Anda di halaman 1dari 27

Laporan Kasus

Problem Solving Cycle: Tingginya Angka Kematian


Bayi di UPT Puskesmas Sibela Mojosongo
Ma Ry 1, Savira Widha 1, Stephanie TR 1, Alma Krinara 1, Talika Rifen
Hanifia 1, Taufik Ridwan Hadi K 1

1. Dokter Muda Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Abstrak

Angka kematian bayi (Infrant Mortality Rate) merupakan salah satu indikator penting dalam
menentukan tingkat kesehatan masyarakat karena dapat menggambarkan kesehatan penduduk
secara umum. Angka kematian bayi tersebut dapat adalah sebagai kematian yang terjadi
antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Bayi merupakan
individu yang berusia 0-12 bulan yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan yang
cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan zat gizi. Di Surakarta, selama tahun 2016
berdasarkan laporan dari Puskesmas ditemukan bayi mati sejumlah 33 bayi, sedangkan
jumlah kelahiran bayi hidup sebanyak 9.851. Dari data tersebut didapatkan angka kematian
bayi sebesar 3,35 per 1000 kelahiran hidup. Dari 37 kematian bayi tersebut 13 kematian bayi
terjadi masa neonatal. Apabila dibandingkan dengan angka tahun 2015 (2,82 per 1000
kelahiran hidup), maka mengalami peningkatanan (Dinkes Surakarta, 2017). Hal ini masih
menjadi prioritas masalah di uskesmas. Untuk menurnkan angka kematian berdasarkan per
kelahiran hidup, perlu dilakukan suatu kegiatan Proble Solving Cycle (PSC) yang memiliki
beberapa tahap yaitu analisis situasi, identifikasi masalah, prioritas masalah, tujuan, alternatif
pemecahan masalah, rencana operasional, pelaksanaan, dan evaluasi.
Pendahuluan

Bayi merupakan individu yang berusia 0-12 bulan yang ditandai dengan pertumbuhan
dan perkembangan yang cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan zat gizi (Wong,
2003). Kematian bayi adalah kematian anak-anak di bawah usia 1. Angka kematian ini diukur
dengan angka kematian bayi (IMR) (UNICEF, 2015).
Angka kematian bayi ( Infrant Mortality Rate) merupakan salah satu indikator penting
dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat karena dapat menggambarkan kesehatan
penduduk secara umum. Angka kematian bayi tersebut dapat didefenisikan sebagai kematian
yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun (BPS)
(UNICEF, 2015). Sedangkan untuk menghitung angka kematian bayi dapat dihitung dengan
cara:

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑦𝑖 𝑑𝑖 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ 𝑢𝑚𝑢𝑟 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛


𝐴𝐾𝐵 = 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑥 𝑥 1000
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑥

Angka Kematian Bayi (AKB) adalah indikator derajat kesehatan didalam Sustainable
Development Goal (SDGs) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2015-2019. Goal SDGs ke tiga yaitu Good Health and Well- being menjelaskan bahwa salah
satu dampak yang diharapkan yaitu dituntaskannya kematian bayi dan balita melalui
pencegahan yang ditargetkan pada tahun 2030. Semua negara diharapkan berpartisipasi untuk
menekan angka kematian neonatal menjadi 12/1.000 KH serta angka kematian balita 25/1.000
KH (Kusumawardani dan Handayani, 2018).
Indonesia juga telah mengalami kemajuan yang signifikan dalam upaya penurunan
kematian bayi dalam beberapa dekade terakhir. Pada tahun 2017, di Indonesia terdapat 24
kematian per 1.000 kelahiran hidup. Angka tersebut mengalami penurunan dibandingkan
tahun 1991 dimana terdapat 68 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Namun, Indonesia masih
menjadi peringkat tertinggi dibandingkan dengan Vietnam (18/1000), Malaysia ( 13/1000),
dan Thailand (10/1000) (Kemenkes, 2017).
Di Surakarta, selama tahun 2016 berdasarkan laporan dari Puskesmas ditemukan bayi mati
sejumlah 33 bayi, sedangkan jumlah kelahiran bayi hidup sebanyak 9.851. Dari data tersebut
didapatkan angka kematian bayi sebesar 3,35 per 1000 kelahiran hidup. Dari 37 kematian bayi
tersebut 13 kematian bayi terjadi masa neonatal. Apabila dibandingkan dengan angka tahun 2015
(2,82 per 1000 kelahiran hidup), maka mengalami peningkatanan (Dinkes Surakarta, 2017).
Jika dibandingkan angka Jawa Tengah yang sebesar 32 per seribu kelahiran hidup maka angka
kematian bayi di Surakarta masih jauh lebih rendah. Demikian juga bila dibandingkan dengan
target SDGs (Sustainable Development Goals) sebesar 23 per seribu kelahiran hidup, angka
kematian bayi di Kota Surakarta lebih rendah (Dinkes Surakarta, 2017).
Angka kematian bayi bila dilihat untuk tiap-tiap kecamatan, maka angka kematian bayi
tertinggi ditemukan di kecamatan Laweyan sebesar 5,68 per 1000 kelahiran hidup dan angka
kematian bayi terendah ditemukan di kecamatan Banjarsari sebesar 2,22 per 1000 kelahiran hidup
(Dinkes Surakarta, 2017).
Menurut CDC (2019) beberapa faktor risiko di Amerika Serikat yang dapat menyebabkan
kematian bayi antara lain kelainan kongenital, kelahiran premature dan berat bayi lahir rendah,
sudden infant death syndrome (SIDS), komplikasi kehamilan dan kecelakaan. Terdapat juga 5
penyebab kematian bayi paling sering di dunia adalah:
1. Ensefalopati neonatus, atau kelainaan fungsi otak setelah \melahirkan. Ensefalopati
neonatus biasanya karena dari trauma saat melahirkan atau kekurangan oksigen saat bayi
melahirkan.
2. Infeksi, terkhusus infeksi pada darah
3. Komplikasi pada kelahiran premature
4. Infeksi saluran pernapasan bagian bawah (seperti flu dan pneumonia)
5. Penyakit diare

Menurut WHO (2017) beberapa faktor yang menyebabkan kematian neonatus adalah
prematur (878 kasus), asfiksia pada saat melahirkan dan trauma saat melahirkan (610 kasus), epsis
dan kelainan infeksi lainnya (350 kasus), anomali kongenital (284 kasus), infeksi saluran
pernapasan akut (155 kasus).
Kematian bayi dalam Indonesian dalam catatan Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) mencatat angka kematian neonatal atau sebelum bayi berumur satu
tahun menurun dari 32 per 100 kelahiran hidup di 2012 menjadi 15. Menurut BKKBN juga angka
kematian bayi di bawah lima tahun (balita) juga mengalami penurunan dari 40 per 1000 kelahiran
di 2012 menjadi 32 per 1000 kelahiran di 2017.

Laporan Kasus

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun


2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat: Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan
tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (UPT
Puskesmas Sibela, 2018).
Puskesmas Sibela adalah puskesmas rawat inap di Kota Surakarta dengan
wilayah binaan satu kelurahan, yaitu Kelurahan Mojosongo dengan luas wilayah
5.329 km2. Wilayah kerja UPT Puskesmas Sibela terletak di Kelurahan Mojosongo,
Kecamatan Jebres, Kota Surakarta. Berdasarkan Profil Kesehatan Puskesmas Sibela
tahun 2019 masih terdapat beberapa masalah dalam wilayah kerja Puskesmas Sibela
dan prioritas masalah pertama yang harus diatasi yaitu Tingginya Angka Kematian
Bayi (AKB).
Cara untuk mengatasi masalah tersebut salah satunya yaitu dengan melaksanakan
siklus pemecahan masalah/problem solving cycle (PSC). PSC memiliki beberapa tahap
yaitu analisis situasi, identifikasi masalah, prioritas masalah, tujuan, alternatif
pemecahan masalah, rencana operasional, pelaksanaan, monitoring, controling, dan
evaluasi.
Pembahasan

Problem Solving Cycle (PSC) merupakan suatu metode pemecahan suatu


masalah dengan mengidentifikasikan masalah yang diprioritaskan, kemudian
mengidentifikasikan solusi/jalan keluar dari masalah tersebut, baru melakukan
pelaksanaan terhadap pemecahan masalah tersebut. PSC memiliki beberapa tahap yaitu
analisis situasi, identifikasi masalah, prioritas masalah, tujuan, alternatif pemecahan
masalah, rencana operasional, pelaksanaan, dan evaluasi.
Analisis Situasi
Analisis situasi pada penulisan kali ini dilakukan dengan melihat Profil
Kesehatan Puskesmas Sibela pada tahun 2019. Analisis situasi bertujuan untuk
memahami masalah kesehatan di Puskesmas Sibela secara jelas dan spesifik.
Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tahun 2018
Kelurahan Mojosongo seluas 5,329 km2 memiliki jumlah penduduk berjumlah 51.110
jiwa dengan 15.884 kepala keluarga, 186 RT, dan 39 RW
Pada analisis situasi ini juga didapatkan data hasil pengukuran pencapaian
sasaran program yang masih dibawah Standar Pelayanan Minimal (SPM), yaitu masih
belum tercapainya persentase Angka Kematian Bayi yaitu 2.5% dari target yang
2.5%, Angka kematian balita yaitu 3.4% dari target 3.4% dan Angka kematian ibu
yaitu 41.83% dari target 41.83%.6
Identifikasi Masalah
Masalah merupakan kesenjangan antara harapan dengan kenyataan. Penentuan masalah
dapat dengan cara membandingkan dengan yang lain, memonitor tanda-tanda kelemahan,
membandingkan capaian saat ini dengan tujuan atau dengan capaian sebelumnya. Hasil penilaian
kinerja, pengukuran derajat kesehatan, survey dan penelitian, serta analisis pelaksanaan
program kinerja di UPT Puskesmas Sibela Bulan Juni tahun 2019 menunjukkan bahwa
masih didapatkan beberapa permasalahan. Rincian permasalahan tersebut dipaparkan
dalam Tabel 1.1.
Tabel 1. Identifikasi Masalah Puskesmas Sibela 2019
TARGET
NO INDIKATOR TARGET 2019 REALISASI
JUNI
1 Angka kematian ibu per 41.83 1 orang/504 KLH
<= 41.83 100.000 orang/1000 (198.41
KLH KLH orang/1000 KLH)
2 Angka kematian bayi 2,50 3 orang/504 KLH
per 1.000
<= 2,5 orang/1000 (5.95 orang/1000
KLH
KLH KLH)
3 Angka kematian balita 3,40 5 orang/504 KLH
per 1.000
<= 3,4 orang/1000 (9.92 orang/1000
KLH
KLH KLH)
4 Cakupan pelayanan anak
>= 100 persen 50.00% 0.00%
balita
5 Persentase anak usia
pendidikan dasar yang
>= 100 Persen 50.00% 0.00%
mendapatkan skrining
kesehatan sesuai standar
6 Persentase warga negara
usia 15-59 tahun
>= 100 Persen 50.00% 12.12%
mendapatkan skrining
kesehatan sesuai standar
7 Persentase warga negara
usia 60 tahun ke atas
>= 100 Persen 50.00% 43.11%
mendapatkan skrining
kesehatan sesuai standar
8 Prevalensi Bumil KEK <= 2.71 Persen 1.36% 2.29%
9 Angka kesakitan DBD per 36 orang/51.435
23.5
100.000 penduduk (70.11
<= 47 orang/100.00
pendudu orang/100.000
0 penduduk
k penduduk)
10 Angka Penemuan Pasien per 11 orang/51.435
156.00
/ Case Notification Rate 100.000 penduduk (21.42
>= 312 orang/100.00
(CNR) pendudu orang/100.000
0 penduduk
k penduduk)
11 Angka penemuan kasus per 1 orang/51.435
2.50
baru kusta 100.000 penduduk (1.95
<= 5 orang/100.00
pendudu orang/100.000
0 penduduk
k penduduk)
12 Proporsi kasus hipertensi
di fasilitas pelayanan <= 20 Persen 10.00% 18.46%
kesehatan
13 Proporsi kasus Diabetes
Melitus (DM) di Fasilitas
<= 20 Persen 10.00% 17.43%
Pelayanan Kesehatan
dasar
14 Proporsi Tempat-tempat
Umum (TTU) memenuhi >= 96.5 Persen 48.25% 47.83%
syarat
15 Proporsi TPM
>= 94 Persen 47.00% 43.75%
memenuhi syarat
16 Pelayanan Higiene
Sanitasi Pangan Setiap
>= 100 Persen 50.00% 12.50%
Anak di Satuan
Pendidikan Dasar
17 Persentase rumah tangga
berperilaku hidup bersih >= 60 Persen 30.00% 0.00%
dan sehat (PHBS).
18 Persentase kunjungan
baru rawat jalan di >= 23 Persen 11.50% 8.80%
Puskesmas
19 Persentase penderita
diabetes mellitus
>= 100 Persen 50.00% 37.12%
mendapat pelayanan
kesehatan sesuai standar
20 Presentase makanan
>= 88.5 Persen 44.25% 0.00%
yang memenuhi syarat

Penetapan Prioritas Masalah


Penetapan prioritas masalah adalah suatu proses yang dilakukan sekelompok
orang dengan menggunakan metode tertentu untuk menentukan urutan masalah dari
yang paling penting sampai yang kurang penting. Dalam penetapan urutan prioritas
masalah dapat mempergunakan berbagai macam metode seperti metode USG
(Urgency, Seriousness, Growth) dan sebagainya.7
Metode USG adalah salah satu alat untuk menyusun urutan prioritas isu yang
harus diselesaikan dengan menentukan tingkat urgensi (tersedianya waktu, mendesak
atau tidak masalah tersebut diselesaikan), keseriusan (dampak masalah tersebut
terhadap produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan, dan membahayakan
sistem atau tidak), dan perkembangan isu (seberapa kemungkinannya isu tersebut
menjadi berkembang dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan makin
memburuk kalau dibiarkan) kemudian dilakukan skoring dalam skala nilai 1 – 5 atau 1
– 10. Isu yang memiliki total skor tertinggi merupakan isu prioritas. Setiap masalah
akan diberi skor berdasarkan kriteria USG. Adapun penentuan skornya dapat dilihat
pada tabel 2.
Tabel 2. Prioritas Masalah dengan metode USG
No MASALAH U S G TOTAL
1 Belum tercapainya penurunan angka kematian ibu 5 4 5 14
2 Belum tercapainya penurunan angka kematian bayi 5 4 5 14
3 Belum tercapainya penurunan angka kematian balita 5 4 5 14

4 Belum tercapainya peningkatan cakupan pelayanan 3 3 3 9


anak balita
5 Belum tercapainya peningkatan persentase anak usia 3 3 3 9
pendidikan dasar yang mendapatkan screening
kesehatan sesuai standar
6 Belum tercapainya peningkatan persentase warga 3 3 4 10
negara usia 15-59 tahun mendapatkan screening
kesehatan sesuai standar
7 Belum tercapainya peningkatan persentase warga 3 3 4 10
negara usia 60 tahun ke atas mendapatkan screening
kesehatan sesuai standar
8 Belum tercapainya penurunan prevalensi bumil KEK 5 4 4 13

9 Belum tercapainya penurunan angka kesakitan DBD 5 4 4 13

10 Belum tercapainya peningkatan angka penemuan 4 4 5 13


pasien (CNR)
11 Belum tercapainya penurunan angka penemuan kasus 3 4 4 11
baru kusta
12 Belum tercapainya penurunan proporsi kasus 4 4 4 12
hipertensi di fasyankes
13 Belum tercapainya penurunan proporsi kasus 4 4 3 11
Diabetes Melitus di fasyankes dasar
14 Belum tercapainya peningkatan Proporsi Tempat- 2 2 3 7
tempat Umum (TTU) memenuhi syarat
15 Belum tercapainya peningkatan porporsi TPM 2 2 3 7
memenuhi syarat
16 Belum tercapainya pelayanan higiene sanitasi pangan 3 4 3 10
setiap anak di satuan pendidikan dasar
17 Belum tercapainya peningkatan persentase rumah 3 3 5 11
tangga ber PHBS
19 Belum tercapainya peningkatan presentase kunjungan 1 1 1 3
baru rawat jalan di puskesmas
19 Belum tercapainya peningkatan presentase penderita 2 2 3 7
Diabetes Melitus mendapat pelayanan kesehatan
sesuai standar
20 Belum tercapainya peningkatan presentase makanan 2 2 2 6
yang memenuhi syarat

Dari hasil analisis pelaksanaan program kerja di UPT Puskesmas Sibela


berdasarkan hasil penentuan prioritas masalah dengan menggunakan metode USG,
didapatkan perumusan masalah yang perlu mendapat perhatian segera adalah belum
tercapainya penurunan angka kematian bayi.
Identifikasi Penyebab Masalah dengan Teori Tulang Ikan
Peninjauan penyebab masalah rendahnya angka temuan kasus AKB di
Puskesmas Sibela dilakukan dengan cara analisis data sekunder dan dijabarkan dalam
bentuk diagram tulang ikan yang dapat dilihat pada Gambar 1
(Sulaeman, 2015)
Gambar 1. Diagram tulang ikan penyebab rendahnya temuan kasus AKB

Berdasarkan diagram tulang ikan di atas, dapat diidentifikasi beberapa penyebab


masalah yang berperan terhadap. Penyebab masalah dijabarkan sebagai berikut:
1. Man
Permasalahan di bidang sumber daya manusia berasal dari rendahnya
kesadaran masyarakat untuk melakukan ANC dan juga mobilitas penduduk yang
tinggi sehingga ibu hamil tidak melakukan ANC secara rutin. Kurangnya
pengetahuan calon orangtua mengenai kehamilan juga mengambil peran dalam
tingginya angka kematian bayi. Kurangnya sumber daya manusia di puskesmas
sehingga petugas medis dari puksesmas kesulitan untuk terjun langsung ke lapangan
untuk melakukan kunjungan kepada ibu hamil. Banyaknya rutinitas kader di luar
program kesehatan dan kurangnya keterampilan kader untuk melakukan screening
baik screening penyakit kongenital sehingga sulit untuk melakukan intervensi.
Ketakutan akan penilaian sosial akibat kehamilan yang tidak diinginkan juga
membuat masyarakat tidak melakukan ANC.
2. Method
Tidak ada monitoring atau evaluasi setelah paparan materi sehingga
meskipun pihak puskesmas atau kader sudah melakukan edukasi atau materi, kita
tidak tahu apakah masyarakat mengerti atau tidak. Kurangnya monitoring antara GSI
(Geraka Indonesia Sehat) dan kader dalam penatalaksanaan pada ibu hamil dengan
resiko tinggi sehingga ibu kader dan pihak puskesmas tidak mengetahui
perkembangan intervensi dari pihak GSI. Kurangnya rencana tindak lanjut saat
ditemukan permasalahan di masyarakat pun juga mengambil andil dalam kematian
bayi.
3. Money
Dana yang disediakan untuk UKM di Puskesmas Sibela sudah mencukupo,
dan juga dalam pengelolaan yang sudah baik ditandai dengan penyerapan keuangan
yang sempurna.
4. Market
Program puskesmas yang banyak menyebabkan beberapa program yang
membutuhkan monitoring dan evaluasi menjadi kurang followup-nya. Selain itu,
status kependudukan masyarakat Mojosongo yang lebih banyak mengakses fasilitas
kesehatan di luar Mojosongo membuat puskesmas kesulitan mengumpulkan data
berkaitan dengan ibu hamil.
5. Minute
Kesulitan menyatukan jadwal kader dan ibu hamil terutama ibu hamil yang
sibuk dan bekerja diluar Mojosongo menyulitkan kader untuk melakukan kunjungan
dan follow up. Selain itu dari pihak DKK yang memberikan tambahan program dan
kegiatan yang mendadak seringkali membuat program dan kegitan dari puskesmas
tidak dapat dijalankan karena mengutamakan kegiatan dari DKK.
6. Material
Kurangnya media sosialisasi yang memadai membuat informasi dan edukasi
menjadi sulit tersalurkan dengan baik kepada masyarakat.
7. Information
Penyampaian informasi yang kurang menarik pada saat edukasi maupun
sosialisasi dapat membuat tujuan puskesmas kurang tersampaikan, sehingga
pemahaman masyarakat kurang.
Analisis SWOT
SWOT merupakan akronim dari Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan),
Opportunity (kesempatan / peluang), dan Threat (ancaman / hambatan). Analisis
SWOT merupakan salah satu instrumen analisis lingkungan internal dan eksternal yang
dikenal luas.

Berikut merupakan analisis kekuatan, kelemahan internal, ancaman dan


peluang (SWOT) kasus masalah belum tercapainya penurunan angka kematian bayi
di wilayah kerja Puskesmas Sibela.
Tabel 3. Analisis SWOT Kasus Rendahnya Temuan Kasus AKB

S (Strength) W (Weakness)
Internal 1. Adanya program yang telah 1. Jumlah Sumber daya manusia
dirancang puskesmas berkaitan yang tersedia belum maksimal.
dengan usaha penurunan angka 2. Kesibukan tenaga puskesmas
kematian bayi. berkaitan dengan program-
2. Tenaga kesehatan yang handal program puskesmas yang lain.
dan berkompetensi 3. Dana mencukupi namun belum
Eksternal 3. Fasilitas di Puskesmas yang teralokasi dengan maksimal
sudah cukup memadai. 4. Cakupan wilayah kerja cukup
4. Akses yang mudah ke luas, sehingga pelayanan di
puskesmas, letak puskesmas puskesmas kurang maksimal
strategis
O (Opportunity) Strategi SO Strategi WO
1. Banyaknya kader 1. Mengadakan pertemuan 1. Menggerakkan kader untuk
yang aktif, sukarela, dengan kader secara rutin semakin giat menjaring ibu hamil
dan bersemangat. untuk evaluasi, forum diskusi dengan kehamilan beresiko
2. Tidak ada kesulitan tinggi
dalam menjangkau 2. Pemaparan materi kepada 3. Meningkatkan kemampuan
daerah cakupan kader utuk meningkatkan kader dalam edukasi dan
kerja Puskesmas kualitas kader pendampingan ibu hamil, juga
Sibela. dalam mendorong ibu hamil
untuk ANC.
4. Memberi penekanan ANC
wajib dilakukan, namun tidak
harus di puskesmas. Boleh di
manapun Ibu nyaman.
5. Mengalokasi dana untuk
memaksimalkan program yang
sudah ada (penambahan media
edukasi, acara-acara yang
menarik, dan lain-lain)

T (Threat) Strategi ST Strategi WT


1. Tingkat pendidikan 1. Memberdayakan kader untuk 1. Melakukan pendekatan kepada
masyarakat mengajarkan isi buku KIA stakeholder seperti lurah, camat
cenderung rendah kepada ibu hamil dan pemangku jabatan yang
(sebagian besar 2. Melakukan penyuluhan lain
hanya mencapai kepada masyarakat mengenai 2. Mengalokasikan satu atau dua
SMA/MA dan pentingnya dukungan tenaga kesehatan yang
SMP/MTs) keluarga, masyarakat dan ditugaskan untuk fokus
2. Kurangnya minat linkungan sekitar kepada ibu mengenai masalah KIA
baca pada ibu hamil
3. Kurangnya
kesadaran
masyarakat terhadap
dukungan kepada
ibu hamil
(Sulaeman, 2015)
Penetapan Pemecahan Masalah
Setelah mengidentifikasikan penyebab-penyebab masalah dengan diagram
tulang ikan sebelumnya dapat ditemukan masalah spesifik yang akan diangkat untuk
dibahas operasionalnya sebagai alternatif jalan keluar melalui tabel berikut:
Tabel 4. Penetapan Pemecahan Masalah
Masalah Penyebab Alternatif Pemecahan Masalah

1. Kurangnya pengetahuan calon - Memaksimalkan kelas ibu


orangtua mengenai kehamilan hamil, membaca buku KIA
bersama, diadakan pretest dan
posttest mengenai materi buku
KIA.
- Mengadakan komunitas Bapak
SIAGA, bapak-bapak yang
paham megenai kehamilan
istrinya, dan siap dengan cepat
apabila terjadi hal-hal darurat

2. Kurangnya pengetahuan ibu - Memaksimalkan program


mengenai kehamilan resiko SEJOLI CETAR dengan
tinggi mengadakan kelas untuk calon
pengantin dengan kurikulum
pembelajaran mengenai
Tingginya persiapan menuju Orangtua
angka CERMAT, salah satunya
kematian mengenai kehamilan resiko
bayi tinggi
- Memaksimalkan pemberdayaan
kader KASIAT untuk
melakukan pendekatan personal
kepada ibu hamil.

3. Rendahnya kesadaran - Memaksimalkan pemberdayaan


masyarakat untuk melakukan kader untuk melakukan
ANC akibat ketakukan karena pendekatan personal kepada ibu
penilaian sosial hamil. Pendekatan tidak hanya
sekedar memberikan edukasi
dan pemamaparan materi
namun juga pendekatan secara
psikososial.
4. Kurangnya keterampilan kader - Memberikan pelatihan kepada
dalam menscreening faktor kader berkaitan dengan
resiko penyakit kongenital menscreening faktor resiko
penyakit kongenital secara
tepat dan mendalam/
5. Kurangnya Rencana Tindak - Memaksimalkan
Lanjut jika ada permasalahan pemberdayaan kader; setiap
di masyarakat terkait dengan ibu hamil dipegang oleh
KIA satu orang kader, yang
mana kader tersebut dapat
memfollowup kepada pihak
puskesmas berkaitan
dengan Rencana Tindak
Lanjut dari puskesmas.

6. Kurangnya monitoring antara - Pihak puskesmas memperantai


GSI dan kader pihak GSI dan kader sehingga
terjadi monitoring yang
berkesinambungan

7. Banyaknya program - Mengadakan rapat untuk


puskesmas sehingga membahas program apa
kurangnya monitoring dan yang menjadi prioritas
evaluasi untuk dilakukan di satu
tahun atau satu semester
tertentu, dan menjadwalkan
evaluasi progam secara
rutin.

8. Ketersediaan anggaran dana - Mengadakan rapat untuk


yang cukup namun membahas mengenai
pengelolaan yang kurang alokasi dana, dengan
mendata kebutuhan setiap
program UKM. Dapat
dibantu dengan
menanyakan kebutuhan
program di lapangan kepada
kader

9. Terbatasnya jumlah media - Pengalokasian dana


untuk sosialisasi (pamflet, diarahkan juga kepada
brosur, MMT, poster) pengadaan media untuk
sosialisasi dan edukasi
dalam bentuk pamflet,
brosur, MMT dan poster
yang menarik.
- Pengalokasian dana dapat
diarahkan kepada
penggunaan jasa ahli desain
untuk membantu pengadaan
media sosialisasi dan
edukasi yang menarik.

10. Penyampaian informasi


mengenai KIA (program 1000 - Memaksimalkan
HPK) yang kurang menarik pemberdayaan kader
dengan melatih kader yang
memiliki kemampuan untuk
menyampaikan informasi
mengenai KIA (program
1000 HPK).
- Pengadaan media sosialisasi
yang menarik.
- Pemberdayaan generasi
muda seperti karang taruna,
atau dokter muda untuk
melakukan penyuluhan
berkaitan dengan KIA.
Pemilihan Alternatif Solusi
Alternatif jalan keluar terhadap masalah selanjutnya dinilai dari beberapa sudut
pandang sehingga didapatkan urutan pemilihan intervensi yang terbaik. Pemilihan intervensi
terbaik dari berbagai alternatif jalan keluar atas masalah belum tercapainya penurunan angka
kematian bayi di wilayah kerja Puskesmas Sibela dapat diamati pada tabel berikut:
Tabel 5. Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah Terbaik

No. Alternatif E B KU KR O D PS KP Total


Intervensi
1. Memaksimalkan 4 4 4 5 3 4 3 3 30
kelas ibu hamil,
membaca buku KIA
bersama, diadakan
pretest dan posttest
mengenai materi
buku KIA.
2. Mengadakan 4 3 4 5 3 4 3 3 29
komunitas Bapak
SIAGA, bapak-bapak
yang paham megenai
kehamilan istrinya,
dan siap dengan
cepat apabila terjadi
hal-hal darurat

3. Memaksimalkan 4 3 5 4 3 4 4 4 31
program SEJOLI
CETAR dengan
mengadakan kelas
untuk calon
pengantin dengan
kurikulum
pembelajaran
mengenai persiapan
menuju Orangtua
CERMAT, salah
satunya mengenai
kehamilan resiko
tinggi

4. Memaksimalkan 3 4 3 4 3 4 4 3 28
pemberdayaan kader
KASIAT untuk
melakukan
pendekatan personal
kepada ibu hamil
Memaksimalkan 3 5 4 4 3 3 4 3 29
pemberdayaan kader
untuk melakukan
pendekatan personal
kepada ibu hamil.
Pendekatan tidak
hanya sekedar
memberikan edukasi
dan pemamaparan
materi namun juga
pendekatan secara
psikososial.
5. - Memberikan 3 3 4 4 3 3 4 3 27
pelatihan kepada
kader berkaitan
dengan
menscreening
faktor resiko
penyakit
kongenital secara
tepat dan
mendalam.
6. Memaksimalkan 5 3 4 4 3 4 4 3 30
pemberdayaan kader;
setiap ibu hamil
dipegang oleh satu
orang kader, yang
mana kader tersebut
dapat memfollowup
kepada pihak
puskesmas berkaitan
dengan Rencana
Tindak Lanjut dari
puskesmas.

7. Pihak puskesmas 3 3 3 4 3 3 3 3 25
memperantai pihak
GSI dan kader
sehingga terjadi
monitoring yang
berkesinambungan
8. Mengadakan rapat 4 3 4 3 3 3 3 3 26
untuk membahas
program apa yang
menjadi prioritas
untuk dilakukan di
satu tahun atau satu
semester tertentu,
dan menjadwalkan
evaluasi progam
secara rutin.
9. Mengadakan rapat 4 3 4 3 3 3 3 3 26
untuk membahas
mengenai alokasi
dana, dengan
mendata kebutuhan
setiap program
UKM. Dapat dibantu
dengan menanyakan
kebutuhan program
di lapangan kepada
kader
10. Pengalokasian dana 4 2 3 3 3 3 3 3 24
diarahkan juga
kepada pengadaan
media untuk
sosialisasi dan
edukasi dalam
bentuk pamflet,
brosur, MMT dan
poster yang menarik.

11. Pengalokasian dana 4 2 3 3 3 3 3 3 24


dapat diarahkan
kepada penggunaan
jasa ahli desain untuk
membantu
pengadaan media
sosialisasi dan
edukasi yang
menarik.

12. Memaksimalkan 3 2 4 3 3 3 4 3 25
pemberdayaan kader
dengan melatih kader
yang memiliki
kemampuan untuk
menyampaikan
13. informasi mengenai 4 2 4 3 4 3 4 3 27
KIA (program 1000
14. HPK). 4 3 4 3 4 3 4 2 27
Pengadaan media
sosialisasi yang
menarik.
Pemberdayaan
generasi muda
seperti karang taruna,
atau dokter muda
untuk melakukan
penyuluhan berkaitan
dengan KIA

Keterangan:
E : Efektivitas
KU : Keuntungan
KP : Komitmen Politik
O : Onset Efek yang Diharapkan
D : Durasi Efek yang Diharapkan
PS : Penerimaan Sosial
Kriteria: 1 = sangat rendah; 2 = rendah; 3 = sedang;
4 = tinggi; 5 = sangat tinggi B : Biaya yang Diperlukan
KR : KerugianKriteria: 5 = sangat rendah; 4 = rendah; 3 = sedang;
2 = tinggi; 1 = sangat tinggi
(Sulaeman, 2015)
Berdasarkan analisis table 5, memaksimalkan program SEJOLI CETAR dengan
mengadakan kelas untuk colon pengantian dengan kurikulum pembelajaran mengenai
persiapan menuju Orangtua CERMAT, salah satunya mengenai kehamilan resiko
tinggi, menjadi pilihan untuk intervensi terhadap masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Sibela.
Rencana Operasional
Dari analisis beberapa alternatif pemecahan masalah, diadakan SEJOLI
CETAR, yaitu upaya pencerdasan calon pengantin mengenai masalah kehamilan dan
kelahiran adalah pemecahan alternative yang terbaik. Rencana operasional yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan nilai cakupan angka kematian bayi, sebagai berikut:
A. Penyuluhan Cara Dahak Efektif untuk Pemeriksaan TB
1. Tujuan
a) Meningkatkan pengetahuan calon orang tua mengenai perencanaan
kehamilan, kelahiran dan penyebab kematian pada bayi

b) Memperkenalkan mengenai penyakit kongenital pada bayi dan upaya


yang bisa dilakukan untuk meminimalisir kejadiannya

c) Meningkatkan kesadaran calon orang tua untuk mau dan terus


bersemangat belajar dan mempersiapkan diri memiliki keturunan yang
sehat.

d) Meningkatkan kesadaran pasangan yang akan memiliki keturunan untuk


melibatkan fasilitas kesehatan dalam kehamilan, misalnya dengan
minimal ANC 4x selama kehamilan
e) Menurunkan angka kematian bayi di Puskesmas Sibela
2. Sasaran
a) Pelaksana: Petugas Puskesmas
b) Penerima program: Calon Pengantian dan Pasangan Muda di wilayah kerja
Puskesmas Sibela
3. Metode:
a) Mengadakan edukasi bertajuk “SEJOLI CETAR” bagi para calon pengantian
dan pasangan muda mengenai persiapan kehamilan hingga kelahiran.
b) Membangun forum antar pasangan agar dapat sharing knowledge dan sharing
support
4. Waktu yang dibutuhkan
Program akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2019, merupakan pertemuan
(minimal 2x) dengan durasi 3-5 jam
5. Lokasi Program
Aula Puskesmas Sibela maupun gedung pertemuan di daerah terkait
6. Mekanisme Kegiatan
B. Penjaringan peserta dilakukan dengan secara langsung mengundang calon pengantin
ketika mengunjungi puskesmas, secara tidak langsung berkoordinasi dengan kader
tiap RW dan KUA. Penyampaian materi edukasi dilakukan dengan metode presentasi
dan pemutaran video. Sebelum dilaksanakan edukasi, dilakukan pretest kepada
peserta. Materi dibuat dengan mempertimbangkan hal-hal yang perlu diketahui calon
orang tua sebelum memutuskan memiliki keturunan, dan juga mempertimbangkan
penyebab kematian bayi di Puskesmas Sibela. Pada beberapa factor yang tidak bisa
diubah,seperti penyakit kongenital, peserta paling tidak mengetahui cara
meminimalisirnya. Dijelaskan pula persiapan kehamilan yang bisa dilaksanakan
pasangan bahkan sebelum menikah, seperti menjaga pola makan, pola hidup, dan
lain-lain. Dalam kesempatan ini diterangkan pula beberapa program puskesmas yang
menunjang kehamilan, kelahiran, hingga pasca kelahiran, Seperti pengenalan kader
KASIAT, posyandu, KP ibu, Gerakan Sayang Ibu, dan sebagainya. Diberikan pula
edukasi agar pasangan tidak ragu mengkonsultasikan kehamilan ke fasilitas
kesehatan, agar kemungkinan-kemungkinan tidak baik dapat diminimalisir.
C. Materi dapat disampaikan dalam satu pertemuan atau lebih. Di pertemuan
selanjutnya, dilakukan agenda membaca buku KIA bersama, tidak harus langsung
selruruh halaman. Ditekankan pula apa manfaat rajin membaca khususnya buku KIA.
Jika memungkinkan dilakukan small group discussion, yang difasilitatori oleh
pegawai puskesmas yang telah diberikan panduan, atau bisa memanfaatkan dari
kader. Di akhir, dilakukan post test untuk mengukur keefektifan dan keterserapan
materi oleh peserta. Setiap peserta akan mendapatkan sertifikat kelulusan acara ini.
Tiga pasangan dengan nilai terbaik akan mendapat keuntungan, misalnya langsung
berkonsultasi dengan dokter spesialis kandungan atau spesialis anak difasilitasi oleh
puskesmas. Untuk peserta yang tidak bisa datang, materi diberikan dalam bentuk
printout/ handbook, serta dapat mengakses video lewat tautan bersangkutan.
Pelaksanaan
Salah satu target yang belum tercapai oleh Puskesmas Sibela adalah
menurunkan angka kematian bayi. Untuk menyelesaikan permasalahan ini maka
perlu disusun Plan of Action (POA) yang komprehensif, efektif dan efisien. Salah
satu penyebab masih terjadinya angka kematian bayi di antaranya adalah masih
kurangnya pemahaman dan kesiapan calon pengantin dalam mempersiapkan
kehamilan dan kemungkinan apa saja yang dapat mengancam nyawa bayi.
Sebenarnya Puskesmas Sibela telah banyak melakukan upaya terkait edukasi ibu
hamil dalam mempersiapkan kehamilan, termasuk hadirnya kader KASIAT
(Kader Indonesia Sehat) yang menemani dan membantu ibu hamil dari awal
kehamilan hingga kelahiran. Dari hasil wawancara dengan ibu hamil, ibu kader
KASIAT, dan pihak Puskesmas, program ini cukup berjalan baik dan disambut
baik. Namun di lapangan, kematian bayi masih terjadi, yang memang didominasi
disebabkan oleh penyakit kongenital. Untuk itu, diperlukan intervensi yang
dilakukan lebih ke hulu mengenai masalah ini, salah satunya dengan diadakan
SEJOLI CETAR, yaitu upaya pencerdasan calon pengantin mengenai masalah
kehamilan dan kelahiran. Ini merupakan program yang dicanangkan Puskesmas
Sibela, yang baru akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2019. Dokter Muda FK
UNS sangat mendukung program ini dan membantu Puskesmas Sibela mengemas
materi yang akan dibawakan.
Daftar Pustaka

CDC. Infant Mortality. 2019. [Cited 2019] ; Available from:


https://www.cdc.gov/reproductivehealth/maternalinfanthealth/infantmortality.htm
Dinkes Surakarta. (2017). Profil Kesehatan Kota Surakarta 2016. Dinkes Surakarta. Surakarta.
Kemenkes RI. (2017). Profil Kesehatan Indonesia 2017. Keputusan Menteri kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta
Kusumawardani, A. and Handayani, S. (2018) ‘Karakteristik Ibu dan Faktor Risiko Kejadian
Kematian Bayi di Kabupaten Banjarnegara’, 13(2).
NIH.What Causes Infant Mortality. 2016. [Cited 2019] ; Available from:
https://www.nichd.nih.gov/health/topics/infant-mortality/topicinfo/causes
Sulaeman, ES (2015). Manajemen Masalah Kesehatan: Manajemen Strategik dan Operasional
Program serta Organisasi Layanan Kesehatan. Cetakan 1. Surakarta: UNS Press.
UNICEF. Under-five and infant mortality rates and number of deaths. 2015. [Cited
https://www.who.int/gho/child_health/mortality/causes/en/five.html
UPT Puskesmas Sibela. (2018). Profil Puskesmas Kecamatan Sibela tahun 2018. Surakarta: UPT
Puskesmas Sibela.
WHO. Causes of Child Mortality. 2017. [Cited 2019] ; Available from:
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa Monica Ester. Editor
Sari Kurnianingsih. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai