Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pariwisata

2.1.1. Pengertian Pariwisata


Beberapa pengertian pariwisata dipakai oleh para praktisi
dengan tujuan dan perspektif yang berbeda sesuai tujuan yang
ingin dicapai. Definisi pariwisata memang berbeda-beda diantara
para ahli. Berikut ini adalah beberapa pengertian pariwisata
menurut beberapa ahli.
1. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan
didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan
oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah
daerah (UU No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan).
2. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan
didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan
oleh pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta (Ismayanti,
2010:3).
3. Pariwisata merupakan keseluruhan kegiatan yang
berhubungan dengan masuk, tinggal, pergerakan pendudukan
asing di dalam maupun di luar suatu Negara, kota atau
wilayah tertentu (Schulalard, nd dalam Suryadana, 2013:49).
4. Pariwisata adaah kegiatan yang bertujuan untuk
menyelenggarakan jasa pariwisata, menyediakan atau
mengusahakan objek wisata dan daya tarik wisata usaha
sarana pariwisata dan usaha lain terkait di bidang tersebut
(Utama, 2016:25).
5. Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu
mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan

Upaya Pengembangan Pariwisata Pulau Belitung


Niko Bagus Kresna
11

lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta


menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya,
sebagai sektor yang komplek, pariwisata juga merealisasi
industri-industri klasik seperti industri kerajinan tangan dan
cinderamata, penginapan dan transportasi (Wahab, 1994:116
dalam Suryadana, 2013:50).
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, pariwisata adalah
kegiatan perjalanan yang dilakukan untuk menikmati kegiatan
rekreasi yang didalamnya terdapat fasilitas yang disediakan oleh
masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah serta
merupakan jenis industri untuk mempercepat pertumbuhan
ekonomi.

2.2.2. Jenis-jenis Pariwisata


Menurut Spillane (1991:23), pariwisata terbagi menjadi eman
jenis. Jenis-jenis pariwisata ini dapat mempengaruhi kegiatan dan
sarana yang dapat dikembangkan. Penjelasan jenis-jenis pariwisata
adalah sebagai berikut.
a. Pariwisata Untuk Menikmati Perjalanan
Kegiatan wisata yang dilakukan untuk menghilangkan
kepenatan, mencari udara segar, melihat sesuatu, menikmati
keindahan alam, dan untuk memenuhi keingintahuan tempat-
tempat yang baru karakter dan latar belakang individu yang
melakukan kegiatan wisata tersebut.
b. Pariwisata Untuk Rekreasi
Kegiatan wisata yang bertujuan untuk berisitirahat dan
memulihkan kondisi jasmani dan rohani dengan mengunjungi
tempat-tempat rekreasi seperti pantai, pegunungan, dan pusat-
pusat kesehatan.

Upaya Pengembangan Pariwisata Pulau Belitung


Niko Bagus Kresna
12

c. Pariwisata Untuk Kebudayaan


Kegiatan wisata yang bertujuan untuk mempelajari adat
istiadat dan cara hidup masyarakat di derah atau di negara lain.
Selain itu, jenis pariwisata ini juga mengunjungi peninggalan
peradaban masa lalu, pusat-pusat keagamaan, pusat-pusat
kesenian, dan festival rakyat.
d. Pariwisata Untuk Olahraga
Kegiatan wisata dengan mengnunjungi daerah atau negara
yang sedang menyelenggarakan kejuaraan olahraga besar
untuk ikut menononton kejuaraan tersebut. Selain itu, jenis
wisata ini juga bertujuan untuk ikut serta dalam kegiatan
olahraga yang ada di daerah atau negara itu, seperti
memancing, berkuda, surfing, mendaki gunung, dan kegiatan
lainnya.
e. Pariwisata Untuk Urusan Usaha Dagang
Kegiatan usaha yang dilakukan dengan kepentingan bisnis atau
berkaitan dengan pekerjaan dengan mengunjungi perusahaan
atau instansi di daerah lain, mengunjungi pameran, dan
mengunjungi instalasi teknis.
f. Pariwisata Untuk Berkonvensi
Kegiatan wisata untuk menghadiri konvensi atau konfrensi
yang diselengarakn oleh pemerintah hingga yang
diselenggarakn oleh organisasi nasional di dalam mauapun di
luar negeri.
Berbeda dengan Spillane, Pendit (2002, dalam Sani, 2017)
menyatakan bahwa terdapat beberapa jenis pariwisata dalam
kegiatan pariwisata, seperti wisata pilgrim atau religi, cagar alam,
bahari, pertanian, sosial, konvesi, politik, industri, komersial,
olahraga, kesehatan, dan budaya. Berdasarkan penjelasan dari
kedua sumber tersebut, berikut adalah jenis-jenis daya tarik wisata.

Upaya Pengembangan Pariwisata Pulau Belitung


Niko Bagus Kresna
13

a. Wisata Bahari
Merupakan perjalananan wisata yang tujuannya mengunjungi
pantai, laut, dan pulau dengan sebagian besar kegiatannya
berupa snorkeling, diving, dan olahraga air lainnya.
b. Wisata Budaya
Merupakan perjalanan wisata yang mengunjungi rumah-rumah
adat, makam raja-raja terdahulu, bangunan tua, dan daya tarik
wisata bersejarah lainnya.
c. Wisata Soial Budaya
Merupakan perjalanan wisata yang dilakukan untuk
mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan adat istiadat, budaya,
dan seni suatu daerah. Jenis perjalanan wisata ini juga
memungkinkan wisatawan dapat mengambil bagian dalam
kegiatan-kegiatan budaya di daerah tersebut.
d. Wisata Pendidikan
Merupakan kegiatan wisata yang dilakukan untuk
memperkenalkan suatu keadaan yang berhubungan dengan
wawasan ilmu pengeatuhan.
e. Wisata Kesehatan
Merupakan perjalanan wisata yang bertujuan untuk
memulihkan kondisi jasmani dan rohani dengan beristirahat
dan menjauh dari kegiatan yang biasa dilakukan sehari-hari.
f. Wisata Olahraga
Merupakan perjalanan wisata dengan tujuan berolahraga atau
sengaja untuk mengambil bagian dalam turnamen olahraga di
suatu tempat atau Negara.
g. Wisata Komersial
Merupakan perjalanan wisata yang dilakukan untuk
mengunjungi pameran-pameran dan pekan raya yang bersifat
komersial.

Upaya Pengembangan Pariwisata Pulau Belitung


Niko Bagus Kresna
14

h. Wisata Industri
Merupakan perjalanan wisata yang dilakukan untuk
mengunjungi suatu kompleks atau kawasan perindustrian
dengan tujuan yang dapat berupa peninjauan atau penelitian.
i. Wisata Petualangan
Merupakan perjalanan wisata yang sebagian besar kegiatannya
dilakukan untuk menjelajahi alam, seperti gunung, danau, dan
air terjun dengan kegiatan seperti trekking, mountbike, dan
lain-lain.
j. Wisata Cagar Alam
Merupakan jenis wisata yang dipilih oleh wisatawan yang
mendukung pentingnya menjaga kelestarian alam. Tempat
tujuan dari jenis wisata ini dapat berupa daerah cagar alam,
taman lindung, hutan daerah dan berbagai tempat lain yang
dilindungi oleh undang-undang.
k. Agrowisata
Wisata yang mengunjungi lokasi perkebunan yang khas dan
kawasan pertaninan yang memiliki pertaninan tradisi atau
tempat pendayagunaan unsure pertaninan.
l. Wisata Leasure
Merupakan jenis wisata yang bertujuan untuk istirahat,
rekreasi, dan bersenang-senang. Jenis wisata leasure biasanya
mengunjungi tempat-tempat seperti pantai, danau, taman
bermain, dan taman kota.

2.2. Kawasan Ekonomi Khusus

2.2.1. Pengertian Kawasan


Menurut UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
kawasan adalah wilayah yang memilki fungsi lindung dan budaya

Upaya Pengembangan Pariwisata Pulau Belitung


Niko Bagus Kresna
15

yang terbagi menjadi dua jenis kawasan, yaitu kawasan budidaya


dan kawasan lindung. Kawasan lindung merupakan wilayah yang
ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar
kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan
sumber daya buatan. Menurut Kamus Besar Bahas Indonesia
(KBBI), kawasan merupakan daerah dengan batas tertentu yang
memilki ciri-ciri tertentu, seperti tempat tinggal, pertokoan,
industri, dan sebagainya.

2.2.2. Pengertian Kawasan Ekonomi Khusus


Kawasan Ekonomi Khusus atau KEK adalah kawasan dengan
batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia
yang ditetapkan untuk menyelanggarkan fungsi perekonomian
dan memeproleh fasilitas tertentu (UU No. 39 Tahun 2009
tentang Kawasan Ekonomi Khusus). Pengembangan Kawasan
Ekonomi Khusus atau KEK diawali dengan mempersiapkan
kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategis
dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor,
dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi
dan daya saing bertaraf internasional. KEK terdiri atas satu atau
beberapa zona, yaitu:
a. Pengolahan ekspor;
b. Logistik;
c. Industri;
d. Pengembangan teknologi;
e. Pariwisata;
f. Energi; dan/ atau
g. Ekonomi lain.

Upaya Pengembangan Pariwisata Pulau Belitung


Niko Bagus Kresna
16

2.2.3. Kriteria Kawasan Ekonomi


Pasal 4 UU No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi
Khusus dijelaskan bahwa terdapat beberapa kriteria dalam
penentuan lokasi yang dapat diusulkan menjadi KEK, seperti:
1. Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan
tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung;
2. Pemerintah provinsi/ kabupaten/ kota yang bersangkutan
mendukung adanya KEK di dalam wilayah
administrasinya;
3. Terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan
internasional atau dekat dengan jalur pelayaran
internasional di Indoenesia atau terletak pada wilayah
dengan potensi sumber daya unggulan;
4. Mempunyai batas yang jelas.

2.3. Aspek-Aspek Pengembangan Pariwisata


Terdapat beberapa elemen penting yang harus diperhatikan dalam
pengembangan destinasi pariwisata. Cooper (2000, dalam Govers dan Go
2009, dalam Hermantoro, 2015) berpendapat bahwa aspek pembentuk
dalam destinasi pariwisata terdiri dari 4a, yaitu (1) attraction/atraksi,
seperti atraksi wisata dan daya tarik wisata, (2) amenity/amenitas, seperti
akomodasi, restoran, bank, dan lain sebagainya, (3)
accessibility/aksesibilitas, berupa jaringan dan moda transportasi dan
ancillary/tambahan, dapat berupa asuransi dan perbankan. Menteri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Arief Yahya (2016, dalam Islamiyah,
2018) berpendapat bahwa aspek-aspek kunci dalam pengembangan
pariwisata berupa aksesibilitas, amenitas, dan atraksi.

Hermantoro (2015) juga mengemukakan bahwa daya tarik wisata atau


atraksi wisata, fasilitas atau sarana pariwisata, prasarana dan sarana

Upaya Pengembangan Pariwisata Pulau Belitung


Niko Bagus Kresna
17

umum, serta aksesibilitas merupakan aspek penting dalam


pengembengan destinasi pariwisata. Gunn dan Varr (2002, dalam
Hermantoro, 2015) menyebutkan bahwa elemen pembentuk destinasi
pariwisata berupa atraksi, transportasi, jasa, informasi dan promosi.
Berdasarkan beberapa teori tersebut, dapat disimpulkan bahwa aspek
penting yang harus diperhatikan dalam pengembangan destinasi
pariwisata, yaitu daya tarik wisata, prasarana dan sarana pariwisata, dan
aksesibilitas.

Menurut Yoeti (1996, dalam Rahman, 2011), ada 3 komponen dapat


dijadikan indikator perkembangan di sektor pariwisata, yaitu tersedianya
objek wisata, tersedianya aksesbilitas, tersedianya prasarana dan sarana,
tersedianya fasilitas amenitas, dan terdapat demand dari wisatawan.
Selain itu, perkembangan sektor pariwisata juga dapat diukur dari jumlah
kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara dan tingkat pendapatan
yang diperoleh dari sektor perdagangan seperti hotel, restoran, dan biro
perjalanan (Utama, 2006).

2.3.1. Daya Tarik Wisata


Menurut Marpaung (2002, dalam Sani 2017) menjelaskan
perbedaan antara daya tarik wisata dan objek wisata. Daya tarik
wisata merupakan segala sesuatu yang memiliki keunikan,
keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman alam, budaya,
dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan
kunjungan wisatawan (Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009
tentang Kepariwisataan), sedangkan objek wisata adalah potensi
yang dapat mendorong kunjungan wisatawan untuk mengunjungi
suatu daerah wisata.

Upaya Pengembangan Pariwisata Pulau Belitung


Niko Bagus Kresna
18

Suwantoro (1997, dalam Sani, 2017) menjelaskan bahwa daya


tarik wisata merupakan salah satu elemen penting dalam
pengembangan pariwisata bersama prasarana dan sarana
pariwisata. Daya tarik wisata merupakan sebuah potensi yang
dapat menarik perhatian wisatawan untuk datang berkunjung ke
suatu daerah tujuan wisata yang dikelompokkan menjadi tiga
jenis daya tarik wisata, yaitu daya tarik wisata alam, wisata
budaya, dan wisata minat khusus. Menurut Hermanotoro
(2015:132), daya tarik wisata terbagi atas dua basis, yaitu basis
sumber daya alam dan basis sumber daya budaya. Sumber daya
alam berupa segala jenis kekayaan alam seperti air terjun,
gunung, danau, laut, dan saujana (landscape). Kekuatan sumber
daya alam adalah keunikan dan kelangkaanya yang menjadi nilai
jual dan menjadi daya tarik tersenderi untuk dapat
mengunjunginya, sedangkan sumber daya budaya adalah segala
sesuatu yang terkait dengan manusia dan dapat berupa produk
budaya seperti museum, galeri seni, arsitektur, tradisi, pesta
rakyat, pesta budaya, hingga pesta olahraga.

2.3.2. Prasarana dan Sarana Pariwisata


Menurut Suwantoro (1997, dalam Sani, 2017), prasana dan sarana
pariwisata merupakan elemen penting dalam menunjang
pengembangan pariwisata, mulai dari perencanaan hingga
pengembangan atau pelakasanaannya. Prasarana pariwisata
merupakan sumber daya buatan manusia untuk memenuhi
kebutuhan dan memberikan kemudahan bagi wisatawan dalam
melakukan kegiatan wisata, seperti jalan, terminal, bandara,
pelabuhan atau dermaga, dan lain-lain.

Upaya Pengembangan Pariwisata Pulau Belitung


Niko Bagus Kresna
19

Sarana pariwisata adalah sumber daya buatan manusia yang


dibutuhkan wisatawan dalam berwisata dan menjadi bagian dari
sebuah daya tarik wisata yang harus disediakan untuk memenuhi
kebutuhan wisatawan, seperti akomodasi, pusat informasi, dan
keamanan. Menurut Hermantoro (2015:134), sarana pariwisata
dibangun untuk memenuhi kebutuhan wisatawan selama
melakukan perjalanan wisata. Sarana pariwisata tersebut dapat
berupa hotel dan penginapan, restoran dan rumah makan, biro
perjalanan wisata dan agen perjalanan wisata, pusat informasi,
pramuwisata, dan lain-lain.

2.3.3. Aksesibilitas
Menurut Hermantoro (2015) aksesibilitas dapat berupa transportsi
yang menghubungkan tempat asal wisatawan dengan destinasi
pariwisata atau transportasi antar intra destinasi pariwisata dan
bersifat transportasi publik. Hal tersebut disebabkan karena selain
digunakan oleh wisatawan transportasi tersebut juga digunakan
pula oleh non wisatawan, misalnya pesawat udara, taksi, dan bus.
Selain itu, terdapat juga transportasi khusus wisatawan terutama
dengan tujuan untuk penyelenggaraan paket tur wisata. Selain
transportasi, askesibilitas juga dapat diartikan sebagai fasilitas
kemudahan perjalanan lainnya seperti kemudahan mendapatkan
informasi, dan kemudahan akses terhadap pasar.

Menurut Gunn (2002, dalam Alam 2010, dalam Siregar, 2016)


kemudahan dalam mencapai lokasi tujuan wisata dan kemudahan
dalam mendapatkan informasi dalam bentuk brosur dan peta
pariwisata juga merupakan bagian dari aksesibilitas. Menurut
Pendit (1999, dalam Rachman 2011, dalam Siregar, 2016)
aksesibilitas juga dapat berupa ketepatan, kecepatan, dan

Upaya Pengembangan Pariwisata Pulau Belitung


Niko Bagus Kresna
20

kelancaran yang mengurangi waktu tempuh menuju destinasi


pariwisata, sehingga dengan kata lain efisiensi waktu juga
merupakan bagian dari aksesibilitas.

2.4. Destinasi Pariwisata Dalam Pola Kepariwisataan Regional

2.4.1. Pola Kepariwisataan Regional


Menurut Jansen-Verbeke (1986, dalam Maulana, 2013)
perkembangan pariwisata berkaitan dengan ketersediaan
prasarana dan sarana umum, jaringan transportasi, dan sarana
pendukung parwiwsata lainnya. Selain itu, suatu destinasi
pariwisata juga harus memiliki aksesibilias yang baik dengan
wilayah sekitar, keterkaitan antar daya tarik wisata, akomodasi
dan berbagai fasilitas pendukung kegiatan pariwisata lainnya.
Prasetyo (2004) juga berpendapat bahwa keterkaitan yang
terbentuk antar daya tarik wisata dapat mempengaruhi
keberhasilan perngembangan pariwisata.

Gunn dan Varr (2002, dalam Hermantoro, 2015) berpendapat


bahwa kepariwisataan digerakkan oleh dua kekuatan besar, yaitu
faktor permintaan dan faktor penawaran. Faktor permintaan
disebabkan oleh kebutuhan dan kemampuan wisatawan
sedangkan faktor penawaran berupa pembangunan program dan
fisik yang dibutuhkan oleh wisatawan. Menurut Leiper (1990,
dalam, Cooper 2005, dalam, Hermantoro 2015 dan Mathieson
Dan Wall 1982, dalam Hermantoro, 2015) sistem tersebut
digerakan oleh tiga elemen dasar, yaitu:
1. Elemen Dinamis, merupakan elemen permintaan yang
dibedakan atas tiga kelompok permintaan, yaitu:

Upaya Pengembangan Pariwisata Pulau Belitung


Niko Bagus Kresna
21

a. Permintaan aktual, merupakan permintaan yang


dibutuhkan wisatawan pada saat berkunjung ke suatu
daya tarik wisata. Permintaan ini dapat berupa
permintaan akan restoran, hotel, dan toko cinderamata.
b. Permintaan potensial, merupakan permintaan yang
mungkin diinginkan oleh wisatawan pada masa
mendatang seperti kebutuhan akan hotel di suatu daya
tarik wisata.
c. Permintaan tertunda, dapat berupa permintaan wisatawan
akan informasi tentang daya tarik wisata yang ingin
dituju.
2. Elemen Geografis, merupakan elemen yang dibedakan
menjadi tiga area, yaitu:
a. Area asal wisatawan, merupakan area bagi wisatawan
untuk memulai kegiatan wisata. Area asal wisatawan ini
berupa sarana transportasi seperti terminal, stasiun,
pelabuhan, dan bandara. Pada wilayah studi ini sendiri
hanya terdapat 2 sarana transportasi, yaitu pelabuhan dan
bandara.
b. Area transit wisatawan, merupakan area untuk singgah
atau tempat tinggal sementara wisatawan selama
melakukan kegiatan wisata. Pada area ini terdapat sarana
pariwisata yang dapat berupa hotel/penginapan dan
restoran/rumah makan.
c. Area destinasi pariwisata, merupakan area yang terdiri
dari beberapa daya tarik wisata yang dilengkapi sarana
penunjang kegiatan wisatawan.
3. Elemen Sektor Pariwisata, merupakan elemen yang
mempresentasikan bisnis dan organisasi yang teribat dalam

Upaya Pengembangan Pariwisata Pulau Belitung


Niko Bagus Kresna
22

proses dan dapat berupa usaha biro perjalanan, industri


transportasi, atraksi, fasilitas atau sarana pariwisata.
Gunn dan Varr (2002, dalam Hermantoro, 2015) juga
menjelaskan bahwa elemen-elemen tersebut berlangsung di tiga
area atau wilayah kepariwisataan yang berbeda, yaitu wilayah
atau region, destinasi, dan tapak yang akan memepengaruhi pola
pergerakan atau pola perjalanan wisatawan. Wilayah
kepariwisataan regional meliputi tiga unit fungsional, yaitu zona
destinasi, zona koridor dan sirkuit, dan zona non atraksi. Selain
dipengaruhi oleh area-area tersebut, pola perjalanan juga dapat
menyebabkan konfigurasi spasial yang dapat dilihat pada gambar
3.
Gambar 3. Sistem Kepaiwisataan Regional
Terpusat
Tur Regional

Dalam Satu

Asal Wisatawan Rantai


Destinasi

:Destinasi Utama :Destinasi Lainnya

Sumber: Gunn dan Varr (2002, dalam Hermantoro 2015)


Dari bagan diatas dapat disimpulkan pada destinasi tunggal
seluruh kegiatan dilakukan dalam satu destinasi pariwisata. Pada
pola satu rute perjalanan menuju destinasi utama dilakukan
dengan melewati beberapa destinasi lainnya. Pada pola terpusat
perjalanan berhenti pada destinasi utama dan menjadi basis untuk
melakukan perjalanan menuju destinasi lainnya. Pada pola tur
regional perjalanan dilakukan dengan mengunjungi beberapa
destinasi dalam satu wilayah tujuan. Pada pola rantai perjalanan

Upaya Pengembangan Pariwisata Pulau Belitung


Niko Bagus Kresna
23

melalui sirkuit pada beberapa destinasi. Selain mempengaruhi


pola hubungan antar destinasi, pola perjalanan juga akan
mempengaruhi pola perjalanan internal dalam suatu destinasi
pariwisata.

2.4.2. Pembentukan Klaster Wisata


Selain pola perjalanan, klaster-klaster pariwisata juga memiliki
peran penting dalam menciptakan kegiatan wisata. Klaster adalah
bentuk kegiatan kerjasama antara institusi yang berdekatan secara
geografis dan saling berkaitan dalam pemenuhan kebutuhannya
(Andersson, 2004, dalam Danar dan Wijaya, 2014). Klaster
wisata merupakan sekumpulan daya tarik wisata yang berdekatan
secara spasial dan memiliki elemen atraksi wisata yang sama,
namun dapat dikembangkan melalui penyediaan fasilitas
pariwisata walaupun sifatnya terbatas (Prasetyo, 2004).

Dalam ilmu pariwisata, konsep klaster merupakan konsep yang


dibentuk berdasarkan keterkaitan antar aspek-aspek pariwisata,
seperti ketersediaan prasarana dan sarana pariwisata, ketersediaan
aksesbilitas, pemasaran berdasarkan paket-paket wisata, dan
kedekatan daya tarik wisata secara geografis (Gunn, 1994:251,
dalam Danar dan Wijaya, 2014). Menurut (Nadjimi dkk, 2014),
klaster merupakan salah satu konsep pengembangan pariwisata
yang berorientasi pada focusing dan penguatan kinerja hubungan
antar mata rantai usaha yang terkait dengan pariwisata dan sistem
pendukung pariwisata lainnya sehingga meningkatkan efektifitas
dalam pengembangan dan daya saing dari daya tarik wisata yang
ada.

Upaya Pengembangan Pariwisata Pulau Belitung


Niko Bagus Kresna
24

Berbeda dengan penjelasan sebelumnya, menurut (Sani, 2017)


klaster wisata merupakan sekumpulan daya tarik wisata yang
berdekatan secara spasial dan memiliki beberapa elemen atrasksi
yang berbeda. Berdasarkan penjelasan definisi diatas, klaster
wisata merupakan sekumpulan daya tarik wisata yang berdekatan
secara spasial yang memiliki satu atau lebih atraksi wisata dan
memiliki usaha yang saling berkaitan dalam mendukung kegiatan
pariwisata. Selain itu, terdapat beberapa kriteria yang dapat
digunakan sebagai acuan dalam pengembangan pariwisata
melalui pembentukan kaster pariwisata, yaitu:
1. Mengelompokan jenis kegiatan wisata yang berbeda/sama
pada satu klaster agar terciptanya jenis kegiatan wisata yang
bervariatif dan beragam.
2. Membatasi wilayah klaster sesuai dengan jarak antara satu
daya tarik dengan daya tarik lainnya dan pola pergerakan
wisatawan.
3. Mengelompokan klaster berdasarkan tema pengembangan
4. Mecniptakan rangkaian perjalanan wisata atau biasa disebut
multiple destination dengan cara mengelompokan rangkaian
tersebut berdasarkan jarak tempuh, waktu tempuh, dan pola
pergerakan wisatawan.

2.5. Tinjauan Kebijakan

2.5.1. Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Nomor 3 Tahun 2014


tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belitung
Tahun 2014-2034
Pasal 5 Perda Kabupaten Belitung Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Rencana Tata Raung Wilayah Kabupaten Belitung Tahun 2014-
2034 dijelaskan bahwa penataan ruang wilayah Kabuapten

Upaya Pengembangan Pariwisata Pulau Belitung


Niko Bagus Kresna
25

Belitung bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi


yang memiliki daya saing berbasis sektor unggulan kelautan dan
perikanan, perhubungan, dan pariwisata.

2.5.2. Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Timur Nomor 13


Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Belitung Timur Tahun 2014-2034
Pasal 5 Perda Kabupaten Belitung Timur Nomor 13 Tahun 2014
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belitung Timur
dijelaskan bahwa penataan ruang wilayah Kabuapten Belitung
bertujuan untuk menjadi salah satu destinasi wisata dunia di
Indonesia dengan kekuatan dan daya saing yang tangguh berbasis
pengelolaan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan.

2.5.3. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana


Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-
2025
Pasal 25 Huruf a PP Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional dijelaskan bahwa
prasarana umum merupakan kelengkapan dasar fisik suatu
lingkungan yang pengadaannya memungkinkan suatu lingkungan
dapat beroperasi dan berfungsi sebagaimana mestinya yang
meliputi:
1. Jaringan listrik dan lampu penerangan;
2. Jaringan air bersih;
3. Jaringan telekomunikasi; dan
4. Sistem pengolahan limbah
Sarana umum adalah sarana pelayanan dasar fisik suatu lingkungan
yang diperuntukan bagi masyarakat umum dalam melakukan
aktifitas kehidupan sehari-hari yang meliputi:

Upaya Pengembangan Pariwisata Pulau Belitung


Niko Bagus Kresna
26

1. Fasilitas keamanan, seperti: pemadam kebakaran, fasilitas


tanggap bencana (early warning system) di destinasi yang
rawan bencana;
2. Fasilitas keuangan dan perbankan, seperti: Anjungan Tunai
Mandiri dan tempat penukaran uang (money changer);
3. Fasilitas bisnis, seperti: kios kelontong dan obat 24 (dua
puluh empat) jam (drug store), warung internet, telepon
umum, sarana penitipan/penyimpanan barang (public
locker);
4. Fasilitas kesehatan berupa poliklinik 24 (dua puluh empat)
jam dan fasilitas pertolongan pertama pada kecelakaan;
5. Fasilitas sanitasi dan kebersihan, seperti: toilet umum, jasa
binatu (laundry), dan tempat sampah;
6. Fasilitas khusus bagi penderita cacat fisik, anak-anak dan
lanjut usia;
7. Fasilitas rekreasi, seperti fasilitas peristirahatan (rest area),
fasilitas bermain anak-anak, fasilitas olahraga, dan fasilitas
pejalan kaki (pedestrian);
8. Fasilitas lahan parkir; dan
9. Fasilitas ibadah.
Sarana pariwisata merupakan semua jenis sarana yang terdapat
pada suatu wilayah yang secara khusus bertujuan memberikan
kemudahan, kenyamanan, dan keselamatan bagi wisatawan dalam
melakukan kunjungan ke destinasi pariwisata yang meliputi:
1. Fasilitas akomodasi;
2. Fasilitas rumah makan;
3. Fasilitas informasi dan pelayanan pariwisata, fasilitas
pelayanan keimigrasian, pusat informasi pariwisata
(tourism information center), dan e-tourism kiosk;
4. Polisi pariwisata dan satuan tugas wisata;

Upaya Pengembangan Pariwisata Pulau Belitung


Niko Bagus Kresna
27

5. Toko cinderamata (souvenir shop);


6. Penunjuk arah/papan informasi wisata/rambu lalu lintas
wisata (tourism sign and posting); dan
7. Bentuk bentang lahan (landscaping).

2.5.4. Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Nomor 12 Tahun 2015


tentang Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah
Kabupaten Belitung Tahun 2015-2025
Pasal 11
Salah satu keijakan dalam pembangunan kepariwisataan Daerah
adalah integrasi pembangunan kepariwisataan kawasan Pulau
Belitung dan sekitarnya sebagai satu kesatuan destinasi pariwisata
yang menjadi unggulan kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung dan nasional.

Pasal 13
Strategi pengembangan destinasi pariwisata sebagaimana dimaskud
daam Pasal 12 huruf a, meliputi:
a. Menetapkan Tanjungpandan sebagai pusat pelayanan primer,
dan mengembangkan Tanjung Kelayang sabagai pusat
pelayanan sekunder di wilayah utara dan Pantai Penyabong
sebagai pusat pelayanan sekunder di wilayah selatan bagi
kepariwisataan daerah.
b. Membangun fasilitas akomodasi berkualitas dan ramah
lingkungan di pusat pelayanan sekunder wilayah utara dan
selatan.
c. Mengembangkan fasilitas kuliner khas Daerah yang
berstandar hygenis internasional.
d. Meningkatkan aksesibilitas darat dan laut menuju daya tarik
wisata melalui peningkatan kualitas pelayanan jalan,

Upaya Pengembangan Pariwisata Pulau Belitung


Niko Bagus Kresna
28

penyediaan angkutan umum menuju daya tarik wisata yang


berstandar pelayanan dan keamanan tinggi, serta penyediaan
rambu-rambu keselematan di darat dan di laut.

2.5.5. Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Timur Nomor 4 Tahun


2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah
Kabupaten Belitung Timur Tahun 2016-2025
Pasal 13
Strategi pembangunan destinasi pariwisata meliputi:
a. Menetapkan Kota Manggar sebagai pusat pelayanan primer
dan menetapkan Kelapa Kampit dan Pantai Punai sebagai
pusat pelayanan sekunder kepariwisataan daerah.
b. Membangun fasilitas akomodasi, fasilitas makan dan minum,
fasilitas perjalanan wisata, dan fasilitas informasi yang
berstandar internasional dan ramah lingkungan di pusat
pelayanan primer.
c. Membangun fasilitas akomodasi berbasis masyarakat di pusat
pelayanan sekunder Kelapa Kampit dan Pantai Punai.
d. Meningkatkan aksesibilitas darat dan laut menuju daya tarik
wisata melalui peningkatan kualitas pelayanan jalan,
penyediaan angkutan umum menuju daya tarik wisata yang
berstandar pelayanan dan keamanan tinggi, serta penyediaan
rambu-rambu keselematan di darat dan di laut.

Pasal 13
Huruf a
Pusat pelayanan primer adalah lokasi konsentrasi usaha pariwisata
skala nasional dan intersnasional yang berfungsi sebagai pusat
pelayananan utama dan titik simpul awal penyebaran wisatawan ke
seluruh wilayah Kabupaten Belitung Timur.

Upaya Pengembangan Pariwisata Pulau Belitung


Niko Bagus Kresna
29

Pusat pelayanan sekunder adalah lokasi konsentrasi usaha


pariwisata skala nasional dan lokal sesuai dengan karakteristik
wilayahnya yang berfungsi sebagai pusat pelayanan pariwisata
untuk wilayah tertentu di Kabupaten Belitung Timur.

Upaya Pengembangan Pariwisata Pulau Belitung


Niko Bagus Kresna
30

2.6. Penelitian Terdahulu


Tabel 1 Penelitian Terdahulu
No. Judul Variabel Metode Kesimpulan
1 Arahan Pengembangan Pariwisata • Jenis daya tarik Analisis Deskriptif Jenis daya tarik wisata,
Kabupaten Purbalingga • Jenis kegiatan Kualitatif atraksi wisata, persebaran
(Yustanto Sani, 2017) • Persebaran daya tarik daya tarik wisata, dan waktu

• Hotel/penginapan tempuh dapat dijadikan acuan

• Restoran/rumah dalam pembentukan klaster

makan wisata

• Waktu tempuh
• Jenis transportasi
• Kondisi jalan
2 Arahan Pengembangan Pariwisata • Jarak tempuh Analisis Deskriptif Analisis spasial dapat
Budaya di Kota Tanjungpinang • Kondisi jalan dan Analisis Spasial digunakan dalam
(Suci Islamiyah, 2018) • Moda transportasi pembentukan klaster wisata

• Restoran/rumah dengan menganalisis

makan persebaran daya tarik wisata

• Hotel/penginapan berdasarkan peta yang ada.

Upaya Pengembangan Pariwisata Pulau Belitung


Niko Bagus Kresna
31

No. Judul Variabel Metode Kesimpulan


• Toko cinderamata
3 Pengembangan Pariwisata • Jumlah Wisatawan Analisis demand Untuk mengukur keterkaitan
Kabupaten Mannggarai Barat • Daya Tarik Wisata supply dan Analisis yang terjadi antar daya tarik
Melalui Pembentukan Cluster • Prasarana dan sarana Skoring wisata dapat dilakukan
Wisata pariwisata dengan terlebih dahulu
(Meiske Sareng Kelang, 2010) • Moda transportasi menggunakan analisis supply
dan demand untuk
mengetahui kondisi
komponen wisata yang ada
dan kemudian menggunakan
analisis skoring untuk
mengukur keterkaitan antar
daya tarik wisata.
4 Studi Keterkaitan Antar Obyek • Jumlah wisatawan Analisis Skoring dan Dalam penelitian ini
Wisata Dalam Rangka • Atraksi wisata Analisis Spasial digunakan analisis skoring
Pembentukan Cluster Wisata di • Prasarana dan sarana untuk mengetahui keterkaitan
Wilayah Pengembangan • Moda Transportasi antar daya tarik wisata
Pariwisata (WPP) A Kabupaten berdasarkan komponen

Upaya Pengembangan Pariwisata Pulau Belitung


Niko Bagus Kresna
32

No. Judul Variabel Metode Kesimpulan


Magelang • Pemasaran wisata dan analisis spasial
(Ermawati Dyah Prasetyo, 2004) pariwisata yang digunakan untuk
menentukan lokasi dan
jangkauan pusat pelayanan
fasilitas penunjang
pariwisata.
5 Pengembangan Destinasi • Persepsi Pasar Anlisis Deskriptif Pembentukan klaster wisata
Pariwisata di Kepulauan Selayar • Pemaketan Kualitatif dapat dilakukan dengan
Sulawesi Selatan • Sarana Pendukung menggunakan persepsi pasar,
(Nurul Nadjmi, et all, 2014) Terkait pemaketan, sarana pendukung

• Daya Tarik Wisata terkait, dan daya tarik wisata


sebagai indikator
pembentukan.
Sumber: Kajian Teoritis 2018

Upaya Pengembangan Pariwisata Pulau Belitung


Niko Bagus Kresna
33

2.7. Kerankga Konsep


Dalam penelitian akan menggunakan aspek-aspek pariwisata seperti daya
tarik wisata, sarana pariwisata, dan aksesibilitas yang diperoleh dari
tinjauan pustaka untuk merumuskan upaya pengembangan pariwisata.
Gambar 4. Kerangka Konsep

Pariwisata Pulau Belitung

Daya Tarik
Wisata Sarana Pariwisata Aksesibilitas

Upaya Pengembangan
Pariwisata Pulau Belitung

Upaya Pengembangan Pariwisata Pulau Belitung


Niko Bagus Kresna

Anda mungkin juga menyukai