Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KEHAMILAN

1. Definisi Kehamilan

Kehamilan di definisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa

dan ovum di lanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila di hitung dari saat

fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu

40 minggu atau 9 bulan 7 hari menurut kalender internasional. (Prawirohardjo,

2016).

2. Fisiologi Kehamilan

a. Pembuahan (fertilisasi)

Pembuahan (fertilisasi) adalah penyatuan ovum (oosit sekunder) dan

spermatozoa yang biasanya berlangsung di ampula tuba. (Prawirohardjo,

2016).

b. Pembelahan sel (zigot)

Hasil pembuahan tersebut pada manusia memiliki 46 kromosom, yaitu

44 kromosom otosom dan kromosom kelamin. Ketika sudah pembelahan, sel

telur (ovum) matang mempunyai 22 kromosom otosom serta 1 kromosom X,

dan sel sperma mempunyai 22 kromosom otosom serta 1 kromosom X atau

22 kromosom serta 1 kromosom Y. Zigot adalah pembuatan yang memiliki 44

kromosom otosom serta 2 kromosom. Pembelahan ini terjadi selama 3 hari.

(Prawirohardjo, 2016).

c. Nidasi (implantasi)

Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi pada

stadium blatokista (blastula) ke dalam dinding uterus (endometrium) pada

awal kehamilan. (Mochtar,2015).


d. Pertumbuhan dan perkembangan zigot, embrio dan janin menjadi bakal

individu baru.

Kehamilan ini di pengaruhi oleh hormone estrogen, progesterone, human

chorionic gonadotropin (HCG) yaitu hormone aktif khusus yang berperan selama

awal kehamilan, berfluktuasi selama kehamilan. (Prawirohardjo, 2016).

3. perubahan yang terjadi selama kehamilan Trimester III

Trimester III mencakup minggu ke-29 sampai 42 kehamilan. Trimester III

seringkali di sebut sebagai “periode penunggu, penantian dan waspada” sebab

pada saat oitu, ibu tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Trimester III

merupakan masa persiapan dalam menanti kelahiran bayi dan menjadi orang

tua, sehingga sebagian besar perhatian tertuju pada kesiapan persalinan.

Selama periode ini sebagian besar wanita hamil dalam keadaan cemas yang

nyata. (Sagung seto, 2014).

Kebanyakan ibu akan bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari

orang atau benda apa saja yang di anggap membahayakan bayinya. Seorang ibu

mungkin mulai merasakan takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan

timbul pada waktu melahirkan. Ibu juga merasakan sedih karena berpisah

dengan bayinya dan klehilangan perhatian khusus yang di terima saat dia hamil.

(Sulistiyawati, 2013).

Kehamilan mengakibatkan banyaknya perubahan pada ibu hamil. Hal ini di

pengaruhi oleh perubahan hormone pada ibu hamil, sehingga muncul keinginan

untuk banyak istirahat dan perasaan ambivalensi. Perubahan bentuk tubuh juga

dapat mempengaruhi respon emosianal pada ibu hamil, seperti perubahan

bentuk tubuh, dan perasaan takut dan cemas akan kehamilannya. (Sulistiyawati,

2013).
a. Perubahan fisiologis pada kehamilan Trimester III

Perubahan anatomi dan fisiologi pada perempuan hamil sebagian

besar sudah terjadi segera setelah fertilisasi dan terus berlanjut selama

kehamilan. Kebanyakan perubahan ini merupakan respon terhadap janin.

1. Perubahan pada sisitem reproduksi

a) Uterus

Uterus akan mengalami pembesaran akibat peningkatan

hormone estrogen dan progesterone, uterus mengalami hipertrofi dan

hipervaskularisasi akibat dari pertumbuhan dan perkembangan janin,

pertambahan amnion dan perkembangan plasenta. Berat uterus naik

dari 30gram menjadi 100gram pada akhir kehamilan 40 minggu.

(Mochtar, 2015).

Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima

dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, dan amnion) sampai

persalinan. Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk

bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali

seperti keadaan semula dalam beberapa minggu setelah persalinan.

(Prawirohardjo, 2016).

b) Serviks

Serviks manusia merupakan organ yang kompleks dan

heterogen yang mengfalami perubahan yang luar biasa selama

kehamilan dan persalinan. Satu bulan setelah konsepsi serviks akan

menjadi lunak dan kebiruan, perubahan ini terjadi akibat perubahan

vakularisasi dan terjadinya edema pada seluruh serviks, bersamaan

dengan terjadinya hiperterofi dan hyperplasia pada kelenjar-kelenjar

serviks. (Prawirohardjo, 2016).


c) Ovarium

Proses ovulasi selama kehamilan akan berhentu dan

pematangan folikel baru juga di tunda. Hanya satu korpus luteum

yang dapat di temukan di ovarium volikel ini akan berfungsi maksimal

selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan

sebagai penghasilan progeteron dalam jumlah yang relative minimal.

(Prawirohardjo, 2016).

Relaksin, suatu hormone protein yang mempunyai struktur

mirip dengan insulin dan insulin like growb factor I dan II, di sekresi

oleh kopus luteum, desidua, pklasenta, dan hati. Aksi biologi

utamanya adalah dalam proses remodeling jaringan ikat pada saluran

reproduksi, yang kemudian akan mengakomodasi kehami8lan dan

keberhasilan proses persalinan. Perannya belum di ketahui secara

menyeluruh, trapi di ketahui mempunyai efek pada perubahan struktur

biokimia serviks dan berkontraksi myometrium yang akan berimplikasi

pada kehamilan preterm. (Prawirohardjo, 2016).

d) Vagina dan perineum

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia

terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva, sehingga

pada vagina akan terlihat berwarna keungu-unguan yang di kenal

dengan tanda chadwick. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa

dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hiperterofi dari sel-sel otot

polos. (Prawirohardjo, 2016).

Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang

merupakan persiapan untuk mengalami peregangan pada waktu

persalinan dengan meningkatnya ketebalan mukosa, mengendornya

jaringan ikat, dan hyperterofi sel otot polos. Perubahan ini

mengakibatkan bertambah panjangnya dinding vagina. Papilla


mukosa juga mengalami hyperterofi dengan gambaran seperti paku

sepatu. (Prawirohardjo, 2016).

2. Perubahan pada system sirkulasi darah

a) Volume darah

Volume darah dan volume plasma darah naik pesat sejak akhir

trimester pertama. Volume darah akan bertambah banyak, kira-kira

25% dengan puncaknya puncaknya pada kehamilan 32 minggu,

diikuti dengan bertambahnya curah jantung (cardiac output). Yang

meningkat kurang lebih sebanyak 30%. (Mochtar, 2015).

b) Protein darah

Protein darah serum berubah, jumlah protein, albumin dan

gamaglobulin menurun darah trimester pertama dan meningkat

secara bertahap pada akhir kehamilan. (Mochtar, 2015).

c) Heamoglobin

Hematocrit cenderung menurun kertika hamil kenaikan relative

volume plasma darah. Jumlah eritrosit cenderung meningkat untuk

memenuhi kebutuhan transpot O2 yang sangat di perlukan selama

kehamilan khususnya di trimester 3. Konsentrasi HB terlihat menurun.

Anemia fisiologis ini di sebabkan oleh volume plasma yang

meningkat. Dalam kehamilan, leukosit meningkat sampai 10.000/cc,

dan juga trombosit. (Mochtar, 2015).

d) Nadi dan tekanan darah

Tekanan darah arteri cenderung menurun pada trimester

kedua dan akan naik seperti pada pra-hamil. Tekanan vena dalam

batas normal pada ekstremitas atas dan bawah, dan naik setelah

akhir trimester pertama. Nadi mengalami kenaikan, kira-kira 84x/

menit. (Mochtar, 2015).


e) Jantung

Pompa jantung kira-kira naik 30% setelah kehamilan 3 bulan,

dan menurun lagi pada minggu terakhir kehamilan. (Mochtar, 2015).

3. Perubahan pada system pernafasan

Sebagian besar wanita hamil trimester III mengeluh sesak dan nafas

pendek. Hal Ini di sebabkan karena uterus yang tertekan kea rah

diafragma akibat pembesaran Rahim. Kapasitas paru sedikit meningkat

selama hamil. Seorang weanita hamil selalu bernafas lebih dalam dan

lebih menonjol pada pernafasan dada. Thoracic breathing. (Mochtar,

2015).

4. Perubahan pada system pencernaan

Pada kehamilan trimester III terjadi peningkatan produksi

progesterone yang menyebabkan hilangnya tonus otot dan turunnya

peristaltic sehingga menyebabkan terjadinya konstifasi. (Mochtar, 2015).

5. Perubahan pada tulang dan gigi

Persediaan panggul akan terasa lebih longgar dan terjadi sedikit

pelebaran pada persediaan karena ligament menulac (softening). Apabila

pemberian makanan tidak dapat memenuhi kebutuhan kalsium janin,

maka kalsium pada tulang panjang ibu akan di serap untuk memenuhi

kebutuhan janin. Apabila konsumsi kalsium cukup, gigi tidak kekurangan

kalsium. Gingivitis kehamilan adalah gangguan yang di sebabkan oleh

beberapa factor, misalnya hygiene yang buruk pada rongga mulut.

(Mochtar, 2015)

6. Perubahan pada system integument

Pada kulit terjadi hipersensitivitas allergen plasenta sehingga timbul

rasa gatal-gatal, keringat berlebih, dan terjadi hiperpigmentasi, yaitu muka

disebut masker kehamilan (chloasma gravidarum, perut di sebut linea

nigra striae). (Mochtar, 2015).


7. Perubahan pada system perkemihan

Peningkatan sesitivitas kandung kemih dan pada tahap selanjutnya

merupakan akibat kompresi pada kandung kemih. Sejak di mulai dari

trimester kedua, kandung kemih tertarik keatas dan keluar dari panggul

sejati kearah abdomen. Uretra memanjang sampai 7,5 cm karena

kandung kemih bergeser kearah atas. Kongesti panggul pada masa

hamil. Kandung kemih bergeser kea rah atas. Kongesti panggul pada

masa hamil ditunjukan oleh hyperemia pada kandung kemih dan uretra.

(Mochtar, 2015).

Peningkatan vasikularisasi ini membuat mukosa kandung kemih

menjadi mudah berdarah. Tonus otot kandung kemih menjadi menurun.

Hal ini memungkinkan distensi kandung kemih sampai sekitar 1500ml.

pembesaran uterus menekan kandung kemih menimbulkan rasa ingin

berkemih (miksi) walaupun kandung kemih hanya berisi sedikit urine.

(Mochtar, 2015).

b. Perubahan psikologis pada ibu hamil Trimester III

Periode penantian, tidak sabar, persiapan kelahiran dan kedudukan

menjadi orang tua, memusatkan perhatian, melindungi bayi dari bahaya dari

luar atau dalam. Persiapan kehadiran bayi, sebagai contoh: nama anak,

pakaian bayi. (Mirantu Megasari, 2015).

Mendatangi pertemuan-pertemuan yang menunjang peran menjadi

orang tua, konseling kebidanan, membeli perlengkapan. Terkadang muncul

rasa takut atau khawatir tentang abnormal pada bayinya, proses persalinan,

ketidak tahuan kapan persalinan. (Mirantu Megasari, 2015).


Proses duka cita: akan kehilangan perhatian dan keistimewaan pada

saat hamil, terpisahnya bayi dari tubuhnya, kandungan menjadi kosong.

Pertengahan trimester III hasrat seksual menurun dari pada trimester II

karena semakin besarnya abdomen menjadi penghalang, merasa canggung,

jelek, tidak rapi, semua ini memerlukan lebih besar perhatian pasangan.

(Mirantu Megasari, 2015).

4. Asuhan kebidanan pada trimester III

Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan

obstetric untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian

kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan. (prawirohardjo, 2016).

Ada 6 alasan penting untuk mendapatkan asuhan antenatal, yaitu:

1. Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan.

2. Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang di

kandungnya.

3. Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya.

4. Mengidentifikasi dan menata laksana kehamilan risiko tinggi.

5. Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas

kehamilan dan merawat bayi.

6. Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan

membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang di kandungnya.

Jadwal kunjungan antenatal jika pada kehamilan normal cukup empat kali.

Dalam bahasa program kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal ini di beri

kode angka K yang merupakan singkatan dari kunjungan. Pemeriksaan antenatal

yang lengkap adalah K1, K2, K3 dan K4. Hal ini berartoi, mininmal di lakukan

sekali kunjungan antenatal hingga usia kehamilan 28 minggu, sekali kunjungan


antenatal selama kehamilan 28-36 minggu dan sebanyak dua kali kunjungan

antenatal pada usia kehamilan di atas 36 minggu. (Prawirohardjo, 2016).

Selama melakukan kunjungan untuk asuhan antenatal, para ibu hamil akan

mendapatkan serangkaian pelayanan yang terkait dengan upaya memastikan

ada tidaknya kehamilan dan penelusuran berbagai kemungkinan adanya penyulit

atau gangguan kesehatan selama kehamilan yang mungkin dapat mengganggu

kualitas dan luaran kehamilan. Identifikasi kehamilan di peroleh melalui

pengenalan perubahan anatomic dan fisiologik kehamilan seperti yang telah di

uraikan sebelumnya. Bila di perlukan, dapat di lakukan uji hormonal kehamilan

dengan menggunakan berbagai metode yang tersedia. (Prawirohardjo, 2016).

Dasar dalam pemantauan pada trimester III kehamilan yaitu pada usia 27-47

minggu, di antaranya :

1. Pemantrauan penambahan berat badan berdasarkan pada IMT ibu.

2. Pemeriksaan tekanan darah.

3. Pemeriksaan tinggi fundus dan penentuan berat badan janin.

4. Pemantauan letak janin dengan palpasi abdomen.

5. Melakukan pemeriksaan denyut jantung janin.

6. Deteksi terhadap masalah psikologi dan berikan dukungan selama

kehamilan.

7. Kebutuhan ecercise ibu dengan senam hamil.

8. Deteksi pertumbuhan janin terhambat baik dalam pemeriksaan palpasi.

9. Mengurangi keluhan akibat ketidaknyamanan yang terjadi pada trimester III.

10. Deteksi dini komplikasi yang terjadi pada trimester III dan melakukan tindakan

kolaborasi dan atau rujukan secara tepat.

11. Melibatkan keluarga dalam setiap asuhan.

12. Persiapan laktasi.

13. Persiapan persalinan.


14. Melakukan kolaborasi pemeriksaan USG jika di temukan kemungkinan

kelainan letak janin, letak plasenta atau penurunan kesejahteraan janin.

15. Melakukan rujukan jika di temukan tanda-tanda patologi pada trimester III.

Di Indonesia, tidak semua perempuan hamil akan melakukan pemeriksaan di

awal kehamilannya. Sering di temukan ibu hamil dating ke tenaga kesehatan

saat usia kehamilan memasuki trimester II. Pada keadaan tersebut, ibu harus di

berikan tambahan asuhan seperti pada trimester I sehingga penapisan terhadap

penyulit kehamilan akan tetap dapat terdeteksi dengan baik.

5. Standar asuhan Antenatal Care (ANC)

Pemeriksaan antenatl dikatakan berkualitas apabila telah memenuhi standar

pelayanan antenatal (10T) sebagai berikut:

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Penimbangan berat badan dilakukan setiap kali kunjungan antenatal.

Hal ini dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin.

Penambahan berat badan selama kehamilan di dasarkan pada BMI atau IMT

ibu hamil. Apabila penambahan berat kurang adari 9kg selama kehamilan

atau kurang dari 1kg per bulan menunjukan adanya gangguan pertumbuhan

janin. Pengukuran tinggi badan dilakukan saat kunjungan yang pertama,

apabila tinggi badan ibu kurang dari 145cm, ibu termasuk kedalam kategori

mempunyai factor resiko tinggi. (Monica ester, 2017).

Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelum hamil

dihitung dari TM I sampai TM III yang berkisar antara 9-13,9kg dan kenaikan

berat badan setiap minggu yang tergolong normal adalah 0,4-0,5kg tiap

minggu mulai TM II. Berat badan ideal untuk ibu hamil sendiri tergantung dari

IMT (Indeks Masa Tubuh) ibu sebelum hamil. Indeks masa tubuh (IMT)

adalah hubungan antara tinggi badan dan berat badan.

IMT=Berat Badan (kg) / Tinggi Badan


(cm)²)

Tablel 2.1 Klasifikasi Nilai IMT


Peningkatan Berat Badan Sebelum Hamil

Berat badan BMI Kenaikan BB total yang di


sebelum hamil anjurkan
(BB/TB (m)²)
Berat badan kurang <19,8 12,5-18
Berat badan normal 19,8-26,0 11,5-16
Berat badan berlebih 26,0-29 7-11,5
Obesitas >29,00 <6,8
sumber: Varney, 2015

Prinsip dasar yang perlu diingat berat badan naik perlahan dan

bertahap, bukan mendadak dan drastic, indeks masa tubuh adalah suatu

metode untuk mengetahui pertambahan optimal, yaitu:

a. 20 minggu pertama mengalami penambahan BB sekitar 2,5 kg.

b. 20 minggu berikutnya terjadi penambahan sekitar 9 kg.

c. Kemungkinan penambahan BB hingga maksimal 12,5 kg.

(Prawirohardjo, 2016).

Taksiran Berat Badan Janin (TBBJ)

Rumus Johnson-Toshack

TBJ (Taksiran Berat Janin) = (Tinggis Fundus Uteri (CM)-N) x 155 gram

Keterangan :

N = 13 bila kepala belum melewati pintu atas panggul.

N = 12 bila kepala masih berada di atas spina iskiadika.

N = 11 bila kepala masih berada di bawah spina iskiadika.

2. Ukur lingkar lengkan atas/nilai status gizi

Lingkar lengan atas hanya dilakukan pada kontak pertama antenatal. Hal

ini di lakukan untuk skrining ibu hamil beresiko kurang energy kronik (KEK).
Seorang ibu hamil dikatakan mengalami KEK apabila lingkar lengan atas

kurang dari 23,5cm yang menunjukan terjadinya kekurangan gizi yang telah

berlangsung lama. Keadaan ini dapat menjadi resiko terlahirnya bayi dengan

berat badan lahir rendah (BBLR). Pengukuran lingkar lengan atas dilakukan

pada lengan bagian atas, dilakukan pada lengan yang jarang digunakan

untuk aktivitas biasanya pada lengan kiri. Pita pengukur menggunakan pita

ukur yang tidak elastis. Dengan lengan di tekuk, tentukan titik tengah antara

pangkal bahu dan siku, selanjutnya tentukan ukuran lingkar lengan atas

dengan posisi lengan lurus dan santai. (Monica Ester, 2017).

3. Ukur tekanan darah

Pengukuran tekanan darah dilakukan setiap kali kunjungan antenatal. Hal

ini di lakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi pada kehamilan dan

peeklampsia. Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-kurangnya 140

MmHg sistolik atau 90 MmHg diastolic pada dua kali pemeriksaan berjarak 4-

6 jam pada wanita yang sebelumnya normotensi. (Monica ester, 2017).

Jika ditemukan tekanan darah tinggi (>140/90 MmHg) pada ibu hamil

dilanjutkan dengan pemeriksaan kadar protein urine dengan tes celup urine

atau protein urine 24 jam untuk menentukan diagnosis. (Monica Ester, 2017).

4. Ukur tinggi fundus uteri

Pengukuran tinggi fundus uteri (TFU) harus di lakukan setiap kali

kunjungan antenatal. Hal ini di lakukan untuk memantau pertumbuhan janin di

bandingkan dengan usia kehamilan. Selain itu pengukuran tinggi fundus uteri

dilakukan setelah usia kehamilan 24 minggu, dan secara berkelanjutan setiap

kali kunjungan untuk mendeteksi secara dini apabila terdapat gangguan

pertumbuhan janin. Pengukuran di lakukan pada ibu hamil pada posisi

terlentang, dan pastikan bahwa kandung kemih kosong. Bentangkan pita

pengukur yang tidak elestis dengan titik 0 berada di atas simfisis, melalui

midline (pusat) sampai ke fundus. Upayakan pita pengukur dalam posisi


terbalik agar dapat mengurangi bias pengukuran. Hasil pengukuran TFU

dikatakan normal apabila sesuai dengan usia kehamilan dalam minggu ±2cm.

apabila terdapat ketidaksesuaian tinggi fundus uteri dengan usia kehamilan,

bidan harus melakukan kolaborasi atau rujukan. (Monica Ester, 2017).

Table 2.2
Menentukan tinggi fundus (Mc-DONALD)

No Tinggi fundus uteri (cm) Umur kehamilan


1. 12 cm 12 minggu
2. 16 cm 16 minggu
3. 20 cm 20 minggu
4. 24 cm 24 minggu
5. 26 cm 28 minggu
6. 29-30 cm 32 minggu
7. 32 cm 36 minggu
8. 35 cm 40 minggu
sumber: saifuddin, 2010

Table 2.3
Menentukan Tinggi Fundus dengan cara (Spielberg)

Usia Tinggi Fundus Uteri (TFU)


kehamilan
12 minggu 3 jari di atas simfisis
16 minggu Pertengahan pusat-simfisis
18 minggu 3 jari di bawah pusat
20 minggu Setinggi pusat
24 minggu 3 jari di atas pusat
28 minggu Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus (Px)
32-40 minggu 3 jari di bawah prosesus xiphoideus (Px)
sumber: silistyawati, 2013

5. Tentukan presentasi janin dan hitung denyut jantung (DJJ)

Presentasi janin merupakan bagian terendah janin atau bagian janin yang

terdapar di bagian bawah uterus. Pemeriksaan ini dilakukan pada trimester II

klehamilan, dan dilanjutkan setiap kali kunjungan. Jika pada trimester III

presentasi janin bukan kepala atau bagian terendah belum masuk pintu atas

panggul (PAP) kemungkinan terdapat kelainan letak atau panggul sempit,

sehingga harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. (Monica Ester, 2017).

Salah satu keknik untuk menilai kesejahteraan janin adalah dengan

menghitung denyut jantung janin. Denyut jantung janin dapat didengar


pertama kali pada usia kehamilan 12 minggu apabila menggunakan Doppler

dan pada usia kehamilan 16-20 minggu jika menggunakan funduskop.

Pemeriksaan DJJ dilakukan di punctum maximum, yaitu tempat denyut

jantung janin terdengan paling keras, biasanya pada bagian punggung janin.

Pada presentasi kepala, DJJ terdengar di bawah pusat, sedangkan pada

presentasi bokong, DJJ terdengar setinggi atau atas pusat. DJJ normal pada

bayi adalah 120-160 kali per menit. Apabila DJJ kurang atau lebih dari nilai

tersebut perlu dilakukan pemantauan lebih lanjut terhadap kesejahteraan

janin. (Monica Ester, 2017).

6. Skrining status imunisasi TT dan pemberian imunisasi TT

Pemberian imunisasi TT (tetanus toksoid) dilakukan untuk memberikan

kekebalan terhadap tetanus baik ibu maupun bayi (tetanus neonatorum).

Tetanus neonatorum dapat terjadi pada bayi apabila proses persalinan

dilakukan di tenpat yang kotor atau tidak steril, atau perawatan tali pusat yang

tidak steril. Tetanus neonatorum dapat menyebabkan kematian pada bayi.

Dengan pemberian imunisasi TT pada ibu, bayi akan mendapatkan

kekebalan pasif yang di dapat dari ibu, karenanya penting untuk mencegah

hal tersebut melalui pemberian imunisasi TT pada wanita yang dimulai dari

masa kanak-kanak sampai masa kehamilan. (Monica Ester, 2017).

Table 2.4
Jadwal pemberian imunisasi TT pada ibu hamil

Pemberian Selang waktu minimal


TT1 Saat kunjungan pertama (sedini mungkin pada
kehamilan)
TT2 4 minggu setelah TT1 (pada kehamilan)
TT3 6 bulan setelah TT2 (pada kehamilan, jika selang waktu
minimal terpenuhi)
TT4 1 tahun setelah TT3
TT5 1 tahun setelah TT4
monica ester, 2017.

7. Beri tablet tambah darah (zat besi)


Pemberian tablet tambah darah merupakan asuhan rutin yang harus di

lakukan dalam asuhan antenatal. Suplementasi ini berisi senyawa zat besi

yang setara dengan 60mg zat besi elemental dan 400mcg asam folat. Hal ini

dilakukan untuk mencegah terjadinya anemia dalam kehamilan, serta

pengobatan anemia dalam kehamilan. Dosis yang digunakan pada terapi

pencegahan adalah 1 tablet tambah darah selama kehamilan minimal 90

tablet dimulai sedini mungkin dan di lanjutkan sampai masa nifas. Sedangkan

untuk dosis pengobatan pada penderita anemia pada kehamilan adalah 2

tablet setiap hari sampai kadar Hb mencapai normal, kemudian di lanjutkan

dengan dosis pemeliharaan. (Monica Ester, 2017).

8. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium pada kehamilan dilakukan sebagai

pemeriksaan rutin pemeriksaan atas indikasi. Pemeriksaan laboratorium rutin

meliputi pemeriksaan golongan darah dan pemeriksaan hemoglobin.

Pemeriksaan golongan darah ditunjukan untuk menyiapkan apabila terdapat

kondisi darurat pada ibu hamil, keluarga maupun masyarakat telah dapat

mempersiapkan calon pendonor yang sesuai dengan darah ibu hamil

tersebut. Pemeriksaan kadar hemoglobin dilakukan pada trimester I dan

trimester III. Hal ini dilakukan untuk mengatahui status anemia pada ibu hamil

sehingga dapat dilakukan penatalaksanaan lebih lanjut. (Monica Ester, 2017).

Selain pemeriksaan rutin di atas, dapat juga dilakukan pemeriksaan

protein dalan urine, pemeriksaan gula darah, pemeriksaan HIV, pemeriksaan

BTA, pemeriksaan sifilis dan malaria dilakukan sesuai indikasi. (Monica Ester,

2017).

9. Tata laksana/penanganan kusus

Penetapan diagnose dilakukan setelah seluruh pengkajian maupun

pemeriksaan dilakukan secara lengkap. Setiap kelainan yang ditemukan dari

hasil pemeriksaan harus ditata laksana sesuai dengan standard an


kewenangan bidan. Apabila terdapat kasus kegawatdaruratan atau kasus

patologis darus dilakukan rujukan ke fasilitas yang lebih lengkap sesuai alur

rujukan. (Monica Ester, 2017).

10. Temu wicara/konseling

Setiap kunjungan antenatal bidan harus memberikan temu

wicara/konseling sesuai dengan diagnose dan masalah yang di temui. Secara

umum KIE yang dilakukan adalah:

a. Setiap ibu hamil dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan antenatal

secara rutin sesuai dengan jadwal. Selama kehamilan, ibu hamil harus

memeriksa kehamilan minimal 4 kali, yaitu 1 kali pada trimester I, 1 kali

pada trimester II dan 2 kali pada trimester III. Selain itu ibu hamil

dianjurkan untuk beristirahat yang cukup selama kehamilan dan tidak

bekerja berat. (Monica Ester, 2017).

b. setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan tubuhnya dan

melaksanakan perilaku hidup sehat. Misalnya, mencuci tangan sebelum

makan, mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, menggosok gigi, serta

melakukan olahraga ringan. (Monica Ester, 2017).

c. Suami dan keluargta di anjurkan memberi dukungan terhadap kehamilan.

Dukungan ini dapat berupa dukungan material maupun nonmaterial.

Suami dan keluarga dapat menyiapkan biaya persalinan, kebutuhan bayi,

transportasi rujukan serta calon pendonor darah. Hal ini disiapkan sejak

kehamilan. (Monica Ester, 2017).


d. Setiap ibu hamil dijelaskan tentang tanda bahaya kehamilan, persalinan,

nifas maupun pada bayi. Hal ini penting dijelaskan agar ibu dan keluarga

dapat segera mencari pertolongan ke tenaga kesehatan apabila

mengalami tanda tersebut. (Monica Ester, 2017).

e. Ibu hamil di anjurkan mendapatkan asupan gizi yang seimbang baik dari

segikuantitas maupun dari segi kualitas. Segi kualitas menunjukan jumlah

asupan makanan, sedangkan segi kualitas mencakup jenis dan variasi

dari asupan makanan. Hal ini penting sebagai salah satu upaya untuk

mengawal 1000 hari pertama kehidupan sehingga tumbuh kembang janin

dan kesehatan ibu dapat optimal. (Monica Ester, 2017).

f. Setiap ibu hamil harus dijelaskan tentang tanda dan gejala penyakit

menular dan tidak menular terutama yang memengaruhi kesehatan ibu

dan janin. (Monica Ester, 2017).

g. Setiap ibu hamil harus di berikan penawaran untuk melakukan konseling

dan tes HIV terutama di wilayah yang beresiko tinggi. Hal ini merupakan

salah satu komponen standar dari pelayanan kesehatan ibu dan anak.

Konseling HIV berupa penjelasan risiko penularan HIV dari ibu ke janin.

(Monica Ester, 2017).

h. Setiap ibu hamil harus disiapkan untuk mendapatkan inisiasi menyusuoi

dini pada saat pertolongan persalinan. Hal ini penting sebagai salahsatu

langkah menuju keberhasilan pemberian ASI ekslusif. (Monica Ester,

2017).

i. Setiap ibu hamil harus di siapkan untuk memilih dan menentukan alat

kontrasepsi pasca-salin sejak kehamilan. Hal ini penting untuk merawat

kesehatan dirinya sendiri, anak dan keluarga yang lain. (Monica Ester,

2017).

j. Setiap ibu hamil harus mendapatkan informasi tentang imunisasi TT

untuk mencegah kejadian tetanus neonatorum. Skrining imunisasi TT


harus dilakukan untuk menilai status T dan menilai kebutuhan [emberian

imunisasi TT pada ibu hamil sesuatu dengan status T. (Monica Ester,

2017).

k. Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberi stimulasi auditori dan

pemenuhan nutrisi pengungkit otak (brain booster) selama kehamilan

untuk meningkatkan intelegensia bayi yang di lahirkan. (Monica Ester,

2017).

6. Ketidaknyamanan Pada Trimester III

a. Sering berkemih

Sering berkemih dikeluhkan sebanyak 60% oleh ibu selama

kehamilan akibat dari meningkatnya laju filtrasi Glomerolus. Dilaporka 59%

terjadi pada trimester pertama, 61% pada trimesterdua dan 81% pada

trimester III. Keluhan sering berkemih karena tertekannya kandung kemih

oleh uterus yang semakin membesar dan menyebabkan kapasitas kandung

kemih berkurang serta frekuensi berkemih meningkat. (Sagung Seto, 2013).

Menjelanag akhir kehamilan, pada nulipara presentasi terendah sering

ditemukan janin yang memasuki pintu atas panggul, sehingga menyebabkan

dasar kandung kemih terdorong ke depan dank e atas, mengubah

permukaan yang semula konveks menjadi konfkaf akibat tekanan. (Sagung

Seto, 2013).

b. Varises dan wasir

Varises adalah pelebaran pada pembuluh darah balik vena sehingga

katup vena melemah dan menyebabkan hambatan pada aliran pembuluh

darah balik dan biasa terjadi pada pembuluh balik supervisial. Varises terjadi

pada 40% wanita, biasanya terlihat pada bagian kaki, namun sering juga

muncul pada vulva dan anus. Varises pada bagian anus biasanya disebut

haemoroid. balik menuju jantung melemah dan vena dipaksa bekerja lebih
keras untuk dapat memompa darah. Karenanya, varises vena banyak terjadi

pada tungkai, vulva atau rectum. (Sagung Seto, 2013).

c. Nyeri perut bagian bawah

Nyeri perut bagian bawah dikeluhkan oleh sebagian besar ibu hamil.

Keluhan ini dapat bersifat fisiologis dan beberapa lainnya merupakan tanda

adanya bahaya dalam kehamilan. Secara normal, nyeri perut bagian bawah

dapat disebabkan oleh muntah yang berlebihan dan konstipasi yang alami

oleh sebagian besar ibu dalam kehamilannya. (Sagung Seto, 2013).

d. Gangguan tidur dan mudah lelah

Pada trimester 3 hampir semua wanita mengalami gangguan tidur,

cepat lelah paada kehamilan disebabkan oleh nokturria ( sering berrkemih )

dimalam hari, dari beberapa penelitian menyatakan bahwa cepat lelah pada

ibu hamil dikarenakan tidur malam yang tidak nyenyak karena terbangun

tengah malam untuk berkemih. (Sagung Seto, 2013).

hamil mengalami insomnia disebabkan ketidaknyamanan akibat

uterus yang membesar, ketidaknyamanan lain selama kehamilan dan

pergerakan jainin, terutama jika janinaktif. (Sagung Seto, 2013).

e. Bengkak dank ram pada kaki

Bengkak atau odem adalah penumpukan atau retensi cairan pada

daerah luar sel akibat dari berpindahnya cairan intrasesuler ke ekstraseluler.

Odema pada kaki biasa dikeluhkan pada usia kehamilan diatas 34 minggu.

Hal ini dikarenakan tekanan uterus yang semakin meningkat dan

mempengaruhi sirkulasi aciran. Dengan bertmabahnya tekanan uterus dan

tarikan gravitasi menyebabkan retensi cairan semakin besar. (Sagung Seto,

2013).

7. Kebutuhan Ibu Hamil Trimester III

a. Nutrisi
Kecukupan gizi ibu hamil di ukur berdasarkan kenaikan berat badan. Kalori

ibu hamil 300-500 kalori lebih banyak dari sebelumnya. Kenaikan berat badan

juga bertambah pada trimester ini antara 0,3-0,5 kg/minggu. Kebutuhan

protein juga 30 gram lebih banyak dari biasanya. (Titik Ekasari, 2019).

b. Seksual

Hubungan seksual pada trimester III tidak berbahaya kecuali ada beberapa

riwayat yaitu:

1) Pernah mengalami abortus sebelumnya.

2) Riwayat perdarahan pervaginam sebelumnya.

3) Terdapat tanda infeksi dengan adanya pengeluaran cairan disertai rasa

nyeri dan panas pada jalan lahir.

Walaupun ada beberapa indikasi tentang bahaya jika melakukan

hubungan seksual pada trimester III bagi ibu hamil, namun factor lain

lebih dominan yaitu turunnya rangsangan libido pada trimester ini yang

membuat kebanyakan ibu hamil tidak tertarik untuk berhubungan intim

dengan pasangannya, rasa nyaman yang sudah jauh berkurang disertai

ketidaknyamanan seperti pegal/nyeri daerah punggung bahkan terkadang

ada yang merasakan adanya kembali rasa mual seperti sebelumnya, hal

inilah yang mempengaruhi psikologi ibu di trimester III. (Titik Ekasari,

2019).

c. Istirahat cukup

Istirahat dan tidur yang cukup dapat meningkatkan kesehatan

jasmani, rohani, untuk kepentingan kesehatan ibu sendiri dan tumbuh

kembang janinnya di dalam kandungannya. Kebutuhan tidur yang efektifnya

yaitu 8 jam/hari. (Titik Ekasari, 2019).

d. Kebersihan diri (Personal Hygiene)

Penting bagi ibu menjaga kebersihan dirinya selama hamil, hal ini

dapat mempengaruhi fisik dan psikologis ibu. Kebersihan lain yang juga
penting dijaga yaitu persiapan laktasi, serta penggunaan bra yang longgar

dan menyangga membantu memberikan kenyamanan dan keamanan bagi

ibu. (Titik Ekasari, 2019).

e. Mempersiapkan kelahiran dan kemungkinan darurat bekerja sama dengan

ibu, keluarganya, serta masyarakat untuk mempersiapkan rencana kelahiran,

termasuk mengidentifikasi penolong dan tempat persalinan, serta

perencanaan tabungan untuk mempersiapkan biaya persalinan. Bekerja

sama dengan ibu, keluarga dan masyarakat untuk mempersiapkan rencana

jika terjadi komplikasi, termasuk: mengidentifikasi kemana harus pergi dan

transportasi untuk mencapai tempat tersebut, mempersiapkan donor darah,

mengadakan persiapan financial, mengidentifikasi pembuat keputusan kedua

jika pembuat keputusan pertama tidak ada ditempat. (Titik Ekasari, 2019).

f. Memberikan konseling tentang tanda-tanda persalinan

Beberapa tanda-tanda persalinan yang harus diketahui, antara lain:

1. Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan teratur.

2. Keluar lendir bercampur darah (Blood Show) yang lebih banyak karena

robekan-robekan kecil pada serviks.

3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

4. Pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan pembukaan telah ada.

(Tutik Ekasari, 2019).

8. Tanda Bahaya Kehamilan Pada Trimester III

1) Perdarahan pervaginam

Pada kehamilan lanjut atau Trimester III, perdarahan merupakan hal

yang kadang-kadang terjadi. Perdarahan yang tidak normal adalah ketika

darah yang keluar berwarna merah segar, banyak dan terkadang tidak

disertai dengan rasa nyeri. Kemungkinan tersebut dapat disebabkan karena

plasenta pervia atau solusio plasenta.

2) Keluarnya air ketuban sebelum waktunya (KPSW)


KPSW terjadi apabila sebelum persalinan berlangsung yang di

sebabkan karena kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan

intrauterine atau oleh kedua factor tersebut juga karena adanya infeksi yang

dapat berasal adari vagina dan serviks.

3) Demam tinggi

Ibu menderita demam yang tinggi dengan suhi >38C° dalam

kehamilan merupakan masalah. Demam tinggi dapat dikarenakan adanya

infeksi pada kehamilan.

4) Nyeri abdomen yang hebat

Menunjukan masalah yang mengancam jiwa, nyeri hebat, menetap,

dan tidak hilang setelah istirahat, hal ini bisa berarti apendikskitis, kehamilan

ektopik, penyakit radang pelvis, persalinan preterm, iritasi uterus, solusio

plasenta dan bisa juga karena infeksi saluran kemih.

5) Sakit kepala hebat dan penglihatan kabur

Sakit kepala hebat dan penglihatan kabur dapat terjadi karena adanya

gejala preklampsia.

6) Gerakan janin tidak ada atau kurang

Ibu mulai merasakan gerakan janin mulai bulan ke-5 atau ke-6

beberapa ibu dapat merasakan gerakan ini lebih awal, bayi harus banyal

bergerak paling sedikit 3 kali dalam 1 jam jika ibu berbaring atau beristirahat.

9. Asuhan Persiapan Persalinan dan Kegawatdaruratan

Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya,

dan peran bidan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya

komplikasi. Disamping itu besama keluarga memberikan bantuan dan dukungan

pada ibu bersalin. Maka dari itu, sebelum menghadapi proses persalinan tentulah

ada beberapa hal yang perlu disampaikan bagi ibu. Dan melalui asuhan
kebidanan bidan harus memberikan KIE kepada ibu untuk mempersiapkan

kelahiran bayinya, menurut asrinah, 2010 diantaranya adalah:

1) Pemilihan metode persalinan

Dalam hal ini penting adanya komunikasi antara tenaga kesehatan

(bidan) dengan ibu beserta keluarga. Sesuai dengan kebutuhan serta

pertimbangan juga dari segi resiko dan efek yang terjadi. (Asrinah, 2010).

2) Tempat melahirkan

Tempat melahirkan hendaknya disesaikan dengan jarak tempuh dari

rumah untuk memperkirakan waktu waktu sampai ke tempat pelayanan

kesehatan. Perhatikan kepadatan lalu lintas pada jam-jam tertentu sehingga

dapat mempersiapkan jalur alternative untuk sampai ke tempat pelayanan

kesehatan. (Asrinah, 2010).

3) Tenaga medis atau penolong persalinan

Dokter kandungan atau bidan yang sekiranya akan menangani proses

persalinan sebaiknya ditentukan dari jauh-jauh hari. Ada baiknya

menciptakan kesinambungan antara tenaga medis yang memantau

kehamilan ibu sendiri dari awal, sehingga dapat tau perihal perkembangan

ibu dan janin yang di kandungnya. (Asrinah, 2010).

4) Persiapan mental ibu

Mengindari kepanikan dan ketakutan, menyikapi diri ibu, mengingat

bahwa setelah semua ini ibu akan mendapatkan buah hati yang didambakan.

Menyiapkan tenaga untuk melahirkan, tenaga akan terkuras jika berteriak-

teriak dan bersikap gelisah. Dengan bersikap tenang, ibu dapat melalui saat

persalinan dengan baik dan lebih siap. Dukungan dari orang-orang terdekat

atau keluarga perhatian dan kasih saying tentu akan membantu memberikan

semangat untuk yang akan melahirkan. (Arsinah, 2010).

5) Persiapan kebutuhan

a. Persiapan yang harus dibawa untuk ibu selama persalinan :


1. Minum dan makan untuk ibu.

2. Sarung bersih.

3. Celana dalam bersih.

4. Pembalut.

5. Handuk.

6. Sabun.

7. Baju ganti.

8. Bra untuk menyusui.

9. Barang-barang pribadi lainnya.

b. Persiapan untuk bayi

1. Popok bayi.

2. Handuk bersih.

3. Kantong plastic untuk plasenta.

4. Baju bayi.

5. Topi bayi.

6. Selimut bayi.

(Asrinah, 2010).

Persiapan kegawatdaruratanpun perlu diperhatikan ibu dan keluarga

guna menjaga kesiapan jika sewaktu-waktu terjadi kegawatdarruratan saat

persalinan. Yang perlu disiapkan adalah:

a. Membuat rencana pembuat keputusan jika terjadi kegawatdaruratan yang

membantu penolong persalinan.

b. Membuat rencana rencana rujukan, yang disingkat menjadi BAKSOKUDA

1) B : Bidan. Pastikan bahwa ibu dan/atau bayi baru lahir didampingi

oleh penolong persalinan yang kompeten dan memiliki kemampuan


untuk mentalksana kegawatdaruratan obstetric dan bayi baru lahir

untuk di bawa ke pasilitas rujukan.

2) A : Alat. Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan

persalinan, masa nifas dan bayi baru lahir (tabung suntik, selang IV,

alat resusitasi dan lain-lain) Bersama ibu ke tempat rujukan.

Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut mungkin di perlukan jika ibu

melahirkan dalam perjalanan menuju fasilitas rujukan.

3) K : Keluarga. Beritahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu

dan/atau bayi dan mengapa ibu dan/atau bayi perlu di rujuk. Jelaskan

pada mereka dan tujuan merujuk ibu ke fasilitas rujukan tersebut.

Suami atau anggota keluarga yang lain harus menemani ibu dan bayi

baru lahir hingga ke fasilitas rujukan.

4) S : Surat. Berikan surat ketempat rujukan, cantumkan alas an rujukan

dan uraikan hasil pemeriksaan, asuhan atau obat-obatan yang sudah

diterima ibu dan/atau bayi baru lahir. Sertakan juga partograf yang di

pakai untuk membuat keputusan klinik.

5) O : Obar. Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu ke

fasilitas rujukan. Obat-obatan tersebut mungkin diperlukan selama di

perjalanan.

6) K : Kendaraan. Siapkan kendaran yang paling memungkinkan untuk

merujuk ibu dalam kondisi kendraan cukup baik untuk mencapai

tujuan pada waktu yang tepat.

7) U : Uang. Ingatkan uang pada keluarga agar membawa uang dalam

jumlah yang cukup untuk membeli obat-obatan yang diperlukan dan

bahan-bahan kesehatan lain yang di perlukan selama ibu dan/atau

bayi baru lahir tinggal di fasilitas pelayanan.

8) DO : Donor Darah. Pastikan ibu telah mendapatkan calon pendonor

sebagai persiapan apabila terjadi kegawatdaruratan.


(Indrayani, Djami, 2016).

10. Standar Pelayanan Antenatal Dan Wewenang Bidan

a. Standar pelayanan antenatal

4) Standar 3 (Identifikasi ibu hamil)

Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan

masyarakat secara berkala untuk memberi penyuluhan dan

motivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu

untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.

(Syafrudin, 2010).

5) Standar 4 (pemeriksaan dan pemantauan antenatal)

Bidan memberi sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal dan

pemantauan ibu dan janin secara seksama untuk menilai apakah

perkembangan janin berlangsung normal. Bidan juga harus

mengenal kehamilan risiki tinggi atau kelainan, khususnya anemia,

kurang gizi, hipertensi, penyakit menular seksual (PMS) atau infeksi

HIV, Bidan memberi pelayanan imunisasi, nasihat, dan penyuluhan

kesehatan, serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh

puskesmas. Mereka harus mencatat data yang tepat saat

kunjungan. Jika ditemukan kelainan mereka harus mampu

mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk

tindakan selanjutnya. (Syafrudin, 2010).

6) Standar 5 (Palpasi abdomen)

Bidan melakukan pemeriksaan abdomen secara seksama dan

melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan. Jika usia

kehamilan bertambah memeriksa posisi, bagian terendah janin, dan


masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul untuk mencari

kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu. (Syafrudin, 2010).

7) Standar 6 (pengelolaan anemia pada kehamilan)

Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan,

penanganan, dan atau rujukan semua kasus anemia pada

kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (Syafrudin,

2010).

8) Standar 7 (pengelolaan dini hipertensi dalam kehamilan

Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah

pada kehamilan dan mengenali tanda serta gejala pre-eklamsia

lainnya serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.

(Syafrudin, 2010).

9) Standar 8 (persiapan persalinan)

Bidan memberi saran yang tepat kepada ibu hamil, suami, serta

keluarganya pada trimester ke-3, untuk memastikan bahwa

persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang

menyenangkan akan direncanakan dengan baik. Persiapan

transportasi dan biaya untuk merujuk jika terjadi keadaan gawar-

darurat. Bidan hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk

persiapan persalinan. (Syafrudin, 2010).

b. Kewenangan bidan
Pasal 46

1) Dalam menyelenggarakan praktik kebidanan, Bidan bertugas

memberikan pelayanan yang meliputi:

a. pelayanan kesehatan ibu;

b. pelayanan kesehatan anak;

c. pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana;

d. pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang;

dan/atau.

e. pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.

2) Tugas Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

dilaksanakan secara bersama atau sendiri.

3) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan secara bertanggung jawab dan akuntabel.

Pasal 47

1) Dalam menyelenggarakan praktik klinik kebidanan, Bidan dapat

berperan sebagai:

a. pemberi pelayanan kebidanan;

b. pengelola pelayanan kebidanan;

c. penyuluh dan konselor;

d. pendidik, pembimbing, dan fasilitatir klinik;

e. penggerak peran serta masyarakat dan pemberdayaan perempuan;

dan/atau

f. peneliti.
2) Peran bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 48

Bidan dalam penyelenggaraan praktik kebidanan sebagaimana

dimaksud dalam pasal 46 dan pasal 47, harus sesuai dengan

kompetensi dan kewenangannya.

(UU kebidanan No.4, 2019).

Anda mungkin juga menyukai