Anda di halaman 1dari 9

GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN : 2503-3344)

PENERAPAN ARSITEKTUR TROPIS PADA KAWASAN WISATA PANTAI TALOIYA


KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR
1*
Andi Nur Isra, 2Ishak Kadir, 3Weko Indira Romanti Aulia
1
Mahasiswa jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Halu Oleo
2,3
Tenaga Pengajar, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Halu Oleo
1*
Nurisraandi10@gmail.com; 2ishakkadir@uho.ac.id; 3weko_indira@uho.ac.id

ABSTRAK

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia sejatinya menyimpan potensi alam dan budaya yang luar biasa
dan dapat dijadikan modal dasar sekaligus keunggulan komparatif untuk mengembangkan sektor pariwisata. Namun
terbatasnya dukungan sarana dan prasarana dalam menunjang kegiatan pariwisata mengakibatkan menurunnya daya tarik
obyek wisata. Kabupaten Kepulauan Selayar memiliki banyak potensi yang dapat dijadikan modal besar bagi usaha
pengembangan kepariwisataan daerah yaitu berupa flora dan fauna yang beraneka ragam, peninggalan sejarah dan
purbakala, maupun seni dan budaya. Tujuan diadakannya penelitian ini (1) Untuk merencanakan sarana dan prasarana yang
dapat mewadahi aktifitas wisata di Pantai Taloiya (2) Untuk merencanakan bangunan gedung yang dapat menunjang
Kawasan Wisata Pantai Taloiya dengan pendekatan Arsitektur Tropis. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu
data dikumpulkan sesuai tujuan penelitian. Data diambil dengan studi literatur, pengamatan langsung, wawancara dan studi
banding. Hasil dari penelitian disimpulkan bahwa sebagai salah satu wisata daerah, untuk mewadahi fungsinya maka
kawasan pantai taloiya ini dibuat dengan fasilitas prasaran dan sarana yang lengkap sesuai dengan standar kelayakan daerah
tujuan wisata, serta pendekatan Arsitektur Tropis diterapkan pada kawasan ini dengan pertimbangan untuk mengatasi
permasalahan iklim tropis terutama di daerah pesisir dengan cara mengaplikasikan ventilasi silang dan shading device yang
akan diterapkan di seluruh bangunan yang ada pada kawasan.

Kata kunci : Wisata,taloiya, arsitektur tropis, selayar

ABSTRACT

As the largest archipelago in the world, Indonesia actually holds extraordinary natural and cultural potential and can
be used as basic capital as well as comparative advantage to develop the tourism sector. However, the limited support of
facilities and infrastructure in supporting tourism activities has resulted in a decrease in the attractiveness of tourism
objects. Selayar Islands Regency has a lot of potential that can be used as a large capital for the development of regional
tourism in the form of diverse flora and fauna, historical and archaeological heritage, as well as arts and culture. The
purpose of this research (1) To plan facilities and infrastructure that can accommodate tourist activities in Taloiya Beach
(2) To plan buildings that can support Taloiya Beach Tourism Area with a Tropical Architecture approach. This study uses
a qualitative method, i.e. data is collected according to the research objectives. The data is taken by literature study, direct
observation, interview and comparative study. The results of the study concluded that as one of the regional tourism, to
accommodate its function, the Taloiya beach area was created with complete facilities and facilities in accordance with the
standards of the feasibility of the tourist destination, as well as the Tropical Architecture approach applied in this region
with consideration to overcome tropical climate problems. Especially in coastal areas by applying cross ventilation and
shading devices that will be applied in all buildings in the area.

Keywords: Tourism, taloiya, tropical architecture, selayar

PENDAHULUAN Tujuan pengembangan pariwisata Kabupaten


A. Latar Belakang Kepulauan Selayar adalah menjadikan pariwisata sebagai
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, bagian dalam mewujudkan dan mengisi pola
Indonesia sejatinya menyimpan potensi alam dan budaya pembangunan wisata nasional, dan salah satu kegiatan
yang luar biasa dan dapat dijadikan modal dasar ekonomi serta sumber pendapatan daerah. Tujuan
sekaligus keunggulan komparatif untuk mengembangkan pengembangan pariwisata ini diharapkan dapat memacu
sektor pariwisata. Potensi yang dimiliki dapat dikonversi pengembangan pariwisata di Kabupaten Kepulauan
menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi dengan nilai Selayar, salah satunya Kawasan Wisata Pantai Taloiya.
kompetitif yang tinggi.
Kabupaten Kepulauan Selayar memiliki banyak B. Rumusan Masalah
potensi yang dapat dijadikan modal besar bagi usaha Bagaimana merencanakan dan merancang prasarana
pengembangan kepariwisataan daerah yaitu berupa flora dan sarana serta bangunan gedung pada Kawasan Wisata
dan fauna yang beraneka ragam, peninggalan sejarah dan Pantai Taloiya dengan pedekatan Arsitektur Tropis.
purbakala, maupun seni dan budaya.
Volume 5 No. 1 | April 2020 31
GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN : 2503-3344)

C. Tujuan dan Sasaran Penulisan menyaksikan, merasakan, dan menikmati daya tarik
1. Tujuan Penulisan tujuan tersebut. Daya tarik sendiri dapat diklasifikasikan
Tujuan dari perencanaan Kawasan wisata pantai ini, ke dalam daya tarik lokasi yang merupakan daya tarik
yaitu: permanen.
Untuk merencanakan dan merancang prasarana dan b. Prasarana Wisata
sarana serta bangunan gedung pada Kawasan Wisata Prasarana wisata ini terdiri dari :
Pantai Taloiya dengan pedekatan Arsitektur Tropis. 1) Prasarana Akomodasi
2) Prasarana Pendukung
2. Sasaran Penulisan 3) Sarana Wisata
Sasaran yang hendak dicapai dalam proses ini adalah 4) Infrastruktur
memberikan kontribusi dalam upaya meningkatkan mutu 5) Masyarakat, Lingkungan Dan Budaya.
pelayanan kawasan wisata, terutama pada Kawasan 3. Kriteria Bangunan Tepi Pantai
Wista Pantai Taloiya dengan harapan dapat membantu a. Garis Sempadan Pantai
meningkatkan pendapatan daerah dan pendapatan Pada keputusan presiden RI No. 32 tahun 1990
masyarakat sekitar. tentang pengelolaan kawasan lindung, umumnya, garis
sempadan pantai minimm 100 meter dari titik pasang
D. Ruang Lingkup dan Batasan Penulisan tertinggi ke arah darat. Hal ini dilakukan agar ketika air
1. Ruang Lingkup Pembahasan laut pasang dapat dipastikan tidak akan sampai pada
a. Perancangan makro, meliputi: bangunan yang terbangun nantinya.
Pengolahan tapak dan perancangan ruang luar. b. Pencapaian Pada Kawasan
b. Perancangan mikro, meliputi: Menurut Dirjen Cipta Karya (2000), jarak antara
Kebutuhuan ruang, aktifitas yang diwadahi, dan akses masuk utama untuk kendaraan menuju ruang
program ruang. publik atau tepi pantai dari jalan raya sekunder atau
c. Perancangan fisik, meliputi: tersier minimum 300 meter, sedangkan lebar minimum
Bentuk dan tampilan bangunan, sistem struktur dan untuk jalur pejalan kaki sepanjang tep pantai adalah 3
konstruksi bangunan, ruang dalam, pengkondisian meter.
ruang, penghawaan dan pencahayaan ruang. c. Bangunan Yang Terbangun
Menurut Dirjen Cipta Karya (2000), ada syarat syarat
2. Batasan Pembahasan untuk membangun bangunan di tepi pantai antara lain :
Pembahasan tugas akhir ini melingkupi tentang 1) Area lahan yang terbagun untuk pengembangan
Kawasan Wisata Pantai dan Arsitektur Tropis. fasilitas umum utama dengan fasilitas umum
Pembahasan ini juga melingkupi ilmu lain yang lainnya maksimum 2 km.
disesuaikan dengan kebutuhan penulis. 2) Tinggi bangunan maksimum 15 meter dari
permukaan tanah rata rata area terbangun.
KAJIAN LITERATUR 3) Bangunan di area sempadan tepi pantai
A. Tinjauan Umum Wisata Pantai diusahakan hanya berpa tempat ibadah, bangunan
1. Devenisi Kawasan Wisata Pantai penjaga pantai, bangunan fasilitas umum (MCK),
Wisata pantai dapat diartikan sebagai wisata yang dan bangunan tanpa dinding dengan luas
memanfaatkan sumber daya alam beserta komponen maksimum 50 m2/unit..
pendukungnya, baik alami maupun buatan atau 4) Dilakukan pemagaran pada area terbangun jika
gabungan keduanya itu (Simond, 1978). diinginka, dengan tinggi maksimum pemagaran 1
Simond (1978) juga menyebutkan bahwa pantai meter.
dapat dibagi menjadi beberapa wilayah, yaitu : 5) Jenis bahan yang digunakan pada bangunan di
a. Beach, yaitu batasan antara daratan dan lautan. tepi pantai ada 3, antara lain: kayu, beton, dan
Biasanya berupa pantai berpasir dan landai. baja. Masing masing bahan tersebut memiliki
b. Dune, yaitu daerah yang lebih tinggi dari beach. keuntungan dan kerugian tersendiri.
Biasanya berupa hamparan pasir yang permukaannya
bergelombang atau berupa secara perlahan karena B. Tinjauan Arsitektur Tropis
aliran laut. Arsitektur tropis harus diartikan sebagai rancangan
c. Caostal, yaitu daerah yang secara periodik digenangi spesifik suatu karya arsitektur yang mengarah pada
air yang merupakan gabungan antara beach dan dune. pemecahan problematik iklim tropis.
2. Unsur Wisata Pantai Pada dasarnya konsep arsitektur tropis adalah gaya
Inskeep (1998) lebih jauh mengatakan bahwa suatu bangunan yang beradaptasi terhadap iklim tropis. secara
obyek wisata harus mempunyai unsur penting, yaitu : umum bangunan yang menerapkan arsitektur tropis
a. Daya Tarik memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Daya tarik merupakan faktor utama yang menarik 1. Mempunyai atap yang tinggi dengan kemiringan
wisatawan mengadakan perjalanan mengunjungi suatu diatas 30 derajat. Ruang di bawah atap berguna untuk
tempat, baik suatu tempat primer yang menjadi tujuan meredam panas.
utamanya, atau tujuan sekunder yang dikunjungi dalam
suatu perjalanan primer karena keinginannya untuk
Volume 5 No. 1 | April 2020 32
GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN : 2503-3344)

2. Mempunyai teritisan/overstek atap yang cukup lebar Penanaman pohon lindung di sekitar bangunan
untuk mengurangi efek tampias dari hujan yang sebagai upaya menghalangi radiasi matahari langsung
disertai angin. Selain itu, juga untuk menahan sinar pada material keras sperti halnya atap, dinding, halaman
matahari langsung yang masuk ke dalam bangunan. parkir atau halaman yang ditutup dengan material keras,
3. Mempunyai lubang untuk ventilasi udara secara seperti beton dan aspal, akan sangat membantu untuk
silang, sehingga suhu di dalam ruangan bisa tetap menurunkan suhu lingkungan. Dari berbagai
nyaman. penelitian yang dilakukan, di antaranya oleh Akbari
dan Parker memperlihatkan bahwa penurunan suhu
Desain tropis umumnya menggunakan material alam o
yang sumbernya bisa didapat di sekitarnya. hingga 3 C bukan merupakan suatu hal mustahil dapat
1. Karakteristik Bangunan Tropis dicapai dengan cara penanaman pohon lindung di sekitar
Pada dasarnya konsep arsitektur tropis adalah gaya bangunan.
bangunan yang beradaptasi terhadap iklim tropis. secara b. Pendinginan Malam Hari
umum bangunan yang menerapkan arsitektur tropis Simulasi komputer terhadap efek pendinginan
memiliki ciri-ciri sebagai berikut : malam hari (night passive cooling) yang dilakukan
a. Mempunyai atap yang tinggi dengan kemiringan oleh Cambridge Architectural research Limited
diatas 30 derajat. Ruang di bawah atap berguna untuk o
memperlihatkan bahwa penurunan suhu hingga 3 C
meredam panas. (pada siang hari) dapat dicapai pada bangunan yang
b. Mempunyai teritisan/overstek atap yang cukup lebar menggunakan material dengan massa berat (beton,
untuk mengurangi efek tampias dari hujan yang bata) apabila perbedaan suhu antara siang dan
disertai angin. Selain itu, juga untuk menahan sinar o
matahari langsung yang masuk ke dalam bangunan. malam tidak kurang dari 8 C (perbedaan suhu siang dan
c. Mempunyai lubang untuk ventilasi udara secara malam di kota-kota di Indonesia umumnya berkisar
silang, sehingga suhu di dalam ruangan bisa tetap o
sekitar 10 C.
nyaman. c. Meminimalkan Perolehan Panas (Heat Gain) Dari
d. Desain tropis umumnya menggunakan material alam Radiasi Matahari Pada Bangunan.
yang sumbernya bisa didapat di sekitarnya. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara.
Pertama, menghalangi radiasi matahari langsung pada
2. Strategi Pencapaian Suhu Nyaman pada Arsitektur dinding-dinding transparan yang dapat mengakibatkan
Tropis terjadinya efek rumah kaca, yang berarti akan menaikkan
Masalah yang harus dipecahkan di wilayah iklim suhu dalam bangunan. Kedua, mengurangi transmisi
tropis seperti Indonesia adalah bagaimana menciptakan panas dari dinding-dinding masif yang terkena radiasi
o matahari langsung, dengan melakukan penyelesaian
suhu ruang agar berada di bawah 28,3 C, yakni batas
atas untuk sensasi hangat nyaman, ketika suhu udara luar rancangan tertentu, di antaranya :
o 1) Membuat dinding lapis (berongga) yang diberi
siang hari berkisar 32 C. Secara sederhan ada dua ventilasi pada rongganya.
strategi pencapaian suhu nyaman di dalam bangunan, 2) Menempatkan ruang - ruang service (tangga,
pertama, dengan pengkondisian udara mekanis, kedua, toilet, pantry, gudang, dsb.) Pada sisi-sisi
dengan perancangan pasif memanfatkan secara optimal jatuhnya radiasi matahari langsung (sis timur dan
ventilasi alamiah. barat)
Penggunaan mesin pengkondisian udara mekanis, 3) Memberi ventilasi pada ruang antara atap dan
AC, memudahkan pencapaian suhu ruang di bawah langit -langit (pada bangunan rendah) agar tidak
o terjadi akumulasi panas pada ruang tersebut.
28,3 C, di mana kanyamanan akan dicapai.
Penggunaan AC mengecilkan peran arsitek dalam Seandainya tidak, panas yang terkumpul pada
perancangan, karena dengan rancangan apapun, ruang ruang ini akan ditransmisikan kebawah, ke dalam
dapat dibuat nyaman dengan penempatan mesin AC. ruang di bawahnya. Ventilasi atap ini sangat
Modifikasi iklim luar yang tidak nyaman menjadi berarti untuk pencapaian suhu ruang yang rendah.
nyaman dengan cara mekanis lebih merupakan tugas para d. Memaksimalkan pelepasan panas dalam bangunan.
engineer dibanding arsitek. Hal ini dapat dilakukan dengan pemecahan
Pencapaian kenyamanan dengan mengoptimalkan rancangan arsitektur yang memungkinkan terjadinya
pengkondisian udara secara alamiah merupakan aliran udara silang secara maksimum di dalam bangunan.
tantangan bagi arsitek. Bagaimana arsitek melalui karya Alirang udara sangat berpengaruh dalam menciptakan
arsitektur mampu memodifikasi udara luar yang tidak ‘efek dingin’ pada tubuh manusia, sehingga sangat
o membantu pencapaian kenyamanan termal.
nyaman, dengan suhu sekitar 32 C, menjadi nyaman e. Rancangan Kota Tropis
o Dengan karakter iklim yang berbeda, setiap tempat
dengan suhu di bawah 28,3 C. Beberapa pendekatan
yang dapat dilakukan dalam kaitannya dengan di dunia seharusnya memiliki rancangan kota yang
modifikasi iklim secara alamiah adalah sebagai berikut: berbeda disesuaikan dengan kondisi iklim setempat. Hal
a. Penanaman Pohon ini dimaksudkan untuk mengantisipasi kebutuhan
manusia terhadap kenyamanan fisik, terutama
Volume 5 No. 1 | April 2020 33
GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN : 2503-3344)

kenyamanan termal. Suhu udara, radiasi matahari, serta a. Memperkecil luas permukaan atau bukaan bangunan
kelembaban yang tinggi perlu di atasi karena tidak yang menghadap timur dan barat. apabila terdapat
diharapkan bagi pencapaian kenyamanan termal manusia bukaan yang menghadap ke timur dan barat maka hal
tropis. tersebut dapat diminimlisir dengan menerapkan
shading divice.
METODE PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data
dikumpulkan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan
penelitian. Data dikumpulkan dari berbagai sumber
literatur baik buku-buku pengetahuan, jurnal ilmiah,
maupun internet guna mencari informasi yang berkaitan
dengan fungsi, jenis, dan kebutuhan dari segala pusat
kursus dan pelatihan musik pada umumnya sehingga
dapat membantu dalam proses perencanaan serta Survey
yang dilakukan dalam perencanaan ini dengan melihat Gambar 2. Secondary Skin
masalah-masalah yang ada dan memberi batasan yang
jelas atas data dengan malakukan wawancara kepada b. Menggunakan overstek untuk melindungi dinding
orang-orang yang mengetahui banyak tentang wisata atau kusen dari turunnya air hujan dan menahan
pantai dan Arsitektur Tropis. langsung sinar matahari yang menyinari langsung ke
arah jendela atau ke dinding.
HASIL PEMBAHASAN
A. Lokasi Proyek
1. Gambaran Umum Site
a. Peruntukan : Kawasan pariwisata alam.
b. Luas Tapak : 67.000 m2 (6,7 Ha)
c. Topografi : Tanah relatif rata
d. Luas Tapak : 6,7 Ha
e. KDB : 40%

2. Lokasi dan site


Lokasi perencanaan Kawasan Wisata Pantai berada
di Jalan poros Benteng Pamatata, Desa Bongaiya, Gambar 3. Overstek
Kecamatan Bontomatene, Kabupaten Kepulauan Selayar.
Adapun batas-batas tapak yakni: c. Memanfaatkan efek bayangan dalam mengatasi rasa
Timur : Kebun Mente tidak nyaman yang ditimbulkan oleh panas matahari
Utara : Lahan Kosong di ruang terbuka dengan menggunakan pohon sebagai
Barat : Pantai Taloiya elemen utama.
Selatan : Permukiman

B. Pengolahan Tapak
1. Orientasi Tapak Terhadap Matahari dan Angin

Gambar 4. Penerapan Pohon Peneduh

Pada tapak terdapat angin musiman yang berhembus


pada musim tertentu setiap tahunnya. Pada perencanaan
ini pemanfaatan angin sebagai penghawaan alami dalam
bangunan sangat dipertimbangkan dengan solusi:
a. Memaksimalkan bukaan pada permukaan yang
menghadap ke sumber datangnya angin.
b. Memanfaatkan vegetasi sebagai penyaring debu yang
Gambar 1. Lintasan Matahari Dan Arah Angin
dibawa angin
c. Angin kencang terkadang dapat mengganggu
Meminimalisir sinar matahari berlebih ke dalam aktivitas pada ruang terbuka sehingga penggunaan
tapak dilakukan dengan solusi: vegetasi berupa pohon dapat mengurangi kecepatan
angin sekitar 40% - 50%. Vegetasi berupa pohon
Volume 5 No. 1 | April 2020 34
GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN : 2503-3344)

berfungsi sebagai penahan angin, pelembut angin dan 3. Kebisingan


penyaring angin. Tingkat kebisingan tinggi berasal dari arah pantai
yang berasal dari suara ombak. Meminimalisir tingkat
2. View kebisingan dilakukan dengan solusi:
View keluar tapak terbaik mengarah ke arah Pantai a. Penempatan kawasan terbuka yang luas di area
Taloiya. Bangunan dihadapkan ke arah Pantai Taloiya pantai, sebagai upaya menjauhkan bangunan dari
untuk memanfaatkan view secara maksimal. Bangunan sumber bising.
publik diarahkan menghadap ke pantai untuk
mendapatkan view pantai dan sunset, contohnya
bangunan cottage, gazebo, serta restoran.

Gambar 10. Kebisingan

b. Penanaman vegetasi berupa rumput, semak dan


popohonan.

Gambar 11. Pengaplikasian Pohon,dan Rumput

4. Pencapaian dan Sirkulasi


Akses pencapaian ke tapak hanya menggunakan satu
Gambar 5. View Tapak alternatif yaitu jalan lingkungan melalui jalan Poros
Benteng Pamatata. yang juga sebagai main entrance dan
service entrance.

Gambar 6. View Dari Sisi Timur

Gambar 12. Pencapaian dan sirkulasi

5. Penzoningan
Penzoningan pada tapak didasarkan pada
pengelompokkan kegiatan. Berikut penzoningan yang
Gambar 7. View Dari Sisi Barat
ada dalam tapak :
a. Zona kegiatan publik terdiri dari parkir parkir
pengunjung, loket tiket, playground, kolam renang,
dan restoran.
b. Zona semi publik te rdiri dari parkir pengelola dan
bangunan pengelola
c. Zona service terdiri dari service entrance, pengolahan
Gambar 8. View Dari Sisi Utara sampah, dan pengolahan air.

Gambar 9. View Dari Sisi Selatan

Volume 5 No. 1 | April 2020 35


GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN : 2503-3344)

Gambar 13. Penzoningan

6. Sistem Parkir
Jenis parkir yang digunakan yakni parkir 90° untuk
kendaraan pengunjung guna memudahkan dalam
mobilitas yang disesuaikan dengan bentuk jalur sirkulasi.

Gambar 16. Tampilan bangunan

C. Ruang Luar
Konsep ruang luar yang diterapkan pada kawasan
adalah konsep arsitektur tropis. Konsep ini ditandai
dengan banyaknya tanaman tropis yang ditanaman pada
ruang luar kawasan, misalnya pohon kelapa, dan palem
paleman.

Gambar 14. Penerapan parkir 90°

C. Bentuk Dasar dan Tampilan Bangunan


1. Bentuk dasar
Bentuk dasar yang diterapkan pada bangunan adalah
bentuk persegi, dengan pertimbangan efisiensi ruang.

Gambar 17. Retail

Gambar 15. Bantuk Dasar

2. Tampilan bangunan Gambar 18. Pengelola


Bentuk tampilan bangunan mengadaptasi bentuk
bangunan rumah panggung, dimana bangunan memiliki
kaki, badan dan kepala. Bentukan ini diterapkan pada
bangunan karena sejalan dengan perinsip bangunan
tropis.

Gambar 19. Gazebo


Volume 5 No. 1 | April 2020 36
GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN : 2503-3344)

D. Ruang Dalam Total 4573 5128


Interior pada bangunan didominasi dengan material
kayu untuk memberikan kesan yang lebih natural.
Tabel 2. Kelompok Kegiatan Penunjang (Cottage)
No Nama Ruang Acuan Laporan
1 Teras 6 21
2 Kamar tidur 6 14
3 Livingroom 14 12
4 KM/WC 4,5 7
5 Pantry 6 6
Total 32 60
Gambar 20. Kamar Tidur Cottage
Tabel 3. Tabel Kelompok Penunjang (Restoran)
E. Pengkondisian Ruang No Nama Ruang Acuan Laporan
1. Pencahayaan 1 Reservasi/kasir 6 6
Pencahayaan alami melalui bukaan pada bangunan.
2 Ruang makan 295 295
Untuk menghalau intensitas matahari berlebih maka
3 Ruang westafel 24 24
diterapkan shading device berupa secondary skin.
4 Toilet 18 18
5 Dapur basah 14 60
6 Dapur kering 12 16
7 Dapur kotor 6 8
8 Gudang bahan 8 8
9 Ruang loker 25 25
10 KM/WC 4 4
Total 412 464

Tabel 4. Kelompok Kegiatan Penunjang (Retail dan


Souvenirshop)
Gambar 21. Penerapan Secondary Skin No Nama Ruang Acuan Laporan
1 Retail 600 624
2. Penghawaan Total 600 624
Penghawaan pada ruang menggunakan penghawaan
alami menggunakan sistem cross ventilation. Tabel 5. Kelompok Kegiatan Penunjang (Musholah)
Penggunaan kipas angin difungsikan untuk membantu No Nama Ruang Acuan Laporan
pergerakan udara di dalam ruang. 1 Ruang solat 60 72
2 Ruang wudhu 20 26
3 Toilet 8 8
Total 88 106

Tabel 5. Kelompok Aktivitas Pengelola


No Nama Ruang Acuan Laporan
1 R.manager & Ast.
28 34
Manager
2 Toilet 8 8
3 Ruang staff 40 44
Gambar 22. Penerapan Cross Ventilation
4 Toilet 8 8
5 Ruang rapat 30 32
F. Besaran Ruang
6 Dapur & ruang
Kebutuhan ruang berdasarkan kelompok kegiatan 21 44
housekeeping
sebagai berikut:
Tabel 1. Besaran Ruang Kegiatan Utama Total 135 170
No Nama Ruang Acuan Laporan
1 gazebo besar 225 160 Tabel 6. Kelompok Aktivitas Service
2 gazebo kecil 300 216 No Nama Ruang Acuan Laporan
3 playground 3000 3300 1 Ruang P3K 15 24
4 Loket tiket 12 12 2 KM/WC 4 4
5 Kolam renang 1000 1400 3 Ruang CCTV 6 16
6 KM/WC 36 40 4 KM/WC 4 4
Volume 5 No. 1 | April 2020 37
GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN : 2503-3344)

5 Pos jaga 15 15 2. Super Struktur


44 63 Super struktur menggunakan kolom dan balok
gelagar. Ukuran kolom bnagunan 15 x 15 dengan
Tabel 7. Rekapitulasi besaran ruang bentangan balok gelagar 200 cm.
No Kelompok ruang Acuan Laporan
1 Kegiatan utama 4573 5128
Kegiatan
2 1132 1254
penunjang
Kegiatan
3 135 170
pengelola
4 Kegiatan service 44 63
Total besaran bangunan 5884 6615

Deviasi perancangan
Selisih (deviasi) besaran ruang: Gambar 24. Super Struktur
= Sesudah – Sebelum Perancangan x 100%
Sebelum Perancangan 3. Upper Struktur
= 6615– 5884 x 100 Menggunakan atap dengan konstruksi kayu, bahan
5884 penutup atap menggunakan bahan sirap.
= 12,42%=
Perbandingan antara Open Space (OS) dan Building
Coverage (BC)
Luas OS= Luas Site – Luas Lantai Dasar
= 67.000 m2 – 2.204 m2
= 64.796 m2
KBC = Luas Lantai Dasar x 100
Luas Site
= 2.204 x 100
67.000
=4% Gambar 25. Upper Struktur
KOS = Luas OS x 100
Luas Site H. Utilitas
= 64.796 x 100 1. Sistem Plumbing
67.000 a. Sistem jarigan air bersih
= 96 % Penyedian air bersih pada kawasan diperoleh dari
KBC: KOS = 4: 96 PDAM, dan hasil dari olahan air payau/air asin menjadi
air bersih layak minum yang sebelumnya ditampung
G. Struktur Bangunan terlebih dahulu sebelum didistribusikan.
1. Sub Struktur
Sub struktur menggunakan pondasi umpak dan
pondasi garis.

Gambar 26. Pendistribusian Air Bersih

b. Sistem jaringan air kotor


Pembuangan air kotor yang berasal dari disposal
padat disalurkan ke Septictank dan diteruskan ke bak
peresapan, sedang hasil dari buangan disposal cair
diteruskan ke bak kontrol dan diteruskan ke got besar
yang selanjutnya diteruskan ke riol kota/ laut.
Gambar 23. Sub Struktur

Volume 5 No. 1 | April 2020 38


GARIS-Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur (E-ISSN : 2503-3344)

Keamanan dan keselamatan, (9) Mushola, (10)


Playgorund dan kolam renang. Pendekatan Arsitektur
Tropis diterapkan pada kawasan ini dengan
pertimbangan untuk mengatasi permasalahan iklim tropis
terutama di daerah pesisir. yakni dengan cara : (1)
Pengaplikasian ventilasi silang, pada bangunan. (2)
Penerapan shading device untuk menghalau panas
matahari langsung.
Gambar 27. Jaringan Air Kotor
DAFTAR REFERENSI
2. Sistem Elektrikal Idham. N.C., (2016). Arsitektur dan Kenyamanan
Pasokan kebutuhan listrik terhadap bangunan Termal. Andi Offset. Yogyakarta.
diperoleh dari dua sumber yaitu listrik yang berasal dari Pemda Kabupaten Kepulauan Selayar, (2012). Perda
PLN (Perusahaan Listrik Negara) dan memanfaatkan Kabupaten Kepulauan Selayar No. 5 Tahun 2012
tenaga genset yang bekerja secara otomatis jika Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah. Selayar
sambungan listrik dari PLN terputus. Simonds, J.O.,(1978). Earthscape : A Manual Of
Enviromental Planning and Design. Van Norstand
Reinhood Company. New York.
KESIMPULAN
Untuk mewadahi fungsinya sebagai salah satu wisata Widiatedja, (2014). Liberalisasi Jasa dan Masa Depan
daerah, maka kawasan pantai taloiya ini dibuat dengan Pariwisata Kita. Udayana University Press. Bali.
fasilitas prasarana d an sarana yang lengkap, yaitu (1) Yoeti.Oka.A., (1996). Pengantar Ilmu Pariwisata.
Jaringan Listrik, (2) Jaringan telepon, (3) Jaringan air Angkasa. Bandung
bersih, (4) Jaringan Persampahan, (5) Cottage, (6)
Restoran, (7) Retail dan souvenir shop, (8) Ruang

Volume 5 No. 1 | April 2020 39

Anda mungkin juga menyukai