PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan potensi Danau Pinus
sebagai tempat wisata.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Burangrang, yang ada di kabupaten Bandung Barat merupakan peninggalan
zaman Belanda, dimana para penjajah menanam pohon tersebut agar kondisi
di kaki gunung Burangrang mirip dengan tempat asalnya.
4
hiburan di kota-kota besar ataupun untuk ikut serta dalam keramaian pusat-
pusat wisatawan. Sementara orang mengadakan perjalanan semata-mata untuk
menikmati tempat-tempat atau alam lingkungan yang jelas berbeda antara satu
dengan yang lainnya.
b. Pariwisata untuk Rekreasi (Recreation Tourism)
Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang menghendaki
pemanfaatan hari-hari liburnya untuk beristirahat, untuk memulihkan kembali
kesegaran jasmani dan rohaninya, yang ingin menyegarkan keletihan dan
kelelahannya. Biasanya, mereka tinggal selama mungkin di tempat-tempat
yang dianggap benar-benar menjamin tujuan-tujuan rekreasi tersebut
(misalnya, di tepipantai, di pegunungan, di pusat-pusat peristirahatan atau
pusat-pusat kesehatan) dengan tujuan menemukan kenikmatan yang
diperlukan.
c. Pariwisata untuk Kebudayaan (Culture Tourism)
Jenis ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi, seperti keinginan untuk
belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset, untuk mempelajari adat istiadat,
kelembagaan, dan cara hidup rakyat negara lain, untuk mengunjungi
monumen bersejarah, peninggalan peradaban masa lalu dan sebaliknya
penemuan-penemuan besar masa kini, pusat-pusat kesenian, pusat-pusat
keagamaan, atau juga ikut serta dalam festival-festival seni musik, teater,
tarian rakyat dan lain-lain.
d. Pariwisata untuk Olah Raga (Sport Tourism)
Jenis ini dapat dibagi dalan dua kategori :
Big Sports Events, yaitu peristiwa-peristiwa olahraga besar seperti
olimpiade, kejuaraan ski dunia, kejuaraan tinju dunia, dan lain-lain
yang menarik perhatian tidak hanya pada olahragawannya sendiri,
tetapi juga ribuan penonton atau penggemarnya.
Sporting Tourism of the Practitioners, yaitu pariwisata olahraga bagi
mereka yang ingin berlatih dan mempraktekkan sendiri, seperti
pendakian gunung, berkuda, berburu, memancing, dan lain-lain.
Negara yang memiliki banyak fasilitas atau tempat-tempat olahraga
seperti ini tentu dapat menarik sejumlah besar penggemar wisata
seperti ini.
5
e. Pariwisata untuk Urusan Usaha Dagang (Business Tourism)
Jenis pariwisata ini telah memberi banyak persoalan. Banyak ahli teori,
ahli sosiologi maupun ekonomi beranggapan bahwa perjalanan untuk
keperluan usaha tidak dapat dianggap sebagai perjalanan wisata karena unsur
voluntaryatau sukarela tidak terlibat. Menurut para ahli teori, perjalanan usaha
ini dapat berbentuk profesional travelatau perjalanan karena ada kaitannya
dengan pekerjaan atau jabatan yang tidak memberikan kepada pelakunya baik
pilihan daerah tujuan maupun waktu perjalanan.
f. Pariwisata untuk Berkonvensi (Convention Tourism)
Peranan jenis pariwisata ini makin lama makin penting. Tanpa menghitung
banyaknya konvensi atau konferensi nasional, banyaknya simposium maupun
sidang yang diadakan setiap tahun di berbagai negara pada tahun 1969 telah
ditaksir sebanyak 3.500 konferensi internasional. Jumlah setiap tahunnya terus
meningkat sehingga pada tahun 1980 telah mencapai 19.000 konferensi
internasional. Konvensi dan pertemuan bentuk ini sering dihadiri oleh ratusan
bahkan ribuan peserta yang biasanya tinggal beberapa hari di kota atau negara
penyelenggara.
6
Ada berbagai bentuk pariwisata dengan alat angkutan yang dipakai,
misalnya kereta api, kapal laut, kapal terbang, bus dan kendaraan umum
lainnya. Wisatawan yang berjalan kaki atau pedestrian tourism (hikers) sampai
sekarang masih banyak penggemarnya. Bentuk ini patut diperhatikan terutama
untuk kebijaksanaan investasi.
7
Tempat makan; pertimbangan yang perlu dilakukan dalam penyediaan
fasilitas makanan dan minuman antara lain adalah jenis dan variasi
makanan yang ditawarkan, tingkat kualitas makanan dan minuman,
pelayanan yang diberikan, tingkat harga, tingkat higenis, hal-hal lain
yang dapat menambah selera makan seseorang, serta lokasi tempat
makan, biasanya dikaitkan dengan lokasi akomodasi dan rute
perjalanan wisata (Inskeep 1991 dalam Indriasari 2002).
Tempat parkir; tempat parkir dapat berupa parkir terbuka atau parkir
tertutup, dan berdasarkan letaknya, tempat parkir dapat berupa parkir
pinggir jalan dan parkir di luar jalan. Parkir di luar jalan dapat dibuat
bertingkat pada gedung parkir khusus, atau tidak bertingkat (sebidang)
pada lahan yang merupakan bagian dari lahan bangunan fasilitas
tertentu.
Fasilitas belanja; berbelanja merupakan salah satu aktivitas kegiatan
wisata, dan sebagian pengeluaran wisatawan didistribusikan untuk
berbelanja. Karenanya fasilitas terhadap aktivitas belanja perlu
dipertimbangkan dalam perencanaan dan pengembangan pariwisata,
bukan hanya sebagai pelayan.
Sarana pergerakan; keterhubungan antara suatu lokasi dengan lokasi
lain merupakan komponen penting dalam sistem kepariwisataan
(Gunn 1988 dalam Indriasari, 2002). Karenanya untuk menciptakan
saling keterhubungan antar berbagai tempat dalam satu kawasan
wisata dan untuk memberi kemudahan dalam pergerakan dari satu
tempat ke tempat yang lain, perlu adanya prasarana dan sarana
pergerakan tersebut harus disesuaikan dengan keberdaannya di suatu
lokasi wisata.
Fasilitas umum; selain sarana yang telah disebutkan di atas, juga
diperlukan fasilitas umum sebagai sarana pelengkap (Indriasari,
2002). Dalam studi ini fasilitas umum yang dikaji meliputi fasilitas-
fasilitas umum yang biasa tersedia di tempat-tempat rekreasi di
Indonesia, yaitu : WC umum dan tempat ibadah.
8
Jasa pariwisata, sebagaimana jasa lainnya memiliki sifat khas, yaitu tidak
biasa ditimbun dan akan dikonsumsi pada saat jasa tersebut dihasilkan (Yoeti,
1996). Dari sifat ini dapat pula dikatakan bahwa jasa pariwisata adalah
pelayanan wisata yang diberikan kepada wisatawan. Analisis terhadap
pelayanan wisata merupakan hal penting karena pengeluaran yang dihabiskan
oleh wisatawan untuk membayar pelayanan memberikan input utama dalam
analisis ekonomi kepariwisataan (Gunn, 1988 dalam Indriasari, 2002). Jasa
pariwisata meliputi jasa perencanaan, jasa pelayanan dan jasa
penyelenggaraan pariwisata (UU No. 9 Tahun 1990). Komponen pelayanan
jasa wisata yang dikaji dalam studi ini meliputi :
1. Pusat informasi; dalam pengelompokan komponen-komponen
pariwisata, informasi dan promosi merupakan pelayanan yang sejalan.
Dengan adanya informasi, orang dapat memberikan penilaian yang
berkaitan dengan pengalaman dari perjalanan wisata yang akan
mereka lakukan, dan penilaian ini akan mempengaruhi keputusan
pilihan tujuan wisata mereka (Gunn 1998 dalam Indriasari, 2002).
Memberikan nilai promosi yang menggambarkan daya tarik obyek
wisata.
2. Pemandu wisata; untuk bentuk-bentuk tertentu dalam sistem
kepariwisataan mungkin memerlukan jenis-jenis fasilitas dan
pelayanan wisata khusus (Indriasari, 2004).
9
(dalam Konteks pembangunan fasilitas dan infrastruktur),
meminimalkan perubahan terhadap pemandangan alam, memelihara
budaya tradisional.
10
2.8.2 Konsep Wisata Berbasis Masyarakat (Community Based Tourism)
Prinsip dasar kepariwisataan berbasis masyarakat adalah menempatkan
masyarakat sebagai pelaku utama melalui pemberdayaan masyarakat
dalam berbagai kegiatan kepariwisatan. Jika masyarakat dilibatkan, pasti
timbul hubungan yang sinergi antara masyarakat dan pariwisata sehingga
kemanfaatan kepariwisataan sebesar-besarnya diperuntukkan bagi
masyarakat. Pemberdayaan masyarakat sebagai unsur penting yaitu
sebagai stakeholder utama dalam pengembangan, disamping pemerintah
dan swasta. Karena keberhasilan jangka panjang industri pariwisata sangat
tergantung pada tingkat penerimaan dan dukungan dari masyarakat atau
komunitas lokal
.
2.8.3 Konsep Pengembangan Ekowisata
Salah satu batasan mengenai pengertian konsep pengembangan
ekowisata (eco tourism), adalah bagian terbaru pengembangan
kepariwisataan di Indonesia, dimana sisi dan materi utama yang di jual
adalah originitas keadaan alam seperti kehutanan dan kelautan. Issue
pengembangan ekowisata berkembang seiring dengan adanya tuntutan-
tuntutan sebagai berikut:
a) Semakin baiknya pemahaman dan penghargaan para wisatawan
(wisatawan muda) terhadap perlindungan dan pengelolaan sumber
daya alam;
b) Menurunnya kualitas lingkungan di beberapa tempat baik diperkotaan
maupun di pedesaan, sehingga keberadaan lingkungan alam yang asli
dan asri menjadi sesuatu hal yang dicari;
c) Telah berkembangnya cabang-cabang olahraga dan kegiatan out door
yang mempergunakan faktor alam sebagai dasar kegiatan tersebut;
d) Adanya issue global berkaitan dengan aspek pelestarian alam
terutama di kawasan-kawasan tropis.
11
Agrowisata adalah cara baru dalam memberikan pelayanan wisata
alam dengan produk yang dijual adalah lingkungan pedesaan yang dipadu
dengan aktivitas pertanian, perkebunan, perternakan dan perikanan.
Oleh karena konsep utamanya adalah mengedepankan sisi-sisi
alamiah, maka dalam prakteknya konsep agrowisata sering dipadukan
dengan wisata petualangan (baik individu maupun kelompok). Secara
sederhana konsep wisatawan/pengunjung dapat turut aktif langsung dalam
proses produksi setempat. Sebagian prasyarat dalam pengembangan
konsep agrowisata, atau lokasi wisata haruslah memiliki persyaratan
sebagai berikut :
a. Lokasi, bertipe pedesaan atau kawasan homogen produktif seperti
kawasan kebun teh, kebun apel, sayur mayur, bunga, perikanan dan
lain sebagainya.
b. Memungkinkan terjadi interaksi yang menonjol antara lokasi obyek
dengan wisatawan, seperti tidak adanya kendaraan untuk mencapai
satu titik dengan titik lainnya.
c. Faktor tradisional yang kental, karena konsep agro lebih
mengedepankan sisi-sisi tradisional.
12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
13
3.2 Peta Lokasi
Lokasi perencanaan wisata Danau Pinus terletak di Desa Satui Timur,
Kecamatan Satui sebagai mana yang dituju pada gambar di bawah.
BAB IV
PEMBAHASAN
14
Adapun objek wisata ysng ada di Danau Pinus, berpotensi untuk
dikembangkan sesuai dengan objek wisata yang ada di Danau Pinus, bahwa objek
wisata yang mungkin di kembangkan adalah meliputi : wisata khusus dan
akomudasi, serta wisata rekreasi umum kota (wisata alam, wisata alam, dan wisata
air ). Dari kondisi eksistingnya tetap terpelihara dari pengaruh-pengaruh yang
dapat merusak nilainya. Sedangkan objek wisata air dan olahraga air lebih tepat
bila di kembangkan pada daerah Danua Sipin serta Sungai Batanghari.
15
4.4 Program Fasilitas Wisata Danau Pinus
Kawasan Danau Pinus akan dikembangkan menjadi 3 bentuk
pengembangan , yaitu :
Kelompok kegiatan pengembangan rekreasi wisata (Pusat Akomodasi
dan Pusat Rekreasi Terbatas)
Kelompok kegiatan pengembangan rekreasi wisata (Pusat Rekreasi
Umum Kota)
Kelompok kegiatan rekreasi pelengkap kawasan wisata.
Wisata malam hari ( Angsa Night)
Berdasarkan ketiga pengelompokan pengembangan kegiatan wisata yang
telah disebutkan diatas , maka dapat disusun programfasilitas wisata kawasan
Danau Pinus. Site Plan kawasan wisata Danau Pinus dapat di lihat pada gambar
4.1.
c. Fasilitas Penunjang
Selain restoran, maka akan disediakan fasilitas pelengkap di darat yang
alokasi banguananya lebih tersebar. Adapun fasilitas yang akan diarahkan
untuk disediakan disini adalah:
Toko kelontong mini.
Toko souvenir.
Worshop barang kesenian daerah.
d. Rekreasi Mobil Wisata
Suatu sarana angkutan khusus dengan bak samping terbuka, sehingga para
pengunjung dapat melihat/menikmatai pemandangan disekitar kawasan
wisata.
16
4.4.2 Program Fasilitas Kawasan Danau Pinus Untuk Kelompok Kegiatan
Pengembangan Rekreasi Wisata (Pusat Akomodasi dan Pusat
Rekreasi Terbatas).
a. Teater Terbuka
Berfungsi untuk mengadakan acara pertunjukan seperti tarian tradisional,
pertunjukan musik atau acara lain yang bersifatnya sebagai wadah untuk
menembangkan budaya seni.
b. Gedung Kesenian
Tempat ini merupakan gedung untuk pertunjukan kesenian yang sifatnya
tertutup.
c. Gedung Serba Guna
Merupakan fasilitas ruang untuk kegiatan pertemuan baik formal maupun
non formal sebagai penunjang dan fasilitas yang ada di kawasan wisata.
d. Pondok-pondok Penginapan
Merupakan fasilitas penginapan untuk wisatawan yang berkunjung ke
Danau Pinus yang berupa banguan terpisah dan berdiri sendiri dan berfungsi
untuk menikmati pemandangan alam maupun berekreasi dengan pertimbangan
bahwa perkiraan “lenght of stay” pengunjung lebih dari satu hari.
e. Jetski
Merupakan fasilitas rekreasi air yang mengguakan sejenis motor ski air
yang ditawarkan di objek wisata Danau Pinus. Aktivitas ini memerlukan
keterampilan yang penuh dengan tantangan yang bersifat rekreatif. Kegiatan
rekreasi air ini harus ditunjang oleh sarana dan pelengkapan khusus yang di
tampung di dalam area dermaga jetski, karena aktivitas ini memerlukan
persyaratan khusus yang sangat berbeda dengan rekreasi air lainnya.
f. Ruang Pertemuan (GSC).
Merupakan fasilitas ruang untuk kegiatan pertemuan baik formal maupun
informal sebagai penunjang dan fasilitas bangunan penginapan (cottages).
17
pemandangan alam. Retoran ini bersifat umum dan terbuka yang
memungkinkan seluruh lapisan masyarakat pengunjung untuk datang dan
menikmatinya.
c. Pasar Ikan
Merupakan penjualan ikan segar, dapat dibeli dan dimasak langsung di
tempat sesuai dengan selera pembeli dimana pasar ini bersifat tradisional.
d. Kolam Pemancingan
Tempat ini disesuaikan bagi yang hobi mancing, pemilihan lokasi
pemancingan berada di sebelah utara Danau Pinus, daerah yang tenang
sehingga suasana yang tanag dan alami dapat dirasakan pemancing di lokasi
ini.
e. Bangunan Administrasi
Merupakan pusat pengendalian teknis administrasi kegiatan wisata sehari-
hari dilengkapi dengan:
Ruang kantor untuk pengendalian
Ruang pembelian tiket masuk
Fasilitas penunjang lainnya
f. Service Building
Merupakan bangunan pusat pelayanan kawasan wisata Danau Pinus yang
terdiri dari bangunan pelayanan:
Pusat pelayanan kesehatan
Pos pemadam kebakaran
Pos keamanan
Bangunan pemeliharaan kendaraan wisata
g. Fasilitas Dermaga
Merupakan fasilitas transportasi untuk pengunjung khusus yang akan
mengunjungi kelompok kegiatan pengembangan wisata.
h. Sarana dan Prasarana Jalan
Dengan klasifikasi dapat dilalui kendaraan bermotor pengangkut barang-
barang pengunjung maupun pelayanan pondok-pondok penginapan. Sarana
jalan bagi pengunjung berupa mobil atau kendaraan penumpang, terbuka bagi
yang menginginkan namun lebih diprioritaskan bagi pejalan kaki.
i. Rekreasi Aktif
Merupakan kegiatan olah raga air yang sifatnya kolektif dan
memasyarakat dengan fasilitas olah raga antara lain yaitu berperahu sampan,
berperahu motor, sepeda air dan lain-lain.
j. Rekreasi Pasif (Taman / Penghijauan dan jalan setapak)
18
Merupakan fasilitas berupa taman dan pendestrian yang diolah sedemikian
rupa sehingga menimbulkan suasana tenang dan wisatawan dapat menikmati
pemandangan alam yang ada di kawasan wisat ini.
k. Pusat Penerangan/Informasi
Merupakan suatu sarana dimana wisatawan dapat dengan mudah
mengetahui wisata yang hendak dituju.
l. Ruang Istirahat Pengunjung
Suatu sarana ruang terbuka atau pun tertutup untuk beristirahat bagi
wisatawan yang berkunjung ke objek wisata Danau Pinus.
m. Toko Souvenir dan Kenang-Kenangan
Merupakan tempat penjualan cinderamata untuk para wisatawan.
19
Gambar 4.2. Angsa Night ( Terlihat pada siang hari)
20
21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Danau Pinus mempunyai satu pontensi wisata yang dimilki oleh kota jambi,
namun saat ini kawasan Danau Pinus belum di manfaatkan secara maksimal.
Perencanaan pengembangan objek wisata Danau Pinus diarahkan pada konsep
wisata berkelanjutan dan konsep wisata berbasis masyarakat (community based
tousim).
5.2 Saran
Dampak negatif dari pendaya gunaan potensi wisata yang tekandung dalam
kawasan Danau Pinus maka diperlukan campur tangan pemerintah baik secara
langsung maupun secara tidak langsung. Selain itu juga diharapkan masyarakat
setempat diikutsertakan dalam peroses pengelolaan objek wisata tersebut sesuai
dengan arahan konsep yaitu wisata berbasis masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
22
Oka a. Yoeti, 1991. Pengaruh Profesionalisme Pariwisata Dalam Memandu
Wisatawan Di Obyek Wisata Candi Prambanan. Jogjakarta
23