DI INDONESIA
EKONOMI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
OLEH KELOMPOK 7 :
i
DAFTAR ISI
ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lebih dari 2/3 permukaan bumi tertutup oleh samudra. Ekosistem perairan ini
merupakan sumber dari berbaai macam produk dan jasa yang bermanfaat bagi
manusia dan ekologi bumi. Dari laut manusia dapat menggunakannya untuk
perikanan komersial, perikanan rekreasi (termasuk ikan hias untuk akuarium),
wisata bahari, jasa transportasi, pengendalian atmosfer bumi dan iklim, serta
sebagai sumber pertambangan dan juga sumber energi. Permukaan laut yang luas
menyimpan energi yang luar biasa besarnya daam sistem ekologi bumi.
Indonesia memiliki potensi perikanan yang sangat besar, manakala dilihat dari
sisi luasnya perairan lautan, letak geografis, wilayah maupun panjang garis pantai.
Sebagai Negara kepulauan, hampir 2 pertiga wilayahnya adalah lautan. Luas
lautnya sekitar 3,1 juta km2, yang terdiri dari perairan laut nusantara 2,8 juta km2
dan perairan laut territorial 0,3 km2. Bila ditambah dengan erairan Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia (ZEEI), maka secara keseluruhan luas perairan laut di
Indonesia adalah 5,8 juta km2. Sementara itu, garis pantai yang dimiliki Indonesia
mencapai 81.800 km. Garis pantai ini termasuk salah saatu garis pantai yang
paling panjang di dunia (Nazaruddin 2001). Perairan yang berada di bawah
kedaulatan dan yurisdiksi NKRI dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia
merupakan behkah untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat Indonesia.
Dalam rangka pelaksaan pembangunan nasional pengelolaan sumber daya
ikan (SDI) perlu dilaksanakan sebaik-baiknya berdasarkan keadilan dan
pemerataan dalam pemanfaatannya dengan mengutamakan perluasan kesempatan
kerja dan peningkatan taraf hidup bagi nelayan, pembudidayaan ikan, dan/atau
pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan perikanan, serta terbinanya pelestarian
SDI dan lingkungannya.
1
PEMBAHASAN
2
d. SDI Udang Peneid dan Jenis Krustasea lainnya : udang putih, udang
jerbung, udang windu, udang bado, udang dogol, udang api-api, jenis
uang karang, jenis kepiting bakau, dan jenis rajungan.
e. SDI Karang Konsumsi : Ikan ekor kuning, Pisang-pisang, kerapu, sunu,
kerapu tikus, kakap, baronang.
f. SDI Lobster : termasuk jenis udang dan lobster.
g. SDI Cumi-cumi : Jenis loligo edulis dan jenis cumi lainnya.
3
b. Perairan kepulauan yakni semua perairan yang terletak pada sisi dalam
garis pangkal lurus kepulauan tanpa memperhatikan kedalaman atau
jaraknya dari pantai.
c. Perairan Pedalaman, yaitu semua perairan yang terletak pada sisi darat
dari garis air rendah dari pantai-pantai Indonesia, termasuk ke dalamnya
semua bagian dari perairan yang terletak pada sisi darat dari satu garis
penutup.
4
menjawab milik umum atau malah tidak ada yang memiliki. Dalam hal ini
berlaku istilah "Everyone's property is no one's property" atau no one's
property is every one's property."
Dalam keadaan tidak ada kepemilikan terhadap satu sumber daya seperti
SDI ini akan terjadi saling berebut dalam pemanfaatannya. Sebagai contoh, di
satu sungai misalnya terdapat SDI yang cukup banyak. Seorang yang
memancing ikan di tempat itu tidak mempunyai kewenangan untuk melarang
orang lain untuk ikut memancing di tempat itu, bahkan dia tidak bisa melarang
orang lain untuk menggunakan berbagai cara penangkapan ikan (seperti jala)
Jadi cara pengambilan ikan bisa tidak terbatas. Akibatnya seorang mungkin
memperoleh ikan yang banyak dan orang lain sedikit atau tidak dapat ikan
sama sekali, timbul eksternalitas negatif terhadap beberapa pemancing. Tidak
ada seorang pun yang secara sukarela memelihara sumber daya yang demikian
itu, sehingga akan terjadi inefisiensi dan pemborosan pemakaian sumber daya
tersebut.
Dalam keadaan di mana tidak ada kepemilikan terhadap satu sumber daya,
maka dikatakan bahwa sumber daya itu milik umum, atau dengan kata lain
sebagai sumber daya publik, atau secara umum dikatakan barang publik.
Barang publik merupakan salah satu bentuk dari kegagalan pasar. Akan terjadi
pemborosan pemakaiannya (karena adanya penunggang bebas), terjadi
eksternalitas negatif dalam pengelolaannya sehingga diperlukan campur
tangan pemerintah. Perlu diingat bahwa istilah barang publik ini dilawankan
dengan barang privat dan bukan berarti barang yang disediakan oleh
pemerintah.
2.3.2 Pengelolaan Sumber Daya Perikanan
Pasal 1 UU no. 31 tahun 2004 tentang perikanan memberikan definisi
mengenai pengelolaan sumber daya ikan sebagai semua upaya, termasuk
proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan,
konsultasi pembuat keputusan, alokasi sumber daya ikan, dan implementasi
serta penegakan hukum dari peraturan perundang-undangan di bidang
perikanan, yang diakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan
5
untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumber daya hayati perairan dan
tujuan yang telah disepakati.
Dari bunyi pasal tersebut sebenarnya sudah terkandung makna
pengelolaan yang berkelanjutan. Dalam pengelolaan sumber daya perikanan
yang berkelanjutan tidak melarang aktivitas penangkapan yang bersifat
ekonomi/komersial, tetapi menganjurkan dengan persyaratan bahwa tingkat
pemanfaatan tidak melampaui daya dukung (carrying capacity) lingkungan
perairan atau kemampuanpulih sumber daya ikan (atau istilahnya MSY -
maximum sustainableyield), sehingga generasi mendatang tetap memiliki aset
sumber daya alam (SDA) yang sama atau lebih banyak dari generasi saat ini.
Pengelolaan dikatakan berkelanjutan apabila kegiatan tersebut dapat mencapai
tiga tujuan pembangunan berkelanjutan, yakni berkelanjutan secara ekologis,
sosial dan ekonomi (Bengen 2005 seperti pada Malawa 2006). Berkelanjutan
secara ekologi berarti bahwa kegiatan pengelolaan SDI dimaksud harus dapat
mempertahankan integritas ekosistem, memelihara daya dukung lingkungan,
dan konservasi SDI termasuk keanekaragaman hayati (biodiversity)sehingga
pemanfaatan SDI dapat berkesinambungan. Berkelanjutan secara sosial
mensyaratkan bahwa kegiatan pengelolaan ikan hendaknya dapat menciptakan
pemerataan hasil, mobilitas sosial, kohesi sosial, partisipasi masyarakat,
pemberdayaan masyarakat identitas sosial dan pengembangan kelembagaan.
Sedang berkelanjutan secara ekonomi berarti bahwa kegiatan pengelolaan SDI
harus dapat membuahkan pertumbuhan ekonomi, pemeliharaan kapital dan
penggunaan SDI serta investasi secara efisien.
Nazaruddin (2001) menyarankan bahwa pengelolaan sumberdaya ikan
hendaknya mencerminkan karakteristik yang responsive dengan memuat
prinsip-prinsip berikut:
a. Ideologi pengelolaan yang berbasis masyarakat (community based
Resources management).
b. Koordinasi dan keterpaduan antar sektor (integrated resourcemanagement
principle).
6
c. Bercorak komprehensif dan berintegrasi (resource ecosystemmanagement),
karena sumber daya perikanan merupakan satukesatuan ekologi yang
terintegrasi.
d. Transparan dan partisipatif (transparant and genuine publicparticipation).
e. Kewenangan di daerah berlandaskan prinsip desentralisasi yang
demokratis (decentralization principle).
f. Mekanisme pengawasan yang akuntabel (ublic acountablity principle).
g. Menghormati masalah penegakan hukum (law enforcement) dalam upaya
perlindungan kelestarian dan berkelanjutan sumber daya ikan.
7
Peraga 2.1 Kurva Pertumbuhan Ikan
8
penangkapan yang bersifat dinamis sumber daya ikan dipandang sebagai milik
bersama. Dalam hal yang demikian ini, cara-cara berikut ini dapat dikerjakan:
a. Melarang penangkapan ikan pada satu musim tertentu,
b. Menutup daerah penangkapan tertentu, dan
c. Membatasi jumlah ikan yang ditangkap.
9
Sistem pengelolaan yang demikian ini menurut Bergen (2005) mempunyai
keuntungan dan kelemahan. Keuntungannya adalah:
a. Mampu mendorong pemerataan dalam pengelolaan SDI,
b. Mampu merefleksikan kebutuhan masyarakat lokal yang spesifik,
c. Mampu meningkatkan manfaat lokal bagi seluruh anggota masyarakat
yang ada,
d. Mampu meningkatkan efisiensi secara ekologis dan ekonomis,
e. Responsif dan adaptif terhadap variasi kondisi sosial dan masyarakat
sosial termotivasi untuk mengelola sumber dava lingkungan lokal,secara
berkelanjutan.
Sedangkan kelemahannya adalah:
a. Hanya dapat diterapkan dengan baik pada masyarakat yang kondisi
strukturnya masih sederhana dan wilayah perikanan yang tidak luas.
b. Tingkat pendidikan dan kesadaran masyarakat tentangpentingnya
lingkungan yang kurang.
c. Terjadi kesukaran dalam implementasi karena kurangmendapat dukungan.
d. Hanya efektif dalam kawasan pengelolaan yang batasgeografisnya jelas
dan terbatas.
e. Rentan terhadap intervensi luar atau peledakan permintaansumber daya
perikanan dan jasa lingkungan.
10
c. Perlu mempertimbangkan kecenderungan masa lalu, saat sekarang, dan
yang akan datang dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya
perikanan oleh masyarakat.
d. Rencana strategi pengelolaan harus mencerminkan kebutuhan nyata
masyarakat setempat.
11
KESIMPULAN
12
BAGAN ALIR
Terlampir
13
DAFTAR PUSTAKA
Nehen, I Ketut. 2017. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Linkungan. Denpasar:
Udayana University Press
14