PENDAHULUAN
2.1 Pariwisata
Kata pariwisata berasal dari dua suku kata, yaitu “pari” yang berarti banyak,
berkali-kali dan berputar-putar dan “wisata” yang berarti perjalanan atau
berpergian. Jadi Pariwisata berarti perjalanan atau berpergian yang dilakukan
secara berkali-kali atau berkeliling (Muljadi, 2012). Menurut Spillane dalam
Purnawan (2015), Pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ketempat lain,
yang bersifat sementara dan dilakukan perorangan atau kelompok sebagai usaha
mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup
dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Menurut Muljadi (2012), Pariwisata
merupakan aktivitas perubahan tempat tinggal sementara dengan pelayanan
dan produk hasil industri pariwisata yang mampu menciptakan pengalaman
perjalanan bagi wisatawan dan tidak ada hubungannya dengan kegiatan untuk
mencari nafkah. Menurut beberapa pengertian pariwisata tersebut, maka
pariwisata memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Perjalanan dilakukan untuk
sementara waktu, 2) Perjalanan dilakukan dari suatu tempat ke tempat lainnya, 3)
Bukan untuk mencari nafkah, 4) Berkaitan dengan rekreasi, 5) Memenui
keinginan dan mengetahui sesuatu yang beraneka ragam. Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa, Pariwisata merupakan suatu perjalanan sementara waktu
yang dilakukan seseorang dari suatu tempat ketempat lain dengan meninggalkan
tempat semula, bukan maksud untuk mencari nafkah, tetapi semata mata untuk
menikmati kegiataan reakreasi untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
Pengertian Objek dan Daya Tarik Wisata Menurut Fandeli dalam Asriandi
(2016), obyek wisata adalah perwujudan daripada ciptaan manusia, tata hidup,
seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai
daya tarik untuk dikunjungi wisatawan. Apabila dijelaskan secara singkat, wisata
adalah suatu kegiatan dimana kegiatan dalam pariwisata ini sangat ditentukan oleh
minat dari wisatawan itu sendiri dalam suatu perjalanan wisata, tidak hanya
ditentukan oleh minat wisatawan, tetapi juga berdasarkan sumber daya pariwisata
yang tersedia. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa, Objek
wisata merupakan segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata yang memilik
nilai berupa keindahan, keanekaragaman kekayaan alam, budaya keunikan, dan
hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
Menurut Mappi dalam Asriandi (2016), objek wisata dikelompokan ke dalam tiga
jenis, yaitu: a) Objek wisata alam, seperti: laut, pantai, gunung (berapi), danau,
sungai, fauna (langka), kawasan lindung, cagar alam, pemandangan alam dan lain-
lain. b) Objek wisata budaya, seperti: upacara kelahiran, tari-tari (tradisional),
musik (tradisional), pakaian adat, perkawinan adat, upacara turun kesawah,
upacara panen, cagar budaya, bangunan bersejarah, peninggalan tradisional,
festival budaya, kain tenun (tradisional), tekstil lokal, pertunjukan (tradisional),
adat istiadat lokal, museum dan lain-lain. c) Objek wisata buatan, seperti: sarana
dan fasilitas olahraga, permainan (layangan), hiburan (lawak atau akrobatik,
sulap), ketangkasan (naik kuda), taman rekreasi, taman nasional, pusat-pusat
perbelanjaan dan lainlain. Menurut Undang-undang No 10 tentang kepariwisataan
dalam Andri, dkk (2014), Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki
keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam,
budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan
wisatawan dan daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut destinasi
pariwisata. Daya tarik wisata dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu : 1.
Daya Tarik Alam Wisata daya tarik alam merupakan wisata yang dilakukan
dengan mengunjungi daerah tujuan wisata yang memiliki keunikan daya tarik
alamnya, seperti laut, pesisir pantai, gunung, lembah, air terjun, hutan dan objek
wisata yang masih alami. 2. Daya Tarik Budaya Wisata daya tarik budaya
merupakan suatu wisata yang dilakukan dengan mengunjungi tempat-tempat yang
memiliki keunikan atau kekhasan budaya, seperti Pulau Kemaro, Taman
Purbakala Sriwijaya dan objek wisata budaya lainnya.
Daya Tarik Minat Khusus Pariwisata ini merupakan pariwisata yang
dilakukan dengan mengunjungi objek wisata yang sesuai dengan minat seperti
wisata olahraga, wisata rohani, wisata edukasi atau pendidikan, wisata kuliner,
wisata belanja, dan lain sebagainya. Menurut Muawanah (2013), dalam
melakukan aktivitas wisatanya, terdapat 4 tujuan yang hendak dicapai/didapatkan
oleh wisatawan, yaitu: a. Something to see, adalah daerah tujuan wisata terdapat
daya tarik khusus disamping atraksi wisata yang menjadi interest-nya. b.
Something to do, adalah selain banyak yang dapat disaksikan, harus terdapat
fasilitas rekreasi yang membuat wisatawan betah tinggal diobjek itu. c. Something
to buy, adalah tempat wisata harus tersedia fasilitas untuk berbelanja souvenir atau
hasil kerajinan untuk oleh-oleh. d. Something to know, adalah bahwa objek wisata
juga harus memberikan nilai edukasi bagi wisatawan. Keempat hal itu merupakan
unsur-unsur yang kuat untuk suatu daerah tujuan wisata, sedangkan untuk
pengembangan suatu daerah tujuan wisata ada beberapa hal yang harus
diperhatikan antara lain : a. Harus mampu bersaing dengan objek wisata yang ada
di daerah lain. b. Memiliki sarana pendukung yang memiliki ciri khas tersendiri.
c. Harus tetap tidak berubah dan tidak berpindah-pindah kecuali di bidang
pembangunan dan pengembangan. d. Harus menarik.
2.2 Wisata Alam
Wisata dalam bahasa Inggris disebut tour yang secara etimologi berasal dari
kata torah (ibrani) yang berarti belajar, tornus (bahasa latin) yang berarti alat
untuk membuat lingkaran, dan dalam bahasa Perancis kuno disebut tour yang
berarti mengelilingi sirkuit. Pada umumnya orang memberi padanan kata wisata
dengan rekreasi, wisata adalah sebuah perjalanan, namun tidak semua perjalanan
dapat dikatakan wisata (Suyitno,2001). Menurut Fandeli (2001), wisata adalah
perjalanan atau sebagai dari kegiatan tersebut dilakukan secara sukarela serta
bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.
Wisata alam adalah bentuk kegiatan rekreasi dan pariwisata yang
memanfaatkan potensi sumberdaya alam, baik dalam keadaan alami maupun
setelah ada usaha budidaya, sehingga memungkinkan wisatawan memperoleh
kesegaran jasmaniah dan rohaniah, men-dapatkan pengetahuan dan pengalaman
serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Anonymous, 1982 dalam
Saragih, 1993). Wisata alam merupakan kegiatan rekreasi dan pariwisata yang
memanfaatkan potensi alam untuk menikmati keindahan alam baik yang masih
alami atau sudah ada usaha budidaya, agar ada daya tarik wisata ke tempat
tersebut. Wisata alam digunakan sebagai penyeimbang hidup setelah melakukan
aktivitas yang sangat padat, dan suasana keramean kota. Sehingga dengan
melakukan wisata alam tubuh dan pikiran kita menjadi segar kembali dan bisa
bekerja dengan lebih kreatif lagi karena dengan wisata alam memungkinkan kita
memperoleh kesenangan jasmani dan rohani. Dalam melakukan wisata alam kita
harus melestarikan area yang masih alami, memberi manfaat secara ekonomi dan
mempertahankan keutuhan budaya masyarakat setempat sehinga bias menjadi
Desa wisata, agar desa tersebut memiliki potensi wisata yang dilengkapi dengan
fasilitas pendukung seperti alat transportasi atau penginapan (anonimous).
2.3 Strategi Pengembangan Objek Wisata
Pembahasan tentang strategi dan pengembangan sudah banyak ditemukan
dalam kajian manajemen dan perencanaan. Salah satu sarjana yang memberikan
konsep tentang strategi adalah Lanya (1995) yang mengatakan bahwa strategi itu
suatu upaya yang terfokus pada implementasi strategi yang harus direncanakan
dengan rentang waktu tertentu atau langkah sistematis yang dapat mengantarkan
kepada pencapaian hasil yang diharapkan terlebih pada perencanaan manajemen,
dengan kegiatan yang sangat spesifik untuk mencapai visi, misi, sasaran dan
rencana strategis. Mengenai pengembangan itu sendiri sebagai suatu yang
memajukan, memperbaiki dan meningkatkan sesuatu yang sudah ada. Jadi strategi
pengembangan itu adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk memajukan,
memperbaiki dan meningkatkan kondisi dari yang kurang baik menjadi lebih baik.
Adapun strategi pengembangan daya tarik wisata itu adalah upaya-upaya yang
direncanakan untuk memajukan, memperbaiki dan meningkatkan kondisi daya
tarik wisata sehingga mampu menjadikan obyek tersebut mapan, baik dan ramai
dikunjungi oleh wisatawan serta mampu memberikan manfaat bagi pemerintah
dan masyarakat setempat.
2.4 Pengelolaan Lingkungan
Pengelolaan berarti mengerjakan sesuatu secara bertanggung jawab untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan. Pengelolaan lingkungan adalah usaha secara
sadar untuk memelihara dan atau memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan
dasar manusia dapat terpenuhi dengan sebaik-baiknya. Usaha tersebut merupakan
upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan,
pengendalian, pemulihan, dan pengembangan lingkungan. Ruang lingkup
pengelolaan lingkungan antara lain seperti: a) Pemeliharaan lingkungan secara
terus-menerus. b) Perencanaan awal untuk memperbaiki lingkungan suatu daerah
menjadi dasar dan tuntutan bagi perencanaan pembangunan. c) Perencanaan
pengelolaan lingkungan berdasarkan perkiraan dampak lingkungan, misalnya
sebagai akibat suatu proyek pembangunan yang sedang direncanakan. d)
Pengelolaan lingkungan untuk memperbaiki lingkungan yang mengalami
kerusakan, baik karena sebab alamiah maupun tindakan manusia.
Membangun tanpa merusak lingkungan dan sekaligus melestarikan
lingkungan diperlukan suatu kebijakan dan strategi pengelolaan lingkungan yang
tepat dan konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan, sehingga
pembangunan dapat berkelanjutan. Kebijakan pengelolaan lingkungan hidup
diarahkan dan diwarnai dengan hukum-hukum dan prinsip ekologi. Kebijakan
yang diambil oleh pemerintah meliputi: a) Pemilihan lokasi pembangunan b)
Pengurangan produksi limbah c) Pengelolaan limbah d) Penetapan baku mutu
lingkungan e) Pelestarian alam dan rehabilitas sumber daya alam, lingkungan
hidup f) Pengembangan kelembagaan, peraturan perundang-undangan perananan
masyarakat dan sumber daya manusia (Santosa. 2004).
Perencanaan pengelolaan lingkungan untuk rencana proyek pembangunan
umumnya dilakukan berdasarkan perkiraan dampak apa yang akan diakibatkan
oleh proyek tersebut. Metode perencanaan pengelolaan lingkungan yang demikian
itu disebut Analisis Dampak Lingkungan (ADL). Analisis dampak lingkungan
merupakan sarana untuk memeriksa kelayakan rencana proyek dari segi
lingkungan. karena itu dalam bahasa Inggris ADL disebut juga pre-audit, jadi
harus dilakukan sebelum proyek itu dilaksanakan (Soemarwoto, Otto.2004).
BAB III
METODE PENELITIAN
4.1 Kondisi Fisik Objek Wisata Air Terjun Tibumana dan Sekitarnya.
Awal dikenalnya Air Terjun Tibumana pada saat pemuda di sana
mengunggah ke media sosial di bantu oleh masyarakat setempat. Untuk
pembuatan jalan menuju ke objek wisata Air Terjun Tibumana dana yang di pakai
adalah dari masyarakat dan di bantu oleh pemerintah. Lokasi objek wisata Air
Terjun Tibumana berada di Desa Bangun Lemah Kecamatan Susut Kabupaten
Bangli. Air Terjun Tibumana memiliki tinggi sekitar 15 meter dari permukaan
tanah dan berdiameter sekitar 40. Jarak menuju Air Terjun Tibumana dari tempat
parkir skitar 200 meter. Bangun Lemah tidak hanya memiliki satu objek wisata
melainkan ada tiga yaitu, Air Terjun Tibumana, Air terjun Pengibul, dan tempat
melukat. Selama perjalanan menuju ke objeknya terdapat warung warung dan
pepohonan di samping kiri dan kanan yang rindang. Untuk berwisata ke Air
Terjun Tibumana dari Kota Bangli menempuh jarak sektar 9,7 km dalam waktu
20 menit sedangkan dari kota Gianyar menempuh jarak sekitar 6,3 km dengan
waktu 16 menit.
Kondisi Air Terjun Tibumana sebelum dikembangkan menjadi objek wisata
awalnya hanya lahan biasa dimana masyrakat mencari makanan ternaknya disana.
Dulunya tempat tersebut belum dikenal oleh banyak orang karena tempatnya
belum di kelola secara maksimal oleh masyarakat. Lokasi tersebut ditempuh
dengan waktu yang cukup lama dan memiliki medan yang cukup terjal dan
membutuhkan tenaga yang cukup.
Kondisi Air Terjun Tibumana setelah dikembangkan menjadi objek wisata
untuk pembuatan jalan menuju lokasi sudah lebih permanen dibandingkan dengan
sebelumnya. Jalan tersebut dibuat oleh masyarakat dan di bantu oleh pemerintah
secara gotong royong. Dalam pembuat jalan tersebut mengorbankan sekitar 4
petak sawah milik warga setempat, sebagai jaminannya pemilik sawah diberikan
pekerjaan di lokasi tersebut untuk merawat dan menjaga objek wisata Air Terjun
Tibumana. Awalnya pengunjung disana jumlahnya hanya puluhan orang dan
setelah dikembangkan sudah mencapain ratusan orang. Awal dibukanya objek
tersebut, pengunjung yang datang kebanyakan orang lokal. Berkat adanya media
sosial banyak wisatawan manca negara yang berkunjung ke sana. Air Terjun
Tibumana di kelola oleh suatu kelompok yang di sebut POKDARWIS (kelompok
sadar wisata). POKDARWIS beranggotakan 18 orang dengan diberi tugas sebagai
tukang sapu, tukang parkir, jaga tiket, dan pemandu wisatawan.
Objek Wisata Air Terjun Tibumana sudah di legalitaskan dan sudah
berpayung hukum di Desa Apuan secara resmi. (tolong dicari payung hukumnya
seperti SK pendirian atau serupa dengan itu)
4.2 Peran Objek Pariwisata Air Terjun Tibumana Terhadap Kelestarian
Lingkungan
Masyarakat Bangun Lemah merupakan pelaku pengembangan pariwisata
yang meiliki peranan yang sangat sentral, karena masyarakat sebagai tuan rumah
(host) secara umum bersentuhan langsung dengan wisatawan yang berkunjung di
objek wisata alam Air Terjun Tibumana seperti memberikan pelayanan jasa
maupun menjaga ketertiban dan kenyamanan kawasan wisata.
BAB V
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA