Anda di halaman 1dari 34

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. Konsep Kehamilan

1. Definisi Kehamilan

Kehamilan menurut WHO (2016) adalah periode dimana selama

sembilan bulan atau lebih bagi seorang wanita mengandung janin dalam

rahimnya dan merupakan sebuah masa yang sangat membahagiakan

sebagai wujud kesempurnaannya menjadi seorang wanita.

Kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa

dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung

dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan

berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan

menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi menjadi 3 trimester,

dimana trimester satu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua

15 minggu (minggu ke-13 sampai ke-27), dan trimester ketiga 13

minggu, minggu ke-28 hingga ke 40 (Evi, 2016).

2. Proses terjadinya kehamilan

a. Fertilisasi

Proses kehamilan dimulai dari fertilisasi yaitu bertemunya sel

telur dan sel sperma. Saat terjadi ejakulasi, kurang lebih 3 cc sperma

dikeluarkan dari organ reproduksi pria yang kurang lebih berisi 300

juta sperma. Setelah masuk ke organ genetalia interna wanita,

sperma akan menghadapi beberapa rintangan antara lain : lendir

8
9

vagina yang bersifat asam, lendir serviks yang kental, panjangnya

uterus, serta silia yang ada di tuba fallopi. Agar berhasil melewati

rintangan tersebut, maka sperma harus mempunyai akrosom dan

melewati proses kapitasi sedangkan ovum akan dikeluarkan dari

ovarium sebanyak satu setiap bulan, lalu ditangkap oleh fimbriae dan

berjalan menuju tuba fallopi. Tempat bertemunya ovum dan sperma

paling sering adalah di daerah ampula tuba. Sebelum keduanya

bertemu, maka akan terjadi tiga fase sebagai berikut :

1) Tahap penembusan korona radiata

Dari 200-300 juta spermatozoa hanya 300-500 yang sampai di

tuba fallopi yang bisa menembus korona radiata karena sudah

mengalami proses kapasitasi.

2) Penembusan zona pellusida

Zona pellusida adalah sebuah perisai glokoprotein di

sekeliling ovum yang mempermudah dan mempertahankan

pengikatan sperma dan menginduksi reaksi akrosom.

Spermatozoa lain ternyata bisa menempel di zona pellusida, tetapi

hanya satu yang terlihat mampu menembus oosit.

3) Tahap penyatuan oosit dan membran sel sperma.

Setelah menyatu maka akan dihasilkan zigot yang mempunyai

kromosom diploid (44 autosom dan 2 gonosom) dan terbentuk

jenis kelamin baru (XX untuk wanita dan XY untuk laiki-laki)


10

b. Pembelahan

Setelah itu zigot membelah menjadi tingkat 2 sel (30 jam), 4 sel,

8 sel sampai dengan 16 sel disebut Blastomer (3 hari) dan

membentuk sebuah gumpalan bersusun longgar. Setelah 3 hari

membentuk buah arbei dan 16 sel disebut Morula (4hari). Saat

morula memasuki rongga rahim, cairan mulai menembus zona

pellusida masuk ke dalam ruang antar sel yang ada massa sel dalam.

Berangsur-angsur ruang antar sel menyatu dan terbentuk rongga

disebut blastokista (4 ½ - 5 hari). Sel bagian dalam disebut

embrioblas dan sel di luar disebut trofoblas. Zona pellusida

menghilang sehingga trofoblas bisa masuk dinding Rahim dan siap

berimplantasi (5 ½ - 6 hari ) dalam bentuk blastokista tingkat lanjut.

c. Nidasi

Nidasi atau implantasi adalah penanaman sel telur yang sudah

dibuahi ke dalam dinding uterus pada awal kehamilan. Terjadi pada

superior korpus uteri bagian anterior atau posterior. Saat implantasi,

selaput lendir rahim sedang berada pada fese sekretonik (23 hari

setlah ovulasi). proses nidasi blastokista tingkat lanjut diselubungi

oleh trofoblas yang mampu menghancurkan dan mencairkan

jaringan. Ketika blastokista mencapai rongga rahim, jaringan

endometrium banyak mengandung sel-sel desidua, yaitu sel-sel besar

yang mengandung glikogen serta mudah di hancurkan oleh trofoblas.

Blastula dengan bagian yang berisi massa sel dalam (inner cell mass)
11

mudah masuk ke desidua, menyebabkan luka kecil kemudian

sembuh dan menutup lagi. Itu sebabnya, terkadang saat nidasi terjadi

sedikit perdarahan akibat luka desidua (Tanda Hartman) (Hani,

2010).

3. Perubahan Fisiologis pada Ibu Hamil

a. Uterus

Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan

melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai

persalinan. Sejak trimester pertama kehamilan uterus akan

mengalami kontraksi yang tidak teratur dan umumnya tidak disertai

nyeri. Pada trimester kedua kontraksi ini dapat dideteksi dengan

pemeriksaan bimanual. Fenomena ini pertama kali diperkenalkan

oleh Braxton Hicks pada tahun 1872 sehingga disebut dengan

kontraksi Braxton Hicks. Kontraksi ini muncul tiba-tiba dan

sporadik, intensitasnya bervariasi antara 5-25mmHg. Sampai bulan

terakhir kehamilan biasanya kontraksi ini sangat jarang dan

meningkan pada satu atau dua minggu sebelum persalinan.

(Sarwono, 2018)

b. Serviks

Satu bulan setelah konsepsi, serviks akan menjadi lebih lunak

dan kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat penambahan vaskularisasi

dan terjadinya edema pada seluruh serviks, bersamaan dengan

terjadinya hipertrofi dan hiperplasia pada kelenjar-kelenjar serviks.


12

Pada akhir trimester pertama kehamilan, berkas kolagen pada serviks

menjadi kurang kuat terbungkus. Hal ini terjadi akibat penurunan

konsentrasi kolagen secara keseluruhan. Dengan sel-sel otot polos

dan jaringan elastis, serabut kolagen bersatu dengan arah paralel

terhadap sesamanya sehingga serviks menjadi lunak dibanding

kondisi tidak hamil, tapi tetap mampu mempertahankan kehamilan

(Hani, 2010).

c. Ovarium

Proses ovulasi selama kehamilan akan berhenti dan pematangan

folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat

ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama

6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai

penghasil progesteron dalam jumlah yang relatif minimal (Hani,

2010).

d. Vagina dan perineum

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hiperemia

terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva,

sehingga pada vagina akan terlihat berwarna keunguan yang dikenal

dengan tanda chadwick. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa

dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot

polos. Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang

merupakan persiapan untuk mengalami pergangan pada waktu

persalinan dengan meningkatnya ketebalan mukosa, mengendornya


13

jaringan ikat, dan hipertrofi sel otot polos. Perubahan ini

mengakibatkan bertambah panjangnya dinding vagina. Papilla

mukosa juga mengalami hipertrofi dengan gambaran seperti paku

sepatu. Peningkatan volume sekresi vagina juga terjadi, dimana

sekresi akan berwarna keputihan, menebal, dan pH antara 3,5-6 yang

merupakan hasil dari peningkatan produksi asam laktat glikogen

yang dihailkan oleh epitel vagina sebagai aksi dari lactobaillus

acidophilu (Hani, 2010).

e. Kulit

Pada dinding kulit perut akan terajadi perubahn warna menjadi

kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah

payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan nama striae

gravidarum. Pada multipara selain stiae kemerahan itu seringkali

ditemukan garis berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik

dari striae sebelumnya. Pada banyak perempuan kulit di garis

pertengahan perutnya (linea alba) akan berubah menjadi hitam

kecoklatan yang disebut dengan linea nigra. Kadang-kadang akan

muncul dalam ukuran yang bervariasi pada wajah dan leher yang

disebut dengan chloasma atau melasma gravidarum. Selain itu pada

aerola dan daerah genital juga akan terlihat pigmentasi yang

berlebihan (Hani, 2010).

f. Payudara
14

Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya

menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah

ukurannya dan vena-vena diawah kulit akan terlihat lebih jelas.

Puting payudara akan lebih besar, kehitaman, dan tegak. Setelah

bulan pertama suatu cairan berwarna kekuningan yang disebut

kolustrum dapat keluar. Kolustrum ini berasal dari kelenjar-kelenjar

asinus yang mulai bersekresi. Meskipun dapat dikeluarkan, air susu

belum dapat diproduksi karena hormon prolaktin ditekan oleh

prolactin inhibiting hormone. Setelah persalinan kadar progesteron

dan estrogen akan menurun sehingga pengaruh inhibisi progesteron

terhadap α-laktalbulmin akan hilang. Peninggkatan prolaktin akan

merangasang sintesis laktose dan pada akhirnya akan meningkatkan

produksi air susu. Pada bulan yang sama aerola akan lebih besar dan

kehitaman (Hani, 2010).

g. Sistem kardiovaskular

Pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat dan perubahan

ini terjadi untuk mengurangi resistensi vaskular sistemik. Selain itu,

terjadi peningkatan denyut jantung. Antara minggu ke-10 dan 20

terjadi peningkatan volume plasma sehingga juga terjadi peningkatan

preload. Performa ventrikel selama kehamilan dipengaruhi oleh

penurunan resistensi vaskular sistemik dan perubahan pada aliran

pulsasi arterial. Kapital kapasitas vaskular juga akan meningkat

untuk memenuhi kebutuhan. Peningkatan estrogen dan progesteron


15

juga akan menyebabkan terjadinya vasodilatasi dan penurunan

reistensi vaskular perifer (Hani, 2010).

Sejak pertengahan kehamilan pembesaran uterus akan menekan

vena kava inferior dan aorta bawah ketika berada di posisi

terlentang. Penekana venakava inferior ini akan mengurangi darah

balik vena ke jantung. Akibatnya, terjadinya penurunan preload dan

cardiac output sehingga akan menyebabkan terjadinya hipotensi

arterial yang dikenal dengan sindrom hipotensi supine dan pada

keadaan yang cukup berat akan mengakibatkan ibu kehilangan

kesadaran. Penekanan pada aorta ini juga akan mengurangi aliran

darah uteroplasenta ke ginjal. Selama trimester terakhir posisi

terlentang akan memebuat fungsi ginjal menurun jika dibandingkan

posisi miring. Karena alasan inilah tidak dianjurkan ibu hamil dalam

posisi terlentang pada akhir kehamilan. Volume darah akan

meningkat secara progesif mulai minggu ke-6 sampai 8 kehamilan

dan mencapai puncaknya pada minggu ke-32 sampai ke-34 dengan

perubahan kecil setelah minggu tersebut. Volume plasma akan

meningkat kira-kira 40-45%. (Hani, 2010).

h. Sistem endokrin

Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar ±

135%. Akan tetapi, kelenjar ini tidak begitu mempunyai arti penting

dalam kehamilan. Pada perempuan yang mengalami hipofisektomi

persalinan dapat berjalan dengan lancar. Hormon prolaktinakan


16

meningkat 10 kali lipat pada saat kehamilan aterm. Sebaliknya,

setelah persalinan konsentrasinya pada plasma akan menurun. Hal

ini juga ditemukan pada ibu-ibu yang menyusui.Kelenjar tiroid akan

mengalami pembesaran hingga 15,0 ml pada saat persalinan akibat

dari hiperplasia kelenjar dan peningkatan vaskularisasi. Pengaturan

konsentrasi kasium sangat berhubungan erat dengan magnesium,

fosfat, hormon paratiroid, vitamin D, dan kalsitonin. Adanya

gangguan pada salah satu faktor itu akan menyebabkan perubahan

pada yang lainnya.Konsentrasi plasma hormon paratiroid akan

menurun pada trimester pertama dan kemudian akan meningkat

secara progresif(Hani, 2010).

i. Sistem muskuloskeletal

Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum pada

kehamilan. Akibat kompensasi dari pembesaran uterus keposisi

anterior, lordosis menggeser pusat daya berat ke belakang ke arah

dua tungkai yaitu Sendi skroiliaka, sakrokoksigis dan pubis akan

meningkat mobilitasnya, yang diperkirakan karena pengaruh

hormonal. Mobilitas tersebut dapat mengakibatkan perubahan sikap

ibu dan pada akhirnya menyebabkan perasaan tidak enak pada

bagian bawah punggung terutama pada akhir kehamilan (Hani,

2010).

B. Konsep nyeri

1. Definisi Nyeri
17

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak

menyenangkan. Sifatnya sangat subjektif karena perasaan nyeri

berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan

hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi

rasa nyeri yang dialaminya. (Musrifah & A. aziz, 2015). Nyeri adalah

sensasi yang sangat tidak menyenangkan dan sangat individual yang

tidak dapat dibagi dengan orang lain. Nyeri dapat memenuhi seluruh

pikiran seseorang, mengatur aktivitasnya, dan mengubah kehidupan

orang tersebut. Akan tetapi, nyeri adalah konsep yang sulit

dikomunikasikan oleh klien. (kozier & Erb, 2009). Nyeri merupakan

sensasi yang rumit, unik, universal dan bersifat individual. Dikatakan

bersifat individual karena respons individu terhadap sensasi nyeri

beragam dan tidak bisa disamakan dengan orang lain(Vita et al., 2017).

2. Klasifikasi nyeri

Nyeri berdasarkan waktunya dapat di bedakan menjadi dua yaitu :

a. Nyeri Akut

Nyeri akut biasanya awitannya tiba-tiba dan umumnya

berkaitan dengan cedera spesifik. Nyeri akut mengindikasikan

bahwa kerusakan atau cedera telah terjadi. Hal ini menarik

perhatian pada kenyataan bahwa nyeri ini benar tetjadi dan

mengajarkan kepada kita untuk menghindari situasi serupa yang

secara potensial menimbulkan nyeri. Jika kerusakan tidak lama

terjadi dan tidak ada penyakit sistematik biasanya, menurun sejalan


18

dengan terjadinya penyembuhan nyeri ini umumnya terjadi kurang

dari enam bulan dan biasanya kurang dari satu bulan. Untuk tujuan

defmisi nyeri akut dapat dijelaskan sebagai nyeri yang bcrlangsung

dari beberapa detik hingga enam bulan(Smeltzer &Bare, 2013)

b. Nyeri Kronik

Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang

menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung

diluar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak

dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera spesifik. Nyeri kronis

sering didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung selama enam

bulan atau lebih, meskipun enam bulan merupakan suatu periode

yang dapat berubah untuk membedakan antara nyeri akut dan nyeri

kronis. Suatu episode nyeri dapat mempunyai karakteristik nyeri

kronis sebelum 6 bulan telah berlalu, atau beberapa jenis nyeri

dapat tetap bersifat akut secara primer selama lebih dari 6

bulan(Smeltzer &Bare, 2013).

3. Etiologi rasa nyeri

a. Nyeri fisik

Nyeri yang disebabkan oleh faktor fisik berkaitan dengan

terganggunya serabut saraf reseptor nyeri. Serabut saraf ini terletak

dan tersebar pada lapisan kulit dan pada jaringan-jaringan tertentu

yang terletak lebih dalam. Penyebab nyeri secara fisik yaitu akibat

trauma (trauma mekanik, termis, kimiawi, maupun elektrik),


19

neoplasma, peradangan, gangguan sirkulasi darah, dan lain-lain

(Vita et al., 2017)

b. Nyeri Patologis

Nyeri nosiseptif mencakup nyeri somatik (muskuloskeletal) dan

nyeri viseral (organ dalam). Nyeri neuropatik timbul adanya saraf

nyeri yang abnormal atau rusak, Sedangkan nyeri idiopatik nyeri

kronis dari ketiadaan penyebab fisik atau psikologis yang dapat

diidentifikasi atau nyeri yang dirasakan sebagai berlebihannya

tingkat kondisi patologis suatu organ (potter & perry, 2006)

c. Nyeri Psikologis

Nyeri yang disebabkan faktor psikologis merupakan nyeri yang

dirasakan bukan karena penyebab organik, melainkan akibat

trauma psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik. Kasus ini dapat

dijumpai pada kasus yang termasuk kategori psikosomatik. Nyeri

karena faktor ini disebut psychogenic pain(Vita et al., 2017)

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi

Nyeri merupakan sesuatu yang kopleks, banyak faktor yang

mempengaruhi pengalaman nyeri individu. Perawat

mempertimbangkan semua faktor yang mempengaruhi klien yang

merasakan nyeri. Hal ini sangat penting dalam upaya untuk

memastikan bahwa perawat menggunakan pendekatan yang holistik

bdalam pengkajian dan perawatan klien yang mengalami nyeri.

a. Usia
20

Pengaruh usia pada persepsi nyeri dan toleransi nyeri tidak

diketahui secara luas. Pengkajian nyeri pada lansia mungkin sulit

karena perubahan flsiologis dan psikologis yang menyertai proses

penuaan. Cara lansia berespons terhadap nyeri dapat berbeda

dengan cara berespons Orang yang berusia lebih muda. Atau nyeri

pada lansia mungkin dialihkan jauh dari tempat cedera atau

penyakit (Smeltzer &Bare, 2013).

b. Jenis kelamin

Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna

dalam berespons terhadap nyeri. Diragukan apakah hanya jenis

kelamin saja yang merupakan suatu faktor dalam pengekspresian

nyeri. Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin

misalnya menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus berani

dan tidak boleh menangis, sedangkan seorang anak perempuan

boleh menangis dalam situasi yang sama. Akan tetapi, toleransi

terhadap nyeri dipengaruhi oleh faktor-faktor biokimia dan

merupakan hal yang unik pada setiap individu, tanpa

memperhatikan jenis kelamin. (potter & perry, 2009)

c. Pengalaman Masa lalu dengan Nyeri.

Individu yang mempunyai pengalaman multipel dan

berkepanjangan dengan nyeri akan lebih sedikit gelisah dan lebih

toleran terhadap nyeri dibanding orang yang hanya mengalami

sedikit nyeri. Bagi kebanyakan orang, bagaimanapun, hal ini tidak


21

selalu benar. Seringkali, lebih berpengalaman individu dengan

nyeri yang dialami, makin takut individu tersebut terhadap

peristiwa menyakitkan yang akan diakibatkan. Individu ini

mungkin akan lebih sedikit mentoleransi nyeri akibatnya, ia ingin

nyerinya segera reda sebelum nyeri tersebut menjadi lebih parah

(Smeltzer &Bare, 2013).

d. Arti Nyeri

Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir

sebagian besar merupakan arti yang negatif, seperti

membahayakan, merusak, dan lain-lain. Keadaan ini dipengaruhi

oleh berbagai faktor seperti, usia, jenis kelamin, latar belakang

sosial budaya, lingkungan, dan pengalaman(Hidayat, 2015)

e. Perhatian

Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri

dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat

dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya

pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan respons nyeri yang

menurun. Konsep ini merupakan salah satu konsep yang perawat

terapkan di berbagai terapi untuk menghilangkan nyeri, seperti

relaksasi, teknik imajinasi terbimbing (guided imagery), dan

masase. (potter & perry, 2006)

f. Ansietas
22

Meskipun umum diyakini bahwa ansietas akan meningkatkan

nyeri, mungkin tidak seluruhnya benar dalam semua keadaan. Riset

tidak memperlihatkan suatu hubungan yang konsisten antara

ansietas dan nyeri juga tidak memperlihatkan bahwa pelatihan

pengurangan stres praoperatif menurunkan nyeri saat pascaoperatif.

Namun, ansietas yang relevan atau berhubungan dengan nyeri

dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri(Smeltzer

&Bare, 2013).

g. Gaya koping

Pengalaman nyeri dapat menjadi suatu pengalaman yang

membuat anda merasa kesepian. Apabila klien mengalami nyeri di

keadaan perawatan kesehatan, seperti di rumah sakit, klien merasa

tidak berdaya dengan rasa sepi itu. Hal yang sering terjadi adalah

klien merasa kehilangan kontrol terhadap lingkungan atau

kehilangan kontrol terhadap hasil akhir dari peristiwa-peristiwa

yang terjadi. Dengan demikian, gaya koping mempengaruhi

kemampuan individu tersebut untuk mengatasi nyeri. (potter &

perry, 2006).

h. Dukungan keluarga dan sosial

Faktor lain yang bermakna mempengaruhi respons nyeri ialah

kehadiran orang-orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka

terhadap klien. Individu dari kelompok sosiobudaya yang berbeda

memiliki harapan yang berbeda tentang orang tempat mereka


23

menumpahkan keluhan mereka tentang nyeri. Individu yang

mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga

atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan, atau

perlindungan. (potter & perry, 2006).

i. Toleransi nyeri

Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat

mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang

dapat mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain

alkohol, obat-obatan, hipnotis, gesekan atau garukan, pengalihan

perhatian, kepercayaan yang kuat dan lain-lain (Hidayat, 2015).

5. Manajemen nyeri

Manajemen nyeri merupakan salah satu cara yang digunakan

dibidang kesehatan untuk mengatasi nyeri yang dialami oleh pasien.

Manajemen nyeri mempunyai beberapa tindakan atau prosedur baik

secara farmakologis maupun non farmakologis.

a. Tatalaksana farmakologi

Terapi farmakologis bisa diberikan dengan agen antiinflamasi

non-steroid, analgesic, dan relaksan otot. (Herawati, 2017)

b. Tatalaksana non farmakologis

Tehnik yang dapat dilakukan dalam mengatasi nyeri adalah

sebagai berikut :
24

1) Terapi Es dan Panas

Terapi es dapat menurunkan prostaglandin, yang

memperkuat sensivitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada

tempat cedera dengan menghambat proses inflamasi.

Penggunaan panas mempunyai keuntungan meningkatkan

aliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat turut

menurunkan nyeri dengan mempercepat

penyembuhan(Smeltzer &Bare, 2013)

2) Tehnik distraksi

Yaitu mengalihkan perhatian pasien dari rasa nyeri. Tehnik

distraksi meliputi: bernafas lambat dan berirama, menyanyi

berirama, aktif mendengarkan music, mendorong utnuk

menghayal, menonton televisi. (Atoilah & Engkus, 2013)

3) Relaksasi

Yaitu tehnik pelemasan otot sehingga akan mengurangi

ketegangan pada otot yang akan mengurangi rasa nyeri. Tenhik

yang dilakukan berupa nafas dalam secara teratur dengan cara

menghirup udara sebanyak mungkin melalui hidung dan

dikeluarkan secara perlahanlahan melalui mulut. (Atoilah &

Engkus, 2013)

4) Bio umpan balik


25

Terdiri dari sebuah program latihan yang bertujuan untuk

membantuseseorang mengendalikan aspek tertentu system saraf

otonom (Atoilah & Engkus, 2013).

5) Akupunktur

Suatu tehnik tusuk jarum yang menggunakan jarum-jarum

kecil, panjang untuk menusuk ke bagian-bagian tertentu dalam

tubuh untuk menghasilkan ketidak pekaan terhadap rasa nyeri.

(Atoilah & Engkus, 2013)

6) Hipnosa

Suatu tehnik yang menghasilkan suatu keadaan tidak

sadarkan diri yang dicapai melalui gaagsan-gagasan yang

disampaikan oleh orang yang menghipnotisnya (Atoilah &

Engkus, 2013)

7) Yoga

Gerakan yoga yang rutin dilakukan akan memperlancar

peredaran darah. Peredaran darah yang lancar biasanya

menghilangkan nyeri yang muncul pada tubuh. Karena itu,

usahakan untuk rutin melakukan yoga (Lebang, 2010).

6. Pengukuran nyeri

Untuk mengetahui intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi,

maka skala penilaian numerik (Numeric Rating Scale) adalah yang

paling efektif (potter & perry, 2006). Numeric Rating Scale (NRS)

menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala ini sangat efektif
26

untuk digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah

intervensi terapeutik. (Wahyudiet al., 2016)

Gambar 2.1 (Potter & Perry, 2005)

Keterangan:

1-3 Nyeri ringan (bisa ditoleransi dengan baik/tidak mengganggu

aktivitas)

4-6 Nyeri sedang (mengganggu aktivitas fisik)

7-9 Nyeri berat (Tidak mampu melakukan aktivitas secara mandiri)

10 Nyeri sangat berat (malignan/nyeri sangat hebat dan tidak

berkurang dengan terapi/obat-obatan pereda nyeri dan tidak dapat

melakukan aktivitas).

C. Konsep yoga

1. Definisi yoga

Yoga terbentuk dari kebudayaan India kuno sejak 3.000 SM yang lalu

(Nag & Kodali, 2013). Yoga adalah suatu olah tubuh, pikiran dan

mental yang sangat membantu ibu hamil dalam melenturkan persendian

dan menenangkan pikiran terutama pada ibu hamil trimester II dan III.

Gerakan dalam prenatal yoga dibuat dengan tempo yang lebih lambat
27

dan menyesuaikan dengan kapasitas ruang gerak ibu hamil (Wulandari

et al., 2018).

Yoga merupakan salah satu jenis tekhnik relaksasi yang dapat

menurunkan intensitas nyeri dengan merilekskan otot-otot skelet yang

mengalami spasme dan meningkatkan aliran darah ke daerah yang

mengalami spasme(Aisyiyah, 2017).

Yoga merupakan upaya praktis dalam menyelaraskan tubuh,

pikiran, dan jiwa, yang mana manfaat yoga membentuk postur tubuh

yang tegap, serta membina otot yang lentur dan kuat, memurnikan saraf

pusat yang terdapat di tulang punggung (Resmi, 2017).

Yoga kehamilan adalah salah satu jenis modifikasi dari hatta yoga

yang disesuaikan dengan kondisi ibu hamil. Tujuan dari yaga ini adalah

mempersiapkan ibu hamil secara fisik,mental dan spiritual untuk proses

persalinan. Dengan persiapan matang, sang ibu akan lebih percayadiri

dan memperoleh keyakinan menjalani persalinan dengan lancar dan

nyaman (Pratignyo, 2014).

2. Manfaat Yoga Hamil (antenatal yoga)

Berlatih Yoga hamil sangatlah baik untuk ibu dan janin. Dengan

berlatih yoga secara rutin yaitu 2 kali dalam seminggu akan terasa

banyak manfaatnya antara lain adalah sebagai berikut:

a. Fisik

1) Meningkatkan energi, vitalitas dan daya tahan tubuh


28

2) Mengatasi sakit punggung dan pinggang, skiatika, konstipasi,

saluran urine yang lemah, pegal-pegal dan bengkak pada sendi

3) Mengurangi kecemasan dan mempersiapkan mental sang ibu

untuk menghadapi persalinan

4) Menghilangkan ketegangan otot, membuatnya lebih kuat dan

elastis sehingga mempermudah proses kelahiran

5) Mengurangi keluhan fisik secara umum semasa kehamilan,

seperti nyeri punggung, nyeri panggul, hingga pembengkakan

bagian tubuh

b. Mental dan emosi

1) Menstabilkan emosi ibu hamil yang cenderung fluktuatif

2) Menguatkan tekat dan keberanian

3) Meningkatkan rasa percaya diri dan fokus

4) Membangun afirmasi positif dan kekuatan fikiran pada saat

melahirkan

c. Spiritual

1) Menenangkan dan mengheningkan pikiran melalui relaksasi dan

meditasi

2) Memberikan waktu yang tenang untuk menciptakan ikatan batin

antara ibu dengan bayi

3) Menanamkan rasa kesabaran, instuisi dan kebijaksanaan

(Pratignyo, 2014).

Menurut Sindhu (2009) manfaat yoga hamil antara lain adalah:


29

a) Sehat dan Fit selama masa kehamilan

Meditasi merupakan bagian yoga yang membantu

mengembankan sikap yang membantu mengatasi dengan

perubahan tubuh selama kehamilan.

b) Mempersiapkan Persalinan

Melahirkan alami melibatkan rasa sakit, tetapi bagaimana cara

agar tidak sakit kontraksi persalinan. Yoga dapat di lakukan

selama kehamilan untuk bersiap-siap agar proses persalinan

mudah, lancar dan tetap nyaman.

c) Kelahiran Anak Alami

Berlatih yoga kehamilan meningkatkan kemungkinan lahir

normal. Manfaat yoga untuk melahirkan sangat banyak karena

pose untuk berlatih yoga selama kehamilan membantu otot

menjadi fleksibel dan membantu memperkuat otot kelahiran.

d) Penurunan Sakit Selama Melahirkan

Latihan pernapasan selama yoga memperkuat otot dan

mempersiapkan tubuh mengatasi nyeri persalinan.Napas

berirama yang diajarkan dalam yoga membantu beradaptasi

dengan kontraksi dan akan mengurangi rasa sakit.

e) Mengoptimalkan posisi janin

Pose kucing sangat efektif selama kehamilan. Pose ini baik

untuk sirkulasi yang tepat bagi pencernaan dan juga

mengurangi tekanan pada punggung bawah. Memperbaiki


30

posisi bayi yang salah sebelum persalinan, yoga pose dapat

membantu membawa bayi ke dalam posisi yang benar

menghindari operasi.

f) Memberi ruangan yang lebih untuk bayi

Yoga mengajarkan posisi yang benar untuk memungkinkan

ruang yang paling besar untuk bayi. Jika bayi memiliki sedikit

ruang. Kepalanya mungkin tidak berbalik di bawah sebelum

persalinan atau memilih melintang yang membutuhkan operasi.

g) Kurangi Stres untuk ibu

Yoga mengajarkan relaksasi untuk melepaskan kelebihan stres,

stress konstan yang berkepanjangan selama kehamilan dapat

memiliki efek negatif pada ibu dan pada bayi. Yoga membantu

ibu memutuskan lingkaran stress dan membuat ibu mampu

untuk melakukan relaksasi

h) Memperkuat otot dasar panggul dan latihan kegel

Latihan kegel adalah suatu keharusan dalam persiapan untuk

melahirkan. Latihan kegel bermanfaat untuk memperkuat

kondisi otot panggul, memperkuat rahim dan rectum, secara

signifikan dapat mempermudah proses persalinan serta

mempercepat penyembuhan.

i) Sistem kekebalan yang lebih kuat


31

Yoga membantu hormone stress yang lebih rendah yang dapat

membahayakan system kekebalan tubuh. Sistem limfatik

diperkuat dan racun dilepaskan selama latihan yoga.

j) Menurunkan nyeri punggung

Manfaat Yoga untuk sakit punggung sangat penting karena

nyeri punggung bawah bisa membawa masalah jangka panjang

setelah melahirkan, banyak pose yang membantu melepaskan

stres dan ketegangan pada punggung bawah.

3. Gerakan Yoga

a. Persiapan:

1) Kenakan Pakaian yang pas (tidak terlalu longgar dan tidak

terlalu ketat yang akan mengganggu napas dan gerakan) dengan

bahan yang ringan dan menyerap keringat.

2) Pakailah bra yang bisa menyangga payudara dengan baik.

3) Berlatih tanpa alas kaki (kaos kaki atau sepatu) di atas matras

yoga yang anti slip untuk mencegah risiko terpeleset dan terkilir

4) Kosongkan perut sebelum berlatih, 2 jam setelah makan

5) Minum air sesering mungkin sebelum, setelah dan saat berlatih

Ibu hamil sangat mudah terkena dehidrasi.

b. Hal yang perlu diperhatikan


32

1) Tidak melakukan semua postur yang menekan ke perut, karena

gerakan ini berlaku sejak kehamilan menginjak usia 8 minggu.

2) Lakukan postur memuntir punggung secara lembut dan hanya

memuntir tulang punggung bagian atas mulai dari belikat ke

leher.

3) Tidak melakukan postur inversi / terbalik.

4) Tidak berbaring terlentang dalam waktu lama.

5) Tidak bangun tiba-tiba dari posisi berbaring, jongkok / duduk

6) Jaga posisi tulang punggung tetap tegak dan biarkan kedua kaki

diregangkan sejajar dengan pinggul saat berdiri

7) Hindari suhu terlalu tinggi, maksimal 37oC saat berlatih yoga

8) Hindari postur dengan kepala lebih rendah dari posisi jantung

Hindari posisi berjongkok penuh bila ada varises / kaki bengkak

9) Bila terasa tidak nyaman hentikan (Shindu,2009).

c. Teknik Pernafasan Penuh (Dhirga swasam)

Gambar 2.2Dhirga swasam

Mengoptimalkan proses bernafas untuk meningkatkan jumlah

oksigen, menghantarkan oksigen ke janin, meredakan ketegangan

secara menyeluruh, serta melatih jantung dan paru-paru.

d. Pemanasan leher
33

Gambar 2.3Pemanasan leher

Menurut Sindhu (2014) melakukan latihan pemanasan sebelum

beryoga bermanfaat untuk menghangatkan tubuh, meningkatkan

kelenturan otot dan sendi serta mempermudah untuk melakukan

postur yoga, serta menghindarkan cedera pada otot dan ligamen.

Manfaat gerakan ini meredakan ketegangan daerah leher,

melancarkan energi daerah leher dan kepala. Lakukan perlahan,

lembut dan tidak terburuburu. Perlambat nafas dan gerakan

selaraskan gerakan dengan irama nafas

e. Peregangan dan pemuntiran Samping tubuh

Gambar 2.4Peregangan dan pemuntiran Samping tubuh

Manfaatnya meredakan ketegangan di daerah tulang belakang,

pinggang, panggul, melancarkan energi tubuh dan memperdalam

kapasitas napas.

f. Peregangan Bahu dan Pundak


34

Gambar 2.5Peregangan Bahu dan Pundak

Manfaat dari gerakan ini adalah untuk mengurangi tegang pada

pundak, bahu, dan dada serta melancarkan energi tubuh dan

memperdalam napas.

g. Asana (postur yoga)

1) Matsyendrasana (Postur memuntir)

Gambar 2.6Matsyendrasana

Postur memuntir yoga memiliki efek menenangkan pikiran

dan emosi, juga membantu melepas kepenatan dari punggung,

melancarkan aliran darah pada saraf pusat punggung. Lakukan


35

perlahan, lembut, tidak memuntir terlalu jauh, dan fokuskan

untuk memuntir tulang punggung bagian dada dan leher dengan

menarik bahu jauh ke belakang.

2) Seri Postur Tangan Gomukhasana – Garudasana

Gambar 2.7Gomukhasana – Garudasana

Posisi yoga berikut ini bermanfaat untuk melatih otot – otot

punggung bagian atas dan samping, mengatasi punggung dan

bahu yang lelah.

3) Bilikasana 1 (postur peregangan kucing)

Manfaatnya menguatkan dan melenturkan otot punggung,

membuat kuat dan terbebas dari tekanan akibat pertumbuhan

janin, mengatasi sakit punggung, melatih otot dan sendi panggul.

Gambar 2.8Bilikasana 1
4) Postur berdiri (standing pose)
36

Gambar 2.9standing pose

Manfaat pose ini untuk membantu melatih keseimbangan

tubuh, menguatkan otot-otot kaki, otot panggul, mengurangi

sakit pinggang dan nyeri tulang punggung. Jika terasa lelah dan

tidak nyaman, berdiri dengan bersandar pada dinding. Posisikan

tulang punggung lurus, pejamkan mata, dan bernapas relaks.

Pusatkan perhatian pada napas dan tulang punggung (Pratignyo,

2014).

5) Postur Segitiga (Triangle Pose)

Gambar 2.10Postur Segitiga

Manfaat dari gerakan ini adalah untuk memperdalam

kapasitas napas, menguatkan tubuh bagian samping, meredakan

sakit punggung, melancarkan sirkulasi darah, menguatkan

seluruh otot paha, membantu malancarkan pencernaan dan

melenturkan otot punggung serta menguatkan dan melenturkan

otot paha, pinggul dan pinggang, melenturkan otot lengan dan

bahu serta memperdalam kapasitas napas (Pratignyo, 2014)

6) Warrior Pose
37

Gambar 2.11 Warrior Pose

Gerakan ini menguatkan pergelangan kaki, lutut, paha,

menguatkan dada, pundak, punggung, memperdalam kapasitas

napas, melatih keseimbangan tubuh, meningkatkan stamina,

daya tahan tubuh, meningkatkan energi dan konsentrasi

(Pratignyo, 2014).

7) Putaran Sufi

Gambar 2.12Putaran Sufi

Postur ini dari tradisi kundalini. Gerakannya menyerupai

gerakan menari berputar para penari sufi. Putara sufi bermanfaat

untuk melenturkan sendi – sendi panggul dan melepaskan

ketegangan pada pinggang dan pinggul

8) Mudhasana (postur anak)

Gambar 2.13Mudhasana

Merupakan postur yoga yang ideal untuk mengistirahatkan

tubuh dan pikiran, mengistirahatkan otot punggung dan organ


38

perut dalam, meringankan mual dan sakit punggung, meredakan

ketegangan dan mengambalikan rasa nyaman.

D. Pengaruh Yoga Terhadap Nyeri Punggung

Seiring dengan bertambahnya berat badan secara bertahap selama

kehamilan maka akan mengubah postur tubuh sehingga pusat gravitasi

tubuh bergeser ke depan. Ada kecenderungan bagi otot punggung untuk

memendek jika otot abdomen meregang sehingga dapat menyebabkan

ketidakseimbangan otot disekitar pelvis dan regangan tambahan dapat

dirasakan diatas ligament tersebut. Oleh sebab itu perlunya latihan otot

abdomen yaitu melalui yoga hamil. (Pratignyo, 2014).

Nyeri punggung pada kehamilan merupakan nyeri yang terjadi pada

area lumbosakral. Nyeri punggung biasanya akan meningkat intensitasnya

seiring pertambahan usia kehamilan karena nyeri ini merupakan akibat

pergeseran pusat gravitasi dan postur tubuh. Postur tubuh yang tidak tepat

akan memaksa peregangan tambahan dan kelelahan pada tubuh, terutama

pada bagian tulang belakang sehingga akan menyebabkan terjadinya sakit

atau nyeri pada bagian punggung ibu hamil (Resmi, 2017). Yoga secara

teratur 1 minggu 2 kali dapat mengurangi nyeri punggung yang di alami

oleh ibu hamil. Adapun gerakan-gerakan yang disarankan untuk

mengurangi nyeri punggung saat hamil adalah seri postur peregangan

kucing (bilikasana), gumokhasana dan garudasana, matsyendrasana.

Putaran sufi dan mudhasana. Postur ini memiliki efek menenangkan

fikiran dan emosi, membantu melepaskan kepenatan, melancarkan aliran


39

darah pada syaraf pusat punggung, yang kemudian dapat meningkatkan

kelenturan otot punggung. Sehingga terjadi perubahan intensitas nyeri

punggung, nyeri punggung akan berkurang setelah melakukan yoga secara

teratur (Sindhu, 2009).

Penelitian (Rafika, 2018), (Gusti et al., 2017), dan (Resmi, 2017)

menunjukkan bahwa setelah mendapatkan intervensi yoga terjadi

penurunan tingkat nyeri punggung yang dialami oleh responden. Berlatih

yoga hamil dapat mengkondisikan tubuh, fikiran dan emosi ke dalam

kondisi yang harmonis, sehingga dapat akan merangsang produksi hormon

yang berfungsi sebagai morfin yaitu endogenous opioid. Sistem hormone

endogenous opioid, salah satunya adalah endorphine yang akan keluar dan

ditangkap oleh reseptor di dalam hipothalamus dan sistem limbik yang

berfungsi untuk mengatur emosi (the feel good hormone) dalam aliran

darah yang akan terpompa keseluruh bagian tubuh dan produksi hormone

endorphine terbukti berhubungan erat mampu menghilangkan rasa sakit

secara alamiah (Wiadnyana, 2011).


40
41

E. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah hubungan antar konsep berdasarkan study

empiris. Kerangka teori harus berdasarkan teori asal (grand theory)

(Iskandar, 2008).

Skema 2.1 Kerangka Teori Penelitian

kehamilan trimester III Low back pain adalah nyeri yang terjadi pada area
Yoga bagi kehamilan
(minggu ke-28 hingga 40) lumbosakra biasanya akan meningkat intensitasnya seiri (prenatal yoga)
ng pertambahan usia kehamilan adalah modifikasi dari
yoga klasik yang
Perubahan fisiologis : telah disesuaikan
dengan kondisi fisik
1. uterus wanita hamil.
2. serviks
3. ovarium
4. Vagina dan perineum Gerakan yoga untuk nyeri
punggung menurut sindhu
5. Kulit 2009 adalah:
Nyeri ringan 1. Seri postur peregangan
6. Payudara
kucing (bilikasana
7. Sistem kardiovaskular Nyeri sedang 1,2,3)
Low back pain
8. Sistem endokrin 2. postur tangan
gumokhasana
9. muskuluskeletal Nyeri berat 3. garudasana
4. matsyendrasana
5. Putaran sufi
6. mudhasana.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri
pada ibu hamil : Penatalaksanaan:
1. Usia
2. Pengalaman masa lalu dengan nyeri.
3. Ansietas
4. Budaya Farmakologi: Non farmakologi:
5. Makna nyeri 1.anti inflamasi 1. Terapi es dan panas
6. Perhatian non steroid 2. Tehnik distraksi
7. Gaya koping 2. analgesic relaksasi
8. Dukungan keluarga dan social 3. relaksan otot 3. Bio umpan balik
9. Jenis kelamin 4. Akupunktur
5. yoga

Elang Mohammad Atoilah, Engkus Kusnadi. 2013, Evi, N. (2016), Herawati Arrisqi. (2017), Potter & Perry (2006) Pratignyo Tia.
(2014), Resmi, D. C. dkk. (2017), sindhu (2009).

Anda mungkin juga menyukai