Anda di halaman 1dari 8

Pengantar Kependudukan

Paper SAP 7
Mortalitas Penduduk

Kelompok 7

Nama Anggota :
Ni Ketut Daena Nila Sucipta (1707512040)
Anak Agung Karin Rahsyani (1707512057)
Ni Kadek Mega Dwi Lestari (1707512107)
Ni Putu Erwina Danaresti (1707512124)
Ida Ayu Asri Mahayuni (1707512133)
Ni Made Ayu Widya Novitasari (1707512142)
Anak Agung Diah Pradnyadewi (1707512136)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM NON REGULER
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
Pertanyaan :

1. Sebutkan 4 dampak IMR, ASDR, CDR bagi kependudukan!


2. Kebijakan yang diterapkan Indonesia untuk menjaga tingginya angka harapan hidup
beserta apa saja persiapan Indonesia menghadapi SDG’s yang bekaitan dengan
mortalitas?
3. Jelaskan pola mortalitas Indonesia dan Bali tahun 2015-2017!
4. Sebutkan penanggulangan yang sebaiknya dilakukan pemerintah Indonesia terkait
CSDR kanker!
5. Bagaimana Pola IMR dan MMR bali 2017?

Jawaban :

1. (a) Dampak tingginya IMR (Infant Mortality Rate) :


- Dalam suatu lingkungan yang optimal, lebih dari 97% bayi yang baru lahir
dapat diharapkan bertahan hidup selama lima tahun pertama dalam hidupnya.
- Mengecilnya probabilitas kelangsungan hidup ini dalam setiap masyarakat
disebabkan oleh faktor-faktor sosial, ekonomi, biologi, dan lingkungan.
- Determinan sosial ekonomi (atau variabel pengaruh) harus memberikan
pengaruh melalui variabel antara yang lebih mendasar yang pada gilirannya
akan mempengaruhi risiko penyakit dan hasil dari proses penyakit tersebut.
- Penyakit tertentu dan kekurangan gizi yang tampak pada penduduk yang
masih bertahan hidup dapat dianggap sebagai indikator biologis dari
pengaruh variabel antara.
- Gangguan pertumbuhan (growth faltering) dan akhirnya kematian anak
(variabel terpengaruh) merupakan konsekuensi kumulatif dari proses
berbagai macam penyakit (termasuk interaksi biososialnya). Kematian
seorang anak jarang disebabkan hanya oleh satu penyakit saja.

(b) Dampak tingginya ASDR (Age Spesific Death Rate) :


- Kurangnya sumber daya manusia
- Berubahnya struktur usia di suatu wilayah
- Berkurangnya jumlah penduduk usia produktif

(c) Dampak tingginya CDR :


- Tingkat penduduk suatu wilayah kurang
- Berkurangnya penduduk suatu wilayah maka kesejahteraan masyarakat
berkurang karena tidak ada masyarakat yang membangun desa tersebut.

2. Kebijakan pemerintah indonesia untuk menjaga tingginya angka harapan hidup


masyarakat dan pesiapannya untuk tercapainya indikator sdg yang berkaitan dengan
mortalitas tertuang pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) tahun 2015-2019 di Indonesia. Penerapan Sustainable Development
Goals dalam Perpres Nomor 59 tahun 2017 pada poin ketiga yang berbunyi
"Menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan seluruh
penduduk semua usia." pemerintah mempunya 1 target yang berkaitan tentang
angka harapan hidup dengan mortalitas, yaitu target 3b yang berbunyi " Mengakhiri
kematian yang dapat dicegah dengan mengurangi kematian anak setidaknya 20
kematian per 1000 kelahiran, kematian ibu menjadi setidaknya 40 kematian per
100.000 kelahiran hidup, dan mengurangi angka kematian akibat penyakit penduduk
berumur kurang dari 70 tahun setidaknya 30 persen dari angka pada tahun 2015".
Kebijakan yang pemerintah telah lakukan adalah pemberian vaksin MR (imunisasi
campak) kepada usia anak 9-15 tahun, hal ini untuk keselamatan anak bangsa yang
dimana penyebab kematiannya masih disebabkan karena rubella di indonesia,
rubella juga menyebabkan infeksi pada ibu hamil dan menyebabkan menurunkan
angka harapan hidup ibu dan anak, selain itu pemerintah memberikan bpjs kesehatan
untuk masyarakat baik tua maupun muda, baik penanganan penyakit ringan dan
berat beserta pengobatan sesuai dengan premi yang dibayarkan masyarakat untuk
bpjs, serta bpjs kesehatan memberikan jaminan asuransi kecelakaan, yang dimana
kecelakaan masih sering terjadi di Indonesia. Pemerintah juga menerapkan peraturan
rumah sehat yang mengatur harus adanya ventilasi untuk pertukaraan udara, yang
dimana untuk mengurangi kematian yang disebabkan karena polusi yang ada
diruangan di indonesia, sehingga kebijakan itu dapat menyongsong indikator sgd's
terhadap mortalitas.

3. (A) Pola Mortalitas di Indonesia tahun 2015-2017

Kementerian Kesehatan mengklaim angka kematian bayi dan ibu saat


melahirkan mengalami penurunan sejak 2015 hingga semester pertama tahun
2017. Berdasarkan data yang dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan,
jumlah kasus kematian bayi turun dari 33.278 kasus di tahun 2015 menjadi 32.007
kasus pada tahun 2016.

Sementara hingga pertengahan tahun atau semester satu 2017 tercatat sebanyak
10.294 kasus kematian bayi. Demikian pula dengan angka kematian ibu saat
melahirkan turundari 4.999 kasus pada tahun 2015 menjadi 4.912 kasus di tahun
2016. Sementara hingga semester satu di tahun 2017 terjadi 1.712 kasus kematian
ibu saat proses persalinan.

Kemenkes juga mencatat peningkatan cakupan program Imunisasi Dasar


Lengkap (IDL) yang pada 2015 sebanyak 4.139.903 bayi, kemudian di tahun 2016
meningkat menjadi 4.361.072 bayi. Sedangkan capaian hingga semester satu tahun
2017 sebanyak 1.773.440 bayi.

Sebagaimana diketahui bahwa target MDGs 4 adalah menurunkan Angka


Kematian Bayi (AKB) menjadi 23/1.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian
Balita (AKBA) menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup. Hasil sementara Survei
Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015 menunjukkan AKB 22 per 1.000
kelahiran hidup dan AKBA 26 per 1.000 kelahiran hidup. Artinya target MDG 4
dalam penurunan kematian Bayi dan Balita, tercapai. Meski demikian jumlah
kematian Balita secara absolut masih tetap tinggi, terutama kematian pada kelompok
usia neonatal.Penyebab utama kematian bayi dan Balita sebagian besar dapat
dicegah. Untuk itu, upaya pencegahan kesakitan dan kematian bayi dan Balita ini
menjadi upaya prioritas dan perlu kita diperkuat dan ditingkatkan, tambah Menkes.

Status kesehatan anak terutama bayi baru lahir (neonatus) sangat tergantung
pada kondisi kesehatan ibu. Komplikasi pada saat hamil dan persalinan akan
berdampak pada kesakitan dan kematian neonatus. Angka Kematian Ibu (AKI)
merupakan indikator yang dipakai untuk menentukan status kesehatan ibu hamil,
bersalin dan nifas. Target MDG 5 dalam menurunkan AKI menjadi 102 per 100.000
kelahiran hidup belum tercapai. Artinya kondisi kesehatan ibu di Indonesia masih
merupakan tantangan yang harus diatasi bersama-sama. Menkes menegaskan,
Indonesia sudah menentukan arah pembangun kesehatan nasional yang sejalan
dengan tingkat global. Pada tahun 2015 MDGs sudah berakhir. Kelanjutan dari
kesepakatan global, dalam Sustainable Development Goals (SDGs) yang telah
ditetapkan pada September 2015 lalu, kesehatan tetap menjadi goals dengan target-
target yang diperluas. Sementara penurunan AKI dan AKBA tetap menjadi agenda
pembangunan post 2015 atau SDG’s.

(B) Pola Mortalitas di Bali tahun 2015-2017

Secara umum Angka Kematian Ibu di Provinsi Bali dalam 5 tahun terakhir berada di
bawah angka nasional dan dibawah target yang ditetapkan 100 per 100.000 kelahiran
hidup, namun setiap tahunnya belum bisa diturunkan secara signifikan. Angka
Kematian ibu tahun 2013 sebesar 72,1 per 100.000 kelahiran hidup, mengalami
penurunan pada tahun 2014 menjadi 70,5 per 100.000 kelahiran hidup, namun di tahun
2015 mengalami peningkatan menjadi 83,4 per 100.000 kelahiran hidup dan tahun 2016
mengalami penurunan lagi menjadi 78,7 per 100.000 kelahiran hidup, dan tahun 2017

turun menjadi 68.6 per 100.000 kelahiran hidup, merupakan angka yang paling rendah
dalam tiga tahun terakhir.

Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi usia 0-11 bulan yang
dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Usia bayi merupakan
kondisi yang rentan baik terhadap kesakitan maupun kematian. Tahun 2017, Angka
KematianBayi (AKB) Provinsi Bali cenderung menurun dibandingkan dengan tahun
2016.Target RPJMD Bali untuk AKB padatahun 2017 adalah 10 per 1000 Kelahiran
Hidup, sehingga untuk capaian AKB angka yang ada sudah memenuhi target RPJMD
karena kematian kitas udah sangat rendah. Berikut grafik AKB daritahun 2013 sampai
dengan 2017

Pada gambar terlihat bahwa AKB di Provinsi Bali daritahun 2013 sampai
dengan tahun 2017 menunjukan trend yang fluktuatif, meski sudah lebih rendah dari
angka kematian bayi secara nasional, tapi masih perlu mendapat perhatian kita
bersama. Angka kematian bayi Tahun 2017 sebesar 4,8 per 1.000 kelahiran hidup
sudah lebih rendah dari target Renstra Dinkes Prov. Bali yaitu 10 per 1.000
kelahiran hidup dan target MDG’s tahun 2015 yaitu 5,7 per 1.000 kelahiran hidup.

Angka Kematian Balita (AKABA) mempresentasikan peluang terjadinya


kematian pada fase antara kelahiran dan sebelum umur 5 tahun. Millenium
Development Goals (MDG’s) menetapkan nilai normatif AKABA, yaitu sangat
tinggi dengan nilai > 140, tinggi dengan nilai 71-140, sedang PROFIL
KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 19 dengannilai 20-70, dan
rendah dengan nilai < 20. Sesuai dengan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun
2015, capaian nilai AKABA sebesar 6,4 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini jika
dibandingkan dengan nilai normatif AKABA pada target MDG’s termasuk kategori
rendah karena < 20.

AKABA di Provinsi Bali dari tahun 2013-2017 menunjukkan trend yang


fluktuatif, tahun 2013 - 2014 cenderung meningkat, dan tahun 2015 ada
kecenderungan menurun. Pada tahun 2016 kembali meningkat dan tahun 2017
menurun. Kematian balita disebabkan oleh BBLR danasfiksia yang masih
cenderung tinggi, penyakit infeksi lainnya, trauma/kecelakaan yang menyebabkan
meninggalnya balita. Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan jumlah anak
yang meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per
1.000 kelahiran.

4. Untuk melindungi masyarakat, Pemerintah membentuk Komite Penanggulangan


Kanker Nasional (KPKN) berdasarkan SK Menskes pada 2014. KPKN menjadikan
kanker sebagai salah satu prioritas masalah kesehatan di Indonesia.
Upaya Pemerintah dalan mengatasi CSDR Kanker :
- Memberikan vaksinasi gratis kepada siswa-siswa untuk mencegah kanker
serviks.
- Mensosialikasikan “Germas” pola hidup sehat.
- Mengintensifkan sidak terhadap kesehatan pangan.
- Mensosialisasikan jenis dan cirri kanker agar dapat dengan mudah
mendeteksi gejala awal kanker.

5. IMR (Infant Mortality Rate)


Angka kematian bayi: total: 22,7 kematian / 1.000 kelahiran hidup
laki-laki: 26,6 kematian / 1.000 kelahiran hidup
perempuan: 18,6 kematian / 1.000 kelahiran hidup (2017 est.)

Di pihak lain, perkembangan angka kematian yang ditunjukkan oleh salah satu
indikator kematian yaitu angka kematian bayi (infant mortality rate disingkat IMR)
juga mengalami kecenderungan menurun dari satu periode ke periode berikutnya.
Pada tahun 1971, IMR Provinsi Bali mencapai 130 kematian per 1000 kelahiran
hidup, tahun 1980 dapat ditekan menjadi 92 kematian per 1000 kelahiran hidup, dan
tahun 1990 turun lagi menjadi 51 kematian per 1000 kelahiran hidup. Setelah Era
Reformasi IMR Provinsi Bali turun lagi menjadi 36 kematian per 1000 kelahiran
hidup pada tahun 2000 dan menurut hasil SDKI tahun 2007 ditemukan bahwa IMR
Provinsi Bali sebesar 21 kematian per 1000 kelahiran hidup. Menurunnya IMR
Provinsi Bali tidak terlepas dari semakin meningkatnya kesadaran masyarakat, dan
tersedianya pusat-pusat pelayanan kesehatan masyarakat yang jumlah dan mutunya
semakin memadai Pandangan ini memberikan jumlah kematian bayi di bawah satu
tahun pada tahun tertentu per 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Angka
ini sering digunakan sebagai indikator tingkat kesehatan di suatu negara.

MMR (Maternal Mortality Rate)


MDG’s terdiri dari empat puluh delapan indikator, delapan belas target, dan
delapan tujuan. Salah satu tujuan yang paling menjadi perhatian dan paling
menantang bagi berbagai negara, termasuk Indonesia adalah tujuan kelima, yaitu
meningkatkan kesehatan ibu. Suatu negara dinilai berhasil dalam upaya
peningkatan kesehatan ibu apabila tersebut mampu menurunkan angka kematian ibu
sebesar tiga perempatnya antara tahun 1990-2017. Indikator kematian ibu yang
digunakan di Indonesia adalah maternal mortality rate (MMR), yaitu rasio antara
jumlah kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu sendiri
didefinisikan sebagai kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan,
persalinan, dan masa nifas, serta tidak termasuk kematian yang disebabkan oleh
kecelakaan.

Anda mungkin juga menyukai