Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

1. Masalah Secara Umum

Kehamilan dan pesalinan adalah proses alamiah seoarang wanita, tetapi bukannya tanpa

resiko dan merupakan beban tersendiri bagi seorang wanita. Kehamilan dengan faktor resiko

adalah dimana kondisi ibu hamil yang dapat menyebabkan kemungkinan resiko/ bahaya

terjadinya komplikasi pada persalinan yang dapat menyebabkan kematian atau kesakitan pada

ibu dan bayinya.

WHO (World Health Orgaization) mendefinisikan bahwa kematian ibu adalah kematian

seorang wanita yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42 hari setelah persalinan dengan

penyebab yang berhubungan langsung atau tidak langsung setelah persalinan1. Masalah

kematian ibu ini, masyarakat menggugat bahwa target Sustainable Development Goals

(SDG’s) tahun 2030 tentu perlu untuk mendapat perhatian khusus dari seluruh pihak baik

pemerintah maupun sector swasta, yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) di bawah

70 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan data dari Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) pada tahun 2010 AKI sebesar 346 per 100.000 kelahiran

hidup, target RPJMN pada tahun 2019 yaitu 306 per 100.000 kelahiran hidup menurut

Direktorat Bina Kesehatan Ibu Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Angka kematian ibu di Indonesia lebih tinggi dibandingkan negara negara ASEAN

lainnya. Kematian ibu akibat komplikasi dari kehamilan dan persalinan tersebut terjadi pada

wanita usia 15-49 tahun diseluruh dunia.

Berdasarkan survei Demografi kesehatan indonesia (SDKI)2012, rata-rata AKI tercatat

mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup, melonjak lebih tinggi dibandingkan Pada tahun

2007 sebesar 228 per-100.000 kelahiran hidup. Indonesia mengharapkan kemajuan untuk
mengurangi AKI dengan melakukan usaha dan upaya agar menurunkan angka kesakitan dan

kematian pada ibu dan bayi lahir. Salah satu usaha yang dilakukan untuk menurunkan AKI

dan AKB adalah memberi pelayanan pada ibu hamil dan ibu bersalin secara cepat dan tepat.

Dalam upaya menurunkan angka kematian ibu, pemerintah menerapkan strategi

making pregnancy safer (MPS) yang dimulai pada tahun 2000.MPS mempunyai visi agar

kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman dan bayi yang dilahirkan hidup dan

sehat.

Daerah dengan AKI tertinggi di Indonesia adalah Nusa Tenggara Timur (NTT).

NTT merupakan salah satu dari 5 propinsi penyumbang angka kematian ibu yang paling

banyak selain Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatera Utara. Kematian ibu di

NTT menunjukkan trend yang fluktuatifAngka kematian ibu di Propinsi NTT menurut hasil

Survey Kesehatan Nasional (SurKesnas) tahun 2004 yaitu sebesar 554/100.000 kelahiran

hidup. Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia, 2007 menunjukan AKI Propinsi NTT

turun menjadi 306/100.000 kelahiran hidup. Sementara laporan dari Dinas Kesehatan

Kabupaten /Kota se-Propinsi NTT menunjukan bahwa angka kematian pada tahun 2007

sebesar 247/100.000 kelahiran hidup dan mengalami peningkatan pada tahun 2008 menjadi

332/100.000 kelahiran hidup. Tahun 2011 sebesar 215/100.000 KH (Dinkes Prop NTT,

2012). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukan bahwa di Propinsi

NTT sebesar 77,1% pertolongan persalinan dilakukan di rumah dimana dari jumlah tersebut

diketahui 46,2% ditolong oleh dukun bersalin dan 36,5% ditolong bidan dan 17,3% ditolong

keluarga atau melahirkan sendiri. Hasil Riskesdas di Propinsi NTT tahun 2010 juga

menunjukan bahwa persentase persalinan oleh tenaga kehatan turun menjadi 64,2% dan

persentase ibu melahirkan di fasilitas pelayanan kesehatan sejumlah 24,2%, di Polindes atau

Poskesdes sejumlah 8,4% dan dirumah atau tempat lainnya sejumlah 67,4%. (Prakarsa & Ntt

2012; Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 2008).

Anda mungkin juga menyukai