Anda di halaman 1dari 28

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Kegiatan Magang


Magang adalah salah satu kegiatan yang diprogramkan oleh program studi
PGSD Santu Paulus Ruteng sebagai prasyarat untuk mengikuti magang II.
Kegiatan yang dilakukan pada magang I ini adalah untuk mengenal lingkungan
sekolah dan masyarakat sekitarnya. Pada magang I ini mahasiswa/i menerjun
langsung ke sekolah untuk menimba ilmu dari sekolah yang diobservasi sebagai
pengalaman atau modal awal dalam kegiatan magang II nanti. Magang I ini
bertujuan untuk melakukan observasi ke sekolah yang dilakukan oleh peserta
magang I yang beranggota delapan orang.
Pada magang I ini peserta magang bukan sekedar mengenal lingkungan tetapi
peserta magang juga harus mengetahui karakteristik siswa, karakteristik guru, staf
sekolah dan kepala sekolah. Magang I ini sangat penting untuk menunjang
kegiatan magang II pada semester berikutnya.
Pembentukan pengetahuan dan keterampilan pada diri manusia pada abad
modern perlu mempertimbangkan pemikiran konstruktivisme. Prinsip ini berlaku
tidak hanya ketika guru mendesain pembelajaran untuk siswanya, tetapi juga
ketika calon guru dibentuk menjadi guru.
Sejalan dengan gagasan di atas, pandangan dari dua cabang kontruktivisme
berikut perlu dicermati. Pertama, menurut konstruktivisme kognitif Piaget, proses
perkembangan mental manusia dibangun di atas pengalaman – pengalaman yang
pernah dihadapinya. Jadi, pengalaman menjadi basis kunci bagi proses
perkembangan seseorang. Kedua, menurut konstruktivisme sosial dari Vygotsky,
perkembangan kognitif manusia tergantung pada perangkat yang disediakan
lingkungan sosial dan kultur di sekitarnya (Santrock, 2011: 125). Oleh karena itu,
Vygotsky melihat seorang yang sedang belajar sebagai pemagang (as
apperentices) yang memperlajari pengetahuan dan keterampilan dari orang
dewasa atau orang lain yang lebih berpengalaman di sekitarnya (Feldman, 2012:
171). Jadi, perangkat psikologis yang mempengaruhi perkembangan kognitif,

1
seseorang adalah lingkungan sosial dan budaya yang melingkupinya (Gredler,
2009: 314).
Pandangan konstruktivisme berimplikasi bahwa proses pembelajaran yang
dialami seseorang hendaknya tidak dilepaspisahkan dari lingkungan sosial dan
budaya di sekitarnya sebab konteks sosiokultural itulah yang turut mempengaruhi
struktur mentalnya. Maka dari itu, pembelajran yang sesungguhnya tidak terutama
terjadi di dalam kelas atau ruangan kuliah yang terisolasi. Pembelajaran dalam
lingkungan seperti itu lebih merupakan simulasi yang bisa jadi jauh dari realitas
yag sesungguhnya. Akan tetapi, pembelajaran yang sesungguhnya terbenam pada
lingkungan sosial dan budaya yang ada di sekitar seseorang yang sedang belajar.
Proses belajaran yang dialami oleh seorang calon guru juga dipengaruhi oleh
pengalaman – pengalaman yang dihadapinya.
1.2 Tujuan Program Magang
Secara umum program magang bertujuan membentuk wawasan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap profesional calon guru. Namun, secara khusus program
magang I bertujuan membangun landasan jati diri dan memantapkan kompetensi
calon guru melalui kegiatan observasi dan refleksi seperti berikut ini.
1. Observasi terhadap kultur sekolah
2. Observasi terhadap kompetensi guru
3. Observasi karakteristik peserta didik
4. Observasi terhadap administrasi guru di sekolah
5. Observasi terhadap proses pembelajran di sekolah
6. Refleksi terhadap hasil pengamatan atas proses pembelajaran.
1.3 Manfaat Program Magang bagi Peserta Magang
Program magang bermanfaat bagi calon guru / peserta magang I, di antaranya
sebagai berikut:
a. Peserta magang mendapatkan pemahaman dan penghayatan
pengalaman di bidang manajemen dan kultur sekolah
b. Peserta magang mendapatkan pengalaman melalui pengamatan
terhadap proses membangun kompetensi pedagogik, kepribadian dan
sosial di sekolah

2
c. Peserta magang mendapatkan pengalaman dan penghayatan melalui
pengamatan terhadap proses pembelajaran di kelas
d. Peserta magang memperoleh pengalaman tentang cara berpikir dan
bekerja secara interdisipliner sehingga dapat memahami adanya
keterkaiatan ilmu dengan kondisi nyata di sekolah
e. Peserta magang mendapat kesempatan untuk berperan sebagai
motivator, fasilitator, dinamisator, dan problem solver di sekolah

3
BAB II

Hasil Pelaksanaan Program Magang

2.1 Pengamatan Keadaan dan Kultur Sekolah


1) Visi, Misi dan Tujuan Sekolah
Pada hakikatnya setiap lembaga pendidikan memiliki visi dan misi
sekolah, termasuk SD Inpres Leda. Visi dan misi yang dirancang dan
ditetapkan sewaktu – waktu akan berubah sesuai dengan kultur dan
keadaan sekolah (Visi, misi, dan tujuan sekolah: terlampir).
2) Kurikulum Sekolah
Sekolah Dasar Inpres Leda menerapkan dua macam kurikulum,
yaitu KTSP dan K–13. Dengan rincian KTSP untuk kelas III dan kelas
VI sedangkan K–13 untuk I, II, IV, dan V. Dalam rancangannya,
tahun 2019 hanya memberlakukan K–13 untuk semua rombongan
belajar di SD Inpres Leda.
3) Struktur Organisasi Sekolah
Struktur organisasi sekolah adalah sebuah susunan komponen –
komponen dalam organisasi sekolah. Dengan adanya struktur
organisasi tersebut pembagian kerja lebih mudah dikoordinasikan.
SD Inpres Leda juga memiliki struktur oraganisasi sekolah dengan
jabatan masing – masing sebagai kepala sekolah, wakil kepala
sekolah, serta jabatan sebagai guru (Struktur oraganisasi sekolah:
terlampir).
4) Standar Operasional Prosedur (SOP) Sekolah
Standar operasional prosedur sekolah adalah suatu prosedur kerja
yang sudah baku dalam suatu lembaga pendidikan atau sekolah. SD
Inpres Leda tidak memiliki standar operasional prosedur tersebut.
5) Tata tertib sekolah
Tata tertib sekolah adalah aturan dalam suatu lembaga pendidikan
yang harus ditaati oleh seluruh warga sekolah. Dalam tata tertib
sekolah tercantum aturan – aturan yang telah disepakti bersama seperti

4
aturan waktu, aturan berpakaian, dll. Sebagai salah satu lembaga
pendidikan, SD Inpres Leda juga memiliki aturan atau tata tertib salah
satu contohnya adalah hadir di sekolah tepat waktu. Aturan ini
bertujuan untuk melatih kedisiplinan dalam mengelola waktu.
6) Kode etik guru dan pegawai
Berdasarkan hasil observasi kami di SD Inpres Leda bahwa semua
guru dapat menunjukkan keteladanan dan layak menjadi panutan. Guru
- guru di SD Inpres Leda menjalankan tugasnya sebagai guru sesuai
dengan kode etik guru yang berlaku di Indonesia. Dimana sebagai
seorang orang guru mampu berbakti kepada nusa dan bangsa dalam
bentuk pengabdiannya membimbing peserta didik untuk menjadi
manusia yang berjiwa pancasila.
Untuk mencapai hal tersebut, perlu dukungan dari pihak lain
seperti orang tua siswa. Oleh karena itu, guru – guru SD Inpres Leda
menjalin hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat
sekitar untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama
terhadap pendidikan (kode etik guru dan pegawai: terlampir)..
7) Kegiatan rutin sekolah (PBB, Apel pagi, Pramuka)
SD Inpres Leda memiliki kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap
hari. Kegiatan – kegiatan rutinitas tersebut dilaksanakan dengan
sungguh – sungguh oleh warga sekolah, misalanya apel pagi dan PBB.
Kegiatan – kegiatan ini merupakan kegiatan yang wajib dilakukan
setiap pagi di SD Inpres Leda. Dalam kegiatan ini seluruh warga
belajar untuk mengenal lagu – lagu nasional, kedisiplinan dan saling
mendengarkan.
8) Kegiatan keagamaan untuk anak
Untuk meningkatkan prestasi peserta didik dibagian kerohanian,
lembaga SD Inpres Leda mewajibkan kegiatan pembacaan renungan
sebagai kegiatan rutin setiap hari sebelum proses pembelajaran
dimulai.

5
9) Kegiatan pengembangan diri (seni, olahraga, dll)
Lembaga SD Inpres Leda mengawajibkan siswa untuk mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler ini bertujuan untuk
mengembangkan minat dan bakat yiang ada pada diri peserta didik
atau siswa/I SD Inpres Leda itu sendiri. Kegiatan tersebut berupa
latihan bernyanyi, karate, kempo, THS – THM, dll.
10) Piket harian
Peserta magang mengamati bahwa, keadaan SD Inpres Leda selam
proses pembelajaran berlansung di sekolah mulai pukul 07.30 – 12.25
berjalan dengan baik. Hal ini karena sudah ada pembagian jadwal bagi
guru – guru untuk melaksanakn piket harian. Tujuandari piket harian
ini adalah agar warga sekolah bisa disiplin dan mengikuti aturan yang
berlaku di SD Inpres Leda (Piket harian: terlampir).
11) Komunikasi, relasi, dan kerja sama antarwarga sekolah
Berdasarkan hasil pengamatan kami, lembaga pendidikan SD
Inpres Leda menjalin relasi dan kerja sama yang sangat baik
antarwaraga sekolah, seperti antara guru dan guru, guru dan pegawai,
guru dan siswa, maupun siswa dan siswa. Relasi yang tercipta ini
bertujuan menumbuhkan semngat kekeluargaan di lingkungan
sekolah.
2.2 Pengamatan Kompetensi Guru
1) Pemilihan metode pembelajaran
Pada umumnya guru SD Inpres Leda menggunakan metode
ceramah, bernyanyi dan latihan. Metode ini memudahkan guru dalam
menyampaikan materinya dan memudahkan siswa untuk memahami
materi tersebut.
2) Penggunaan media
Untuk mencapai tujuan materi, guru menggunakan media yang
sesuai dengan konten materi. Misalnya media lansung dan media
gambar.

6
3) Pengelolaan kelas
Agar pelaksanaan proses pembelajaran berlansung dengan nyaman,
guru SD Inpres Leda mengelola kelas dengan baik. Misalnya,
pengelolaan tempat duduk yang berbentuk huruf U.
4) Antusiasme guru dalam pembelajaran
Guru SD Inpres Leda sangat antusias dalam proses pembelajaran.
Hal ditunjukkan dengan aktivitas guru dalam kelas yang selalu aktif
membimbing siswa.
5) Keterampilan melakukan evaluasi
Untuk menilai keberhasilan siswa, guru SD Inpres Leda melakukan
evaluasi dalam bentuk latihan – latihan.
6) Penguasaan materi
Sebelum melaksanakan proses pembelajaran, seorang guru pasti
menyiapkan diri dengan baik, termasuk menyiapkan materi yang akan
dipelajari oleh siswa. Dengan itu, guru SD Inpres Leda menguasai
materi yang akan diajarkan.
7) Keteraturan penyampaian materi
Dalam penyampaian materi yang sudah dikuasai, kami melihat
bahwa Guru SD Inpres Leda kurang teratur penyampaian materinya.
Hal ini karena respon siswa terhadap materi yang sisampaikan
berbeda-beda.
8) Penggunaan contoh yang kontekstual
Dalam sebuah proses pembelajaran pasti pemahaman dari setiap
siswa berbeda-beda dan siswa sulit memahami dengan materi saja
sehingga dengan adanya contoh yang kontekstual siswa lebih mudah
memahami. Guru SD Inpres Leda sudah baik dan bagus dalam
memberikan contoh yang sesuai materi dan berkaitan dengan realita
yang ada.

7
9) Kualitas instrumen evaluasi
Kualitas instrumen evaluasi yang dimiliki guru SD Inpres Leda
cukup baik karena mampu menjawab pertanyaan guru sejauh mana
pemahaman siswa tentang materi yang sudah dijelaskan.
10) Kemampuan berkomunikasi dengan siswa
Guru SD Inpres Leda memiliki kemampuan berkonunikasi yang
baik dengan siswa karena mereka menggunakan dua bahasa dalam
proses pembelajaran dan di lingkungan sekoalah.
11) Kemampuan berkomunikasi dengan guru lain
Sebuah hubungan yang erat tentu dimulai dari hal yang paling kecil
yaitu berkomunikasi yang baik. Guru SD Inpres Leda tidak hanya
dengan siswa saja menjalin komunikasi yang baik tetapi juga menjalin
komunikasi terhadap guru lain juga dengan baik dan harmonis seperti
keluarga sendiri.
12) Penggunaan ICT
Guru SD Inpres Leda kurang mahir dalam menggunakan ICT.
13) Perilaku empati terhadap siswa
Perilaku empati guru SD Inpres Leda terhadap siswa terlihat jelas
pada saat membimbing siswa yang kurang mampu mengerjakan soal-
soal latihan secara mandiri.
14) Keteladanan dalam perilaku dan tutur kata
Keteladanan dalam perilaku dan tutur kata Guru SD Inpres Leda
baik dan dapat menjadi contoh bagi kami perserta magang.
2.3 Pengamatan Karakter Siswa
1) Keadaan fisik dalam mengikuti pelajaran
Menurut hasil observasi kami bahwa keadaan fisik siswa SD Inpres
Leda sehat dan segar dalam mengikuti pelajaran di sekolah.
2) Rasa ingin tahu untuk belajar
Siswa SD Inpres Leda dalam proses pembelajaran rasa ingin tahu
untuk belajar kurang dan hanya beberapa orang saja yang memiliki
rasa ingin tahunya tinggi untuk belajar.

8
3) Partisipasi dalam kelas
Siswa di SD Inpres Leda sangat berpartisipasi dalam proses
pembelajaran melalui penyampaian ide atau gagasan mengenai materi
yang disampaikan.
4) Sikap dalam merespon guru dan teman yang sedang berbicara
Menurut pengamat kami, dalam proses pembelajaran siswa SD
Inpres Leda kurang peka dalam merespon guru dan temannya. Mereka
cenderung sibuk dengan pekerjaan sendiri.
5) Permasalahan yang ditemukan dalam diri siswa
Menurut hasil yang kami amati dalam proses pembelajaran siswa
di SD Inpres Leda memiliki masalah, salah satu masalah tersebut
adalah siswa malas membaca, malas tahu atau cuek dengan orang,
nakal, dll.

2.4 Pegamatan Administrasi Guru di Sekolah

1) Kalender pendidikan
Lembaga pendidikan hendaknya memiliki kalender pendidikan
sebagai acuan menjalankan proses pembelajaran. Kalender pendidikan
adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik
selama satu tahun pajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran,
minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur
(Poerwati & Amri, 2013; 81)..
Demikian juga SD Inpres Leda yang memiliki kalender pendidikan
yang berisi hari efektif sekolah serta hari – hari libur umum ataupun
khusus dalam satu tahun ajaran.
2) Program semester (Promes)
Program semester (promes) adalah rancangan pembelajaran dalam
satu semester. Promes harus dimiliki oleh seorang tenaga pendidik di
sebagai salah satu bentuk administrasi guru. Dalam pengamatan kami,
guru – guru SD Inpres Leda juga memiliki promes yang memuat tema,

9
subtema, yang akan diajarkan dalam satu semester dengan alokasi
waktu yang jelas.
3) Program tahunan (Prota)
Sama halnya dengan program semester (promes), program
tahunan(prota) juga memuat tema – tema serta subtema yang akan
diajarkan dalam satu tahun dengan alokasi waktu yang telah
ditentukan.
4) Silabus
Silabus adalah suatu reancangan pembelajaran suatu mata pelajaran
atau tema yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber
belajar yang telah ditetapkan oleh satuan pendidikan. Berdasarkan
pengamatan kelompok, guru – guru SD Inpres Leda memiliki silabus
sebagai acuan atau pedoman dalam suatu kegiatan pembelajaran.
5) Analisis SK/KD
SD Inpres Leda memiliki analisis SD/KD untuk pemetaan
kompetensi – kompetensi yang akan di pelajari.
6) Prosedur Penilaian
SD Inpres Leda memiliki prosedur penilaian yang jelas untuk
menilai peserta didik. Penilaian tersebut dimiliki oleh guru dan disi
sesuai dengan apa yang jenis penilaian yang ada. Aspek yang dinilai
adalah penilaian sikap, penilaian sosial dan penilaian keterampilan.
7) RPP
Sebagai seorang tenaga pendidik, guru harus mempunyai acuan
untuk melaksanakan tugasnya, salah satunya adalah RPP. RPP
(rencana pelaksanaan pembelajaran) yang berisi tentang rancangan
kegiatan pembelajaran /tema pembelajaran. Dalam RPP terdapat
kompetensi inti, kompetensi dasar dan indikator, tujuan pembelajaran,
materi pembelajaran, media dan sumber belajar, langkah – langkah
pembelajaran dan penilaian.
8) KKM

10
KKM (kriteria ketuntasan minimum) merupakan kriteria yang
harus dicapai oleh peserta didik. KKM yang berlaku telah disepakati
bersama sesuai dengan tingkat kesulitan materi di setiap mata
pelajaran. Di SD inpres Leda KKM yang berlaku berbeda – beda
setiap mata pelajaran. Rata – rata KMM di SD Inpres Leda adalah 55.
9) Jurnal /Agenda Guru
Setiap guru wajib memiliki jurnal atau agenda guru. Guru SD
Inpres Leda juga memiliki jurnal atau agenda guru yang berisi tentang
rapat awal tahun, rapat mingguan, program kerja, penyusunan soal
UTS dan UAS, jadwal UTS dan UAS serta catatan – catatan khusus
yang berkaitan dengan perkembangan peserta didik.
10) Buku Presensi
Buku presensi adalah buku yang berisi nama, tanggal , hari dan
keterangan. Tujuan dari buku presensi adalah untuk mengetahui
jumlah kehadiran siswa.
11) Daftar Nilai
Setiap guru di lembaga pendidikan SD Inpres Leda memiliki daftar
nilai berisi rangkuman nilai yang dipeoleh peserta didik dari beberapa
item penilaian.
12) Buku Pegangan (Buku Paket, modul dan LKS)
Dengan diterapkannya kurikulum 2013, guru di SD Inpres Leda
memiliki buku pegangan berupa buku paket untuk membantu guru
untuk melaksanakan proses pembelajaran..
13) Bahan Ajar
Dalam sebuah sekolah harus adanya bahan ajar yang
mempermudah pembelajaran, SD Inpres Leda memiliki bahan ajar
yang terarah.

14) Kisi – Kisi Soal

11
Guru SD inpres Leda juga memiliki kisi-kisi soal yang didalamnya
berisi contoh-contoh soal yang mirip dengan soal yang akan diuji.
15) Kartu Soal
Guru SD inpres Leda memiliki kartu soal yang dijadikan sebagai
alat evaluasi.
16) Analisi Hasil Ulangan
Kemampuan setiap siswa pasti berbeda-beda sehingga guru bisa
mengetahui apa yang dicapai oleh siswa. Guru SD Inpres Leda
memiliki analisis hasil ulangan yang diperoleh siswa.
17) Program Remidial
Guru SD Inpres Leda memiliki program remidial untuk membantu
siswa yang belum mencapai KKM.
18) Program Pengayaan
Program pengayaan ini sangat bermanfaat untuk memperkuat
pengetahuan dari siswa sehingga SD Inpres Leda mencanangkan
program pengayaan.
19) Kumpulan Soal / Bank Soal
Guru SD Inpres Leda memiliki kumpulan soal dari berbagi mata
pelajaran untuk dipilih soal-soal yang menurut guru bisa dijadikan alat
evaluasi pencapaian peserta didik.
20) Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
SD Inpres Leda memiliki penelitian tindakan kelas. Tindakan ini
dilakukan oleh guru berupa penilaian pengetahuan, sikap, dll siswa
dalam proses pembelajaran.
2.5 Pengamatan Pembelajaran di Kelas
1) Guru mempersiapkan siswa sebelum memulai kegiatan
pembelajaran
Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai terlebih dahulu guru
menyuruh siswa untuk melakukan yel-yel khusus SD Inpres Leda
(tepuk PPK) dan memeriksa kerapian.
2) Guru membuka pembelajaran di kelas

12
Sebelum membuka pembelajaran, guru menyuruh siswa untuk
berdoa bersama dan dilanjutkan dengan mengecek kehadiran siswa.
3) Guru memfokuskan perhatian anak pada saat pembukaan
Untuk memfokuskan perhatian siswa pada saat pembelajaran guru
memberi pertanyaan yang mudah dijawab oleh peserta didik serta
menilai daya ingat siswa tentang materi yang sudah pelajari.
4) Guru melaksanakan kegiatan apersepsi
Dalam melaksanakan kegiatan apersepsi guru mengaitkan tema dan
subtema yang akan dipelajari dengan pengetahuan sebelumnya yang
sudah di dapat oleh siswa dan mengaitkannya dengan pengalaman-
pengalaman sehari-hari siswa.
5) Kesiapan siswa mengikuti pembelajaran
Sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung siswa menyiapkan
dirinya dengan membaca buku paket yang dibagikan terkait materi
yang akan dipelajarinya
6) Respon anak pada saat awal pembelajaran di kelas
Pada saat awal pembelajaran siswa tidak terlalu respon dengan
kegiatan awal pembelajaran.
7) Respon anak terhadap kegiatan pemfokusan pada saat
pembukaan
Siswa SD Inpres Leda sangat antusias dan aktif dalam kegiatan
pemfokusan dengan mengajak siswa melakukan beberapa gerakan dan
nyanyian.
8) Respon anak pada saat kegiatan apresepsi
Siswa SD Inpres tidak terlalu peka dengan kegiatan apersepsi,
karena masih sibuk dengan pekerjaan sendiri.
9) Guru menguasai ragam metode
Pada saat kegiatan pembelajaran metode yang digunakan guru
adalah berbagai jenis metode seperti ceramah, diskusi, tanya jawab dan
penugasan.

13
10) Guru mengaitkan tema pembelajaran dengan pengetahuan lain
yang relevan
Berdasarkan pengamatan, guru tidak sering menggunakan atau
mengaitkan tema yang bersifat relevan pada saat pembelajaran.
11) Guru mengaitkan tema pembelajaran dengan kehidupan sehari –
hari
Berdasarkan pengamatan, guru mengaitkan tema pembelajaran
dengan kehidupan sehari-hari yang sering dijumpai oleh siswa yang
ada di lingkungan siswa itu sendiri.
12) Guru memantau kemajuan belajar siswa pada saat kegiatan
pembelajaran
Dengan melemparkan pertannyaan kepada siswa, bagi siswa yang
bisa menjawab guru bisa mengambil sebuah kesimpulan bahwa siswa
yang bisa menjawab berarti memiliki kemajuan dalam belajar.
13) Aktivitas siswa pada saat pembelajaran
Siswa kurang aktif dalam menanggapi pembelajaran yang
berlangsung dan tidak timbul rasa ingin tahu dalam dirinya (buktinya:
selama proses pembelajaran berlangsung tidak ada pertanyaan dari
siswa).
14) Respon siswa terhadap guru pada saat mengaitkan tema dengan
pengetahuan lain yang relevan
Berdasarkan pengamatan, siswa kurang respon pada saat
mengaitkan tema dengan pengetahuan yang relevan atau yang dapat
memudahkan siswa memahami materi yang dijelaskan.
15) Respon siswa terhadap guru pada saat mengaitkan tema dengan
kehidupan sehari – hari
Berdasarkan pengamatan, siswa kurang respon pada saat guru
mengaitkan tema dengan kehidupan sehari-hari yang relevan atau yang
dapat memudahkan siswa memahami materi yang dijelaskan.

14
16) Respon siswa terhadap guru pada saat memantau kemajuan
belajar siswa
Berdasarkan hasil pengamatan siswa kurang bertanya kembali
dengan materi yang telah dijelaskan
17) Respon siswa dalam menanggapi atau menjawab pertanyaan guru
Berdasarkan pengamatan kami, siswa sangat antusias tetapi belum
menggunakan bahasa yang logis dan baku.
18) Respon siswa dalam menanggapi dan menjawab pertanyaan siswa
lain
Berdasarkan pengamatan kami, bahwa siswa kurang antusias
menjawab pertanyaan dari teman lain. Tetapi terkadang menjawab
sesuai dengan apa yang dimengertinya dari pertanyaan yang
disampaikan oleh temannya.
19) Guru melakukan umpan balik
Berdasarkan pengamatan kami, cara guru mengetahui kemampuan
peserta didik tentang materi yang telah dipelajari yaitu dengan
memberi petanyaan yang sesuai dengan materi yang dibahas. Guru
mewajibkan siswa untuk berdiskusi dan menjawab pertanyaan
tersebut.
20) Guru melakukan refleksi
Berdasarkan pengamatan kami, sebelum mengakhiri kegiatan
pembelajaran dalam kelas, guru melihat kembali hal-hal penting dari
materi yang sudah dipelajari serta memberi penguatan dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan yang singkat sebagai bentuk refleksi dalam
kegiatan pembelajaran.
21) Guru melakukan tindak lanjut untuk mengarahkan kegiatan
berikutnya
Berdasarkan hasil pengamatan kami, untuk menindaklanjuti
pembelajaran selanjutnya guru memberikan tugas kepada siswa sesuai
dengan tema pembelajaran yang akan dibawakan.

15
22) Respon siswa terhadap guru pada saat melakukan umpan balik
Berdasarkan hasil pengamatan kami, siswa kurang respon dalam
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru karena sudah merasa
jenuh atau bosan.
23) Respon siswa terhadap guru pada saat melakukan refleksi
Berdasarkan pengamatan kami, siswa kurang respon terhadap guru,
ketika guru menjelaskan kembali materi yang telah dipelajari karena
sudah merasa bahwa kegiatan refleksi hanya sebuah pengulanga saja.
24) Respon siswa terhadap guru pada saat guru mengarahkan
kegiatan berikutnya
Siswa terlihat kurang respon terhadap guru saat guru
menyampaikan kegiatan berikutnya.
2.6 Refleksi Hasil Pengamatan
1) Pengalaman yang diperoleh selama magang 1
Begitu banyak pengalaman yang diperolah selama proses magang
1 di SD Inpres Leda. Pengalaman-pengalaman tersebut bisa menambah
pengetahuan kami sebagai calon guru sekolah dasar misalnya
pengalaman dalam pembuatan administrasi guru.
2) Perbedaan kompetensi guru di lembaga tempat magang dengan
yang seharusnya dimiliki
Menurut undang-undang seorang guru harus memiliki empat
kompetensi dasar yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi
keperibadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional. Dari
hasil pengamatan kami mengatakan bahwa guru di SD Inpres Leda
hendaknya sudah memiliki kompetensi tersebut tetapi inplementasinya
belum maksimal.
3) Kompetensi yang diperoleh untuk dipelajari dan dikembangkan
agar memiliki kesiapan dalam melaksanakan tugas sebagai guru
sekolah dasar
Banyak hal yang peserta magang peroleh saat melaksanakan proses
magang 1 di SD Inpre Leda. Seperti kompetensi – kompetensi yang

16
harus dimiliki oleh seorang guru. Misalnya kompetensi pedagogik,
dimana seorang guru harus mampu memahami karakter peserta didik,
merancang pembelajaran, dll. Hal tersebut dijadikan bekal bagi peserta
magang dalam mempersiapkan diri sebagai calon guru sekolah dasar.
4) Proses pembelajran di Sekolah Dasar yang ideal
Menurut kami, untuk mencapai proses pembelajaran yang ideal di
sekolah dasar hal yang penting adalah peran siswa dan guru. Proses
pembelajaran yang ideal di sekolah dasar pendidik atau guru harus
memiliki empat kompetensi guru yaitu kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi, sosial, dan kompetensi
professional. Selain keempat kompetensi tersebut serta bagaimana
penerapannya. Selain itu peran serta siswa juga sangat berpengaruh,
yaitu ikut berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran.
5) Saran untuk perbaikan penyelenggaraan pendidikan di tempat
magang 1
Berdasarkan obsevasi kami bahwa saran untuk perbaikan
penyelenggaraan pendidikan di SD Inpres Leda adalah diharapkan
pertama, guru – guru belajar menggunakan ICT. Kedua, siswa bisa
menggunakan bahan pustaka yang tersedia di perpustakaan sebagai
bahan bacaan secara teratur.

17
BAB III

Pembahasan Hasil Observasi

Pendidikan merupakan unsur utama dalam pengembangan manusia Indonesia


seutuhnya. Oleh karenanya, pengelolaan pendidikan harus berorientasi kepada
bagaimana menciptakan perubahan yang lebih baik.

Salah satu upaya itu ditempuh dengan menerapkan kurikulum 2013 yang
disusun dengan dilandasi pemikiran tantangan masa depan, yaitu tantangan abad
ke–21 yang ditandai dengan abadi ilmu pengetahuan dan kompetensi masa depan.
Oleh karena pentingnya pemahaman kurikulum 2013 ini demi tercapainya
implementasi yang maksimal (Kurinasi & Sani). Menurut UU 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu (Kurinasih & Sani, 2014; 2).

Berdasarkan hasil observasi kami, SD Inpres Leda menerapkan dua macam


kurikulum yaitu KTSP dan K-13. Tetapi dalam rancangannya tahun 2019 hanya
menerapkan K-13. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) guru lebih
diberi kebebasan untuk merancang pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan
kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Sedangkan K -13 lebih menekankan
pada kompetensi dengan pemikiran kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan
pengetahuan (Poerwati & Amri, 2013;7). Banyak hal yang kelompok amati di SD
Inpres Leda selama proses magang, di antaranya:

3.1. Pengamatan Keadaan dan Kultur Sekolah


Menurut KBBI, keadaan berarti suasana; situasi yang sedang berlaku. Dengan
kata lain keadaan merupakan suasana yang meliputi kondisi suatu tempat.
Sedangkan kultur merupakan budaya, kebiasaan, adat istiadat yang diwariskan.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, keadaan lingkungan SD
Inpres Leda sangat mendukung untuk proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
Keadaan lingkungan SD Inpres Leda jika dilihat dari tata letaknya, SD Inpres

18
Leda sangat strategis dimana terletak di tengah pemukiman masyarakat Leda
sehingga mudah dijangkau oleh siswa serta kondisi lingkungan sekitar sangat
mendukung dengan semua sarana prasarana yang sudah memadai.
SD Inpres Leda memiliki kultur yang khas yang membedakannya dengan
sekolah dasar yang ada di Manggarai. Keadaan dan kultur SD Inpres Leda
menjadi lebih baik nampak dari adanya visi, misi, tujuan, tata tertib, sampai
dengan kegiatan – kegiatan pengembangan minat dan bakat peserta didik. Oleh
karenanya relasi lembaga pendidikan SD Inpres Leda terlihat harmonis baik
dalam lingkungan sekolah maupun dengan masyarakat sekitar untuk mencapai
prestasi sekolah. Hal tersebut merupakan salah satu poin yang menjadi SD Inpres
Leda salah satu sekolah model di kabupaten Manggarai.

3.2. Pengamatan Kompetensi Guru

Pekerjaan menjadi seorang guru adalah sebuah profesi. Menjadi seorang guru
bukan semata-mata hanya untuk mengemban tugas sebagai pendidik, tetapi harus
memiliki kompetensi yang memadai. Kompetensi adalah kompetensi atau
kecakapan. Menurut Barlow, kompetensi guru merupakan kemampuan seorang
guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan
layak (Syah, 2005:229).

Menurut UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pada pasal 10
ayat (1) menyatakan baha “kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang
dipeoleh melalui pendidikan profesi.

Berdasarkan hasil observasi yang telah kami lakukan, semua guru di lembaga
SD Inpres Leda memiliki kompetensi atau kemampuan yang memenuhi kriteria
tuntutan guru sebagai guru yang profesional. Guru di lembaga pendidikan SD
Inpres Leda memiliki empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional sebagai wujud guru
yang profesional.

19
3.3. Pengamatan Karakteristik Siswa
Berdasarkan hasil observasi yang telah kelompok lakukan, karakteristik siswa
SD Inpres Leda berbeda-beda. Ada yang memiliki katarker yang baik, ada juga
yang memiliki karakter keras yang susah diatur. Namun perbedaan karakter
peserta didik tersebut tidak menjadi kendala bagi para guru untuk membentuk
karakter mereka agar menjadi lebih baik.
3.4. Pengamatan Administrasi Guru di Sekolah
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, semua guru di SD Inpres
Leda memiliki administrasi yang lengkap. Hal tersebut dibuktikan dengan masing
– masing guru memiliki administrasi yang menjadi kewajiban seorang guru.
3.5. Pengamatan Pembelajaran di Kelas
Menurut Wenger, pembelajaran bukanlah aktivitas, sesuatu yang dilakukan
oleh seseorang ketika ia tidak melakukan aktivitas yang lain. Pembelajaran juga
bukanlah sesuatu yang berhenti dilakukan oleh seseorang. Tetapi lebih dari itu,
pembelajaran bisa terjadi dimana saja dan pada level yang berbeda-beda, secara
individ, kolektif, ataupun sosial (Huda, 2013:2). Pembelajaran di kelas suatu
proses belajar mengajar yang dapat membawa perubahan yang signifikan bagi
peserta didik dengan pengguna RPP sebagai pedoman acuan kegiatan
pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi yang telah kami lakukan, semua Guru di SD
Inpres Leda menjadikan RPP sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan
pembelajaran. Tetapi, faktanya proses pembelajaran dalam kelas tidak sesuai
dengan rancangan dalam RPP tersebut.
3.6. Refleksi Hasil Pengamatan
Sesuai dengan pengalaman yang telah kami peroleh selama kegiatan magang
1 di SD Inpres Leda, seorang guru memang tidak cukup hanya dibekali dengan
ilmu pengetahuan. Guru yang baik selain pintar dan cerdas juga perlu memiliki
keterampilan dan kreatifitas serta kompetensi yang diperolehnya melalui
pendidikan profesi. Keterampilan dan kreativitas tersebut dapat menjadikan ia
sebagai guru yang aktif, inofatif, kreatif, efektif dan menyenangkan serta
kompetensi yang dimiliki bisa menjadikan ia sebagai guru yang profesional. Jika

20
semua hal tersebut dimiliki oleh setiap guru, maka semua tujuan pembelajaran
dapat tercapai sesuai dengan yang direncanakan.

21
BAB IV

Kesimpulan dan Saran

4.1 Kesimpulan
Setelah kelompok melaksanakan kegiatan magang di SD Inpres Leda,
kelompok dapat menarik kesimpulan bahwa pendidikan merupakan unsur utama
dalam pengembangan manusia Indonesia seutuhnya. Oleh karenanya, pengelolaan
pendidikan harus berorientasi kepada bagaimana menciptakan perubahan yang
lebih baik. STKIP Santu Paulus Ruteng memprogram kegiatan magang untuk
menciptakan perubahan tersebut. Banyak hal yang kelompok amati dan pelajari di
SD Inpres Leda selama proses magang, di antaranya keadaan dan kultur sekolah,
kompetensi guru, karakteristik siswa, administrasi guru di sekolah, pembelajaran
di kelas, serta merefleksi hasil pengamatan yang di lakukan di SD Inpres Leda.
Keadaan lingkungan SD Inpres Leda sangat mendukung untuk proses
pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Guru di lembaga pendidikan SD Inpres Leda
memiliki empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional sebagai wujud guru yang
profesional sehingga mampu memahami karakteristik siswa SD Inpres Leda yang
berbeda-beda. Ada yang memiliki katarker yang baik, ada juga yang memiliki
karakter keras yang susah diatur. Untuk memenuhi tuntutan admistrasi guru,
semua guru di SD Inpres Leda memiliki administrasi yang lengkap. Agar kegiatan
pembelajaran dalam kelas berjalan sesuai dengan prosedur semua Guru di SD
Inpres Leda menjadikan RPP sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan
pembelajaran. Tetapi, faktanya proses pembelajaran dalam kelas tidak sesuai
dengan rancangan dalam RPP tersebut.
Seorang guru memang tidak cukup hanya dibekali dengan ilmu pengetahuan.
Guru yang baik selain pintar dan cerdas juga perlu memiliki keterampilan dan
kreatifitas serta kompetensi yang diperolehnya melalui pendidikan profesi.
Keterampilan dan kreativitas tersebut dapat menjadikan ia sebagai guru yang
aktif, inofatif, kreatif, efektif dan menyenangkan serta kompetensi yang dimiliki
bisa menjadikan ia sebagai guru yang profesional. seorang guru memang tidak

22
cukup hanya dibekali dengan ilmu pengetahuan. Guru yang baik selain pintar dan
cerdas juga perlu memiliki keterampilan dan kreatifitas serta kompetensi yang
diperolehnya melalui pendidikan profesi. Keterampilan dan kreativitas tersebut
dapat menjadikan ia sebagai guru yang aktif, inofatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan serta kompetensi yang dimiliki bisa menjadikan ia sebagai guru
yang profesional.
4.2 Saran
Dari kegiatan magang 1 penulis menyarankan kepada:`
1. Lembaga
Penulis menyarankan agar pelaksanaan kegiatan magang 1 yang
diprogramkan oleh lembaga STKIP Santu Paulus Ruteng harus sesuai dengan
pelaksanaan pembelajaran disekolah.
2. Peserta magang
Peserta magang harus mengikuti kegiatan magang sesuai petunjuk buku
pedoman yang sudah diberikan oleh panitia magang. Selain itu juga agar peserta
magang dengan sungguh sehingga kegiatan magang 1 menjadi bekal dan pelajaran
untuk kegiatan magang 2 dan persiapan untuk menjadi calon guru sekolah dasar.

23
DAFTAR PUSTAKA

Kurniasih & Sani. 2014. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013. Jakarta:


Kata Pena

Poerwati & Amri. 2013. Panduan Memahami Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi
Pustaka

Huda, Miftahul. Model-model pengajaran dan pembelajaran 2014. Yogyakarta:


Pustaka pelajar

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan 2005. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Tim Kerja Magang I. Pedoman Magang I 2018. Ruteng: Pendidikan Sekolah


Dasar

24
LAMPIRAN

Visi dan Misi sekolah SD Inpres Leda

Kode Etik Guru SD Inpres Leda

25
Struktur Sekolah SD Inpres Leda

Apel Bendera SD Inpres Leda

26
Kegiatan Senam SD Inpres Leda

Kegiatan Olahraga SD Inpres Leda

27
28

Anda mungkin juga menyukai