Anda di halaman 1dari 5

Diantara Pilihan untuk maju atau stagnan Oleh : Vicky Mokoagow

Abstrak Dewasa ini, kita masih dihadapkan pada wajah Indonesia yang masih marak dengan kemiskinan, dekadensi moral para pilitikus, krisis identitas dan budaya serta corak bangsa Indonesia yang makin hari makin konsumtif terhadap produk luar negeri dan ketergantungan terhadap kebijakan pemerintah khususnya dalam subsidi dan hal-hal gratis lainnya. Namun disatu sisi Negara kita juga dibebani akan sebuah harapan yang tak kunjung tercapai, yaitu slogan sebagai Negara maju atau walfare state (Negara Kesejahteraan). Namun dengan begitu besarnya harapan yang dipatok oleh rakyat terhadap Negara, ternyata masih banyak pula rakyat yang tidak sadar bahwa Negara kita sedang mengalami krisis internal bangsa yang tentunya akan sangat berpengaruh terhadap gerak maju Negara kita, apalagi kini kita berada dizaman globalisasi yang dimana sebuah Negara untuk bisa bersaing dan maju tentunya harus mempunyai system politk, social, budaya yang kuat serta kompetitif. Efisiensi Efisiensi anggaran belanja Negara mungkin bisa menjadi alternative yang pas untuk mendongkrak atau setidaknya menstimulator gerak maju Negara ini dalam konteks globalisasi. Namun untuk sebuah kebijakan kadang sering terjadi controversial yang relative wajar untuk ukuran Negara yang penuh dengan subsidi hingga hari ini, apalagi berbicara tentang efisiensi. Potret kemiskinan mungkin yang menjadi alasan utama untuk membantah kebijakan tersebut. Keadilan katanya belum tercapai hingga detik ini, yah dengan lantang kita harus jujur menjawab bahwa keadilan masih jauh dari harapan Negara kita. namun untuk ukuran zaman globalisasi yang sarat dengan persaingan kadang Negara kita terlalu kecil ketika perdebatan kita hanya terbatas pada pro dan kontra tentang keadilan yang ujung-ujungnya meminta subsidi disana-sini yang dengan seterusnya rakyat kita makin manja dan malas untuk begerak dan hanya berujung pada terbentuknya karakter bangsa yang konsumtif dan terbelakang. Utang yang membengkak

Efisiensi dan efektifitas harus menjadi harga mati bila Negara ini ingin maju atau setidaknya bertahan. Berkaca dari utang Negara kita yang makin hari makin membengkak, sampai hari ini utang Negara kita masih dalam taraf yang sangat meprihatinkan yang apabila diakumulasikan kira-kira mencapai; Rp1.695 triliun atau naik Rp 17,13 triliun dibanding akhir 2010. Bila dikonversi ke dollar Amerika Serikat, utang Indonesia mencapai US$ 187,19 miliar. (metrotvnews.com)

jelas hal tersebut menjadi pukulan telak untuk bangsa Indonesia yang hingga kini masih tergolong apatis terhadap masaalah negara. Yang harusnya menjadi tanggung jawab serta mencari jalan keluar bersama, tapi pertanyaannya apakah kita masih memiliki rasa nasionalisme yang tinggi atau malah sebaliknya. Perlu pula menjadi catatan penting bahwa penghasilan Negara dari rakyat lewat pajak (PPn + PPh dll.) sebesar Rp. 339.02 Triliun, hanya separuh dari biaya yang dibebankan untuk membayar hutang pemerintah. Dan hal tersebut diperparah lagi dengan tuntutan rakyat akan subsidi disana-sini (BBM dll.) dan itu menjelaskan bahwa rakyat kita masih terlalu apatis dengan menutup mata dan telinga akan krisis utang Negara yang makin hari makin meretakkan Negara kita. Sekarang lewat penjelasan sedikit diatas apakah masih wajar untuk kita bergantung atau meminta suap terus dari pemerintah? Hanya ada dua jawaban yang bisa kita pilih kalau iya, berarti kita harus bersiap untuk tetap menjadi bangsa yang terbelakang, konsumtif (ketergantungan) dan tentunya stagnan atau mungkin runtuh sebagai Negara bangsa yang makin hari makin rapu akan tekanan internal dan eksternal. Kalau jawabannya Tidak berarti kita harus bersiap untuk berjuang lebih keras lagi sebagai Negara bangsa khususnya untuk berthahan dan maju selangkah demi selangka untuk lebih maju

Berkaca dari Cina dan India serta Negara maju lainnya Sedikit cerita dari cina : Cukup Sebutir beras (bagaimana cina bangkit) Alkisah suatu hari terjadi suatu perselisihan paham antara Mao dengan Pemimpin Sovyet. Perselisihan itu semakin memanas hingga pemerintah soviet mengeluarkan pernyataan. meskipun rakyat cina harus berbagi satu celana dalam untuk dua orang, cina tetap saja tidak akan mampu membayar hutangnya. Pernyataan yang sangat menyinggung perasaan itu kemudian disampaikan Mao pada rakyatnya lewat radio, dari pagi hingga malam secara terus menerus ke seluruh penjuru negeri sambil mengajak rakyatnya untuk bangkit dan melawan penghinaan tersebut dengan cara berkorban. Mao mengajak rakyatnya menyisihkan sebutir beras; ya,hanya sebutir beras untuk setiap anggota keluarga setiap kali mereka akan memasak. Satu rumah yang terdiri dari 3 orang maka cukup disisihkan 3 butir beras. Beras yang disisihkan dari 1 Milyar penduduk cina tersebut akan menghasilkan 1 milyar butir beras setiap hari. Hasinya dikumpulkan untuk membayar hutang ke Negara pemberi hutang, yang telah menghina mereka. Aklhirnya cina berhasil melunasi hutangnya ke sovyet dalam waktu yang sangat cepat. (The little Red Book ; Leadership secrets of MAO TSE-TUNG ;2010) Sedikit penggalan cerita ditas bagaimana menggambarkan spirit cina untuk mengatasi keterjepitan hutang mereka lewat keja sama yang solid antara pemerintah dan rakyatnya untuk membentuk sebuah identitas cina yang baru yang lebih mandiri dan efisien serta efektif.

Untuk blajar lebih maju khususnya dalam prinsip efisiensi dan efektifitas, sebenarnya untuk ukuran asia kita punya dua patron yang sudah lebih dulu bergerak maju atau lepas landas dari kepterpurukan banga dari kemiskinan dan ketergantungan Cina yang berpenduduk lebih besar dari pada Indonesia yaitu jumlah penduduk yang mencapai kurang lebih 1 milyar penduduk, kini lebih diperhitungkan dalam konstelasi global khususnya dalam bidang ekonomi, begitupun dengan India yang relative memiliki potret sejarah yang sama dengan cina kini telah diperhitungkan dunia lewat kebijakan-kebijakan ekonomi mereka yang kini mulai ditakuti oleh dunia barat bersama dengan barisan Negara anggota BRIC lainnya (Brazil, India, cina dan Rusia) ; Akhir-akhir ini, kinerja perekonomian India dan Cina menarik perhatian dunia. Bahkan di tengah-tengah ancaman resesi ekonomi AS, India dan Cina (bersama dengan Rusia dan Brazil) dianggap mampu mengambil alih peta perekonomian global. Lalu apa yang membuat mereka begitu sukses? Para pembicara sepakat bahkan sukses tidaknya sebuah perekonomian tidak bisa dilihat dari faktor-faktor ekonomi belaka, melainkan juga harus melihat faktor-faktor lain, seperti sosial, politik dan budaya.

Sistem pasar yang terjadi di India dan Cina pada dasarnya memiliki ciri khas yang berbeda dengan sistem pasar yang terjadi di AS dan Eropa. Di kedua negara, hubungan negara, pasar dan masyarakat sipil terjadi begitu dinamis dan spesifik. Secara lebih detail, mereka menjelaskan:

1. Sejarah perkembangan ekonomi India dan Cina diawali dengan bentuk ekonomi sentralistis (sosialis). Kemudian, sistem ekonomi sedikit terbuka ketika pengaruh liberalisasi memasuki sistem ekonomi. Sistem ekonomi India dan Cina pada dasarnya merupakan kombinasi yang khas antara sistem sosialis dan liberal.

2. Mengenai tata kelola pemerintahan (governance). Dalam kasus privatisasi, persoalannya bukanlah semata-mata pengalihan kepemilikan (ownership), melainkan keterbukaan informasi dan membangun iklim bisnis yang kompetitif. Di India, ada banyak aktor informal yang bermain dalam ekonomi, sehingga yang dibutuhkan bukanlah mengalihkan kepemilikan tetapi membenahi governance-nya.

3. Ekonomi informal dikelompokkan sebagai sektor ekonomi tersendiri, karena dia bukan termasuk ekonomi pasar tetapi juga bukan negara. Pada konteks masyarakat urban, konsekuensinya distingsi publik-privat menjadi kurang relevan.

4. Di India perekonomian ditandai dengan kuatnya hubungan negara dan industri yang ditopang juga oleh kuatnya peran masyarakat sipil. Negara sangat mendukung terciptanya perusahaan internasional yang berbasis kepada teknologi. Sementara itu, masyarakat sipil sangat kritis dan memiliki daya analisis yang kuat karena dekat dengan kelompok intelektual. Akibatnya, interaksi berbagai kelompok ini menentukan bentuk model perekonomian yang khas.

5. kekuatan ekonomi India dan Cina juga didukung oleh budaya. Kemajuan ekonomi di India dan Cina tidak menyebabkan tradisi di kedua negara tersebut lantas hilang. Sebaliknya, justru tradisi dan nilai-nilai sosial mereka yang menjelaskan kembali fungsi negara dan pasar di kedua negara tersebut. Selama ini, tradisi tersebut tidak terlihat oleh berbagai indikator ekonomi, melainkan hanya bisa terlihat oleh indikator sosial. (Joel Ruet dan Leila Choukroune; success of ekonomi India and cina ; 2008 ) Cina dan india kini menjadi sebuah Negara dengan kekuatan ekonomi yang diperhitungkan dikonstelasi ekonomi global selain USA dan Negara-negara maju lainnya. Hal tersebut dapat terwujud karena antara pemerintah dan rakyat cina mempunyai solidaritas yang tinggi untuk berkomitmen dan berusah sekeras mungkin agar bisa maju dan bertarung dalam percaturan politik dan ekonomi dunia. Yah karena cina dan india mempunyai rakyat dan pemerintah yang efisien dan tentunya efektif dalam mengelola system dalam sebuah Negara yang apabila kita kaitkan dengan Indonesia di masa kini tentunya sangat kontras dengan masih maraknya rakyat yang manja dan ketergantungan serta yang lebih ironis adalah kecenderung mengkritik kemudian menutup mata dan telinga terhadap masalah Negara, yang seharusnya rakyat lebih dewasa khususnya untuk berkolaborasi dengan pemerintah lewat solidaritas dan komitmen yang kuat untuk bergerak kearah kemajuan seperti halnya yang diterapkan dicina dan india yang tentunya lebih beruntung kartena memiliki rakyat yang dewasa dan mengerti akan krisis internal Negara mereka.

Alternative Kebijakan sebagai bentuk transformasi progresif Indonesia Dalam menghadapi krisis Negara ini, setidaknya Negara dan Pemerintah sebagai pemegang kendali tentunya harus menawarkan pola baku yang baru serta efisien dan efektif. Sebagai Negara yang kaya akan sumber daya alam, Negara (Indonesia) dalam konteks ini sebagai pemegang kebijakan harus memanfaatkannya sebagai kekuatan utama dalam basis ekonomi. Privatisasi atau menasionalisasikan perusahaan asing dianggap perlu seperti halnya yang diterpakan oleh cina dan india. Selain itu juga harus terbuka pada arus informasi yang cepat dalam arus globaliasasi sebagaimana yang diterapkan juga oleh Iran. Secara logika-rasionalnya, privatisasi perusahaan asing dianggap adalah bentuk perwujudan keadilan dan keberhakkan untuk menikmati kekayaan alam yang diwariskan oleh ibu pertiwi. yang apabila dikelola oleh oleh orang asing tentunya provit yang ditawarkan berbeda pula.

Menyediakan lapangan kerja yang terjangkau oleh seluruh rakyat Indonesia Negara harus menyediakan lapangan kerja yang luas dan terjangkau oleh seluruh rakyat, seperti perusahaan-perusahaan yang berskala internasional (Avocet, Freport dll) pemerintah harus mengutamakan orang-orang pribumi untuk mengisi pos-pos utama di dalam perusahaan tersebut. Yaitu lewat pendidikan dan penguasaan tekhnologi yang harus dibekali kepada orang-orang pribumi, sebagaimana yang dilakukan oleh jepang dan iran. Peningkatan upah buruh dan pegawai swasta serta jaminan social yang memadai Upah buruh dan pegawai swasta harus disejahterakan apabila kitaberkaca pada dominasi tenaga kerja rakyat kita yang lebih condong ke buruh dan pegawai swasta, UMP (upah minimal propinsi) harus dinaikkan agar tidak terkesan bercorak feudal serta jaminan social yang memadai harus diterapkan agar tetap menjamin kesejahteraan para buruh dan pegawai swasta. Regulasi pasar yang efektif khususnya dalam bidang pertanian dan nelayan. Dalam konteks globalisasi ini pemerintah harus memegang kendali regulasi pasar yang lebih berpihak kepada para rakyat pribumi khususnya petani dan nelayan sebagai mayoritas identitas rakyat kita. pemerintah harus mengutamakan prodak dan hasil petani dan nelayan kita. yaitu dengan menyediakan pasar yang berpihak pada hasil pertanian dan nelayan kita. serta sebijak mungkin memfasilitasi petani dan nelayan kita agar dapat bersaing ditengah pasar bebas yang keras dan kompetitif. Memfasilitasi serta memberdayakan prodak industry dalam negeri. Pemerintah harus memfasilitasi serta memberdayakan prodak-prodak buatan dalam negeri khususnya dibidang tekhnologi, otomotif dan elektronik. Serta menstimulator rakyat dengan pendidikan yang berbasis pada sains dan tekhnologi yaitu agar bisa menciptakan rakyat yang kreatif dan inovatif khususnya untuk menciptakan produk-produk tekhnologi yang berasal dari buatan anak-anak pribumi sebagaimana yang diterpakan dijepang, cina dan india. Yang dengan sendirinya akan menciptakan peradaban yang maju untuk nehara kita sendiri. Semoga dengan Efiensi dan Efektifitas negera kita bisa lebih maju dan mandiri Subsidi tetap ada tetapi harus dibatasi pada tataran yang sewajarnya!!! Maju dengan Efisiensi dan efiktifitas kebijakan negara Atau. stagnan dan makin melarat dengan terus memanjakkan rakyat yang makin hari makin miskin akan kreativitas, inovatif dan miskin akan spirit untuk bangkit!!!

Anda mungkin juga menyukai