Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Kehamilan
1. Pengertian Kehamilan
Menurut WHO (2016) Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau
penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi, bila dihitung darisaat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan
normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9
bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester,
dimana trimester pertama berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15
minggu (minggu ke-13 hingga ke-27) dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-
28 hingga ke-40).
2. Fisiologi Kehamilan
Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan yang terdiri
dari:
Pada saat ovulasi, ovum dikeluarkan dari folikel de graff di dalam ovarium.
Folikel yang rupture akan mengalami sejumlah perubahan sehingga terbuat korpus
luteum menstruasi yang menstruasi yang secara progresif akan mengalami
degenerasi dan regresi menyeluruh pada menstruasi berikut.
Apabila ovum telah di buahi maka korpus luteum akan di pertahankan oleh
produksi gonadotropin chorionic ( HCG ) yang dihasilkan oleh sinsitio trofoblas
disekeliling blastokis dan menjadi korpus luteum kehamilan.
Progesterone yang terus menerus diproduksi oleh korpus luteum pada masa
hamil akan mempertahankan lapisan uterus hingga siap untuk implantasi, plasenta
mulai memproduksi sejumlah progesterone yang cukup untuk mengambil alih
fungsi korpus luteum. Bila lapisan uterus tetap dapat dipertahankan, maka
menstruasinya tidak akan terjadi. Hal ini biasanya merupakan indikasi pertama
terjadinya kehamilan.
Plasenta menghasilkan beberapa hormone. Hormone ini mengakibatkan
sejumlah perubahan fisiologis yang dapat membantu menegakkan diagnosis
kehamilan, HCG merupakan data dasar pada tes – tes imunologi kehamilan
(Prawirohardjo, 2016 ).
3. Proses terjadinya Kehamilan
a. Pembuahan
Fertilisasi ( pembuahan ) adalah penyatuan ovum ( oosit sekunder ) dan
spermatozoa yang biasanya berlangsung di ampula tuba. Fertilisasi meliputi
penitrasi spermatozoa ke dalam ovum, fusi spermatozoa dan ovum, diakhiri
dengan fusi materi genetik. Hanya satu spermatozoa yang telah mengalami
proses kapasitasi mampu melakukan penetrasi membran sel ovum
( Prawirohardjo, 2016 ).
Konsepsi ini dapat terjadi jika terpenuhi beberapa kriteria yaitu:
1) Senggama terjadi pada bagian siklus reproduksi wanita yang tepat.
2) Ovarium wanita harus melepaskan ovum yang sehat pada ovulasi.
3) Pria harus mengeluarka sperma yang cukup normal dan sehat selama
ejakulasi.
4) Tidak ada barrier atau penghambat yang mencegah sperma mencapai,
melakukan penetrasi, dan sampai akhirnya membuahi ovulasi (Sulistyawati,
2013 ).
b. Nidasi (Implantasi)
Yaitu masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium.
Blastula dilindungi oleh simpai, disebut trofoblas, yang mampu
menghancurkan atau mencairkan jaringan. Ketika blastula mencapai rongga
rahim, jaringan endometrium mencapai fase sekresi lendir dibawah pengaruh
progesteron dari korpus luteum yang masih aktif. Sehingga lapisan
endometrium dinding rahim menjadi kaya pembuluh darah dan banyak muara
kelenjer selaput lendir rahim.
Blastula dengan bagian yang berisi massa sel dalam (inner cell mass) akan
mudah masuk ke dalam desidua, menyebabkan luka kecil yang kemudian
sembuh dan menutup lagi. Itulah sebabnya kadang-kadang pada saat nidasi
terjadi sedikit perdarahan akibat luka desidua yang disebut dengan tanda
hartman. Umumnya nidasi terjadi pada dinding depan atau belakang rahim
(korpus) dekat fundus uteri (Sulistyawati, 2013 ).
c. Plasentasi
Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta.
Plasentasi dimualai setelah nidasi embrio ke dalam endometrium. Pada
manusia plasentasi berlangsung sampai 12-18 minggu setelah fertilisasi.
Dalam 2 minggu pertama terbentuk lah sinus intertrofoblastik yaitu ruangan-
ruangan yang berisi darah maternal dari pembuluh-pembuluh darah yang
dihancurkan. Tiga minggu pasca fertilisasi sirkulasi darah janin dini dapat
diidentifikasi dan dimulai vili korialis.
Lapisan desidua yang meliputi hasil konsepsi ke arah kavum uteri disebut
desidua kapsularisasi. Desidua yang meliputi dinding uterus yang lain adalah
desidua parietalis. Yang berhubungan dengan desidua kurang mendapat
makanan, karena hasil konsepsi bertumbuh ke arah kavum uteri sehingga
lambat-laun menghilang korion yang gundul ini disebut korion laeve.
Darah ibu dan darah janin dipisahkan oleh dinding pembuluh darah janin
dan lapisan korion. Ada juga sel-sel yang tidak bisa dihancurkan oleh
tropoblas dan sel-sel ini akhirnya membentuk lapisan fibrinoid yang disebut
lapisan nitabuch. Ketika proses melahirkan, plasenta terlepas dari
endometrium pada lapisan nitabuch ( Prawirohardjo, 2016).
Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan lebih kurang 16
minggu dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uteri. Letak
pasenta umumnya di depan atau belakang dinding uterus, agak keatas kearah
fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukaan bagian atas korpus
uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi.
d. Embrio dan Janin
Embrio berkembang sejak usia 3 minggu setelah konsepsi. Pada minggu
ke-6 dari haid terakhir pada usia kehamilan 4 minggu, embrio berukuran 4
mm, kantong gestasinya berukuran 2-3 cm. Pada akhir minggu ke-8 usia
kehamilan 6 minggu, usia embrio berukuran 22-24 mm, dimana akan tampak
kepala yang relatif besar dan tonjolan jari (Prawirohardjo, 2016).
4. Perubahan Psikologis Pada Kehamilan Trimester III
Kehamilan pada trimester ketiga sering disebut fase penantian yang penuh
dengan kewaspadaan. Trimester III sering kali disebut periode menunggu dan
waspada, ibu sering merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan
dialami pada saat persalinan. Ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir
sewaktuwaktu, serta takut bayinya yang akan dilahirkan tidak normal. Rasa tidak
nyaman akibat kehamilan timbul kembali, merasa diri aneh dan jelek, serta
gangguan body image (Rustikayanti. dkk. 2016).
5. Perubahan Fisiologis Pada Kehamilan Trimester III
a. Sistem Respirasi
Kehamilan mepengaruhi sistem pernapasan pada volume paru-paru
dan ventilasi. Perubahan fisiologi sistem pernapasan selama kehamilan
diperlukan untuk memenuhi peningkatan metabolisme dan kebutuhan oksigen
bagi tubuh dan janin. Perubahan tersebut terjadi karena pengaruh hormonal
dan biokimia. Relaksasi otot dan kartilago toraks menjadikan bentuk dada
berubah. Diafragma menjadi lebih naik sampai 4 cm dan diameter melintang
dada menjadi 2 cm. Kapasitas inspirasi meningkat progresif selama kehamilan
volume tidal meningkat sampai 40% (Yuliani, 2017)
b. Sistem Endokrin
Trimester III hormon oksitosin mulai meningkat sehingga
menyebabkan ibu mengalami kontraksi. Oksitosin merupakan salah satu
hormon yang sangat diperlukan dalam persalinan dan dapat merangsang
kontraksi uterus ibu. Selain hormon oksitosin ada hormon prolaktin juga
meningkat 10 kali lipat saat kehamilan aterm.
c. Sistem Muskuloskeletal
Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum pada
kehamilan, karena akibat pembesaran uterus ke posisi depan, lordosis
menggeser pusat daya berat ke belakang ke arah tungkai. Hal ini menyebabkan
tidak nyaman pada bagian punggung terutama pada akhir kehamilan sehingga
perlu posisi relaksasi miring kiri.
d. Sistem Perkemihan
Hormon estrogen dan progesteron dapat menyebabkan ureter
membesar, tonus otot saluran kemih menurun. Kencing lebih sering (poliuria),
laju filtrasi glomerulus meningkat sampai 69 %. Dinding saluran kemih dapat
tertekan oleh pembesaran uterus yang terjadi pada trimester III, menyebabkan
hidroureter dan mungkin hidronefrosis sementara. Kadar kreatinin, urea dan
asam urat dalam darah mungkin menurun namun hal ini dianggap normal
(Tyastuti dan Wahyuningsih, 2016).
e. Sistem Kardiovaskuler
Volume darah akan bertambah banyak, kira-kira 25 % dengan
puncaknya pada kehamilan 32 minggu, diikuti curah jantung (cardiac output)
yang meningkat sebanyak kurang lebih 30%. Nadi dan tekanan darah.
Tekanan darah arteri cenderung menurun terutama selama trimester kedua dan
naik lagi seperti pada pra hamil. Tekanan vena dalam batas-batas normal. Pada
ekstremitas atas dan bawah cenderung naik setelah akhir trimester pertama.
Nadi biasanya naik, nilai rataratanya 84 kali permenit (Rustikayanti, 2016).
f. Uterus
Perubahan uterus mulai menekan ke arah tulang belakang, menekan
vena kava dan aorta sehingga aliran darah tertekan. Pada akhir kehamilan
sering terjadi kontraksi uterus yang disebut his palsu (braxton hicks). Istmus
uteri menjadi bagian korpus dan berkembang menjadi segmen bawah rahim
yang lebih lebar dan tipis, servik menjadi lunak sekali dan lebih mudah
dimasuki dengan satu jari pada akhir kehamilan. Uterus yang semula hanya
berukuran sebesar jempol atau seberat 30 gram akan mengalami hipertrofi dan
hiperplasia, sehingga menjadi seberat 1000 gram di akhir masa kehamilan.
Otot dalam rahim mengalami hiperplasia dan hipertrofi sehingga dapat
menjadi lebih besar, lunak dan dapat mengikuti pembesaran janin karena
pertumbuhan janin (Tyastuti dan Wahyuningsih, 2016).
g. Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai
persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak
dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan, yaitu estrogen,
progesteron, dan somatotropin. Kedua payudara akan bertambah ukurannya
dan vena-vena di bawah kulit akan lebih terlihat, puting payudara akan
membesar, berwarna kehitaman, dan tegak.
h. Kenaikan Berat Badan
Peningkatan berat badan pada trimester III merupakan petunjuk
penting tentang perkembangan janin. Keperluan penambahan berat badan
semua ibu hamil tidak sama tetapi harus melihat dari BMI atau IMT sebelum
hamil. IMT merupakan proporsi standar berat badan (BB) terhadap tinggi
badan (TB). IMT perlu diketahui untuk menilai status gizi catin dalam
kaitannya dengan persiapan kehamilan. Jika perempuan atau catin mempunyai
status gizi kurang ingin hamil, sebaiknya menunda kehamilan, untuk
dilakukan intervensi perbaikan gizi sampai status gizinya baik. Ibu hamil
dengan kekurangan gizi memiliki risiko yang dapat membahayakan ibu dan
janin, antara lain anemia pada ibu dan janin, risiko perdarahan saat
melahirkan, BBLR, mudah terkena penyakit infeksi, risiko keguguran, bayi
lahir mati, serta cacat bawaan pada janin (Kemenkes RI, 2021).
Tabel 1
Kategori Indeks Masa Tubuh
Nilai Indeks Masa Kategori Status Gizi
Tubuh (IMT)
< 17,0 Kekurangan Tingkat Berat Sangat Kurus
17-<18,5 Kekurangan Tingkat Ringan Kurus
18,5-25,0 Normal Normal
>25,0-27,0 Kelebihan Tingkat Ringan Gemuk
>27,0 Kelebihan Tingkat Berat Obesitas
sumber : Kemenkes RI, 2021 )
6. Ketidaknyamanan Trimester III
a. Bengkak pada kaki
Hal ini terjadi akibat gangguan sirkulasi vena dan peningkatan tekanan
vena pada ekstremitas bagian bawah, hal ini disebabkan oleh tekanan uterus
yang membesar. Dapat diatasi dengan cara menghindari menggunakan
pakaian ketat, mengkonsumsi makanan yang berkadar garam tinggi sangat
tidak dianjurkan. Saat bekerja atau istirahat hindari duduk atau berdiri dalam
jangka waktu lama. Saat istirahat, naikkan tungkai selama 20 menit berulang-
ulang. Sebaiknya ibu hamil makan-makanan tinggi protein (Tyastuti dan
Wahyuningsih, 2016).
b. Sering buang air kecil
Sering buang air (BAK) sering disebabkan oleh karena uterus
membesar, yang disebabkan karena terjadi penurunan bagian bawah janin
sehingga menekan kandung kemih. Ibu hamil dilarang untuk menahan BAK,
upayakan untuk mengosongkan kandung kencing pada saat terasa ingin BAK.
Perbanyak minum pada siang hari untuk menjaga keseimbangan hidrasi.
Apabila BAK pada malam hari tidak mengganggu tidur maka tidak dianjurkan
mengurangi minum dimalam hari, tetapi bila ya, batasi minum setelah makan
malam, di samping itu ibu hamil harus membatasi minum yang mengandung
diuretic seperti teh, kopi, cola dengan caffeine (Tyastuti dan Wahyuningsih,
2016).
c. Sesak nafas
Sesak nafas ini biasanya mulai terjadi pada awal trimester II sampai
pada akhir kehamilan. Keadaan ini disebabkan oleh pembesaran uterus dan
pergeseran organ–organ abdomen, pembesaran uterus membuat pergeseran
diafragma naik sekitar 4 cm. Peningkatan hormon progesterone membuat
hiperventilasi.
d. Sakit punggung dan pinggang
Sakit punggung dan pinggang pada ibu hamil terjadi pada ibu hamil
trimester II dan III, dapat disebabkan karena pembesaran payudara yang dapat
berakibat pada ketegangan otot, dan keletihan. Posisi tubuh membungkuk
ketika mengangkat barang dapat merangsang sakit punggung, hal ini berkaitan
dengan kadar hormon yang meningkat menyebabkan cartilage pada sendi
besar menjadi lembek, di samping itu posisi tulang belakang hiperlordosis.
e. Konstipasi atau sembelit
Konstipasi atau sembelit selama kehamilan terjadi karena peningkatan
hormone progesterone yang menyebabkan relaksasi otot sehingga usus kurang
efisien, konstipasi juga dipengaruhi karena perubahan uterus yang semakin
membesar, sehingga uterus menekan daerah perut. Cara mengatasi konstipasi
atau sembelit adalah minum air putih yang cukup minimal 6-8 gelas/ hari,
makanlah makanan yang berserat tinggi seperti sayuran dan buah-buahan,
lakukanlah olahraga ringan secara teratur seperti berjalan, segera
konsultasikan ke dokter/ bidan apabila konstipasi atau sembelit tetap terjadi
setelah menjalankan cara-cara di atas.
f. Nyeri Pinggang
Nyeri pinggang merupakan nyeri punggung yang terjadi pada area
lumbosakral. Nyeri punggung bawah biasanya akan meningkat intensitasnya
seiring pertambahan usia kehamilan karena nyeri ini merupakan akibat
pergeseran pusat gravitasi wanita tersebut dan postur tubuhnya. Perubahan-
perubahan ini disebabkan oleh berat uterus yang membesar. Cara untuk
mengatasi ketidaknyamanan ini antara lain postur tubuh yang baik, mekanik
tubuh yang tepat saat mengangkat beban, hindari membungkuk berlebihan,
mengangkat beban, dan berjalan tanpa istirahat, gunakan sepatu bertumit
rendah, kompres, kompres es pada punggung, pijatan/ usapan pada punggung,
untuk istirahat atau tidur; gunakan kasur yang menyokong atau gunakan bantal
di bawah punggung untuk meluruskan punggung dan meringankan tarikan dan
regangan.
g. Sakit Kepala
Sakit kepala terjadi akibat kontraksi otot/spasme otot (leher, bahu dan
penegangan pada kepala), serta keletihan. Selain itu, tegangan mata sekunder
terhadap perubahan okuler, dinamika cairan syaraf yang berubah. Cara
meringankan : teknik relaksasi, memassase leher dan otot bahu, penggunaan
kompres panas/es pada leher, istirahat, dan mandi air hangat.
7. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III
a. Pendarahan pervaginam
Perdarahan pervaginam pada kehamilan lanjut terjadi setelah
kehamilan 22 minggu. Perdarahan antepartum dapat berasal dari kelainan
plasenta seperti plasenta previa, solusio plasenta atau perdarahan yang belum
jelas sebabnya dan bukan dari kelainan plasenta seperti erosi, polip, dan
varises yang pecah.
b. Keluar cairan pervaginam
Keluarnya cairan berupa air dari vagina pada trimester III ibu harus
dapat membedakan antara urine atau air ketuban. Jika keluar cairan yang
berbau amis, tidak terasa, dan berwarna putih keruh berarti yang keluar adalah
air ketuban. Jika kehamilan belum cukup bulan ibu dapat menyebabkan
persalinan preterm (<37 minggu) dan komplikasi infeksi intrapartum.
c. Gerakan janin berkurang
Normalnya mulai merasakan gerakan janinnya selama 18 minggu atau
20 minggu. Gerakan bayi akan lebih mudah dirasakan jika ibu berbaring untuk
beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik. Janin dapat bergerak
hendaknya 10 kali dalam 2 jam, jika ibu kurang merasakan gerakan janin
makan perlu waspada adanya gangguan pada janin ibu.
8. Standar Pelayanan Minimal Antenatal
Pelayanan antenatal sesuai standar adalah pelayanan yang diberikan kepada
ibu hamil minimal 4 kali selama kehamilan dengan jadwal satu kali pada trimester
pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga yang
dilakukan oleh bidan atau dokter dana tau dokter spesialis kebidanan baik yang
bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta yang memiliki
Surat Tanda Register (STR) Standar pelayanan antenatal adalah pelayanan yang
dilakukan kepada ibu hamil dengan memenuhi kriteria 10 T yaitu :
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
b. Ukur tekanan darah
c. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas/LILA)
d. Ukur tinggi puncak rahim (fundus uteri)
e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
f. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi tetanus toksoid (TT)
bila diperlukan
g. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan
h. Tes laboraturium, tes kehamilan, pemeriksaan hemoglobin darah (Hb),
pemeriksaan golongan darah (bila ada indikasi) yang pemberian pelayanannya
disesuaikan dengan trimester kehamilan
i. Tatalaksana/ penanganan kasus sesuai kewenangan
j. Temu wicara (konseling) (Kemenkes, 2016)
9. Kunjungan Antenatal
Menurut Kementrian Kesehatan RI 2017, Kunjungan awal (K1) adalah
kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan. Cakupan K1 adalah
jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal pertama kali oleh
tenaga kesehatan dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja
pada kurun waktu satu tahun. K1 murni adalah jumlah kontak pertama ibu hamil
dengan tenaga kesehatan pada umur kehamilan ≤ 12 minggu, baik di dalam
maupun di luar gudang puskesmas. K1 akses adalah jumlah kontak pertama ibu
hamil dengan tenaga kesehatan pada umur kehamilan > 12 minggu, baik di dalam
maupun di luar gedung puskesmas. K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga
kesehatan yang keempat (atau lebih) untuk mendapatkan pelayanan sesuai standar
yang ditetapkan dengan syarat :
a. Minimal satu kali kontak pada Trimester I
b. Minimal satu kali kontak pada Trimester II
c. Minimal dua kali kontak pada Trimester II
Menurut Kementrian Kesehatan RI 2016, Cakupan K4 adalah jumlah ibu
hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling
sedikit empat kali sesuai jadwal dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil disatu
wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun.
a. Pemeriksaan ibu hamil
1) Anamnesa
a) Anamesa identitas istri dan suami seperti nama, umur, agama, pekerjaan,
alamat, dan sebagainya
b) Anamnesa Umum
(1)Tentang keluhan-keluhan, nafsu makan, tidur, miksi, defekasi,
perkawinan, dan sebagainya
(2)Tentang haid, kapan mendapat hari pertama haid terakhir (HPHT).
bila hari pertama haid terakhir diketahui, maka dapat dijabarkan
taksiran tanggal persalinan memakai rumus : Bila HPHT Anda bulan
Januari, Februari, Maret (sebelum tanggal 25), maka rumus yg Anda
gunakan adalah tanggal +7, bulan +9. Bila HPHT di atas tanggal 25
hingga Desember, maka rumus yang Anda gunakan adalah tanggal +
7 hari , bulan – 3, tahun + 1
(3)Tentang kehamilan, persalinan, keguguran, dan kehamilan ektopik
atau kehamilan mola sebelumnya.
2) Inspeksi dan pemeriksaan fisik diagnostic
Pemeriksaan seluruh tubuh secara baik,misalnya pemeriksaan tekanan
darah, nadi, suhu, pernafasan jantung, paru-paru, dan sebagainya.
3) Perkusi
Menggunakan alat khusus untuk mengetahui reflek patella
4) Palpasi
Ibu hamil disuruh berbaring terlentang, kepala dan bahu sedikit lebih
tinggi dengan memakai bantal. Pemeriksa berdiri disebelah kanan ibu
hamil. Dengan sikap hormat lakukanlah palpasi bimanual terutama pada
pemeriksaan perut dan payudara.
Palpasi perut untuk menentukan :
a) Besar dan konsistensi rahim.
b) Bagian-bagian janin, letak, presentasi.
c) Gerakan janin dan penurunan presentasi ke panggul.
d) Kontraksi rahim Braxton Hicks dan his.
Cara melakukan palpasi menurut Leopold terdiri atas 4 bagian yaitu :
(1) Leopold I
Menentukan bagian-bagian yang berada di fundus uteri. Pada
presentasi kepala, akan teraba bokong tidak keras, tak melenting dan
tidak bulat. Pada presentasi bokong, teraba kepala bulat keras dan
melentin
Tabel 2

Akhir Besar uterus Tinggi fundus uteri


bulan
1 Lebih besar dari biasa Belum teraba (palpasi)
2 Telur bebek Di belakang simfisis
3 Telur angsa 1-2 jari di atas simfisis
4 Kepala bayi Pertengahan simfisis-pusat
5 Kepala dewasa 2-3 jari di bawah pusat
6 Kepala dewasa Kira-kira setinggi pusat
7 Kepala dewasa 2-3 jari diatas pusat
8 Kepala dewasa Pertengahanpusat-proc.xypoideus
9 Kepala dewasa 3 jari dibawah Px atau sampai
setinggi Px
10 Kepala dewasa Sama dengan kehamilan 8 bulan
namun melebar kesamping

(Manuaba, 2014)
(2) Leopold II
Kemudian kedua tangan diturunkan menelusuri tepi uterus
untuk menetapkan bagian apa yang terletak dibagian samping.
(i) Letak membujur dapat ditetapkan punggung anak, yang teraba
datar dan keras seperti papan. Atau teraba bagian kecil-kecil yaitu
ekstremitas bayi.
(j) Pada letak lintang dapat di tentukan dimana letak kepala janin.
(Manuaba, 2014).
(3) Leopold III
Menetapkan bagian apa yang terdapat diatas simfisis pubis.
Kepala akan teraba bulat dan keras sedangkan bokong teraba tidak
keras dan tidak bulat. Pada letak lintang simfisis pubis akan kosong.
Satu tangan berada di bagian simpisis dan menggoyang pelan untuk
mengetahui presentasi sudah masuk panggul atau belum (Manuaba,
2014).
(4) Leopold IV
Pada pemeriksaan Leopold IV, kaki klien lurus, pemeriksa
menghadap ke kaki klien untuk menetapkan bagian terendah janin
yang masuk ke pintu atas panggul. Bila bagian terendah masuk PAP
telah melampaui lingkaran terbesarnya maka tangan yang
melakukan pemeriksaan divergen, sedangkan bila lingkran
terbesarnya belum masuk PAP maka tangan pemeriksa konvergen
(Manuaba, 2014).
5) Auskultasi
Setelah punggung janin dapat ditetapkan, diikuti dengan pemeriksaan
denyut jantung janin dengan menggunakan stetoskop monoral.
a) Kaki ibu hamil diluruskan sehingga punggung janin lebih dekat
dengan dinding perut ibu.
b) Punctum maximum denyut jantung janin ditetapkan disekitar
scapula.
Denyut jantung janin dihitung dengan cara menghitung 1 menit
penuh dengan menggunakan doppler maupun leanec. Jumlah denyut
jantung janin normal antara 120-160 denyut per menit
(Prawirohardjo, 2016).
6) Teori Mc. Donald
a) Mengukur Tinggi Fundus Uteri Dengan Teknik Mc. Donalad
Pengukuran tinggi fundus uteri diatas simfisis pubis digunakan
sebagai salah satu indikator untuk menentukan kemajuan pertumbuhan
janin. Pengukuran tinggi fundus uteri dapat dijadikan perkiraan usia
kehamilan. Tinggi fundus yang stabil/tetap atau turun merupakan
indikasi adanya retardasi pertumbuhan janin, sebaliknya tinggi fundus
yang meningkat secara berlebihan mengidentifikasi adanya jumlah janin
lebih dari satu atau kemungkinan adanya hidramnion .
Pengukuran tinggi fundus uteri harus dilakukan dengan teknik yang
konsisten pada setiap kali pengukuran dan dengan menggunakan alat
yang sama, alat ukur ini dapat berupa pita/tali atau dengan menggunakan
metlin.
b) Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam mengukur tinggi fundus
uteri dengan teknik Mc Donald adalah :
(1) Alat ukur panjang ( meteran ) yang digunakan tidak boleh elastic
(2) Saat melakukan pengukuran tinggi fundus uteri, kandung kemih ibu
harus dikosongkan
(3) Posisi ibu saat diukur setengah duduk untuk menghindarkan
terjadinya gangguan peredaran darah baik pada ibu maupun janin.
Perkembangan dalam praktik kebidanan yang diterbitkan pengurus
IBI pusat, menjelaskan efek fisiologis ynag terjadi pada ibu hamil
dalam posisi tidak terlentang, yaitu kemungkinan terjadinya
penekanan uterus terhadap vena pelvis mayor, vena cava inferior,
dan bagian dari aorta desenden. Dengan demikian, hal ini dapat
mengurangi sirkulasi darah ke jantung bagian kanan. Akiba
pengurangan aliran darah ke jantung, dapat terjadi pengurangan
oksigenasi ke otak, yang dapat menyebabkan pingsan.
c) Tujuan pemeriksaan Tinggi Fundus Uteri dengan teknik Mc Donald
(1) Dari usia kehamilan 22 minggu sampai dengan 35 minggu, untuk
menentukan usia kehamilan berdasarkan perhitungan minggu, dan
hasilnya dapat dibandingkan dengan hasil anamnesis hari pertama
haid terakhir (HPHT) dan kapan gerakan janin dapat dirasakan.
(2) Dari usia kehamilan 36 minggu hingga ada tanda-tanda persalinan,
untuk menghitung taksiran berat janin yang dikombinasi dengan
teori Johnson dan Tausack.
d) Perhitungan Tinggi Fundus Uterus
Perhitungan Tinggi Fundus Uterus dikalkulasi sebagai berikut :
(1) Menentukan Usia Kehamilan
(a)Tinggi Fundus (cm) x 2/7 =  (durasi kehammilan dalam bulan)
(b)Tinggi Fundus (cm) x 8/7 = (durasi kehamilan dalam minggu)
(c)Tinggi Fundus uteri dalam sintimeter (cm), yang normal harus
sama dengan umur kehamilan dalam minggu yang ditentukan
berdasarkan hari pertama haid terakhir. Misalnya, jika umur
kehamilannya 33 minggu, tinggu fundus uteri harus 33 cm. jika
hasil pengukuran berbeda 1-2 cm, masih dapat ditoleransi, tetapi
jika deviasi lebih kecil 2 cm dari umur kehamilan, kemungkinan
ada gangguan pertumbuhan janin, sedangkan bila deviasi lebih
besar dari 2 cm, kemingkinan terjadi bayi kembar,
polihidramnion, atau janin besar.
(2) Cara untuk menentukan berat janin dalam kandungan menurut
LOHNSON, yaitu :
(a)Jika kepala belum masuk PAP maka rumusnya:
Berat Janin = (tinggi fudus uteri (cm)– 12 ) x 155 gram
(b)Jika kepala sudah masuk PAP maka rumusnya:
(c)Berat Janin = (tinggi fudus uteri(cm) – 11 ) x 155 gram
(Bobak, 2012).
10. Upaya Pencegahan Umum yang dapat dilakukan oleh Ibu Hamil, Bersalin dan
Nifas
a. Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan memakai sabun atau
menggunakan cairan antiseptik berbasis alcohol (hand sanitizer). Hindari
menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang tidak bersih. Cuci
tangan terutama setelah Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK)
dan sebelum makan (baca buku KIA).
b. Sebisa mungkin hidari kontak dengan orang yang sedikit sakit
c. Saat sakit tetap gunakan masker, tetap tinggal di rumah atau segera ke fasilitas
kesehatan yang sesuai, jangan banyak beraktivitas di luar
d. Tutupi mulut dan hidung saat batuk atau bersin dengan tisu, bila tidak ada tisu
lakukan sesuai etika batuk-bersih
e. Bersihkan dan lakukan desinfeksi secara rutin permukaan dan benda yang
sering disentuh
f. Menggunakan masker adalah salah satu cara pencegahan penularan penyakit
saluran napas, termasuk infeksi COVID-19. Penggunaan masker harus
dikombinasikan dengan hand hygiene dan usaha-usaha pencegahan lainnya,
misalnya tetap menjaga jarak
g. Penggunaan masker yang salah dapat mengurangi keefektivitasannya dan
dapat membuat orang awam mengabaikan pentingnya usaha pencegahan lain
yang sama pentingnya seperti hand hygiene dan perilaku hidup sehat
h. Masker medis digunakan untuk ibu yang sakit dan ibu saat persalinan,
sedangkan masker kain dapat digunakan bagi ibu yang sehat dan keluarganya
i. Gunakan masker kain apabila dalam kondisi sehat. Masker kain yang
direkomendasikan oleh Gugus Tugas COVID-19 adalah masker kain 3 lapis
j. Keluarga yang menemani ibu hamil, bersalin, dan nifas harus menggunakan
masker dan menjaga jarak
k. Menghindari kontak dengan hewan seperti kelelawar, tikus, musang atau
hewan lainnya yang membawa COVID-19 serta pergi ke pasar hewan
l. Hindari pergi ke negara atau daerah yang terjangkit COVID-19, bila sangat
mendesak untuk pergi diharapkan konsultasi dahulu dengan spesialis obstetric
atau praktisi kesehatan terkait
m. Bila terdapat gejala COVID-19, diharapkan untuk menghubungi telepon
layanan darurat yang tersedia (Hotline COVID-19 : 199 ext 9) untuk
dilakukan penjemputan di tempat sesuai SOP, atau langsung ke RS rujukan
untuk mengatasi penyakit ini
n. Rajin mencari informasi yang tepat dan benar mengenai COVID-19 dari
sumber yang dapat dipercaya, (POGI, 2020)

B. Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)


1. Pengertian P4K
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
merupakan suatu program yang dijalankan untuk akselerasi penurunan AKI.
Program ini menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat dalam pemantauan
ibu hamil dan bersalin. Melalui kegiatan P4K ibu hamil, keluarga dan masyarakat
diharapkan dapat lebih berperan dalam perencanaan persalinan dan pemantauan
ibu hamil untuk mencegah komplikasi pada kehamilan dan persalinan.
Pemantauan ibu hamil menjadisalah satu upaya deteksi dini untuk menghindarkan
risiko komplikasi pada ibu hamil dan bersalin (Direktorat Kesehatan Keluarga,
2020).
2. Tujuan P4K
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2015), tujuan P4K digolongkan menjadi 2
yaitu :
a. Tujuan umum
Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil
dan bayi baru lahir melalui peningkatan peran aktif keluarga dan masyarakat
dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi
komplikasi dan tanda bahaya kebidanan bagi ibu sehingga bersalin dengan
aman dan melahirkan bayi yang sehat
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus program P4K yaitu :
1) Dipahami setiap persalinan berisiko oleh masyarakat luas
2) Memfokuskan pola motivasi kepada keluarga saat ANC dan adanya rencana
persalinan yang disepakati antara ibu hamil, suami, keluarga dengan bidan
3) Terdatanya sasaran dan terpasangnya stiker P4K
4) Adanya kesiapan menghadapi komplikasi yang disepakati ibu hamil, suami
dan keluarga dengan bidan
5) Adanya dukungan secara luas dari tokoh-tokoh masyarakat baik formal
maupun non formal, kader
6) Memantau kemitraan antara bidan dan Kader
7) Adanya rencana alat kontrasepsisetelah melahirkan yang disepakati antara
ibu hamil, suami dan keluarga, dengan bidan atau tenaga kesehatan
3. Manfaat P4K
Manfaat P4K menurut Kementerian Kesehatan RI (2015) diantaranya :
a. Percepat fungsi desa siaga
b. Meningkatkan cakupan pelayanan Antenatal Care (ANC) sesuai standar
c. Meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan terampil
d. Tertanganinya kejadian komplikasi secara dini
e. Meningkatnya peserta KB pasca salin
f. Terpantaunya kesakitan dan kematian ibu dan bayi
g. Menurunnya kejadian kesakitan dan kematian ibu serta bayi
4. Sasaran P4K
Program P4K memiliki sasaran yaitu penanggung jawab dan pengelola
program KIA provinsi dan kabupaten atau kota, bidan koordinator, kepala
Puskesmas, dokter, perawat, bidan, kader, forum peduli KIA seperti forum P4K
serta pokja posyandu (Kemenkes RI, 2015).
Indikator keberhasilan P4K ada 7 yaitu :
a. Persentase desa melaksanakan P4K dengan stiker
b. Persentase ibu hamil mendapat stiker
c. Persentase ibu hamil berstiker mendapat pelayanan ANC sesuai standar
d. Persentase ibu hamil berstiker bersalin di tenaga kesehatan
e. Persentase ibu hamil, bersalin dan nifas berstiker yang mengalami komplikasi
tertangani
f. Persentase menggunakan KB pasca salin
g. Persentase ibu bersalin di tenaga kesehatan mendapatkan pelayanan nifas
5. Output P4K
Menurut Kemenkes RI (2015), output yang diharapkan adalah sebagai berikut :
a. Semua ibu hamil terdata dan rumahnya tertempel stiker P4K
b. Bidan memberikan pelayanan antenatak sesuai dengan standar
c. Ibu hamil dan keluarganya mempunyai rencana persalinan termasuk
kontrasepsi yang dibuat bersama dengan penolong persalinan
d. Bidan menolong persalinan sesuai standar
e. Bidan memberikan pelayanan nifas sesuai standar
f. Keluarga menyiapkan biaya persalinan kebersihan dan kesehatan lingkungan
g. Adanya keterlibatan tokoh masyarakat baik formal maupun non formal dan
Forum Peduli KIA atau Pokja Posyandu dalam rencana persalinan termasuk
kontrasepsi pasca persalinan sesuai dengan perannya masing-masing
h. Ibu mendapat pelayanan kontrasepsi pasca persalinan
i. Adanya kerjasama yang mantao antara Bidan, Forum Peduli KIA atau Pokja
Posyandu dan pendampingan persalinan
6. Komponen Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
dengan Stiker
Fasilitas aktif oleh bidan :
a. Pencatatan ibu hamil
b. Dasolin atau Tabulin
c. Donor Darah
d. Transportasi atau Ambulance desa
e. Suami / keluarga Menemaniibu pada saat bersalin
f. IMD
g. Kunjungan Nifas
h. Kunjungan Rumah, (Kemenkes, 2015)
7. Kesiapan Menghadapi Komplikasi Persalinan di Masa Pandemi COVID
Komponen-komponen menghadapi persalinan dan komplikasi persalinan
meliputi:
a. Persiapan Fisik
Merupakan kesiapan ibu yang dipersiapkan dalam menghadapi proses
persalinan dan kesiapan apabila mengalami kejadian komplikasi persalinan.
Persiapan fisik dapat dilakukan rutin dengan cara memeriksakan atau
mengontrol kehamilan ke dokter / bidan, melakukan tensi darah, mengontrol
berat badan, mendeteksi adanya keluhan fisik atau tidak, memperhatikan
asupan nutrisi untuk ibu dan janin, pola istirahat, serta senantiasa melakukan
olahraga untuk menjaga kesehatan. Terlebih saat pandemi, persiapan fisik
menjadi hal terpenting. Setiap calon ibu wajib menjaga kesehatan fisik dengan
sering mencuci tangan menggunakan sabun atau membawa hand sanitizer saat
harus keluar rumah menggunakan masker bila terpaksa keluar rumah,
melakukan physical distancing, menghindari kontak dengan orang sakit, tidak
menyentuh area wajah sebelum mencuci tangan, serta menerapkan etika batuk
dan bersin yang sesuai. Ibu juga diharuskan untuk mempersiapkan Swab
Antigen saat menjelang persalinan dikarenakan merupakan syarat dalam
menolong persalinan di Rumah Sakit ataupun di Praktik Mandiri Bidan
(PMB).
b. Persiapan Psikis
Suatu keadaan mempersiapkan psikis ibu hamil menjelang persalinan
dimana ibu menerima kondisi kehamilannya. Pengetahuan juga termasuk di
dalam persiapan psikis dimana keadaan ibu siap dan mengetahui tentang
persalinan serta mengetahui tentang kejadian komplikasi persalinan yang
dapat terjadi pada ibu, sehingga ibu menjadi lebih siap menghadapinya. Ibu
juga mengetahui bahwa persalinan merupakan proses fisiologis namun
sewaktu-waktu dapat menjadi patologis dan terjadi komplikasi pada proses
persalinan tersebut sehingga dengan ibu mengetahui hal tersebut ibu menjadi
lebih siap dan tidak merasa cemas saat persalinan berlangsung. Masa pandemi
banyak masyarakat yang terkena dampaknya seperti masalah perekonomian
diharapkan ibu dan suami tidak terlalu memikirkan hal tersebut agar tidak
terganggu pada kehamilan dan saat menjelang persalinan, ibu dan suami bisa
mulai menabung saat memasuki kehamilan pertama dan sudah
menyiapkanBPJS atau jaminan kesehatan yang lain, agar sewaktu-waktu
terjadi komplikasi ibu sudah ada pendanaan yang pasti.
c. Persiapan penolong dan tempat persalinan
Merencanakan tempat persalinan yang sesuai dengan keinginan dan
kemampuan pasutri perlu dilakukan sedini mungkin sehingga dapat diketahui
sebelumnya informasi mengenai biaya, fasilitas yang tersedia dan penolong
persalinan, dimana ibu dalam kondisi siap menghadapi persalinan dalam
memilih tempat bersalin di tempat pelayanan kesehatan sepertirumah sakit,
polindes, rumah bersalin, puskesmas bersalin, maupun bidan praktik dan
penolong persalinan oleh tenaga kesehatan terampil yaitu dokter spesialis
kandungan dan bidan. Persiapan melahirkan saat pandemi COVID-19 adalah
pemilihan tempat melahirkan, baik itu di rumah sakit, klinik atau bidan, juga
perlu dipikirkan secara matang dengan mempertimbangkan risiko dan
manfaatnya, maka dari itu penting untuk berkonsultasi dengan bidan atau
dokter yang menangani selama masa kehamilan dan proses melahirkan saat
pandemi COVID-19 yang aman. Jika ibu hamil ingin melahirkan di klinik atau
di rumah sakit, pastikan ada almbulance atau kendaraan yang dapat
menjangkau tempat bersalin dan akan lebih aman bila ibu hamil melahirkan di
rumah sakit agar kondisi ibu dapat diawasi secara ketat dan bayi dapat
dilindungi semaksimal mungkin selama proses melahirkan saat pandemic
COVID-19 maupun setelah proses persalinan
d. Persiapan pendamping persalinan
Peran pendamping dalam persalinan adalah untuk memberikan dukungan
kepada ibu berupa dukungan fisik, dukungan psikis, dukungan instrument,
serta dukungan informasi. Setiap rumah sakit mungkin memiliki penyesuaian
peraturan mengenai pendampingan keluarga selama proses melahirkan saat
pandemi virus corona, meski ibu hamil boleh didampingi anggota keluarga,
tetapi pendamping sebisa mungkin hanya dibatasi oleh satu orang saja. Hal ini
bertujuan untuk meminimalisasi risiko kontak langsung, pendamping pun
diwajibkan untuk menggunakan masker, senantiasa menjaga kebersihan
tangan dan menjaga etika bersin dan batuk yang benar, selama berada diruang
bersalin, dengan demikian bila pendamping ibu hamil sedang dalam kondisi
tidak sehata atau mungkin memiliki gejala COVID-19 , pendamping tidak
diizinkan masuk ke ruang bersalin.
e. Persiapan dana
Mempersiapkan suatu rencana persalinan yang merupakan hal penting,
termasuk rencana bila terjadi komplikasi, persiapannya adalah dana untuk
persalinan serta dana cadangan untuk kejadian komplikasi, sehingga ibu
beserta keluarganya dalam keadaan siap dana untuk bersalin serta dana untuk
cadangan apabila terjadi kegawatdaruratan baik berupa tabungan pribadi
maupun jaminan kesehatan ibu. Di masa pandemi COVID-19 ada banyak
yang harus ditambahkan saat persalinan akan dilakukan sepertisebelumnya
harus mempersiapkan hasilswab antigen ataupun swab PCR, mempersiapkan
alat pelindung diri ibu maupun mendaping seperti masker dan faceshild, jadi
ibu dan suami harus benar-benar mempersiapkan dana pribadi atau mengurus
kartu BPJS atau kartu fasilitas kesehatan agar mencukupi untuk biaya
persalinan.
f. Persiapan transportasi
Transportasi perlu disiapkan untuk mencegah terjadinya keterlambatan
menuju tempat persalinan bila terjadi komplikasi persalinan. Pemilihan jenis
transportasi yang akan sigunakan berdasarkan pertimbangan jarak tempat
bersalin dari rumah, sehingg ibu hamil beserta keluarganya dalam keadaan
siap kendaraan roda dua sepeda motor) atau roda empat (ambulance maupun
mobil pribadi) untuk menuju ke tempat bersalin atau tempat rujukan. Ibu dan
suami juga harus mengetahui jika ibu mengalami kegawatdaruratan ibu
diharuskan untuk menggunakan ambulance atau mobil pribadi menuju tempat
persalinan, tetapi jika ibu tidak mengalami komplikasi ibu dan suami bisa
menggunakan kendaraan pribadi seperti sepeda motor. Saat pandemi COVID-
19 disarankan ibu dan suami jika mengalami komplikasi ibu langsung
menghubungi petugas untuk menjemput menggunakan ambulance dan tidak
disarankan untuk menghubungi kendaraan umum agar tidak terlalu kontak
dengan seseorang yang tidak dikenal.
g. Persiapan calon donor darah
Persiapan donor darah perlu dilakukan oleh setiap ibu hamil karena setiap
saat proses persalinan yang fisiologis dapat menjadi patologis. Bila sewaktu-
waktu terjadi komplikasi maka sudah tersedia calon donor dengan golongan
darah yang sesuai untuk mendonorkan darahnya kepada ibu, diperlukan 5
calon pendonor darah untuk persiapan jika terjadi komplikasi yang tidak
diinginkan, sehingga ibu hamil dalam keadaan siap dengan calon donor darah
baik dari keluarga, suami, maupun teman yang sesuai dengan golongan darah
ibu, serta calon donor darah memenuhi syarat sebagai seorang pendonor darah
h. Persiapan perlengkapan ibu dan bayi
Persiapan perlengkapan ibu dan bayi bertujuan untuk tetap menjaga
kenyaman ibu dan bayi setelah proses persalinan. Ibu bersalin beserta
keluarganya tidak akan kebingungan atau berkemas-kemas lagi untuk mencari
perlengkapan ibu dan bayi yang harus segera dibawa ke tempat bersalin. Ibu
dalam keadaan siap dimana ibu telah mempersiapkan perlengkapan ibu dan
bayi seperti baju ibu yang longgar berisi kancing di depan, handuk, waslap,
sabun, celana dalam, kain panjang, peralatan mandi, perlengkapan rambut,
serta bra khusus menyusui dan perlengkapan bayi seperti handuk, selimut
tebal, penghalas kain, baju bayi, popok, kaos kaki, sarung tangan, topi serta
perawatan sehari-harinya, serta seluruh perlengkapan sudah siap dipakai,
dicuci dan disetrika untuk menjaga kebersihannya. Pada masa pandemi
COVID-19 ibu harus tetap menyiapkan masker untuk ibu dan suami atau
pendamping saat di tempat persalinan agar ibu dan pendamping tidak
kehabisan saat masker sudah tidak layak untuk digunakan dan sebaiknya ibu
juga harus tetap menyediakan faceshild untuk tetap dipakai oleh ibu dan pada
saat ibu menyusui bayi juga akan terjaga dari paparan ibu saat ibu tidak sadar
membuka masker atau bersin.
C. Pelayanan Antenatal di Masa Pandemi COVID-19
1. Rekomendasi Pelayanan KIA dan KB pada Praktik Mandiri Bidan Selama Masa
Pandemi COVID-19
a. Menyediakan tempat cuci tangan dengan air mengalir untuk pengunjung
b. Pastikan semua peralatan dan perlengkapan sudah di desinfeksi
c. Semua pelayanan dilakukan dengan membuat janji terlebih dahulu melalui
telepon/WA
d. Lakukan pengkajian komperhensif sesuai standar, termasuk informasi yang
berkaitan dengan kewaspadaan panularan COVID-19, jika diperlukan bidan
dapat berkoordinasi dengan RT/RW/Kades/Lurah setempat khususnya untuk
informasi tentang status ibu apakah termasuk dalam isolasi mandiri
(ODP/PDP/COVID +)
e. Bidan harus menerapkan prosedur pencegahan COVID-19 : cuci tangan pakai
sabun dengan air mengalir, jaga jarak minimal 1 meter, semua pasien,
pendamping dan tim kesehatan menggunakan masker (Tim kesehatan
menggunakan masker medis kecuali pada APN Bidan menggunakan masker
N-95)
f. Pastikan bidan dan tim yang bertugas selalu menggunakan APD sesuai
kebutuhan pelayanan. Terapkan cara pemasangan dan pelepasan APD yang
benar
g. Jika bidan tidak siap dengan APD sesuai kebutuhan dan tidak memungkinkan
untuk memberikan pelayanan, segera lakukan kolaborasi dan merujuk pasien
ke PKM / RS
h. Lakukan skrining terhadap factor risiko termasuk risiko infeksi COVID-19 ,
apabila ditemukan factor risiko, segera dirujuk ke PKM / RS terdekat sesuai
standar
i. Pelayanan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, BBL serta KB pada masa
pandemi COVID-19 mengacu pada panduan dari Kemenkes, PB, POGI, PP,
IDAI dan PP.IBI, (Kemenkes RI, 2020)
2. Panduan Pelayanan ANC oleh Bidan Pada Masa Pandemi COVID-19
a. Jika ibu hamil tidak ada keluhan diminta menerapkan informasi dalam buku
KIA dirumah dan segera ke fasilitas layanan kesehatan jika ada keluhan atau
tanda bahaya (baca buku KIA)
b. Jika diperlukan pemeriksaan ANC, ibu hamil membuat janji terlebih dahulu
dengan bidan melalui telepon / WA
c. Lakukan pengkajian komperhensif sesuai standar, termasuk informasi
berkaitan dengan kewaspadaan COVID-19, jika diperlukan bidan
berkoordinasi dengan RT/RW/Kades/Lurah setempat untuk informasi tentang
status ibu apakah sedang isolaso mandiri (ODP/PDP/COVID +) sebelum
melalukan ANC Bidan melakukan ANC sesuai standar menggunakan PD level
1 dan meminta ibu hamil menggunakan masker, jika tidak memungkinkan
memberikan pelayanan, maka bidan segera berkolaborasi dan merujuk ibu
hamil ke PKM atau RS terdekat
d. Ibu hamil, pendamping dan semua tim kesehatan yang bertugas selalu
menggunakan masker dan tetap menerapkan prosedur pencegahan COVID-19
e. Menunda kelas ibu hamil
f. Konsultasi kehamilan, KIE dan konseling dapat dilaksanakan secara online,
(Kemenkes RI, 2020)
DAFTAR PUSTAKA

World Health Organization. Antenatal Care For A Positive Pregnancy Experience. WHO;
2016
Prawirohardjo, Sarwono, dkk. 2016 . Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBS-SP
Sulistyowati, Ari . 2013. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika
Helen, Varney, dkk.2017. Buku Saku Bidan. Jakarta: EGC
Mochtar, Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta: EGC
Rustikayanti, N.R, et all. 2016. Perubahan Psikologis pada Ibu Hamil Trimester III. The
Southeast Asian Jornal Of Midwifery. 2(1).
Yuliani, dkk. 2017. Buku Ajar Aplikasi Asuhan Kebidanan Ter-Update. Jakarta: TIM
Tyastuti, S., & Wahyuningsih, H. P. (2016). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: Pusdik
SDM Kesehatan
Kemenkes RI. 2021. Profil Kesehatan Indonesia 2020. Jakarta: Kemenkes RI
Kementrian Kesehatan Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Kementrian
Kesehatan RI.Jakarta; 2017
POGI, 2020. Rekomendasi penanganan infeksi virus corona (Covid-19) pada maternal
(hamil, bersalin, dan nifas). Jakarta : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia, Pokja Infeksi Saluran Reproduksi. pp.1-33.
Direktorat Kesehatan Keluarga (2020) ‘Pedoman Bagi Ibu Hamil, Ibu Nifas, dan Bayi Baru
Lahir Di Era Pandemi Covid-19’, pp. 9–12. Available at:
http://www.kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/Pedoman bagi Ibu Hamil,
Bersalin, Nifas dan BBL di Era Pandemi COVID 19.pdf.
Kementerian Kesehatan R.I 2015. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Kemenkes
RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2020. Pedoman Bagi Ibu Hamil, Ibu Nifas, Dan Bayi Baru Lahir
Selama Social Distancing. Jakarta: Kemenkes RI

Anda mungkin juga menyukai