Anda di halaman 1dari 94

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Konsep Dasar Kehamilan

a. Pengertian Kehamilan

Menurut Manuaba (2012), kehamilan merupakan mata rantai yang

berkesinambungan yang terdiri dari ovulasi pelepasan ovum, migrasi

spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi)

pada uterus, pembentukan plasenta dan tumbuh menjadi hasil konsepsi sampai

aterm.

Sedangkan menurut Betty (2012), kehamilan dimulai dari masa konsepsi

sampai lahirnya janin. Lama hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9

bulan 7 hari) yang dihitung dari hari pertama haid terakhir. Dari kedua

pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kehamilan adalah keadaan

spermatozoa dan ovum menyatu lalu dilanjutkan dengan proses nidasi

sehingga terbentuknya janin sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal

adalah 280 hari yang dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan

trimester ketiga , minggu ke – 28 hingga ke – 40 (Saifuddin, 2012)

b. Proses Terjadi Kehamilan

1) Fertilisasi

Fertilasi adalah proses bertemunya sel sperma dan sel telur.


2) Konsepsi

Konsepsi biasa disebut pembuahan. Sel telur dapat dibuahi hanya

beberapa jam setelah ovulasi, sedangkan sel mani dalam tubuh wanita

sangat kuat membuahi 1-3 hari

3) Pertumbuhan Telur

Pada waktu ovum bertemu dengan spermatozoa, mungkin beberapa

spermatozoa masuk kedalam korona radiata, tapi hanya 1 diantaranya

yang dapat memasuki sel telur. Setelah ovum dimasuki spermatozoon

terjadilah perubahan pada permukaan sel telur, hingga tidak dapat

dimasuki spermatozoa yang lain. Inti sel mani dan sel telur bersatu

disertai bercampurnya kromosom dari kedua inti, hingga telur saat ini

kembali memiliki 46 kromosom.

Pada tahap selanjutnya, masing-masing kromosom membelah diri

sehingga didapatkan 2 pasangan yang terdiri dari 46 kromosom. Ovum

yang telah dibuahi mengalami proses segmentasi sehingga menjadi

blastomer. Kemudian terjadi pembagian sel, hingga sel telur sekarang

terdiri dari 2 buah sel. Masing-masing sel membagi diri hingga terjadi 2-

4-8-16-32 sel dan seterusnya.Saat ini sel telur terdiri dari sekelompok sel

yang menyerupai buah murbey yang disebut morulla.

Kelompok sel tersebut bergerak menuju ke kavum uteri.Perjalanan

ini memakan waktu kurang dari 3 hari.Dalam morulla, terbentuk satu


rongga yang disebut eksoselom.Rongga ini terletak tidak ditengah-tengah

tapi eksentris. Pada tingkat ini, telur disebut sebagai blastokista.Pada

tingkat blastokista, telur menanamkan diri kedalam endometrium

masuknya sel telur ke dalam endometrium disebut sebagai nidasi.

4) Nidasi

Nidasi terjadi 6 hari setelah fertilisasi, nidasi menghancurkan sel-sel

endometrium .hasil penghancuran endometrium tadi dipergunakan

sebagai bahan makanan oleh telur. Nidasi biasanya terjadi pada dinding

depan / dinding belakang fundus uteri.

c. Perubahan Fisiologi Kehamilan TM III

Pada kehamilan terdapat perubahan pada seluruh tubuh wanita khususnya

pada alat genetalia eksterna, interna, dan payudara.Dalam hal ini hormone

somatomamoprin, estrogen dan progesterone mempunyai peranan penting.

Perubahan yang terdapat pada ibu hamil ialah sebagai berikut :

1) Uterus

Pada akhir kehamilan (40 minggu) berat uterus menjadi 1000 gram

(berat uterus normal 30 gram) dengan panjang 20 cm dan dinding 2,5 cm.

Pada bulan-bulan pertama kehamilan, bentuk uterus seperti buah alpukat

agak gepeng. Pada kehamilan 16 minggu, uterus berbentuk bulat.

Selanjutnya pada akhir kehamilan kembali seperti bentuk semula, lonjong

seperti telur. Hubungan antara besarnya uterus dengan tuanya kehamilan

sangat penting diketahui antara lain untuk membentuk diagnosis, apakah


wanita tersebut hamil fisiologik, hamil ganda atau menderita penyakit

seperti mola hidatidosa dan sebagainya.

Pada kehamilan 28 minggu, fundus uteri terletak kira-kira 3 jari

diatas pusat atau 1/3 jarak antara pusat ke prosssus xipoideus. Pada

kehamilan 32 minggu, fundus uteri terletak antara ½ jarak pusat dan

prossesus xipoideus. Pada kehamilan 36minggu, fundus uteri terletak

kira-kira 1 jari dibawah prossesus xipoideus. Bila pertumbuhan janin

normal, maka tinggi fundus uteri pada kehamilan 28 minggu adalah 25

cm, pada 32 minggu adalah 27 cm dan pada 36 minggu adalah 30 cm.

Pada kehamilan 40 minggu, fundus uteri turun kembali dan terletak kira-

kira 3 jari dibawah prossesus xipoideus. Hal ini disebabkan oleh kepala

janin yang pada primigravida turun dan masuk kedalam rongga panggul.

Pada trimester III, istmus uteri lebih nyata menjadi corpus uteri dan

berkembang menjadi segmen bawah uterus atau segmen bawah rahim

(SBR). Pada kehamilan tua, kontraksi otot-otot bagian atas uterus

menyebabkan SBR menjadi lebih lebar dan tipis (tampak batas yang

nyata antara bagian atas yang lebih tebal dan segmen bawah yang lebih

tipis). Batas ini dikenal sebagai lingkaran retraksi fisiologik. Dinding

uterus diatas lingkaran ini jauh lebih tebal daripada SBR (Ajeng, N.

2012).

2) Serviks Uteri
Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena

hormon estrogen. Akibat kadar estrogen yang meningkat dan dengan

adanya hipervaskularisasi, maka konsistensi serviks menjadi lunak.

Serviks uteri lebih banyak mengandung jaringan ikat yang terdiri atas

kolagen. Karena servik terdiri atas jaringan ikat dan hanya sedikit

mengandung jaringan otot, maka serviks tidak mempunyai fungsi sebagai

spinkter, sehingga pada saat partus serviks akan membuka saja mengikuti

tarikan-tarikan corpus uteri keatas dan tekanan bagian bawah janin

kebawah.

Sesudah partus, serviks akan tampak berlipat-lipat dan tidak menutup

seperti spinkter. Perubahan-perubahan pada serviks perlu diketahui sedini

mungkin pada kehamilan, akan tetapi yang memeriksa hendaknya berhati-

hati dan tidak dibenarkan melakukannya dengan kasar, sehingga dapat

mengganggu kehamilan.

Kelenjar-kelenjar di serviks akan berfungsi lebih dan akan

mengeluarkan sekresi lebih banyak. Kadang-kadang wanita yang sedang

hamil mengeluh mengeluarkan cairan pervaginam lebih banyak. Pada

keadaan ini sampai batas tertentu masih merupakan keadaan fisiologik,

karena peningakatan hormon progesteron. Selain itu prostaglandin

bekerja pada serabut kolagen, terutama pada minggu-minggu akhir

kehamilan. Serviks menjadi lunak dan lebih mudah berdilatasi pada

waktu persalinan (Ajeng, N. 2012).


3) Vagina Dan Vulva

Vagina dan vulva akibat hormon estrogen juga mengalami

perubahan. Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vula

tampak lebih merah dan agak kebiru-biruan (livide). Warna porsio

tampak livide. Pembuluh-pembuluh darah alat genetalia interna akan

membesar. Hal ini dapat dimengerti karena oksigenasi dan nutrisi pada

alat-alat genetalia tersebut menigkat. Apabila terjadi kecelakaan pada

kehamilan/persalinan maka perdarahan akan banyak sekali, sampai dapat

mengakibatkan kematian. Pada bulan terakhir kehamilan, cairan vagina

mulai meningkat dan lebih kental (Ajeng, N. 2012).

4) Ovarium

Pada permulaan kehamilan masih terdapat corpus luteum gravidarum

sampai terbentuknya plasma pada kira-kira kehamilan 16 minggu.

Lambat laun fungsi ini diambil oleh plasenta. Diperkirakan corpus luteum

adalah tempat sintetis dari relaxin dalam awal kehamilan (Ajeng, N.

2012)

5) Mammae

Pada kehamilan 12 minggu keatas, dari puting susu dapat keluar

cairan berwarna putih agak jernih disebut kolostrum. Kolostrum ini

berasal dari kelenjar-kelenjar asinus yang mulai bersekresi(Ajeng, N.

2012).

6) Sirkulasi Darah
Volume darah akan bertambah banyak ± 25% pada puncak usia

kehamilan 32 minggu. Meskipun ada peningkatan dalam volume eritrosit

secara keseluruhan, tetapi penambahan volume plasma jauh lebih besar

sehingga konsentrasi hemoglobin dalam darah menjadi lebih rendah.

Walaupun kadar hemoglobin ini menurun menjadi ± 120 g/L. Pada

minggu ke-32, wanita hamil mempunyai hemoglobin total lebih besar

daripada wanita tersebut ketika tidak hamil. Bersamaan itu, jumlah sel

darah putih meningkat (± 10.500/ml), demikian juga hitung trombositnya.

Untuk mengatasi pertambahan volume darah, curah jantung akan

meningkat ± 30% pada minggu ke-30. Kebanyakan peningkatan curah

jantung tersebut disebabkan oleh meningkatnya isi sekuncup, akan tetapi

frekuensi denyut jantung meningkat ± 15%. Setelah kehamilan lebih dari

30 minggu, terdapat kecenderungan peningkatan tekanan darah (Ajeng,

N. 2012).

7) Sistem Respirasi

Pernafasan masih diafragmatik selama kehamilan, tetapi karena

pergerakan diafragma terbatas setelah minggu ke-30, wanita hamil

bernafas lebih dalam, dengan meningkatkan volume tidal dan kecepatan

ventilasi, sehingga memungkinkan pencampuran gas meningkat dan

konsumsi oksigen meningkat 20%. Diperkirakan efek ini disebabkan oleh

meningkatnya sekresi progesteron. Keadaan tersebut dapat menyebabkan

pernafasan berlebih dan PO2 arteri lebih rendah. Pada kehamilan lanjut,
kerangka iga bawah melebar keluar sedikit dan mungkin tidak kembali

pada keadaan sebelum hamil, sehingga menimbulkan kekhawatiran bagi

wanita yang memperhatikan penampilan badannya (Ajeng, N. 2012).

8) Traktus Digestifus

Di mulut, gusi menjadi lunak, mungkin terjadi karena retensi cairan

intraseluler yang disebabkan oleh progesteron. Spinkter esopagus bawah

relaksasi, sehingga dapat terjadi regorgitasi isi lambung yang

menyebabkan rasa terbakar di dada (heathburn). Sekresi isi lambung

berkurang dan makanan lebih lama berada di lambung. Otot-otot usus

relaks dengan disertai penurunan motilitas. Hal ini memungkinkan

absorbsi zat nutrisi lebih banyak, tetapi dapat menyebabkan konstipasi,

merupakan salah satu keluhan utama wanita hamil (Ajeng, N. 2012).

9) Traktus Urinarius

Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai turun ke PAP, keluhan

sering kencing dan timbul lagi karena kandung kencing mulai tertekan

kembali. Disamping itu, terdapat pula poliuri. Poliuri disebabkan oleh

adanya peningkatan sirkulasi darah di ginjal pada kehamilan sehingga laju

filtrasi glomerulus juga meningkat sampai 69%. Reabsorbsi tubulus tidak

berubah, sehingga produk-produk eksresi seperti urea, uric acid, glukosa,

asam amino, asam folik lebih banyak yang dikeluarkan (Ajeng, N. 2012).

10) Kulit
Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat-alat

tertentu. Pigmentasi ini disebabkan oleh peningkatan melanophore

stimulating hormone (MSH) yang dikeluarkan oleh lobus anterior

hipofisis. Kadang-kadang terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi dan

hidung, dikenal dengan cloasma gravidarum.

Di daerah leher sering terdapat hiperpigmentasi yang sama, juga di

areola mammae. Linea alba pada kehamilan menjadi hitam, dikenal

dengan linea grisera. Tidak jarang dijumpai kulit perut seolah-olah retak,

warnanya berubah agak hiperemik dan kebiru-biruan, disebut striae

livide.

Linea nigra merupakan garis pigmentasi yang terentang dari sympisis

pubis sampai ke ujung atas fundus pada garis tengah, garis ini dikenal

dengan Linea Alba sebelum pigmentasi yang disebabkan faktor

hormonal. Pada primigravida, adanya linea nigra dimulai pada bulan ke-3,

sama cepatnya dengan kenaikan TFU, pada multigravida munculnya garis

ini sering lebih awal dari bulan ke-3. Tidak semua wanita hamil muncul

linea nigra.

Striae Livide merupakan garis-garis yang berwarna biru pada kulit

(pada primigravida). Striae terjadi karena ada hormon berlebihan dan ada

pembesaran atau peregangan pada jaringan, menimbulkan perdarahan

pada kapiler leher halus dibawah kulit yang berwarna biru. Peregangan

kulit seperti ini dapat sembuh dan dapat menimbulkan bekas seperti perut
berwarna putih, jadi garis yang berwarna biru menjadi putih, karena

sudah mengalami peregangan. Striae albican (pada multigravida)

biasanya terdapat pada buah dada, perut dan paha. Striae ini kadang-

kadang menimbulkan perasaan gatal pada penderita, disebabkan karena

adanya peregangan jaringan (Saifudin, 2014).

11) Metabolisme Dalam Kehamilan

BMR meningkat hingga 15-20% yang umumnya ditemukan pada

trimester III. Kalori yang dibutuhkan untuk itu diperoleh terutama dari

pembakaran karbohidrat, khususnya sesudah kehamilan 20 minggu ke

atas. Akan tetapi bila dibutuhkan, dipakailah lemak ibu untuk

mendapatkan tambahan kalori dalam pekerjaan sehari-hari. Dalam

keadaan biasa wanita hamil cukup hemat dalam hal pemakaian tenaganya.

Janin membutuhkan 30-40 gr kalsium untuk pembentukan tulang-

tulangnya dan hal ini terjadi terutama dalam trimester terakhir. Makanan

tiap harinya diperkirakan telah mengandung 1,5-2,5 gr kalsium.

Diperkirakan 0,2-0,7 gr kalsium tertahan dalam badan untuk keperluan

semasa hamil. Ini kiranya telah cukup untuk pertumbuhan janin tanpa

mengganggu kalsium ibu. Kadar kalsium dalam serum memang lebih

rendah, mungkin oleh karena adanya hidremia, akan tetapi kadar kalsium

tersebut masih cukup tinggi hingga dapat menanggulangi kemungkinan

terjadinya kejang tetani.


Segera setelah haid terlambat, kadar enzim diamino-oksidase

(histamine) meningkat dari 3-6 satuan dalam masa tidak hamil ke 200

satuan dalam masa hamil 16 minggu. Kadar ini mencapai puncaknya

sampai 400-500 satuan pada kehamilan 16 minggu dan seterusnya sampai

akhir kehamilan.Pinosinase adalah enzim yang dapat membuat oksitosin

tidak aktif. Pinosinase ditemukan banyak sekali di dalam darah ibu pada

kehamilan 14-38 minggu (Ajeng, N. 2012).

d. Perubahan Psikologis Pada Ibu Hamil TM III

1) Trimester III seringkali disebut periode menunggu dan waspada sebab

pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya.

2) Kadang-kadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-

waktu. Ini menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaannya akan

timbulnya tanda dan gejala akan terjadinya persalinan.

3) Rasa tidak nyaman timbul karena ibu merasa dirinya aneh dan jelek.

Disamping itu ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah dengan

bayinya dan kehilangan perhatian yang khusus diterima selama hamil.

Pada trimester inilah ibu membutuhkan kesenangan dari suami dan

keluarga.

4) Pada TM III ibu merasa tidak nyaman dan depresi karena janin membesar

dan perut ibu juga, melahirkan, sebagian besar wanita mengalami klimaks

kegembiraan emosi karena kelahiran bayi.


5) Ibu khawatir bayinya akan lahir sewaktu-waktu dan dalam kondisi yang

tidak normal dan semakin ingin menyudahi kehamilannya tidak sabaran

dan resah.

6) Bermimpi dan berkhayal tentang bayinya, aktif mempersiapkan kelahiran

bayinya

e. Kebutuhan dasar ibu hamil trimester III

1. Kebutuhan nutrisi

Menurut Ari Sulistyawati (2011), Pada ibu hamil jumlah kalori,

protein yang berguna untuk pertumbuhan janin dan kesehatan ibu harus

benar-benar mendapat perhatian.

2. Imunisasi

Menurut Ari Sulistyawati (2011), ibu hamil yang belum pernah

mendapat TT, pada kehamilan sebelumnya atau pada waktu akan menjadi

pengantin, maka perlu mendapat 2x suntikan TT dengan jarak minimal 1

bulan. TT yang pertama diberikan pada kunjungan antenatal yang

pertama.Bila sudah pernah, maka cukup diberikan sekali selama

kehamilan.Suntikan TT melindungi ibu dan bayinya dari penyakit tetanus

neonaturum.

3. Senam hamil

Menurut Sulistyawati (2011), senam hamil banyak memberi manfaat

dalam membantu kelancaran proses persalinan antara lain dapat melebihi


pernafasan dan relaksasi, menguatkan otot-otot panggul dan perut, serta

melatih cara mengejan yang baik dan benar.Tujuannya untuk memberi

dorongan serta melatih jasmani dan rohani dari ibu secara bertahap agar

ibu dapat menghadapi persalinan dengan tenang, sehingga proses

persalinan dapat berjalan lancar dan mudah

4. Obat-obatan

Menurut Sulistyawati (2011), jika kondisi ibu hamil tidak ada dalam

keadaan yang benar-benar berindikasi untuk diberikan obat-obatan,

sebaiknya pemberian obat dihindari. Penatalaksanaan keluhan dan

ketidaknyamanan yang dialami lebih dianjurkan kepada pencegahan dan

perawatan saja. Dalam pemberian terapi, dokter biasanya akan sangat

memperhatikan reaksi obat terhadap kehamilan, karena ada obat tertentu

yang kadang bersifat kontra terhadap kehamilan.

5. Lingkungan yang bersih

Menurut Ari Sulistyawati (2011), salah satu pendukung untuk

berlangsungnya kehamilan yang sehat dan aman adalah adanya

lingkungan yang bersih, karena kemungkinan terpapar kuman dan zat

toksit yang berbahaya bagi ibu dan janin yang terminimalisasi.

Lingkungan yang bersih disini adalah termasuk bebas dari polusi udara

seperti asap rokok. Selain udara, perilaku hidup bersih dan sehat juga

perlu dilaksanakan seperti menjaga kebersihan diri, makanan yang

dimakan, buang air besar di jamban, mandi menggunakan air bersih.


6. Seksual

Menurut Ari Sulistyawati (2011), hubungan seksual selama

kehamilan tidak dilarang selama tidak ada riwayat penyakit seperti

berikut ini: Sering abortus dan kelahiran prematur, perdarahan

pervaginam, koitus harus dilakukan dengan hati-hati terutama pada akhir

minggu terakhir kehamilan, bila ketuban sudah pecah, koitus dilarang

karena akan menyebabkan infeksi janin intrauterine.

7. Perawatan payudara

Menurut Ari Sulistyawati (2011), payudara merupakan aset yang

sangat penting sebagai persiapan menyambut sang bayi dalam proses

menyusui. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perawatan

payudara: Hindari pemakaian bra dengan ukuran yang terlalu ketat dan

yang menggunakan busa, karena mengganggu penyerapan keringat

payudara, gunakan bra dengan bentuk menyangga payudara, hindari

membersihkan puting dengan sabun mandi karena akan menyebabkan

iritasi, bersihkan puting susu dengan minyak kelapa lalu bilas dengan air

hangat, jika ditemukan pengeluaran cairan yang berwarna kekuningan

berarti produksi ASI sudah dimulai.

8. Eliminasi
Menurut Ari Sulistyawati (2011), keluhan yang sering muncul pada

ibu hamil berkaitan dengan eliminasi adalah konstipasi dan sering buang

air kemih. Konstipasi terjadi karena adanya pengaruh hormon progesteron

yang mempunyai efek rileks terhadap otot polos, salah satunya otot usus.

Selain itu, desakan usus oleh pembesaran janin juga menyebabkan

bertambahnya konstipasi. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan

adalah dengan mengkonsumsi makanan tinggi serta dan banyak minum

air putih, terutama ketika lambung dalam keadaan kosong.Meminum air

putih hangat ketika perut dalam keadaan kosong dapat merangsang gerak

peristaltik usus.Jika ibu sudah mengalami dorongan, maka segeralah

untuk buang air besar agar tidak terjadi konstipasi. Sedangkan sering

buang air kecil disebabkan karena pada trimester III bagian terendah

janin menekan kandung kemih.

9. Persiapan persalinan

Menurut Ari Sulistyawati (2011), meskipun hari perkiraan persalinan

masih lama tidak ada salahnya jika ibu dan keluarga mempersiapkan

persalinan sejak jauh hari sebelumnya.Ini dimaksudkan agar jika terjadi

sesuatu hal yang tidak diinginkan atau maju dari hari perkiraan, semua

perlengkapan yang dibutuhkan sudah siap. Beberapa hal yang harus

dipersiapkan untuk persalinan adalah: Biaya dan penentu tempat serta

penolong persalinan, anggota keluarga yang dijadikan sebagai pengambil

keputusan jika terjadi suatu komplikasi yang membutuhkan rujukan, baju


ibu dan bayi beserta perlengkapan lainnya, Surat-surat fasilitas kesehatan

(misalnya askes, jaminan kesehatan dari tempat kerja, kartu sehat, dll),

Pembagian peran ketika ibu berada di Rumah Sakit (Ibu mertua, yang

menjaga anak lainnya, jika bukan persalinan yang pertama).

f. Ketidaknyamana yang sering terjadi pada ibu hamil trimester III

Tabel 2.1 ketidaknyaman yang sering terjadi


pada ibu hamil trimester III
No Masalah Fisiologis Cara Mengatasinya

1 Sesak nafas Ekspansi diafragma Saat tidur menambahkan

dan Dispnea terbatas karena uterus bantal, hindari makan

membesar, diafragma terlalu kenyang, rujuk bila

terangkat 4 cm memburuk (kemungkinan

anemia, asthma).

2 Insomnia Gerakan janin, kram otot, Lakukan relaksasi, pijat

sering berkemih, sesak punggung, topang bagian

nafas tubuh dengan bantal, minum

susu hangat, mandi air

hangat sebelum istirahat.

3 Sering Pembengkakan vaskular Latihan kegel, batasi

berkemih dan perubahan fungsi masukan cairan sebelum

kandung kemih akibat tidur, rujuk ke pemberi

pengaruh hormon, perawatan kesehatan jika


kapasitas kandung kemih klien merasa nyeri atau

menurun akibat terbakar.

pembesaran uterus dan

bagian presentasi janin.

4 Kontraksi Intensifikasi kontraksi Tenangkan klien, istirahat,

Braxton uterus sebagai persiapan ubah posisi, lakukan teknik

Hicks persalinan bernafas saat kontraksi

mengganggu, singkirkan

kemungkinan akan bersalin.

5 Odema Odema menjadi lebih Banyak minum air untuk

dimata kaki berat bila berdiri lama, memperoleh efek diuretik

sampai duduk, postur buruk, alami, kenakan kaos kaki

tungkai kurang latihan, pakaian penopang sebelum bangkit,

ketat (misalnya, ikat istirahat secara periodik

pinggang, kaos kaki) atau dengan tungkai dan

jika cuaca panas. pinggang ditinggikan, rujuk

kedokter jika timbul odema.

Sumber: Buku Asuhan Kehamilan Pada Masa Kehamilan Ari Sulistyawati, 2011
g. Tanda Bahaya dan Komplikasi Serta Penanganan

Menurut Manuaba, I.B.G (2012) adapun tanda bahaya kehamilan lanjut :

1. Perdarahan pervaginam

Perdarahan pervaginam setelah kehamilan 28 minggu biasanya lebih

banyak dan berbahaya dari pada sebelum kehamilan 28 minggu.

Penyebab perdarahan biasanya karena adanya kelaianan plasenta,

kelainan serviks dan kelainan vagina. Prinsip dasar penaganan perdarahan

antepartum harus segera di kirim ke rumah sakit yang memiliki fasilitas

kesehatan yang lebih lengkap. (Prawirohardjo, 2010)

2. Sakit kepala berat

Sakit kepala yang menunjukan suatu masalah yang serius adalah sakit

kepala yang hebat dan menetap dan tidak hilang saat beristirahat. Hal ini

disebabkan karena ibu kurang beristirahat, kecapean atau ibu menderita

tekanan darah tinggi. Penanganan istirahat yang cukup serta mengurangi

aktivitas yang berat dan mengatur pola makan.

3. Penglihatan/ Pandangan Kabur

Karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat berubah

dalam kehamilan. Jika perubahan penglihatan ini disertai sakit kepala

yang hebat analisa sementara adalah gejala dari preeklamsi. Hal ini juga

disebabkan adanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di

korteks cerebri atau di dalam retina. Penanganan umum jika ibu tidak

sadar dan kejang, segera baringkan di tempat tidur lalu diikat agar ibu
tidak jatuh dan tali sedikit dilonggarkan guna menghindari fraktur,

selanjutnya masukkan sudap lidah kedalam mulut penderita, jika ibu tidak

kejang-kejang berikan oksigen lalu melakukan rujukan. Segera

melakukan penilaian terhadap keadaan umum termasuk tanda-tanda vital.

(Saifuddin, 2014)

4. Bengkak pada muka dan tangan

Bengkak adalah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan

dalam jaringan tubuh dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat

badan serta pembengkakan kaki dan jari tangan. Hal ini biasa menunjukan

masalah serius jika muncul pada muka dan tangan setelah beristirahat,

dan disertai keluhan fisik lain penyebabnya biasa terjadi karena anemia,

gagal jantung atau preeklamsi. Penanganan umum dengan istirahat yang

cukup, mengatur diet yang meningkatkan konsumsi makanan yang

mengandung karbohidrat serta lemak. Kalau keaadan memburuk segera

rujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih memadai. (Saifuddin, 2014)

5. Nyeri Perut Hebat

Nyeri perut yang hebat termasuk dalam tanda bahaya dalam

kehamilan. Apabila perut ibu terasa sangat keras seperti papan disertai

perdarahan pervaginam, ini disebabkan solusio plasenta. Penanganan

umum dilakukan pemeriksaan meliputi tanda-tanda vital (Saifuddin,

2014).

6. Bayi dalam kandungan gerakannya kurang


Ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama bulan ke-5 atau ke-6,

beberapa ibu dapat merasakan gerakan janinnya lebih awal. Jika janin

tidur gerakannya akan melemah. Yang termasuk tanda bahaya adalah bila

gerakan janin mulai berkurang bahkan tidak ada sama sekali. Dapat di

nilai kemungkinan yang terjadi adalah kematian janin, penyebab yang

berkaitan antara lain komplikasi plasenta, infeksi dalam rahim serta

komplikasi medis yang lain. Penanganan umum melalui denyut jantung

janin.

h. Skrining Antenatal/ Deteksi dini Kehamilan Risiko Tinggi

Upaya skrining antenatal/ deteksi dini terhadap kehamilan resiko tinggi,

dapat dilakukan dengan menggunakan instrument bantu „Kartu Skor Poedji

Rochjati‟ (KSPR), yaitu berupa kartu skor yang digunakan sebagai alat

skrining antenatal berbasis keluarga guna menemukan faktor risiko ibu hamil,

yang selanjutnya dilakukan upaya terpadu untuk menghindari dan mencegah

kemungkinan terjadinya upaya komplikasi obtetrik pada saat persalinan.

Sehingga diharapkan setiap ibu hamil mempunyai buku KIA yang dilengkapi

dengan satu kartu skor, yang pelaksanaannya dipantau oleh tenaga kesehatan,

kader posyandu, maupun ibu-ibu anggota/pengurus PKK.

Sistem skoring dalam menentukan kehamilan beresiko bertujuan untuk:

membuat pengelompokkan dari ibu hamil (KRR, KRT, KRST) agar

berkembang perilaku kebutuhan tempat dan penolong persalinan sesuai

dengan kondisi dari ibu hamil; dan melakukan pemberdayaan ibu hamil,
suami, keluarga dan masyarakat agar peduli dan memberikan dukungan dan

bantuan untuk kesiapan mental, biaya dan transportasi untuk melakukan

rujukan terencana.

Manfaat KSPR diantaranya: dapat menemukan faktor resiko ibu hamil,

digunakan untuk menentukan kelompok resiko ibu hamil, dan sebagai alat

pencatat kondisi ibu hamil. Sedangkan fungsi KSPR adalah: sebagai alat

skrining antenatal/ deteksi dini faktor resiko pada ibu hamil resiko tinggi;

sebagai alat pemantauan dan pengendalian ibu hamil selama kehamilan;

sebagai media pencatatan kondisi ibu selama kehamilan, persalinan, nifas, dan

kondisi bayi/ anak; sebagai pedoman untuk memberikan penyuluhan; dan

sebagai alat untuk validasi data kehamilan, persalinan, nifas dan perencanaan

KB. Kartu Skor Poedji Rochjati/ KSPR disusun dengan format kombinasi

antara checklist dan sistem skor. Cecklis terdiri atas 19 faktor resiko dengan

pengisian skor dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun non kesehatan

PKK (termasuk ibu hamil, suami dan keluarganya) yang telah mendapat

pelatihan cara penggunaan dan pengisiannya.

Sistem skorsing/ cara pemberian skor pada kartu KSPR adalah:

1) Skor 2: Kehamilan Risiko Rendah (KRR) Skor 2 diberikan sebagai skor

awal, untuk umur dan paritas pada semua ibu hamil.

2) Skor 4: Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) Skor 4 diberikan untuk setiap

faktor risiko pada klasifikasi KRT.


3) Skor 8: Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) Skor 8 diberikan pada

ibu hamil dengan bekas operasi sesar, letak sungsang, letak lintang,

perdarahan antepartum dan preeklamsia berat/ eklamsia.

Berdasarkan hasil skorsing menggunakan KSPR, maka dapat

direncanakan persalinan pada kehamilan sekarang, dengan kriteria:

1) Ibu hamil dengan skor 6 atau lebih: dianjurkan bersalin dengan

tenaga kesehatan.

2) Ibu hamil dengan skor 12 atau lebih: dianjurkan bersalin di rumah

sakit atau dengan dokter spesialis kandungan (Sp.OG.).


Gambar 2.1 : Kartu Skor Poedji Rochjati
Sumber:Askiyah, Devi.2012

2. Persalinan

1. Pengertian Persalianan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi/janin dan plasenta

yang telah cukup bulan atau telah dapat hidup di luar rahim melalui jalan lahir
baik dengan bantuan maupaun hanya dengan kekuatan ibu sendiri.

(sulistiawari. ARI. 2014).

Persalinan adalah proses pengeluaran (kelahiran) hasil konsepsi yang

dapat hidup diluar uterus melalui vagina kedunia luar. Proses tersebut dapat

dikatakan normal atau spontan jika bayi yang dilahirkan berada pada posisi

letak belakang kepala dan berlangsung tanpa bantuan alat-alat atau

pertolongan, serta tidak melukai ibu dan bayi. Pada umumnya proses ini

berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam (Jenny J.S. Sondhak, 2013).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup

dari dalam uterus kedunia luar. Persalinan dan kelahiran normal merupakan

proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42

minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung

dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin

(Jannah,Nurul.S.Si.T.2014)

Jadi persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi dengan

usia aterm dengan berat badan normal yang dilakukan dengan teknik istimewa

yang tidak melukai ibu maupun bayi.

2. Tujuan Asuhan Persalinan Normal (APN)

Memberikan asuhan yang memadai selama kehamilan dalam upaya

mencapai pertolongan yang bersih dan aman dengan memberikan aspek

sayang ibu dan bayi.Tujuan asuhan persalinan adalah mengupayakan

kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan
bayinya. Ada lima aspek atau Lima Benang Merah yang sangat penting dalam

memberikan asuhan persalinan yang bersih dan aman menurut

(Jannah,Nurul.S.Si.T.2014)

a. Membuat keputusan klinik

b. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi

c. Pencegahan infeksi

d. Pencatatan (rekam medik)

e. Rujukan

3. Bentuk-Bentuk Persalinan

a. Persalinan Spontan

Disebut persalinan spontan apabila persalinan ini berlangsung dengan

kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.

b. Persalinan Buatan

Disebut persalinan buatan apabila dalam persalinan dibantu dengan

tenaga dari luar misalnya ekstrasi dengan forceps, atau dilakukan operasi

section caesarea.

c. Persalinan Anjuran

Disebut persalinan anjuran apabila kekuatan yang diperlukan untuk

persainan diperoleh dengan rangsangan misalnyapemberian pitocin atau

prostaglandin.
4. Tanda-Tanda Persalinan

Pada permulaan persalinan (Preparatory stage of labor) yang terjadi

beberapa minggu sebelum terjadi persalinan, dapat terjadi tanda-tanda sebagai

berikut:

a. Lightening atau setting/deopping, yaitu kepala turun memasuki pintu atas

panggul terutama pada primigravida.

b. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.

c. Perasaan sering kencing (polikisuria) karena kandung kemih tertekan oleh

bagian terbawah janin.

d. Perasaan sakit diperut dan dipinggang karena kontraksi ringan otot rahim

dan tertekannya fleksus frankenhauser yang terletak pada sekitar serviks

(tanda persalinan false-false labour pains).

e. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar karena terdapat kontraksi otot

rahim.

f. Terjadi pengeluaran lendir, dimana lendir penutup serviks dilepaskan dan

bisa bercampur darah (Bloody show).

5. Permulaan Terjadinya Persalinan

Ada beberapa teori tentang penyebab persalinan:

a. Penurunan hormone progesterone

Penurunan hormone progesterone sehinnga menimbulkan his. Pada

akhir kehamilan kadar progesteron menurun menjadikan otot rahim

sensitive
b. Teori Keregangan

Otot Rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu,

setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan

dapat dimulai, misalnya pada kehamilan ganda sering terjadi kontraksi

setelah keregangan tertentu, sehingga memicu persalinan

c. Teori Penurunan Progesteron

Proses penurunan plasenta mulai terjadi pad auk 28 minggu, ketika

terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami

penyempitan dan buntu. Produksi progesterone mengalami penurunan,

sehingga otot rahim lebih sensitive terhadap oksitosin.Akibatnya otot

Rahim mulai berkon traksi setelah penurunan progesterone pada tingkat

tertentu.

d. Teori Oksitosin Internal

Penurunan konsentrasi progesterone akibat uk, aktivitas oksitosin

dapat meningkat, sehingga persalinan mulai terjadi.

e. Teori Prostlagandin

Pemberian prostlagandin saat kehamilan dapat menimbulkam

kontraksi otot rahim, yang dihasilkan oleh desidua sehingga konsepsi

dapat dikeluarkan dengan adanya kontraksi.

f. Teori Hipotalamus – Hipofisis & Glamdula Suprarenalis


Pada percobaan Lingin (1973) menunjukkan pada kehamilan dengan

anensefalus sering terjadi keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk

hipotalamus, sehingga disimpulkan ada hubungan antara hipotalamus

dengan persalinan.

Permulaan persalinan adalah sebagai berikut:

1) Kontraksi uterus yang adekuat terjadi 3-5 kali dalam 10 menit dengan

interval 40 detik atau lebih.

2) Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena

robekan-robekan kecil pada serviks.

3) Penipisan dan pembukaan serviks lengkap 10 cm.

4) kadang ketuban pecah dengan sendirinya

5) Dorongan untuk meneran.

6) Tekanan pada anus.

7) Perineum menonjol

8) Vulva membuka

6. Tahapan Persalinan

a. Kala I

Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0 –

10 cm (pembukaan lengkap). Lamanya kala I pada primigravida 12 jam,

sedangkan pada multi gravida sekitar 8 jam.

Kala Pembukaan dibagi 2 fase :


1) Fase Laten : dimana pembukaan servik berlangsung lambat sampai

pembukaan 3 cm berlangsung + 7-8 jam.

2) Fase Aktif

Berdasarkan selama 6 jam dibagi 3 subfase :

a) Akselerasi : Berlangsung selama 2 jam pembukaan menjadi 4 cm.

b) Dilatasi maksimal : Selama 2 jam pembukaan cepat menjadi 9 cm

menjadi 10 cm atau lengkap.

c) Diselerasi : Berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan

menjadi 10 cm atau lengkap.

b) Kala II

Kala II adalah kala yang dimulai dari pembukaan lengkap sampai

pengeluaran janin, ditandai dengan :

1) Dorongan meneran

2) Tekanan pada usus

3) Perineum menonjol

4) Vulva membuka

5) Pada primigravida kala II berlangsung 1 ½ – 2 jam dan pada

multigravida kala II berlangsung ½ – 1 jam.

c) Kala III

Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri dimulai

setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput
ketuban. Seluruh proses biasanya berlangung 5 – 30 menit setelah bayi

lahir.

d) Kala IV

Kala IV adalah kala pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan uri

lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan

postpartum.

7. Partograf

Partograf adalah alat Bantu untuk memantau kemajuan kali I persalinan

dan informasi untuk membuat keputusan klinik. Partograf sangat membantu

penolong dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik, baik

persalinan disertai penyulit maupun yang tidak disertai oleh

penyulit.penggunaan partograf secara rutin akan membantu ibudan janin

mendapatkan asuhan persalinan secara aman dan tepat waktu partograf harus

digunakan untuk:

a. Semua ibu dalam fase aktif hingga bayi lahir

b. Semua penolong persalinan (nakes/bidan)

c. Semua tempat pelayanan persalinan

Partograf mancantumkan observasi yang dimulai dari fase aktif persalinan,

dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan

selama fase aktif persalinan, termasuk :

1) Informasi Tentang ibu

a) Nama, umur
b) Gravida, para, abortus (keguguran)

c) Nomor catatan medik/nomor puskesmas

d) Tanggal dan waktu mulai dirawat

e) Waktu pecahnya selaput ketuban

2) Kondisi Janin

a) DJJ

b) warna dan adanya air ketuban

c) Penyusupan (molase) kepala janin

3) PersalinanPembukaan serviks

a) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin

b) Garis waspada dan garis bertindak

4) Jam dan Waktu

a) Waktu mulai fase aktif persalinan

b) Waktu actual saat pemeriksaan atau penilaian

5) Kontraksi Uterus

a) Frekuensi dan lamanya

b) Lama kontraksi (dalam detik)

6) Obat-Obatan dan Cairan yang Diberikan

a) Oksitosin

b) Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan

7) Kondisi Ibu

a) Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh


b) Urine (volume, aseton atau protein)

Gambar 2.3: Lembar Partograf Bagian Depan


Sumber : APN,2008
Gambar 2.4: Lembar Partograf Bagian Belakang

Sumber : APN,2008
8. Kebutuhan fisiologis dan psikologis pada ibu bersalin

a) Kebutuhan fisiologis

1) Oksigen

2) Makan dan minum

3) Istirahat selama tidak ada his

4) Kebersihan badan terutama genetalia

5) Buang air kecil dan buang air besar

6) Pertolongan persalinan yang terstandart

7) Penjahitan perineum kalauperlu

b) Kebutuhan rasa nyaman

1) Memilih tempat dan penolongpersalinan

2) Informasi tentang proses persalinan atau tindakan yang akan dilakukan

3) Posisi tidur yang dikehendaki ibu.

4) Pendampingan oleh keluarga

5) Pantuan selama persalinan

6) Inervensi yang diperlukan

c) Kebutuhan dicintai dan mencintai

d) Pendampingan oleh suami / keluarga

e) Kontak fisik (member sentuhan ringan)

1) Massase untuk mengurangi rasa sakit

2) Berbicara dengan suara yang lemah, lembut serta sopan


f) Kebutuhan harga diri

1) Merawat bayi sendiri dan menetekinya

2) Asuhan kebidanan dengan memperhatikan privacy ibu

3) Pelayanan yang bersifat empati dan simpati

4) Informasi bila akan melakukan tindakan

5) Memberikan pujian pada ibu terhadap tindakan positif yang

ibulakukan

g) Kebutuhan aktualisasi

1) Memilih tempat dan penolong sesuai keinginan

2) Memilih pendamping selama persalinan

3) Bounding and attachment

4) Ucapan selamat atas kelahiran anaknya.(Jannah,Nurul.S.Si.T.2014)

3. Bayi Baru Lahir

1. Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-

42 minggu dan berat badannya 2500-4000 gram Bayi baru lahir dari

kehamilan yang aterm (37-42 minggu) dengan berat badan lahir 2500-4000

gram. Asuhan bayi baru lahir adalah asuhan pada bayi tersebut selama satu

jam pertama setelah kelahiran (Saiffudin, 2014).

Bayi dikatakan lahir normal apabila lahir dengan presentasi belakang

kepala dan letak sungsang tanpa memakai alat pada usia kehamilan 37-42
minggu dengan berat lahir 2500-4000 gram dengan nilai Apgar Score >7 dan

tanpa cacat bawaan(Naomy Marie Tnado, 2016).

2. Tujuan Asuhan Bayi Baru Lahir

Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus

terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui bila terdapat kelainan pada

bayi atau bayi mengalami masalah kesehatan. Resiko terbesar kematian. Bayu

Baru Lahir terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama dan dua

bulan pertama kehidupannya.

Sehingga bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat di anjurkan untuk tetap

tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama. Bidan dalam

memberikan pelayanan kesehatan neonatal sekaligus memastikan bahwa bayi

dalam keadaan sehat pada saat bayi pulang atau bidan meninggalkan bayi jlka

persalinan di rumah.

3. Penilaian Asuhan Bayi Baru Lahir

a. Apgar Skor

Sebagian besar bayi baru lahir akan menunjukan usaha pernapasan

spontandengan sedikit bantuan atau gangguan. Segera setelah bayi lahir, perlu

dilakukan upaya inisiasipernapasan spontan (0-30 detik) secara cepat dan

tepat, dengan langkah-langkah sebagai berikut.

Melakukan penilaian kondisi bayi baru lahir secara cepat dan tepat, bayi

diletakan di atas perut ibu yang dilapisi dengan handuk. Pertanyaan yang perlu

dipertimbangkan sebagai berikut :


1) Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?

2) Apakah bayi bernapas spontan?

3) Apakah kulit bayi berwarna kemerahan?

4) Apakah tonus/kekuatan otot bayi cukup?

5) Apakah kehamilan ini cukup bulan?

Bila kelima pertanyaan di atas jawaban “ya”, maka bayi dapat diberikan

pada ibunya untuk segera menciptakan hubungan emosional, kemudian

dilakukan asuhan bayi baru lahir normal.

1) Evaluasi data yang terkumpul, buat diagnosis dan tentukan rencana untuk

asuhan bayi baru lahir

2) Melakukan rangsangan taktil untuk mengaktifkan reflex pad atubuh bayi

baru lahir. Salah satu teknik yang di lakukan untuk melakukan

rangasangan adalah dengan megeringkan bayi. Cara ini dapat merangsang

pernapasan spontan pada bayi yang sehat.

Rangsangan taktil harus dilakukan secara lembut dan hati-hati.

Rangsangan taktil yang dapat dilakukan, adalah sebagai berikut:

a) dengan lembut gosok punggung, tubuh, kaki, atau tangan

(eksteremitas) satu atau dua kali

b) dengan lembut, tepuk atu sentil telapak kaki bayi (satu atau dua kali)

rangsangan yang kasar, keras, atau terus enerus tidak akan banyak

menolong malahan dapat membahayakan bayi.

c) Tahap I terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit pertama


d) kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem skoring APGAR untuk

fisik. Tahap II disebut tahap transisional reaktivitas. Pada tahap II

dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya

perubahan perilaku. Tahap III disebut tahap periodik, pengkajian

dilakukan setelah 24 jam pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh

tubuh.

e) Penilaian keadaan bayi dilakukan secara APGAR yaitu :

1) Angka 0 menandakan bayi dalam keadaan maut.

2) Angka kurang dari 5 memerlukan pertolongan berupa tindakan-

tindakan tertentu.

3) Angka antara 7-10 berarti keadaan bayi baik. APGAR di

tentukan setelah 1 menit dan 5 menit.

Tabel 2.5 Apgar Score

Tanda Nilai: 0 Nilai : 1 Nilai : 2


Appearance (warna kulit) Pucat / biru Tubuh merah, Seluruh tubuh

seluruh tubuh ekstremitas biru kemerahan

Pulse (denyut jantung) Tidak ada < 100 >100

Grimace (tonus otot) Tidak ada Ekstermitas sedikit Gerak aktif

fleksi

Activity (aktifitas) Tidak ada Sedikit gerak Langsung menangis

Respiration (pernapasan) Tidak ada Lemah / tidak teratur Menangis

Sumber :Dewi,2012
Interpretasi :

Nilai 1-3 asfiksia berat.

Nilai 4-6 asfiksia sedang.

Nilai 7-10 asfiksia ringan (normal)

4. Pencegahan Kehilangan Panas

Saat lahir, mekanisme kehilangan pengaturan suhu tubuh pada BBL,

belum berfungsi sempurna.Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan

pencegahan kehilangna panas tubuh maka BBL dapat mengalami

hipotermia. Bayi dengan hipotermia, berisiko tinggi untuk mengalami sakit

berat atau bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang

tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti

walaupun berada di dalam ruangan yang relative hangat.Bayi premature atau

berat lahir rendah lebih rentan untuk mengalami hipotermia.

a. Mekanisme kehilangan panas, antara lain :

1) Evaporasi, adalah kehilangan panas akibat penguapan cairan

ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri.

2) Konduksi, adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung

antara tubuh bayi dengan permukaan dingin.

3) Konveksi, adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi

terpapar udara sekitar yang lebuh dingin.


4) Radiasi, adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi

ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih

rendah dari suhu tubuh bayi.

5) Mencegah kehilangan panas

6) Ruang bersalin yang hangat, suhu ruangan minimal 25⁰C.

7) Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan vernik caseosa. Segera

ganti handuk basah dengan handuk kering.

8) Letakan bayi di dada atau perut ibu agar ada kontak kulit ibu ke

bayi.

9) Inisiasi Menyusui Dini (IMD).

10) Gunakan pakaian yang sesuai untuk mencegah kehilangan panas.

11) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.

12) Lakukan rawat gabung.

13) Resusitasi dalam lingkungan yang hangat.

14) Transportasi hangat untuk bayi yang di rujuk.

15) Pelatihan untuk petugas kesehatan dan konseling untuk keluarga

(Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial, 2014).

5. Tanda Bahaya pada Bayi Baru Lahir

Gejala sakit pada bayi baru lahir memang sulit dikenali. Dengan

mengetahui tanda bahaya, bayi akan cepat mendapat pertolongan sehingga

dapat mencegah kematian. Rata-rata bayi yang baru lahir banyak yang
meninggal karena terlambat mengetahui tanda bahaya, terlambat memutuskan

membawa bayi berobat ke dokter dan terlambat sampai ke tempat berobat.

Untuk mewaspadainya kenalilah tanda bahaya pada bayi baru lahir seperti

di bawah ini:

a. Tidak mau menyusu atau memuntahkan semua yang diminum. Dan ini

tandanya bayi terkena infeksi berat.

b. Bayi kejang. Kejang pada bayi baru lahir kadang sulit dibedakan dengan

gerakan normal. Jika melihat gejala atau gerakan yang tak biasa dan

terjadi secara berulang-ulang seperti menguap, mengunyah, menghisap,

mata berkedip-kedip, mata mendelik, bola mata berputar-putar dan kaki

seperti mengayuh sepeda yang tidak berhenti kemungkinan bayi kejang.

c. Bayi lemah. Bergerak jika hanya dipegang. Ini tandanya bayi sakit berat.

d. Sesak nafas 60 kali permenit.

e. Bayi merintih. Ini tanda bayi sakit keras.

f. Pusar kemerahan sampai dinding perut. Jika kemerahan sudah sampai ke

dinding perut tandanya sudah terjadi infeksi berat.

g. Demam. Suhu tubuh bayi lebih dari 37,5 derarat celcius atau tubuh teraba

dingin suhunya dibawah 36,5 derajat celcius.

h. Mata bayi bernanah banyak. Ini dapat menyebabkan bayi menjadi buta.

i. Bayi diare, mata cekung, tidak sadar. Jika kulit perut dicubit akan kembali

lambat. Ini tandanya bayi kekurangan cairan yang berat bisa

menyebabkan kematian.
j. Kulit bayi terlihat kuning. Kuning pada bayi berbahaya jika muncul pada

hari pertama atau muncul setelah kurang dari 24 jam setelah lahir.

Ditemukan pada umur lebih dari 14 hari dan kuning sampai ke telapak

tangan atau kaki.

k. Buang air besar atau kotoran bayi berwarna pucat segera periksakan bayi

ke dokter, bidan atau perawat.

6. Kebutuhan kesehatan pada BBL

Kebutuhan dasar bayi baru lahir, diantaranya :

a. Membersihkan jalan nafas

Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila bayi

tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas

dengan cara sebagai berikut:

1) Letakan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.

2) Gulung sepotong bayi dan letakan dibawah bahu sehingga leher bayi

lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala di atur lurus

sedikit kebelakang.

3) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari

tangan yang dibungkus kasa steril.

4) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2 – 3 kali atau gosok kulit

bayi dengan kain kering dan kasar. Dengan rangsangan ini biasanya

bayi segera menangis.


5) Kekurangan zat asam pada bayi baru lahir dapat menyebabkan

kerusakan otak.Sangat penting membersihkan jalan nafas, sehingga

upaya bayi bernafas tidak akan menyebabkan aspirasi lendir

(masuknya lendir ke paru paru)

6) Bantuan untuk memulai pernapasan mungkin diperlukan untuk

mewujudkan ventilasi yang adekuat.

b. Kontak dini dengan ibu

1) Berikan bayi kepada ibu secepat mungkin. Kontak dini antara ibu dan

bayi penting untuk :

2) Kehangatan dan mempertahankan panas yang sesuai pada bayi  baru

lahir

3) Ikatan batin dan pemberian ASI.

4) Dorongan ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi telah “siap”

(dengan menunjukkan refleks rooting).

5) Memberi nutrisi pada bayi

1) Kebutuhan energi (kalori)

a) 110/120 kkal/kg BB selama beberapa bulan pertama

kehamilan

b) 100 kkal /kg BB pada waktu ia mencapai usia 1 tahun

2) Kebutuhan cairan

a) Hari I : 60 cc/kg BB /hari

b) Hari II : 90 cc/kg BB /hari


c) Hari III : 120 cc/kg BB /hari

d) Hari IV : 150 cc/kg BB /hari

3) Frekuensi pemberian cairan tergantung pada badan bayi :

a) BB < 1250 gr : 24x/hari atau tiap 1 jam

b) BB 1250 gr - < 2000 gr : 12x/ hari atau tiap 2 jam

c) BB > 2000 gr : 80 x/hari atau tiap 3 jam.

4. konsep Nifas

1. Pengertian Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembai, mulai dari persalinan

selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa

nifas ini 6-8 minggu (Retna Ambarwati, S. Si. T, dkk., 2014).

Masa nifas (puerpurium)adalah periode pemulihan segera setelah lahirnya

bayi dan plasenta serta mencerminkan keadaan fisiologis ibu, terutama sistem

reproduksi kembali mendekati keadaan sebelum hamil.Periode ini

berlangsung enam minggu dan berakhirnya saat kembali

kesuburan(Marliandiani,yefi.Ningrum, Nyna Puspita.2015)

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Tujuan asuhan masa nifas dibagi 2 yaitu :

a. Tujuan umum

Membantu ibu dan pasangannyaselama masa transisi awal mengasuh

anak.
b. Tujuan khusus

1) Menjagakesehatan ibu dan bayi, baik fisik maupin psikologisnya.

2) Mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi

pada ibu dan bayi

3) Memberikan pendidikan kesehatan, yentang perawatan kesehatan

diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi, dan perawatan bayi

sehat.

4) Memberikan pelayanan Keluarga Berencana (Retna Ambarwati, S.

Si. T, dkk., 2014).

3. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas

Yang dimaksud fisiologi nifas adalah hal – hal yang terjadi dan bersifat

karateristik dalam masa nifas. Perubahan – perubahan yang normal dan harus

terjadi adalah:

1. Involusi

Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat

kandungan atau uterus dan jalan kelahiran setelah bayi dilahirkan

mencapai keadaan seperti sebelum hamil.


Tabel 2.3
TFU dan Berat Uterus Masa Involusi :
Involusi TFU Berat Uterus

Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram

Uri lahir 2 jari dibawah pusat 750 gram

1 minggu pertengahan pusat – sympisis 500 gram

2 minggu fundus teraba diatas sympisis 350 gram

6 minggu bertambah kecil 50 gram

8 minggu sebesar normal 30 gram

Sumber :Marliandiani,yefi.Ningrum, Nyna Puspita.2015

2. Servik

Servik agak terbuka seperti corong pada pasca persalinan dan

konstipasi lunak.Segera setelah melahirkan, tangan pemeriksa masih dapat

dimasukan kedalam cavum uteri.Setelah satu minggu hanya dapat

dimasukan 1 jari.

3. Perubahan pada Endometrium

Pada hari pertama endometrium yang kira – kira setebal 2-5 mm itu

mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput

janin.Setelah 3 hari permukaan endometrium mulai teraba akibat lepasnya

sel – sel dari bagian yang mengalami regenerasi.Sebagian besar

endometrium terjadi dari sisa – sisa desidua basalis yang memakan waktu 2

-3 minggu.
4. Ligamen – ligament

Ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang menegang sewaktu

kehamilan dan partus berangsur – angsur seperti semula.Ligament

rofundum dapat mengendor sehingga pada hari ke - 2 pasca persalinan

harus dilakukan latihan senam. Otot – otot dinding perut akan berinvolusi

pada 6 -7 minggu pasca persalinan. Dinding vagina yang tegang akan

kembali seperti sebelumnya kira – kira setelah 3 minggu.

5. Luka Jalan Lahir

Luka jalan lahir seperti episiotomi yang telah dijahit. Luka pada vagina

dan service dan tidak luas akan sembuh primer.

6. Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim (darah dan desidua yang nekrotik)

selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat

organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi normal vagina.

1) Lochea Rubra (kruenta) 1-3 hari

Warna merah kehitaman terdiri dari sel desidua, verniks casiosa,

lanugo, sisa mekonium, selaput ketuban

2) Lochea sanguinolenta 3-5 hari

Warna putih bercampur merah terdiri dari sisa darah bercampur lendir.

3) Lochea serosa 5-9 hari

Warna kuning kecoklatan sedikit darah dan lebih banyak serum,

leokosit, robekan laserasi plasenta.


4) Lochea alba ≥ 10 hari

Warna putih, terdiri dari leukosit, selaput lendir serviks dan serabut

jaringan mati.

Gangguan pengeluaran lochea

1) Lochea purulenta, lochea dengan infeksi keluar cairan seperti nanah,

berbau busuk.

2) Lochea statis, lochea yang tidak lancar keluarnya.

7. Perubahan sistem kardiovaskuler

Volume darah turun seperti sebelum hamil dan tonus otot halus

pembuluh darah meningkat.

Ada 3 perubahan fisiologis:

1) Hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang mengurangi ukuran pembuluh

darah maternal 10-15%.

2) Hilangnya fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan stimulasi

vasodilatasi.

3) Terjadi mobilisasi air ekstravaskuler yang disimpan selama hamil

Denyut jantung , curah jantung kembali sepertih sebelum hamil.

8. Perubahan sistem Hematologi

1) Leukosit saat persalinan meningkat sampai 15.000 dan pada hari

pertama post partum meningkat kembali bsa mencapai 25.000 atau

30.000.
2) Hemoglobin hematokrit, eritrosit, mengalami penurunan pada awal

post partum.

3) Hematokrit pada hari ke- 12 post partum turun 2% lebih sehinggga

akan kehilangan darah 500 cc.

9. Perubahan sistem pencernaan

Ibu akan merasa lapar segera setelah melahirkan. Pemberian makan 1-

2 jam post partum. Penurunan progesteron mempengarui faal motilitas

usus. Biasanya akan timbul konstipasi. Faktor makanan, psikologi dapat

mempengarui konstipasi.

10. Perubahan sistem perkemihan

1) Kadar steroid yang menurun pasca melahirkan

2) Fungsi ginjal turun

3) Diuresis post partum akan terjadi dalam 12-36 jam post partum

4) Dalam 12 jam post partum ibu akan membuang kelebihan cairan

diaforesis luas akan terjadi 2-3 hari pertama post partum terutama

malam.

Pasca melahirkan kadang ibu merasa sulit untuk BAK penyebabnya:

1) Trauma terjadi pada uretra dan kandung kemih

2) Infeksi atau iritasi selama persalinan

3) Rasa nyeri pada panggul yang timbul akibat dorongan saat melahirkan,

laserasi vagina, atau episiotomy menurunkan atau mengubah reflex

berkemih.
4) Timbul oedema trigoneum yang menimbulkan obstruksi sehingga

terjadi retensio urin.

5) Kateterisasi

11. Perubahan sistem Muscukelektal

Ligamen, fasia dan diafragma pelvis, dinding perut, kulit abdomen

yang meregang pada waktu pesalinan secara berangsur- angsur menjadi

ciut dan pulih kembali.Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8

minggu setelah persalinan.

12. Perubahan TTV

b) Suhu : cenderung naik (37,5°C – 38°C) kembali normal dalam 3 hari

post partum.

c) Nadi : meningkat selama persalinana akhir, tapi cenderung normal

60-90x/menit. Jika >100 waspada infeksi atau HPP.

d) Tensi : cenderung tidak berubah.

e) Pernapasan atau RR cenderung tidak berubah.

13. Perubahan Laktasi

Laktasi dapat diartikan sebagai pembentukan dan pengeluaran air

susu ibu. ASI ini merupakan makanan pokok bayi, makanan yang terbaik

bagi bayi,makanan yang bersifat alamiah bagi tiap ibu yang melahirkan

bayi akan tersedia makanan bayinya dan ia sendiri. Bagi ibu yang

menyusui akan trlalu dekat dengan anaknya, dan bagisih anak akan lebih

merasa puas dalam pelukan ibunya, merasa tentram, aman, hangat, akan
kasih sayang ibunya. Untuk menghadapi masa laktasi. Sejak dini

kehamilan setelah terjadi prubahan- perubahan pada kelenjar mamae

yaitu:

a) Proferasi jaringan pada kelenjar- kelenjar alveoli dan jaringan lemak

bertambah.

b) Keluar cairan susu jolong dan duktus laktiferus disebut colostrum

berwarna kuning / putting susu.

c) Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dan vena -

vena berdilatasi sehingga tempat jelas.

4. Proses Adaptasi Psikologis Ibu Pada Masa Nifas

a. Taking in ( ketergantungan )

1) Timbul pada hari I dan II masa nifas

2) Membutuhkan perlindungan dan pelayanan

3) Tergantung, perlu istirahat dan nutrisi, Pasif

4) Focus pada diri sendiri

5) Membicarakan pengalaman melahirkan berulang – ulang Persepsi

menyempit, kadang konsentrasi menurun hingga kemampuan

memerima informasi juga berkurang

b. Taking hold ( ketergantungan – ketidaktergantungan )

1) Timbul pada hari ke-3 sampai dengan 4-5 masa nifas.

2) Ibu siap menerima peran baru dan belajar semua hal- hal baru.

3) Butuh sistem pendukung


4) Mekanisme pertahanan diri penting

5) Merupakan waktu terbaik untuk memberikan health education atau

penyuluhan.

c. Periode letting go

1) Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang ke rumah

2) Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi dan ia harus

beradaptasi dengan segalah kebutuhan bayi yang sangat tergantung

padanya.

3) Depresi post partum umumnya terjadi pada periode ini.

5. Program Dan Kebijaksanaan Teknis Masa Nifas

Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status

ibu dan BBL, dan untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-

masalah yang terjadi dalam masa nifas.

Tabel 2.4
Program Dan Kebijakan Teknis Masa Nifas
Kunjungan Waktu Asuhan

I 6-7 jam PP a. Mencegah perdarahan masa nifas karena

atonia uteri

b. Pemantauan keadaan umum ibu

c. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi

(bonding attatcment)

d. ASI eksklusif
II 6 hari PP a. Memastikan involusi uterus berjalan

normal, iuterus berkontraksi, uterus di

bawah umbilicus dan tidak ada tanda-tanda

perdarahan abnormal.

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi

dan petdarahan abnormal.

c. Memastikan ibu mendapatkan istirahat yang

cukup.

d. Memastikan ibu mendapat makanan yang

bergizi.

e. Memastikan ibu mnyusui dengan baik dan

tidak memperlihat tanda-tanda penyulit.

III 3minggu a. Memastikan involusi uterus berjalan

PP normal, iuterus berkontraksi, uterus di

bawah umbilicus dan tidak ada tanda-tanda

perdarahan abnormal.

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi

dan petdarahan abnormal.

c. Memastikan ibu mendapatkan istirahat yang

cukup.

d. Memastikan ibu mendapat makanan yang


bergizi.

e. Memastikan ibu mnyusui dengan baik dan

tidak memperlihat tanda-tanda penyulit.

IV 6 minngu a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-

PP penyulit yang ia alami.

b. Memberikan konseling untuk KB secara

dini, imunisasi, senam nifas, dan tanda-

tanda bahaya yang dialami oleh ibu dan

bayi.

Sumber:Retna Ambarwati, S. Si. T, dkk., 2014

6. Tanda Bahaya Pada Masa Nifas

a. Perdarahan Post Partum

Jumlah perdarahan lebih dari 300 ml dalam 24 jam post partum

menurut waktu terjadinya:

1) Perdarahan post partum primer (early post partum hemorrhage)

2) Perdarahan post partum sekunder (late post partum hemorrhage)

Faktor penyebabnya:

1) Grandemultipara

2) Jarak persalinan pendek < 2 tahun.

3) Persalinan yang dilakukan denga tindakan.


b. Lochea yang berbau busuk/bau dari vagina/lochea purulenta

Hal ini terjadi karena adanya infeksi. Jika disertai dengan nyeri perut

bagian bawah kemungkinan diagnose adalah mecritis (infeksi uterus

setelah persalinan).

c. Sub involusi uteri (pengecilan rahim yang terganggu)

Pada pemeriksaan bimanual ditemukan uterus yang lebih besar dan

lembek dari seharusnya.Fundus masih tinggi, lochea banyak dan berbau

dan tidak jarang terdapat pula perdarahan.

d. Nyeri perut dan pelvis

Misalnya parotitis (peradangan pada perotonium)

e. Pusing dan lemah berlebihan

Bisa disebabkan oleh tekanan darah yang rendah (Manuaba, 2010)

f. Suhu tinggi pada ibu (> 38°c)

Terjadi berturut-turut selama 2 hari kemudian, terjadi karena

infeksi.Dimana infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua

peradangan alat-alat genitalia dalam masa nifas.

g. Sakit kepala yang hebat

h. Pembengkakan pada wajah dan kaki

i. Payudara yang berubah berwarna merah, panas dan terasa sakit. Dicurigai

adanya perdangan pada payudara tau mastitis, karena penaganan yang

buruk pada bendungan ASI.


7. Proses Laktasi

Proses ini dikenal juga dengan istilah inisisasi menyusui dini, dimana ASI

akan keluar setelah plasenta lepas. Plasenta mengandung hormon hormon

penghambat protein (hormon plasenta) yamg menghambat pembentukan ASI.

Setelah plasenta lepas, hormon plasenta tersebut tidak diproduksi lagi,

sehingga ASI pun keluar. Umumnya ASI keluar 2-3 hari setelah

melahirkan.Namun, sebelumnya di payudara sudah terbentuk kolostrum yang

baik untuk bayi, karena mengandung zat kaya gizi dan antibodi pembunuh

kuman.(Marliandiani,yefi.Ningrum, Nyna Puspita.2015).

a. Hormon yang Terlibat dalam Proses Laktasi

Hormon-hormon yang terlibat dalam proses pembentukan ASI adalah

sebagai berikut:

1) Progesteron

Progesteron mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran

alveoli.Kadar progesteron menurun sesaat setelah melahirkan.Hal ini

menstimulasi prodksi ASI besar-besaran.

2) Estrogen

Estrogen menstimulasi sistem saluran ASI untuk

membesar.Kadar estrogen dalam tubuh menurun sesaat setelah

melahirkan dan tetap merendah untuk beberapa bulan selama tetap

menyusui.
3) Prolaktin

Berperan dalam membesarnya alveoli pada masa kehamilan.

4) Oksitosin

Berperan mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat

melahirkan dan seterusnya, seperti halnya juga dalam orgasme.

Setelah melahirkan oksitosin juga mengencangkan otot halus di

sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu.

5) Human Plasenta Lactogen (HPL)

Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan banyak

HPL yang berperan dalam pertumbuhan payudara, putting, dan aerola

sebelum melahirkan.Pada bulan kelima dan keenam kehamilan,

payudara siap memproduksi ASI.

b. Teknik dan cara menyusui

1) Cara menyusui dengan sikap duduk

a) Duduk dengan posisi santai dan tegak menggunakan kursi yang

rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu

bersandar pada sandaran kursi.

b) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan

pada putting susu dan aerola sekitarny. Cara ini mempunyai

manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembapan putting

susu.
c) Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi

ditidukan diatas pangkuan ibu dengan cara :

1) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan

pada lengkung siku ibu dan bokongbayi diletakkan pada

lengan. Kepala bayi tidak boleh tertegadah atau bokong bayi

di tahan dengan telapak tangan ibu.

2) Satu tangan bayi diletakkan divelakan badan ibu dan yang

satu didepan.

3) Perut bayi menempel badan ibu, kepaa bayi menghadap

payudara

4) Telinga dan engan bayi terletak pada satu garus lurus

5) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang`

d) Tangan kanan menyangga payudara kiri dengan keempat jari dan

ibu jari menekan payudara bagian atas aerola.

e) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting relek)

dengan cara menyentuh pipi dengan putting susu atau menyentuh

sisi mulut bayi

f) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi

didekatkan ke payudara ibu dengan putting serta aerola

dimasukkan ke mulut bayi. Usahakan sebagian besar aerola

dapat masuk kedalam mulut bayi, sehingga putting susu berada


di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar

dari tempat penampungan ASI yang terletak dibawah aerola.

2) Melepas isapan bayi

Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong.

Sebaiknya di ganti menyusui pada payudara yang lain. cara melepas

isapan bay : Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui

sudut mulut atau dagu bayi ditekan ke bawah.

a) Menyusui berikurnya dimulai dari payudara yang belum

terkosongkan

b) Setelah menyusui ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan

pada puttingsusu dan aerola sekitarnya. Biarkan kering dengan

sendirinya.

3) Menyendawa bayi

Tujuannya adalah mengeluarka udara dari lambung supaya bayi

tidak muntah setelah menyusu. Cara menyendawa bayi :

a) Bayi di gendong tegak dengan disandarkan pada bahu ibu

kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan

b) Dengan cara menelunglupkan bayi diatas pangkuan ibu, lalu

usap-usap punggung bayi sampai bayi bersendawa (Eny R.

Ambarwati S.Si.T, M.Kes dan Diah Wulandari, SST,

M.Keb.2014)
8. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

a. Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui

Pemberian ASI sangat penting karena ASI adalah makanan utama

bayi.Kualitas dan jumlah makanan yang dikonsumsi sangata

mempengaruhi produksi ASI.Ibu menyusui harus mendapatkan tambahan

zat makanan sebesar 800 kkal yang digunakan untuk memproduksi ASI

dan untuk aktivitas ibu sendiri. Selama menyusui, ibu dengan status gizi

baik rata-rata memproduksi ASI sekitar 800cc yang mengandung sekitar

600 kkal, sedangkan pada ibu dengan status gizi kurang biasanya

memproduksi kurang dari itu. Walau demikian status gizi tidak

berpengaruh besar terhadap mutu ASI, kecuali volumenya (Ari

Sulistyawati. 2014)

b. Ambulasi Dini (Early Ambulation)

Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin

membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya

untuk berjalan.Menurut penelitian, ambulasi dini tidak mempunyai

pengaruh yang buruk, tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal

tidak memengaruhi penyembuhan lika episiotomy, dan tidak

memperbesar kemungkinanterjadinya prolaps uteri atau retrofleksi.

Ambulasi tidak benar pada pasien dengan penyakit anemia, jantung, paru-

paru, demam dan keadaan lain yang masih membutuhkan istirahat.


c. Eliminasi

Dalam 6 jam pertama post partum, pasien harus sudah dapat buang air

kecil. Semakin lama urine tertahan dalam kandung kemih maka dapat

mengakibatkan kesulitan pada organ perkemihan, misalnya infeksi.

Dalam 24 jam pertama, pasien juga harus sudah dapat buang air besar ,

karena semakin lama feses tertahan dalam usus maka akan sulit baginya

untuk buang air besar secara lancar. Untuk meningkatkan volume fese,

anjurkan pasien untuk makan tinggi serat dan mkinum air putih.

d. Kebersihan Diri

Bidan harus memberikan motivasi pada diri ibu sendiri tanpa

mengurangi keaktifan ibu dalam melakukan personal hygiene.

e. Istirahat

Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas

untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya. Kurang istirahat pada ibu

post partum dapat mengakibatkan :

1) Produksi ASI yang kurang

2) Proses involusi menjadi terlambat

3) Depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayio dan dirinya

sendiri.

f. Seksual

Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah

merah
g. Senam Nifas

Senam yang pertama paling baik aman untuk memperkuat dasar

panggul adalah senam Kegel.Segera lakukan senam kegel pada hari

pertama postpartum bila memang memugkinkan.Meskipun kadang-

kadang sulit untuk secara mudah mengaktifkan otot-otot dasar panggul ini

selama hari pertama dan kedua, anjurkanlah ibu tersebut untuk terus

mencobanya. Senam kegel akan membantu penyembuhan postpartum

dengan jalan membuat kontraksi dan pelepasan secara bergantian pada

otot-otot dasar panggul. Senam kegel mempunyai beberapa manfaat

antara lain : membuat jahitan lebih merapat, mempercepat penyembuhan,

meredakan haemoroid, meningkatkan pengendalian otot-otot dasar

panggul (Eny R. Ambarwati S.Si.T, M.Kes dan Diah Wulandari,SST,

M.Keb.2014)

5. Konsep Dasar Neonatus

a. Definisi

Menurut Muslihatun (2010) masa neonates adalah masa sejak lahir

sampai dengan 4 minggu (28 hari) sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi

berumur 0 bulan sampai dengan usia 28 hari. Neonates dini adalah bayi

berusia 0-7 hari. Neonates lanjutan adalah bayi berusia 8-28 hari.

Menurut Muslihatun (2010), bayi baru lahir adalah bagian dari neonatus

yaitu suatu organisme yang sedang bertumbuh yang baru mengalami trauma
kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterine ke

kehidupan ekstra uterine.

Bayi baru lahir adalah bayi pada jam pertama setelah kelahiran, di

lanjutkan sampai 24 jam setelah kelahiran (Varney, 2010).

Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai

42 minggu dan berat badan lahir 2.500 gram sampai 4000 gram (Depkes RI,

2012).

b. Kebutuhan Neonatus

1. Kebutuhan Fisik

Berikan ASI yang pertama kali keluar dan berwarna kekuningan

(kolostrum), berikan hanya ASI Ekslusif, jangan berikan

makanan/minuman selain ASI, susui sesering mungkin, susui setiap bayi

menginginkan minimal 8x/sehari, jika tidur lebih dari 3 jam susui bayi,

susui dengan payudara kanan dan kiri secara bergantian, susui sampai

payudara terasa kosong lalu pindah ke payudara sisi lainnya.

2. Kebutuhan Kesehatan Dasar

Gunakan pakaian yang menyerap keringat dan tidak sempit, segera

ganti pakaian jika basah dan kotor, pada saat dibawa keluar rumah gunakan

pakaian secukupnya tidak terlalu tebal dan tipis, jangan gunakan gurita

terlalu kencang yang penting pakaian harus nyaman tidak mengganggu

aktifitas bayi, jaga bayi agar tetap bersih, hangat dan kering, memandikan

setiap pagi dan sore dengan air hangat pilih sabun dengan PH netral dengan
sedikit atau tanpa sabun dan pewarna, ganti popok sesegera mungkin bila

kotor baik karena urine atau feses.

3. Kebutuhan Psikososial

Sering memeluk dan menimang dengan penuh kasih sayang,

perhatikan saat sedang menyusui dan berikan belaian kasih sayang, bicara

dengan nada lembut dan halus serta penuh kasih saying

4. Kebutuhan Rasa Aman

Hindari pemberian makanan selain ASI, jaga dari trauma dengan

meletakkan bayi ditempat aman dan nyaman, tidak membiarkannya

sendirian tanpa pengamatan, dan tidak meletakkan barang-barang yang

mungkin membahayakan di dekat bayi.

5. Kebutuhan Stimulasi

Gantung benda berwarna cerah yang bergerak dan bisa dilihat,

gendong dengan posisi tegak agar bayi dapat menahan kepalanya tetap

tegak, ajak bayi tersenyum dan bicara (Nanny Vivian 2010).

c. Masalah Neonatus dan Penanganannya

Menurut Muslihatun Wafi Nur (2010), masalah yang sering terjadi pada

neonatus yaitu:

1. Hipotermi

Hipotermi dapat dicegah dengan mengeringkan bayi segera setelah

lahir. Menempatkan bayi pada ibu (kontak langsung kulit ke kulit) dan
menutupi bayi dengan selimut apabila bayi tidak mungkin diletakan diatas

dada ibu, misalnya karena ibu lemah, syok dan sebagainya maka dapat

diusahakan.

Mengeringkan bayi, membungkus bayi dengan baik, meletakkan bayi

dalam ruangan yang hangat

2. Infeksi tali pusat

Alat yang digunakan memotong tali pusat harus steril, mengikat tali

pusat harus dengan pita yang steril, klem plastik atau bentuk pengikat

lainnya, menutup tali pusat dengan kassa steril, jangan membubuhi apapun

ke tali pusat.

3. Ikterus neonaturum

Dapat dilakukan pencegahan dengan cara jaga suhu tubuh bayi tetap

normal (36,5oC – 37,5oC), beri ASI sejak bayi lahir sampai usia 6 bulan

dengan kadar kalori yang mencukupi, setiap pagi dijemur antara pukul

06.00-09.00 dengan posisi mata bayi jangan menghadap matahari, bila

keadaan umum bayi tidak baik (tidak mau minum atau kurang minum, BB

menurun, hati atau limfe membesar, BAB atau BAK tidak seperti biasanya)

segera rujuk ke RS.

4. Asfiksia

Merupakan suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernapas secara

spontan dan teratur segera setelah lahir. Prinsip resusitasi yaitu menciptakan

lingkungan yang baik, membebaskan jalan napas, ciptakan pertukaran gas


yang adekuat, menjaga agar peredaran darah tetap baik. Menilai apgar score

bayi, nilai apgar 7-10 memberi suhu lingkungan yang baik, bayi dibungkus

dan muka, dada dibuka sementara untuk melihat kemungkinan bayi tidak

bernapas setelah 1 menit, membersihkan jalan napas bagian atas dari lendir,

jika perlu beri rangsangan pada bayi, resusitasi aktif. Nilai Apgar 4-6

memerlukan resusitasi aktif jika tidak berhasil segera lakukan nafas buatan

dengan cara: Pernapasan dari mulut ke mulut atau penggunaan pompa

resusitasi, intubasi indotracheal dan O2 diberikan melalui kateter,

indotracheal dengan tekanan 1-2 mL/kgBB. Nilai Apgar 0-3 resusitasi aktif

harus segera dilakukan pernapasan buatan, dilakukan dengan intubasi + O2

diberi melalui kateter endotracheal, asidosis metabolik yang terjadi diatasi

dengan pemberian natrium bikarbonat 7,5%, glukosa 40%, kalau perlu

dilakukan pemijatan jantung luar.

Tabel 2.4 Penilaian Apgar Score


Skor 0 1 2
A : Appearance color (warna Badan merah, Seluruh tubuh
Pucat
kulit) ekstremitas biru kemerah-merahan
P : Pulse / heart rate
Tidak ada Di bawah 100 Di atas 100
(frekuensinadi)
G : Grimace (reaksi terhadap Sedikit gerakan Menangis, batuk,
Tidak ada
rangsangan) mimic atau bersih
Ekstremitas dalam,
A : Activity (tonus otot) Lumpuh Gerakan aktif
fleksi sedikit
Lemah, tidak
R : Respiration (usahanafas) Tidak ada Menangis, kuat
teratur
1. Hipoglikemi
Biasanya terjadi pada bayi prematur yang mempunyai kadar gula

darah rendah karenatimbunan glikogen hati yang kurang.

Penanganannya: Pemberian ASI yang adekuat, pemberian cairan

glukosa.

2. Penurunan Berat Badan

Dalam 3 hari pertama berat badan akan turun oleh karena bayi

mengeluarkan kencing dan meconium. Kehilangan berat badan ± 7%

dan ini dikatakan masih fisiologis.Hal ini disebabkan karena bayi malas

minum sehingga kita harus memberi penanganan. Penanganannya yaitu

dengan cara meneteki bayi sesering mungkin. Jika ASI kurang dapat

ditambah PASI, jika bayi menetek dengan kuat atau baik maka dalam 10

hari bayi akan mencapai berat badan lahir kembali.

d. Kebijakan Teknis Kunjungan Neonatus

Tabel 2.5 Kebijakana Teknis Kunjungan Neonatus


Kunjungan Penatalaksanaan

Kunjungan Neonatal 1. Mempertahankan suhu tubuh bayi

ke-1 (KN 1) dilakukan 2. Hindari memandikan bayi hingga sedikitnya

dalam kurun waktu 6- enam jam dan hanya setelah itu jika tidak terjadi

48 jam setelah bayi


masalah medis dan jika suhunya 36.5 Bungkus
lahir.
bayi dengan kain yang kering dan hangat, kepala

bayi harus tertutup


Kunjungan Penatalaksanaan

3. Pemeriksaan fisik bayi

a. Gunakan tempat tidur yang hangat dan

bersih untuk pemeriksaan

b. Cuci tangan sebelum dan sesudah

pemeriksaan lakukan pemeriksaan

c. Kepala : cephal hematoma atau tidak, caput

succedaneum

d. Muka : cyanosis atau tidak

e. Mata :Tanda-tanda infeksi ada atau tidak

f. Hidung : adakah cuping hidung atau tidak

g. mulut : adakah labio schizis atau labio alate

schiziz

h. Leher : pembesaran kelenjar lymfe atau tidak

i. Dada : Bentuk simetris atau tidak, tarikan

dinding intercostae atau tidak, ada wheezing

atau ronchi atau tidak

j. Tangan : simetris atau tidak, jari-jari lengkap

atau tidak

k. Perut : meteorisme atau tidak, adakah

pembesaran hepar dan lien atau tidak,


Kunjungan Penatalaksanaan

terdapat infeksi tali pusat atau tidak

l. Genetalia : Pada laki-laki testis berada dalam

skrotum, Penis berlubang pada letak ujung

lubang

Pada perempuan labia mayora sudah

menutupi labia minora atau tidak

m. Punggung: adakah spina bifida atau tidak,

simetris atau tidak

n. Anus : adakah atresia ani atau rekti

o. Kaki : jari lengkap atau tidak, simetris atau

tidak, kuku panjang atau tidak

4. Konseling : Jaga kehangatan, Pemberian ASI,

Perawatan tali pusat, Agar ibu mengawasi tanda-

tanda bahaya

5. Tanda-tanda bahaya yang harus dikenali oleh

ibu : Pemberian ASI sulit, sulit menghisap atau

lemah hisapan, Kesulitan bernafas yaitu

pernafasan cepat > 60 x/m atau menggunakan

otot tambahan, Letargi –bayi terus menerus tidur

tanpa bangun untuk makan,Warna kulit


Kunjungan Penatalaksanaan

abnormal – kulit biru (sianosis) atau kuning,

Suhu-terlalu panas (febris) atau terlalu dingin

(hipotermi), Tanda dan perilaku abnormal atau

tidak biasa, Ganggguan gastro internal misalnya

tidak bertinja selama 3 hari, muntah terus-

menerus, perut membengkak, tinja hijau tua dan

darah berlendir, Mata bengkak atau

mengeluarkan cairan

6. Lakukan perawatan tali pusat Pertahankan sisa

tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena

udara dan dengan kain bersih secara longgar,

Lipatlah popok di bawah tali pusat ,Jika tali

pusat terkena kotoran tinja, cuci dengan sabun

dan air bersih dan keringkan dengan benar .

7. Memberikan Imunisasi HB-0

Kunjungan Neonatal 1. Menjaga tali pusat dalam keadaaan bersih dan

ke-2 (KN 2) dilakukan kering

pada kurun waktu hari 2. Menjaga kebersihan bayi

ke-3 sampai dengan 3. Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan

hari ke 7 setelah bayi infeksi bakteri, ikterus, diare, berat badan rendah
Kunjungan Penatalaksanaan

lahir. dan Masalah pemberian ASI

4. Memberikan ASI Bayi harus disusukan minimal

10-15 kali dalam 24 jam) dalam 2 minggu pasca

persalinan.

5. Menjaga keamanan bayi

6. Menjaga suhu tubuh bayi

7. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk

memberikan ASI ekslutif pencegahan hipotermi

dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir

dirumah dengan menggunakan Buku KIA

8. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan

Kunjungan Neonatal 1. Menjaga kebersihan bayi

ke-3 (KN-3) dilakukan 2. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya

pada kurun waktu hari Bayi baru lahir

ke-8 sampai dengan 3. Memberikan ASI minimal 10-15 kali dalam 24

hari ke-28 setelah lahir. jam) dalam 2 minggu pasca persalinan.

4. Menjaga keamanan bayi

5. Menjaga suhu tubuh bayi

6. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk

memberikan ASI ekslutif pencegahan hipotermi


Kunjungan Penatalaksanaan

dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir

dirumah dengan menggunakan Buku KIA

7. Memberitahu ibu tentang Imunisasi BCG

(KEMENKES RI, 2010)

6. Konsep Dasar Keluarga Berencana (KB)

Menurut Sri Handayani (2010), Program Keluarga Berencana menurut UU

No. 10 tahun 1992 (tentang perkembangan kependudukan dan pebangunan keluarga

sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui

pendewasaan usia perkawinan (PUP) pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan

keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.tujuan dari

gerakan KB Ialah mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadi dasar

bagi mewujudkan masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan

pertumbuhan penduduk Indonesia.

a. Konsep Dasar Kontrasepsi

(1) Pengertian

Menurut Biran Affandi (2011), kontrasepsi adalah upaya mencegah

kehamilan yang bersifat sementara maupun menetap. Kontrasepsi dapat

dilakukan dengan menggunakan alat atau obat tanpa alat, secara mekanis

atau dengan operasi. Sedangkan menurut Saifuddin (2010), kontrasepsi

adalah suatu usaha guna merencanakan dan mengatur jarak


kehamilan sehingga kehamilan dapat dikehendaki pada waktu yang

diinginkan. Dari kedua pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

kontrasepsi adalah metode yang digunakan untuk mencegah kehamilan yang

bersifat sementara maupun menetap. Kontrasepsi dapat dilakukan dengan

menggunakan alat atau obat tanpa alat, secara mekanis atau dengan operasi.

(2) Tujuan Pelayanan Kontrasepsi

Menurut Hartanto Hanafi (2011), tujuan pelayanan kontrasepsi

mempunyai 2 tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum

yaitu pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu

dihayati NKKBS. Sedangkan tujuan khusus penurunan angka kelahiran yang

bermakna. Guna mencapai tujuan tersebut maka ditempuh kebijakan

mengkategorikan tiga fase untuk mencapai sasaran yaitu fase menunda

kesuburan, fase menjarangkan kehamilan dan fase mengakhiri atau

menghentikan kehamilan atau kesuburan.

b. Konseling KB

Menurut Affandi (2012), konseling merupakan aspek yang sangat penting

dalam pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi (KR).

Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu klien dalam memilih

dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan di gunakan sesuai dengan

pilihannya.
1. Sikap petugas dalam melakukan konseling yaitu memperlakukan klien

dengan baik, interaksi antara petugas dengan klien, memberikan

informasi yang baik dan benar kepada klien, menghindari pemberian

informasi yang berlebihan, membahas metode yang di inginkan klien,

membantu klien untuk mengerti dan mengingat.

2. Langkah-langkah konseling (SATU TUJU)

Dalam memberikan konseling, khususnya bagi calon klien KB yang

baru, hendaknya dapat diterapkan enam langkah yang sudah dikenal

dengan kata kunci SATU TUJU. Kata kunci SATU TUJU adalah sebagai

berikut:

SA : SApa dan Salam kepada klien secara terbuka dan sopan

T :Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien

berbicara mengenai pengalaman KB

U :Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan

reproduksi yang paling mungkin, termasuk memilih jenis

kontrasepsi

TU :BanTUlah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berpikir

mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan dan

kebutuhannya.

J :Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi

pilihannya setelah klien memilih jenis kontrasepsinya.


U :Perlunya dilakukan kunjungan Ulang. Bicarakan dan buatlah

perjanjian kapan klien akan datang kembali untuk melakukan

pemeriksaan lanjutan atau permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan.

c. Kontrasepsi Suntik

1. Macam-macam Kontrasepsi Suntik

a. KB suntik 3 bulan (Golongan progestin) yaitu :

a) Depo provera yang mengandung 150 mg DMPA (Depo

Medroxyprogesterone Asetat), yang diberikan setiap 3 bulan dengan

cara disuntik secara IM. KB suntik ini bekerja secara efektif

mencegah kehamilan dalam waktu 13 minggu, oleh karena itu

diberikan setiap 3 bulan atau 12 minggu sekali.

b) Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat) yang mengandung

200 mg Noretindron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara

disuntik secara IM.

c) KB suntik 1 bulan (Golongan progestin dengan campuran estrogen)

yaitu Cyclo provera (cyclofem yang mengandung 25 mg Depo

Medroxyprogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat). KB ini

bekerja secara efektif mencegah kehamilan selama 30 hari (1

bulan).

2. Cara kerja

Cara kerja KB suntik yaitu menekan ovulasi, membuat lendir serviks

menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu, perubahan pada


endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu, menghambat

transportasi gamet oleh tuba.

1. Efektifitas

Efektifitas dari KB suntik golongan progestin: kedua kontrasepsi

suntik tersebut memiliki efektifitas yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan

per 100 perempuan. Sedangkan golongan progestin dengan campuran

estrogen propiorat (suntikan kombinasi) Sangat efektif (0,1-0,4

kehamilan per 100 perempuan) selama tahun pertama penggunaan.

2. Keuntungan

Keuntungan dari KB suntik golongan progestin yaitu sangat

efektif, pencegahan kehamilan jangka panjang, tidak mengandung

estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung,

dan gangguan pembekuan darah, dapat digunakan oleh perempuan usia

≥ 35 tahun samapi perimenopause, menurunkan kejadian penyebab

penyakit jinak payudara.

Golongan progestin dengan campuran estrogen mempunyai

keuntungan kontrasepsi dan non kontrasepsi, keuntungan kontrasepsi

yaitu risiko terhadap kesehatan kecil, tidak berpengaruh pada

hubungan suami istri, jangka panjang, efek samping sangat kecil, tidak

diperlukan pemeriksaan dalam sedangkan non kontrasepsi yaitu

mengurangi jumlah perdarahan, mengurangi nyeri saat haid, mencegah

anemia, mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium.


3. Kerugian

Kerugian dari kontrasepsi suntik yaitu gangguan pola haid seperti

perdarahan yang banyak atau sedikit, tidak haid sama sekali, spotting.

Ketergantungan klien terhadap tenaga kesehatan, efektifitasnya

berkurang bila digunakan bersamaan dengan obat-obatan epilepsi atau

obat tuberculosis, penambahan berat badan, kemungkinan

terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian.

(Biran Affandi, 2011)

4. Yang dapat menggunakan KB Suntik Progestin

Yang dapat menggunakan KB suntik progestin menurut yaitu usia

reproduksi, nulipara dan yang telah memiliki anak, menghendaki

kontrasepsi jangka panjang, menyusui, setelah melahirkan dan tidak

menyusui, pasca abortus, perokok, sering lupa minum pil kontrasepsi,

anemia defisiensi besi, menggunkan obat untuk epilepsi atau obat

tuberculosis.

5. Yang tidak boleh menggunakan KB Suntikan Progestin

Hamil atau dicurigai hamil, perdarahan pervaginam yang belum

jelas sebabnya, tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid

terutama amenorea, menderita kanker payudara atau mempunyai

riwayat kanker payudara, Diabetes mellitus disertai komplikasi.

6. Waktu mulai penggunaan


Setiap saat selama siklus haid asal ibu tidak hamil, mulai hari

pertama sampai hari ke-7 siklus haid, ibu yang menggunakan

kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan kontrasepsi

suntikan, ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur.

(Saifuddin, A.B., 2014)

B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan

1. Manajemen kebidanan

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan

sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori

ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian/ tahapan yang logis

untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien. Manajemen

kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan, yang dimulai dengan

pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut

membentuk kerangka yang lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua situasi.

Akan tetapi, setiap langkah tersebut bisa dipecah-pecah ke dalam tugas-tugas

tertentu dan semuanya bevariasi sesuai dengan kondisi klien.

Proses ini akan membantu mahasiswa dalam peralihan peranannya dalam

penataksanaan klien. Proses ini juga membantu para bidan selama memberikan

asuhan yang aman dan bermutu.

Proses manajeman kebidanan ini terdiri dari 7 langkah:

1) Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien

secara keseluruhan.
2) Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa/ masalah.

3) Mengidentifikasi masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya.

4) Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan tindakan,

konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi

klien.

5) Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional

berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.

6) Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman.

7) Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali

penatalaksanaan proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif.

Meskipun proses tersebut bila dipecah-pecah menjadi tujuh langkah, namun

sebenarnya semuanya adalah saling bersambungan, berulang kembali. Untuk bisa

mengevaluasi efektivitas dari rencana asuhan, diperlukan pengumpulan data,

mengevaluasinya, lalu membuat rencana asuhan kembali. Proses tersebut

berlanjut terus dan berulang ulang, dengan setiap kali melakukan pemeriksaan

klien. Oleh sebab itu, terdapat suatu hubungan yang dinamis berulang antara

masing-masing langkah dan setiap langkah akan bergantung pada keakuratan

hasil dari langkah sebelumnya (Pusdiknakes,2011).

(a) Langkah I:

Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan

klien secara keseluruhan. Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua


informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan

dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara:

1) Anamnesa baik auto anamnesa maupun anamnesa.

2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan.

3) Pemeriksaan penunjang.

Langkah ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah

berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi

akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap

selanjutnya, sehingga dalam pendekatan ini harus dilakukan secara

komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan

sehingga dapat menggambarkan kondisi/ masukan klien yang sebenarnya

dan valid. Kaji ulang data yang sudah dikumpulkan apakah sudah tepat,

lengkap dan akurat(Pusdiknakes,2011).

(b) Langkah II:

Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosis/ masalah.

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah

berdasarkan interpretasi yang akurat atas data-data yang telah dikumpulkan.

Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat

merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Masalah tidak dapat

didefinisikan seperti diagnosa akan tetapi tetap membutuhkan penanganan.

Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami waita

yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga
sering menyertai diagnosa. Sebagai contoh: diperoleh diagnosa “ibu hamil”,

masalah: .wanita tersebut tidak menginginkan kehamilannya. Contoh lain:

ibu hamil trimester ke III, merasa takut terhadap proses persalinan dan

melahirkan yang sudah tidak dapat ditunda lagi. Perasaan takut tidak

termasuk dalam kategori “nomenklatur standar diagnosa” tetapi tentu akan

menciptakan suatu maslah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan

memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa takut. Diagnosa

kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktik

kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan

(Pusdiknakes,2011).

(c) Langkah III:

Mengidentifikasi diagnosa potensial/ masalah potensial dan

mengatisipasi penanganannya. Pada langkah ini kita mengidentifikasi

masalah potensial atau diagnosa potensial brdasarkan diagnosa/ masalah

yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila

memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan

bersiap-siap mencegah diagnosa/ masalah potensial ini menjadi benar-benar

terjadi. Langkah ini, penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.

(d) Langkah IV:

Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, untuk melakukan

tindakan, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan

kondisi klien. Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan untuk


dikonsultasikan atau ditangani bersakam dengan anggota tim kesehatan yang

lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan

kesinambungan dari proses penatalaksanaan kebidanan.

Jadi penatalaksanaan bukan hanya selama kunjungan antenatal saja,

tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya

pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.

Data baru mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data

mungkin mengidentifikasikan situs yang gawat dimana bidan harus

bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (misanya

perdarahan kala III atau distosia bahu). Dari data yang dikumpulkan dapat

menunjukkan satu situasi yang memerlukan tindakan segera sementara yang

lain harius menunggu intervensi dari seorang dokter, misalnya prolaps tali

pusat. Situasi lainnya bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi

memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.

Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari preeklamsi,

kelaina panggul, adanya penyakit jantung, diabetes atau maslah medik yang

serius, maka bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan

dokter. Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan

mmerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain

seperti pekerja sosial, ahli gizi atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru

lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien
untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat

dalam penatalaksanaan asuhan klien.

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan

tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah/ kebutuhan yang dihadapi

klinnya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk

mengantisipasi diagnosa/ maslah potensial pada step sebelumnya, bidan juga

harus merumuskan tindakan emergency/ segera yang harus dirumuskan

untuk menyelamatkan. ibu dan bayi. Dalam rumusan ini termasuk tindakan

segera yang mampu dilakukan scara mandiri secara kolaborasi atau bersifat

rujukan. Kaji ulang apakah tindakan segera ini benar-benar dibutuhkan

(Pusdiknakes,2011).

e) Langkah V:

Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional

berdaraskan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya. Pada

langkah ini rencana asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-

langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan

terhadap maslah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.

Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi.

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi hal-hal yang

sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang

berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita

tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah


dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada

masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultur atau masalah

psikologis.

Dengan perkataan lain asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup

setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan kesehatan. Setiap

rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan

dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan

melaksanakan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas

bidan adalah mrumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan

rencana asuhan bersama klien kemudian membuat kesepakatan brsama

sebelum melaksanakannya. Semua keputusan yang dikembangkan dalam

asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan

pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang

apa yang akan dilakukan klien. Kaji ulang apakah rencana asuhan sudah

mliputi semua aspek asuhan kesehatan terhadap klien (Pusdiknakes,2011).

f) Langkah VI:

Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman. Pada langkah

keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada

langkah ke-5 dilaksanakan secaa efisien dan aman. Perencanaan ini bisa

dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota

tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukannya sendiri ia tetap


memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya

memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana).

Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk

menangani klien yang mengalami komplikasi, maka bidan tetap terlihat dan

tetap bertanggung jawab trhadap terlaksananya rencana asuhan bersama

yang menyeluruh tersebut.

Penatalaksanaan yang efesien akan menyangkut waktu an biaya serta

meningkatkan mutu dan asuhan klien. Kaji ulang apakah semua rencana

asuhan telah dilaksanakan (Pusdiknakes,2011).

g) Langkah VII:

Mengevaluasi hasil asuhan. Pada langkah ke VII ini dilakukan evaluasi

keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan

kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan

kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam diagnosa dan masalah.

Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efktif dalam

pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif

sedangkan sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses penatalaksanaan

ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan makan perlu

mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui

penatalaksanaan untuk mengidentifikasi mengapa proses penatalaksanaan

tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut.


Langkah-langkah proses penatalaksanaan umumnya merupakan

pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi

tindakan serta berorientasi pada proses klinis., karena proses

penatalaksanaan tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langka

akhir tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses

penatalaksanaan ini dievaluasi dalam tulisan saja (Pusdiknakes,2011).

Asuhan kebidanan merupakan metode pemberian asuhan yang berbeda

dengan model praktik kedokteran. Diharapkan mahasiswa dapat memahami

apa perbedaannya dan bisa menjelaskan prinsip-prinsip yang memberi

batasan tentang asuhan kebidanan. Bidan-bidan diseluruh dunia sependapat

bahwa prinsip asuahan kebidanan adalah sebagai berikut:

1) Memahami bahwa kehamilan, persalianan dan kelahiran anak

merupakan suatu proses alamiah dan fisiologis

2) Menggunakan cara-cara yang sederhana, tidak melakukan intervensi

tanpa adanya indikasi sebelum menggunakan teknologi canggih.

3) Aman, berdasarkan fakta, dan memberi kontribusi pada keselamatan

jiwa ibu.

4) Terpusat pada ibu, bukan terpusat pada pemberian asuhan kesehatan/

lembaga (sayang ibu) .

5) Menjaga privasi serta kerahasiaan ibu.

6) Membantu ibu agar merasa nyaman, aman dan didukung secara

emosional.
7) Memastikan bahwa kaum ibu mendapatkan informasi, penjelasan dan

konseling yang cukup.

8) Mendorong ibu dan keluarga agar menjadi peserta aktif dalam membuat

keputusan setelah mendapat penjelasan mengenai asuhan yang akan

mereka dapatkan.

9) Menghormati aspek budaya, setempat, kebiasaan, praktikpraktik adat,

dan keyakinan agama.

10) Memantau kesejahteraan fisik, psikologis, spiritual, dan sosial

ibu/keluarganya selama kehamilan, persalinan/ kelahiran anak dan

sampai 40 hari pasca salin.

11) Memfokuskan perhatian pada peningkatan kesehatan dan pencegahan

penyakit.

2. Dokumentasi

Pendokumentasian dalam asuhan kebidanan menggunakan pendekatan SOAP.

Catatan SOAP terdiri atas empat langkah yang dasarikan dari manajemen

kebidanan.

S =SUBJEKTIF : Informasi/ data yang didapatkan dari anamnesa.

O = OBJEKTIF : Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan bidan atau hasil

laboratorium.

A = ANALISA : Kesimpulan yang dibuat berdasarkan data subyektif dan

obyektif tersebut.
P = PENATALAKSANAAN : Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai

dengan analisa yang telah dibuat (Pusdiknakes,2011).

Pendokumentasian dianggap penting karena :

1) Menciptakan catatan permanen tentang asuhan yang diberikan.

2) Memungkinkan berbagi informasi diantara para pemberi asuhan.

3) Memfasilitasi pemberian asuhan yang berkesinambungan.

4) Memungkinkan pengevaluasian dari asuhan yang diberikan.

5) Memberikan data untuk catatan nasional, penelitian, statistik mortalitas dan

morbiditas.

6) Meningkatkan pemberian asuhan yang telah aman dan bermutu tinggi kepada

klien (Pusdiknakes,2011).

Alasan memakai SOAP adalah:

1) Pendokumentasian dengan pendekatan metode SOAP merupakan kemajuan

informasi secara sistematis yang dapat mengorganisir temuan-temuan

sehingga menjadi kesimpulan yang akan di buat sebagai rencana asuhan.

2) Metode ini merupakan inti sari dari proses penatalaksanaan asuhan kebidanan

untuk tujuan penyediaan dan pendokumentasian asuhan.

3) SOAP meruapakan langkah-langkah yang dapat membantu dalam

mengorganisir pikiran dan memberikan asuhan yang menyeluruh

(Pusdiknakes,2011).
SOAP adalah catatan yang tertulis secara singkat, lengkap dan bermanfaat buat

bidan atau pemberian asuhan yang lengkap. Seorang bidan hendaknya

menggunakan SOAP setiap kali ia bertemu dengan pasiennya. Selama masa

antenatal, seorang bidan dapat menuliskan satu catatan SOAP untuk setiap kali

kunjungan. Sementara dalam masa intranatal, seorang bidan boleh menuliskan

lebih dari satu catatan untuk satu pasien dalam satu hari. Juga, seorang bidan

harus melihat catatan catatan SOAP terdahulu bilamana merawat seorang klien

untuk mengevaluasi kondisinya yang sekarang. Sebagai seorang siswa, bidan

akan mendapatkan lebih banyak pengalaman dan urutan SOAP akan terjadi

secara alamiah (Pusdiknakes,2011).

3. Kewenangan Bidan

PerMenKes Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Praktik Bidan:

1) Bagian Kedua

a) Kewenangan

Pasal 18

Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan, Bidan memiliki kewenangan

untuk memberikan:

1) pelayanan kesehatan ibu;

2) pelayanan kesehatan anak; dan

3) pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

Pasal 19
1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf a

diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan, masa

nifas, masa menyusui, dan masa antara dua kehamilan.

2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

pelayanan:

a) konseling pada masa sebelum hamil;

b) antenatal pada kehamilan normal;

c) persalinan normal;

d) ibu nifas normal;

e) ibu menyusui; dan

f) konseling pada masa antara dua kehamilan.

g) Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), Bidan berwenang melakukan:

(a) episiotomi;

(b) pertolongan persalinan normal;

(c) penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II;

(d) penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan;

(e) pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil;

(f) pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas;

(g) fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu

ibu eksklusif;
(h) pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan

postpartum;

(i) penuluhan konseling

(j) bimbingan pada kelompok ibu hamil, dan

(k) pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran

2) Bagian Keempat

a) Kewajiban dan Hak

Pasal 28

Dalam melaksanakan praktik kebidanannya, Bidan berkewajiban untuk:

(1) menghormati hak pasien;

(2) memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien dan pelayanan

yang dibutuhkan;

(3) merujuk kasus yang bukan kewenangannya atau tidak dapat ditangani

dengantepat waktu;

(4) meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan;

(5) menyimpan rahasia pasien sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangan-undangan;

(6) melakukan pencatatan asuhan kebidanan dan pelayanan lainnya yang

diberikan secara sistematis;

(7) mematuhi standar profesi, standar pelayanan, dan standar prosedur

operasional;

(8) melakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan Praktik


Kebidanan termasuk pelaporan kelahiran dan kematian;

(9) pemberian surat rujukan dan surat keterangan kelahiran; dan

(10) meningkatkan mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan

pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya.

Pasal 29

Dalam melaksanakan praktik kebidanannya, Bidan memiliki hak:

(1) memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan pelayanannya

sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan, dan standar prosedur

operasional;

(2) memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari pasien dan/atau

keluarganya;

(3) melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi dan kewenangan; dan

(4) menerima imbalan jasa profesi.

Jadi dapat disimpulkan Kewenangan bidan sesuai dengan “Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin Dan

Penyelenggaraan Praktik Bidan” Bagian Kedua Kewenangan Pasal 19 ayat 2

Poin D yaitu memberikan pelayanan kesehatan pada ibu nifas normal dan ayat 3

poin f yaitu memberikan pelayanan kesehatan ibu dengan memberikan vitamin A

dosis tinggi pada ibu nifas.


4. KerangkaKonsep
Ibuhamil
UK 36-40Minggu

Fisiologis Patologis
Kunjungan I
(UK 39+5 hari minggu)
Kunjungan II Rujuk
(UK 37 minggu)
Kunjungan III
(UK 3 minggu)

Bersalin

Fisiologis Patologis

Pemantauan kemajuan persalinan kala I-IV dengan partograf


Rujuk

Bayi baru lahir Nifas

Fisiologis Patologis
Fisiologis Patologis
(a)
Rujuk
Penerapan asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis
Penerapan asuhan kebidanan pada BBL neonates fisiologis
Rujuk
K I (6 jam – 3 hariPP)
K I(umur 6 jam – 3 hari)
K II (umur 4-7 ) K II (4-7 hari PP)
KIII (umur 8-14 hari) K III (8-14 hari PP)
KB

K I (4-7 hari PP)


Konseling pelayanan KB
Keterangan : K II (8-14 hari PP)
: di teliti Evaluasi konseling pelayanan KB
: yang tidak diteliti
:

Anda mungkin juga menyukai