Anda di halaman 1dari 7

Analisis Mengenai Pelanggaran Amdal Mega Proyek Wisata Pulau

Komodo di Nusa Tenggara timur

Disusun oleh: Kelompok 10


• Senia Lia Rahmadhani : 10031282328039
• Bulan Arum Hajeng Kartikawati : 10031282328017
• Adil Ali : 10031282328023
• Maulana M Andrean : 10031282328025
• M. Tsabat Maulan : 10031282328033
Dosen Pengampu: Isma Nurillah, S.H.,M.H

PROGRAM STUDI KESEHATAN LINGKUNGAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023/2024

1
Hasil dan Pembahasan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup yang selanjutnya disebut AMDAL
adalah kajian mengenai dampak penting suatu Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan
pada lingkungan hidup yang perlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggara Usaha dan/atau Kegiatan. Kerangka acuan yang selanjutnya disingkat KA
ruang lingkup kajian analisa dampak lingkungan hidup yang merupakan hasil pelingkupan.
Analisis Dampak Lingkungan Hidup yang selanjutnya disebut Andal adalah telaahan
secara cermat dan mendalam tentang dampak penting suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.
Rencana Pengelolahan Lingkungan Hidup yang selanjutnya disebut RKL adalah upaya
penanganan dampak terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat dari rencana usaha
dan/atau kegiatan. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup yang selanjutnya disingakat RPL
adalah upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak akibat dari
rencana usaha dan/atau kegiatan.

A. Konsep Amdal
AMDAL adalah cabang teknik ekologi yang mempelajari interaksi antara struktur
buatan manusia dan alam. (Santosa, Taufik Imam, 2009:4) Analisis mengenai dampak
lingkungan, pernyataan mengenai dampak lingkungan , analisis mengenai dampak
lingkungan atau pernyataan dan dampak lingkungan adalah istilah istilah yang digunakan
dalam menggambarkan analisis dampak lingkungan yang dilakukan sesuai dengan standar
internasional. Istilah Amdal tidak hanya memiliki aspek teknis saja, namun juga aspek hukum
dan administrasi. Semua argumen ini mendukung gagasan bahwa semua aktivitas manusia,
terutama yang terjadi selama proyek pembangunan dan sering kali melibatkan perubahan
lingkungan, perlu didiskusikan secara dekat satu sama lain. Berdasarkan kajian ini, akan
memungkinkan untuk mengidentifikasi dampak apa pun yang muncul, apakah dampak
tersebut bermanfaat atau merugikan bagi kesejahteraan manusia. Tindakan tersebut di atas
dapat dilakukan dengan melihat kemajuan suatu proyek tertentu. Pengertian Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang berkaitan dengan kejadian terkini Yang
harus ditangani. Karena itu, penulis memutuskan untuk mengeksplorasi topik yang berkaitan
dengan AMDAL proyek mega wisata pulau komodo di Rinca Nusa Tenggara menggunakan
penelitian literatur menggunakan data yang tersedia dari publikasi jurnal dan media digital
yang tunduk pada sensor.

B. Ekowisata
Ekowisata adalah pendekatan khusus pariwisata untuk pengembangan pariwisata yang
bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembuatan kebijakan konservatif
dan mengurangi upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) untuk memberikan
manfaat ekonomi kepada populasi yang lebih luas (Ditjen Pariwisata, 1995).
Ekowisata adalah inisiatif wisata yang berkomitmen teguh untuk mengatasi masalah
penduduk lokal dan lingkungan. Ekowisata dapat memberikan banyak manfaat, seperti
pendanaan sumber untuk area konservasi, mengepung area konservasi, sumber alternatif mata
pencaharian untuk penduduk lokal, dan kesempatan untuk mempromosikan konservasi dan
memfokuskan upaya konservasi.
Ekowisata pertama kali hanya dilakukan oleh wisatawan yang merupakan pecinta alam
dan menginginkan area operasi wisata tetap tidak stabil. Pada awalnya, ada beberapa cakupan

2
ekowisata untuk pendidikan, peningkatan masyarakat, pertumbuhan ekonomi, dan dukungan
untuk inisiatif konservasi.
Menurut Page dan Ross (2002),ekowisata disusun berdasarkan tiga prinsip mendasar:
konservatisme, partisipasi masyarakat, dan ekonomi. Sebagai contoh, berikut ini adalah
prinsip-prinsip dasar ekowisata:

1. Prinsip Konservatisme
Prinsip konservatisme termasuk kepedulian,tanggung jawab, dan komitmen terhadap
pelestarian alam dan budaya manusia, serta implementasi bisnis kaidah-kaidah dengan etika
yang teguh dan ekonomi yang kuat. Prinsip-prinsip melestarikan lingkungan termasuk
kepedulian, tanggung jawab, dan komitmen untuk melindungi lingkungan serta pembangunan
yang mematuhi prinsip-prinsip ekologi, sedangkan prinsip-prinsip melestarikan hari ini terdiri
dari kepekaan dan penghormatan terhadap norma-norma sosial dan agama masyarakat umum.
2. Prinsip Partisipasi Massa
Perencanaan dan pengembangan ekowisata harus secara optimal memuaskan masyarakat
umum.
3. Prinsip Ekonomi
Pengembangan ekowisata dilakukan dengan cara yang efisien, dengan pengaturan sumber daya
yang diberlakukan sehingga manfaat yang luas dapat menguntungkan generasi masa depan.

C. Metode
Penelitian yang dilakukan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
menggunakan data sekunder, yaitu studi literatur. Menurut Creswell (2017) penelitian kualitatif
memiliki tujuan untuk mendapatkan pemahaman ukum tentang fenomena realitas sosial, yaitu
indentifikasi pelanggaran AMDAL, sedangkan studi literatur menurut Creswell (2014, 27-29)
yaitu dengan metode melakukan,mencari, dan mengatur sumber perpustakaan yang berkaitan
dengan masalah yang akan dipelajari. Penelitian literatur ini dilakukan dalam sebuah penelitian
yang bertujuan untuk memperkaya materi penelitian yang dilakukan. tinjauan literatur adalah
ringkasan tertulis dari artikel, jurnal, buku, ataupun dokumen lainnya

D. Proyek wWisata Premium atau “Jurasic Park” Pulau Komodo


Daerah yang paling terkenal dari Tanah Bagian Timur di Indonesia adalah kawasan
Taman Nasional Pulau Komodo di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Di kota ini,
UNESCO telah membuat pernyataan sebagai warisan dunia yang paling penting. Namun
belakangan ini, Kawasan pernyataan tersebut menjadi perbincangan hangat terkait dengan
hukuman dan pembangunan sarana dan prasarana (sarpras) di Loh Buaya, Pulau Rinca, dan
Taman Nasional Pulau Komodo. Penataan dan pembangunan sarana dan prasarana yang
dimaksud adalah yang disebut sebagai "Jurassic Park Taman Nasional Komodo" di Taman
Nasional, "Jurassic Park" Kabupaten Manggarai Barat, Komodo (TNK), Nusa Tenggara
Timur (NTT), saat ini menjadi perbincangan di kalangan masyarakat dan media sosial.

3
Konflik akan terjadi karena ada kemungkinan wilayah penduduk yang menentang privatisasi.
Berbagai kelompok yang mendukung proyek yang dimaksud akan gagal. habitat seperti di
alam liar, melindungi penduduk di daerah tersebut hanya melalui investasi yang diperlukan.
Sejak tahun 1980, Pulau Komodo dan Pulau Rinca telah ditetapkan sebagai taman
nasional untuk melindungi dua ekor komodo, yang juga dikenal sebagai Varanus Komodoensis,
yang hanya dapat dilihat di NTT. Kementerian PUPR, Senin (26/10/2020), Proyek di Mengutip
Keterangan Resmi, Namun, TN Komodo adalah cabang dari Kawasan Strategis Pariwisata.
Super Prioritas Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), Nasional (KSPN). Satu-satunya
lingkungan yang akan mengalami perubahan desain yang signifikan Pulau Rinca terletak di
Kabupaten Manggarai Barat.
Habitat Pulau Komodo akan dipromosikan secara besar-besaran oleh pemerintah dan
investor swasta sebagai tujuan wisata premium. Pemerintah menyatakan bahwa proyek-proyek
yang dilakukan di TN Komodo tetap mengutamakan kepedulian sosial dan ekologi bagi
penduduk setempat. Salah satu permintaan khusus yang diajukan oleh pemerintah adalah dana
sekitar Rp 69,96 juta yang akan digunakan untuk membangun toilet umum, kafe, dan bangunan
informasi di area Pulau Rinca. Kabinet PUPR Presiden Jokowi juga akan membangun stasiun
swafoto, klinik, gudang, ruang pertemuan umum, dan penginapan bagi para tahanan, antara
lain, setelah mempekerjakan penjaga hutan lokal, akan ada jalur pendakian untuk wisata
berjalan kaki dan tempat pengasingan bagi para pendaki yang dinaikkan atau di atas melayang
sehingga mencegah lintas komodo terganggu.
Menurut rencana, Kementerian PUPR akan menghabiskan sekitar Rp 902,47 juta untuk
menyelesaikan 43 proyek infrastruktur di KSPN Labuan Bajo, termasuk peningkatan kualitas
layanan jalan dan jembatan, penyediaan udara siang hari, pembangunan permukiman, dan
pembangunan tembok. Tugas untuk meningkatkan jumlah pengunjung ke Labuan Bajo akan
dilakukan dengan tenang, dengan pengembangan infrastruktur yang menjadi prioritas utama.
Perimeter Zona Waterfront akan segera ditentukan oleh Zona A Bukit Pramuka, Zona B
Kampung Air, Zona C Dermaga, Zona D kawasan Pantai Marina (Teluk Inaya), dan Zona E
Kampung Ujung.
Selain merugikan habitat dan kehidupan sehari-hari komodo, pembangunan Jurassic
Park juga memberikan dampak negatif bagi masyarakat sekitar. Masyarakat menjadi lebih
rentan terhadap ancaman dari luar sebagai akibat dari proyek pembangunan Taman Nasional
Komodo. Sebaliknya, menurut pernyataan resmi dari Menteri PUPR Basuki Hadimuljono,
tujuan pembangunan taman hiburan Jurassic Park adalah untuk memajukan ekonomi
masyarakat setempat yang sedang berjuang dengan memaksimalkan potensi yang ada secara
strategis.

E. Pelanggaran AMDAL dari Proyek Pariwisata Super Premium


Mengutip dari KompasTv, proyek pembangunan salah satu satwa endemik Indonesia
yang dilindungi ini dinilai akan merusak habitat asli komodo senilai Rp 69,98 miliar. Banyak
pihak yang memprotes rencana pembangunan "Jurassic Park" di Pulau Rinca, Nusa Tenggara,
sehingga muncul tagar save komodo dan petisi yang mendesak Presiden Jokowi untuk
mencegah investor asing atau lokal membangun di Taman Nasional Komodo.

4
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) NTT melaporkan bahwa penataan di
Pulau Rinca secara otomatis dapat mengganggu kehidupan komodo. Dengan adanya
infrastruktur permanen dalam skala besar, kehidupan komodo menjadi tidak stabil. Umbu
Wulang, Direktur Walhi NTT, menyatakan bahwa pemerintah harus mengutamakan pelestarian
ekosistem dan satwa liar savana komodo sebagai prioritas utama. Sebagaimana diketahui,
pengembangan Taman Nasional Komodo dimulai dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri
(Permen) Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 48/Menhut-II/2010 tentang izin pengusahaan
pariwisata alam pada suaka margasatwa, taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata
alam. Permen yang diluncurkan pada tahun 2010 ini merupakan penghargaan bagi sejumlah
bisnis milik Swati yang berinvestasi di lebih dari 54 wilayah nasional di Indonesia. Kritik
publik terhadap pembangunan Jurassic Park di Kawasan Taman Nasional Komodo di Pulau
Rinca telah mencapai titik didih.
Tujuan dari penetapan pulau ini sebagai kawasan konservasi adalah untuk melindungi
satwa liar asli, termasuk komodo dan spesies terancam punah lainnya yang dapat ditemukan di
daerah tersebut. Untuk diketahui, kawasan ini ditetapkan sebagai Taman Nasional Komodo
pada tanggal 6 Maret 1980. Dalam hal ini, badan PBB yang menaungi Komodo adalah
UNESCO, yang menetapkan Komodo sebagai situs warisan dunia pada tahun 1991.
Penyebutan yang jelas mengenai upaya perlindungan terhadap suatu wilayah yang telah
ditetapkan sebagai kawasan konservasi dapat ditemukan dalam UU No. 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi dan Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Tujuan dari undang-undang ini
adalah untuk melindungi tumbuhan dan hewan yang ada di kawasan konservasi seperti Taman
Nasional Komodo. Sebagai kawasan konservasi, ada beberapa langkah yang harus dilakukan
oleh pemerintah dan masyarakat untuk melindungi satwa, tumbuhan, dan ekosistem pendukung
yang ada di kawasan konservasi. Pengembangan resor di sembarang tempat di Pulau Rinca,
secara jelas mengancam TNK sebagai kawasan yang dilindungi beserta hewan Komodo.
Beberapa poin penting dalam Undang-Undang ini adalah bahwa pelaksanaan Proyek
Kepariwisataan menganut prinsip Menjunjung Tinggi Hak Asasi Manusia, Keragaman Budaya,
dan Kearifan Lokal serta pengejawantahan paradigma kehidupan yang berlaku dalam konteks
hubungan antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, manusia dengan sesama, dan manusia
dengan lingkungan.
Ketentuan UU No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan juga harus dipahami oleh
Pemerintah. Dalam UU ini, prinsip-prinsip yang mengatur penyelenggaraan kepariwisataan di
Indonesia dinyatakan dengan jelas. Pengembangan KSPN Labuan Bajo, termasuk Pulau Rinca
dan Taman Nasional Komodo (TNK) di Kabupaten Manggarai Barat, akan serius
memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan dan penduduk sekitar. Direktur Utama PT
NTT Umbu Wulang Tanaamahu Paranggi mengakui bahwa ada beberapa potensi gangguan
yang muncul selama pembangunan KSPN tersebut terhadap lingkungan. Pertama, potensi
perubahan sifat lingkungan akibat pembangunan infrastruktur yang berdampak negatif
terhadap keanekaragaman hayati global. Kemudian, terjadi lonjakan udara yang mencapai daya
residu KSPN, termasuk sampah dan limbah, akibat pencemaran, yang lainnya berpotensi
mengganggu cara hidup normal biota.
Karena daerah ini juga mengalami krisis udara, Pemerintah harus sangat
memperhatikan daya dukung dan daya tampung. Karena TNK dan daerah sekitarnya dianggap
sebagai bagian dari Taman Nasional, maka pemerintah harus cermat dalam mengatasi masalah
yang ditimbulkan oleh pembangunan infrastruktur. Selain itu, akan terjadi ketegangan terhadap
penduduk yang mengakibatkan konflik perebutan minyak dan gas serta perebutan air tawar
yang pada akhirnya akan mengancam penduduk. Konflik akan terjadi karena ada kemungkinan
wilayah kelola masyarakat akan bertambah setelah privatisasi. Selain itu, Walhi NTT yakin

5
bahwa proyek ini berpotensi merusak habitat komodo dan ekologi di sekitarnya. Berikut adalah
poin penting yang diangkat dalam kutipan tersebut:
1. Mengancam Habitat dan Ekosistem
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Nusa Tenggara Timur (NTT) Khawatir
Proyek akan fokus pada Ekosistem Komodo sebagai endemik kedua di Pulau Flores. Direktur
Walhi NTT Umbu Wulan menyatakan, "Walhi mengecam segala bentuk pembangunan yang
menghilangkan keaslian habitat komodo."
Tanaamahu Paranggi, beberapa jam yang lalu. Menurutnya, pembangunan pariwisata premium
akan menjadi beban bagi keberlangsungan kehidupan bersama. Untuk itu, TNK yang berfungsi
sebagai kawasan konservasi perlahan-lahan berkembang menjadi pusat wisata premium yang
tidak diperuntukkan bagi para pelestari alam.

2. Mempersoalkan Masuknya Alat Berat di Habitat Komodo


Walhi juga mengabadikan sebuah foto kendaraan berat di habitat komodo bernama
Pulau Rinca yang beredar belakangan ini adalah foto asli. Sebagai kawasan konservasi,
menurut Wulang, Pulau Rinca membutuhkan pembangunan infrastruktur seperti yang diminta
pemerintah.
3. Pemerintah diduga Mengubah Zona Pemanfaatan
Venan Haryanto, anggota Sunspirit for Justice and Peace, melaporkan bahwa pada
tahun 2012, Kementerian KLHK telah menetapkan zona pembangunan di Pulau Rinca di TN
Komodo. Pengubahan zonasi ini dapat menghapus zona rimba sebagai ruang hidup komodo
dan satwa lainnya. Sebagai contoh, penetapan zona pembangunan dilakukan untuk kepentingan
korporasi dan investor. Terkait dengan pernyataan ini, KLHK menyatakan bahwa zona
pemanfaatan yang diterapkan saat ini baru saja mengalami peningkatan dari tingkat awal pada
tahun 2012. "Dibandingkan tahun 2012, luas areal yang digunakan untuk ekstraksi meningkat
signifikan dari 1.658 hektar menjadi 824 hektar," ujar Dirjen Konservasi SDA dan Ekosistem
KLHK Wiratno.
4. Rencana Pembangunan Sumur Bor di Pulau Rinca ditakutkan Berimbas pada
Matinya Sumber Air
Dalam sebuah pernyataan baru-baru ini, Forum Masyarakat Peduli dan Penyelamat
Pariwisata (Formapp) menyebutkan pembangunan sumor bor sebagai wadah sarana dan
prasarana di Pulau Rinca. Forum ini mengklaim bahwa pembangunan ini akan menghilangkan
polutan udara yang selama ini mengganggu kehidupan satwa dan tumbuhan di Pulau Rinca.
5. Merugikan Pelaku Wisata Lokal
Pariwisata dan masyarakat lokal Manggarai Barat dikhawatirkan akan dirugikan oleh
pembangunan berkonsep premium yang dilakukan oleh Formapp. Karena faktanya, hal ini
berpotensi menciptakan pariwisata berbasis udara yang selama ini telah diasosiasikan dengan
Labuan Bajo. Selain itu, Konsep Wisata Alam berfungsi sebagai produk utama Pariwisata
Warga Setempat.

F. Kesimpulan

6
Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, penulis dapat
menyimpulkan bahwa pembangunan fasilitas wisata di Pulau Komodo melanggar Undang-
Undang No. 32/2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang salah
satunya adalah asas perlindungan lingkungan hidup yang mempengaruhi habitat dan ekosistem
komodo. Proyek wisata Pulau Komodo ini tidak memiliki penelitian AMDAL sehingga
menimbulkan permasalahan teknis yang serius, seperti masuknya alat berat ke habitat komodo
dan pembangunan lubang bor di Pulau Rinca yang dikhawatirkan mengakibatkan rusaknya
AMDAL. sumber air Mega proyek pariwisata ini juga mengancam perekonomian masyarakat
setempat, karena pembangunan tersebut dapat merusak wisata alam yang selama ini menjadi
ikon Labuan Bajo. Konsep wisata alam juga menjadi produk wisata terpenting
bagi warga setempat.

Anda mungkin juga menyukai