Anda di halaman 1dari 2

Ibu kota Indonesia harus segera mungkin dipindahkan dari Jakarta.

Saat ini DKI Jakarta dapat


dikatakan sudah terlalu padat dan kurang layak disebut sebagai ibu kota karena begitu
kompleknya permasalahan yang ada didalamnya. Salah satunya adalah permasalahan
kependudukan yang sangat padat dengan begitu minimnya lahan yang tersedia. Permasalahan
ini tentunya akan menyebabkan permasalahan lain, misal permasalahan kemacetan,
permasalahan lingkungan seperti banjir, polusi air dan udara, serta semakin tingginya angka
kriminalitas.
Permasalahan kompleks yang terjadi di Jakarta sebenarnya terjadi pembangunan yang hanya
terpusat di kawasan Jakarta dan sekitarnya. Hampir semua kantor-kantor pemerintahan, pusat
perdagangan, konsentrasi populasi, pusat perindustrian, dan infrastruktur lainnya dibangun
di Jakarta. Kondisi ini akan menyebabkan Jakarta sebagai suatu kota besar harus menanggung
beberapa fungsi sekaligus. Diantaranya sebagai kota pusat administrasi pemerintahan dan
kota pusat sosial, ekonomi, maupun budaya. Kondisi ini tentu tidak baik, fungsi yang satu
seringkali mengganggu fungsi yang lain.

Ibu kota Indonesia dapat dipindahkan ke lokasi yang dianggap strategis baik secara fisik daerah,
ekonomi, sosial, maupun budayanya. Daerah yang sangat memungkinkan untuk dijadikan
sebagai ibu kota adalah daerah di Pulau Kalimantan. Samarinda atau Pekanbaru merupakan
sebagaian kandidat terkuatnya.
Samarinda dan Pekanbaru dianggap telah memenuhi beberapa kriteria untuk dijadikan ibu kota.
Kriteria yang dimaksud diantaranya lokasi strategis, tersedia lahan luas, aman dari potensi
bencana alam, tersedia sumber daya alam yang baik dan cukup, dekat dengan kota yang sudah
eksis secara infrastruktur, memiliki potensi sosial yang rendah, dan lain-lain.
Pemindahan ibu kota harus dipersiapkan dengan sangat matang. Karena wacana ini tentunya
akan memiliki keuntungan besar bagi kita semua. Pemindahan ibu kota ke Kalimatan yang
notabene berada di kawasan tengah Indonesia tentunya akan memudahkan pemerintah untuk
membentuk sebuah birokrasi yang optimal. Pemerintah dapat secara lebih mudah memantau
kawasan wilayah Indonesia dari bagian barat hingga timur.
Jika bener terealisasi, maka pemindahan ibu kota ini dapat menjadi sebuah langkah baru untuk
melakukan pemerataan ekonomi dan pembangunan. Selama ini keduanya terkesan Jawa
Sentris. Karena pada kenyataanya memang sebagian besar perekonomian Indonesia berada di
pulau jawa (Nurzaman, 2002; Winarso dan Firman, 2002). Sedangkan daerah-daerah terpelosok
terutama di kawasan timur Indonesia masih mengalami ketertinggalan dalam segi hal
pengembangan wilayah.
Namun, dampak negatif dari wacana ini harus tetap diperhatikan. Pemindahan ibu kota tentunya
akan sangat membebani APBN. Dana yang harus dikeluarkan untuk merealisasikan wacana ini
tentunya berpotensi besar menyebabkan adanya inlasi. Menurut Bappenas, ada sedikitnya
tambahan 0,2% inflasi jika rencana ini dilakukan. Meskipun sebenarnya, inflasi ini relatif kecil
dan bersifat sementara.
Di sisi lain, resiko gangguan operasional pemerintahan juga menjadi salah satu kerugian yang
dapat terjadi. Pemerintah tentunya harus bekerja extra pada pemindahan dokumen negara serta
beserta aparatur-aparaturnya. Belum ditambah permasalahan lingkungan dan sosial karena
pemindahan ibu kota tentunya diikuti perpindahan sumber daya manusia.
Pemindahan ibu kota tentunya memiliki dampak bagi wilayah tujuan dan asalnya. Wilayah
tujuan akan mengalami kemajuan dalam segala hal pembangunan baik infrastruktur, ekonomi,
maupun sosial. Hal ini karena wilayah tersebut nantinya akan menjadi pusat pertumbuhan baru.
Dampak positif lainnya, wilayah tersebut dari segi hal pertahanan dan keamanan akan menguat.
Tidak hanya itu potensi-potensi sumber daya alam dan manusia yang ada berpotensi untuk
berkembang secara maksimal. Namun, masih ada risiko kerusakan lingkungan akibat
pembangunan dan gejolak sosial budaya di ibu kota baru karena adanya perbedaan budaya
dengan wilayah asal.
Wilayah asal akan terkurangi bebannya dari sisi permasalahan sosial ekonominya. Dampak
lainnya adalah kawasan alami dan subur yang ada akan dapat terjaga secara baik. BPS (2010)
melaporkan bahwa setiap tahun terjadi penyusutan lahan pertanian di Jawa seluas 27 juta hektar.
Selain itu, wilayah asal akan lebih mudah dalam melakukan penataan kawasan karena
berkurangnya berbagai permasalahan kompleksnya.
Dalam wacana ini semua pihak dapat berperan di dalamnya. Termasuk mahasiswa. Mahasiswa
secara tidak langsung dapat memberikan pengaruh bagi pelaksanaan wacana ini. Contohnya
seperti mahasiswa dapat memberikan masukan mengenai lokasi strategis yang dapat dijadikan
ibu kota. Selain itu, mahasiswa dapat mengawal sekaligus mengawasi prosedur yang ada agar
wacana ini dapat berjalan optimal.
Untuk itu alangkah baiknya pemerintah Indonesia merealisasikan wacana pemindahan ibu kota
ini. Pemindahan ibu kota ini sebenarnya bertujuan untuk kepentingan jangka panjang bangsa
Indonesia. Yakni agar di masa depan nanti, pemerintahan yang ada mampu bekerja secara
maksimal lewat kebijakan-kebijakanya dan pada akhirnya cita-cita bangsa Indonesia menjadi
bangsa sejahtera, adil, dan makmur dapat diraih. Namun, pemerintah dalam hal wacana
pemindahan ibu kota sebaiknya tetap mempersiapkan dengan matang dan tentunya melibatkan
peran masyarakat dalam hal pelaksanaannya, terutama mahasiswa.

Daftar Pustaka
Chaniago, A. A. dkk, Visi Indonesia 2033; Pemindahan Ibukota Ke Kalimantan Lorong Keluar
Dari Berbagai Paradoks Pembangunan, Menuju Indonesia Yang Tertata. Tim Visi Indonesia
2033.
Yunia, L dan Rozi, S. 2007. Wacana Pemindahan Ibukota di Indonesia (Studi Kasus Opini
Mahasiswa,Dosen,dan Karyawan IISIP Jakarta). IISIP Jakarta.
Panitia Seminar Nasional Palangka Raya 2017. 2017. Pemindahan Ibukota Negara, Pengaruh
Kebijakan dan Masa Depan Indonesia. Prosding Seminar Nasional Pemindahan Ibukota
Negara 2017. Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia. 129

Anda mungkin juga menyukai