Anda di halaman 1dari 10

WISATA ALAM PANGJUJUGJUGAN TELAAH OBJEKTF DARI PERSPEKTIF PENGGELOLAAN SUMBERDAYA LAHAN

Oleh: Muh. Isa Ramadhan A. Pengantar Sumber daya alam merupakan faktor dominan dalam aktifitas kehidupan manusia, ketergantungan manusia terhadap sumber daya alam seringkali menjadikan manusia berhadapan dengan problematika ketersediaan sumber-sumber kehidupannya yang disediakan oleh alam. Fakta ini yang oleh Geograf dikategorikan sebagai kesadaran fisis determinis, dimana keseluruhan moda kehidupan disandarkan kepada alam. Pada keadaan seperti ini, hendaknya manusia yang dalam kelompok sosial dikategorikan sebagai masyarakat, melakukan perubahan terobosan terkait bagaiamana mengatasi problem dari ketergantungan sepenuhnya pada alam, benar kiranya jika alam memberikan seluruh sumberdaya bagi kehidupan manusia, akan tetapi tanpa kesadaran mengenai pengelolaan yang baik, tentu hal itu kedepannya menjadi masalah yang rumit untuk diselesaikan.

Saat ini tentunya tidak sedikit permasalahan yang tengah mengemuka terkait semakin berkurangnya kemampuan sumberdaya alam, dan semakin diperparah dengan kesadaran masyarakat yang enggan untuk bersikap bijak terhadap keadaan tersebut. Kiat positif tentunya menjadi tindakan utama dalam hal menjaga keberlangsungan sumberdaya alam, terutama masyarakat yang bersandar sepenuhnya pada lahan. Seperti diketahui, lahan adalah suatu objek atau daerah yang merupakan satu kesatuan Topografis, Batuan, Vegetasi, Iklim, Organisme dan lain sebagainya yang tidak bisa dipindah-pindah. Dapat diartikan, lahan pada suatu wilayah mempunyai karakteristik. Karaktersitik tersebut yang menjadi bagian dari kecenderungan lahan itu dapat dimanfaatkan.

Lahan bagi sebagain besar masyarakat merupakan sarana vital dalam penunjang kebutuhan, lahan yang dimanfaatkan masyarakat mencirikan pada pemanfaatan pada sektor pertanian dan perkebunan. Dalam perkembangannya, lahan terus menerus

mengalamai penurunan fungsi dan jenis penggunaan semakin homogen yang dikarenakan pengelolaan yang baik oleh masyarakat. Lahan pada dasarnya merupakan unit yang membuka kemungkinan pemanfaatan yang tidak bertumpu pada jenis pengeolaan pada sektor pertanian dan perkebunan semata, dalam hal ini terdapat banyak kemungkinan pemanfaatan yang tersedia, semisal pengembangan dalam hal pariwisata. Sektor pengembangan pariwisata berbasis pertanian dan perkebunan dapat kita lihat beberapa contoh jenis pengelolaan yang diuraikan diatas yhang dikembangan oleh Wisata Alam Pangjugjugan yang berada di desa Cilembu.

B. Deskripsi Wisata Alam Pangjugjugan

Wisata Alam Pangjugjugan, terletak di Desa Cilembu, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, areal wisata alam ini menempati lahan seluas 12 hektar akan tetapi lahan yang digunakan untuk wisata hanya sekitar 5 hektar. Desa cilembu sendiri sudah sangat dikenal sebagai desa penghasil ubi madu dan susu sapi. Tempat wisata ini dikembangkan oleh H. Jajat Suharja bermula dari kegemaran beliau dalam menanam pohon dan kemudian berkembang dan dikemas dalam bentuk wisata alam. Wilayah ini dulunya merupakan areal perkebunan masyarakat kampung babakan anjun desa cilembu, separuh dari areal tersebut merupakan tanah adat warga setempat. Areal Wisata Pangjugjugan dalam pengembangan konsep wisatanya, turut mengemas komoditi andalan desa untuk ditarkan kepada para pengunjung.

Kawasan wisata ini merupakan kawasan yang mengintegrasikan unsur Pertanian, perkebunan, peternakan dan pendidikan dalam satu kemasan wisata alam. Selain menggalakkan penanaman berbagai jenis pohon-pohon, dalam unsur pertanian, kawasan wisata ini membudidayakan tanaman buah yang bibitnya sengaja didatangkan dari berbagai daerah di indonesia, yang kesemuanya merupakan buah-buahan khas, diantaran Markisa dan jenis2 tanaman buah lainnya. Untuk jenis tanaman obat-obatan, komoditi yang dikembangkan antara lain teh Rosella dan jenis-jenis tanaman Herbal lainnya, ada juga tanaman lain yang coba ditanam di kawasan ini, diantaranya jenis jamur budidaya, tembakau dan strawberry. Maksud dari semua jenis tanaman ini adalah

untuk memperkenalkan kepada wisatawan jenis-jenis tanaman yang sangat banyak ragamnya di indonesia yang bisa dilihat langsung di kawasan wisata alam pangjujugan.

Hal yang sama juga dikembangkan untuk peternakan, jenis hewan ternak yang dibudidayakan disini diantaranya kerbau, sapi perah dan jenis-jenis ikan. Sapi perah selain dimanfaatkan untuk penghasil susu, juga dimaksudkan untuk paket pendidikan peternakan bagi para wisatawan. Untuk perikanan, ditawarkan kepada penduduk paket pemancingan ikan dan terapi ikan, terapi ikan ini ditawarkan secara gratis karena menurut pemilikya, ia sendiri tidak benar-benar tahu manfaat dari terapi ikan tersebut. yang menjadi nilai positif adalah, keseluruhan dari upaya budidaya tersebut, sebisa mungkin ditawarkan kepada wisatawan agar mereka mengenal secara lebih dekat dan bahkan ikut untuk terlibat secara langsung dalam setiap prosesnya.

Dalam hal saran dan prasarana, akses menuju kawasan ini terbilang cukup baik, meskipun lebar jalan masih belum cukup dan jalan yang agak menanjak, justru hal itulah yang memberi daya eksotika bagi para wisatawan. kawasan wisata ini menawarkan berbagai jenis tempat penginapan, permainan dan ragam hiburan alam dari tradisional hingga modern. Penginapan/cottage yang ditawarkan berupa pondokan dengan desain yang tradisional dan modern, pemondokan tersebut sengaja ditempatkan terpisah dan dengan jenis-jenis yang bervariasi. Beberapa jenis pemondokan yang cukup besar dinamakan Aula, secara keseluruhan jenis penginapan dan aula yang ditawarkan adalah, 4 buah aula Cottage dengan total 15 kamar, masing-masing kamarnya dilengkapi dengan 2 buah tempat tidur dan Fasilitas ruang pertemuan yang menawarkan

view/pemandangan alam pedesaan yang asri. tersedia juga penginapan atau yang disebut graha, graha ini menyediakan 22 kamar tidur dengan 2 tempat tidur disetiap kamarnya, graha ini memadukan konsep banguan modern dan tradisional. Terdapat juga Home Stay, yang menawarkan konsep dengan nuansa seperti istirahat dirumah sendiri, dengan fasilitas kamar yang lebih luas dan privasi, untuk jenis home stay ini ditawarkan dalam dua pilihan, yaitu home stay yang berjenis bangunan permanen dan tradisional. Dikawasan ini juga tersedia 2 jenis ruang pertemuan dengan kapasitas daya tampung maksimal 80 orang yang letaknya berdekatan, salah satu ruang pertemuan dilengkapi dengan fasilitas infokus/proyektor dan soundsystem. Selain itu terdapat juga Aula

dengan jenis bangunan panggung berbahan kayu yang mampu menampung hingga 100 orang. Terdapat pula fasilitas penunjang berupa lesehan yang berhadap langsung dengan areal persawahan, fasilitas penunjang ini dimaksudkan untuk sekedar tempat makan bersama dan bercengkrama oleh wisatawan. Pada aspek ini, secara keseluruhan prasarana pada kawasan wisata alam Pangjugjugan sudah sangat representatif baik kuantitas dari penginapan terebut juga kualitas, berupa jenis bangunan, fasilitas pendukung dan pelayanan, dan kesemuanya ditawarkan dengna harga yang relatafi terjangkau atau ekonomis.

Wahana wisata yang tersedia di kawasan wisata alam pangjugjugan berupa Curug, Kolam renang, Kolam Pancing, ngagogo ikan, bermain perahu, berkuda, terapi ikan, area bermain dengan jenis permainan tradisional hingga Flying Fox. Dalam menikmati wahana tersebut ditawarkan pula paket kegiatan diantarnya Family/corporate gathering, cilembu fishing trip, meeting package, cilembu camping package, ecological education trip. Di kawasan ini tersedia juga berbagai jenis menu makanan khas dengan harga yang cukup terjangkau. Kawasan wisata alam ini selain berusaha mendekatkan pengunjungnya dengan alam, turut pula memberi banyak pengetahuan dan keterampilan baik itu bercocok tanam dan keterampilan dengan latar belakang masyarakat pedesaan. Berbagai wahana yang ditawarkan semakin memanjakan pengunjung pada konteks masyarakat pedesaan.

Konsep pengembangan kawasan wisata alam ini, dapat dikatakan masih sebatas memfasilitasi kebutuhan masyarakat akan nuansa pedesaan, yang dikemas dalam bentuk wisata dan pendidikan. Belum ditemukan karakteristik konseptual jenis pengembangan kawasan ini selain wisata alam. Perkembangan dari kawasan ini dilihat sangat spontan dan belum dalam kerangka desain konspetual.

PETA KAWASAN WISATA ALAM PANGJUGJUGAN

C. Pangjugjugan dari Perspektif Pengelolaan sumberdaya lahan

Dilihat dari perspektif pengelolaan sumberdaya lahan, kawasan wisata alam pangjugjugan dapat dikatakan merupakan terobosan yang positif, mengingat dalam hal pengelolaannya, kawasan wisata alam pangjugjugan mengedepankan aspek konservasi dan pariwisata. Pendekatan lingkungan dan pelestarian yang dikemas dalam bentuk wisata memberi daya tarik sendiri bagi para wisatawan, terutama dalam kesadaran dan edukasi yang diperolah pengunjung ketika berwisata di tempat ini. Pengembangan lahan pada wisata alam pangjugjugan tidak mengabaikan prinsip dasar dari pemanfaatan dan pengelolaan lahan, lebih khusus pada pemanfaatan lahan secara berkesinambungan atau berkelanjutan.

Konsep dan arah pengembangan diperlukan dalam berbagai hal, terutama dalam pengembangan kawasan wisata, hal ini ditujukan untuk menciptakan kesan dan branding dari kawasan wisata tersebut. sejauh pengamatan dan dialog dengan pemilik wisata ini, konsep dan arah pengembangan kawasan wisata alam pangjugjugan masih dalam tahap perumusan dan perancangan. Ada niatan dari pemilik untuk menjadikan kawasan wisata ini menjadi kawasan kebun raya, tentu hal tersebut perlu dipertimbangkan dengan seksama.

Yang menarik dari kawasan wisata alam pangjugjugan adalah, keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan wisata, pendekatan yang dilakukan oleh pihak pengelola kepada masyarakat menyerupai dengan gagasan terkait Community Based Tourism secara sederhana dapat diungkapkan sebagai keterlibatan aktif masyarakat dalam pembanguan berkelanjutan dalam hal pariwisata. Merujuk Dalam pengertian WTO, pembangunan pariwisata berkelanjutan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan wisatawan saat ini, sambil melindungi dan mendorong kesempatan untuk waktu yang akan datang. Konsep pengembangan pariwisata secara jangka panjang turut memberi andil dalam pembangunan, dimana pembangunan tidak semata-mata bertumpu pada pembanguan fisik, melainkan turut memeri kontribusi positif bagi masyarakat sekitar, menurut Yaman dan Mohd (dikutip dari Nurhidayanti dalam

http://journal.unair.ac.id/detail_jurnal.php?id=2147&med=15&bid=8)

Pembangunan

Pariwisata berkelanjutan ditandai dengan empat kondisi, yaitu: 1. Anggota masyarakat harus berpartisipasi dalam proses dan perencanaan dan pembangunan pariwisata, 2. Pendidikan bagi tuan ruam, pelaku industri dan pengunjung, 3. Kualitas habitat kehidupan liar, penggunaan energi dan iklim mikro harus dimengerti dan didukung, 4. Investasi pada bentuk-bentuk transportasi alternatif.

Dari beberapa point diatas, diantaranya dapat dijumpai implementasinya pada kawasan wisata pangjugjungan. Lebih jauh mengenai Community Based Tourism, kawasan wisata pangjugjugan jika ditarik dalam dua pendekatan menurut Garrod (dikutip dari Nurhidayanti) sangat ideal terutama dalam hal perencanaan, dimana menurut Garrod, pertama; Perencanaan konsep wisata cenderung dikaitkan dengan sistem perencanaan formal yang sangat menekankan pada keuntungan potensial dari ekowisata dan yang kedua; kecenderungan perencanaan konsep pariwisata dikaitkan dengan perencanaan partisipatif yang lebih concern pada ketentuan dan pengaturan yang lebih seimbang antara pembangunan dan perencanaan dan terkendali. Konsep pendekatan ini lebih menekankan pada kepekaan terhadap lingkungan alam dalam dampak pembanguan ekowisata.

Secara teoritis, pembangunan kawasan wisata alam pangjungjugan sangat ideal, sehingga jika dimasukkan dalam pendekatan mengenai Community Based Tourism, kawasan wisata alam pangjugjugan merupakan penerjemahan secara ideal dari Community based tourism. Community based tourism adalah: 1. Bentuk pariwisata yang memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk mengontrol dan terlibat dalam manajemen dan pembanguan pariwisata, 2. Masyarakat yang tidak terlibat dalam usaha-usaha pariwisata juga mendapat keuntungan, 3. Menuntut pemberdayaan secara politis dan demokratis, dan distribusi keuntungan pada komunitas yang kurang beruntung di pedesaan.

Jika melihat perkembangan dari wisata alam pangjugjugan yang dapat dikatakan cenderung spontan dan kurang terkonsep, namun hal tersebut justru memberi ruang bagi masyarakat setempat untuk berpartisipasi dalam perencanaan kawasan tersebut dimasa yang akan datang. Dalam praktiknya, kawasan alam pangjugjugan telah melibatkan masyarakat sejak awal pembangunan kawasan ini, dan pemilik maupun masyarakat tidak mengenal mengenai konsep Community Based Tourism. Keterlibatan masyarakat dalam pengembangan kawasan ini tidak dikarenakan adanya konsep CBD, melainkan murni atas dasar partisipasi dan perkembangan masyarakat desa terhadap potensi desanya. Hal tersebut dapat dilihat dari, tidak adanya pembatasan areal, areal pemukiman penduduk dan resort yang berdekatan, lalu lintas masyarakat yang hendak berkebun bisa melintasi kawasan wisata, pekerja di kawasan wisata ini keselurahan merekrut masyarakat sekitar, kerjasama pengelolaan kawasan secara terpadu antara pemilik dan masyarakat, pembagian hasil keuntungan dari kawasan ini kepada masyarakat desa yang diperuntukkan untuk pembangaunan dan lain sebagainya.

Fenomena yang sering timbul dari pembangunan kawasan ekowisata adalah, keselarasan kawasan tersebut dengan masyarakat atau penduduk sekitar, kebanyakan kawasan wisata berbasis ekowisata menjadi sangat ekslusif dan tidak memberi ruang partisipasi aktif bagi masyarakat sekitar. Fenomena tersebut nyaris tidak dijumpai di kawasan wisata alam pangjugjugan, hal ini dikarenakan, sedari awal pembanguan kawasan ini, peran masyarakat desa menjadi hal yang utama. Jenis pengembang kawasan wisata seperti wisata alam pengjugjugan ini, turut memberi influens positif bagi pengembangan masyarakat desa. Situasi demikian memungkinkan terbukanya kesempatan dan kemungkinan ekonomis yang bisa diolah oleh penduduk dari interaksi dengan pengunjung pada kawasan tersebut, semisal memasarkan hasil bumi dan kerajinan masyarakat lokal dan lain sebagainya.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada kawasan wisata alam pangjugjugan adalah, tindakan konservasi dan pembudidayaan berupa tanaman keras, harusnya dibuat lebih variatif dan heterogen, serta lebih mengutamakkan jenis tumbuhan berdaun lebar. Hal ini dikarenakan, jenis tumbuhan berdaun lebar, kemampuan meloloskan air hujan lebih tinggi. Pada areal kawasan wisata alam pangjugjugan, banyak

dijumpai tumbuhan pinus, karena menurut penduduk dan pengelola, tumbuhan pinus lebih cepat tumbuh dibanding tumbuhan yang lain, seperti diketahui tumbuhan pinus merupakan tumbuhan berdaun jarum, yang daunnya banyak memiliki rongga/pori, jenis tersebut memungkinkan untuk menangkap air hujan, sehingga, air hujan yang jatuh ke permukaan tanah menjadi sedikit. Haterogenitas tumbuhan perlu dalam hal konservasi dan menjaga ketersediaan air, terutama pada jenis tumbuhan yang kemampuan meloloskan air tinggi.

Pada kawasan ini, ketersedian air menjadi problemtika tersendiri. Banyaknya wahana wisata yang mengandalkan air, seperti Curug, Kolam renang, kolam pemancingan dan beberapa kolam bermain ditambah penginapan yang membutuhkan air, menjadikan keseluruhan fasilitas tersebut kehilangan kemampuaanya, terutama pada musim kemarau. Sumber air yang hanya bersandar pada satu curug tentunya menjadi sangat riskan, ditambah minimnya tumbuhan yang mampu menyimpan air pada daerah hulu. Sumber air yang menjadi penyuplai bagi kebutuhan kawasan ini, tidak digunakan sendiri, melainkan digunakan bersama oleh penduduk desa sekitar. Minimnya ketersediaan air pada musim kemarau terbukti ketika kunjungan yang dilakukan pada saat musim kemarau, nyaris dari semua wahana, hanya kolam renanglah yang masih difungsikan, selebihnya wahana lain harus mengalami kekeringan akibat kekurangan pasokan air. Kawasan ini sepenuhnya bersandar pada ketesediaan air dan hanya dimungkinkan pada masa musim penghujan.

D. Penutup

Dari keseluruhan uraian diatas, kawasan wisata alam pangjugjugan merupakan sebuah kontribusi terhadap konservasi dan pemafaatan lahan yang sangat posisif, dimaMna dalam pembanguannya, bersandara pada kaidah-kaidah pengelolaan yang baik. keterlibatan masyarakat dalam hal perencanaan dan pemanfaatan merupakan hal yang sulit dilakukan oleh beberapa kawasan wisata, tetapi di kawasan wisata alam pangjugjuggan hal itu menjadi keutamaan atau substansi dari keberadaan wisata alam tersebut. kontribusi dari keberadaan wisata alam pangjunggjugan bagi masyarakat dan pengnjugn dirasa sangat membantu terutama dalam hal menambah wawasan dan

pengetahuan mengenai pemanfaatan lahan. Patut kirannya dalam perencanaan pariwisata berbasis ekologi, mengacu pada apa yang telah dilakukan oleh para pengembang di kawasan wisata alam pangjungjugan, sehingga apa yang menjadi citacita pelestarian alam yang menguntungkan dapat dipraktekkan di beberapa wilayah.

Anda mungkin juga menyukai