Anda di halaman 1dari 44

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Fungsi Rancangan

Menurut Furqoni (2016) Kawasan pelabuhan perikanan pantai (PPP)


merupakan pusat perikanan, penangkapan dan pengolahan maupun proses
jual beli ikan yang penting bagi suatu daerah. Pada pengembangannya PPP
tidak hanya sebagai pusat perikanan, melainkan juga sebagai destinasi
wisata, sehingga fungsi rancangan akan melibatkan banyak aktifitas dan
jumlah manusia yang bisa membuat perputaran ekonomi yang besar di
pelabuhan. Pengembangan secara kawasan harus mengetahui terlebih dahulu
dasar-dasar perancangan dan pengembangan, untuk mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi pengembangan, dan masalah yang mungkin
timbul serta cara mengatasinya.
Tinjauan umum tentang judul dari fungsi rancangan perlu di tinjau
sebelum melakukan pembahasan tentang rancangan. Judul yang dibahas
pada tulsan ini adalah “Pengembangan Kawasan Pelabuhan Perikanan
Pantai Carocok Tarusan di Pesisir Selatan Sebagai Destinasi Wisata”.
2.1.1 Pengertian Kawasan ( Tepian Air)

Menurut Yahya (2013) kawasan yang berada ditepian air diartikan


sebagai berikut :
1. Kawasan yang dinamis dan unik dari suatu kota (dengan segala
ukuran) di mana daratan dan perairan (sungai, danau, laut, teluk)
bertemu dan harus dipertahankan keunikan dari kawasannya.
2. Kawasan yang dapat meliputi bangunan atau aktivitas yang tidak
harus secara langsung berada di atas air, akan tetapi terikat secara
visual, historis, fisik atau terkait dengan air sebagai bagian dari
"scheme" yang lebih luas.
11

2.1.2 Tinjauan Umum Pariwisata

Pengembangan Kawasan Pelabuhan Perikanan Pantai Carocok


Tarusan di sektor pariwisata dikarenakan berdasarkan context site pelabuhan
terletak dikawasan yang memiliki potensi wisata yang dapat dikembangkan,
sehingga menjadikan kawasan pelabuhan perikanan juga sebagai destinasi
wisata di kawasan tersebut.
Potensi wisata adalah berbagai sumber daya yang terdapat di sebuah
daerah tertentu yang bisa dikembangkan menjadi daya tarik wisata. Dengan
kata lain, potensi wisata adalah berbagai sumber daya yang dimiliki oleh
suatu tempat dan dapat dikembangkan menjadi suatu atraksi wisata (tourist
attraction) yang dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi dengan tetap
memperhatikan aspek-aspek lainnya (Pendit, 2003 dalam Affandy, 2015
dalam Enzeta 2017).

2.1.2.1 Definisi destinasi wisata

Menurut UU Nomor 10 Tahun 2009 dalam pasal 1 wisata adalah


kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan
pribadi, atau, mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi
dalam jangka waktu sementara.
Wisata menurut Gunn ( dalam Anwar , 2017) adalah suatu
pergerakan temporal manusia menuju suatu tempat selain dari tempat biasa
mereka tinggal dan bekerja, selama mereka tinggal ditujuan tersebut mereka
melakukan kegiatan, dan diciptakan fasilitas luntuk mengakomodasi
kebutuhan mereka.
12

2.1.2.2 Syarat-syarat daerah wisata

Menurut Yoeti (dalam Anwar, 2017) Hal terpenting untuk di


perhatikan dalam pengembangan suatu daerah untuk menjadi daerah tujuan
wisata agar menarik untuk di kunjungi oleh wisatawan maka daerah tersebut
haruslah memiliki tiga syarat sebagai berikut :
1) Daerah itu harus memiliki “ something to see “ artinya, di tempat
tersebut harus ada obyek wisata dan atraksi yang berbeda dengan apa
yang di miliki oleh daerah lain.
2) Di daerah tersebut harus tersedia “something to do “ artinya, di
tempat tersebut banyak fasilitas rekreasi yang dapat membuat
wisatawan betah tinggal lebih lama di tempat tersebut.
3) Di daerah tersebut harus tersedia “ something to buy “ artinya, di
tempat tersebut harus tersedia fasilitas untuk berbelanja, terutama
barang – barang souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh – oleh
untuk di bawa pulang ke tempat asal masing – masing.

2.1.2.3 Karakteristik wisata

Menurut Enzeta (2017) Wisata memiliki karakteristik sebagai


berikut:
a. Bersifat sementara, karena pelaku wisata hanya akan berada di tempat
wisata dalam jangka waktu pendek, karena akan segera kembali ke
tempat asalnya.
b. Melibatkan beberapa komponen wisata seperti sarana transportasi,
akomodasi, objek wisata, dan lain-lain.
c. Umumnya dilakukan dengan mengunjungi objek dengan atraksi wisata,
daerah, atau bahkan negara secara terus-menerus.
d. Memiliki tujuan untuk mendapatkan kesenangan (pleasure).
e. Tidak bertujuan untuk mencari nafkah, melainkan kedatangannya ke
tempat tersebut dapat memberikan kontribusi pada pendapatan
masyarakat atau daerah setempat.
13

f. Wisata terjadi karena adanya keterpaduan antara fasilitas dengan objek


yang saling mendukung dan berkesinambungan.

2.1.2.4 Daya Tarik Wisata


Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009
tentang Kepariwisataan Bab I, pasal 5, menyebutkan daya tarik wisata
adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang
berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia
yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
Munurut Yoeti (1997) dalam Enzeta (2017) berpendapat bahwa
berhasilnya suatu tempat wisata hingga tercapainya industri wisata sangat
tergantung tiga 3A, yaitu atraksi (attraction), mudah dicapai (accesibility),
dan fasilitas (amenities).
1. Atraksi (attraction)
Atraksi wisata yaitu sesuatu yang dipersiapkan terlebih dahulu dapat
dilihat, dinikmati, dan kesenangan yang termasuk dalam hal ini, adalah
tari-tarian, nyanyian kesenian rakyat tradisional, upacara adat, dan lain-
lain.
2. Aksesibilitas (accesibility)
Aktivitas kepariwisataan banyak tergantung pada transportasi dan
komunikasi karena faktor jarak dan waktu yang sangat mempengaruhi
keinginan seseorang untuk melakukan perjalanan wisata. Unsur
terpenting dalam aksesbilitas pada lokasi mudah diakses transportasi
pengguna, kecepatan dimiliki dapat mengakibatkan jarak jauh seolah-
olah menjadi dekat.
3. Fasilitas (amenities)
Fasilitas wisata merupakan penunjang terciptanya kenyamanan
wisatawan untuk dapat mengunjungi suatu daerah tujuan wisata. Adapun
sarana-sarana penting yang berkaitan dengan perkembangan pariwisata
adalah sebagai berikut:
14

1. Akomodasi Hotel
2. Restoran
3. Air Bersih
4. Komunikasi
5. Hiburan
6. Keamanan

2.1.2.5 Jenis Pariwisata


Jenis-jenis pariwisata menurut James J.Spillane (1987) dalam Enzeta
(2017) berdasarkan motif tujuan perjalanan dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis pariwisata khusus, yaitu:
1. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure Tourism)
Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan
tempat tinggalnya untuk berlibur, mencari udara segar, memenuhi kehendak
ingin-tahunya, mengendorkan ketegangan syaraf, melihat sesuatu yang baru,
menikmati keindahan alam, mengetahui hikayat rakyat setempat,
mendapatkan ketenangan.
2. Pariwisata untuk rekreasi (Recreation Tourism)
Pariwisata ini dilakukan untuk pemanfaatan hari-hari libur untuk
beristirahat, memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya, dan
menyegarkan diri dari keletihan dan kelelahannya. Dapat dilakukan pada
tempat yang menjamin tujuan-tujuan rekreasi yang menawarkan kenikmatan
yang diperlukan seperti tepi pantai, pegunungan, pusat-pusat peristirahatan
dan pusat-pusat kesehatan.
3. Pariwisata untuk kebudayaan (Cultural Tourism)
Jenis ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi, seperti keinginan
untuk belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset, mempelajari adat-istiadat,
dan cara hidup masyarakat, pusat-pusat kesenian dan keagamaan, festival
seni musik, teater, tarian rakyat dan lain-lain.
4. Pariwisata untuk olahraga (Sports Tourism)
Pariwisata ini dapat dibagi lagi menjadi dua kategori:
15

a. Big sports events, yaitu peristiwa-peristiwa olahraga besar seperti


Olympiade Games, kejuaraan ski dunia, kejuaraan tinju dunia,
dan lain-lain yang menarik perhatian bagi penonton atau
penggemarnya
b. Sporting tourism of the Practitioners, yaitu pariwisata olahraga
bagi mereka yang ingin berlatih dan mempraktekkan sendiri
seperti pendakian gunung, olahraga naik kuda, berburu,
memancing dan lain-lain.
5. Pariwisata untuk urusan usaha dagang (Business Tourism)
Menurut para ahli teori, perjalanan pariwisata ini adalah bentuk
profesional travel atau perjalanan karena ada kaitannya dengan pekerjaan
atau jabatan yang tidak memberikan kepada seseorang untuk memilih tujuan
maupun waktu perjalanan.
6. Pariwisata untuk berkonvensi (Convention Tourism)
Pariwisata ini banyak diminati olehnegara-negara karena ketika
diadakan suatu konvensi atau pertemuan maka akan banyak peserta yang
hadir untuk tinggal dalam jangka waktu tertentu dinegara yang mengadakan
konvensi. Negara yang sering mengadakan konvensi akan mendirikan
bangunan-bangunan yang menunjang diadakannya pariwisata konvensi.
Berbagai macam jenis pariwisata, namun dalam penulisan jenis
pariwisata yang dibahas adalah Pariwisata Rekreasi dan Pariwisata Budaya.
A. Pariwisata Rekreasi
pariwisata yang dibahas dalam penulisan berupa pariwisata rekreasi
outdoor, diantarnya :
a. permainan anak
b. rekreasi tepian air
c. memancing
B. Pariwisata Budaya
Pariwsata budaya yang dibahas dalam penulisan berupa, wisata
makanan tradisional, wisata kesenian tradisional serta wisata
peninggalan budaya.
16

2.1.2.6 Potensi Pariwisata


Menurut Mariotti dalam Wardana (2016) potensi wisata merupakan
sesuatu yang dimiliki wisata yang menjadi daya tarik bagi wisatawan dan
dimiliki oleh setiap tempat wisata. Sedangkan, Menurut Sukardi dalam
wardana (2016) potensi pariwisata merupakan sebagai segala sesuatu yang
dimiliki oleh daya tarik wisata dan berguna untuk mengembangkan industri
pariwisata di daerah tersebut. Jadi, yang dimaksud Potensi wisata adalah
segala sesuatu yang terdapat di tempat wisata, yang menjadi daya tarik
tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung ke tempat wisata tersebut.
Dalam penulisan ini membahas tentang potensi pariwisata untuk Rekreasi
dan Budaya.

2.1.2.7 Potensi Wisata di Pesisir Selatan


Kabupaten Pesisir Selatan selain memiliki potensi alam juga
memiliki potensi di bidang wisata kuliner, daerah-daerah yang ada di
Pesisir Selatan memiliki berbagai macam jenis masing-masing makanan
sehingga menjadi potensi sendiri bagi Pesisir Selatan di bidang Kuliner.
Wisata kuliner membuat makanan seperti subjek dan media.
Makanan juga sebagai tujuan wisata dan instrumen bagi peningkatan
pariwisata ( Akbar dan Pangestuti, 2017). Kabupaten pesisir selatan
memiliki beberapa kuliner yang dapat di nikmati wisatawan, sehingga
menjadi daya tarik tersendiri dikawasan wisata, diantaranya:
1. Pinukuik Batang Kapas

Gambar 2.5 Proses Memasak Pinukuik


17

(sumber:http://www.kidalnarsis.com/2018/05/6-macam-kuliner-khas-pesisir-selatan.html)

Batang Kapas merupakan satu kecamatan di kabupaten pesisir


selatan yang memiliki banyak kuliner khas, sehingga menjadi destinasi
wisata kuliner bagi wisatawan, baik yang sekedar lewat maupun yang
sengaja berkunjung. Pinukuik seklias mirip dengan pancake, namun
terdapat perbedaan dari cara penyajian yang tidak di bakar secara langsung
ke api melainkan dimasak dengan serabut kelapa yang menjadi bara api
dan bahan utama dari kelapa di campur tepung beras, tapai, gula, vanili.

2. Putu Kambang

Gambar 2.6 Putu kambang


(sumber:http://www.kidalnarsis.com/2018/05/6-macam-kuliner-khas-pesisir-
selatan.html)

Kabupaten pesisir selatan memiliki kuliner kue putu sendiri berasal dari
kecamatan kambang yang merupakan salah satu kecamatan yang ada di
kabupaten pesisir selatan, karena berasal dari kecamatan kambang
sehingga kue putu ini diberi nama kue putu kambang. Kue ini berbahan
dasar ketan hitam dengan campuran parutan kelapa yanng diberi gula aren
dan terdapat daun pandan di tengah adonannya. Adonan kue ini dibungkus
menggunakan daun pisang yang ukurannya bervariasi kemudian kue ini
dikukus yang di kedua ujungnya di ikat dengan tali sehingga masyarakat
setempat sering menyebut kue ini kue kujuik.
18

3. Palai bada pasisia

Gambar 2.7 Proses memasak palai bada


(sumber:http://www.kidalnarsis.com/2018/05/6-macam-kuliner-khas-pesisir-
selatan.html)

Kuliner ini merupakan kuliner berupa lauk pauk yang serupa dengan
pepes ikan, tapi palai bada pasisia ini berbahan dari ikan teri, di campur
parutan kelapa dan bumbu rempah-rempah, kemudian dibungkus dengan
daun pisang dan cara memasaknya yaitu dibakar di atas arang smpa warna
daun menjadi hitam.

4. Sate lokan

Gambar 2.8 Sate Lokan


(sumber:http://www.kidalnarsis.com/2018/05/6-macam-kuliner-khas-pesisir-
selatan.html)

Lokan merupakan jenis kerang yang hidup di muara pantai yang


berlumpur, hampir d seluruh daerah pesisir di sumatera barat menjual jenis
19

makanan ni, namun yang paling khas yaitu berasal dari kabupaten Pesisir
Selatan.

2.1.3 Tinjauan Umum Pelabuhan

2.1.3.1 Defenisi Pelabuhan

Berdasarkan Undang undang No. 17 tahun 2008 tentang pelayaran.


Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya
dengan batas-batas sebagai tempat pemerintahan dan tempat perekonomian
yang di gunakan utuk tempat berlabuhnya kapal, naik turunnya penumpang
maupun bongkar muat barang yang dilengkapi fasilitas-fasilitas keselamatan
pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat
perpindahan intra dan antar moda transportasi. Sedangkan pendapat lain,
Menurut Furqoni (2016) Pelabuhan adalah perairan yang terlindung
gelombang, yang dlengkapi fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana
kapal dapat bertambat untuk bongkar muat barang, gudang laut (transito)
dan tempat-tempat penyimpanan dimana barang-barang dapat disimpa untuk
waktu yang lebih lama untuk menunggu waktu pengiriman ke daerah tujuan.

2.1.3.2 Macam-Macam Pelabuhan


Menurut Triatmodjo (2009) dalam Laksono (2016) Pelabuhan dapat
dibedakan menjadi beberapa klasifikasi tergantung dari sudut pandangnya.
Berikut ini adalah klasifikasi pelabuhan:
a. Jenis pelabuhan ditinjau dari segi penyelenggaraannya:
1. pelabuhan umum; dan
2. pelabuhan khusus.
b. Jenis pelabuhan ditinjau dari segi pengusahaannya:
1. pelabuhan yang diusahakan; dan
2. pelabuhan yang tidak diusahakan.
c. Jenis pelabuhan ditinjau dari fungsi perdagangan nasional dan
internasional:
20

1. pelabuhan laut; dan


2. pelabuhan pantai.
d. Jenis pelabuhan ditinjau dari segi penggunaannya:
1. pelabuhan perikanan;
2. pelabuhan minyak;
3. pelabuhan barang;
4. pelabuhan penumpang; dan
5. pelabuhan militer.
e. Jenis pelabuhan ditinjau dari letak geografisnya:
1. pelabuhan alam;
2. pelabuhan buatan; dan
3. pelabuhan semi alam.

Berbagai macam jenis pelabuhan dengan fungsi yang berbeda seperti


pelabuhan minyak, pelabuhan penumpang, pelabuhan perikanan dan
pelabuhan campuran. Dalam pembahasan ini, terkhususnya membahas
tentang pelabuhan perikanan.
Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia No.
Per. 08/Men/2012 tentang Kepelabuhan Perikanan, Pelabuhan perikanan
adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan
batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan
sistem bisnis perikanan yang digunakan sebagai tempat kapal perikanan
bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan
fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan (dalam
Laksono (2016).

2.1.4.2 Fungsi Pelabuhan Perikanan


Pelabuhan perikanan mempunyai peranan penting dalam
peningkatan produksi ikan, memperlancar arus lalu lintas kapal perikanan,
mendorong pertumbuhan perekonomian masyarakat perikanan, pelaksanaan
21

dan pengendalian sumber daya ikan, dan mempercepat pelayanan terhadap


seluruh kegiatan dibidang perikanan (Warawarin, 2013).
Menururt peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.06/MEN/2007 (dalam Warawarin (2013) fungsi dari pelabuhan
perikanan adalah:
a. Pelaksanaan pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan;
b. Pengumpulan data hasil tangkapan dan hasil perikanan;
c. Pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat
nelayan;
d. Pelaksanaan kegiatan operasional kapal perikanan;
e. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumber daya ikan;
f. Pelaksanaan kesyahbandaran;
g. Pelaksanaan fungsi karantina ikan.

Menurut Hasim (dalam Hein Warawarin,Jantje (2013), menjelaskan


bahwa pelabuhan perikanan memiliki peranan:
a. memberikan pelayanan kepada masyarakat nelayan dalam rangka
peningkatan produksi melalui penangkapan atau budidaya.
b. Memberikan pelayanan kepada nelayan dalam memasarkan hasil
tangkapan atau budidaya.
c. Memberikan pelayanan dalam kegiatan penanganan dan pengolahan
hasil perikanan dalam rangka mendapatkan nilai tambah.
d. Memberikan pelayanan dalam rangka mempermudah pendistribusian
hasil tangkapan nelayan.
e. Meningkatkan pendapatan sekaligus taraf hidup nelayan.

2.1.5.3 Klasifikasi Pelabuhan Perikanan


Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.08/ MEN/2012 tentang Pelabuhan Perikanan, pelabuhan Perikanan
diklasifikasikan 4 (empat) kelas, yaitu sebagai berikut: Pelabuhan Perikanan
Samudra (PPS/Tipe A), Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN/Tipe B),
22

Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP/Tipe C), Pangkalan Pendaratan Ikan


(PPI/Tipe D).

1. Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS/Tipe A)


PPS sebagai pelabuhan perikanan tipe A ditetapkan berdasarkan
kriteria teknis dan operasional yang meliputi :
A. Kriteria teknis
a). Mampu melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan
perikanan diperairan indonesia dan laut lepas;
b). Memilki fasilitas lambat tabuh untuk kapal perikanan
berukuran sekurang-kurangnya 60 GT;
c). Panjang dermaga sekurang-kurangnya 30 meter, dan kedalam
kolam sekurang-kurangnya minus 3 meter;
d). Mampu menampung kapal perikanan sekurang-kurangnya 100
unit atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 6.000 GT;
dan
B. Kriteria Operasional
a). Ikan yang didaratkan sebagian untuk tujuan ekspor;
b). Terdapat industri pengolahan ikan dan industri lainnya; dan
c). Terdapat aktifitas bongkar muat ikan dan pemasaran hasil
perikanan rata-rata 50 ton perhari.

2. Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN/Tipe B)


PPN sebagai pelabuhan perikanan tipe B ditetapkan berdasarkan
kriteria teknis dan operasional yang meliputi :
A. Kriteria teknis
a). Mampu melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan
perikanan di perairan indonesia
b). Memiliki fasilitas lambat labuh untuk kapal perikanan
sekurang-kurangnya 30 GT;
23

c). Panjang dermaga sekurang-kurangnya 150 meter, dengan


kedalaman kolam sekurang-kurangnya 3 meter; dan
d). Mampu menampung kapal perikanan sekurang-kurangnya 75
unit atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 2.250 GT.
B. Kriteria Operasional
a). Terdapat aktivitas bongkar muat ikan dan pemasaran hasil
perikanan rata-rata 30 ton per hari; dan
b). terdapat industri pengolahan ikan dan industri penunjang
lainnya.

3. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP/Tipe C)


PPP sebagai pelabuhan perikanan tipe C ditetapkan berdasarkan
kriteria teknis dan operasional yang meliputi :
A. Kriteria Teknis
a). mampu melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan
perikanan di perairan Indonesia;
b). memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan
berukuran sekurang-kurangnya 10 GT;
c). panjang dermaga sekurang-kurangnya 100 m, dengan
kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 2 m;
d) mampu menampung kapal perikanan sekurang-kurangnya 30
unit atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 300 GT;
dan
B. Kriteria Operasional
a) terdapat aktivitas bongkar muat ikan dan pemasaran hasil
perikanan rata-rata 5 ton per hari; dan
b). terdapat industri pengolahan ikan dan industri penunjang
lainnya.

4. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI/Tipe D)


24

PPI sebagai pelabuhan perikanan tipe D ditetapkan berdasarkan


kriteria teknis dan operasional yang meliputi :
A. Kriteria teknis
a). mampu melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan
perikanan di perairan Indonesia;
b). memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan
berukuran sekurang-kurangnya 5 GT;
c). panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m, dengan
kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 1 m; dan
d). mampu menampung kapal perikanan sekurang-kurangnya 15
unit atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 75 GT.
B. kriteria operasional, yaitu terdapat aktivitas bongkar muat
ikan dan pemasaran hasil perikanan rata-rata 2 ton per hari.

2.1.5.4 Fasilitas Pelabuhan Perikanan Pantai


Menurut Lubis (dalam Warawarin (2013) berdasarkan fungsinya, fasilitas
fungsional dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu:
1. untuk penanganan hasil tangkapan dan pemasarannya, yang terdiri
dari: Tempat Pelelangan Ikan(TPI), pemeliharaan dan pengelolaan hasil
tangkapan ikan, pabrik es, gudang es, fasilitas pendingin, dan gedung-
gedung pemasaran;
2. untuk pemeliharan dann perbaikan armada dan alat penangkapan
ikan, yang terdiri dari: lapangan perbaikan alat penangkapan ikan, ruang
mesin, ruang penjemuran alat penangkapan ikan, ruang mesin, gudang
jaring;
3. untuk perbekalan yang terdiri dari: tangki dan instalasi air minum
4. untuk komunikasi, yang terdiri dari: stasiun jaringan telepon, radio
SSB.
Berdasarkan peraturan menteri kelautan dan perikanan tahun 2006
pasal 22, fasilitas yang harus ada di PPP terbagi dalam tiga kategori yaitu
fasilitas pokok, fasilitas fungsional, fasilitas penunjang.
25

1. Fasilitas pokok
Pelabuhan perikanan pantai sekurang-kurangnya wajib tersedia
fasilitas pokok meliputi:
a. Bangunan pelindung seperti breakwater, revetment, dan
groin;
b. Tambat seperti dermaga dan jetty;
c. Perairan seperti kolam pelabuhan dan alur pelayaran;
d. Penghubung seperti jalan, gorong-gorong, drainese, jembatan;
e. Lahan pelabuhan perikanan.

2. Fasilitas fungsional
Pelabuhan perikanan pantai harus memiliki dan wajib tersedia
fasilitas fungsional agar berfungsi dengan maksimal, fasilitas fungsional
meliputi:
a. Pemasaran hasil perikanan seperti tempat pelelangan ikan (TPI);
b. Navigasi pelayaran dan komunikasi seperti telepon, internet, SSB,
lampu suar, rambu-rambu, menara pengawas;
c. Suplai air bersih, es dan listrik;
d. Pemeliharaan kapal dan alat penangkapan ikan seperti
dock/slipway, bengkel dan tempat perbaikan jaring;
e. Penanganan dan pengolahan hasil perikanan seperti transit sheed
dan laboratorium pembinaan mutu;
f. Perkantoran seperti kantor administrasi pelabuhan;
g. Transportasi seperti alat-alat angkut ikan dan es; dan
h. Pengolahan limbah seperti IKAL.

3. Fasiltas penunjang
Pelabuhan perikanan pantai terdapat fasilitas yang dapat
menunjang aktifitas dan fungsi pelabuhan sendiri, fasiltas tersebut
meliputi:
a. Pusat pembinaan nelayan seperti balai pertemuan nelayan;
26

b. Bangunan pengelola pelabuhan seperti mess operator, pos jaga, dan


pos pelayanan terpadu;
c. Bangunan sosial dan umum seperti tempat peribadatan dan MCK
d. Kios IPTEK
e. Bangunan penyelenggaraan funsi pemerintahan, minimal harus
meliputi
I) Kantor keselamatan pelayaran;
II) Kantor yang menjaga kebersihan, keamanan, dan ketertiban
PPP;
III) Kantor bea cukai;
IV) Kantor keimigrasian;
V) Kantor pengawas perikanan.

2.1.5.5 Standar-Standar Perancangan Pelabuhan Perikanan


Menurut Furqoni (2016:30) dalam perancangan suatu pekerjaan
konstruksi membutuhkan dasar teori dan standar-standar perancangan agar
dapat diketahui spesifikasi yang menjadi acuan dalam perhitungan dan
perancangan. Sehingga, perancangan pelabuhan perikanan membutuhkan
pengetahuan tentang standar-standar dan teori-teori perancangan agar dapat
dijadikan sebagai acuan dalam melakukan pengembangan. Standar-standar
dan teori tersebut diuraikan kedalam fasilitas pokok, fasilitas fungsional, dan
fasilitas penunjang. Namun, sesuai dengan batasan penulisan yaitu terkhusus
membahas tentang fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang yang
bertujuan untuk dijadikan aspek wisata bagi pelabuhan perikanan pantai
carcocok tarusan, sehingga standar-stadar dan teori–teori yang dibahas pada
penulisan terkhusus kedalam fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang.
3. Fasilitas fungsional
a. Tempat pelelangan ikan (TPI)
Menurut Furqoni (2016) Tempat pelelangan ikan merupakan suatu
wadah sebagai pusat berlangsungnya penjualan-penjualan hasil
27

penangkapan ikan dari laut (baik lestari maupun budidaya) yang dilakukan
dihadapan orang banyak dengan tawaran harga yang bertingkat.
Tempat pelelangan ikan merupakan bagian inti dari seluruh sarana sarat
di pelabuhan perikanan (bagakali, dalam Warawarin (2013). Tempat
pelelangan ikan harus di letakkan berdekatan dengan dermaga dan terminal
parkir, lebar pelataran pantai gedung antara 4 sampai 8 meter dan kendaraan
pengangkut sedapat mungkin dapat menempel pada lantai pelelangan (ditjen
perikanan, dalam Warawarin (2013).
Berdasarkan ruang kegiatan yang ada maka gedung pelelangan ikan
terbagi dari tiga zona yaitu untuk sortir/persiapan lelang, pelelangan ikan,
dan untuk pengepakan. Perbandingan antara luas tempat
persiapanlelang/sortir, pelelangan ikan, dan pengepakan adalah
1:2:1( Elfandi, dalam Warawarin (2013).
b. Penyediaan air bersih
Menurut Furqoni (2016) standar baku untuk menentukan banyaknya air
bersih yang dibutuhkan pada PPP adalah sebagai berikut:
 Kebutuhan ABK = 20 liter/orang/hari
 Kebutuhan cuci ikan = 1 liter/Kg ikan
 Pencucian lantai lelang = 1,5 liter/m2
 Kebutuhan penghuni = 10% dari kebutuhan total
c. Kebutuhan bahan pengawet (es balok)
Menurut Furqoni (2016) standar kebutuhan es balok untuk
pengawetan ikan adalah 1,5-2,0 kg es untuk setiap 1 kg ikan.
d. Kantor administrasi
Kantor administrasi di PPP adalah gedung yang mengatur perizinan dan
administrasi, seperti pengeluaran surat persetujuan berlayar (SPB),
menegeluarkan surat izin usaha perikanan, serta menyediakan data bagi
pusat PPP. Menurut Furqoni (2016) merancang kantor administrasi yang
baik perlu mengetahui beberapa standar yang mengatur perancangan kantor
administrasi, diantaranya:
28

No Nama gambar keterangan


1 Denah Gedung dengan
tipe ruang besar
tanpa sekat,
mendapatkan
keuntungan dari
segi pencahayaan
alami yang baik.
Tipe kantor yang
terbagi 3 sekat
dengan fungsi
yang berbeda.

2 Penataan Penataan ruang


ruang kantor dengan
kebutuhan jumlah
ruang kantor yang
kecil.

Penataan kantor
dengan kebutuhan
jumlah ruang
kantor yang besar
berkombinasi.
29

Penataan ruang
kombinasi yang
terdiri dari ruang
rapat, ruang
pustaka, ruang
sekretariat, ruang
arsip, ruang kerja,
ruang servis.
Ruang kerja
didesain
mengelilingi tepi
kantor.

3 Penataan meja Penataan meja


dan kursi kantor dan kursi.
beserta  Meja kerja
ukurannnya. 78x156 cm
 Jarak antar
poros meja
adalah 1.87 m
 Lebar daerah
sirkulasi dan
kursi kerja
adalah 65-105
cm

Modul ruang
kantor dengan
meja kerja dan
meja arsip
disepanjang
jendela.
 Meja kerja
70x140 cm
 Jarak antar
poros meja
adalah 1.87 m
 Lebar daerah
sirkulasi dan
kursi kerja
adalah 75-85
cm
30

Pola penataan
meja secara
bervariasi.
 Jarak antar
poros meja 187
cm
 Lebar kantor
8.25 m

(sumber: Data Arsitek II, dalam Furqoni (2016)


4. Fasilitas Penunjang
a. Areal parkir
b. Toilet umum
c. Restoran

2.1.3 Fakor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan pelabuhan


perikanan pantai
Menurut Furqoni (2016) kondisi eksisiting sangat berpengaruh
dalam pengembangan pelabuhan perikanan pantai (PPP), sehingga dalam
pengembangan nantinya dapat dimanfaatkan dan sesuai dengan objek yang
ingin dikembangkan pada PPP. Hal yang perlu diketahui adalah:
A. kondisi lapangan, yaitu kondisi spesifik alam yang ada seperti kondisi
tipografi, gelombang, angin, pasang surut, dan kondisi tanah.
B. Karakteristik kapal, yaitu jenis kapal yang akan dilayani merupakan
input yang sangat menentukan perencanaan yang meliputi bobot kapal,
panjang, lebar, tinggi, dan sarat.
C. Tingkat layanan operasional pelabuhan perikanan, agar diperoleh hasil
perencanaan yang optimal, pelabuhan perikanan harus
direncanakansesuai layanan yang bisa diberikan, terutama untuk kapal
pengguna jasa pelabuhan.
D. Jenis layanan pelabuhan perikanan. Pelabuhan perikanan yang lengkap
dapat memberikan kemudahan bagi kapal yang melakukan bongkar
muat. Layanan yang lengkap bagi kapal bongkar berupa: pendaratan
ikan, pencucian, penyotiran, pelelangan, penyimpanan, pemuatan ke
31

angkutan darat, pengolahan pengeringan, pengasinan, pengalengan,


pembuatan tepung. Sedangkat layanan yang lengkap untuk kapal muat
meliputi: pengsisian bahan bakar, air bersih, pemuatan es, perbekalan
makanan, pelayanan perbaikan alat tangkap, perbaikan kapal,
penjualan alat tangakap dan umpan.
E. Pertimbangan ekonomi teknik. Pertimbangan ekonomi teknik
berkaitan erat dengan biaya pelaksanaan dan ketersediaan dana.

2.2 Tinjauan Tema Rancangan


Pengembangan Kawasan Pelabuhan Perikanan Pantai Carocok
Tarusan di Pesisir Selatan sebagai Destinasi wisata tema rancangan yang
diterapkan yaitu Arsitektur Tepian Air, untuk mengetahui bagaimana
perumusan tema kedalam pengembagan Kawasan PPP perlu terlebih dahulu
mengetahui tinjauan mengenai Arsitektur Tepian Air. Dalam ilmu arsitektur,
tema arsitektur tepian air juga dikenal dengan waterfront architecture.
2.2.1 Definisi waterfront
Pengertian waterfront dalam Bahasa Indonesia secara harafiah adalah
daerah tepian, bagian kota yang berbatasan dengan air, daerah pelabuhan
(Echols, 2003 dalam Tangkuman dan Tondobala, 2011). Sedangkan,
menurut Masrul (dalam Puspita, 2017) menyebutkan kawasan tepi air
(waterfront) meliputi bangunan atau aktivitas yang tidak harus secara
langsung berada di atas air, akan tetapi terikat secara visual, histori atau fisik
yang terikat dengan air sebagai bagian dari “scheme” yang lebih luas.
Soesanti et al. (dalam Puspita, 2017) menambahkan, waterfront merupakan
suatu daerah atau area yang terletak di dekat/berbatasan dengan kawasan
perairan dimana terdapat satu atau beberapa kegiatan/aktivitas pada area
pertemuan tersebut.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Tepian air atau waterfront merupakan
suatu kawasan dipinggir air yang lebih terfokus kepada penerapan hubungan
antara air dan daratan, yang lebih cenderung memanfaatkan visual dan
32

potensi fisik dari hubungan antara keduanya sebagai daya tarik dan
pertimbangan dalam perencanaan kawasan.

2.2.2 Jenis-Jenis Waterfront


Menurut Tangkuman dan Tondobala (2011) Berdasarkan jenis
pengembangan kawasan Tepian Air, waterfront dapat dibedakan menjadi 3
jenis, yaitu konservasi, pembangunan kembali (redevelopment), dan
pengembangan (development).
1. Konservasi adalah penataan waterfront lama yang masih ada sampai
saat ini dan menjaganya agar tetap bisa dimanfaatkan masyarakat.
2. Preservasi adalah waterfront yang harus dilestarikan, dilindungi,
dipelihara dan dipugar sesuai dengan bentuk aslinya tetapi tetap
disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan fungsionalnya karena
merupakan kawasan atau mengandung bangunan dan/atau bangun-
bangunan yang mempunyai nilai sejarah, nilai seni dan budaya serta
nilai arsitektur.
3. Redevelopment adalah upaya menghidupkan kembali fungsi-fungsi
waterfront lama yang sampai saat ini masih digunakan untuk
kepentingan masyarakat dengan mengubah atau membangun kembali
fasilitasfasilitas yang ada.
4. Development adalah usaha menciptakan waterfront yang memenuhi
kebutuhan kota saat ini dan masa depan dengan cara mereklamasi pantai

2.2.3 Kriteria Waterfront


Menurut Prabudiantoro (dalam Tangkuman dan Tondobala, 2011)
Kriteria umum penataan dan pendesainan waterfront adalah:
a. Berlokasi dan berada di tepi suatu wilayah perairan yang besar (laut,
danau, sungai, dan sebagainya).
b. Biasanya merupakan area pelabuhan, perdagangan, permukiman, dan
pariwisata.
33

c. Memiliki fungsi-fungsi utama sebagai tempat rekreasi, permukiman,


industri, atau pelabuhan.
d. Dominan dengan pemandangan dan orientasi ke arah perairan.
e. Pembangunannya dilakukan ke arah vertikal horisontal.

2.2.3 Tipologi Waterfront


2.2.3.1 Berdasarkan Pertemuannya Dengan Badan Air
waterfront berdasarkan pertemuannya dengan badan air dibedakan
sebagai berikut (Breen, dalam Tangkuman dan Tondobala, 2011) :
1. Waterfront Tepian Sungai
Merupakan waterfront yang terjadi karena adanya pertemuan langsung
antara daratan dengan badan air yang berupa tepian sungai.
2. Waterfront Tepi Laut
Merupakan area waterfront yang terjadi karena pertemuan langsung
antara daratan dengan badan air yang berupa pantai dan tepian laut.
3. Waterfront Tepi Danau
Merupakan area waterfront yang terjadi karena adanya pertemuan
langsung antara daratan dengan badan air yang berupa tepian air yang
berupa tepian danau, pada umumnya pengembangannya sebagai fungsi
khusus.

2.2.3.2 Berdasarkan Aktivitas


Berdasarkan aktivitasnya, waterfront dapat dikategorikan sebagai
berikut (Tangkuman dan Tondobala (2011):
1. Cultural waterfront
Cultural waterfront mewadahi aktivitas budaya, pendidikan dan ilmu
pengetahuan.
2. Environmental waterfront
Environmental waterfront yaitu pengembangan waterfront yang
bertumpu pada usaha peningkatan kualitas lingkungan yang mengalami
34

degradasi, memanfaatkan potensi dari keaslian lingkungan yang tumbuh


secara alami.
3. Historical waterfront
Historical waterfront pada umumnya berkembang sebagai upaya
konservasi dan restorasi bangunan bersejarah di kawasan tepi air.
4. Mixed-Use waterfront
Pengembangan Mixed-Used waterfront diarahkan pada penggabungan
fungsi perdagangan, rekreasi, perumahan, perkantoran, transportasi, wisata
dan olahraga.
5. Recreational waterfront
Pengembangan waterfront dengan fungsi aktivitas rekreasi dapat
didukung dengan berbagai fasilitas seperti: taman bermain, taman air, taman
duduk, taman hiburan, area untuk memancing, riverwalk, amphilhealre,
diving, gardu pandang, fasilitas perkapalan, paviliun, fasililas olah raga,
marina, restoran, dan aquarium.
6. Residental waterfront
Pengembangan waterfront dengan fungsi utama sebagai perumahan.
Fasilitas yang dibangun berupa kampung nelayan, apartemen, town house,
fat, row, house, rumah pantai, villa rekreasi dan kesehatan.
7. Working waterfront
Kawasan waterfront yang menampilkan sisi kelautan. Aktivitas yang
diwadahi umumnya berhubungan dengan perikanan, penyimpanan dan
pengolahan. Aktivitas pembuatan kapal dan terminal angkutan air
merupakan ciri utama waterfront ini.

2.2.4. Aspek Dasar Perancangan Waterfront


Terdapat dua aspek penting yang mendasari keputusan-keputusan
serta solusi rancangan yang dihasilkan dalam perancangan waterfront.
Kedua aspek tersebut adalah faktor geografis serta konteks perkotaan (Wren,
1983 dalam Tangkuman dan Tondobala, 2011).
A. Faktor Geografis
35

Merupakan hal-hal yang menyangkut geografis kawasan dan akan


menentukan jenis serta pola penggunaannya, termasuk di dalam aspek ini
adalah:
1. Kondisi perairan, yaitu jenis (laut, sungai, dst), dimensi dan konfigurasi,
pasang- surut, serta kualitas airnya
2. Kondisi lahan, ukuran, konfigurasi, daya dukung tanah, serta
kepemilikannya
3. Iklim, yaitu menyangkut jenis musim, temperatur, angin, serta curah
hujan.

B. Konteks perkotaan
faktor-faktor yang akan memberikan identitas bagi kota serta menentukan
hubungan antara kawasan waterfront dengan bagian kota tertentu. Termasuk
dalam aspek ini adalah :
1. Pemakai, yaitu mereka yang tinggal, bekerja atau berwisata di kawasan
waterfront, atau sekedar merasa "memiliki" kawasan tersebut sebagai
sarana publik.
2. Khasanah sejarah dan budaya, yaitu situs atau bangunan bersejarah yang
perlu ditentukan arah pengembangannya (misalnya restorasi, renovasi
atau penggunaan adaptif) serta bagian tradisi yang perlu
3. Pencapaian dan sirkulasi, yaitu akses dari dan menuju tapak serta
pengaturan sirkulasi didalamnya
4. Karakter visual, yaitu hal-hal yang akan memberi ciri yang membedakan
satu kawasan waterfront dengan lainnya. Ciri ini dapat dibentuk dengan
material, vegetasi, atau kegiatan yang khas, seperti "Festival Market
Place" (ruang terbuka yang dikelilingi oleh kegiatan pertokoan dan
hiburan).

2.2.5. Aspek Perencanaan Waterfront


Dalam perencanaan waterfront ada beberapa aspek, yaitu
(Tangkuman dan Tondobala, 2011):
36

1. Aspek arsitektural berkaitan dengan pembentukan citra (image) dari


kawasan waterfront dan bagaimana menciptakan kawasan waterfront
yang memenuhi nilai-nilai estetika.
2. Aspek keteknikan berkaitan terutama dalam perencanaan struktur dan
teknologi konstruksi yang dapat mengatasi kendala-kendala dalam
mewujudkan rancangan waterfront, seperti stabilisasi perairan, korosi,
erosi, kondisi alam setempat; perencanaan infrastruktur yang berkaitan
dengan drainase, transportasi dan sebagainya.
3. Aspek sosial budaya bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar kawasan waterfront
tersebut.
4. Aspek Peraturan berkaitan dengan tata aturan tentang pemanfaatan
ruang dan pelestarian lingkungn tepi air.

2.2.6. Pedoman Pemanfaatan Ruang Tepi Pantai di kawasan


perkotaan
Menurut Tangkuman dan Tondobala (2011) Untuk melakukan
pengembangan dan pemanfaatan kawasan tepian air, agar
pengembangannya dapat optimal dan mengikuti aturan yang telah di
tetapkan, maka perlu pemahaman tentang pedoman-pedoman pemanfaatan
ruang di tepian air. Pedoman-pedoman pemanfaatan ruang tepi air,
diantaranya ( Tangkuman dan Tondobala, 2011):
1. Kawasan perumahan
Fungsi utama sebagai tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi
dengan prasarana dan sarana lingkungan. Kriteria pemanfaatan ruangnya
adalah:
a. Tersedia sumber air yang cukup;
b. Tersedia sistem drainase yang baik;
c. Tersedia sistem pengolahan sampah yang baik;
d. Tersedia aksesibilitas yang baik ke pusat-pusat kegiatan maupun
sarana publik;
37

e. Bebas dari kebisingan serta bahaya dan gangguan setempat;


f. Terhindar dari bahaya abrasi pantai;
g. Lebar garis sempadan pantai 30-100 meter dari titik pasang tertinggi.
2. Kawasan industri
Kriteria pemanfaatan ruang untuk Kawasan industri adalah;
a. Membatasi penggunaan air tanah untuk mencegah intrusi air laut;
b. Tersedia fasilitas infrastruktur yang menunjang kegiatan industri;
c. Tersedia sistem pengelolaan limbah;
d. Tersedia akses ke pusat pelayanan
e. niaga dan pelayanan pelabuhan;
f. Lebar garis sempadan pantai 100-300 meter dari titik pasang
tertinggi.
3. Kawasan perdagangan dan jasa
Kriteria pemanfaatan ruang :
a. Tersedia aksesibilitas yang memadai dan dapat menjangkau pusat
pelayanan niaga (pasar), pelayanan pelabuhan dan kawasan industri
terkait;
b. Tersedia sarana dan prasarana (utilitas);
c. Pencemaran bahan buangan kapal harus diminimalkan;
d. Tersedia sistem drainase yang baik;
e. Lebar garis sempadan pantai 100-300 meter dari titik pasang
tertinggi.
4. Kawasan pariwisata
Kawasan pariwisata merupakan kawasan yang disediakan untuk
memenuhi kebutuhan kegiatan pariwisata, dengan kriteria pemanfaatan
ruang:
a. Tersedia sarana dan prasarana;
b. Tersedia aksesibilitas yang tinggi ke pusat pelayanan niaga dan
kesehatan;
c. Memiliki obyek dan daya tarik wisata;
38

d. Pemberlakuan lebar garis sempadan pantai (Perda atau hukum


pengusahaan atau sistem pemilikan pantai);
e. Pengaturan pemakaian air tanah yang disesuaikan dengan kapasitas
ketersediaan air tanah dan waktu yang dibutuhkan untuk pengisian
kembali;
f. Lebar garis sempadan pantai 100-300 meter dari titik pasang
tertinggi.
5. Kawasan pelabuhan
. Pemanfaatan ruang kawasan pelabuhan mempunyai kriteria :
a. Aksesibilitas yang tinggi ke pusat pelayanan distribusi barang dan
penumpang;
b. Penataan letak pusat-pusat pelayanan harus efisien dan efektif;
c. Tersedia sistem pengolahan limbah;
d. Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan di sekitar pelabuhan
untuk menjami
e. Pengawasan terhadap tingkat sedimentasi yang berpengaruh
terhadap kedalaman laut terutama di sekitar dermaga dan akses
keluar masuk kapal;
f. Pengembangan teknologi yang menunjang aktivitas pelabuhan
untuk mengantisipasi perubahan iklim yang berpengaruh terhadap
fluktuasi pasang-surut, tinggi gelombang laut dan kecepatan arus
laut;
g. ketersediaan lahan untuk prasarana dan sarana ke pelabuhan.

2.2.7. Penerapan Elemen-Elemen Pendukung Dalam Pengembangan


Watefront
Pengembangan waterfront adalah suatu usaha penataan dan
pengembangan bagian atau kawasan kota yang skala kegiatan dan fungsi
yang ada sangat beragam dengan intensitas tinggi sebagai kegiatan
perkotaan baik untuk fungsi perumahan, pelabuhan dan perdagangan
komersial dan industri hingga kawasan wisata ( Tahir, 2005). Sehingga
39

dalam mengolah kawasan tepian air, beberapa elemen dapat diberikan


penekanan dengan memberikan solusi disain yang spesifik, yang
membedakan dengan olahan kawasan lainnya yang dapat memberikan
kesan mendalam oleh pengungjungnya((Tangkuman dan Tondobala,
2011). Elemen-elemen tersebut diantaranya adalah:
a. Tepian Air
Kawasan tanah atau pesisir yang landai/datar dan langsung bertasan
dengan air. Merupakan tempat berjemur atau dudukduduk dibawah
keteduhan pohon (kelapa atau jenis pohon pantai lainnya) sambil
menikmati pemandangan perairan
b. Promenade/Esplanade
Perkerasan di Kawasan tepian air untuk berjalan-jalan atau
berkendara (sepeda atau kendaraan tidak bermotor lainnya) sambil
menikmati pemandangan perairan. Bila permukaan perkerasan hanya
sedikit di atas permukaan air disebut promenade, sedangkan perkerasan
yang diangkat jauh lebih tinggi dari permukaan (sperti balkon) disebut
esplanade. Pada beberapa tempat dari promenade dapat dibuat tangga turun
ke air, yang disebut "tangga pemandian" (baptismal steps).
c. Dermaga
Tempat bersandar kapal/perahu yang sekaligus berfungsi sebagai
jalan di atas air untuk menghubungkan daratan dengan kapal atau perahu.
Pada masa kini dermaga dapat diolah sebagai elemen arsitektural dalam
penataan kawasan tepian air, dan diperluas fungsinya antara lain sebagai
tempat berjemur.
d. Jembatan
Penghubung antara dua bagian daratan yang terpotong oleh sungai
atau kanal. Jembatan adalah elemen yang sangat populer guna
mengekspresikan misi arsitektural tertentu, misalnya tradisional atau
hightech, sehingga sering tampil sebagai sebuah scuilpture. Banyak
jembatan yang kemudian menjadi Lengaran (landmark) bagi kawasannya,
misalnya Golden Gate di San Francisco atau Tower Bridge di London
40

e. Pulau buatan/Bangunan air


Bangunan atau pulau yang dibuat/dibangun di atas air di sekitar
daratan, untuk menguatkan kehadiran unsur air di kawasan tersebut.
Bangunan atau pulau ini bisa terpisah sama sekali dari daratan, bisa juga
dihubungkan dengan jembatan yang merupakan satu kesatuan
perancangan.
f. Ruang tebuka (open space)
Berupa taman atau plaza yang dirangkaikan dalam satu jalinan
ruang dengan kawasan tepian air. Contoh klasik dari rangkaian urban
space di kawasan tepian air adalah Piazza de La Signoria yang
dihubungkan dengan Ponte Veccnio, di Firenze, serta Piazza San MMarco
dengan Grand Canal, di Venezia.
g. Aktifitas
Guna mendukung penataan fisik yang ada, perlu dirancang
kegiatan untuk meramaikan atau memberi ciri khas pada kawasan
pertemuan antara daratan dan perairan. "Floating market" misalnya, adalah
kegiatan tradisional yang dapat ditampilkan untuk menambah daya tarik
suatu kawasan waterfront, sedang festival market place adalah contoh
paduan aktivitas (hiburan dan perbelanjaan) dengan tata ruang waterfront
(plaza atau urban space).

2.2.8. Recreational Watefront


Pengembangan Kawasan Pelabuhan Perikanan Pantai Carocok
Tarusan di Pesisir Selatan Menggunakan Tema Arsitektur Tepian Air (
waterfront architecture). Dan jenis waterfront yang di terapkan salah
satunya yaitu Recreational Watefront.
2.2.8.1 Defenisi Recreational Watefront
Recreatonal dapat di artikan Rekreasi, Rekreasi adalah kegiatan
aktif atau positif yang dilakukan dengan bebas dan kreatif dalam waktu
senggang sebagai selingan pekerjaan sehari-hari sesuai dengan bakat dan
kegemarannya (Fandelli, 1995 dalam Tahir, 2005). Sedangkan, Tempat
41

Rekreasi Menurut Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan


Telekomunikasi, adalah sesuatu usaha yang menyediakan tempat dan
berbagai jenis fasilitas untuk memberikan kesegaran jasmani dan rohani
yang mengandung unsur hiburan, pendidikan dan kebudayaan sebagai
usaha pokok di suatu kawasan tertentu dan dapat dilengkapi dengan
penyediaan jasa layanan makanan dan minuman. Sehingga, menurut Tahir
(2005) kawasan rekreasi diartikan sebagai tempat/ daerah yang disediakan
untuk memberikan hiburan bagi setiap orang yang datang/ berkunjung.
Hiburan tersebut dapat berupa panorama alam setempat, budaya maupun
sarana dan prasarana yang ada dan dikelola oleh manusia menjadi suatu
tempat yang bertujuan untuk mencari kesenangan yang ditujukan bagi
kepuasan bathin manusia.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Recreational Watefront adalah suatu
tempat atau kawasan tepian air yang menyediakan fasilitas-fasilitas untuk
rekreasi bagi pengunjung dengan memanfaatkan potensi visual dan fisik
(alami maupun buatan) di kawasan tepian air tersebut.

2.2.8.2 Tujuan Rekreasi


Menurut Haryono (1978) dalam Tahir (2005) Tujuan manusia
melakukan rekreasi adalah:
1. Individu; keinginan untuk memulihkan dan meningkatkan kesegaran
badan, pikiran, menghindarkan diri dari aktivitas rutin serta
mendapatkan kepuasan dan kesenangan.
2. Kelompok; menciptakan dan membina hubungan dan kontak sosial
dengan manusia lain, dapat mengenal dan meningkatkan kecintaan pada
lingkungan dan menjaga kelestarian.

2.2.8.3 Jenis Rekreasi


Jenis rekreasi terdiri dari 3 (tiga) kelompok, yaitu (Tahir, 2005):
1. Berdasarkan kegiatan yang berlangsung, rekreasi terbagi atas dua
kategori, yaitu:
42

a. Rekreasi aktif, adalah rekreasi yang dilakukan secara langsung oleh


individu. Rekreasi ini mengutamakan keterampilan atau sekedar
hobi, misalnya berenang, jogging, dan sebagainya.
b. Rekreasi pasif, adalah rekreasi yang dilakukan tanpa memerlukan
banyak energi ataupun keterampilan fisik, misalnya menonton
pertunjukan seni, menikmati panorama alam, dan sebagainya.
2. Berdasarkan tempat terjadinya kegiatan, rekreasi dapat dibedakan
menjadi 3 (tiga) wilayah, yaitu:
a. Rekreasi darat, adalah rekreasi yang terjadi di darat, termasuk wisata
Pemandangan.
b. Rekreasi air, adalah semua rekreasi yang terjadi di dalam atau di atas
air, seperti berenang.
c. Rekreasi udara, adalah rekreasi yang terjadi di udara bebas dengan
bantuan alat.
3. Berdasarkan aktivitasnya, rekreasi terbagi atas:
a. Rekreasi fisik, adalah rekreasi yang banyak menggunakan tenaga
fisik dalam pelaksanaanya.
b. Luar ruangan, berupa kegiatan perorangan atau kegiatan terorganisir
seperti olahraga lapangan.
c. Dalam ruangan, berupa olahraga voli indoor, bola basket indoor, dan
sebagainya.
d. Rekreasi sosial, adalah rekreasi yang melibatkan interaksi sosial
sebagai aktivitas utama.
e. Dalam ruangan, merupakan kegiatan rekreasi yang membutuhkan
partisipasi (piknik, dansa) atau hanya sebagai penonton
(pertandingan olahraga, menonton, mendengarkan musik, dan
sebagainya).
f. Luar ruangan, merupakan kegiatan rekreasi yang membutuhkan
partisipasi (pertemuan, bazaar) atau hanya sebagai penonton
(pertandingan olahraga), menonton film/ drama/ televisi, dan
sebagainya).
43

g. Rekreasi pengamatan, adalah rekreasi yang meliputi kegiatan


budaya, pendidikan kreatifitas, dan estetis.
h. Rekreasi alam, adalah rekreasi yang memanfaatkan potensi alam
sekitar seperti air, pohon, pemandangan atau marga satwa dalam
kegiatannya seperti lintas alam, panjat tebing, dan sebagainya.

2.2.8.4 Komponen Rekreasi


Menurut Tahir (2005) Komponen rekreasi jika ditinjau dari
elemen-elemen pembentuknya terdiri atas:
1. Komponen fisik alami (natural component) Merupakan komponen fisik
yang berupa sumber daya alam, diantaranya:
a. Daratan, berupa daratan rendah (sawah, pantai) maupun daratn tinggi
(gunung, hutan, pegunungan).
b. Perairan, berupa sungai, laut, danau, atau air terjun yang mempunyai
kadar air potensial sebagai objek wisata.
c. Udara, yaitu dengan udara bersih dan sejuk merupakan pendukung
keberadaan daya tarik kawasan suatu objek rekreasi.
d. Flora dan fauna, berbagai keragaman jenis vegetasi dan spesies
hewan yang ada dan dapat dimanfaatkan potensinya sebagai
pendukung daya tarik objek rekreasi.

2. Komponen buatan (artificial component) Merupakan segala sesuatu


buatan manusia yang bertujuan tertentu guna mendukung daya tarik
suatu objek rekreasi, diantaranya:
a. Rekreatif penuh, ditujukan untuk mendukung fungsi rekreatif,
misalnya: arena permainan air, kolam renang, playground, dan
sebagainya.
b. Rekreatif fungsional, ditujukan untuk mendukung fungsi rekreatif
dengan tujuan yang lebih spesifik, misalnya danau buatan, menara,
jembatan, dan sebagainya.
44

c. Rekreatif edukatif, bertujuan untuk mendidik dan menimba ilmu,


misalnya pertunjukan seni, kebun tanaman langka, dan sebagainya.
d. Rekreatif historis, bertujuan untuk mengembangkan nilai historis
suatu elemen rekreasi sebagai daya tarik kawasan rekreasi, misalnya
bangunan peninggalan sejarah.

Komponen rekreasi berupa komponen alami dan komponen buatan,


komponen buatan akan dipengaruhi oleh komponen alami sehingga akan
tercipta komponen buatan yang konteks dan adanya pemanfaatan terhadap
komponen alami.

2.3 Tinjauan Studi Banding


2.3.1 Tinjauan Studi Banding Fungsi
A. Darling Harbour Sydney

Gambar 2.9 Darling Harbour Sydney


(sumber:https://bit.ly/2PnQBnH (www.allhomes.com.au)

Darling Harbour Sydney dibuka pada 1988. Sebelumnya


merupakan bekas kumpulan gudang yang tidak terpakai dan bangunan
pelabuhan. Kompleks pelabuhan sekarang merupakan salah satu daya tarik
yang menakjubkan bagi kota Sydney dan menarik ribuan pengunjung
setiap minggu. Adanya fungsi hotel, museum, restoran, kafe dan toko-toko
45

didalam pelabuhan dengan kualitas terbaik dan patut untuk dikunjungi.


Terdapat banyak hotel yang memiliki pemandangan ke Pelabuhan Sydney
dan membuat pengunjung menyukai semua fasilitas yang ditawarkan.
Atraksi wisata utama di Darling Harbour adalah Museum Maritim
Nasional, Sydney Aquarium, Sydney Satwa Liar Dunia, Cina Gardens.
Ada juga banyak kegiatan di luar ruang dan berbagai pertunjukan bagi
wisatawan dan penduduk lokal untuk dinikmati.

Gambar 2.10 Public space darling harbour sydney


(sumber:https://www.pinterest.com/pin/384635624398442390/)

Darling Harbour harbour menerapkan prinsip desain cultural


waterfront design, yang mana pada kawasan pelabuhan terdapat sebuah
taman yang memiliki khas budaya china.
46

Gambar 2.11 Taman china darling harbour sydney


(sumber: https://bit.ly/2OScZGk (www.dreamstime.com)

Taman Cina merupakan destinasi yang menakjubkan di kompleks


Darling Harbour. Taman dibangun sebagai Chinese Garden of Friendship.
Taman dirancang menyerupai taman khas di Cina dan terutama Ming
Gardens. Taman ini menampilkan budaya dan warisan Cina dan dibuka
pada tahun 1988 sebagai bagian dari perayaan Bicentennial dan digunakan
untuk mewakili ikatan Australia dengan China.

B. Baltimore Inner Harbour

Gambar 2.12 Baltimore inner harbour


(sumber : https://bit.ly/2OScZGk (www.google.com)

Baltimore Inner Harbour berdiri sejak tahun 1700 yang kemudian


dilakukan pengembangan berdasarkan tradisi dan kebanggaan warga akan
kota tersebut. Baltimore merupakan salah satu bagian dari kawasan
London Docklands atau CBD ( Central Business District) di kawasan
Olympic Village, Barcelona.
47

Gambar 2.13 pencahayaan pelabuhan


(Sumber : https://bit.ly/2Jo8cXg (es.123rf.com)

C. Fisterra Fish Market

Gambar 2.14 eksterior pelabuhan


(Sumber : www.archdaily.com )

Fisterra Fish Market merupakan Pelabuhan perikanan sekaligus


pasar ikan yang didesain oleh CREUSeCARRASCO Arquitectos di
Corunna, Spanyol, pada tahun 2006. Pasar ikan ini menyambut
pengunjung (turis) bersamaan dengan terjadinya aktivitas pasar.
48

Gambar 2.15 siteplan pelabuhan


(Sumber : www.archdaily.com )

Pemisahan zona pekerja pasar dan zona pengunjung merupakan


topik utama dalam program perancangan dasar. ruang-ruang pasar ini
berupa: pasar publik, area informasi, material exhibition hall, ruang
kontrol, dan gudang-gudang. Pada dasarnya, desain pasar dibuat dengan
pembagian skema operasi menjadi dua zona, dua sirkulasi. Zona pertama
merupakan rute pengunjung yang disajikan sebagai bangunan bersirkulasi
linear dengan lobi sebagai pangkal dan ujung sirkulasinya. Zona kedua
merupakan rute pasar yang juga bersirkulasi linear, akan tetapi mendapat
akses langsung ke loading dock dan offloading dock.

Gambar 2.16 fasad bangunan


(Sumber : www.archdaily.com )
49

2.3.2 Tinjauan Studi Banding Tema Rancangan


A. Louisville Waterfront Park

Gambar 2.17 Louisville Waterfront Park


(sumber: http://louisville-waterfront-park.visit-louisville.com/ )

Kota louiseville menggunakan area pinggir pantai sebagai area


perdagangan, rekreasi dan pariwisata. Louiseville merupakan kota pertama
di Kentucky yang mengadopsi penetapan wilayah dan perencanaan
perluasan untuk mengontrol dan membentuk perkembangan kota. Proyek
taman louiseville ini dilaksanakan dengan tiga tahapan, demi menuju kota
louseville sebagai kota yang memilki taman pinggir pantai untuk
perkembangan zaman dan keberlangsungan masa depan. awal pelaksanaan
proyek pinggir pantai di louisville pada tahun 1986 yaitu bermula pada
pengamatan sepanjang bibir sungai Ohio di louisville, dimana lahan yang
terkelola seluas 22,5 hektar.
50

Gambar 2.18 Ruang terbuka Louisville Waterfront Park


(sumber: http://louisville-waterfront-park.visit-louisville.com/ )

Gambar 2.19 Perencanaan pengembangan Louisville Waterfront Park


(sumber: http://louisville-waterfront-park.visit-louisville.com/ )

Pelaksanaan proyek taman pinggir pantai di louiseville telah


mencapai tahapan yang kedua, yaitu akan menambahkan lahan seluas 14
hektar yang didalamnya termasuk area bermain anak yang lebih luas dan
dilengkapi permainan air, pedestarian yang menghubungkan southtern
indiana yang melewati 4 jembatan keret tua, sebuah kafe kecil dan tempat
belajar komunitas dayung serta sebuah amphiteater, jalan setapak,
penambahan area pikinik, area rumput lapangan hijau serta hutan kecil.
tahapan yang ketiga yaitu memadukan ketepatan design, konstruksi, dan
pengelolaan taman.
51

B. Cultural Center Waterfront

Gambar 2.20 kawasan


(Sumber: https://bit.ly/2zfdO14 (worldarchitecture.org)

Cultural Center Waterfront seluas 1 Ha ini berada di Soverato,


Italy. Dirancang oleh Schiavello Architects Office . Mengingat akan
pentingnya ruang publik dan kesempatan untuk dapat menciptakannya,
kawasan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas kehidupan perkotaan.
Di sisi lain, ini bertujuan untuk membangun hubungan yang kuat dengan
kehidupan masyarakat di masa depan melalui solusi fungsional yang dapat
memenuhi kegiatan disiang dan malam harinya.
Bangunan mencoba untuk menghidupkan kembali seluruh wilayah
perkotaan dengan perencanaan yang terstruktur, dengan menggabungkan
beragam kebutuhan diantaranya kebutuhan akan ruang publik, industri dan
budaya. Tujuannya untuk dapat merevitalisasi waterfront melalui arsitektur
lokal.
52

Gambar 2.21 Bentuk masa dan lingkungan


(Sumber: https://bit.ly/2zfdO14 (worldarchitecture.org)

Proyek ini memanfaatkan keunikan tapak, bangunan


dirancangan sedemikian rupa sehingga menjadi bagian dari taman kota,
dengan garis bangunan yang dinamis mengikuti bentuk morfologi tanah
dan gerakan laut.

Gambar 2.22 Konsep


(Sumber: https://bit.ly/2zfdO14 (worldarchitecture.org)

Kawasan industri yang saat ini terabaikan serta kurang


terintegrasi dengan konteks perkotaan dan membutuhan perancangan
ulang, perancangan itu dilakukan dengan lebih mengenal konteks lansekap
perkotaaan. Ide besar dari project ini adalah membuat bangunan ikonik
yang menjadi titik fokus antara waterfront yang kota serta membangun
53

pusat belanja dan budaya yang juga akan menjadi tempat untuk kegatan
event budaya atau kegiatan komersial lainnya.

Anda mungkin juga menyukai