Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS KELAYAKAN PROYEK PEMBANGUNAN

JEMBATAN WISATA HUTAN MANGROVE DESA LAPANDEWA


MAKMUR KECAMATAN LAPANDEWA
KABUPATEN BUTON SELATAN

NAMA : AMIRUDDIN

NIM : 023211931

UPBJJ : 83 / KENDARI

PROGRAM STUDI : S1 / ILMU PEMERINTAHAN

UNIVERSITAS TERBUKA (UT)


TAHUN PELAJARAN 2019.2/2020.1
I. PENDAHULUAN

Dewasa ini hampir semua daerah di Indonesia berusaha mengembangkan sektor


pariwisata untuk meningkatkan pendapatan daerahnya. Pariwisata telah menjadi salah satu
industri terbesar didunia sekaligus merupakan andalan utama untuk devisa di berbagai
negara. Pengembangan pariwisata tidak lepas dari unsur fisik seperti kondisi bentang alam
serta infrastruktur maupun unsur non fisik seperti unsur sosial,budaya dan ekonomi, maka
dari itu perlu diperhatikan peranan unsur tersebut.
Menurut Sujali (1989), geografi merupakan faktor yang penting untuk pertimbangan
perkembangan pariwisata. Perbedaan iklim merupakan salah satu faktor yang mampu
menumbuhkan serta menimbulkan variasi lingkungan alam dan budaya, sehingga dalam
mengembangkan kepariwisataan karakteristik fisik dan non fisik suatu wilayah perlu
diketahui. Pengembangan industri pariwisata mempunyai pengaruh yang cukup kuat bagi
perkembangan wilayah di daerah sekitar obyek wisata, sehinggga dapat bertindak sebagai
leading industries, yaitu sektor unggulan yang mampu meningkatkan perekonomian daerah.
Dirjen Pariwisata Republik Indonesia tahun 1985 mengklasifikasikan kegiatan
pariwisata kedalam tiga jenis aktifitas pokok yaitu sebagai berikut di bawah ini:
1. Obyek wisata alam (Natural resourses)
Bentuk dan wujud dari obyek wisata ini berupa pemandangan alam, seperti obyek
wisata berwujud pada lingkungan, pegunungan, pantai, lingkungan hidup yang berupa flora
dan fauna.
2. Obyek wisata budaya (cultural resourses)
Bentuk dan wujud dari obyek wisata ini lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan
maupun manusia, seperti tarian tradisional maupun kesenian, upacara adat, upacara
keagamaan , upacara pemakaman dan lain-lain.
3. Obyek wisata buatan manusia (Man made resourses)
Bentuk dan wujud obyek wisata ini sangat dipengaruhi oleh upaya dan aktivitas
manusia. Wujudnya dapat berupa museum, tempat ibadah, permainan musik kawasan wisata
yang dibangun seperti taman mini, kawasan wisata ancol, dan lain sebagainya.
Kabupaten Buton Selatan adalah salah satu kabupaten di Propinsi Sulawesi Tenggara
yang terdiri atas pulau-pulau kecil dengan pantai pasir putih yang indah. Kondisi ini sangat
tepat jika dijadikan sebagai tempat tujuan wisata. Oleh karena itu salah satu desa di
Kabupaten Buton Selatan yaitu Desa Lapandewa makmur yang kaya dengan hutan mangrove
mencoba membangun tempat tujuan wisata berupa Jembatan Wisata Hutan Manggrove.
II. PERMASALAHAN

1. Apa tujuan pembangunan jembatan wisata hutan mangrove?


2. Factor-faktor apa yang mendukung dan menjadi daya tarik dari wisata hutan
mangrove?
3. Bagaimanakah analisis kelayakan pembangunan jembatan wisata hutan mangrove
terssbut?

III. PEMBAHASAN

A. Pengertian Wisata
Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Bab 1 Pasal
1 dinyatakan bahwa wisata adalah :“Kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan
pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu
sementara”.
Jadi, pengertian wisata megandung empat unsur, yaitu kegiatan perjalanan; dilakukan
secara sukarela; bersifat sementara; perjalanan itu seleruhnya atau sebagian bertujuan untuk
menikmati obyek dan daya tarik wisata.
Wisata berdasarkan jenis-jenisnya dapat dibagi kedalam dua kategori, yaitu:
a. Wisata Alam, yang terdiri dari:
1. Wisata pantai (Marine tourism), merupakan kegiatan wisata yang ditunjang oleh
sarana dan prasarana untuk berenang, memancing, menyelam, dan olahraga air
lainnya, termasuk sarana dan prasarana akomodasi, makan dan minum.
2. Wisata Etnik (Etnik tourism), merupakan perjalanan untuk mengamati perwujudan
kebudayaan dan gaya hidup masyarakat yang dianggap menarik.
3. Wisata Cagar Alam (Ecotourism), merupakan wisata yang banyak dikaitkan dengan
kegemaran akan keindahan alam, Kesegaran hawa di pegunungan, keajaiban hidup
binatang (margasatwa) yang langka, serta tumbuh-tumbuhan yang jarang terdapat di
tempat-tempat lain.
4. Wisata Buru, merupakan wisata yang dilakukan di negri-negri yang memang memiliki
daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan digalakan
oleh berbagai agen atau biro perjalanan.
5. Wisata Agro, merupakan jenis wisata yang mengorganisasikan perjalanan ke proyek-
proyek pertanian, perkebunan, dan ladang pembibitan di mana wisata rombongan
dapat mengadakan kunjungan peninjauan untuk tujuan studi maupun menikmati
segarnya tanaman di sekitarnya.
b. Wisata Sosial-Budaya, yang terdiri dari:
1. Peninggalan sejarah kepurbakalaan dan monumen, wisata ini termasuk golongan
budaya, monumen nasional, gedung bersejarah, kota, desa, bangunan-bangunan
keagamaan, serta tempat-tempat bersejarah lainnya seperti bekas pertempuran (battle
fields) yang merupakan daya tarik wisata utama di banyak negara.
2. Museum dan fasilitas budaya lainnya, merupakan wisata yang berhubungan dengan
aspek alam dan kebudayaan di suatu kawasan atau daerah tertentu. Museum dapat
dikembangkan berdasarkan pada temanya, anatara lain museum arkeologi, sejarah,
entologi, sejarah alam, seni dan kerajinan, ilmu pengetahuan dan teknologi, industri,
ataupun dengan tema khusus lainnya.

B. Manfaat Pariwisata
Apapun motivasi seseorang melakukan perjalanan wisata, maka bagi seorang wisatawan
perjalanan tersebut akan mempunyai beberapa manfaat, antara lain sebagai berikut:
1. Perjalanan wisata merupakan wahana penyegaran dan regenerasi fisik dan mental.
2. Perjalanan wisata merupakan kompensasi terhadap berbagai hal yang melelahkan,
sekaligus juga sebagai wahana integrasi sosial bagi mereka yang di rumahnya merasa
teralienasi.
3. Perjalanan wisata merupakan pelarian dari situasi keseharian yang penuh ketegangan,
rutinitas yang menjemukan, atau kejenuhan-kejenuhan karena beban kerja.
4. Perjalanan wisata merupakan mekanisme bagi seseorang untuk dapat mengeluarkan
perasaannya, melalui komunikasi dengan orang lain termasuk dengan masyarakat
lokal.
5. Perjalanan wisata merupakan wahana untuk mengembangkan wawasan.
6. Perjalanan wisata merupakan wahana untuk mendapatkan kebebasan.
7. Perjalanan wisata merupakan wahana untuk realisasi diri.
8. Perjalanan wisata memang merupakan sesuatu yang menyenagkan, membuat hidup
lebih bahagia.
C. Pengertian dan Fungsi Hutan Mangrove
Hutan mangrove atau hutan bakau merupakan hutan yang berada di lingkungan
perairan payau. Hutan ini merupakan hutan yang sangat dipengaruhi okeh keberadaan
pasang surut air laut. Ekosistem hutan ini juga khas. Ke khasan ekosistem hutan
mangrove ini salah satunya karena adanya pelumpuran di wilayah hutan tersebut. Karena
jenis tanah yang dimiliki oleh hutan ini cenderung berlumpur, maka bisa dibayangkan
hanya sedikit jenis tumbuhan yang bisa hidup di daerah ini.
Adapun manfaat dari hutan mangrove ini adalah sebagai berikut:
1. Fungsi ekonomi. Dilihat dari segi ekonomisnya, hutan mangrove ini memiliki fungsi
sebagai berikut:
- Menghasilkan beberapa jenis kayu yang kualitasnya diakui baik
- Menghasilkan hasil- hasil non kayu. Hasil non kayu yang dihasilkan hutan ini
dikenal sebagi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Hasil hutan bukan kayu ini
biasanya serupa arang kayu, tanin, bahan pewarna, kosmetik, hewan, serta bahan
pangan dan juga minuman.
2. Fungsi ekologis. Dilihat dari segi ekologisnya, hutan mangrove ini memiliki fungsi
sebagai berikut:
- Hutan mangrove memiliki fungsi sebagai pelindung pantai dari abrasi ombak-
ombak laut yang bisa mengikis pinggir- pinggir pantai
- Menjadi habitat berbagai jenis hewan. Hewan- hewan yang hidup di sekitar pantai
antara lain biawak air, kepiting bakau, udang lumpur, siput bakau, dan berbagai
jenis ikan belodok
- Menjadi tempat hidup atau habitat bagi banyak tumbuhan atau flora

D. Tujuan Pembangunan Jembatan Wisata Hutan Mangrove


Desa Lapandewa Makmur Kecamatan lapandewa Kabupaten Buton Selatan Propinsi
Sulawesi Tenggara melalui Dana Desa Tahun Anggaran 2020 mengalokasikan anggaran
untuk pembangunan jembatan wisata hutan Mangrove. Pembangunan tersebut memiliki
tujuan sebagai berikut.
1. Memanfaatkan Dana Desa tahun 2020 yang tepat sasaran yaitu sebagai pembangunan
infrastruktur yang berhasil guna dan berdaya guna;
2. Meningkatkan pendapatan asli desa melalui pengembangan sarana dan parsarana
bidang pariwisata;
3. Meningkatkan usaha pengelolaan lingkungan yang bersih, aman dan nyaman;
4. Menjaga kelestarian lingkungan terutama hutan mangrove yang semakin terancam;
5. Melindungi habitat flora dan fauna yang ada di wilayah pantai Desa lapandewa
Makmur Kecamatan lapandewa kabupaten Buton Selatan;
6. Menyiapkan fasilitas untuk dapat menyalurkan hobi generasi muda seperti
memancing dan berenang;
7. Sebagai tempat rekreasi atau hiburan masyarakat.

E. Faktor-faktor pendukung yang menjadi daya tarik jembatan wisata hutan


mangrove.
Jembatan wisata hutan mangrove yang dibangun dari Dana Desa tahun anggaran 2020
sebagaimana tujuan tersebut di atas dapat dilaksanakan karena memiliki factor-faktor
pendukung yang memadai. Dari segi daya tariknya, pembangungan jembatan wisata hutan
mangrove tersebut adalah:
1. Dari sisi lokasi, bahwa jembatan wisata hutan mangrove ini dibangun pada lokasi
yang cukup menarik karena terdapat di pesisir pantai. Lokasinya terletak di Teluk
Lande yang kanan dan kirinya terbentang barisan bukit yang indah, dan di bagian
depannya rerbentang lautan lepas yang dilalui oleh berbagai jenis kapal laut. Pada
bagian belakang adalah perkampungan penduduk, jadi lokasi ini terletak di
perkampungan penduduk, sehingga wisatawan tidak kesulitan untuk memperoleh
kebutuhannya.
2. Dari sisi kondisi alamnya, wisata ini terletak di peisisir pantai yang berpasir putih,
dengan iklim tropis, jadi terkesan bersih dan tak berlumpur.
3. Dari sisi flora dan fauna, terdapat berbagai jenis mangrove yang berupa hutan bakau
dengan ketinggian sedang, dan telah berumur ratusan tahun. Sepanjang pantai penuh
dengan bakau, baik yang telah tua maupun yang masih muda. Selain itu hidup
berbagai jenis ikan dan kepiting yang turut mengiasi keindahan pantai.
4. Dari segi penduduk sekitar, penduduk sekitar adalah warga desa asli yang masih
memegang teguh budaya tradisional, masih memupuk rasa persaudaraan yang tinggi,
sehingga terkesan sangat ramah dan menghargai pendatang dari luar daerahnya.
Disamping itu masih tersimpan budaya peninggalan leluhur berupa benda pusaka,
benteng, dan tari tradisional sehingga dapat juga dikunjungi oleh wisatawan.
F. Analisis Kelayakan
Ada beberapa aspek yang perlu dilakukan studi untuk menentukan kelayakkan suatu
usaha. Masing-masing aspek tidak berdiri sendiri akan tetapi saling berkaitan. Artinya jika
salah satu aspek tidak dipenuhi maka perlu dilakukan perbaikan atau tambahan yang
diperlukan.
Dalam melakukan kegiatan pembangunan jembatan wisata hutan mangrove di Desa
Lapandewa makmur, Kecamatan lapandewa Kabupaten Buton Selatan juga perlu diadakan
analisis kelayakan. Berikut ini dapat dijelaskan hasil analisis kelayakan terhadap beberapa
aspek kelayatan, yaitu sebagai berikut:
1. Aspek hukum dan legalitas.
Aspek ini merupakan aspek yang paling penting dipertimbangkan, karena
berhubungan dengan legal atau tindaknya suatu proyek dilakukan. Pengakuan secara hokum
penting untuk menghindari benturan kepentingan dan konflik yang ditimbulkan.
Secara hukum pembangunan jembatan hutan mangrove di Desa lapandewa Makmur,
Kecamatan lapandewa kabupaten Buton Selatan telah mendapat persetujuan yang dituangkan
dalam bentuk Surat Keputusan Kepala Desa Lapandewa Makmur tentang Pengelolaan Dana
Desa (DD) dan Alokasi Dana Desa (ADD) tahun anggaran 2020. Kesepatan ini diambil dari
hasil Musyawarah Antar Dusun (MAD) 1 dan 2 yang melibatkan seluruh masyarakat Desa
Lapandewa Makmur. Hasil MAD 1 dan 2 dirangkum dan diajukan ke Musyawarah Rencana
Pembangunan (MUSREMBANG) tingkat Lapandewa sampai pada Musrembang Tingkat
Kabupaten Buton Selatan. Hasilnya diputuskan bahwa Pembangunan Jembatan Wisata Hutan
Mangrove di Desa Lapandewa Makmur menjadi salah satu kegiatan perioritas yang didanai
dari Dana Desa pada Tahun Anggaran 2020.
2. Aspek Finansial.
Aspek finansial atau atau aspek keuangan adalah aspek yang sangat menentukan
karena sangat berhubungan dengan ketersediaan anggaran modal dasar pembangunan proyek
tersebut.
Proyek Pembangunan Jembatan Wisata Hutan Mangrove di Desa Lapandewa,
Makmur Kecamatan Lapandewa Kabupaten Buton Selatan mendapatkan sumber dana dari
Dana Desa Tahun Anggaran 2020 sebesar Rp.645.312.000,00 ditambah dengan swadaya
masyarakat berupa penyediaan material local berupa batu dan pasir sebesar Rp.5. 727.500,00,
sehingga total anggaran sebesar Rp.651.039.500,00.
3. Aspek Manajeman
Manajemen berfungsi untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
dan pengendalian. Didalam pembangunan proyek, telah disusun manajemennya antara lain
menyusun rencana kerja, siapa saja yang terlibat, bagaimana mengkoordinasikan dan
mengawasi pelaksanaan proyek dengan sebaik-baiknya.
Dari segi manajemennya, Pembangunan Jembatan Wisata Hutan Mangrove di Desa
Lapandewa, Makmur Kecamatan Lapandewa Kabupaten Buton Selatan, telah tersusun sejak
awal perencanaan, yakni perumususan rencana kerja yang disusun oleh tenaga keknis sebagai
Tenaga Teknisi Desa, pembentukan Tim Pelaksana Kegiatan (TPK), dan adanya pengawas
proyek dari Tingkat Kecamatan, Inspektorat Kabupaten, sampai pada tingkat BPK.
4. Aspek Sumber Daya manusia

Dalam pembangunan proyek, perlu didukung oleh ketersediaan sumber daya manusia
(SDM). Sangat diperlukan tenaga ahli dalam setiap tahapan kegiatan.
Pada Pembangunan Jembatan Wisata Hutan Mangrove di Desa Lapandewa, Makmur
Kecamatan Lapandewa Kabupaten Buton Selatan dapat diuraikan ketersediaan SDM nya
sebagai berikut:
a. Pada tahap perencanaan kegiatan, desain dan penyusunan Rencana Anggaran Biaya
(RAB) dilaksanakan oleh Tenaga Teknis Desa yang berkompeten dan telah melalui
seleksi yang ketat.
b. Pada pelaksanaan kegiatan, dilaksanakan oleh Tim Pelaksana Kegiatan yang
dianggap mampu dan cakap untuk mengelola kegiatan. Disamping itu tersedia tenaga
kerja local berupa tukang batu dan konstruksi yang sudah berpengalaman.
c. Pada tahap pengawasan, tersedia Tim Pengawas Kegiatan dari tingkat kecamatan dan
kabupaten yang telah mendapat surat keputusan dan surat tugas dari Kepala Daerah.
5. Aspek Pasar dan Pemasaran
Aspek ini sangat berhubungan dengan nilai produk dari suatu proyek yang ditawarkan
kepada masyarakat. Pembangunan Jembatan Wisata Hutan Mangrove di Desa Lapandewa,
Makmur Kecamatan Lapandewa Kabupaten Buton Selatan jika dilihat dari segi pasar dan
pemasaran dapat dikatakan laku dijual. Hal ini karena sesuai kondisi saat ini banyak
masyarakat yang membutuhkan tempat rekreasi dan hiburan. Dan wisata hutan mangrove ini
merupakan wisata baru yang ada wilayah Kabupaten Buton Selatan. Lokasinya yang mudah
dijangkan melalui darat dan laut serta berada di dekat pemukiman penduduk.
6. Aspek Teknis dan Teknologi
Dasi segi aspek teknis dan teknologi, Pembangunan Jembatan Wisata Hutan
Mangrove di Desa Lapandewa, Makmur Kecamatan Lapandewa Kabupaten Buton Selatan,
sejak awal perencanaan sudah tersedia tenaga teknis yang menyusun perencanaan dan
membuat Rencana Anggaran Kegiatan (RAB). Pada kegiatan pelaksanaan tidak
membutuhkan teknologi modern karena pelaksanaan pekerjaan bersifat manual dan
membutuhkan tenaga kerja manusia. Dukungan teknologi pada kegiatan administrasi dan
pelaporan cukup memadai karena tersedia teknoligi informasi dan komunikasi baik secara
online maupun offline.
7. Aspek Ekonomi Sosial dan Budaya
Apabila dilihat dari sisi ekonomi, keberadaan tempat wisata ini justru akan
meningkatkan perekonomian masyarakat, karena dengan kedatangan wisatawan baik
wisatawan lokal maupun mancanegara akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah berupa
pembayaran biaya masuk. Disamping itu masyarakat sekitar dapat memasarkan produk
daerahnya untuk menambah penghasilan keluarga.
Dari segi sosial, wisata ini akan ramai dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai
daerah, sehingga akan terjalin hubungan sosial dengan masyarakat lain dan memungkinkan
adanya kerja sama di bidang bisnis-bisnis komersial.
Ditinjau dari segi budaya, wisata ini tidak bertentangan dengan budaya setempat,
karena sejak lama masyarakat sekitar adalah masyarakat pantai dengan kehidupan sebagai
nelayan. Budaya daerah dapat pula diperkenalkan di tempat wisata ini.
8. Aspek Lingkungan Hidup
Dengan adanya Pembangunan Jembatan Wisata Hutan Mangrove di Desa Lapandewa,
Makmur Kecamatan Lapandewa Kabupaten Buton Selatan, akan lebih terjaga kelestarian
lingkungan tertama hutan mangrove. Kawasan pantai yang selama ini banyak dijadikan
sebagai tempat pembuangan sampah akan terjaga kelestariannya karena adanya lembaga
khusus yang mengelola tempat wisata. Kehidupan biota laut yang selama ini menjadi sumber
kehidupan masyarakat akan juga tetap terpelihara karena dibentuk organisasi masyarakat
pedulu terumbu karang dan organisasi inilah yang menjadi pengawas terhadap pemeliharaan
dan pengelolaan hasil laut.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sektor pariwisata saat ini merupakan
sektor andalan yang dapat meningkatkan pendapatan negara dan masyarakat. Dalam
pengelolaan proyek termasuk proyek di sektor pariwisata harus selalu dilakukan analisis
kelayakan. Analisis ini dimaksudkan agar proyek yang dikerjakan tidak menimbulkan
kegagalan. Selain itu proyek yang tidak dianalisis dengan dengan tepat akan berdampak
buruk pada kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara.
Setelah melakukan analisis secara detail terhadap proyek Pembangunan Jembatan
Wisata Hutan Mangrove di Desa lapandewa makmur Kecamatan lapandewa Kabupaten
Buton Selatan, maka dikatakan bahwa proyek tersebut layak untuk dibangun atau dilanjutkan
pekerjaannya.
Melihat hasil analisis seperti yang diuraikan tersebut, dan pentingnya pelestarian
lingkungan, maka melalui tulisan ini penulis memberikan sumbangan saran, bahwa analisis
kelayakan proyek adalah merupakan langkah yang paling tepat sebelum memulai
pelaksanaan kegiatan proyek. Hal ini dimaksudkan agar proyek yang dikerjakan tidak
menimbulkan kegagalan dan berdampak negatif. Selain itu hal yang paling penting adalah
terciptanya lingkungan hidup dan lingkungan sosial yang kondusif adalah dambaan setiap
masyarakat. Oleh karena itu sangat diharapkan agar pelaksanaan proyek memperhatikan hal
tersebut. Pemerintah dan masyarakat harus bahu membahu dalam setiap langkah
pembangunan demi kepentingan dan keselamatan bersama. Suksesnya sebuah proyek harus
didukung oleh suksesnya pemerintahan dan tentramnya kehidupan masyarakat sekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Husein Umar. Studi Kelayakan Bisnis. (PT Gramedia Pustaka: Jakarta, 2005) h. 245-256.
Raharjo. 2007. Analisis Proyek Pembangunan. Semarang: Aneka Ilmu.
Sarasanti, Anggun. (2012). Pengertian Pariwisata , [Online].
Sutojo, S. 1996. Studi Kelayakan Proyek. Jakarta: Damar Mulia Pustaka.
_________ 2020. https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hutan/hutan-mangrove

Anda mungkin juga menyukai