PENDAHULUAN
Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan
potensi sumber daya alam dan lingkungan. Kegiatan wisata alam itu sendiri dapat berupa
kegiatan rekreasi dan pariwisata, pendidikan, penelitian, kebudayaan, dan cinta alam yang
dilakukan di alam kawasan wisata. Salah satu kegiatan wisata alam yang saat ini sedang
menarik perhatian besar adalah ekowisata, hal tersebut dikarenakan industri pariwisata ini
berbasis lingkungan yang memberikan dampak kecil bagi kerusakan alam dan budaya lokal
sekaligus menciptakan peluang kerja dan pendapatan serta membantu kegiatan konservasi
alam itu sendiri (Panos, 1997).
Berkaitan dengan potensi alam yang dimiliki, Bandung merupakan salah satu daerah
yang kaya akan kawasan wisata alam yang sangat menarik sehingga berpotensial dalam
1
sektor pariwisata. Salah satu kawasan wisata alam yang ada diantaranya adalah Taman
Hutan Raya Ir. H. Juanda, yang merupakan salah satu dari kawasan wisata yang ada di
Bandung. Kawasan wisata tersebut termasuk unggulan, sehingga memberikan dampak
positif terhadap meningkatnya perekonomian daerah. Daya tarik yang dimiliki oleh kawasan
wisata Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda adalah wisata sejarah, wisata alam, wisata untuk
lintas alam, menikmati pemandangan alam, berkemah, mandi di air terjun dan lain-lain.
Taman hutan raya merupakan kawasan hutan yang memiliki tipe vegetasi hutan alam
sekunder yang didominasi oleh beraneka ragam jenis pohon juga sebagai kawasan
pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan
alami, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman
hutan raya ini tak ternilai harganya bagi manusia. Taman hutan raya juga merupakan
sumberdaya alam yang memberikan manfaat besar bagi kesejahteraan manusia, baik
manfaat tangible yang dirasakan secara langsung, maupun intangible yang dirasakan secara
tidak langsung. Manfaat langsung seperti jasa lingkungan, satwa, pemanfaatan lahan dan
hasil tambang. Sedangkan manfaat tidak langsung seperti manfaat rekreasi, perlindungan,
pengaturan tata air, dan pencegahan erosi.
Adanya kawasan wisata Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda yang merupakan potensi
bagi daerah sekitar yang mendatangkan banyak manfaat bagi beberapa pihak, tetapi dengan
berjalannya perkembangan pariwisata juga menimbulkan dampak negatif sehingga
memunculkan permasalahan yang apabila tidak segera ditindak lanjuti akan menimbulkan
kerugian di masa mendatang. Permasalahan utama yang terjadi adalah adanya kios-kios
kumuh, pedagang liar, sampah yang berserakan serta ditambah lagi tidak didukungnya
pemberdayaan masyarakat yang berada tinggal di sekitar kawasan wisata Taman Hutan Raya
Ir. H. Juanda, sehingga masyarakat belum memiliki kesadaran untuk berpartisipasi dalam
menjaga dan melestarikan sumber daya kekayaan alam.
2
1.2 Identifikasi Masalah
1. Bagaimana Gambaran Umum Kawasan wisata Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda
Bandung ?
2. Bagaimana anlisis SWOT untuk Kawasan wisata Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda
Bandung ?
3. Jelaskan teori-teori tentang manajemen pariwisata ?
4. Upaya apa saja yang dilakukan pihak pengelola dalam memberdayakan masyarakat
disekitar Kawasan wisata Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda Bandung ?
5. Bagaimana strategi pengembangan yang harus dilakukan oleh pihak yang berkepentingan
dalam pengembangan Kawasan wisata Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda Bandung ?
6. Mengapa Kawasan lembang lebih cepat perkembangannya wisatanya dibandingkan
kawasan TAHURA ?
BAB II
3
PEMBAHASAN
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda merupakan kawasan konservasi yang terpadu
antara alam sekunder dengan hutan tanaman dengan jenis Pinus (Pinus merkusil) yang
terletak di Sub-DAS Cikapundung, DAS Citarum yang membentang mulai dari Curug Dago,
Dago Pakar sampai Maribaya yang merupakan bagian dari kelompok hutan Gunung Pulosari,
menjadikan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda sangat baik sebagai lokasi pariwisata alam dan
juga sebagai sarana tempat untuk pengembangan pendidikan lingkungan.
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda merupakan bagian dari daerah cekungan Bandung,
memiliki latar belakang sejarah yang erat kaitannya dengan zaman purba hingga sekarang.
Secara geologis daerah ini mengalami perubahan yang disebabkan oleh gejolak alam dalam
kurun waktu pembentukan alam semesta.
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda awalnya merupakan bagian areal dari kelompok Hutan
Lindung Gunung Pulosari yang berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor
575/kpts/Um/8/1980 dirubah fungsinya menjadi Taman Wisata Alam (TWA) Curug Dago.
Pada Tanggal 14 Januari 1985 bertepatan dengan kelahiran Bapak Ir. H. Djuanda, TWA
Curug Dago secara resmi berubah fungsi menjadi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda yang
merupakan Taman Hutan Raya (TAHURA) pertama di Indonesia, berdasarkan Surat
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3/M/1985 tertanggal 12 Januari 1985 tentang
Penetapan Taman Wisata Alam Curug Dago menjadi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda.
Sejarah
4
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda awalnya berstatus sebagai hutan lindung (Komplek
Hutan Gunung Pulosari) yang batas-batasnya ditentukan pada tahun 1922. Sejak
kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 secara otomatis status kawasan
hutan negara dikelola oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui Djawatan Kehutanan.
Kawasan hutan ini dirintis pembangunannya sejak tahun 1960 oleh Bapak Mashudi
(Gubernur Jawa Barat) dan Ir. Sambas Wirakusumah yang pada waktu itu menjabat sebagai
Administratur Bandung Utara merangkap Direktur Akademi Ilmu Kehutanan, dan mendapat
dukungan dari Bapak Ismail Saleh (Menteri Kehakiman) dan Bapak Soejarwo (Dirjen
Kehutanan Departemen Pertanian). Pada tahun 1963 sebagian kawasan hutan lindung
tersebut mulai dipersiapkan sebagai Hutan Wisata dan Kebun Raya. Tahun 1963 pada waktu
meninggalnya Ir. H. Djuanda, maka Hutan Lindung tersebut diabadikan namanya menjadi
Kebun Raya Rekreasi Ir. H. Djuanda untuk mengenang jasa-jasanya dan waktu itu pula jalan
Dago dinamakan jalan Ir. H. Djuanda. Untuk tujuan tersebut, kawasan tersebut mulai
ditanami dengan tanaman koleksi pohon-pohonan yang berasal dari berbagai daerah.
Kerjasama pembangunan Kebun Raya Hutan Rekreasi tersebut melibatkan Botanical Garden
Bogor (Kebun Raya Bogor) , dengan menanam koleksi tanaman dari di Bogor.
Pada tanggal 23 Agustus 1965 diresmikan oleh Bapak Gubernur Mashudi sebagai
Kebun Raya Hutan Rekreasi lr. H. Djuanda sebagai Embrio Taman Hutan Raya Ir. H.
Djuanda yang dikelola oleh Dinas Kehutanan (dulu Djawatan Kehutanan Propinsi Jawa
Barat). Tahun 1978 pengelolaan dari Dinas Kehutanan (dulu Djawatan Kehutanan Propinsi
Jawa Barat) diserahkan ke Perum Perhutani Jawa Barat. Pada tahun 1980 Kebun Raya/Hutan
Wisata yang merupakan bagian dari komplek Hutan Gunung Pulosari ini ditetapkan sebagai
taman wisata, yaitu Taman Wisata Curug Dago seluas 590 ha yang ditetapkan oleh SK.
Menteri Pertanian Nomor : 575/Kpts/Um/8/1980 tanggal 6 Agustus 1980.
Pada tahun 1985, Bapak Mashudi dan Bapak Ismail Saleh sebagai pribadi dan Bapak
Soedjarwo selaku Menteri Kehutanan mengusulkan untuk mengubah status Taman Wisata
Curug Dago menjadi Taman Hutan Raya. Usulan tersebut kemudian diterima Presiden
Soeharto yang kemudian dikukuhkan melalui Keputusan Presiden No. 3 Tahun 1985
tertanggal 12 Januari 1985. Peresmian Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda dilakukan pada
tanggal 14 Januari 1985 yang bertepatan dengan hari kelahiran Bapak Ir. H. Djuanda. Taman
Hutan Raya Ir. H. Djuanda sebagai Taman Hutan Raya pertama di Indonesia. Untuk
menjamin suksesnya pengelolaan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, Menteri Kehutanan
melalui Surat Keputusan Nomor : 192/Kpts-II/1985 membentuk Badan Pembina Taman
5
Hutan Raya Ir. H. Djuanda yang diketuai oleh Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan
Pelestarian Alam (PHPA) serta menunjuk Perum Perhutani sebagai Badan Pelaksana
Pengelolaan dan Pembangunan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda.
Pengelolaan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda menurut Surat Keputusan Direktur
Jenderal PHPA Nomor. 129/Kpts/DJ-VI/1996 adalah pada Pemerintah Daerah (Pemda)
Tingkat I c.q. Dinas Kehutanan untuk wilayah di luar Jawa, sedangkan di Pulau Jawa
diserahkan kepada Perum Perhutani. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun
1998, tanggal 23 Juni 1998 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan di Bidang
Kehutanan Kepada Daerah, menyebutkan bahwa pengelolaan Taman Hutan Raya Ir. H.
Djuanda yang mencakup kegiatan pembangunan, pemeliharaan, pemanfaatan dan
pengembangan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda diserahkan kepada Pemda Tingkat I.
6
Dalam era otonomi daerah saat ini, sebagaimana diatur oleh Peraturan Pemerintah
Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai
Daerah Otonom, dinyatakan bahwa Pemerintah Propinsi berwenang untuk memberikan
pedoman penyelenggaraan pembentukan wilayah dan penyediaan dukungan pengelolaan
Taman Hutan Raya. Untuk mempertegas kedua peraturan pemerintah tersebut diatas maka
diterbitkan pula Keputusan Menteri Kehutanan nomor : 107/KPTS-UM/2003 tentang Tugas
Perbantuan kepada Gubernur, Bupati atau Wali Kota, berkaitan dengan pengelolaan Taman
Hutan Raya. Mengingat lokasi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda berada pada lintas wilayah
Kabupaten dan Kota, yaitu terletak di Kabupaten Bandung (Kecamatan Cimenyan dan
Kecamatan Lembang) dan Kota Bandung (Kecamatan Coblong), maka sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000, kewenangan pengelolaannya berada di Pemerintah
Propinsi Jawa Barat, dalam hal ini adalah Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Barat.
Memperhatikan hal tersebut di atas Pemerintah Propinsi Jawa Barat membentuk Balai
Pengelolaan Taman Hutan Raya yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas
Kehutanan Propinsi Jawa Barat yang secara teknis maupun administrasi bertanggung jawab
kepada Kepala Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Barat. Ketentuan tersebut tercantum dalam
Perda No. 5 Tahun 2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat
Nomor : 15 Tahun 2000 tentang Dinas Daerah Propinsi Jawa Barat.
PERATURAN
No. URAIAN
PERUNDANGAN
3. Kepres Nomor : 3/M/1985 Penetapan Taman Wisata Curug Dago menjadi Taman
7
Hutan Raya Ir. H. Djuanda
SK. Menhut Nomor : Penunjukkan Anggota Badan Pembina Taman Hutan Raya
5.
193/Kpts-II/1985 Ir. H. Djuanda, Wakil PTN dan Tokoh Masyarakat
SK. Menhut Nomor : penunjukan Anggota Badan Pembina Taman Hutan Raya
6.
107/Kpts-II/1985 Ir. H. Djuanda, Wakil PTN dan Tokoh Masyarakat
Taman Hutan raya Ir. H. Djuanda terletak di sebelah Utara Kota Bandung Berjarak
7 km dari pusat kota, secara geografis berada 107 30BT dan 6 52LS, secara administrasi
berada di wilayah Ciburial Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung dan sebagian wilayah
masuk Desa Mekatwangi, Desa Cibodas, Desa Langensari, dan Desa Wangunharja,
8
Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat serta Kelurahan Dago Kecamatan Coblong
Kota Bandung. Berdasarkan hasil rekonstruksi tata batas Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda
pada tahun 2003 luasnya adalah 526,98 hektar.
Topografi
Jenis Tanah
Unsur tanah yang terkandung di areal Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda didominasi
andosol, sebagian kecil gramasol yang peka terhadap erosi.
Hidrologi
Sumber air yang berada di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda adalah sungai
Cikapundung yang membentang sepanjang 15 km dan lebar rata-rata 8 meter dengan debit air
sekitar 3.000 m/detik. Sungai Cikapundung merupakan anak Sungai Citarum yang berhulu di
Gunung Bukit Tunggul, selain terdapat juga beberapa mata air yang bersumber dari
kelompok Hutan Gunung Pulosari.
Iklim
Aksesibilitas
Tahura Ir. H. Djuanda memiliki tingkat aksesibilitas yang tinggi, kawasan ini sekarang
telah bersatu dengan Kota Bandung dan dapat ditempuh dari berbagai jalur jalan, baik
melalui Jalan Dago maupun melalui Jalan Cikutra. Semua jenis kendaran bisa masuk hingga
ke pintu gerbang utama. Kondisi jalan dari pusat kota sampai dengan lokasi (pintu gerbang
9
utama) sudah beraspal dan kini dalam kondisi baik (sebelumnya rusak berat). Walaupun
demikian, jalan masuk dari Kordon ke Tahura Ir. H. Djuanda yang berjarak 500 m
dirasakan terlalu sempit, sehingga menyulitkan kendaran berpapasan. Bila menggunakan
kendaraan umum, Angkutan Kota hanya sampai Terminal Dago, selanjutnya perjalanan
diteruskan dengan kendaraan umum lain jurusan Kampus Unisba dan berhenti di Kordon.
Dari Kordon perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh 500 m. Selain dari arah
Selatan, Tahura Ir. H. Djuanda juga dapat ditempuh dari arah Utara, melalui Obyek Wisata
Maribaya-Lembang. Dari pintu gerbang ini akan dapat dilihat obyek wisata Curug Omas dan
kemudian perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki menyusur jalan setapak sepanjang 6
km menuju ke Pakar Dago.
Budaya
Penduduk asli di sekitar Taman Hutan raya Ir. H. Djuanda adalah suku sunda. Upacara
adat pada umumnya masih dilakukan terutama pada saat pernikahan dan khitanan, terdapat
beberapa kesenian seperti pencak silat, jaipongan, kecapi suling dan calung.
Struktur Organisasi
10
Sarana & Prasarana
Koleksi yang terdapat di pusat informasi antara lain medali kehormatan dan photo
photo peninggaan Ir. H. Djuanda. Terdapat juga koleksi herbarium dan offset satwa
Tahura Ir. H. Djuanda serta monolith (artefak) manusia pra sejarah. Di ruangan berukuran
8 x 10 meter tersimpan benda-benda kenangan tokoh pejuang yang pada tanggal 28
11
September 1945 memimpin para pemuda mengambil-alih Jawatan Kereta Api dari
Jepang, dan kemudian disusul pengambil-alihan Jawatan Pertambangan, Kotapraja,
Keresidenan dan obyek-obyek militer di Gudang Utara, Bandung.
Guest House
Panggung Terbuka
Bila kita ingin menikmati suguhan pertunjukan dan atraksi seni dapat kita temukan di
panggung terbuka (open stage) pada waktu-waktu tertentu. Bangunan kokoh ini
berukuran 250 M, letaknya strategis dilengkapi balkon yang mampu menampung 400
orang. Suasana terbuka dan rileks dikelilingi pohon rimbun dan udaranya yang sejuk,
membuat siapapun betah ingin berlama-lama menikmati setiap sajian yang ditampilkan.
Untuk orang-orang yang memiliki kreatifitas seni, stage ini dapat digunakan sebagai
tempat menuangkan inspirasi atau untuk memamerkan hasil karya seni yang bercita rasa
tinggi. Bagi mereka yang ingin merayakan pesta kebun dengan suasana lain dari biasanya,
udara yang segar, penataan dengan penuh sentuhan seni yang berselera tinggi makan
panggung terbuka ini akan menjelma seakan berada di negeri dongeng.
Tempat Persinggahan
12
Bagi wisatawan yang ingin berekspresi atau sekedar menghilangkan rasa lelah dan
dahaga ataupun memanjakan lidah dengan makanan dan minuman yang dibawanya, akan
terasa nikmat jika beristirahat di shelter-shelter yang berada di kawasan yang bernuansa
alami ditambah lagi dengan kicauan burung dan dikelilingi pepohonan menjulang tinggi.
Shelter ini bisi digunakan saat anda merasa lelah ketika jalan-jalan mengelilingi area
kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, anda bisa beristirahat hanya untuk
melemaskan otot-otot yang tegang karena capai setelah berkeliling atau hanya sekedar
duduk sambil menikmati segarnya udara yang dihasilkan oleh pepohonan yang berada di
sekitarnya.
Bagi wisatawan yang datang bersama keluarga, Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda
menyediakan tempat bermain hampir di setiap objek wisata. Khusus untuk anak-anak,
letaknya tidak jauh dari plaza monumen Ir. H. Djuanda. Taman bermain anak-anak yang
baik dan nyaman mengingatkan kita akan masa kanak-kanak yang penuh keceriaan dan
keriangan, dipadu dengan keakraban keluarga. Di taman ini juga anak-anak bisa diajak
bermain sambil belajar, dengan fasilitas permainan ayunan, perosotan, jungkitan dan lain-
lain.
Jogging Track
Jogging track di kawasan Tahura Ir. H. Djuanda ini sangat baik digunakan untuk
olahraga atau pun hanya sekedar berjalan santai sambil menyusuri jalan setapak disisi
sungai di dalam kawasan Tahura sampai dengan menuju Puncak Bukit Pakar sejauh
kurang lebih 5 km. Dengan udara yang masih sangat segar, dan rerimbunan pohon
pohon serta kondisi jogging track yang telah dipasangi paving blok dengan rute yang
turun naik menuju ke Maribaya, akan sangat menyenangkan bagi kita untuk berolahraga
di dalam kawasan Taman Hutan Raya ini.
Track Sepeda
Track sepeda di kawasan Tahura Ir. H. Djuanda ini sangat nhaman untuk wisatawan
yang ingin bersepeda. Dengan udara yang sangat segar, dikelilingi pemandangan indah,
dan rerimbunan pohon-pohon yang rindang.
13
Sarana Outbond
Area Paintball
Arena Paintball ini sangat cocok untuk wisatawan yang ingin membangun karakter
team dalam suatu pekerjaan atau komunitas dengan cara yang lebih unik dan menantang.
Bumi Perkemahan
Sebagai sarana pengenalan dan pembelajaran untuk lebih mencintai alam bagi kita
semua, maka Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda menyiapkan area bumi perkemahan yang
saat ini sedang dalam tahap persiapan beberapa fasilitas umum dengan tidak
mengesampingkan tujuan konservasi dan perlindungan kawasan. Dengan area yang tidak
jauh dari Tebing Keraton, area perkemahan ini dilengkapi beberapa fasilitas diantaranya:
Area Perkemahan
Musholla
WC Umum
Menara Pengawas
14
2.1.2 Kondisi di Lapang
Lokasi
Kawasan Tahura Ir. H. Djuanda terletak 7 km disebelah utara Kota Bandung dan dapat
dimasuki dari berbagai jurusan :
Biaya dan tarif masuk maupun sewa dan atau pemanfaatan fasiltas di Kawasan Taman
Hutan Raya Ir. H. Djuanda adalah tarif yang berlaku berdasarkan :
15
Rp /
b. Pengunjung Mancanegara 76.000;
. orang/hari
2. Kegiatan Penelitian
a. Peneliti Nusantara
Rp
<1 bulan 100.000; /orang
.
Rp
1 bulan s/d 6 bulan 150.000; /orang
.
Rp
7 bulan s/d 12 bulan 250.000; /orang
.
b. Peneliti Mancanegara
Rp
<1 bulan 5.000.000; /orang
.
Rp 10.000.000
1 bulan s/d 6 bulan /orang
. ;
Rp 15.000.000
7 bulan s/d 12 bulan /orang
. ;
c. Mahasiswa / Siswa
Indonesia
Rp Tarif Peneliti
Mahasiswa/Siswa 0% /orang
. Nusantara
16
Tarif Kegiatan Mengambil Gambar / Snapshoot
7. Kendaraan Bermotor
a. Roda 2 Rp. 5.000; /buah/hari
b. Roda 4 Rp. 10.000; /buah/hari
c. Roda 6 atau lebih (Bis/Truk) Rp. 20.000; /buah/hari
17
diterimanya Surat Keterangan
Retribusi Daerah (SKRD)
18
Pembayaran harus dilunasi
selambat-lambatnya 30 (tiga
Rp 150.000.000
Perusahaan Dalam Negeri puluh) hari kerja setelah
. ;
diterimanya Surat Keterangan
Retribusi Daerah (SKRD)
Pintu Masuk
Atraksi Wisata
Selain hutan alaminya dan untuk berolah-raga lintas alam THR Djuanda juga terdapat
objek wisata lainnya:
19
Monumen Ir. H. Djuanda
Karena begitu besarnya jasa-jasa yang Beliau berikan untuk bangsa Indonesia,
maka dibuatkanlah Monumen sesuai dengan nama Beliau untuk mengenang seluruh
perjuangannya bagi bangsa ini. Di area ini banyak pengunjung yang sengaja
mengabadikan kunjungannya ke Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda dengan berfoto di
depan monumen Beliau.
Curug Dago
Alkisah, ada dua raja Thailand berkunjung ke Bandung yang menurut catatan
sejarah terjadi tahun 1818. Kedua orang raja ini begitu terpesona dengan keindahan
curug ini sehingga mereka membuat dua prasasti batu tulis untuk mengenang
keberadaan mereka di Bandung. Kedua raja itu adalah Raja Rama V (Raja
Chulalonkorn) dan Raja Rama VII (Pradjathipok Pharaminthara) dari dinasti Chakri
yang pernah berkunjung ke Curug Dago.
Air terjun Curug Dago memiliki ketinggian terjunan air sekitar 12 m dan
berada di ketinggian sekitar 800 m di atas permukaan laut. Curug ini terbentuk dari
aliran sungai Cikapundung yang mengalir dari Maribaya memasuki kota Bandung.
Curug Lalay
Curug yang terletak di wilayah Cimahi ini dinamakan Curug Lalay karena
memang banyak sekali lalay (kelelawar) ditemukan di sekitar air terjun. Sebagai salah
satu curug di kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, Curug Lalay terkenal
dengan kondisi alamnya yang masih asri. Terletak di ketinggian 1.800 meter diatas
permukaan laut, Curug Lalay merupakan tempat tujuan wisata yang sangat sejuk.
Curug ini memiliki ketinggian sekitar 30 m saja dan tersembunyi di dalam
lembah. Di sisi kiri curug terdapat sebuah cerukan yang menyerupai goa. Disinilah
kelelawar-kelelawar itu banyak ditemukan.
Curug Omas
Curug Omas berada di dalam Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Juanda di
lokasi wisata Maribaya. Curug ini memiliki ketinggian terjunan air sekitar 30 meter
20
dengan kedalaman 10 m yang berada di aliran sungai Cikawari. Di atas air terjun ini
terdapat jembatan yang dapat digunakan untuk melintas dan melihat air terjun dari
posisi atas. Dari atas jembatan ini akan terlihat bentangan dasar sungai yang
merupakan pertemuan dua aliran sungai Cikawari dan Cigulun yang nantinya menjadi
daerah Aliran Sungai (DAS) Cikapundung Hulu. Aliran ini mengalir dan berbelok
membelah kawasan Tahura tersebut. Selain Curug Omas di aliran sungai ini terdapat
pula Curug Cigulung, Curug Cikoleang dan Curug Cikawari yang masing-masing
berketinggian sekitar 15 m, 16 m dan 14 m. Ketiga curug ini dikenal dengan sebutan
Curug Maribaya.
Goa Belanda
Bandung, terdapat dua buah gua bersejarah. Dua buah goa yang hanya
terpisahkan jarak kurang lebih 400 meter tersebut memiliki nama yang disesuaikan
dengan negara penjajah yang berkuasa saat gua tersebut di bangun. Goa Belanda yang
dibangun pada tahun 1918 memiliki umur yang sedikit lebih tua dibandingkan adik-
nya Goa Jepang yang baru dibangun pada tahun 1942. Di Goa Belanda terdapat
sekitar 15 lorong dan beberapa ruangan seperti Ruang Kamar untuk tempat istirahat /
tidur para Tentara Belanda, Ruang Interogasi untuk para tahanan, Penjara atau Ruang
Tahanan.
Goa Jepang
Tanggal 10 Maret 1942 dengan resmi angkatan Perang Hindia Belanda dengan
pemerintah sipilnya menyerah tanpa syarat kepada Bala tentara Kerajaan Jepang
dengan upacara sederhana di Balai Kota Bandung. Setelah upacara Panglima Perang
Hindia Belanda Letnan Jendral Ter Poorten dan Gubernur Jendral Tjarda Van
Starkenborgh ditawan di Mansyuria sampai perang dunia II selesai. Konon
pembangunan Goa ini dilakukan oleh para tenaga kerja secara paksa yang pada saat
itu disebut romusa atau nala karta Goa tambahan ini yang terdapat di daerah
perbukitan Pakar tepatnya berada dalam wilayah Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda
mempunyai 4 pintu dan 2 saluran udara.
21
curug ini sehingga mereka membuat dua prasasti batu tulis untuk mengenang
keberadaan mereka di Bandung. Kedua raja itu adalah Raja Rama V (Raja
Chulalonkorn) dan Raja Rama VII (Pradjathipok Pharaminthara) dari dinasti Chakri
yang pernah berkunjung ke Curug Dago.
Tebing Keraton
Tebing Karaton merupakan sebuah tebing yang berada di dalam kawasan
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda tepatnya berada di Kampung Ciharegem Puncak,
Desa Ciburial, Bandung Jawa Barat. Tebing Keraton memiliki pemandangan alam
yang sangat eksotis baik pada saat matahari terbit maupun terbenam.
Restoran
Restoran di kawasan Tahura ini sudah mulai mengalami perkembangan yang cukup baik,
disana sudah memiliki 4 restoran yang sudah terkonsep dengan baik dan menarik untuk para
wisatawan yang di antaranya adalah
Transportasi
Untuk para wisatawan yang ingin mendatangi TAHURA menggunakan kendaraan umum,
akan cukup mengalami kesulitan karena tidak adanya kendaraan umum yang sampai tepat di
depan pintu masuk TAHURA. Mereka harus berjalanan kaki dengan jarak kurang lebih 1km
dengan keadaan jalan yang sedikit menanjak. Fasilitas transportasi pada saat ini masih sangat
harus di ditingkatkan dan dikembangkan berhubung banyaknya jumlah wisatawan yang
menggunakan kendaraan umum.
Pemandu Wisata
Taman hutan raya ini bekerjasama dengan pemandu wisata, hanya pemandu wisata ini
akan anda jumpai jika telah membooking untuk acara-acara tertentu seperti kegiatan
outbound, flying fox, dsb. Sementara untuk wisatawan umum mereka hanya mengetahui
informasi dari papan-papan yang sudah disediakan.
22
Hotel
Untuk fasilitas hotel di kawasan TAHURA ini sangat minim, bahkan sangat
disayangkan karena tidak ada sama sekali penginapan yang menarik untuk para wisatawan
yang berasal dari luar kota. Disana hanya ada Guest House yang berukuran kecil dan sangat
sederhana.
Tempat Shopping
Yang masih sangat kurang dari kawasan ini adalah tempat shopping, tidak adanya
tempat shopping yang memadai untuk para wisatawan yang ingin mencari oleh-oleh khas
TAHURA. Yang tersedia disana hanya pedagang-pedagangan emperan yang menggelar
dagangannya di dekat pintu masuk. Belum adanya kerjasama untuk membangun tempat
shopping ini.
23
2.2 Analisis SWOT
STRENGTH WEAKNESS
24
a. Memiliki berbagai jenis flora yang a. Tidak adanya tempat shopping.
b. Tidak adanya produk yang
salah satunya adalah tanaman langka
mencirikan ( Khas ) daerah wisata
yaitu bunga bangkai.
b. Memiliki museum sejarah yang dapat tersebut.
c. Fasilitas toilet dan mushola sangat
memberikan edukasi kepada wisataan
kumuh dan terbatas.
terhadap sosok Ir.H.Djuanda.
d. Infrastruktur kurang baik.
c. Memiliki banyak atraksi wisata yang
e. Hotel atau penginapan sangat minim
dapat digunakan oleh wisatawan f. Tidak adanya transportasi umum
d. Terdapat beberapa cafe dengan konsep
untuk menuju ketempat wiasta.
nature yang unik. g. Penataaan pedagang kaki lima tidak
e. Memiliki lahan parkir yang luas
rapi.
f. Adanya information centre yang dapat
h. Sangat terbatasnya tempat sampah,
membantu wisatawan untuk
sehingga membuat area wisata
mendapatkan informasi.
kumuh dan kotor.
i. Tidak adanya pemandu wisata
OPPORTUNITIES THREAT
a. Berada di lokasi yang strategis atau a. Semakin banyaknya wisata alam baru
poternsial untuk dapat berkembang yang cukup menarik seperti wisata
secara pesat. alam Lembang, Pangalengan.
b. Berada di dataran tinggi, sangat cocok b. Kurangnya kepedulian pemerintah
untuk wisataan yang mencari dalam mengembangkan kawasan
ketenangan dan keindahan alam. wisata tersebut
c. Dapat menambah atraksi wisata lain c. Kerusakan area wisata karena
dengan bekerjasama dengan pihak longsor, dsb
d. Kurangnya kerjasama dengan pihak
lain, seperti (atraksi naik
luar ( swasta ) yang menyebabkan
kambing,gajah ).
d. Menggunakan teknologi dalam sulit untuk berkembang
e. kurangnya penggunaan teknologi
mengelola kawasan wisata tersebut
dalam mengelola kawasan wisata
agar lebih efektif dan efisien.
e. Dapat dimanfaatkan Sebagai wadah tersebut.
masyarakat sekitar untuk mengenalkan
budaya setempat.
25
2.3 Landasan Teori Manajemen Pariwisata
Pengertian Pariwisata
Bila dilihat dari segi etimologinya, kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta
yang terdiri dari dua suku kata, yaitu pari berarti berkeliling, berputar-putar, berkali-kali, dari
dan ke. Dan kata wisata berarti berpergian, perjalanan, yang dalam hal ini bersinonim dengan
kata travel. Dengan demikian pengertian pariwisata yaitu perjalanan berkeliling ataupun
perjalanan yang dilakukan berkali-kali, berputar-putar dari suatu tempat ke tempat lain
ataupun suatu perjalanan yang sempurna.
26
itu tidak tinggal menetap dan tidak memperoleh penghasilan dari aktivitas yang bersifat
sementara.
Pramuwisata
Sesuai dengan Keputusan Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi No. KM
82/PW.102/MPPT-88 tentang pariwisata, maka Pramuwisata adalah seseorang yang bertugas
memberikan bimbingan penerangan dan petunjuk tentang objek wisata serta membantu
segala sesuatu yang diperlukan wisatawan. Pramuwisata dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
1. Pramuwisata Muda yang bertugas pada suatu daerah Tingkat II di dalam wilayah
daerah tingkat I tempat sertifikat diberikan.
2. Pramuwisata Madya yang bertugas didalam wilayah daerah Tingkat I tempat
sertifikata diberikan.
27
4) Culture, adalah kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat yang tinggal di daerah
objek wisata.
Tourist Service adalah segala fasilitas yang digunakan dan aktifitas yang dilakukan
dimana pengadaannya disediakan oleh perusahaan lain secara komersial. Untuk dapat
menjadi suatu daerah tujuan wisata yang baik maka kita harus mengembangkan tiga hal
yaitu :
1) Something to see, adalah segala sesuatu yang menarik untuk dilihat.
2) Something to buy, adalah segala sesuatu yang menarik atau mempunyai ciri khas
tersendiri untuk dibeli.
3) Something to do, yaitu suatu aktivitas yang dapat dilakukan di tempat tersebut.
28
keberhasilan dalam perwujudan sapta pesona daerah tersebut. Sapta pesona merupakan tujuh
kondisi yang harus diwujudkan dan dibudayakan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari
sebagai salah satu upaya untuk memperbesar daya tarik dan daya saing pariwisata Indonesia.
Unsur-unsur sapta pesona tersebut adalah :
1. Keamanan adalah suatu kondisi dimana wisatawan dapat merasa aman, yang artinya
keselamatan jiwa dan fisik.
2. Ketertiban adalah kondisi yang mencerminkan suasana yang teratur, rapi dan lancar
serta menunjukkan disiplin yang tinggi dalam semua segi kehidupan masyarakat.
3. Kebersihan adalah keadaan/kondisi lingkungan yang menampilkan suasana bebas dari
kotoran, sampah, limbah, penyakit dan pencemaran.
4. Kesejukan adalah suasana yang memberikan kesejukan, nyaman, tenteram, rapi,
dengan adanya penghijauan.
5. Keindahan adalah keadaan atau suasana yang menampilkan lingkungan yang menarik
dan sedap dipandang mata.
6. Keramah tamahan adalah suatu sikap dan perilaku seseorang yang menunjukkan
keakraban, sopan, suka membantu, suka tersenyum dan menarik hati.
7. Kenangan adalah kesan yang melekat dengan kuat pada ingatan dan perasaan
seseorang yang disebabkan oleh pengalaman yang diperolehnya.
Untuk mewujudkan sapta pesona tersebut maka perlu dilakukan kebijakan yakni dengan
memberikan pengertian kepada semua lapisan masyarakat dan dunia usaha, bahwa sapta
pesona merupakan hal yang sangat penting dalam mengembangkan suatu objek wisata.
a. Menurut W. Hunzieker
Industri Pariwisata adalah Tourism enterprises are all business entities wich, by
combining various means of production, provide goods and services of a specially
tourist nature . Maksudnya industri pariwisata adalah semua kegiatan usaha yang
terdiri dari bermacam-macam kegiatan produksi barang dan jasa yang diperlukan para
wisatawan.
b. Menurut Damarji
Industri Pariwisata adalah rangkuman dari berbagai bidang usaha yang secara
bersama-sama menghasilkan produk-produk dan service yang nantinya secara
langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanan.
2. Pengertian Produk Wisata
Menurut batasan ini produk wisata adalah semua bentuk pelayanan yang dinikmati
wisatawan dari ia berangkat meninggalkan tempat tinggalnya hingga ia kembali pulang.
29
Adapun unsur-unsur dari produk wisata yang merupakan suatu paket yang tidak terpisah,
yaitu :
a. Tourist objects yang terdapat pada daerah-daerah tujuan wisata yang menjadi daya
tarik orang-orang untuk datang berkunjung ke daerah tersebut.
b. Fasilitas yang diperlukan di tempat tujuan tersebut, seperti : akomodasi, restoran, bar,
entertainment dan rekreasi.
c. Transportasi yang menghubungkan negara asal wisatawan dengan daerah tujuan
wisatawan seperti transportasi di tempat tujuan ke objek-objek wisata.
Produk pariwisata merupakan suatu susunan produk yang terpadu, yang terdiri dari
objek wisata, atraksi wisata, transportasi, akomodasi dan hiburan dimana setiap unsur
dipersiapkan oleh setiap perusahaan dan ditawarkan secara terpisah.
30
Motif seseorang dalam melakukan suatu perjalanan wisata adalah untuk melepaskan
diri dari rasa jenuh/bosan terhadap suatu kegiatan/rutinitas. Dan kegiatan ini merupakan suatu
cara alternatif yang dilakukan seseorang untuk melepaskan dirinya dari rasa jenuh tersebut
dengan tujuan untuk bersenang-senang.
31
Artinya pentingnya menumbuhkan kesadaran masyarakat dan meningkatkan
Kesejahteraan masyarakat dalam pemberdayaan yang dilakukan. Indikator keberhasilan
pemberberdayaan dapat diukur karena hal demikian merupakan tujuan dan hasil yang
diharapkan dalam sebuah pemberdayaan masyarakat.
2.5 Strategi pengembangan kawasan wisata di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda
32
d. Activity clustering
Tidak menempatkan aktivitas wisata yang tidak sesuai satu sama lainnya/bertentangan
sifatnya dalam satu area yang sama/berdekatan, untuk menghindari bentrok kepentingan.
1) Mengamati Goa
Pengembangan fasilitas penerangan goa ini harus dilakukan dengan memperhatikan dari
bentuk goa dan tidak mengurangi kualitas dari daya tarik goa. Untuk menghasilkan suasana
yang lebih natural maka harus dilakukan pemasangan penerangan tradisional berupa obor,
dimana selain dapat menarik juga dapat memberi kesan berbeda dari atraksi wisata sejenis.
33
4) Rekreasi di alam terbuka sambil menikmati panorama alam
Walaupun aktivitas ini dinilai sudah cukup baik karena letaknya yang berada di area
pemusatan pengunjung dan berdekatan dengan berbagai fasilitas umum seperti toilet, tetapi
perlu dilakukan fasilitas pendukung sarana tempat cuci tangan (washtafel) dan penambahan
sarana tempat sampah disekitar area tersebut.
8) Mengamati tanaman
Aktivitas ini termasuk kedalam salah satu jenis aktivitas pengamatan flora yang dinilai sudah
cukup baik dengan pertimbangan bahwa aktivitas ini sangat bermuatan pendidikan bagi
pengunjung.
34
Dengan melihat pada potensi yang ada, maka direkomendasikan pengembangan aktivitas
wisata berbasis air / waterbased activity disekitar area kolam PLTA Bengkok yang memiliki
area kolam seluas kurang lebih 3000 M, dengan melakukan kerjasama saling
menguntungkan dengan pihak PLTA Bengkok untuk memberikan ragam aktivitas wisata,
terutama aktivitas wisata rekreasi bagi pengunjung. Aktivitas yang dapat dikembangkan
adalah seperti berperahu kayuh yang
dibedakanuntuk dewasa dan anak-anak.
a. Akomodasi
Seperti sudah diketahui bahwa belum terdapatnya fasilitas akomodasi si sekitar kawasan
TAHURA Djuanda, oleh karena itu pengembangan fasilitas akomodasi yang dapat sesuai
35
dengan tema pengembangan perlu dilakukan untuk mengantisipasi kebutuhan akomodasi
pada pengunjung.
Pasar yang dituju oleh pengembangan ini adalah orang yang ingin menyewa akomodasi
berbentuk rumah ataupun villa.
1) Peningkatan kualitas fasilitas meja taman dan tempat duduk, karena terd apat beberapa
fasilitas meja taman dan tempat duduk yang rusak dan perlu diperbaiki.
2) Penambahan fasilitas papan petunjuk baik peringatan maupun petunjuk arah pada beberapa
lokasi tertentu yang memiliki fasilitas ini terutama pada area pengembangan aktivitas wisata
yang baru.
3) Peningkatan kualitas fasilitas jalan setapak berbahan tanah untuk aktivitas wisata nature
tracking berupa pembuatan anak tangga pada jalan yang dirasa perlukan pada jalan yang
menanjak dan menurun.
4) Tempat parkir utama perlu dijadikan sebagai area pemusatan fasilitas umum yang
berisikan fasilitas toilet, kios cinderamata dan makanminum, serta fasilitas ibadah karena area
parkir utama dapat dikatagorikan sebagai area pemusatan pengunjung dan memiliki daya
dukung yang tinggi.
5) Pengadaan fasilitas spot pengamatan pada area-area tertentu yang memiliki kualitas
lingkungan yang baik, serta dekat dengan atraksi wisata.
36
6. Pengelolaan
Untuk meningkatkan kegiatan priwisata di kawasan TAHURA Djuanda, maka perlu struktur
organisai pengelola TAHURA Djuanda, sehingga pelaksanaan kegiatan pariwisata dapat
dilakukan/berjalan lebih maksimal pada pengelolaan wisata kawasan TAHURA Djuanda.
Kawasan wisata Lembang Bandung merupakan kawasan dataran tinggi khas pegunungan
yang banyak mempunyai objek wisata yang bisa kunjungi. Panorama alam di seputar
kawasan Lembang ini sangat bagus, udaranya pun sejuk. Tak salah apabila para pelancong
yang liburan ke Kota Bandung,hampir pasti akan menyempatkan diri untuk berkunjung ke
daerah Lembang. Lokasi Lembang ini tidak terlalu jauh dari pusat Kota Bandung. Selain itu,
banyak objek wisata yang baru dengan konsep alam yang unik, sebut saja farmhouse,
deranch dll.
Maka wajar saja wisata Lembang berkembang lebih pesat dibandingkan tempat wisata
Tamahn Hutan Raya (Tahura), karena objek wisata yang berada di lembang, telah beradpatasi
dengan kondisi sekarang.Sedangkan di Taman Hutan Raya (Tahura) kurang menarik, karena
destinasi wisata yang disediakan Tahura terbilang minim dan monoton. Hal itu dikarenakan
kurangnya kreatif dan aktif dari pihak pengelola dalam pengembangan kawasan wisata
TAHURA.
37
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda merupakan kawasan konservasi yang terpadu
antara alam sekunder dengan hutan tanaman yang terletak di Kota
bandung,indonesia.Luasnya mencapai 590 hektare membentang dari kawasan Dago Pakar
sampai Maribaya.
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda atau Tahura Ir. H. Djuanda dan sering disingkat THR
Djuanda:
Setiap pengunjung dikenakan biaya masuk sebesar Rp. 11.000,- Orang asing 75.000
Adapun tempat wisata yang ada di THR diantaranya yaitu taman bermain, museum, goa
belanda, goa jepang, curug omas,curug lalay, tebing keraton, dll. THR merupakan salah satu
destinasi wisata yang patut dikunjungi oleh wisatawan, karena lingkungannya masih sangat
asri,sehingga sangat cocok untuk bersantai menikmati panorama alam.
3.2 Saran
38
Berikut saran yang dapat kami berikan, diantaranya :
Perlu adanya perawatan dan penambahan fasilitas untuk menambah jumlah pengunjung
yang lebih banyak dengan memperhatikan karakteristik serta keinginan pengunjung
mengenai fasilitas tambahan, selain itu juga promosi agar dilakukan lebih gancar
khususnya untuk menarik minat wisatawan luar kota hingga mancanegara.
Peningkatan jumlah kunjungan untuk pencapaian penerimaan yang optimum dengan cara
penambahan fasilitas dilakukan dengan memperhatikan aspek konservasi dan fungsi
sosial dari kawasan tersebut.
Dapat memaksimalkan potensi dari kawasan TAHURA agar dapat menarik minat
wisatawn untuk berkunjung ke TAHURA
Melakukan penataan pad pedagang kaki lima yang berada disekitar kawasan TAHURA
Meningkatkan promosi wisata melalui berbagai alat promosi agar TAHURA dapt lebih
dikenal oleh wisatawan asing maupun lokal.
39