Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KAJIAN TERHADAP PEMBANGUNAN GEOPARK KOMODO


Mata Kuliah Hukum Lingkungan

Disusun oleh
Deni Sulistiyanto
1630102490

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS COKROAMINOTO
YOGYAKARTA
2021

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infrastruktur merupakan wadah pengembangan bagi suatu negara dalam rangka
menuju kehidupan bernegara yang lebih baik. Beberapa negara berkembang kemudian
memfokuskan diri untuk mengembangkan infrastruktur sedemikian rupa untuk
menguatkan tatanan kenegaraannya, termasuk Indonesia. Presiden Joko Widodo dalam
visinya menghendaki adanya pembangunan infrastruktur yang masif, dimana salah
satunya adalah visi untuk mendorong infrastruktur pariwisata. Hal ini menjadi jelas
mengingat Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN)
menghendaki adanya program pengembangan sektor pariwisata dimana salah satunya
adalah Pembangunan/konstruksi kawasan strategis pariwisata nasional, fasilitasi event,
dan geosite.1
Pengembangan infrastruktur pariwisata alam di Indonesia juga mencakup
wilayah konservasi, salah satunya adalah Taman Nasional Komodo yang merupakan
kawasan strategis nasional. Penguasaan dan pembangunan di kawasan Taman Nasional
Komodo oleh investor menuai kontrversi dari masyarakat. Gelombang kritik yang
dilayangkan masyarakat dimulai secara masif pada saat kemunculan foto seekor
komodo di samping suatu truk proyek. Dengan munculnya foto yang viral tersebut,
masyarakat menilai pemerintah maupun investor tidak cakap dalam mengelola
konservasi tersebut.
Pembangunan tersebut dinilai akan menimbulkan dampak negatif dalam jangka
panjang baik terhadap masyarakat setempat maupun terhadap keberlangsungan
spesies Varanus komodensis.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pembangunan geopark bertentangan secara hukum?
2. Bagaimana dampak pembangunan geopark terhadap lingkungan?

1
Floresa, “Persoalan Pembangunan Geopark di Taman Nasional
Komodo”, https://www.floresa.co/2020/08/26/pe rsoalan-pembangunan-geopark-di-taman-
nasionalkomodo , diakses pada 12 Februari 2020.

2
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Apakah pembangunan geopark bertentangan secara hukum?
2. Bagaimana dampak pembangunan geopark terhadap lingkungan?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Legalitas Pembangunan Geopark Di Taman Nasional Komodo


Pembangunan Jurassic Park di Pulau Rinca, Pulau Padar, dan Pulau Tawata
yang termasuk ke dalam Kawasan Taman Nasional Komodo menimbulkan
kontroversi di kalangan masyarakat. Pasalnya, tersiar beberapa kabar di berbagai
media yang menyebutkan bahwa pembangunan tersebut melanggar hukum dan
merusak ekosistem Kawasan Taman Nasional Pulau Komodo. Maka dari itu, timbul
sebuah pertanyaan, “apakah pembangunan Jurassic Park di kawasan Taman
Nasional Komodo tersebut dapat dibenarkan oleh hukum yang berlaku?”. Untuk
melihat legalitas dari pembangunan tersebut, kita dapat melihat beberapa peraturan
perundang-undangan terkait yang mengatur permasalahan ini.
Sebelum berbicara mengenai legalitas tersebut, perlu diketahui terlebih dahulu
apa yang dimaksud dengan “taman nasional” itu sendiri. Menurut Pasal 1 angka 9
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Kawasan Suaka
Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, Taman Nasional merupakan kawasan
pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang
dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, menunjang budidaya,
pariwisata, dan rekreasi. Taman nasional komodo ini terbentang di tiga pulau besar
yaitu Pulau Rinca, Pulau Komodo, Pulau Padar serta beberapa pulau kecil lainnya.
Kawasan Pulau Komodo itu sendiri ditetapkan pertama kalinya sebagai taman
nasional melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 306/Kpts-II/1992 pada
tanggal 29 Februari 1992.
Dalam hal pemanfaatan Taman Nasional sebagai tempat wisata, Pasal 35 ayat
(1) huruf c Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011, merumuskan bahwa taman nasional
dapat dimanfaatkan untuk wisata alam. Wisata alam yang dimaksud di sini adalah
perjalanan yang dilaksanakan secara sukarela atau tanpa paksaan, serta bersifat
sementara guna menikmati kekhasan dan sifat alam liar (wild nature). Dalam hal
ini, Jurassic Park yang saat ini sedang dalam proses pengembangan pembangunan,

4
mengusung konsep geopark.2 Geopark merupakan wilayah terpadu yang terdepan
dalam perlindungan dan penggunaan warisan geologi dengan cara yang
berkelanjutan, dan mempromosikan kesejahteraan ekonomi masyarakat yang tinggal
di sana.3
Pemanfaatan taman nasional sebagai wisata alam lebih lanjut diatur dalam
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.8/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2019 (Permen LHK No.8 Tahun 2019) Tentang
Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan
Raya, dan Taman Wisata Alam. Menurut peraturan ini, pengusahaan pariwisata harus
sesuai dengan asas konservasi sumber daya alam dan ekosistem guna mencegah
kerusakan dan/atau kepunahan keanekaragaman satwa. Aturan ini menjadi syarat
bahwa jika ingin mengelola taman nasional sebagai wisata alam, maka
pembangunan Jurassic Park di Kawasan Taman Nasional Komodo, harus
memperhatikan habitat dan mencegah adanya kemungkinan berkurangnya habitat
asli dari komodo itu sendiri.
Syarat menurut Permen di atas tentu belum cukup untuk melegalkan
pembangunan tersebut. Pembangunan Jurassic Park juga harus dilaksanakan
berdasar kepada Izin Usaha Penyediaan Jasa Wisata Alam (IUPJWA) dan Izin Usaha
Penyediaan Sarana Wisata Alam (IUPSWA). IUPJWA adalah izin usaha yang
diberikan untuk penyedia jasa wisata alam pada kegiatan pariwisata alam. Usaha
penyediaan jasa wisata alam yang dimaksud disini adalah jasa informasi pariwisata;
pramuwisata; transportasi; perjalanan wisata; cinderamata; makanan dan minuman;
dan persewaan peralatan wisata alam. Jangka waktu yang diberikan untuk IUPJWA
ini adalah 2 tahun bagi pelaku usaha perorangan dan 5 tahun bagi pelaku usaha non-
perorangan. IUPJWA ini dapat diperpanjang untuk jangka waktu 2 tahun untuk
pelaku usaha perorangan dan 3 tahun untuk pelaku usaha non-perorangan. IUPSWA
adalah izin usaha yang diberikan untuk penyediaan fasilitas sarana serta
pelayanannya yang diperlukan dalam kegiatan pariwisata alam. Izin ini terdiri dari
usaha sarana wisata tirta; usaha sarana akomodasi; usaha sarana transportasi; usaha

2
Vina Fadhrotul Mukaromah, “Melihat Deretan Proyek “Jurassic Park” di Kawasan Taman Nasional
Komodo”, http s://www.kompas.com/tren/read/2020/10/27/163000365/melihat-deretan-proyek-jurassic-
park-di-kawasan-taman-nasional-komodo-?page=all, diakses pada 11 November 2020.
3
Wikipedia, “Taman Bumi”, https://id.wikipedia.org/wiki/Taman_bumi, diakses pada 11 November
2020.

5
sarana pariwisata petualangan; dan sarana olahraga minat khusus. Izin ini diberikan
untuk jangka waktu 55 tahun dan dapat diperpanjang selama 20 tahun.
Permohonan Izin Usaha Penyediaan Sarana Wisata Alam  yang diajukan oleh
pelaku usaha harus memenuhi izin lingkungan. Izin lingkungan merupakan izin yang
diberikan kepada setiap orang atau badan yang melaksanakan kegiatan usaha yang
sebelumnya dalam pengajuannya wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup atau Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (AMDAL/UKL-UPL). Izin ini dimungkinkan akan
terus bertambah, mengingat terdapatnya tempat yang disediakan oleh Kementrian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Pulau Rinca dan Pulau Komodo. Kedua izin
tersebut (IUPJWA dan IUPSWA) diberikan berdasarkan permohonan yang diajukan
oleh Pelaku Usaha. Kedua izin ini diperlukan sebagai legalitas bagi pelaku usaha
untuk menjalankan usahanya serta menjamin kepastian hukum terhadap segala
sesuatu yang berhubungan dengan legalitas tersebut.
Telah diketahui bahwa sampai saat ini sudah ada beberapa perusahaan/investor
swasta  yang mendapatkan IUPSWA, diantaranya adalah PT Sagara Komodo Lestari
(SKL) dan PT Komodo Wildlife Ecotourism (KWE). PT SKL sendiri telah
mendapatkan IUPSWA pada tahun 2015, yaitu melalui Keputusan Kepala BKPM
Nomor 7/1/IUPSWA/PMDN/2015 tanggal 17 Desember 2015. Terdapat konsesi
yang diperjanjikan antara pemerintah dan swasta yang merupakan usaha dari
pemerintah untuk mempermudah tugasnya dalam mencapai kesejahteraan umum.
Perjanjian konsesi yang diberikan pemerintah kepada PT SKL yaitu berupa tanah di
Pulau Rinca dengan luas 22,1 hektar (sekitar 0,1% dari luas Pulau Rinca).
Kemudian PT KWE jugatelah mendapatkan IUPSWA-nya sejak tahun 2014
melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.796/Menhut-II/2014 tanggal 23
September 2014. Konsesi yang diberikan kepada PT KWE yaitu seluas 426,07 ha,
yang terdiri atas 274,13 ha atau 19,6% dari luas Pulau Padar dan 151,94 ha atau 0,5%
dari luas Pulau Komodo. Sarana dan prasarana yang dibangun dibatasi  dengan luas
maksimal 10% dari luas izin atau sekitar 42,6 ha. Konsesi yang diberikan adalah
berupa pengelolaan dan pengusahaan bisnis pariwisata alam yang mencakup
beberapa pembangunan, sebagai contoh adalah restoran dan office park.

6
Dengan demikian, merujuk pada uraian di atas, pembangunan “Jurassic Park”
di Kawasan Taman Nasional Komodo memiliki legalitas berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang telah disebutkan, sepanjang prosedur pelaksanaannya
tidak menyalahi peraturan terkait dan tidak menjadi penyebab berkurangnya
keanekaragaman satwa yang dilindungi. Dipastikan pula negara bertanggung jawab
dalam segala unsur, bukan hanya perlindungan dan pemanfaatan pengembangan
infrastruktur ini saja, melainkan pula kesejahteraan masyarakat setempat.

B. Aspek Lingkungan
Dilansir dari artikel merdeka.com, kesadaran masyarakat akan pentingnya
mengedepankan perlindungan wilayah konservasi jelas sangat tinggi. Kesadaran
yang tinggi ini dibuktikan dengan masyarakat yang harus membayar mahal dengan
rela melepaskan mata pencahariannya sebagai nelayan dan beralif profesi karena
wilayah tempat mereka beraktvitas juga termasuk ke dalam wilayah konservasi alam.
Oleh karena itu, beberapa pihak merasa wajar masyarakat kaget dan menyuarakan
penolakan atas pembangunan geopark ini.4 Semakin meningkatnya angka kematian
komodo yang diakibatkan oleh keadaan stres terhadap kondisi lingkungan/habitatnya
yang baru.
Menurut Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup, Nur Hidayati,
pembangunan protek geopark ini tidak berbasis keilmuan dan justru akan
menyebabkan komodo tersiksa.5 Adaptasi yang akan dijalani oleh komodo akan
membuat peluang stresnya komodo semakin meningkat, misalnya ketika Komodo
yang biasanya bergerak di alam habitatnya kemudian akan mengalami pembatasan
ruang gerak setelah adanya geopark. Stres yang dialami oleh hewan akibat
lingkungan atau habitat yang tidak sesuai dapat menyebabkan kematian. Oleh karena
itu, sangat dikhawatirkan hal ini akan membuat semakin besarnya angka kematian
hewan langka ini dari kerangka ekosistem. Terasingkannya masyarakat setempat di
tanahnya sendiri karena datangnya orang-orang dari luar pulau yang akan menguasai
sektor pariwisata pulau komodo.
4
Kompas.com, “Pembangunan Jurassic Park dan Kelangsungan Hidup
Komodo”, https://nasional.kompas.com/read/2020/10/27/07472221/pembangunan-jurassic-park-dan-
kelangsungan-hidup-komodo?page=all#page4, diakses pada 12 Februari 2021.
5
Wilfridus Setu Embu, Ronald, “Terancam Proyek Geopark Pulau
Komodo”, https://www.merdeka.com/khas/tera ncam-proyek-geopark-pulau-komodo.html, diakses pada
11 November 2020.

7
Pembangunan geopark yang dilakukan tidak hanya memiliki dampak negatif
terhadap satwanya saja, yaitu Komodo itu sendiri, tetapi akan berdampak negatif
terhadap masyarakat-masyarakat yang ada di sekitar Pulau Komodo tersebut,
masyarakat akan merasa terasingkan dari tanah kelahiran mereka. Selain itu, para
masyarakat juga akan kehilangan mata pencahariannya, yang dimana masyarakat-
masyarakat setempat banyak yang menjadi seorang nelayan dan dengan adanya
pembangunan ini masyarakat tersebut harus merelakan pekerjaannya sebagai nelayan
dan beralih profesi dikarenakan adanya pembangunan geopark tersebut. Oleh karena
itu, pembangunan yang dilakukan ini berdampak  negatif pula kepada masyarakat
yang ada di sekitar Pulau Komodo.
Terancamnya perekonomian masyarakat pelaku usaha wisata menengah-kecil,
seperti pengrajin dan pengusaha souvenir serta penyedia jasa homestay Seperti yang
telah dijelaskan dalam poin-poin sebelumnya, pembangunan geopark berdampak
kepada satwa-satwa, masyarakat setempat dan tidak hanya itu pembangunan  ini pula
berdampak kepada perekonomian masyarakat. Para pelaku usaha menengah kecil
sebagai contoh yaitu pengrajin, pengusaha souvenir serta penyedia
jasa homestay harus siap gulung tikar dengan adanya pembangunan ini dikarenakan
adanya perusahaan swasta yang akan menggantikan posisi mereka dan menggerus
pendapatan para pelaku usaha menengah-kecil.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pemaparan serta analisis diatas, dapat disimpulkan:
1. Dalam hal aspek hukum positif, dapat diketahui bahwa pada dasarnya,
pembangunan geopark di Taman Nasional Komodo tidak memiliki kontradiksi
dengan aspek hukum positif. Adapun hal tersebut relevan apabila dikaitkan
dengan hukum positif terkait pembangunan, kawasan suaka alam, dan asas
keperdataan. Pihak-pihak terkait dalam pembangunan geopark di Taman
Nasional Komodo juga telah melakukan penanaman modal dan menerima izin
resmi untuk mendayagunakan suatu wilayah untuk wisata alam yakni IUPJWA
dan IUPSWA.
2. Terkait aspek lingkungan, dapat dikatakan bahwa
pembangunan geopark mendapat dampak yang negatif. Hal ini kemudian
didasarkan pada kekhawatiran masyarakat akan terganggunya spesies komodo
dikarenakan adaptasi baru dan tempat tinggal masyarakat akan terancam dengan
adanya pembangunan geopark ini, dimana ancaman tersebut dapat merambah
kepada mata pencaharian masyarakat setempat. Dari pernyataan tersebut,
pembangunan geopark secara sosiologis dapat merugikan dimana masyarakat
tidak menghendaki adanya pembangunan geopark pada Taman Nasional
Komodo.
B. Saran
Dari pengkajian dalam makalah ini penulis kurang sepakat atas
dibangunnya geopark Komodo, karena lebih banyak merugikan daripada sisi
keuntungannya. Mungkin perlu dilakukan kajian lebih dalam lagi agar tidak
menimbulkan efek buruk di kemudian hari.

9
DAFTAR PUSTAKA

Floresa, “Persoalan Pembangunan Geopark di Taman Nasional


Komodo”, https://www.floresa.co/2020/08/26/pe rsoalan-pembangunan-geopark-
di-taman-nasionalkomodo , diakses pada 12 Februari 2020.

Kompas.com, “Pembangunan Jurassic Park dan Kelangsungan Hidup


Komodo”, https://nasional.kompas.com/read/2020/10/27/07472221/pembangunan
-jurassic-park-dan-kelangsungan-hidup-komodo?page=all#page4, diakses pada 12
Februari 2021.

Vina Fadhrotul Mukaromah, “Melihat Deretan Proyek “Jurassic Park” di Kawasan


Taman Nasional Komodo”, http
s://www.kompas.com/tren/read/2020/10/27/163000365/melihat-deretan-proyek-
jurassic-park-di-kawasan-taman-nasional-komodo-?page=all, diakses pada 11
November 2020.

Wikipedia, “Taman Bumi”, https://id.wikipedia.org/wiki/Taman_bumi, diakses pada 11


November 2020.

Wilfridus Setu Embu, Ronald, “Terancam Proyek Geopark Pulau


Komodo”, https://www.merdeka.com/khas/tera ncam-proyek-geopark-pulau-
komodo.html, diakses pada 11 November 2020.

10

Anda mungkin juga menyukai