Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bali merupakan salah satu provinsi yang kaya akan objek wisata. Masing-
masing objek wisata memiliki daya tarik dan keunikan tersendiri, sehingga
memikat dan membuat wisatawan takjub bahkan berulang kali datang kembali
Bali untuk menikmati keindahannya. Keunikan dan daya tarik tersebut salah
satunya adalah objek wisata yang terkenal akan keindahan alamnya.
Pariwisata juga berperan dalam meningkatkan perekonomian di Bali.
Beberapa objek wisata dikelola oleh masyarakat setempat dengan memanfaatkan
tenaga kerja masyarakat sekitar, sehingga berdampak pada tingkat perekonomian
mereka.
Keindahan alam Pulau Bali tidak akan berarti apa-apa jika sebagian besar
masyarakat tidak memiliki kesadaran untuk menjaga dan merawatnya. Bali
menghadapi masalah lingkungan yang sangat berat dan rumit sebagai dampak dari
perkembangan pariwisata yang cukup pesat, disamping kurangnya kesadaran dan
kepedulian masyarakat setempat terhadap kelestarian lingkungan. Ketua Program
Studi Pemandu Wisata Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar Dr. Drs. I
Ketut Sumadi, M.Par, dalam bali.antaranews.com dijelaskan bahwa banyak
hamparan lahan pertanian sebagai objek wisata alam di Ubud telah berubah
menjadi gedung dan bangunan-bangunan permanen, termasuk hotel dan vila.
Dilansir dalam Kompasiana.com 18 Desember 2018, terdapat beberapa keluhan
para wisatawan akibat sampah yang mengotori salah satu pantai di Bali, kualitas
air salah satu danau di Bali yang sudah mulai tercemar, dan berkurangnya jumlah
pohon, dan berkurangnya luas hutan di beberapa objek wisata alam akibat
pembangunan liar. Keadaan seperti itu membawa dampak yang kurang baik bagi
objek wisata itu sendiri maupun bagi Negara Indonesia. Objek wisata yang sudah
terkenal sampai mancanegara dengan kondisi yang dipaparkan di atas terancam
tidak akan bertahan lama.
Objek wisata Air Terjun yang Tibumana adalah salah satu objek wisata
yang memanfaatkan alam sebagai objeknya. Masyarakat setempat menata objek
tersebut dengan kreativitasnya agar menjadi lebih indah dan menarik pengunjung
yang datang ke objek wisata tersebut. Dulunya tempat itu belum dijadikan tempat
wisata alam karena pada saat itu masyarkat belum mengelola tempat tersebut.
Hingga saat ini masyarakat setempat mulai mengembangkan tempat itu hingga
menjadi terkenal baik dikenal oleh wisatawan lokal maupun mancanegara.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui sejauh mana
peran pengelola objek wisata alam Air terjun Tibumana dalam ikut menjaga
kelestarian lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun masalah yang di bahas pada penelitian ini :
a. Bagaimana kondisi fisik objek wisata Air Terjun Tibumana dan sekitarnya?
b. Bagaimana peran objek pariwisata Air Terjun Tibumana terhadap
kelestarian lingkungan?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui kondisi fisik objek wisata Air Terjun Tibumana dan
sekitarnya.
b. Untuk mengetahui bagaimana peran objek pariwisata Air Terjun Tibumana
terhadap kelestarian lingkungan.

1.4 Manfaat Penelitian


a. Manfaat Teoritis
1) Dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian yang sejenis.
2) Dapat menambah bahan kajian bagi Ilmu tentang kepariwisataan
b. Manfaat Praktis
1) Dapat digunakan sebagai masukan bagi masyarakat sekitar dalam
partisipasinya dalam pelestarian lingkungan sekitar objek pariwisata
2) Sebagai masukan bagi pemerintah daerah dalam pengembangan pariwisata
yang memperhatikan kelestarian lingkungan di Kabupaten Bangli
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pariwisata
Kata pariwisata berasal dari dua suku kata, yaitu “pari” yang berarti banyak,
berkali-kali dan berputar-putar dan “wisata” yang berarti perjalanan atau
berpergian. Jadi Pariwisata berarti perjalanan atau berpergian yang dilakukan
secara berkali-kali atau berkeliling (Muljadi, 2012). Menurut Spillane dalam
Purnawan (2015), Pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ketempat lain,
yang bersifat sementara dan dilakukan perorangan atau kelompok sebagai usaha
mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup
dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Menurut Muljadi (2012), Pariwisata
merupakan aktivitas perubahan tempat tinggal sementara dengan pelayanan
dan produk hasil industri pariwisata yang mampu menciptakan pengalaman
perjalanan bagi wisatawan dan tidak ada hubungannya dengan kegiatan untuk
mencari nafkah. Menurut beberapa pengertian pariwisata tersebut, maka
pariwisata memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Perjalanan dilakukan untuk
sementara waktu, 2) Perjalanan dilakukan dari suatu tempat ke tempat lainnya, 3)
Bukan untuk mencari nafkah, 4) Berkaitan dengan rekreasi, 5) Memenui
keinginan dan mengetahui sesuatu yang beraneka ragam. Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa, Pariwisata merupakan suatu perjalanan sementara waktu
yang dilakukan seseorang dari suatu tempat ketempat lain dengan meninggalkan
tempat semula, bukan maksud untuk mencari nafkah, tetapi semata mata untuk
menikmati kegiataan reakreasi untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
Pengertian Objek dan Daya Tarik Wisata Menurut Fandeli dalam Asriandi
(2016), obyek wisata adalah perwujudan daripada ciptaan manusia, tata hidup,
seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai
daya tarik untuk dikunjungi wisatawan. Apabila dijelaskan secara singkat, wisata
adalah suatu kegiatan dimana kegiatan dalam pariwisata ini sangat ditentukan oleh
minat dari wisatawan itu sendiri dalam suatu perjalanan wisata, tidak hanya
ditentukan oleh minat wisatawan, tetapi juga berdasarkan sumber daya pariwisata
yang tersedia. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa, Objek
wisata merupakan segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata yang memilik
nilai berupa keindahan, keanekaragaman kekayaan alam, budaya keunikan, dan
hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
Menurut Mappi dalam Asriandi (2016), objek wisata dikelompokan ke dalam tiga
jenis, yaitu: a) Objek wisata alam, seperti: laut, pantai, gunung (berapi), danau,
sungai, fauna (langka), kawasan lindung, cagar alam, pemandangan alam dan lain-
lain. b) Objek wisata budaya, seperti: upacara kelahiran, tari-tari (tradisional),
musik (tradisional), pakaian adat, perkawinan adat, upacara turun kesawah,
upacara panen, cagar budaya, bangunan bersejarah, peninggalan tradisional,
festival budaya, kain tenun (tradisional), tekstil lokal, pertunjukan (tradisional),
adat istiadat lokal, museum dan lain-lain. c) Objek wisata buatan, seperti: sarana
dan fasilitas olahraga, permainan (layangan), hiburan (lawak atau akrobatik,
sulap), ketangkasan (naik kuda), taman rekreasi, taman nasional, pusat-pusat
perbelanjaan dan lainlain. Menurut Undang-undang No 10 tentang kepariwisataan
dalam Andri, dkk (2014), Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki
keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam,
budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan
wisatawan dan daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut destinasi
pariwisata. Daya tarik wisata dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu : 1.
Daya Tarik Alam Wisata daya tarik alam merupakan wisata yang dilakukan
dengan mengunjungi daerah tujuan wisata yang memiliki keunikan daya tarik
alamnya, seperti laut, pesisir pantai, gunung, lembah, air terjun, hutan dan objek
wisata yang masih alami. 2. Daya Tarik Budaya Wisata daya tarik budaya
merupakan suatu wisata yang dilakukan dengan mengunjungi tempat-tempat yang
memiliki keunikan atau kekhasan budaya, seperti Pulau Kemaro, Taman
Purbakala Sriwijaya dan objek wisata budaya lainnya.
Daya Tarik Minat Khusus Pariwisata ini merupakan pariwisata yang
dilakukan dengan mengunjungi objek wisata yang sesuai dengan minat seperti
wisata olahraga, wisata rohani, wisata edukasi atau pendidikan, wisata kuliner,
wisata belanja, dan lain sebagainya. Menurut Muawanah (2013), dalam
melakukan aktivitas wisatanya, terdapat 4 tujuan yang hendak dicapai/didapatkan
oleh wisatawan, yaitu: a. Something to see, adalah daerah tujuan wisata terdapat
daya tarik khusus disamping atraksi wisata yang menjadi interest-nya. b.
Something to do, adalah selain banyak yang dapat disaksikan, harus terdapat
fasilitas rekreasi yang membuat wisatawan betah tinggal diobjek itu. c. Something
to buy, adalah tempat wisata harus tersedia fasilitas untuk berbelanja souvenir atau
hasil kerajinan untuk oleh-oleh. d. Something to know, adalah bahwa objek wisata
juga harus memberikan nilai edukasi bagi wisatawan. Keempat hal itu merupakan
unsur-unsur yang kuat untuk suatu daerah tujuan wisata, sedangkan untuk
pengembangan suatu daerah tujuan wisata ada beberapa hal yang harus
diperhatikan antara lain : a. Harus mampu bersaing dengan objek wisata yang ada
di daerah lain. b. Memiliki sarana pendukung yang memiliki ciri khas tersendiri.
c. Harus tetap tidak berubah dan tidak berpindah-pindah kecuali di bidang
pembangunan dan pengembangan. d. Harus menarik.
2.2 Wisata Alam
Wisata dalam bahasa Inggris disebut tour yang secara etimologi berasal dari
kata torah (ibrani) yang berarti belajar, tornus (bahasa latin) yang berarti alat
untuk membuat lingkaran, dan dalam bahasa Perancis kuno disebut tour yang
berarti mengelilingi sirkuit. Pada umumnya orang memberi padanan kata wisata
dengan rekreasi, wisata adalah sebuah perjalanan, namun tidak semua perjalanan
dapat dikatakan wisata (Suyitno,2001). Menurut Fandeli (2001), wisata adalah
perjalanan atau sebagai dari kegiatan tersebut dilakukan secara sukarela serta
bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.
Wisata alam adalah bentuk kegiatan rekreasi dan pariwisata yang
memanfaatkan potensi sumberdaya alam, baik dalam keadaan alami maupun
setelah ada usaha budidaya, sehingga memungkinkan wisatawan memperoleh
kesegaran jasmaniah dan rohaniah, men-dapatkan pengetahuan dan pengalaman
serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Anonymous, 1982 dalam
Saragih, 1993). Wisata alam merupakan kegiatan rekreasi dan pariwisata yang
memanfaatkan potensi alam untuk menikmati keindahan alam baik yang masih
alami atau sudah ada usaha budidaya, agar ada daya tarik wisata ke tempat
tersebut. Wisata alam digunakan sebagai penyeimbang hidup setelah melakukan
aktivitas yang sangat padat, dan suasana keramean kota. Sehingga dengan
melakukan wisata alam tubuh dan pikiran kita menjadi segar kembali dan bisa
bekerja dengan lebih kreatif lagi karena dengan wisata alam memungkinkan kita
memperoleh kesenangan jasmani dan rohani. Dalam melakukan wisata alam kita
harus melestarikan area yang masih alami, memberi manfaat secara ekonomi dan
mempertahankan keutuhan budaya masyarakat setempat sehinga bias menjadi
Desa wisata, agar desa tersebut memiliki potensi wisata yang dilengkapi dengan
fasilitas pendukung seperti alat transportasi atau penginapan (anonimous).
2.3 Strategi Pengembangan Objek Wisata
Pembahasan tentang strategi dan pengembangan sudah banyak ditemukan
dalam kajian manajemen dan perencanaan. Salah satu sarjana yang memberikan
konsep tentang strategi adalah Lanya (1995) yang mengatakan bahwa strategi itu
suatu upaya yang terfokus pada implementasi strategi yang harus direncanakan
dengan rentang waktu tertentu atau langkah sistematis yang dapat mengantarkan
kepada pencapaian hasil yang diharapkan terlebih pada perencanaan manajemen,
dengan kegiatan yang sangat spesifik untuk mencapai visi, misi, sasaran dan
rencana strategis. Mengenai pengembangan itu sendiri sebagai suatu yang
memajukan, memperbaiki dan meningkatkan sesuatu yang sudah ada. Jadi strategi
pengembangan itu adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk memajukan,
memperbaiki dan meningkatkan kondisi dari yang kurang baik menjadi lebih baik.
Adapun strategi pengembangan daya tarik wisata itu adalah upaya-upaya yang
direncanakan untuk memajukan, memperbaiki dan meningkatkan kondisi daya
tarik wisata sehingga mampu menjadikan obyek tersebut mapan, baik dan ramai
dikunjungi oleh wisatawan serta mampu memberikan manfaat bagi pemerintah
dan masyarakat setempat.
2.4 Pengelolaan Lingkungan
Pengelolaan berarti mengerjakan sesuatu secara bertanggung jawab untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan. Pengelolaan lingkungan adalah usaha secara
sadar untuk memelihara dan atau memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan
dasar manusia dapat terpenuhi dengan sebaik-baiknya. Usaha tersebut merupakan
upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan,
pengendalian, pemulihan, dan pengembangan lingkungan. Ruang lingkup
pengelolaan lingkungan antara lain seperti: a) Pemeliharaan lingkungan secara
terus-menerus. b) Perencanaan awal untuk memperbaiki lingkungan suatu daerah
menjadi dasar dan tuntutan bagi perencanaan pembangunan. c) Perencanaan
pengelolaan lingkungan berdasarkan perkiraan dampak lingkungan, misalnya
sebagai akibat suatu proyek pembangunan yang sedang direncanakan. d)
Pengelolaan lingkungan untuk memperbaiki lingkungan yang mengalami
kerusakan, baik karena sebab alamiah maupun tindakan manusia.
Membangun tanpa merusak lingkungan dan sekaligus melestarikan
lingkungan diperlukan suatu kebijakan dan strategi pengelolaan lingkungan yang
tepat dan konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan, sehingga
pembangunan dapat berkelanjutan. Kebijakan pengelolaan lingkungan hidup
diarahkan dan diwarnai dengan hukum-hukum dan prinsip ekologi. Kebijakan
yang diambil oleh pemerintah meliputi: a) Pemilihan lokasi pembangunan b)
Pengurangan produksi limbah c) Pengelolaan limbah d) Penetapan baku mutu
lingkungan e) Pelestarian alam dan rehabilitas sumber daya alam, lingkungan
hidup f) Pengembangan kelembagaan, peraturan perundang-undangan perananan
masyarakat dan sumber daya manusia (Santosa. 2004).
Perencanaan pengelolaan lingkungan untuk rencana proyek pembangunan
umumnya dilakukan berdasarkan perkiraan dampak apa yang akan diakibatkan
oleh proyek tersebut. Metode perencanaan pengelolaan lingkungan yang demikian
itu disebut Analisis Dampak Lingkungan (ADL). Analisis dampak lingkungan
merupakan sarana untuk memeriksa kelayakan rencana proyek dari segi
lingkungan. karena itu dalam bahasa Inggris ADL disebut juga pre-audit, jadi
harus dilakukan sebelum proyek itu dilaksanakan (Soemarwoto, Otto.2004).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Bangun Lemah, Kecamatan Susut,
Kabupaten Bangli. Pemilihan tempat ini karena terdapat objek wisata alam yang
banyak dikunjungi wisatawan domestik maupun wisatawan asing.

3.2 Waktu Penelitian


Penelitian tentang Peran Objek Pariwisata Air Terjun Tibumana, Desa
Bangun Lemah, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli dalam Menjaga Kelestarian
Lingkungan yang dilaksanakan kurang lebih 1 bulan dari tanggal 10 Oktober 2019
sampai dengan 1 November.

3.3 Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Bogdan
dan Tylor mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
atau perilaku yang diamati (Lexy J. Moleong, 2010)
Metode kualitatif deskriptif menyesuaikan pendapat antara peneliti dengan
informan. Pemilihan metode ini dilakukan karena analisisnya tidak bisa dalam
bentuk angka dan peneliti lebih mendeskripsikan segala fenomena yang ada
dimasyarakat secara jelas.
Data yang telah didapat dari proses wawancara dan observasi adakan
disajikan dengan bentuk deskripsi dengan menggunakan kata-kata yang mudah
dimengerti. Selain itu ada juga data yang mendukung yaitu denah lokasi dan foto-
foto hasil observasi.

3.4 Sumber Data


Sumber data dalam penelitian kualitatif deskriptif yaitu melalui wawancara,
observasi, foto, dan lainnya. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu:
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer diperoleh melalui wawancara dan pengamatan langsung
di lapangan. Sumber data primer merupakan data yang diambil langsung oleh
peneliti kepada sumbernya tanpa ada perantara dengan cara menggali sumber asli
secara langsung melalui responden. Sumber data primer dalam penelitian ini
adalah Lurah Desa Banyuraden, Sesepuh, dan masyarakat sekitar atau pendatang.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder diperoleh melalui dokumentasi dan studi kepustakaan
dengan bantuan media cetak dan media internet serta catatan lapangan. Sumber
data sekunder merupakan sumber data tidak langsung yang mampu memberikan
data tambahan serta penguatan terhadap data penelitian.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara memperoleh data-data
yang diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan
antara lain sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi merupakan aktivitas penelitian dalam rangka mengumpulkan data
yang berkaitan dengan masalah penelitian melalui proses pengamatan langsung di
lapangan. Peneliti berada ditempat itu, untuk mendapatkan bukti-bukti yang valid
dalam laporan yang akan diajukan. Observasi adalah metode pengumpulan data
dimana peneliti mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama
penelitian (W. Gulo, 2002).
Dalam observasi ini peneliti menggunakan jenis observasi non partisipan,
yaitu peneliti hanya mengamati secara langsung keadaan objek, tetapi peneliti
tidak aktif dan ikut serta secara langsung (Husain Usman, 1995).
Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mengamati suatu
fenomena yang ada dan terjadi. Observasi yang dilakukan diharapkan dapat
memperoleh data yang sesuai atau relevan dengan topik penelitian. Hal yang akan
diamati yaitu prosesi Kirab Budaya Suran Mbah Demang di Dusun Modinan,
Desa Banyuraden. Observasi yang dilakukan, penelitian berada di lokasi tersebut
dan membawa lembar observasi yang sudah dibuat.
2. Wawancara (interview)
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu (Lexy J. Meleong, 2010). Ciri utama wawancara adalah kontak
langsung dengan tatap muka antara pencari informasi dan sumber informasi.
Dalam wawancara sudah disiapkan berbagai macam pertanyaan-pertanyaan tetapi
muncul berbagai pertanyaan lain saat meneliti.
Melalui wawancara inilah peneliti menggali data, informasi, dan kerangka
keterangan dari subyek penelitian. Teknik wawancara yang dilakukan adalah
wawancara bebas terpimpin, artinya pertanyaan yang dilontarkan tidak terpaku
pada pedoman wawancara dan dapat diperdalam maupun dikembangkan sesuai
dengan situasi dan kondisi lapangan. Wawancara dilakukan kepada Sesepuh di
keturunan Mbah Demang, Lurah Desa Banyuraden yang juga keturunan dari
Mbah Demang, masyarakat sekitar dan masyarakat pendatang.
3. Dokumentasi
Penggunaan dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai
sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data
dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan (Lexy J.
Moleong, 2010). Adanya dokumentasi untuk mendukung data.
Hal-hal yang akan didokumentasikan dalam penelitian ini adalah Kirab
Budaya Suran Mbah Demang, Partisipasi masyarakat sekitar, masyarakat asli dan
pendatang sebagai informan.
3.6 Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini tehnik pengambilan sampel adalah purposive sampling,
yaitu pengambilan sampel berdasarkan pada tujuan atau pertimbangan tertentu
(Husaini Usman dkk, 1995). Objek dalam penelitian ini adalah Lurah di Desa
Banyuraden, Sesepuh dari keturunan Mbah Demang, masyarakat sekitar dan
masyarakat pendatang.
3.7 Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan alat pada waktu peneliti menggunakan suatu metode
(Suharsini, 1993). Dalam penelitian ini menggunakan metode observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Maka dari itu, instrumen yang dibutuhkan adalah
pedomen observasi, pedomen wawancara, alat perekam, kamera, serta alat tulis.
Instrumen dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri (human
instrument) yang disertai alat bantuan berupa telepon seluler yang berfungsi
sebagai perekam dan kamera. Dalam penelitian kualitatif, peneliti memiliki
kedudukan sebagai perencana, pelaksana, pengumpulan data, analisis, penafsir
data dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya (Lexy J. Moleong,
2012).
3.8 Validitas Data
Dalam teknik pemeriksaan keabsahan data, penulis menggunakan tiga cara,
yakni:
1. Triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu (Lexy J. Moleong, 2010). Hal ini dilakukan
dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara,
membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat
dan pendangan orang lain dan membandingkan hasil wawancara dengan isi
dokumen yang berkaitan.
2. Ketekunan Pengamatan, bermaksud menemukan ciri dan unsur dalam situasi
yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan
kemudian memusatkan diri pada hal-hal itu secara rinci. Pengamatan yang
dilakukan adalah dengan teliti dan rinci serta berkesinambungan terhadap
partisipasi masyarakat pada tradisi Suran Mbah Demang sebagai kearifan lokal
untuk kemudian ditelaah secara rinci sehingga bisa dipahami.
3. Diskusi dengan teman. Teknik ini dilakukan dengan cara mendiskusikan
dengan teman-teman dalam bentuk diskusi analitik sehingga kekurangan dari
penelitian dapat segera disingkap dan diketahui agar pengertian mendalam
dapat segera ditelaah.
3.9 Teknik Analisis Data
Menurut Patton, analisa data merupakan proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan suatu uraian dasar
sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data.
Beberapa tahapan model analisis interaktif Miles dan Herberman melalui
empat tahap, yakni pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan:
a. Pengumpulan data (data colection)
Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi
dicatat dalam catatan lapangan yang terdiri dari dua aspek, yaitu deskripsi dan
refleksi. Catatan deskripsi merupakan data alami yang berisi tentang apa yang
dilihat, didengar, dirasakan dan dialami sendiri oleh penelitian tanpa adanya
pendapat dan penafsiran dari peneliti tentang fenomena yang dijumpai.
Sedangkan catatan refleksi yaitu catatan yang memuat kesan, komentar
tafsiran peneliti tentang temuan yang dijumpai dan merupakan bahan rencana
pengumpulan data untuk tahap berikutnya. Untuk mendapatkan catatan ini
peneliti melakukan wawancara dengan beberapa informan.
b. Reduksi data (data reduction)
Reduksi data merupakan proses seleksi, penyederhanaan, dan abstraksi.
Cara mereduksi data adalah dengan melakukan seleksi, membuat ringkasan
atau uraian singkat, menggolong-golongkan ke pola-pola dengan membuat
transkip, penelitian untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus,
membuat bagian yang tidak penting dan mengatur agar dapat ditarik
kesimpulan.
Data yang berasal dari hasil wawancara dengan subyek penelitian dan
dokumentasi yang didapat akan diseleksi oleh peneliti. Kumpulan data akan
dipilih dan dikategorikan sebagai data yang relevan dan data yang mentah.
Data yang mentah dipilih kembali dan data yang relevan sesuai dengan
rumusan masalah dan tujuan penelitian akan disiapkan untuk proses penyajian
data.
c. Penyajian Data (data display)
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun sehingga
memberikan kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Agar sajian data tidak menyimpang dari pokok permasalahan maka sajian data
dapat diwujudkan dalam bentuk matrik, grafis, jaringan atau bagan sebagai
wadah panduan informasi tentang yang terjadi. Data disajikan sesuai dengan
apa yang diteliti.
d. Penarikan kesimpulan (conclusion)
Penarikan kesimpulan adalah usaha untuk mencari atau memahami
makna, keteraturan pola-pola penjelasan, alur sebab akibat atau proporsi.
Kesimpulan yang ditarik segera diverifikasi dengan cara melihat dan
mempertanyakan kembali sambil melihat catatan lapangan agar memperoleh
pemahaman yang lebih tepat. Selain itu juga dapat dilakukan dengan
mendiskusikan. Hal tersebut dilakukan agar data yang diperoleh dan penafsiran
terhadap data tersebut memiliki validitas sehingga kesimpulan yang ditarik
menjadi kokoh (Burhan Bungin, 2010).
Untuk mendapatkan hasil kesimpulan data yang valid, maka perlu
diperhatikan langkah-langkah berikut ini:
a. Mencatat poin-poin terpenting yang didapat dari lapangan, kemudian
diuraikan secara luas dan dikembangkan sesuai dengan keadaan,
pengamatan, dan hasil data dilaangan.
b. Peneliti mengumpulkan data dari berbagai sumber informasi. Peneliti
mengambil data secara detail mulai dari foto-foto, pengamatan, hasil
wawancara dan dokumentasi.
c. Pemilihan informan yang tepat sesuai dengan pemilihan data.
d. Peneliti harus jeli dalam memperhatikan proses di lapangan agar hasilnya
maksimal dan dapat dipertanggungjawabkan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Fisik Objek Wisata Air Terjun Tibumana dan Sekitarnya.
Awal dikenalnya Air Terjun Tibumana pada saat pemuda di sana
mengunggah ke media sosial di bantu oleh masyarakat setempat. Untuk
pembuatan jalan menuju ke objek wisata Air Terjun Tibumana dana yang di pakai
adalah dari masyarakat dan di bantu oleh pemerintah. Lokasi objek wisata Air
Terjun Tibumana berada di Desa Bangun Lemah Kecamatan Susut Kabupaten
Bangli. Air Terjun Tibumana memiliki tinggi sekitar 15 meter dari permukaan
tanah dan berdiameter sekitar 40. Jarak menuju Air Terjun Tibumana dari tempat
parkir skitar 200 meter. Bangun Lemah tidak hanya memiliki satu objek wisata
melainkan ada tiga yaitu, Air Terjun Tibumana, Air terjun Pengibul, dan tempat
melukat. Selama perjalanan menuju ke objeknya terdapat warung warung dan
pepohonan di samping kiri dan kanan yang rindang. Untuk berwisata ke Air
Terjun Tibumana dari Kota Bangli menempuh jarak sektar 9,7 km dalam waktu
20 menit sedangkan dari kota Gianyar menempuh jarak sekitar 6,3 km dengan
waktu 16 menit.
Kondisi Air Terjun Tibumana sebelum dikembangkan menjadi objek wisata
awalnya hanya lahan biasa dimana masyrakat mencari makanan ternaknya disana.
Dulunya tempat tersebut belum dikenal oleh banyak orang karena tempatnya
belum di kelola secara maksimal oleh masyarakat. Lokasi tersebut ditempuh
dengan waktu yang cukup lama dan memiliki medan yang cukup terjal dan
membutuhkan tenaga yang cukup.
Kondisi Air Terjun Tibumana setelah dikembangkan menjadi objek wisata
untuk pembuatan jalan menuju lokasi sudah lebih permanen dibandingkan dengan
sebelumnya. Jalan tersebut dibuat oleh masyarakat dan di bantu oleh pemerintah
secara gotong royong. Dalam pembuat jalan tersebut mengorbankan sekitar 4
petak sawah milik warga setempat, sebagai jaminannya pemilik sawah diberikan
pekerjaan di lokasi tersebut untuk merawat dan menjaga objek wisata Air Terjun
Tibumana. Awalnya pengunjung disana jumlahnya hanya puluhan orang dan
setelah dikembangkan sudah mencapain ratusan orang. Awal dibukanya objek
tersebut, pengunjung yang datang kebanyakan orang lokal. Berkat adanya media
sosial banyak wisatawan manca negara yang berkunjung ke sana. Air Terjun
Tibumana di kelola oleh suatu kelompok yang di sebut POKDARWIS (kelompok
sadar wisata). POKDARWIS beranggotakan 18 orang dengan diberi tugas sebagai
tukang sapu, tukang parkir, jaga tiket, dan pemandu wisatawan.
Objek Wisata Air Terjun Tibumana sudah di legalitaskan dan sudah
berpayung hukum di Desa Apuan secara resmi. (tolong dicari payung hukumnya
seperti SK pendirian atau serupa dengan itu)
4.2 Peran Objek Pariwisata Air Terjun Tibumana Terhadap Kelestarian
Lingkungan
Masyarakat Bangun Lemah merupakan pelaku pengembangan pariwisata
yang meiliki peranan yang sangat sentral, karena masyarakat sebagai tuan rumah
(host) secara umum bersentuhan langsung dengan wisatawan yang berkunjung di
objek wisata alam Air Terjun Tibumana seperti memberikan pelayanan jasa
maupun menjaga ketertiban dan kenyamanan kawasan wisata.
BAB V
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

A.J, Mulyadi. 2012. Kepariwisataan dan Perjalanan, Jakarta: Raja Grafindo


Persada.
Andri, Muljadi & Warman,. 2014. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta. Jurnal
Ilmu Nasional
Asriandi, Ian. 2016. Strategi Pengembangan Obyek Wisata Air Terjun Bissapu Di
Kabupaten Bantaeng. Makassar: Jurnal. Universitas Hasanuddin.
Bungin, Burhan. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Rajawali Pers. Jakarta.
Kukuh Santosa. 2004. Pengantar Ilmu Lingkungan, (Semarang: UPT UNNES
Pres).
Moleong, Lexy J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi, Bandung: PT.
Remaja
Muawanah, Annisa. 2013. Definisi, Komponen dan Sistem Pariwisata.
https://annisa muawanah.wordpress.com/2013/01/31/definisi-komponen-
dan-sistem-pariwisata, 18 April 2017.2004), hlm. 112-113.
Otto Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, (Jakarta:
Djambatan, 2004), hlm.98.
Purnawan, Muh Risal. 2015. Analisa Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap
Kunjungan Wisatawan Ke Museum Studi Museum Jawa Tengah
Ronggowarsito, Semarang (Tesis). Semarang: Universitas Diponegoro.
Suyitno. (2001). Perencanaan Wisata. Yogyakarta: Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai