Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia,tampa
mempersoalkan penyebabnya,dimana kandungan seorang perempuan hamil dengan
spontan gugur. Jadi perlu dibedakan antara abortus yang disengaja dan abortus
spontan.
Di seluruh duniah pelaksanaan gugur kandungan masih banyak di kerjakan oleh
dukun (75 %-80%)sehingga komlikasinya sangat membahayakan jiwa sampai
kematian yang di sebabkan oleh pendarahan dan infeksi.pelaksanaan gugur
kandungan oleh dukun tampa jaminan sterilitas dan pengetahuan anatomi alat
kelamin wanita sehingga dapat menimbulkan bahaya,kematian karna gugur
kandungan oleh dukun di perkirakan terjadi antara 200.000-350.000 setiap tahunnya
di seluruh dunia.
B. Rumusan Masalah
a.
Apa yang dimaksud dengan kehamilan?
b.
Apa yang dimaksud dengan abortus?
c.
Bagaimana klasifikasi abortus?
d.
Bagaimana manifestasi klinik abortus?
e.
Bagaimana etiologi abortus?
f.
Bagaimana patofisiologi abortus?
g.
Bagaimana prognosis abortus?
h.
Bagaimana Pemeriksaan pennunjang abortus?
i.
Bagaimana Penanganan medis abortus?
j.
Bagaimana penatalaksanaan abortus?
k.
Bagaimana konsep asuhan keperawatan abortus?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
a.
untuk mengetahui konsep kehamilan
b.
untuk mengetahui konsep abortus
c.
untuk mengetahui klasifikasi abortus
d.
untuk mengetahui manifestasi klinik
e.
untuk mengetahui patofisiologi abortus
f.
untuk mengetahui prognosis abortus
g.
untuk mengetahui pemeriksaan penunjang abortus

h.
i.
j.

untuk mengetahui penanganan medis


untuk mengetahui penatalaksanaan abortus
untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan abortus

BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
1. Konsep Kehamilan
a.
Definisi
Kehamilan adalah suatu proses yang dimulai dari konsepi sampai dari
mulai nya persalinan atau lahirnya janin. Lamanya kehamilan yaitu 280 hari
atau 40 minggu. Dihitung dari hari pertama haid terakhir.
(Mochtar, 1998)
Kehamilan normal meruakan kehamilan yang tidak mengalami gejalagejala atau kelainan maupun komplikasi dari usia kehamilan 280 hari (40
minggu atau 9 bulan 7 hari), dihitung dari hari pertama haid terakhir / HPHT.
(Saifudin, 2002)
b.
Proses Terjadinya Kehamilan
Kehamilan terjadi jika ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur
atau ovum dan sel mani atau spermatozoa. Dalm air main terdapat
spermatozoa sebanyak 100-12 juta tiap cc, kerena memiliki ekor yang dapat
bergerak, maka dalam satu jam saja spermatozoa dapat melalui kanalis
servikalis dalam kavum uteri kemudian berada dalam tuba falopii. Apabila
pada saat bersamaan terjadi ovulasi maka vertilisasi mungkin dapat terjadi.
Apabila fertilisasi terjadi maka sel telur akan disebut zygote dan zygote inilah
yang akan berkembang menjadi janin atau fetus. (Sastrawinata, 1983)

c.

Usia Kehamilan
Tuanya usia dalam kehamilan disebut dalam satuan minggu dan terbagi
dalam tiga trimester, yaitu :
a. Trimester I antara 0 12 minggu
b. Trimester II antara 12 28 minggu
c. Trimester III antara 28 40 minggu (Mochtar, 1998)
d.
Gejala dan Tanda Kehamilan
a. Tanda dan gejala perkiraan kehamilan
Tanda dan gejala meliputi :
1) Amenorea ( tidak dapat haid )
2) Mual dan muntah (nausea dan vomiting)
3) Mengidam
4) Payudara / mamae terasa membesar dan tegang
5) Anoreksia ( tidak adanya nafsu makan )
6) Sering berkemih
7) Obstipasi ( susah buang air besar )
8) Pigmentasi pada kulit terdapat pada:
9) Epulis
10) Varises
b. Tanda-tanda kemungkinan hamil
Tanda-tandanya antara lain:
1.
perut membesar sesuai dengan tuannya kehamilan,perubahan terjadi
dalam bentuk besar dan konsistensi perut juga mengalami perubahan.
2.
Tanda hegar ( segmen bawah rahim melunak ), terjadi pada daerah
istmus uteri, bagian ini menjadi sangat lunak sehingga bila dilakukan
pemeriksaan dalam pada fornix posterior seperti saling bersentuhan.
3.
Tanda Chadwicks merupakan warna kebiruan pada vagina yang
terjadi karena pelebaran pembuluh darah.
4.
Tanda Piskacek ( uterus besar dan lunak ), merupakan pembesaran
fundus uteri yang tidak rata karena daerah implantasi janin akan
tumbuh lebih cepat.
5.
Kontraksi Braxton-hicks, keadaan dimana corpus uteri menjadi
lebih keras.
6.
Teraba ballotemen.
7.
Pemeriksaan tes kehamilan positif.
e.
Perubahan Fisiologis Yang Terjadi Pada Saat Kehamilan
Ketika hamil akan banyak perubahan fisik pada tubuh wanita,
perubahan tersebut terjadi karena respon tubuh terhadap kehamilan dimana

organ-organ tubuh menyesuaikan kapasitas dengan bertambahnya tugas


dan fungsi serta sebagai pemberitahuan bahwa perubahan tersebut terjadi
sebagai tanda adanya sebuah proses.
Perubahan tersebut meliputi :
a.
Perubahan uterus
Uterus akan mengalami pembesaran pada bulan-bulan pertama
kehamilan yang dipengaruhi oleh peningkatan hormon estrogen dan
progesteron. Uterus pada wanita yang tidak hamil kira-kira sebesar
telur ayam atau kurang lebih 30 gram karena peningkatan hormon
tersebut pada akhir kehamilan menjadi 1000 gram. Bentuk uterus pada
bulan-bulan pertama kehamilan seperti buah alpukat, agak gepeng.
Pada bulan keempat akan berbentuk bulat. Selanjutnya pada akhir
kehamilan akan kembali seperti semula, lonjong seperti telur.
(Wiknjosastro, 2005)
b.
Serviks uteri
Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena
peningkatan hormon estrogen. Serviks lebih banyak mengandung
jaringan ikat dan banyak mengandung kolagen, jaringan otot hanya 10
%. Akibat kadar estrogen meningkat dan dengan adanya
hipervaskularisasi maka konsistensi serviks uteri menjadi lebih lunak.
(Winkjosastro, 2005)
c.
Vagina dan vulva
Pada vagina dan vulva mengalami perubahan akibat hormon
estrogen . Hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak
lebih merah, agak kebiruan ( livide ), tanda ini disebut juga tanda
Chadwick. Pembuluh-pembuluh darah alat genetalia interna akan
membesar karena oksigenasi dan nutrisi pada alat-alat genetalia
tersebut meningkat. (Winkjosastro, 2005)
d.
Payudara ( mamae)
Payudara akan membesar dan tegang akibat hormon
somatomammotropin, estrogen, dan progesteron, akan tetapi belum
mengeluarkan air susu. Estrogen menimbulkan hipertropi sistem
saluran, sedangkan progesteron menembah sel-sel asinus pada
payudara. Disamping itu, dibawah pengaruh progesteron dan
somatomammotropin, terbentuk lemak di sekitar alveolus, sehingga
payudara menjadi lebih besar. (Winkjosastro, 2005)
e.
Sirkulasi darah ibu

f.

g.

h.

i.

j.

Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya


sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluhpembuluh darah yang membesar pula. Volume darah ibu dalam
kehamilan bertambah secara fisiologi dengan adanya pencairan darah
yang disebut hidremia. Volume darah akan bertambah banyak, kirakira 25% dengan puncak kehamilan 32 minggu. (Winkjosastro, 2005)
Sistem respirasi ( pernafasan)
Pada wanita hamil sering ditemukan keluhan rasa sesak dan nafas
pendek yang ditemukan pada kehamilan 32 minggu keatas, hal ini
disebabkan karena usus-usus yang tertekan oleh uterus yang membesar
kearah diafragma, sehingga diafragma tertekan dan kurang leluasa
bergerak. Kebutuhan akan oksigen pada wanita hamil meningkat 20
% sehingga wanita hamil bernafas lebih dalam. (Winkjosastro, 2005)
Traktus digestivus ( pencernaan )
Pada bulan-bulan pertama kehamilan terdapat rasa enek (nausea).
Mungkin ini akibat pada hormon estrogen yang meningkat. Tonus otototot digestivus menurun, sehingga motilitas seluruh traktus digestivus
juga berkurang. Makanan lebih lama berada dilambung dan apa yang
telah dicerna lebih lama berada diusus. (Winkjosastro, 2005)
Traktus urinarius ( perkemihan )
Pada bulan-bulan pertama kehamilan akan timbul keluhan sering
buang air kecil, hal ini dikarenakan uterus yang mulai membesar.
Keadaan ini akan hilang dengan makin tuanya usia kehamilan. Pada
akhir kehamilan gejala ini akan timbul lagi karena kandung kemih
mulai tegang lagi bila kepala janin mulai turun kearah pintu panggul.
(Winkjosastro, 2005)
Kulit
Kulit mengalami hiperpigmentasi yang biasa terdapat pada dahi,
hidung yang dikenal sebagai kloasma gravidarum. Pada areola
mammae, linea alba dikenal dengan linea gisea. Hal ini disebabkan
karena terjadinya peningkata melanophore stimulating hormon (MSH).
(Winkjosastro, 2005)
Berat badan bertambah
Peningkatan berat badan ibu selama kehamilan menandakan
adaptasi ibu terhadap pertumbuhan janin. Berat badan wanita hamil
akan naik kira-kira antara 6,5 kg 16,5 kg atau rata-rata 12,5 kg
selama hamil atau terjadi kenaikan berat badan sekitar 1,5 kg per
minggu. (Winkjosastro, 2005)

f.

2.

Diagnosa Kehamilan
Lamanya kehamilan mulai dari konsepsi sampai persalinan kira-kira 280
hari ( 40 minggu ) dan tidak boleh lebih dari 300 hari ( 43 minggu ) yaitu :
Kehamilan lebih dari 43 minggu disebut kehamilan post
matur.
Kehamilan erumur 37 42 minggu disebut kehamilan matur
atau aterm.
Kehamilan berumur 36 38 minggu disebut kehamilan pre
matur.
Kahamilan yang kurang dari 20 minggu disebut abortus.

Konsep Abortus
A. Definisi Abortus
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Istilah
abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan.
Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum
sanggup hidup swendiri diluar uterus. Belum sanggup diartikan apabila afetus
itu terletaknya antara 400 1000 gram, atau kehamilan kurang dari 28 minggu
(Eastman).
Abortus pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilann 28
minggu., yaitu fetus belum viable by law (jeffcoat)
Abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke 16, dimana
proses plasentase belum selesai (holmer)
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup didunia
luar , tanpa mempersoalkan penyebab. Bayi baru hidup didunia luar bila berat
badannya telah mencapai > 500 gram atau umur kehamilan > 20 minggu.
Berdasarkan variasi berbagai batasan yang ada tentang usia / berat lahir
janin viable (yang mampu hidup di luar kandungan), akhirnya ditentukan suatu
batasan abortus sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat
500 g atau usia kehamilan 20 minggu. (terakhir, WHO/FIGO 1998 : 22
minggu)

Keguguran adalah dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di


luar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gr atau umul hamil
kurang dari 28 minggu (Manuaba, 1998:214).
B. klasifikasi abortus
Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu:
Menurut terjadinya dibedakan atas:
1. Abortus spontan yairu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa
disengaja atau dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau
medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.
2. Abortus provokatus (induksi abortus) adalah abortus yang disengaja tanpa
indikasi medis, baik dengan memakai obat-obatan maupun dengan alat-alat.
Abortus ini terbagi lagi menjadi:
a. Abortus medisinalis (abortus therapeutica) yaitu abortus karena
tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat
membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu
mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
b. Abortus kriminalis yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakantindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan
biasanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh tenaga tradisional.
Menurut gambaran klinis, dibedakan atas:
1. Abortus membakat (imminens) yaitu abortus tingkat permulaan, dimana
terjadi perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil
konsepsi masih baik dalam kandungan.Dalam hal ini, keluarnya fetus masih
dapat dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan antispasmodika
serta istirahat. Kalau perdarahan setelah beberapa minggu masih ada, maka
perlu ditentukan apakah kehamilan masih baik atau tidak. Kalau reaksi
kehamilan 2 kali berturut-turut negatif, maka sebaiknya uterus dikosongkan
(kuret).
2. Abortus insipiens yaitu abortus yang sedang berlangsung dan mengancam
dimana serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, ketuban
yang teraba akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri, kehamilan
tidak dapat dipertahankan lagi. Terapi seperti abortus inkomplit.
3. Abortus inkomplit (keguguran yang tersisa) yaitu jika hanya sebagian hasil
konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau
plasenta.Abortus komplit artinya seluruh hasil konsepsi telah keluar
(desidua atau fetus), sehingga rongga rahim kosong. Terapi hanya dengan
uterotonika.

4.

Abortus habitualis (keguguran berulang) adalah keadaan terjadinya


abortus tiga kali berturut-turut atau lebih. Menurut HERTIG abortus spontan
terjadi dalam 10 5dari kehamilan dan abortus habitualis3,6-9,8% dari
abortus spontan.Kalau seorang penderita telah mengalami 2 abortus
berturut-turut maka optimisme untuk kehamilan berikutnya berjalan normal,
hanya sekitar 16 %.
5. Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi genital.
6. Abortus septik adalah abortus yang disertai infeksi berat dengan
penyebaran kuman ataupun toksinnya kedalam peredaran darah atau
peritonium.
7. Missed abortion adalah abortus dimana fetus atau embrio telah meninggal
dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu, akan tetapi hasil konsepsi
seluruhnya masih tertahan dalam kandungan selama 6 minggu atau lebih.
Fetus yang meninggal ini bisa keluar dengan sendirinya dalam 2-3 bulan
sesudah fetus mati, bisa diresorbsi kembali sehingga hilang, bisa terjadi
mengering dan menipis yang disebut fetus papyraceus, atau bisa jadi mola
karnosa dimana fetus yang sudah mati 1 minggu akan mengalami
degenerasi dan air ketubannya diresorbsi.
C. Manifetasi Klinis
1.
Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.
2.
Pada pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau
cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
3.
Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil
konsepsi
4.
Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus
5.
Pemeriksaan ginekologi :
a.
Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada / tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari vulva
b.
Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau
sudah tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan
atau jaringan berbau busuk dario ostium.
c.
Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau
tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil
dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio dogoyang, tidak nyeri pada
perabaan adneksa, kavum Douglasi, tidak menonjol dan tidak nyeri.

D. Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu :
1.
Kelaianan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada
kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini
adalah
a. Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X
b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau atau
alkohol.
2.
Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi
menahun
3.
Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan dan
toksoplasmosis
4.
Factor eksternal,seperti radiasi dan obat-obatan
5.
Factor janin
6.
Kelainan traktus genetalia seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada
trimester kedua) retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
E.

Patofisiologi
Abortus biasanya disertai dengan perdarahan di dalam desidua basalis dan
perubahan nekrotik di dalam jaringan-jaringan yang berdekatan dengan tempat
perdarahan. Ovum yang terlepas sebagian atau seluruhnya dan mungkin menjadi
benda asing di dalam uterus sehingga merangsang kontraksi uterus dan
mengakibatkan pengeluaran janin

F.

Prognosis
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti nekrosis
jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda
asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda
asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 6 minggu, villi kotaris belum menembus desidua
secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8
sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak
dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih
dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu daripada plasenta. Hasil konsepsi
keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion atau benda kecil

yang tak jelas bentuknya (lighted ovum) janin lahir mati, janin masih hidup, mola
kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
G. Pemeriksaan Penunjang
a.
Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 3 minggu setelah
abortus
b.
Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup
c.
Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
H. Penanganan Medis
1. Abortus iminens

istrahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsangan


mekanik berkuang.

Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak
panas dan tiap empat jam bila pasien panas.

Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negative, mungkin janin


sudah mati. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup.

Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3 x 30 mg. berikan


preparat hematinik misalnya sulfas ferosus 600 1.000 mg.

Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.

Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptic


untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
2. Abortus insipiens

bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa


pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin.

Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai


perdarahan, tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum
atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret tajam.
Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuscular.

Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infokus oksitosin 0,5


mg intramuscular 5 % 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan
sesuai kontraksi uterus sampai abortus komplit.

Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan


pengeluaran plasenta secara manual.
3. Abortus inkomplit

bila disertai syok karena perdarahan, berikan infuse cairan NaCl


fisiologis atau ringer laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah.

Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu


suntikkan ergometrin 0,2 mg intramuscular.

Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan


pengeluaran plasenta secara manual.

Berikan antibiotic untuk mencegah infeksi.


4. Abortus komplit

bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3


sampai 5 hari.

Bila pasein anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau


transfuse darah.

Berikan antibiotic untuk mencegah infeksi.

Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.


5. Missed abortion

bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi


dengan cunam ovum lalu dengan kuret taam.

Bila kadar fibrinogen rendah, berikan fibrinogen kering arau segar


sesaat sebelum atau ketika mengeluarkan konsepsi.

Pada kehamlan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks


dengan gagang laminaria selama 12 jam lalu dilakuka dilatasi serviks
dengan dilatator hegar. Kemudian hasil kosepsi diambil dengan cunam
ovum lalu dengan kuret tajam.

Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, berikan dietilstilbestrol 3x5


mg lalu infuse oksitosin 10 IU dalam deksrose 5% sebanyak 500 ml
mulai 20 tetes/menit dan naikkan dosis sampai ada kontaksi uterus.
Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IU dalam 8 jam. Bila tidak
berhasil, ulang infuse oksitosin setelah pasien istirahat satu hari.

Bila tinggi fundus uteri sampai 2 jari dibawah pusat, keluarkan hasil
konsepsi dengan menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri
melalui dinding perut.
6.

Abortus septic
Abortus septic harus dirujuk ke rumah sakit.

Penanggulangan infeksi
a. Obat pilihan pertama: penisilin prokain 800.000 IU intramuscular iap
12 jam ditambah kloamfenikol 1 g peroral selanjutnya 500 mg peroral
tiap 6 jam.
b. Obat pilihan kedua: ampisilin 1 g peroral selanjutnya 500 g tiap 4
jam ditambah metrodinazol 500 mg taip 6 jam.

I.

c. Obat pilihan lainnya: ampisilin dan kloroamfenikol, penisilin dan


gentamisin.
Tingkatkan asupan cairan
Bila perdarahan banyak, lakukan transfuse darah.
Dalam 24 jam sampai 28 jam setelah perlindungan antibiotic atau lebih
cepat lagi bla terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari
uterus.

Penatalaksanaan aborsi
Proses Abortus dapat dibagi atas 4 tahap :
1. Abortus Iminens
Penatalaksanaan
a.
Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang
mekanik berkurang.
b.
Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak
panas dan tiap empat jam bila pasien panas
c.
Tes kehamilan dapat dilakuka. Bila hasil negatif mungkin janin sudah
mati. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
d.
Berikan obat penenang, biasanya fenobarbiotal 3 x 30 mg, Berikan
preparat hematinik misalnya sulfas ferosus 600 1.000 mg
e.
Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C
f.
Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk
mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
2.
Abortus Insipiens
Penatalaksanaan :
a.
Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa
pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin
b.
Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai
perdarahan, tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum
atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret tajam.
Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuskular.
c.
Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU
dalam deksrtose 5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai
kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit.
3.
Abortus Inkomplit
Penatalaksanaan :
a.
Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl
fisiologis atau ringer laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah

b.

Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan
ergometrin 0,2 mg intramuskular
c.
Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan
pengeluaran plasenta secara manual.
d.
Berikan antibiotik untuk mencegah infeks
4.
Abortus Komplit
Penatalaksanaan :
a.
Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3 5
hari
b.
Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau
transfusi darah
c.
Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi
d.
Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.
5.

Abortus Abortion
Penatalaksaan :
a.
Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi
dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam
b.
Bila kadar finrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar sesaat
sebelum atau ketika mengeluarkan konsepsi
c.
Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks
dengan gagang laminaria selama 12 jam lalu dilakukan dilatasi serviks
dengan dalatator Hegar kemudian hasil konsepsi diambil dengan cunam
ovum lalu dengan kuret tajam.
d.
Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbestrol 3 x 5 mg
lalu infus oksitosin 10 IU dalam dektrose 5% sebanyak 500 ml mulai 20
tetes per menit dan naikkan dosis sampai ada kontraksi uterus. Oksitosin
dapat diberikan sampai 100 IU dalam 8 jam. Bila tidak berhasil, ulang
infus oksitosin setelah pasien istirahat satu hari.
e.
Bila fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi
dengan menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding
perut.
6.
Abortus Septik
a.
Penanggulangan infeksi :
o Obat pilihn pertama : penisilin prokain 800.000 IU intramuskular tiap
12 jam ditambah kloramfenikol 1 gr peroral selanjutnya 500 mg peroral
tiap 6 jam

b.
c.
d.

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

o Obat pilihan kedua : ampisilin 1 g peroral selanjutnya 500 g tiap 4 jam


ditambah metronidazol 5000 mg tiap 6 jam
o Obat pilihan lainnya : ampisilin dan kloramfenikol, penisilin, dan
metronidazol, ampisilin dan gentamisin, penisilin dan gentamisin.
Tingkatkan asupan cairan
Bila perdarahan banyak , lakukan transfusi darah
Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotik atau lebih
cepat lagi bila terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari
uterus.
Pada pasien yang menolak dirujuk beri pengobatan sama dengan
yang diberikan pada pasien yang hendak dirujuk, selama 10 hari :
Di rumah sakit :
Rawat pasien di ruangan khusus untuk kasus infeksi
Berikan antibiotik intravena, penisilin 10-20 juta IU dan streptomisin 2
g
Infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat disesuaikan kebutuhan
cairan
Pantau ketat keadaan umum, tekanan darah , denyut nadi dan suhu badan
Oksigenasi bila diperlukan, kecepatan 6 8 liter per menit
Pasang kateter Folley untuk memantau produksi urin
Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, hematokrit, golongan darah
serta reaksi silang, analisi gas darah, kultur darah, dan tes resistensi.
Apabila kondisi pasien sudah membaik dan stabil, segera lakukan
pengangkatan sumber infeksi
Abortus septik dapat mengalami komplikasi menjadi syok septik yang
tanda-tandanya ialah panas tinggi atau hipotermi, bradikardi, ikterus,
kesadaran menurun, tekanan darah menurun dan sesak nafas

3.

LANDASAN ASKEP
A.
Pengkajian Fisik
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan
menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan
bagi klien.
Adapun hal hal yang perlu di kaji adalah :
a.
Biodata:
mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ;
o Nama
:
o Umur
:
o Agama
:
o suku bangsa
:
o Pendidikan
:
o Pekerjaan
:
o Status
:
o Alamat
:
b.
Keluhan utama:
o kaji adanya menstruasi tidak lancer dan adanya pendarahan
pervagina berulang
c.
Riwayat kesehatan:
o Riwayat kesehatan sekarang yaitu
keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat
pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid,
pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
o Riwayat kesehatan masa lalu
keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat
pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid,
pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.

o Riwayat penyakit yang pernah dialami:


Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM
, jantung , hipertensi , masalah ginekologi/urinary , penyakit
endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya.
o Riwayat kesehatan keluarga:
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut
dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular
yang terdapat dalam keluarga.
o Riwayat kesehatan reproduksi:
Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya,
sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan
menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
o Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas:
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan
hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
o Riwayat pemakaian obat:
Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat
digitalis dan jenis obat lainnya.
o Pola aktivitas sehari-hari:
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan
BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan
saat sakit.
B.

Pemeriksaan fisik, (Johnson & Taylor, 2005 : 39) meliputi :


a.
pemeriksaan umum

Keadaan umum tampak lemah

kesadaran menurun,

Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil


konsepsi

tanda-tanda vital :
tekanan darah normal atau menurun,
denyut nadi normal atau cepat dan kecil,
suhu badan normal atau meningkat.
b.

Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi:

mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi,


lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan

kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan


ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya
b. Palpasi :

Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat


kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi
uterus.

Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,


memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati
turgor.

Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon


nyeri yang abnormal

Pemeriksaan abdomen

Abdomen lunak,uterus dapat teraba dan nyeri tekan yang hebat


pada abdomen,menunjukan iritasi peritoneum karena infeksi atau
pendarahan intra abdomen.
c.
Auskultasi:
Mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk
bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung
janin.
d.
Pemeriksaan laboratorium:

Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG,


biopsi, pap smear.

Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB,


apakah klien setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan
menggunakan KB jenis apa.

C.

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah :
1. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang abortus
Tujuan : kecemasan ibu berkurang
Intervensi :
o Lakukan komunikasi terapetik dengan pasien
o Berikan informasi tentang abortus
o Yakinkan pasien tentang diagnose
2.
Devisit Volume Cairan s.d Perdarahan
Tujuan :

Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik
jumlah maupun kualitas.
Intervensi :
o Kaji kondisi status hemodinamika
Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus
memiliki karekteristik bervariasi
o Ukur pengeluaran harian
Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian
ditambah dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal
3.

Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi


Tujuan :
Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
Intervensi :

Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas


Rasional : Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi
perdarahan masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih
buruk

Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan


Rasional : Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi
organ reproduksi

Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari


Rasional : Mengistiratkan klilen secara optimal
4.
Gangguan rasa nyaman : Nyeri s.d Kerusakan jaringan intrauteri
Tujuan :
Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
Intervensi :

Kaji kondisi nyeri yang dialami klien


Rasional : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala
maupun dsekripsi.

Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya


Rasional : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance
mengatasi nyeri

Kolaborasi pemberian analgetika


Rasional : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan
pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum
luas/spesifik

5.

Resiko tinggi Infeksi b.d perdarahan, kondisi vulva lembab


Tujuan :
Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
Intervensi :

Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau


Rasional : Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat
dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak
mungkin merupakan tanda infeksi

Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa


perdarahan
Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital
yang lebih luar

Lakukan perawatan vulva


Rasional : Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat
menyebabkan ineksi.

D. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan dilakukan
berdasarkan rencana yang telah disusun dengan mengarahkan ke pencapaian
tujuan dan semua tindakan dapat dilaksanakan sesuai dengan perencanaan.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah merupakan pengukuran dari keberhasilan rencana
keperawatan dalam memenuhi kebutuhan klien.tahap evaluasi merupakan
kunci keberhasilan dalam menggunakan proses keperawatan.
Berdasarkan perencanaan di atas maka hasil evaluasi yang diharapkan
meliputi :
1.
kecemasan ibu berkurang
2.
Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output
baik jumlah maupun kualitas.
3.
Klien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
4.
Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
5.
Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Berjuta-juta wanita setiap tahunnya mengalami kehamilan yang tidak
diinginkan. Beberapa kehamilan berakhir dengan kelahiran tetapi beberapa
diantaranya diakhiri dengan abortus. Dan kejadian abortus sangat banyak ditemukan
yang merupakan salah satu dari perdarahan dalam masa kehamilan.
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada
atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum
mampu untuk hidup di luar kandungan.
Abortus ada 2 macam, baik itu spontan maupun buatan. Dan masing-masing dari
abortus ini terbagi lagi. Sehingga ada banyak bentuk-bentuk abortus yang kita temui.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi abortus dalam kehamilan baik itu dari
faktor ibu, bapak, janin dan faktor-faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya
abortus atau kehamilan yang tidak dapat dipertahankan.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah:
a. Kepada mahasiswa dapat lebih meningkatkan pengetahuannya mengenai hal-hal yang
patologi dalam kehamilan khususnya abortus dalam kehamilan.
b. Kepada instansi kesehatan maupun pemerintah dapat meningkatkan program kesehatan
masyarakat, seperti penyuluhan dan upaya deteksi dini terhadap kehamilan-kehamilan
yang beresiko.
Kepada masyarakat luas dapat membantu dan mematuhi program kesehatan
yang telah dicanangkan pemerintah maupun instansi kesehatan sehingga mau

bekerjasama dalam upaya peningkatan tingakat kesehatan masyarakat, terutama


menyangkut kehamilan yang beresiko ini.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

DAFTAR PUSTAKA
Monsjoer,arif.2001.kapita selekta kedokteran edisi ketiga jilid 1.jakarta:media
aesculapius.
Prawirohardjo,sarwono.2008.ilmu kebidanan edisi keempat.jakarta:PT.bina pustaka
Prawirohardjo,sarwono.2007.ilmu kebidanan edisi ketiga.jakarta:PT.bina pustaka
Wiknjosastro,hanifa.2005.ilmu kandungan edisi 2.jakarta.yayasan bina pustaka.
Mitayani.2009.Asuhan Keperawatan Maternitas.Jakarta:Salemba Medika
Wiknjosastro,hanifa
dkk.2006.pelayan
kesehatan
maternal
dan
neonatal.jakarta:yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo.
Hidayat, Asri M.keb, dkk.2009.Asuhan Patologi Kebidanan.Jogyakarta:Nuha
Medika

Anda mungkin juga menyukai