mengembangkan tiga hal
yaitu :
1) Something to see, adalah segala sesuatu yang menarik untuk dilihat.
2) Something to buy, adalah segala sesuatu yang menarik atau mempunyai ciri khas
tersendiri untuk dibeli.
3) Something to do, yaitu suatu aktivitas yang dapat dilakukan di tempat tersebut.

Pengertian Sarana dan Prasarana Pariwisata


Komponen-komponen yang termasuk ke dalam sarana dan prasarana yaitu
1. Produk yang nyata (Tangible Product) terdiri dari :
Prasarana wisata adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana
kepariwisataan dapat hidup dan berkembang serta dapat memberikan pelayanan
kepada wisatawan untuk dapat memenuhi kebutuhan selama dalam perjalanan.
Misalnya jaringan jalan, sarana pelabuhan (udara, laut, darat), telekomunikasi,
jaringan listrik, air bersih, rumah sakit dan lain sebagainya. Sarana produk
kepariwisataan yaitu semua bentuk perusahaan yang dapat memberikan pelayanan
kepada wisatawan. Misalnya :
a. Di bidang usaha jasa pariwisata, seperti : biro perjalanan wisata, agen
perjalanan wisata, pramuwisata, konvensi, perjalanan insentif dan pameran,
konsultan pariwisata, informasi pariwisata.
b. Di bidang usaha sarana pariwisata, yang terdiri dari : akomodasi, rumah makan,
bar, angkutan wisata dan sebagainya.
2. Intangible Product (produk yang tidak nyata)
Pelayanan yang dimaksud dalam hal ini adalah sumber daya manusia yang
bergelut dalam industri pariwisata dan pengetahuan teknik tentang pelayanan terhadap
wisatawan. Dan sapta pesona yang terdiri dari 7 K (keamanan, ketertiban, kebersihan,
keindahan, kesejukan, keramah tamahan, kenangan) yang semuanya dilaksanakan
secara total.

Sapta Pesona Wisata


Sapta pesona adalah unsur yang penting dalam mengembangkan suatu objek wisata.
Citra dan mutu pariwisata di suatu daerah atau objek wisata pada dasarnya ditentukan oleh

28
keberhasilan dalam perwujudan sapta pesona daerah tersebut. Sapta pesona merupakan tujuh
kondisi yang harus diwujudkan dan dibudayakan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari
sebagai salah satu upaya untuk memperbesar daya tarik dan daya saing pariwisata Indonesia.
Unsur-unsur sapta pesona tersebut adalah :
1. Keamanan adalah suatu kondisi dimana wisatawan dapat merasa aman, yang artinya
keselamatan jiwa dan fisik.
2. Ketertiban adalah kondisi yang mencerminkan suasana yang teratur, rapi dan lancar
serta menunjukkan disiplin yang tinggi dalam semua segi kehidupan masyarakat.
3. Kebersihan adalah keadaan/kondisi lingkungan yang menampilkan suasana bebas dari
kotoran, sampah, limbah, penyakit dan pencemaran.
4. Kesejukan adalah suasana yang memberikan kesejukan, nyaman, tenteram, rapi,
dengan adanya penghijauan.
5. Keindahan adalah keadaan atau suasana yang menampilkan lingkungan yang menarik
dan sedap dipandang mata.
6. Keramah tamahan adalah suatu sikap dan perilaku seseorang yang menunjukkan
keakraban, sopan, suka membantu, suka tersenyum dan menarik hati.
7. Kenangan adalah kesan yang melekat dengan kuat pada ingatan dan perasaan
seseorang yang disebabkan oleh pengalaman yang diperolehnya.
Untuk mewujudkan sapta pesona tersebut maka perlu dilakukan kebijakan yakni dengan
memberikan pengertian kepada semua lapisan masyarakat dan dunia usaha, bahwa sapta
pesona merupakan hal yang sangat penting dalam mengembangkan suatu objek wisata.

Industri Pariwisata Budaya


1. Pengertian Industri Pariwisata

a. Menurut W. Hunzieker
Industri Pariwisata adalah Tourism enterprises are all business entities wich, by
combining various means of production, provide goods and services of a specially
tourist nature . Maksudnya industri pariwisata adalah semua kegiatan usaha yang
terdiri dari bermacam-macam kegiatan produksi barang dan jasa yang diperlukan para
wisatawan.
b. Menurut Damarji
Industri Pariwisata adalah rangkuman dari berbagai bidang usaha yang secara
bersama-sama menghasilkan produk-produk dan service yang nantinya secara
langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanan.
2. Pengertian Produk Wisata
Menurut batasan ini produk wisata adalah semua bentuk pelayanan yang dinikmati
wisatawan dari ia berangkat meninggalkan tempat tinggalnya hingga ia kembali pulang.

29
Adapun unsur-unsur dari produk wisata yang merupakan suatu paket yang tidak terpisah,
yaitu :
a. Tourist objects yang terdapat pada daerah-daerah tujuan wisata yang menjadi daya
tarik orang-orang untuk datang berkunjung ke daerah tersebut.
b. Fasilitas yang diperlukan di tempat tujuan tersebut, seperti : akomodasi, restoran, bar,
entertainment dan rekreasi.
c. Transportasi yang menghubungkan negara asal wisatawan dengan daerah tujuan
wisatawan seperti transportasi di tempat tujuan ke objek-objek wisata.

Ciri-ciri produk pariwisata adalah sebagai berikut :


a. Hasil atau produk pariwisata tidak dapat dipisahkan.
b. Calon konsumen tidak dapat mencicipi produk yang akan dibeli.
c. Hasil atau produk wisata tidak dapat ditimbun.
d. Hasil atau produk wisata banyak tergantung pada tenaga manusia.
e. Hasil atau produk wisata tidak mempunyai standar atau ukuran yang objektif.
f. Peranan perantara tidak diperlukan kecuali travel agent atau tour operator.
g. Dari segi kepemilikan usaha penyediaan produk wisata memerlukan biaya yang
besar, resiko tinggi dan permintaan sangat peka.

Produk pariwisata merupakan suatu susunan produk yang terpadu, yang terdiri dari
objek wisata, atraksi wisata, transportasi, akomodasi dan hiburan dimana setiap unsur
dipersiapkan oleh setiap perusahaan dan ditawarkan secara terpisah.

Syarat Suatu Objek Wisata dapat Dikembangkan


Layaknya suatu objek wisata dapat dikembangkan, apabila memiliki syarat-syarat
sebagai berikut yaitu :
1) Attraction adalah segala sesuatu yang menjadi ciri khas atau keunikan dan menjadi
daya tarik wisatawan agar mau datang berkunjung ketempat wisata tersebut. Atraksi
wisata terdiri dari 2 yaitu :
a) Site Attraction, yaitu daya tarik yang dimiliki oleh objek wisata semenjak
objek itu ada.
b) Event Attraction, yaitu daya tarik yang dimiliki oleh suatu objek wisata setelah
dibuat manusia.
2) Accessbility, yaitu kemudahan cara untuk mencapai tempat wisata tersebut.
3) Amenity, yaitu fasilitas yang tersedia didaerah objek wisata seperti akomodasi dan
restoran.
4) Institution, yaitu lembaga atau organisasi yang mengolah objek wisata tersebut.

Motif Perjalanan Wisata

30
Motif seseorang dalam melakukan suatu perjalanan wisata adalah untuk melepaskan
diri dari rasa jenuh/bosan terhadap suatu kegiatan/rutinitas. Dan kegiatan ini merupakan suatu
cara alternatif yang dilakukan seseorang untuk melepaskan dirinya dari rasa jenuh tersebut
dengan tujuan untuk bersenang-senang.

2.4 Upaya-upaya yang dilakukan pihak pengelola dalam memberdayakan masyarakat


disekitar Kawasan wisata Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda Bandung

Memberdayakan masyarakat adalah upaya meningkatkan harkat martabat lapisan


masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan diri dari perangkat
kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan
dan memandirikan masyrakat. (Kartasasmita 1996: 146).

Upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh pihak pengelola dalam memberdayakan


masyarakat sekitar adalah, yaitu :
Menjadikan warga sekitar sebagai pemandu wisata di tempat tersebut. Pengelola dapat
memberikan pelatihan untuk masyarakat yang akan dijadikan sebagai pemandu
wisata, dengan tersebut warga sekitar dapat memberikan kontribusi dalam
mengembangkan tempat tersebut, sehingga kedua pihak mendapatkan keuntungan
Menjadikan warga sekitar menjadi seksi keamanan atau juru parkir di tempat tersebut.
Memberikan peluang kepada masyarakat untuk membuka usahanya di tempat
tersebut.
Menjadikan warga sekitar sebagai tim kebersihan.
Dengan beberapa upaya yang telah dijelaskan di atas, semoga hal itu dapat membantu
warga sekitar dalam mendapatkan suatu pekerjaan, sehingga kehidupan mereka dapat sedikit
terbantu atas adanya pemberdayaan masyarakat oleh pihak wisata tersebut.
Konsep diatas juga diperkuat dengan konsep lain yang dijelaskan oleh Notoatmojo.
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi dan memelihara,
melindungi dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. (Notoatmodjo, 2007 : 65)

31
Artinya pentingnya menumbuhkan kesadaran masyarakat dan meningkatkan
Kesejahteraan masyarakat dalam pemberdayaan yang dilakukan. Indikator keberhasilan
pemberberdayaan dapat diukur karena hal demikian merupakan tujuan dan hasil yang
diharapkan dalam sebuah pemberdayaan masyarakat.

2.5 Strategi pengembangan kawasan wisata di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda

Dalam melakukan pengembangan aktivitas wisata di TAHURA Djuanda diperlukan batasan


pengembangan yang harus dipenuhi, sehingga pengembangan yang dilakukan dapat sesuai
fungsi dari TAHURA Djuanda.berikut batasan pengembangan yang harus dipenuhi :

a. Pengembangan harus berwawasan lingkungan


Harus dicapai suatu keseimbangan antara kebutuhan aktivitas wisata dengan kemampuan
lingkungan sekitar alam pengembangan aktivitas wisata di TAHURA Djuanda.
Pengembangan yang dilakuakan tidak boleh mendegradasikan sumber daya yang ada serta
ramah lingkungan.

b. Pengoptimalan pengalaman pengunjung


Pengembangan aktivitas wisata yang baik dapat memberikan pengalaman yang baik pula
terhadap pengunjung, dimana aktivitas tersebut selain dapat bermuatan wisata dan rekreasi
juga dapat memiliki nilai-nilai yang dapat menciptakan apresiasi pengunjung terhadap
perlindungan dan pelestarian kawasan serta meningkatkan kesadaran dan kecintaan terhadap
sumberdaya.

c. Keterlibatan masyarakat sekitar


Pengembangan aktivitas wisata di TAHURA Djuanda sedapat mungkin dapat memberikan
keuntungan ekonomi bagi masyarakat sekitar dengan melakukan dan melibatkan masyarakat
secara aktif dalam kegiatan wisata di TAHURA Djuanda.

32
d. Activity clustering
Tidak menempatkan aktivitas wisata yang tidak sesuai satu sama lainnya/bertentangan
sifatnya dalam satu area yang sama/berdekatan, untuk menghindari bentrok kepentingan.

Pengembangan Aktivitas Wisata


Pengembangan aktivitas wisata di TAHURA Djuanda dapat dilakukan terhadap aktivitas
wisata aktual yaitu aktivitas yang sudah ada di TAHURA Djuanda serta aktivitas potensial.

a. Aktivitas Wisata Aktual


Aktivitas wisata yang dapat dilakukan di TAHURA Djuanda terdiri dari aktivitas luar
ruangan (outdoor activity) dan dalam ruangan (indoor activity). Rekomendasi pengembangan
aktivitas wisata aktual luar ruangan dapat dilakukan dengan mengikuti arahan sebagai
berikut:

1) Mengamati Goa
Pengembangan fasilitas penerangan goa ini harus dilakukan dengan memperhatikan dari
bentuk goa dan tidak mengurangi kualitas dari daya tarik goa. Untuk menghasilkan suasana
yang lebih natural maka harus dilakukan pemasangan penerangan tradisional berupa obor,
dimana selain dapat menarik juga dapat memberi kesan berbeda dari atraksi wisata sejenis.

2) Mengamati fenomena alam


Berdasarkan analisis maka pengembangan aktivitas pengamatan air terjun ini dapat
diprioritaskan terhadap area curug lalay yang berada diarea blok Pakar. Pertimbangan hal ini
dikarenakan curug Omas dan curug Dago relatif sudah dikembangkan lebih dulu, selain itu
daya tarik curug Lalay lebih beragam sehingga pengembangan dapat diprioritaskan pada area
curug Lalay. Selain itu yang harus disediakan adalah papanpapan informasi baik berisi
peringatan atau aturan selama melakukan kunjungan.

3) Aktivitas mengamati flora di arboretum


Pengembangan yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas pengalaman beraktivitas
pengunjung terkait dengan aktivitas mengamati flora adalah meningkatkan kualitas fasilitas
papan nama latin/daerah yang tertempel pada pohon di area arboretum.

33
4) Rekreasi di alam terbuka sambil menikmati panorama alam
Walaupun aktivitas ini dinilai sudah cukup baik karena letaknya yang berada di area
pemusatan pengunjung dan berdekatan dengan berbagai fasilitas umum seperti toilet, tetapi
perlu dilakukan fasilitas pendukung sarana tempat cuci tangan (washtafel) dan penambahan
sarana tempat sampah disekitar area tersebut.

5) Berjalan di alam/jogging dan Mountain Bike


Pengembangan yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas aktivitas wisata ini adalah
berupa penyediaan fasilitas berupa papan peringatan terhadap pengunjung untuk berhati-hati
agar tidak terjadi bentrok antar dua aktivitas yang berbeda, karena terdapat dua aktivitas yang
dapat dilakukan yaitu berjalan kaki dan bersepeda.

6) Aktivitas bermain di Children Playground


Untuk meningkatkan aktivitas wisata yang bisa dilakukan, peru dilakukan pengembangan
aktivitas wisata terutama pada area kosong berupa pengadaan aktivitas adventure games
bertema low rope element khusus untuk anak-anak seperti flying fox, spider web, jembatan
tali dan panjat
tebing mini didalam area Children Playground yang bertujuan utuk menambah
pengembangan aktivitas wisata aktual, dalam ruangan dapat dilakukan sebagai berikut:

7) Mengamati koleksi yang ada di museum TAHURA Djuanda


Seperti sudah diketahui bahwa secara umum aktivitas ini dapat dikatakan sudah cukup baik
karena bermuatan pendidikan dan memiliki fasilitas bangunan museum.

8) Mengamati tanaman
Aktivitas ini termasuk kedalam salah satu jenis aktivitas pengamatan flora yang dinilai sudah
cukup baik dengan pertimbangan bahwa aktivitas ini sangat bermuatan pendidikan bagi
pengunjung.

b. Aktivitas Wisata Potensial

1) Aktivitas Wisata di sekitar area Kolam PLTA Bengkok

34
Dengan melihat pada potensi yang ada, maka direkomendasikan pengembangan aktivitas
wisata berbasis air / waterbased activity disekitar area kolam PLTA Bengkok yang memiliki
area kolam seluas kurang lebih 3000 M, dengan melakukan kerjasama saling
menguntungkan dengan pihak PLTA Bengkok untuk memberikan ragam aktivitas wisata,
terutama aktivitas wisata rekreasi bagi pengunjung. Aktivitas yang dapat dikembangkan
adalah seperti berperahu kayuh yang
dibedakanuntuk dewasa dan anak-anak.

2) Aktivitas Wisata di sekitar sungai Cikapundung


Dengan melihat potensi yang ada, maka pengembangan aktivitas yang dapat dikembangkan
di area sungai ini berupa aktivitas wisata bebasis air/water based activities yang
memanfaatkan aliran air sungai. Aktivitas yang dikembangkan dapat beupa aktivitas
berperahu karet/arung jeram yang dikhususkan bagi pengunjung dewasa.

3) Aktivitas Jalur Lintas Alam


Dengan melihat kepada daya tarik berupa jalan setapak tanah yang relatf belim diketahui
oleh kebanyakan pengunjung, maka berpotensi dikembangkan aktivitas nature tracking pada
jalur lintas alam yang sudah tersedia berupa jalan setapak berbahan tanah dengan lebar 0,5
meter- 1 meter yang melewati area hutan dan menyusuri sungai TAHURA Djuanda sejauh
kurang lebih 2,5 Km.

4) Aktivitas wisata perkebunan


Seperti sudah diketahui bahwa pada area sekitar kawasan terdapat lahan enclave penduduk
yang saat ini dimanfaatkan untuk area perkebunan. Perlu dilakukan pengembangan aktivitas
yang dapat dilakukan pengunjung seperti membeli hasil kebun yang berada di kawasan
TAHURA Djuanda.
5. Pengembangan Fasilitas
Pengembangan fasilitas pendukung aktivitas wisata di TAHURA Djuanda ini akan dilakukan
berdasarkan konsep fasilitas yang dikemukakan bovy 1998, dengan mengacu pada konsep
tersebut maka dapat diketahui kekurangan fasilitas yang ada di TAHURA Djuanda.

a. Akomodasi
Seperti sudah diketahui bahwa belum terdapatnya fasilitas akomodasi si sekitar kawasan
TAHURA Djuanda, oleh karena itu pengembangan fasilitas akomodasi yang dapat sesuai

35
dengan tema pengembangan perlu dilakukan untuk mengantisipasi kebutuhan akomodasi
pada pengunjung.
Pasar yang dituju oleh pengembangan ini adalah orang yang ingin menyewa akomodasi
berbentuk rumah ataupun villa.

b. Food services and shopping

Perlu dilakukan pemusatan penempatan kios makan-minum ke lokasi yang berdekatan


dengan area pemusatan pengunjung. Selain itu perlu perlu juga diadakan fasilitas aktivitas
bebelanja cinderamata, berupa kios-kios cinderamata.

c. Fasilitas pendukung dan infrastruktur

1) Peningkatan kualitas fasilitas meja taman dan tempat duduk, karena terd apat beberapa
fasilitas meja taman dan tempat duduk yang rusak dan perlu diperbaiki.

2) Penambahan fasilitas papan petunjuk baik peringatan maupun petunjuk arah pada beberapa
lokasi tertentu yang memiliki fasilitas ini terutama pada area pengembangan aktivitas wisata
yang baru.

3) Peningkatan kualitas fasilitas jalan setapak berbahan tanah untuk aktivitas wisata nature
tracking berupa pembuatan anak tangga pada jalan yang dirasa perlukan pada jalan yang
menanjak dan menurun.
4) Tempat parkir utama perlu dijadikan sebagai area pemusatan fasilitas umum yang
berisikan fasilitas toilet, kios cinderamata dan makanminum, serta fasilitas ibadah karena area
parkir utama dapat dikatagorikan sebagai area pemusatan pengunjung dan memiliki daya
dukung yang tinggi.

5) Pengadaan fasilitas spot pengamatan pada area-area tertentu yang memiliki kualitas
lingkungan yang baik, serta dekat dengan atraksi wisata.

36
6. Pengelolaan
Untuk meningkatkan kegiatan priwisata di kawasan TAHURA Djuanda, maka perlu struktur
organisai pengelola TAHURA Djuanda, sehingga pelaksanaan kegiatan pariwisata dapat
dilakukan/berjalan lebih maksimal pada pengelolaan wisata kawasan TAHURA Djuanda.

2.6 Penyebab kawasan wisata lembang lebih cepat perkembangannya dibandingkan


dibandingkan kawasan TAHURA

Kawasan wisata Lembang Bandung merupakan kawasan dataran tinggi khas pegunungan
yang banyak mempunyai objek wisata yang bisa kunjungi. Panorama alam di seputar
kawasan Lembang ini sangat bagus, udaranya pun sejuk. Tak salah apabila para pelancong
yang liburan ke Kota Bandung,hampir pasti akan menyempatkan diri untuk berkunjung ke
daerah Lembang. Lokasi Lembang ini tidak terlalu jauh dari pusat Kota Bandung. Selain itu,
banyak objek wisata yang baru dengan konsep alam yang unik, sebut saja farmhouse,
deranch dll.

Maka wajar saja wisata Lembang berkembang lebih pesat dibandingkan tempat wisata
Tamahn Hutan Raya (Tahura), karena objek wisata yang berada di lembang, telah beradpatasi
dengan kondisi sekarang.Sedangkan di Taman Hutan Raya (Tahura) kurang menarik, karena
destinasi wisata yang disediakan Tahura terbilang minim dan monoton. Hal itu dikarenakan
kurangnya kreatif dan aktif dari pihak pengelola dalam pengembangan kawasan wisata
TAHURA.

37
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda merupakan kawasan konservasi yang terpadu
antara alam sekunder dengan hutan tanaman yang terletak di Kota
bandung,indonesia.Luasnya mencapai 590 hektare membentang dari kawasan Dago Pakar
sampai Maribaya.

Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda atau Tahura Ir. H. Djuanda dan sering disingkat THR
Djuanda:

Dapat dikunjungi setiap hari.


Waktu bukanya antara jam 08.00-18.00.

Setiap pengunjung dikenakan biaya masuk sebesar Rp. 11.000,- Orang asing 75.000

Untuk menjelajah seluruh hutan dibutuhkan sekitar 2-3 jam

Adapun tempat wisata yang ada di THR diantaranya yaitu taman bermain, museum, goa
belanda, goa jepang, curug omas,curug lalay, tebing keraton, dll. THR merupakan salah satu
destinasi wisata yang patut dikunjungi oleh wisatawan, karena lingkungannya masih sangat
asri,sehingga sangat cocok untuk bersantai menikmati panorama alam.

3.2 Saran

38
Berikut saran yang dapat kami berikan, diantaranya :

Perlu adanya perawatan dan penambahan fasilitas untuk menambah jumlah pengunjung
yang lebih banyak dengan memperhatikan karakteristik serta keinginan pengunjung
mengenai fasilitas tambahan, selain itu juga promosi agar dilakukan lebih gancar
khususnya untuk menarik minat wisatawan luar kota hingga mancanegara.

Peningkatan jumlah kunjungan untuk pencapaian penerimaan yang optimum dengan cara
penambahan fasilitas dilakukan dengan memperhatikan aspek konservasi dan fungsi
sosial dari kawasan tersebut.

Dapat memaksimalkan potensi dari kawasan TAHURA agar dapat menarik minat
wisatawn untuk berkunjung ke TAHURA

Melakukan penataan pad pedagang kaki lima yang berada disekitar kawasan TAHURA

Meningkatkan promosi wisata melalui berbagai alat promosi agar TAHURA dapt lebih
dikenal oleh wisatawan asing maupun lokal.

Dapat memberdayakan masyarakat sekitar secara maksimal dalam pengembangan


kawasan wisata TAHURA

39

Anda mungkin juga menyukai