BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Akomodasi Hotel
2. Restoran
3. Air Bersih
4. Komunikasi
5. Hiburan
6. Keamanan
(sumber:http://www.kidalnarsis.com/2018/05/6-macam-kuliner-khas-pesisir-selatan.html)
2. Putu Kambang
Kabupaten pesisir selatan memiliki kuliner kue putu sendiri berasal dari
kecamatan kambang yang merupakan salah satu kecamatan yang ada di
kabupaten pesisir selatan, karena berasal dari kecamatan kambang
sehingga kue putu ini diberi nama kue putu kambang. Kue ini berbahan
dasar ketan hitam dengan campuran parutan kelapa yanng diberi gula aren
dan terdapat daun pandan di tengah adonannya. Adonan kue ini dibungkus
menggunakan daun pisang yang ukurannya bervariasi kemudian kue ini
dikukus yang di kedua ujungnya di ikat dengan tali sehingga masyarakat
setempat sering menyebut kue ini kue kujuik.
18
Kuliner ini merupakan kuliner berupa lauk pauk yang serupa dengan
pepes ikan, tapi palai bada pasisia ini berbahan dari ikan teri, di campur
parutan kelapa dan bumbu rempah-rempah, kemudian dibungkus dengan
daun pisang dan cara memasaknya yaitu dibakar di atas arang smpa warna
daun menjadi hitam.
4. Sate lokan
makanan ni, namun yang paling khas yaitu berasal dari kabupaten Pesisir
Selatan.
1. Fasilitas pokok
Pelabuhan perikanan pantai sekurang-kurangnya wajib tersedia
fasilitas pokok meliputi:
a. Bangunan pelindung seperti breakwater, revetment, dan
groin;
b. Tambat seperti dermaga dan jetty;
c. Perairan seperti kolam pelabuhan dan alur pelayaran;
d. Penghubung seperti jalan, gorong-gorong, drainese, jembatan;
e. Lahan pelabuhan perikanan.
2. Fasilitas fungsional
Pelabuhan perikanan pantai harus memiliki dan wajib tersedia
fasilitas fungsional agar berfungsi dengan maksimal, fasilitas fungsional
meliputi:
a. Pemasaran hasil perikanan seperti tempat pelelangan ikan (TPI);
b. Navigasi pelayaran dan komunikasi seperti telepon, internet, SSB,
lampu suar, rambu-rambu, menara pengawas;
c. Suplai air bersih, es dan listrik;
d. Pemeliharaan kapal dan alat penangkapan ikan seperti
dock/slipway, bengkel dan tempat perbaikan jaring;
e. Penanganan dan pengolahan hasil perikanan seperti transit sheed
dan laboratorium pembinaan mutu;
f. Perkantoran seperti kantor administrasi pelabuhan;
g. Transportasi seperti alat-alat angkut ikan dan es; dan
h. Pengolahan limbah seperti IKAL.
3. Fasiltas penunjang
Pelabuhan perikanan pantai terdapat fasilitas yang dapat
menunjang aktifitas dan fungsi pelabuhan sendiri, fasiltas tersebut
meliputi:
a. Pusat pembinaan nelayan seperti balai pertemuan nelayan;
26
penangkapan ikan dari laut (baik lestari maupun budidaya) yang dilakukan
dihadapan orang banyak dengan tawaran harga yang bertingkat.
Tempat pelelangan ikan merupakan bagian inti dari seluruh sarana sarat
di pelabuhan perikanan (bagakali, dalam Warawarin (2013). Tempat
pelelangan ikan harus di letakkan berdekatan dengan dermaga dan terminal
parkir, lebar pelataran pantai gedung antara 4 sampai 8 meter dan kendaraan
pengangkut sedapat mungkin dapat menempel pada lantai pelelangan (ditjen
perikanan, dalam Warawarin (2013).
Berdasarkan ruang kegiatan yang ada maka gedung pelelangan ikan
terbagi dari tiga zona yaitu untuk sortir/persiapan lelang, pelelangan ikan,
dan untuk pengepakan. Perbandingan antara luas tempat
persiapanlelang/sortir, pelelangan ikan, dan pengepakan adalah
1:2:1( Elfandi, dalam Warawarin (2013).
b. Penyediaan air bersih
Menurut Furqoni (2016) standar baku untuk menentukan banyaknya air
bersih yang dibutuhkan pada PPP adalah sebagai berikut:
Kebutuhan ABK = 20 liter/orang/hari
Kebutuhan cuci ikan = 1 liter/Kg ikan
Pencucian lantai lelang = 1,5 liter/m2
Kebutuhan penghuni = 10% dari kebutuhan total
c. Kebutuhan bahan pengawet (es balok)
Menurut Furqoni (2016) standar kebutuhan es balok untuk
pengawetan ikan adalah 1,5-2,0 kg es untuk setiap 1 kg ikan.
d. Kantor administrasi
Kantor administrasi di PPP adalah gedung yang mengatur perizinan dan
administrasi, seperti pengeluaran surat persetujuan berlayar (SPB),
menegeluarkan surat izin usaha perikanan, serta menyediakan data bagi
pusat PPP. Menurut Furqoni (2016) merancang kantor administrasi yang
baik perlu mengetahui beberapa standar yang mengatur perancangan kantor
administrasi, diantaranya:
28
Penataan kantor
dengan kebutuhan
jumlah ruang
kantor yang besar
berkombinasi.
29
Penataan ruang
kombinasi yang
terdiri dari ruang
rapat, ruang
pustaka, ruang
sekretariat, ruang
arsip, ruang kerja,
ruang servis.
Ruang kerja
didesain
mengelilingi tepi
kantor.
Modul ruang
kantor dengan
meja kerja dan
meja arsip
disepanjang
jendela.
Meja kerja
70x140 cm
Jarak antar
poros meja
adalah 1.87 m
Lebar daerah
sirkulasi dan
kursi kerja
adalah 75-85
cm
30
Pola penataan
meja secara
bervariasi.
Jarak antar
poros meja 187
cm
Lebar kantor
8.25 m
potensi fisik dari hubungan antara keduanya sebagai daya tarik dan
pertimbangan dalam perencanaan kawasan.
B. Konteks perkotaan
faktor-faktor yang akan memberikan identitas bagi kota serta menentukan
hubungan antara kawasan waterfront dengan bagian kota tertentu. Termasuk
dalam aspek ini adalah :
1. Pemakai, yaitu mereka yang tinggal, bekerja atau berwisata di kawasan
waterfront, atau sekedar merasa "memiliki" kawasan tersebut sebagai
sarana publik.
2. Khasanah sejarah dan budaya, yaitu situs atau bangunan bersejarah yang
perlu ditentukan arah pengembangannya (misalnya restorasi, renovasi
atau penggunaan adaptif) serta bagian tradisi yang perlu
3. Pencapaian dan sirkulasi, yaitu akses dari dan menuju tapak serta
pengaturan sirkulasi didalamnya
4. Karakter visual, yaitu hal-hal yang akan memberi ciri yang membedakan
satu kawasan waterfront dengan lainnya. Ciri ini dapat dibentuk dengan
material, vegetasi, atau kegiatan yang khas, seperti "Festival Market
Place" (ruang terbuka yang dikelilingi oleh kegiatan pertokoan dan
hiburan).
pusat belanja dan budaya yang juga akan menjadi tempat untuk kegatan
event budaya atau kegiatan komersial lainnya.