Anda di halaman 1dari 4

1. Prasenja, Y. (2018).

Peran Masyarakat Dalam Pengelolaan Ekominawisata Pulau Lusi,


Kabupaten Sidoarjo. Majalah Geografi Indonesia. Vol. 32, No.2. 123-129

2. Latarbelakang Penelitian
Pulau Lusi adalah pulau buatan yang dibentuk untuk menanganani endapan sedimen yang
ada di Muara Sungai Porong akibat dari semburan panas yang mengalir ke laut melalui
Sungai Porong. Saat ini pulau dengan luas sekitar 94 ha ini dimanfaatkan untuk menjadi
lahan ekosistem mangrove di muara dan perikanan budidaya dengan sistem wanamina
(Silvofishery).
Dari hasil penelitian Hidayah dan Wijayanto (2013) menunjukan bahwa ekosistem
mangrove di Kabupaten Sidoarjo mengalami penurunan luas, dari yang semula 1.236,42
ha menjadi 1.203,35 ha. Kerusakan ekosistem mangrove di daerah tersebut sebagian
besar disebabkan oleh aktivitas penebangan liar dan adanya konversi lahan mangrove
menjadi lahan tambah oleh masyarakat sekitar.
Pada dasarnya Pulau Lusi Sidoarjo memiliki potensi dan keunikan sumber daya alam
pada kawasan ekosistem mangrove. Jika hal ini dikelola dengan baik maka akan sangat
berperan dalam mengembangkan aspek ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan
masyarakat kawasan Pulau Lusi. Salah satu cara mengelolanya dengan pendekatan
edukasi dan ekonomi melalui kegiatan pariwisata adalah ekominawisata.

3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai potensi ekominawisata di Pulau Lusi.
Dengan mengetahui potensi yang ada, maka dapat dirumuskan strategi/kebijakan yang
tepat untuk mencapai penyejahteraan masyarakat dan pelestarian ekosistem mangrove di
Pulau Lusi.

4. Pembahasan Isi Jurnal


a. Tinjauan Pustaka
1. Ekosistem mangrove adalah ekosistem khas di sepanjang pantai atau muara
sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut (Muharam, 2014).
2. Wanamina adalah integrasi antara budidaya organisme air payau dan mangrove di
kolam yang sama (Purwiyanto dan Fitri, 2014).
3. Ekowisata (ecotourism) adalah pengalaman perjalanan yang didalamnya meliputi
pelestarian lingkungan serta kelestarian penduduk sekitar dan budaya (Bickfortet
al, 2017)
4. Mengacu Tuwo (2011), suatu kawasan dapat dijadikan sebagai kawasan ekowisata
apabila memenuhi Kriteria sosial ekonomi , Kriteria ekologi, Kriteria penunjang
5. Minawisata adalah pemanfaatan kawasan wisata dengan pengembangan produksi
perikanan untuk mencapai ketertarikan masyarakat pengguna akan pengembangan
perikanan pada kawasan tersebut (Dermawan, et al, 2012).
6. Ekominawisata adalah aktivitas perjalanan wisata untuk menikmati suasana alami
ekosistem mangrove dan sumberdaya ikan di dalamnya secara bertanggung jawab
dengan ikut serta menjaga kelestariannya (Prasenja, et al, 2017).

b. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Dusun Tlocor, Desa Kedung Pandan, Kecamatan Jabon,
Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

c. Metode Penelitian
Dalam penelitian, digunakan gabungan antara metode penelitian kuantitatif dan
kualitatif. Metode kuantitatif dengan cara pengambilan data berupa kuisioner yang
diberikan kepada 94 responden dengan mengajukan beberapa pertanyaan terkait
kegiatan wisata di Pulau Lusi. Sedangkan metode kualitatif dilakukan dengan
pengambilan data berupa wawancara, observasi dan dokumentasi terkait penanganan
ekosistem mangrove di Pulau Lusi.

d. Hasil Penelitian (meliputi fakta unik yang muncul dan sikap/saran peneliti)
1. Terdapat beberapa jenis spesies mangrove dengan kerapatan dan ketebalan
mangrove yang baik seperti canthusebracteatus vahl (Jeruju putih), Acanthus
ilicifolius L (Jeruju hitam/daruyu/darulu), Acrostichum aureumlinn (paku
cai/wikakas/paku laut/mangrove varen), Aegiceras floridum (Mange-
kasihan/teruntung), Avicennia alba (Api-api), Sonneratia alba (Pidada/ bogem),
dan Avicennia marina (Api-api putih).
2. Terdapat satwa berjenis mamalia, burung, ikan, dan biota laut lainnya termasuk
satwa langka Ketam Tapak Kuda. Namun, satwa ini tidak menjadi daya tarik
wisata karena rendahnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya keberadaan
satwa tersebut.
3. Sistem wanamina Pulau Lusi dalam budidaya mangrove dan ikan dapat
memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan wisata bagi masyarakat sekitar dan
para turis.
4. Akses jalan menuju kawasan penelitian sudah cukup mumpuni dengan adanya
jalan aspal sepanjang 15 Km dan dua dermaga. Meskipun belum dilengkapi
dengan drainase dan penerangan jalan yang cukup baik. Pengelolaan sarana
penunjang di Pulau Lusi seperti lahan parkir dan toilet sudah dapat dikatakan
layak.
5. Dusun Tlocor (lokasi penelitian) sebelum bencana lumpur di Sidoarjo merupakan
daerah terpencil dengan hanya berpenduduk 675 jiwa.
6. Berdasarkan data, sebagian besar warga desa Tlocor berpendidikan rendah
(52,13% responden berpendidikan SMP dan 31,91 berpendidikan SMA) dan
dominan berprofesi sebagai pekerja kasar seperti buruh (26,60%) dan nelayan
(23,40%)
7. Masyarakat Dusun Tlocor dengan keterbatasan keterampilan dan pengetahuannya
termotivasi untuk berpartisipasi dalam pengelolaan wisata yang ada di Pulau Lusi.
8. Perlu adanya penguatan 4 stakeholder berupa :
a. KKP harus melakukan edukasi, sosialisasi dan promosi dengan manfaat
yang diperoleh seperti pelestarian lingkungan, pelestarian Budaya, PNBP ,
dan publikasi
b. Pemda harus melakukan edukasi, sosialisasi dan promosi dengan manfaat
yang diperoleh seperti pelestarian lingkungan, pelestarian budaya dan
penerimaan pajak serta publikasi
c. Masyarakat diharapkan dapat melakukan aktivitas berupa operator
transportasi, pemandu wisata, berdagang, pemelihara mangrove dengan
manfaat yang diperoleh seperti pemberdayaan dan peningkatan kapasitas
d. CSR harus menjalankan edukasi, promosi, adopsi mangrove agar
tercapainya pelestarian lingkungan pelestarian budaya publikasi

e. Kesimpulan

Potensi ekominawisata mangrove Pulau Lusi dapat ditingkatkan lewat peran dan
partisipasi masyarakat serta lembaga terkait agar terciptanya masyarakat sejahtera dan
kelestarian dari mangrove itu sendiri.

5. Penilaian Terhadap Isi Jurnal


Setelah membaca dan melakukan analisis jurnal hasil penelitian yang berjudul "Peran
Masyarakat Dalam Pengelolaan Ekominawisata Pulau Lusi, Kabupaten Sidoarjo" saya
tidak menemukan kekurangan dalam jurnal ini. Justru saya menemukan beberapa
kelebihan yang ada di dalam penulisan jurnal tersebut seperti peneliti menyantumkan
banyak rujukan teori dalam penulisannya, peneliti menyajikan data yang dapat dengan
mudah dimengerti pembaca, peneliti melakukan analisis data dengan sangat rinci, serta
peneliti mampu dan mau memberikan saran ataupun solusi atas permasalahan yang
sedang dikajinya.
Jurnal ini menggugah kesadaran saya akan pentingnya kelestarian mangrove, namun tetap
mengedepankan fungsi kesejahteraan bagi masyarakat. Dari isi jurnal ini, saya
mendapatkan pengetahuan mengenai beberapa konsep wisata ramah lingkungan. Saya
berharap jurnal ini dapat menjadi pijakan pemerintah setempat untuk menetapkan
kebijakan terhadap konservasi ekosistem mangrove untuk pemenuhan aspek ekonomi,
sosial, budaya, wisata, dan lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai