Anda di halaman 1dari 4

Tinggi, Angka Kematian Ibu dan Bayi

Gizi.net - Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di Kab
Purwakarta, masih tinggi. Dari data yang diterima Republika, angka kematian ibu
sampai September 2007 mencapai 24 kasus. Padahal, tahun sebelumnya hanya
22 kasus kematian ibu. Sedangkan angka kematian bayi pada 2006 mencapai 65
kasus.

Direktur Public Healthy Institute of Purwakarta, Deden Yasin, mengatakan,


penyebab kematian ibu dan bayi ini, mayoritas akibat pendarahan dan
kekurangan mineral zat besi dan anemia. Faktor lainnya yang mempengaruhi
adalah kemiskinan.

"Angka kematian bayi tahun 2007 ini, kita masih mendata. Tapi, angka kematian
ibu dan bayi di Purwakarta ini, masih cukup tinggi, bila dibanding dengan kota
atau kabupaten lainnya," ujar Deden, kepada Republika, Ahad (4/11).

Untuk mengantisipasi meningkatnya kasus AKI dan AKB, menurut Deden, semua
lini harus dioptimalkan. Terutama, pemberdayaan terhadap masyarakat, supaya
bisa keluar dari belenggu kemiskinan. Kepala Dinas Kesehatan Kab Purwakarta,
dr Sam Askari Soemadipradja, mengatakan, pada 2007 ini angka kematian ibu
dan anak di Purwakarta mengalami penurunan. Penlis: win

ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI MASIH TINGGI ANGKA Kematian Ibu dan
Bayi Masih Tinggi
Jakarta, Kompas - Indonesia masih juga belum mampu mengatasi tingginya angka
kematian ibu (AKI) yang 307 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi
(AKB) 35 per 1.000 kelahiran hidup. "Itu berarti setiap tahun ada 13.778 kematian ibu
atau setiap dua jam ada dua ibu hamil, bersalin, nifas yang meninggal karena pelbagai
penyebab," kata Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen
Kesehatan Prof dr Azrul Azwar MPH dalam diskusi panel terkait Hari Kesehatan
Sedunia 2005 yang diselenggarakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Jakarta,
Selasa (5/4). Hari Kesehatan Sedunia tahun ini bertema "Ibu Sehat, Anak Sehat Setiap
Saat" sehingga angka kematian ibu dan bayi menjadi sorotan. AKI memang telah
turun dibandingkan dengan 1990 yang masih 450 per 100.000 kelahiran hidup.
Namun, dilihat kecenderungannya, maka target millennium development goals 125
per 100.000 kelahiran hidup tidak akan tercapai tanpa upaya percepatan. Sedangkan
penurunan AKB dan angka kematian balita (Akba) pada kurun waktu yang sama
cukup tajam, yaitu AKB dari 51 per 1.000 menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup, dan
Akba 82,6 per 1.000 menjadi 46 per 1.000 kelahiran hidup pada kurun waktu yang
sama. Angka kematian bayi baru lahir (neonatal) penurunannya lambat, yaitu 28,2 per
1.000 menjadi 20 per 1.000 kelahiran hidup. Penyebab langsung berkaitan dengan
kematian ibu adalah komplikasi pada kehamilan, persalinan, dan nifas yang tidak
tertangani dengan baik dan tepat waktu. Dari hasil survei (SKRT 2001) diketahui
bahwa komplikasi penyebab kematian ibu yang terbanyak adalah perdarahan,
hipertensi dalam kehamilan (eklampsia), infeksi, partus lama, dan komplikasi
keguguran. Angka kematian bayi baru lahir terutama disebabkan oleh antara lain
infeksi dan berat bayi lahir rendah. Kondisi tersebut berkaitan erat dengan kondisi
kehamilan, pertolongan persalinan yang aman, dan perawatan bayi baru lahir.
Pencegahan Kegiatan imunisasi pada bayi harus dipertahankan atau ditingkatkan
cakupannya sehingga mencapai Universal Child Immunization (UCI) sampai di
tingkat desa. Peningkatan pelaksanaan ASI eksklusif dan peningkatan status gizi serta
peningkatan deteksi dan stimulasi dini tumbuh kembang jadi modal awal untuk sehat.
Pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi terutama infeksi saluran pernapasan akut
(ISPA), diare, dan malaria terutama di daerah endemik perlu ditingkatkan melalui
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan Manajemen Terpadu Bayi Muda
(MTBM). Kejadian komplikasi pada ibu dan bayi baru lahir sebagian besar terjadi
pada masa sekitar persalinan sehingga pemeriksaan kesehatan pada saat hamil dan
kehadiran serta pertolongan tenaga kesehatan yang terampil pada masa persalinan
menjadi sangat penting. (LOK)
Diterbitkan di: April 03, 2008
JAKARTA - Survei demografi Indonesia menunjukkan, terdapat 228
kematian ibu dalam 100.000 kelahiran dan 34 bayi meninggal dalam setiap 1.000
kelahiran. Angka tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara dengan tingkat
kematian tertinggi dibandingkan negara ASEAN lainnya.
"Melihat kondisi ini, pemerintah Indonesia menargetkan perbaikan kondisi
kesehatan ibu dan anak secara konkret," terang Ruslidjah Siahaan dari Ikatan Bidan
Indonesia (IBI) di sela penjurian Srikandi Award bagi 10 program Pos Bhakti Bidan
terbaik yang diadakan PT Sari Husada bersama IBI, di Crown Plaza, kemarin (22/12).

Dia menjelaskan, penurunan angka kematian itu tertuang dalam milenium


development goals MDGs-4 (menurunkan angka kematian bayi) dan MDGS-5
(menurunkan angka kematian ibu). Pada 2015, sebut Ruslidjah, pemerintah
menargetkan penurunan angka kematian ibu hingga 102 per 100.000 kelahiran hidup
dan 23 per 1.000 kelahiran hidup untuk angka kematian bayi. Untuk mencapai target
itu, diakuinya bukan hal mudah. "Sebab, kondisi geografis, sosial, ekonomi, dan
kultur negara kita amat beragam," terangnya.
Menurutnya, peran bidan menjadi salah satu ujung tombak. Sebab, bidan
berperan penting dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Sekitar 60 persen
persalinan dibantu bidan. Sedangkan dokter hanya berkontribusi lima persen dalam
membantu persalinan. Hanya, masyarakat kurang menyadari peran tersebut. "Padahal,
banyak bidan yang bekerja dengan tulus dan ikhlas di daerah pedalaman yang tidak
tersentuh tenaga kesehatan lain," terangnya.
Melihat dedikasi mereka, IBI bekerja sama dengan PT Sari Husada
mengadakan program Pos Bhakti Bidan yang diadakan di seluruh Indonesia. Program
ini, kata dia, memberi kesempatan setiap bidan untuk melakukan inisiatif tanggung
jawab sosial terhadap lingkungan sekitar mereka.
"Mereka diajak mencari solusi untuk menyelesaikan berbagai permasalahan
sosial dan kesehatan di daerahnya masing-masing," ujarnya. Kemudian, dari 500
bidan yang ikut berpartisipasi, dipilih tiga bidan paling berprestasi yang memberi
kontribusi besar terhadap masyarakat sekitar.
Corporate Affairs and Legal Director PT Sari Husada Yeni Fatmawati
mengatakan, selama ini bidan berperan sebagai agent of change. “Mereka tak hanya
berperan menurunkan angka kematian ibu dan anak, tapi juga berhasil mengentaskan
bayi di bawah garis merah (gizi buruk, Red),” ujarnya. (kit/oki)

Angka Kematian Ibu dan Bayi Indonesia Tertinggi di ASEAN


Ardian Wibisono - detikcom Jakarta - Angka kematian ibu melahirkan, bayi dan balita
di Indonesia tertinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Namun angka
kematian Ibu dan bayi dapat ditekan.
Indonesia masih harus berjuang keras untuk memperbaiki indikator pembangunan
kesehatan, khususnya tingkat kematian bayi, karena tren angka kematian bayi selama
empat tahun terakhir belum menurun. Rata-rata angka kematian bayi pada periode
2003-2007 relatif stagnan di kisaran 34 per 1.000 kelahiran.
Kondisi ini menjadi sorotan utama yang disampaikan oleh Dr Budihardja, Direktur
Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan. "Kita perlu
mempercepat pencapaian target angka kematian bayi di Indonesia. Berdasarkan target
Tujuan Pembangunan Milenium (MGDs), pada tahun 2015 angka kematian bayi
adalah 19 dari tiap 1.000 kelahiran," kata Budihardja, di Jakarta, Kamis (23/10).

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa angka kematian bayi pada tahun 1990 tercatat
masih mendekati 70, namun lima tahun kemudian tepatnya 1995 angka tersebut
berkurang hingga menjadi sekitar 66 bayi tiap 1.000 kelahiran. Penurunan tajam
terjadi di periode tahun 1997, di mana angka kematian bayi turun ke level sedikit di
bawah 50. Dan kembali penurunan yang signifikan tercapai di tahun 2003, sehingga
rasio kematian bayi tiap 1.000 kelahiran adalah 35 bayi.

"Angka kematian bayi mengalami penurunan yang tajam antara tahun 1990-2000an,
tapi selanjutnya terlihat stagnan," kata dia mengutip data Susenas (Survei Kesehatan
Nasional) tahun 2005.

Dari total angka kematian bayi yang masih sangat tinggi itu, masih kata Budihardja,
sekitar 80-90 persen dapat dicegah dengan teknologi sederhana yang tersedia di
tingkat Puskesmas dan jaringannya. Di sisi lain, indikator utama pembangunan
kesehatan berupa angka kematian ibu saat melahirkan pun setali tiga uang dengan
angka kematian bayi.

Pada saat ini diperkirakan 228 orang ibu meninggal dalam tiap 1.000 proses
persalinan di Indonesia. Angka kematian ibu saat melahirkan yang ditargetkan dalam
MDGs pada tahun 2015 adalah 110, dengan kata lain akselerasi sangat dibutuhkan
sebab pencapaian Indonesia terhadap target ini masih cukup jauh. (Ant/OL-06)

Angka kematian Ibu dari 334 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1997 menurun
menjadi 307 per 100.000 di tahun 2003.

Angka kematian bayi dari 46 per 1000 kelahiran hidup di tahun 1997 menjadi 35 per
1000 di tahun 2003.
Angka Kematian Ibu dan Bayi Indonesia Tertinggi di ASEAN
Ardian Wibisono - detikNews
<a href='http://openx.detik.com/delivery/ck.php?
n=a59ecd1b&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'><img
src='http://openx.detik.com/delivery/avw.php?
zoneid=24&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&amp;n=a59ecd1b'
border='0' alt='' /></a>
Jakarta - Angka kematian ibu melahirkan, bayi dan balita di Indonesia tertinggi
dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Namun angka kematian Ibu dan bayi
dapat ditekan. Angka kematian Ibu dari 334 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
1997 menurun menjadi 307 per 100.000 di tahun 2003. Angka kematian bayi dari 46
per 1000 kelahiran hidup di tahun 1997 menjadi 35 per 1000 di tahun 2003.
Sementara angka kematian balita dari 58 per 1000 kelahiran hidup menjadi 46 per
1000 di tahun 2003. "Walaupun presentase angka kematian ibu melahirkan, bayi dan
balita di sudah berhasil diturunkan namun kita masih tertinggi di ASEAN," ujar
Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari dalam jumpa pers tentang Hari Anak Nasional
di Depkes, Jl Rasuna Said, Jakarta, Senin (18/7/2005). Tingginya angka kematian ibu
melahirkan, bayi, dan balita merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi
menjelang hari anak nasional tahun 2005, 23 Juli mendatang. "Masih banyak anak-
anak yang haknya untuk hidup dan tumbuh berkembang menjadi anak yang sehat,
cerdas, ceria, berbudi luhur, belum terpenuhi," ujar Menkes. Permasalahan lainnya
antara lain kasus polio yang menyebar di lima provinsi (sembilan kabupaten), busung
lapar dan penularan HIV AIDS. "Data terakhir memang belum lengkap, belum
semuanya dilaporkan. Di NTB dan NTT ada 300-an anak yang menderita busung
lapar. Untuk anak pengidap HIV, yang tertinggi ada di Papua, Riau, Kalimantan Barat
dan Jakarta," kata Menkes. Dalam Hari Anak Nasional tahun ini akan dimulai usaha-
usaha mengatasi permasalahan tersebut melaui pencanangan Gerakan Nasional
Pemantauan Tumbuh Kembang Anak. Gerakan ini diharapkan menumbuhkan
kepedulian dan peran serta masyakarat terhadap anak. Rangkaian acara Hari Anak
Nasional akan dimulai Selasa (19/7) hingga Jumat (22/7) dengan agenda
penyelenggaraan Kongres Anak Indonesia ke V di Hotel Wisata Ancol, pemeriksaan
mata dan pembagian acara gratis bagi 500 anak SD di wilayah DKI tanggal 20 Juli
2005, serta seminar-seminar tentang anak tanggal 27, 28 Juli dan 6 Agustus. Acara
Puncaknya akan digelar tanggal 24 Juli di TMII yang dihadiri Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono. (ddn/)

Anda mungkin juga menyukai