Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH HASIL OBSERVASI DESA WISATA PENTINGSARI

Dibuat Dalam Rangka Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Antropologi Pariwisata
Program Studi : S-1 Pariwisata
Dosen Pengampu :

Disusun Oleh :
Anggraini G. D. A. (518100851)
Delfiana Rinjani (518100859)
Delfiani Rinjani (518100860)
Destyo Yoga (
Irvan Nur Aprilianto (518100872)
Lutfi Nur Wahidah (518100874)
Nur Laela Hasanah (518100877)

SEKOLAH TINGGI PARIWISATA AMPTA

YOGYAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya maka kami dapat menyelesaikan `Makalah Hasil Observasi Desa
Wisata Pentingsari’. Makalah ini kami susun dengan sebaik-baiknya guna memenuhi tugas
mata kuliah Antropologi Pariwisata tahun akademik 2018/2019.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terkait, yang
telah memberi bantuannya dalam penulisan makalah ini. Kami mengharapkan makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 22 Maret 2019


DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR....................................................................................................... 2

DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3

BAB I – PENDAHULUAN............................................................................................... 5

A. Latar Belakang............................................................................................................... 5
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................... 5

BAB II – LANDASAN TEORI......................................................................................... 6

A. Tinjauan Umum Desa Wisata........................................................................................ 6


B. Elemen Desa Wisata...................................................................................................... 8
C. Tinjauan Umum Fasilitas Desa...................................................................................... 11
D. Unsur – unsur Dalam Pariwisata................................................................................... 13
E. Konsep Produk Wisata.................................................................................................. 13
F. Fasilitas Umum Desa Wisata......................................................................................... 16
G. Konsep Aksesibilitas Wisata......................................................................................... 17
H. Transportasi................................................................................................................... 17
I. Konsep Perencanaan Pengembangan Pantai Sebagai Alternatif Wisata....................... 19

BAB III – PEMBAHASAN............................................................................................... 22

A. Desa Wisata Brayut...................................................................................................... 22


B. Motivasi Wisatawan Desa Wisata Brayut.................................................................... 25
C. Strategi Promosi atau Pemasaran Desa Wisata Brayut................................................ 26
D. Ekonomi Desa Wisata Brayut...................................................................................... 27
E. Dampak Adanya Desa Wisata Brayut.......................................................................... 29
BAB IV – PENUTUP......................................................................................................... 31
A. Kesimpulan.................................................................................................................... 31
B. Saran.............................................................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 32
LAMPIRAN....................................................................................................................... 33
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wisata berbasis budaya adalah salah satu jenis kegiatan pariwisata yang
menggunakan kebudayaan sebagai objeknya. Pariwisata jenis ini di bedakan dari minat –
minat khusus lain, seperti wisata alam, dan wisata petualangan.
Ada 12 unsur kebudayaan yang dapat menarik kedatangan wisatawan, yaitu
Bahasa, masyarakat, kerajinan tangan, makanan dan kebiasaan makan, music dan
kesenian, sejarah suatu tempat, cara kerja dan teknologi, agama, bentuk dan karakteristik
arsitektur di masing – masing daerah tujuan wisata, tata cara berpakaian penduduk
setempat, system Pendidikan, dan aktivitas pada waktu senggang.
Objek – objek tersebut tidak jarang dikemas khusus bagi penyajian untuk turis,
dengan maksud agar menjadi lebih menarik. Dalam hal inilah seringkali terdapat
kesenjangan selera antara kalangan seni dan kalangan industry pariwisata. Kompromi –
kompromi sering harus diambil. Kalangan seni mengatakan bahwa pengemasan khusus
objek – objek tersebut untuk turis akan menghilangkan keaslian dari suatu budaya,
sedangkan kalangan pariwisata mengatakan bahwa hal tersebut tidaklah salah asalkan
tidak menghilangkan substansi atau inti dari suatu karya seni.

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan
Elemen Desa Wisata

1. Karakteristik Objek Wisata


Selain beberapa persyaratan diatas, adapula 3 karakteristik utama dari
objek wisata yang harus diperhatikan dalam upaya pengembangan suatu objek
wisata tertentu agar menarik dan dikunjungi banyak wisatawan. Seperti yang
diungkapkan oleh Drs. Oka A. Yoeti, 1985, karakteristik tersebut antara lain :
a. Daerah itu harus mempunyai apa yang disebut sebagai “something to see”.
Artinya di tempat tersebut harus ada objek wisata dan atraksi wisata yang
berbeda dengan apa yang dimiliki oleh daerah lain. Dengan kata lain, daerah
itu harus mempunyai daya tarik yang khusus dan unik.
b. Daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah “something to
do”. Artinya di tempat tersebut selain banyak yang dapat disaksikan, harus
disediakan pula fasilitas rekreasi atau amusement yang dapat membuat
wisatawan betah tinggal lebih lama di tempat itu.
c. Di daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengna istilah “something
to buy”. Artinya di tempat tersebut harus ada fasilitas untuk berbelanja,
terutama barang-barang souvenir dan kerajinan tangan rakyat sebagai oleh-
oleh dibawa pulang.
2. Jenis Objek Wisata
Seiring dengan perkembangan industri pariwisata, munculah bermacam-
macam jenis objek wisata yang lama-kelamaan mempunyai cirinya tersendiri.
Perkembangan ini bertujuan untuk memahami kebutuhan wisatawan yang saat ini
melakukan perjalanan wisata berdasarkan alasan dan tujuan yang berbeda-besa.
Di bawah ini, diuraikan engenai beberapa jenis objek wisata yang
dikelompokkan berdasarkan alasan motivasi serta tujuan wisatawan dalam
melakukan suatu perjalanan wisata, antara lain :
a. Objek wisata budaya
Perjalanan ke objek wisata ini dilakukan atas dasar keinginan untuk
memperluas pandangan hidup seseorang, dengan jalan mengadakan
kunjungan atau peninjauan ke tampat lain, untuk mempelajari keadaan rakyat,
kebiasaan dan adat-istiadat, cara hidup dan seni mereka.
b. Objek wisata kesehatan
Perjalanan seorang wisatawan ke objek wisata ini dilakukan dengan
tujuan untuk menukar keadaan dan lingkungan tepat sehari-hari dimana ia
tinggal demi kepentingan kesehatannya dan untuk beristirahat.
c. Objek wisata olahraga
Wistawan yang melakukan perjalanan ke objek wisata ini mempunyai
tujuan untuk berolahraga atau memang sengaja bermaksud mengambil bagian
aktif dalam pesta olahraga di suatu tempat atau negara tertentu.
d. Objek wisata komersial
Perjalanan yang dilakukan objek wisata ini dengna tujuan untuk
mengunjungi pameran-pameran dan pekan raya yang bersifat komersial.
e. Objek wisata politik
Perjalanan ke objek wisata ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengunjungi atau mengambil bagian aktif dalam peristiwa kegiatan politik.
f. Objek wisata pilgrim
Perjalanan wisata ke tempat ini sering dihubungkan dengna agama,
sejarah, adat-istiadat, dan kepercayaan wisatawan, dan bisasanya mempunyai
tujuan yang dihubungkan dengna niat atau hasrat sang wisatawan untuk
memperoleh restu, kekuatan batin, keteguhan iman, dan tidak jarang pula
untuk tujuan memperoleh berkah dan kekayaan melimpah.
g. Objek wisata bahari
Perjalanan ke objek wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatna
olehraga di air. Seperti memancing, berlayar, menyelam, berselancar, atau
berkeliling melihat taman dengan pemandangan indah di bawah permukaan
air (Ilmu Pariwisata, Nyoman S. Pendit, 1994). Setelah melihat jenis-jenis
objek wisata di atas, maka dapat dikatakan bahwa Desa Kebonagung
tergolong dalam objek wisata budaya, karena tempat ini menawarkan berbagai
wisata kunjungan atau peninjauan ke tampat lain, untuk mempelajari keadaan
rakyat, kebiasaan dan adat-istiadat, cara hidup dan seni mereka.Sedangkan
Sungai Tlogo yang berada di kawasan Desa Kebonagung termasuk dalam
Objek Wisata Olahraga, karena Sungai Tlogo ini merupakan tempat olahraga,
dimana sering diadakan festival perau naga.

3. Desa Terbelakang atau Desa Swadaya


Desa terbelakang adalah desa yang kekurangan sumber daya manusia atau
tenaga kerja dan juga kekurangan dana sehingga tidak mampu memanfaatkan
potensi yang ada di desanya. Biasanya desa terbelakang berada di wilayah yang
terpencil jauh dari kota, taraf berkehidupan miskin dan tradisional serta tidak
memiliki sarana dan prasaranan penunjang yang mencukupi.

4. Desa Sedang Berkembang atau Desa Swakarsa


Desa sedang berkembang adalah desa yang mulai menggunakan dan
memanfaatkan potensi fisik dan nonfisik yang dimilikinya tetapi masih
kekurangan sumber keuangan atau dana. Desa swakarsa belum banyak memiliki
sarana dan prasarana desa yang biasanya terletak di daerah peralihan desa
terpencil dan kota. Masyarakat pedesaan swakarsa masih sedikit yang
berpendidikan tinggi dan tidak bermata pencaharian utama sebagai petani di
pertanian saja serta banyak mengerjakan sesuatu secara gotong royong.

5. Desa Maju atau Desa Swasembada


Desa maju adalah desa yang berkecukupan dalam hal sdm / sumber daya
manusia dan juga dalam hal dana modal sehingga sudah dapat memanfaatkan dan
menggunakan segala potensi fisik dan non fisik desa secara maksimal. Kehidupan
desa swasembada sudah mirip kota yang modern dengan pekerjaan mata
pencarian yang beraneka ragam serta sarana dan prasarana yang cukup lengkap
untuk menunjang kehidupan masyarakat pedesaan maju.

A. Tinjauan Umum Fasilitas Desa


1. Prasarana dan Sarana Obyek Wisata
Wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan untuk sementara
waktu ke tempat atau daerah yang sama sekali masih asing baginya. Oleh karen
itu, baik sarana maupun prasarana kepariwisataan sesungguhnya merupakan
“tourist supply” yang perlu dipersiapkan atau disediakan bila kita hendak
mengembangkan pariwisata.
Yang dimaksud dengan prasarana (infrastruktur) adalah semua fasilitas
yang memungkinkan suatu proses dapat berjalan dengan lancar sedemikian rupa,
sehingga dapta memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Sedangkan
yang dimaksud dengna sarana adalah semua bentuk fasilitas yang dapat
memberikan pelayanan bagi kedatangan wisatawan. Oleh karena itu sebelum
seseorang wisatawan melakukan perjalanan wisata terlebih dahulu ia ingin
mengetahui tentang :
a. Fasilitas transportasi yang akan membawanya dari dan ke daerah tujuan wisata
yang ingin dikunjunginya.
b. Fasilitas akomodasi, yang merupakan tempat tinggal sementara di tempat atau di
daerah tujuan yang akan dikunjunginya.
c. Fasilitas catering service, yang dapat memberi pelayanan mengenai makan dan
minuman sesuai dengan selera masing-masing.
d. Objek dan atraksi wisata yang ada di daerah tujuan yang akan dikunjunginya.
e. Aktivitas rekreasi yang dapat dilakukan di tempat yang akan dikunjungi tersebut.
f. Fasilitas perbelanjaan, dimana ia dapat membeli barang-barang pada umumnya
dan souvenir atau cindera mata pada khususnya.
Semua ini menyangkut prasarana dan sarana kepariwisataan yang harus
diadakan sebelum kita mempromosikan suatu daerah tujuan wisata (Pengantar
Ilmu Pariwisata, Drs. Oka A. Yoeti, 1985).

2. Fasilitas Desa Wisata & Budaya


Menurut ICOMOS (1999), terdapat prinsip-prinsip dasar dalam wisata budaya,
yaitu :
1. Wisata domestik dan internasional merupakan suatu alat yang paling penting
dalam pertukaran budaya. Karena itu, konservasi budaya harus menyediakan
tanggung jawab dan kesempatan bagi masyarakat lokal dan pengunjung untuk
mengalami dan memahami warisan komunitas dan budayanya.
2. Hubungan antara tempat historis dan wisata bersifat dinamis serta melibatkan
nilai-nilai yang mempunyai konflik. Hal tersebut harus dapat dikelola dalam suatu
cara yang mendukung generasi saat ini dan yang akan datang.
3. Perencanaan wisata dan konservasi untuk tempat-tempat warisan budaya harus
dapat menjamin bahwa pengalaman yang didapatkan pengunjung akan berharga,
memuaskan dan menggembirakan.
4. Masyarakat asli dan penduduk di pemukiman harus dilibatkan dalam perencanaan
konservasi dan wisata.
5. Aktivitas wisata dan konservasi harus menguntungkan bagi penduduk asli.
6. Program wisata budaya harus dapat melindungi dan meningkatkan karakteristik
warisan alam dan budaya.

Lebih lanjut, ICOMOS (1999) menyatakan bahwa wisata budaya dapat


dilihat sebagai aktivitas pariwisata yang dinamis dan sangat terkait dengan
pengalaman. Wisata budaya mencari pengalaman yang unik dan indah dari
berbagai warisan masyarakat yang sangat bernilai yang harus dijaga dan
diserahkan kepada generasi penerus.

B. Unsur-unsur dalam parisiwisata


Unsur-unsur yang terlibat dalam industri pariwisata meliputi hal-hal sebagai
berikut :
1. Akomodasi, tempat tinggal sementara bagi seseorang ketika melakukan
perjalanan wisata.

2. Jasa boga atau restaurant, industri jasa dibidang penyelenggaraan makan dan
minum yang dikelola secara profesional.

3. Transportasi atau jasa angkutan, industri usaha jasa yang bergerak dalam bidang
transportasi laut dan udara.

4. Atraksi wisata, kegiatan wisata yang dapat menarik perhatian wisatawan.

5. Cinderamata (souvenir), benda yang dapat dijadikan kenang-kenangan ketika


wisatawan kembali ke negara atau daerah asal wisatawan tersebut.
6. Biro perjalanan, badan usaha perjalanan semua proses ketika melakukan
perjalanan wisata.

C. Konsep Produk Wisata


Philip Kotler, John T.Brown, James C. Makens menjelaskan dalam
bukunya Marketing for Hospitality and Tourism (2009:304) pengertian dari produk
ialah“A product is anything that can be offered to a market for attention, acquisition,
use, or consumption that might satisfy a want or need”. It includes physical objects,
services, places, organizations, and ideas. Pengertian yang dimaksud adalah bahwa
suatu produk atau barang diciptakan dan ditawarkan ke pasar untuk dapat memenuhi
kebutuhan pasar dan dari produk tersebut pasar atau konsumen mendapatkan
kepuasan.
Kaitan pengertian produk dengan produk wisata ialah produk wisata
merupakan suatu produk yang nyata, produk ini merupakan suatu rangkaian jasa yang
tidak hanya mempunyai segi-segi yang bersifat ekonomis, tetapi juga yang bersifat
social, psikologis dan alam, walaupun produk wisata itu sendiri sebagian besar
dipengaruhi oleh tingkah laku ekonomi, dikemukakan oleh Gamal Suwantoro dalam
Dasar-Dasar Pariwisata (2004:48).
Ciri-ciri produk wisata diuraikan oleh Gamal Suwantoro dalam Dasar-Dasar
Pariwisata (2004:48) yaitu :
1. Hasil atau produk wisata tidak dapat dipindahkan. Karena itu dalam penjualannya
tidak mungkin produk itu dibawa kepada konsumen. Sebaliknya, konsumen
(wisatawan) yang harus dibawa ketempat dimana produk itu dihasilkan. Hal ini
berlainan dengan industri barang dimana hasil atau produknya dapat dipindahkan
kemana barang tersebut di perlukan oleh konsumen.
2. Produksi dan konsumsi terjadi pada tempat dan saat yang sama. Tanpa adanya
konsumen yang membeli produk atau jasa maka tidak akan terjadi proses produksi.
3. Produk wisata tidak menggunakan standar ukuran fisik tetapi menggunakan standar
pelayanan yang didasarkan atas suatu kriteria tertentu.
4. Konsumen tidak dapat mencicipi atau mencoba contoh produk itu sebelumnya,
bahkan tidak dapat mengetahui atau menguji produk itu sebelumnya.
5. Hasil atau produk wisata itu banyak tergantung pada tenaga manusia dan hanya
sedikit yang mempergunakan mesin.
6. Produk wisata merupakan usaha yang mengandung resiko besar.
Middleton (2001:122) memberikan pengertian produk wisata lebih dalam
yaitu“The tourist products to be considered as an amalgam of three main components
of attraction, facilities at the destination and accessibility of the destination”. Dari
pengertian di atas kita dapat melihat bahwa produk wisata secara umum terbentuk
disebabkan oleh tiga komponen utama yaitu atraksi wisata, fasilitas di daerah tujuan
wisata dan aksesibilitas.
Middleton (2001:124) mengungkapkan ada tiga komponen utama dari produk
wisata, diuraikan sebagai berikut.
1. Atraksi
Elemen-elemen di dalam suatu atraksi wisata yang secara luas menentukan
pilihan konsumen dan mempengaruhi motivasi calon-calon pembeli diantaranya :

1. Atraksi wisata Alam, meliputi bentang alam, pantai, iklim dan bentukan
geografis lain dari suatu destinasi dan sumber daya alam lainnya.
2. Atraksi wisata buatan / Binaan Manusia, meliputi angunan dan infrastruktur
pariwisata termasuk arsitektur bersejarah dan modern, monument, trotoar
jalan, taman dan kebun, pusat konvensi, marina, ski, tempat kepurbakalaan,
lapangan golf, toko-toko khusus dan daerah yang bertema.
3. Atraksi Wisata Budaya, meliputi sejarah dan cerita rakyat (legenda), agama
dan seni ,teater music, tari dan pertunjukkan lain, dan museum. Beberapa dari
hal tersebut dapat dikembangankan menjadi even khusus, festival, dan
karnaval.
4. Atraksi Wisata Sosial, meliputi pandangan hidup suatu daerah, penduduk asli,
bahasa, dan kegiatan-kegiatan pertemuan sosial.

2. Amenitas / Fasilitas
Terdapat unsur-unsur di dalam suatu atraksi atau berkenaan dengan suatu
atraksi yang memungkinkan pengunjung untuk menginap dan dengan kata lain
untuk menikmati dan berpatisipasi di dalam suatu atraksi wisata. Hal tersebut
meliputi :

1. Akomodasi meliputi hotel, desa wisata, apartment, villa, caravan, hostel,


guest house, dan sebagainya.
2. Restoran, meliputi dari makanan cepat saji sampai dengan makanan mewah.
3. Transportasi di suatu atraksi, meliputi taksi, bus, penyewaan sepeda dan alat
ski di atraksi yang bersalju.
4. Aktivitas, seperti sekolah ski, sekolah berlayar dan klub golf.
5. Fasilitas-fasilitas lain, misalnya pusat-pusat bahasa dan kursus keterampilan.
6. Retail Outlet, seperti toko, agen perjalanan, souvenir, produsen camping.
7. Pelayanan-pelayanan lain, misalnya salon kecantikan, pelayanan informasi,
penyewaan perlengkapan dan kebijaksanaan pariwisata.

3. Aksesibilitas
Elemen-elemen ini adalah yang mempengaruhi biaya, kelancaran dan
kenyamanan terhadap seorang wisatawan yang akan menempuh suatu atraksi.
Elemen-elemen tersebut ialah:

1. Infrastruktur
2. Jalan, bandara, jalur kereta api, pelabuhan laut, marina.
3. Perlengkapan, meliputi ukuran, kecepatan, jangkauan dari sarana
4. transportasi umum.
5. Faktor-faktor operasional seperti jalur/rute operasi, frekuensi pelayanan, dan
harga yang dikenakan.
6. Peraturan Pemerintah yang meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan
peraturan transportasi.

D. Fasilitas Umum di Desa Wisata


Fasilitas umum yang dimaksud adalah fasilitas penunjang tempat wisata seperti
toilet umum, tempat parkir, musholla, dll. Pembangunan fasilitas wisata di daerah tujuan
wisata maupun objek wisata harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan baik secara
kuantitatif maupun kualitiatif. Fasilitas wisata secara kuantitatif menunjuk pada jumlah
fasilitas wisata yang harus disediakan, dan secara kualitatif menunjukkan pada mutu
pelayanan yang diberikan dan tercermin pada kepuasan wisatawan. Gamal Suwantoro
(2004:22).
Pemaparan Soekadijo (1997:95) mengenai syarat-syarat fasilitas yang baik sebagai
berikut:
1. Bentuk dari fasilitas harus dapat dikenal (recognizable).
2. Pemanfaatan fasilitas harus sesuai dengan fungsinya.
3. Fasilitas harus strategis, dimana pengunjung dapat menemukannya dengan mudah.
4. Kualitas dari fasilitas itu sendiri harus sesuai dengan standar-standar yang berlaku
dalam kepariwisataan.

E. Konsep Aksesibilitas Wisata

Aksesibilitas merupakan salah satu faktor yang membantu mempermudah


perjalanan wisata para wisatawan yang akan berkunjung ke tempat atraksi wisata.

1. Menurut Sammeng (2000:36) Salah satu komponen yang sangat penting dalam
kegiatan pariwisata adalah aksesibilitas atau kelancaran perpindahan seseorang dari
satu tempat ke tempat lain. Perpindahan tersebut bisa berjarak dekat ataupun berjarak
jauh.
2. Komponen askesibilitas dikategorikan ke dalam dua sifat dasar oleh Hainim
(1999:21) yaitu sifat fisik dan non fisik. Aksesibilitas yang bersifat fisik dapat
dikategorikan ke dalam suatu bentuk kemudahan-kemudahan yang tersedia
menyangkut ketersediaan prasarana dan sarana jaringan transportasi yang
menghubungkan antara satu daerah tujuan wisata dengan daerah asal wisatawan, baik
dalam bentuk sarana transportasi berjadwal (scheduled transport) ataupun yang tidak
berjadwal (non scheduled transport). Sementara aksesibilitas yang bersifat non fisik,
menyangkut suatu bentuk kemudahan pencapaian melalui jalur perizinan atau permit,
biasanya aksesibilitas dalam kategori non fisik ini ditujukan bagi daerah tujuan wisata
yang dilindungi dan dibatasi frekuensi maupun kuantitas kunjungannya.
3. Transportasi juga memasukan Transportasi service ke dalam bagian dari kemudahan
bagi para wisatawan dalam hal aksesibilitas. Hodder & Stoughton (2002:22)
“Transport service are needed to allow visitors to get to the destination, and to move
around once they are there. Transport services include the provision of infrastructure,
such as new roads or facilities such as charter flight”.

F. Transportasi
Menurut Wikipedia Indonesia, transportasi adalah pemindahan manusia atau
barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah wahana yang
digerakkan oleh manusia atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan
manusia dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Di negara maju, mereka biasanya
menggunakan kereta bawah tanah (subway ) dan taksi. Penduduk di negara maju jarang
yang mempunyai kendaraan pribadi karena mereka sebagian besar menggunakan
angkutan umum sebagai transportasi mereka. Transportasi sendiri dibagi 3 yaitu,
transportasi darat, laut, dan udara.Transportasi udara merupakan transportasi yang
membutuhkan banyak uang untuk memakainya. Selain karena memiliki teknologi yang
lebih canggih, transportasi udara merupakan alat transportasi tercepat dibandingkan
dengan alat transportasi lainnya.Menurut Abbas, (2003, p6), transportasi sebagai dasar
untuk pembangunan ekonomi dan perkembangan masyarakat serta pertumbuhan
industrialisasi. Dengan adanya transportasi menyebabkan, adanya spesialisasi atau
pembagian pekerjaan menurut keahlian sesuai dengan budaya, adat-istiadat, dan budaya
suatu bangsa atau daerah.Pertumbuhan ekonomi suatu negara atau bangsa tergantung
pada tersedianyapengangkutan dalam negara atau bangsa yang bersangkutan.Dalam
transportasi kita melihat dua kategori yaitu :
1. Pemindahan bahan-bahan dan hasil-hasil produksi dengan menggunakanalat angkut.
2. Mengangkut penumpang dari suatu tempat ke tempat lain.
Dengan ini dapat disimpulkan bahwa definisi transportasi adalah kegiatan
pemindahan barang (muatan) dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam
transportasi terlihat ada dua unsur yang terpenting yaitu :

a. Pemindahan atau pergerakan (movement)


b. Secara fisik mengubah tempat dari barang (komoditi) dan penumpang ketempat lain

1. Pembagian Fungsi Transportasi


Di dalam mempelajari transportasi dapat kita golongkan atas dua bagian:
a. Angkutan penumpang, untuk pengangkutan penumpang digunakan mobil atau
kendaraan pribadi dan alat angkut lainnya.
b. Selain mobil pribadi yang digunakan untuk mengangkut
penumpang,digunakan pula kendaraan untuk angkutan umum seperti, bus,
pesawatudara, kereta api, kapal laut, kapal penyeberangan dan pelayaran
Samudera Luar Negeri.Terutama untuk negara yang sedang membangun.
Pengangkutan muatan lebih penting dalam dunia bisnis dan perdagangan.

2. Faktor Penentu Pengembangan Transportasi

Menurut Hay dalam Nur Nasution (2004,p24-p25) terdapat beberapa faktor


yang mempengaruhi perkembangan transportasi di masa akan datang seperti berikut:

1. Ekonomi, alasan ekonomi biasanya merupakan dasar dari dikembangkannya


system transportasi, dengan tujuan utama untuk mengurangi biaya produksi dan
distribusi serta untuk mencari sumber daya alam dan menjangkau pasar yang
lebih luas.
2. Geografi, alasan dikembangkannya sistem transportasi pada awalnya adalah
untuk mengatasi keadaan alam setempat dan kemudian berkembang dengan
upaya untuk mendekatkan sumber daya dengan pusat produksi dan pasar
3. Politik, alasan dikembangkannya suatu sistem transportasi secara politik
adalahuntuk menyatukan daerah-daerah dan mendistribusikan kemakmuran
keseluruh pelosok suatu negara tertentu.
4. Pertahanan dan Keamanan, alasan dikembangkannya sistem transportasi dari segi
pertahanan keamanannegara adalah untuk keperluan pembelaan diri dan
menjamin terselenggaranya pergerakan dan akses yang cepat ke tempat-tempat
strategis, misalnya daerah perbatasan negara , pusat-pusat pemerintahan,atau
instalasi penting lainnya.
5. Teknologi, adanya penemuan-penemuan teknologi baru tentu akan mendorong
kemajuan di keseluruhan sistem transportasi.
6. Kompetisi, dengan adanya persaingan, baik antar moda, maupun dalam bentuk
lainnya,seperti pelayanan, material dan lain-lain, secara tidak langsung akan
mendorong perkembangan sistem transportasi dalam rangka memberikan pilihan
yang terbaik.
7. Urbanisasi, dengan makin meningkatnya arus urbanisasi, maka pertumbuhan
kota-kota akan semakin meningkat dan dengan sendirinya kebutuhan jaringan
transportasi untuk menampung pergerakan warga kotanya pun akan semakin
meningkat.

G. Konsep Perencanaan Pengembangan Pantai Sebagai Alternatif Wisata

Obyek Wisata merupakan seluruh obyek (tempat) yang dapat menimbulkan daya
tarik bagi wisatawan untuk mengunjungi baik itu alam, bangunan sejarah, kebudayaan
dan pusat-pusat rekreasi modern. Objek wisata ada berbagai macam salah satunya adalah
objek wisata pantai atau yang sering kita sebut dengan objek wisata bahari. Pantai adalah
kumpulan air dalam jumlah banyak yang membagi daratan atas benua-benua dan pulau-
pulau. Jadi, wisata pantai dapat diartikan sebagai wisata yang memanfaatkan potensi
sumber daya alam pantai beserta komponen pendukungnya, baik alami maupun buatan
atau gabungan keduanya itu (John O. Simond, 1978)

Menurut John O. Simond (1978) Obyek wisata pantai adalah elemen fisik dari
pantai yang dapat dijadikan lokasi untuk melakukan kegiatan wisata, obyek tersebut yaitu
:
1. Pantai merupakan daerah transisi antara daratan dan lautan. Pantai merupakan
primadona obyek wisata dengan potensi pemanfaatan, mulai dari kegiatan yang pasif
sampai aktif.
2. Permukaan laut terdapat ombak dan angina sehingga permukaan tersebut memiliki
potensi yang berguna dan bersifat rekreatif.
3. Daratan sekitar pantai merupakan daerah pendukung terhadap keadaan pantai, yang
berfungsi sebagai tempat rekreasi dan olahraga darat yang membuat para pengunjung
akan lebih lama menikmatinya.
John O.Simond (1978) juga menyebutkan bahwa pantai dapat dibagi menjadi
berbagai wilayah yaitu :
1. Beach yaitu batas antara daratan dan lautan, merupakan pantai berpasir dan landai.
2. Dune yaitu daerah yang lebih tinggi dari beach, merupakan hamparan pasir yang
permukaannya bergelombang atau berubah secara perlahan karena aliran laut.
3. Coastal yaitu daerah yang secara periodic digenangi air yang merupakan gabungan
antara beach dan dune.

Tujuan Pariwisata adalah untuk mengoptimalisasikan pemanfaatan perencanaaan


pengembangan sumber-sumber daya pariwisata, karena itu dalam pengembangan
pariwisata diperlukan beberapa rencana sasaran yang tepat sehingga dapat mencapai
tujuan dasar dari pariwisata itu sendiri. Perencanaan adalah suatu rangkaian dari kegiatan
untuk mencapai tujuan di masa mendatang dengan mengelola sumber daya dan potensi
yang ada. Dengan mengelola dan mengoptimalkan potensi dan sumber daya yang ada
sebaik mungkin maka tujuan akhir pun tercapai.

Menurut Kotler, Bowen, Makens (2009: 74) Perencanaan adalah “ Managerial


process of developing and maintaining a feasible fit between the organization’s
objectives, skills, and resources and its changing market opportunities”. Sedangkan
perencanaan pariwisata merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memajukan sector/
kegiatan pariwisata di objek wisata dengan mengelola sumber daya dan potensi
pariwisata di objek wisata.

Pengembangan produk wisata sebagai alternatif wisata merupakan pengembangan


dari komponen-komponen produknya. Pengembangan produk ialah upaya untuk
menciptakan produk yang lebih baik. Beberapa usaha dilakukan untuk meningkatkan
kualitas dari produk wisata yang dikembangkan. Pengembangan merupakan salah satu
pendukung dalam hal ini maka akan dipaparkan mengenai pengembangan potensi wisata
pantai sebagai alternatif wisata.

Kriteria Pengembangan wisata oleh Gamal Suwantoro (2004:81) dalam Rev


RonO’Grady ialah :

1. Decision-making about the form of tourism in any place must be made in


consultation with the local people and be acceptable to them.
2. A reasonable share of the profits derived from tourism must return to people.
3. Tourism must be based on sound environmental and ecological principles, be
sensitive to local cultural and religious traditions and should not place any members
of the host community in a position of inferiority.
4. The number of tourism visiting any area should not be such that they overshelm the
local population and deny the possibility of genuine human encounter.

Alternatif Pariwisata juga oleh Gamal Swantoro (2004) memiliki dua pengertian yaitu :

1. Sebagai salah satu bentuk kepariwisataan yang timbul sebagai reaksi terhadap
dampak-dampak negatif dari pengembangan dan perkembangan pariwisata
konvensional.
2. Sebagai bentuk kepariwisataan yang berbeda (yang merupakan alternatif) dari
pariwisata konvensional untuk menunjang kelestarian lingkungan.

DAFTAR ISI : https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pariwisata_berbasis_budaya 15


maret 2019.

Anda mungkin juga menyukai