Anda di halaman 1dari 33

LAYANAN UNGGULAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF


(PONEK) DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

Disusun Oleh:
1. Denis Hati Hananti Sakti 20181030009
2. Hafiidz Fatich R 20181030030
3. Sri Pramesti Wisnu B W 20181030025
4. Yusuf Susanto 20181030028

PROGRAM PASCASARJANA MMR


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF


(PONEK) DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

Diajukan Oleh :
1. Denis Hati Hananti Sakti 20181030009
2. Hafiidz Fatich R 20181030030
3. Sri Pramesti Wisnu B W 20181030025
4. Yusuf Susanto 20181030028

Telah Disetujui Oleh,

Pembimbing Lapangan,

Mariska Urhmila, S.E., M.Kes Tanggal...........................2019

Pembimbing Akademik,

Dr. Firman Pribadi, M.Si Tanggal............................2019

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Morbiditas dan mortalitas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah

besar di negara berkembang. Menurut (WHO 2016) setiap hari sekitar 830

perempuan meninggal akibat kehamilan dan persalinan. Hampir semua kematian

ibu (99%) dari seluruh kematian ibu terjadi di negara berkembang. Angka

Kematian Ibu (AKI) di negara berkembang berkisar antara 50-800 per 100.000

kelahiran hidup.

Negara dengan jumlah kematian ibu terbesar adalah India, Nigeria, Pakistan,

Republik Kongo dan Ethiopia, Tanzania, Afganistan, Bangladesh, Angola, Cina

dan Kenya, Indonesia dan Uganda. Semua Negara tersebut menyumbang 67%

dari seluruh kematian ibu di dunia (WHO 2014) . Data WHO memperkirakan

210 juta per tahun terjadi kehamilan di seluruh dunia, 20 juta mengalami

kesakitan akibat kehamilan, 8 juta mengalami komplikasi yang mengancam jiwa,

dan lebih dari 500.000 mengalami kematian pada tahun 1995. Sebanyak 50%

kematian terjadi di negara-negara Asia Selatan dan Tenggara, termasuk Indonesia

(Prawirohardjo 2008). Dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

tahun 2012, angka kematian ibu di Indonesia mengalami peningkatan dari 228

per 100.000 KH menjadi 359 per 100.000 KH. Sedangkan AKB dari 34 per

1000 KH menjadi 32 per 1000 KH, angka ini sedikit menurun meskipun tidak

terlalu signifikan (BPS et al. 2013).


Kematian Ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan atau dalam

periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait

dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan

disebabkan oleh kecelakaan/cedera. Angka kematian yang tinggi umumnya

disebabkan masih kurangnya pengetahuan tentang sebab dan penanggulangan

komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas. Data (WHO et al. 2013), penyebab

kematian ibu berturut-turut adalah perdarahan (35%), preeklamsia dan eklamsia

(18%), penyebab tidak langsung (18%), karakteristik ibu dan perilaku kesehatan

ibu hamil (11%), aborsi dan keguguran (9%), keracunan darah atau sebsis (8%),

emboli (1%).

Penurunan kematian maternal dan neonatal merupakan dua dari delapan

kunci Millenium Development Goals (MDGs). Walaupun telah terjadi penurunan

angka kematian maternal dan neonatal di dunia, akan tetapi angkanya masih jauh

untuk mencapai target pada tahun 2015 (United Nations 2014). Indonesia sebagai

salah satu negara berkembang mengalami kesulitan dalam menurunkan Angka

Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) khususnya dalam

pencapaian target global MDGs (Millenium Development Goals) 2015 yaitu

menurunkan AKI menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 23

per 1000 Kelahiran Hidup (KH).

Millenium Development Goals (MDGs) adalah upaya untuk memenuhi hak-

hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara 189 negara

anggota PBB, termasuk negara Indonesia. MDGs merumuskan 8 (delapan)

tujuan pembangunan, salah satu diantaranya adalah komitmen dalam

menurunkan AKI dan AKB. Angka Kematian Ibu berdasarkan hasil Survei

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1992-2012 dapat dilihat pada tabel 1.1.
Table.1.1 Angka Kematian Ibu berdasarkan Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga
tahun 1992-2012
Tahun Angka Kematian Ibu
(per 100.000 KH)
1992 425
1995 373
2001 396
2002 307
2003 307
2007 228
2012 359

Sumber: (Kemenkes RI, 2001; 2013).

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa angka kematian ibu di Indonesia tetap tinggi

selama 20 tahun terakhir (1992-2012). Mengacu dari kondisi saat ini, potensi

untuk mencapai target MDGs ke-5 yaitu menurunkan AKI adalah off track,

artinya diperlukan kerja keras dan sungguh-sungguh untuk mencapainya.

Tiga penyebab kematian ibu di Indonesia adalah karena perdarahan,

preeklamsi/eklamsi, dan infeksi. Penyebab lain seperti abortus, persalinan lama

atau persalinan macet. Kematian bayi baru lahir umumnya dapat disebabkan oleh

karena Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), asfiksia dan infeksi. Faktor

penyumbang tingginya AKI dan AKB juga disebabkan oleh karena

keterlambatan pengambilan keputusan, merujuk dan mendapatkan penanganan di

fasilitas kesehatan atau tempat rujukan (BPS et al. 2013).


Salah satu faktor tingginya AKI di Indonesia adalah disebabkan karena relatif

masih rendahnya cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan. Departemen

Kesehatan menetapkan target pada tahun 2010, 90% persalinan harus ditolong

oleh tenaga medis. Perbandingan hasil survei dari SDKI, yaitu pada tahun 2002-

2003 persalinan yang ditolong oleh tenaga medis professional adalah sebanyak

65%, kemudian meningkat menjadi 73% pada tahun 2007. Namun angka ini

masih relatif rendah bila dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura,

Malaysia dan Thailand dimana angka pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan professional mencapai 90% (BPS et al. 2013).

Beberapa upaya untuk menanggulangi AKI dan AKB antara lain adalah

melalui upaya promotif, preventif dan kuratif, salah satu diantaranya yaitu

penguatan kolaborasi PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar)

dan PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif) dalam

suatu sistem pembinaan dan rujukan (Kementerian Kesehatan RI 2008). Upaya

untuk memperbaiki kesehatan ibu dan bayi baru lahir telah menjadi prioritas

utama pemerintah, bahkan sebelum MDGs 2015 ditetapkan. AKI dan AKB juga

mengindikasikan kemampuan dan kualitas pelayanan kesehatan, kapasitas

pelayanan kesehatan, kualitas pendidikan, dan pengetahuan masyarakat, kualitas

kesehatan lingkungan, sosial budaya serta hambatan dalam memperoleh akses

dalam pelayanan kesehatan (Depkes RI 2013).


PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif) merupakan

upaya pelayanan yang secara khusus ditujukan pada penurunan AKI dan AKB

sesuai dengan target MDGs 4 dan 5. Lebih luas lagi, upaya pelayanan PONEK

harus dapat mengupayakan kesehatan reproduksi ibu yang baik dan pencapaian

tumbuh kembang anak yang optimal sesuai dengan potensi genetiknya. Kunci

keberhasilan PONEK adalah ketersediaan tenaga kesehatan yang sesuai

kompetensi, sarana – prasarana dan manajemen yang handal. Ada tiga hal yang

dapat dilakukan untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu yaitu

melalui peningkatan peningkatan pelayanan antenatal yang mampu mendeteksi

dan menangani kasus resiko tinggi yang memadai, pertolongan persalinan yang

bersih dan aman, pelayanan pasca persalinan dan kelahiran oleh nakes terampil,

dan pelayanan emergency kebidanan dasar (PONED) dan komprehensif

(PONEK) yang dapat dijangkau (Depkes RI 2013).

Berdasarkan profil kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

menggambarkan bahwa AKI dan AKB mengalami penurunan secara signifikan.

Berdasarkan SDKI 2012 AKI DIY sebanyak 87,3/100.000 KH dan AKB sebesar

25/1.000 KH. Secara nasional DIY menempati yang terbaik, meskipun demikian

angka yang dicapai tersebut masih relatif tinggi jika dibandingkan dengan

berbagai wilayah di Asia Tenggara.


Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima kabupaten yang ada di

propinsi DIY. AKI dan AKB di kabupaten ini merupakan yang tertinggi

dibanding kabupaten lainnya. AKI di kabupaten Bantul tahun 2014 sebesar

104,7/100.000 KH yaitu sejumlah 14 kasus dan mengalami penurunan pada

tahun 2015 yaitu sebesar 87,5/100.000 KH sebanyak 11 kasus. Target AKI tahun

2015 adalah 70/100.000 KH. Hasil Audit Maternal Perinatal (AMP)

menyimpulkan penyebab AKI pada tahun 2015 adalah Pre Eklampsia Berat

(PEB) 36% (4 kasus), Perdarahan 36% (4 kasus), TB Paru 18% (2 kasus), dan

Emboli Air Ketuban 9% (1 kasus). Sedangkan AKB pada tahun 2015 sebanyak

8,35/1.000 KH lebih baik dibandingkan tahun 2014 8,75/1.000 KH.

Perkembangan AKB cenderung mengalami penurunan dari tahun 2013 ke tahun

2015, sudah bisa melampaui target MDGs yang ditargetkan 23/1000 KH (Dinkes

Kabupaten Bantul 2016).

RSU PKU Muhammadiyah Bantul adalah rumah sakit swasta tipe C yang

ditetapkan sebagai rumah sakit swasta mampu PONEK 24 jam sejak tahun 2005

yang menjadi tulang punggung bagi sarana pelayanan obstetri neonatal, termasuk

pelayanan kegawatdaruratannya dan terus meningkatkan mutu pelayanan bagi

ibu dan bayi, menyelenggarakan rujukan dua arah dan membina jaringan rujukan

pelayanan ibu dan bayi (RSU PKU Bantul 2008).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bagian TIM PONEK serta Mutu dan

Pengembangan Organisasi tanggal 27 Mei 2019 didapatkan informasi bahwa

RSU PKU Muhammadiyah Bantul merupakan salah satu rujukan utama

kegawatdaruratan obstetrik neonatal di Kabupaten Bantul.


Evaluasi dianggap penting untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan

PONEK serta dalam rangka pencapaian akreditasi RSU PKU Muhammadiyah

Bantul yang optimal. Kesimpulan berdasarkan wawancara dengan Tim PONEK

yaitu RSU PKU Muhammadiyah Bantul menjalankan program PONEK sejak

tahun 2007. Secara umum implementasi PONEK sudah berjalan dengan baik.

Hal-hal yang dianggap masih kurang yaitu dokter spesialis obsgin belum dapat

berada di rumah sakit selama 24 jam serta penataan sebagian ruang yang belum

standar seperti layanan kebidanan di IGD.


Hasil pengambilan data primer dan sekunder didapatkan data bahwa

ditemukan AKI di RSU PKU Muhammadiyah tahun 2019 periode januari-juni

sebanyak 1 orang penyebabnya eklamsi dengan udem pulmo. Sementara AKB

tahun 2018 sebanyak 2 kasus.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa AKI dan AKB menjadi

masalah khususnya di Kabupaten Bantul. Upaya dalam penanggulangan

penurunan AKI dan AKB telah dilakukan. Salah satu upaya yang dilakukan

melalui program PONEK. Untuk dapat mengetahui keberhasilan program

tersebut maka perlu dilakukan analisis manajemen. Melalui analisis ini

diharapkan rumah sakit mengetahui secara jelas kelebihan atau kekurangan dan

hambatan dalam implementasi PONEK sehingga dapat menjadi dasar untuk

pengembangan atau perbaikan ke arah yang lebih baik serta memberikan

gambaran pencapaian akreditasi rumah sakit.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah ini adalah : ” Bagaimana

Implementasi Pelayanan Obestetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK)

di IGD RSU PKU Muhammadiyah Bantul)?”

C. Tujuan

Laporan ini mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran Implementasi Pelayanan Obestetri Neonatal

Emergensi Komprehensif (PONEK) Di IGD RSU PKU Muhammadiyah

Bantul.

2. Tujuan Khusus

Tujuan Khusus penelitian yaitu dalam penelitian ini adalah:

a. Mengevaluasi ketersediaan Sumber Daya Manusia PONEK di RSU PKU

Muhammadiyah Bantul.

b. Mengevaluasi kelengkapan Sarana dan Prasarana PONEK di RSU PKU

Muhammadiyah Bantul.

c. Mengevaluasi Hambatan implementasi PONEK di RSU

PKU Muhammadiyah Bantul.


BAB II

ANALISIS MANAJEMEN

PROFIL RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

A. Gambaran Umum Rumah Sakit

Pada awal tahun 1966, tepatnya tanggal 09 Dzulqo’dah atau bertepatan

dengan tanggl 01 Maret 1966 berdirilah sebuah Klinik dan Rumah Bersalin di kota

Bantul yang diberi nama Klinik dan Rumah Bersalin PKU Muhammadiyah Bantul.

Sebagai sebuah karya tokoh-tokoh Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah pada

waktu itu. Seiring perjalanan waktu perkembangan klinik dan RB PKU

Muhammadiyah Bantul semakin pesat ditandai adanya pengembangan pelayanan

di bidang kesehatan anak baik sebagai upaya penyembuhan maupun pelayanan di

bidang pertumbuhan dan perkembangan anak pada tahun 1984.

Hal inilah yang menjadi dasar perubahan Rumah Bersalin menjadi Rumah

Sakit Khusus Ibu dan Anak dengan Surat Keputusan Ijin Kanwil Depkes Propinsi

DIY no 503/1009/PK/IV/1995 yang selanjutnya pada tahun 2001 berkembang

menjadi RUMAH SAKIT UMUM PKU MUHAMMADIYAH BANTUL dengan

diterbitkannya ijin operasional dari Dinas Kesehatan No : 445/4318/2001. Saat ini

RSU PKU Muhammadiyah Bantul telah mendapatkan sertifikat ISO 9001 – 2008

untuk Pelayanan Kesehatan Standar Mutu Internasional, Jenis Lembaga Pemilik

Yayasan Tipe/ kelas Rumah Sakit C, serta lolos Akreditasi Kemenkes RI dengan

Akreditasi RS versi 2012 pada November 2014.


VISI MISI

- Falsafah RSU PKU Muhammadiyah Bantul merupakan perwujudan ilmu, iman

dan amal shalih.

- Visi : Terwujudnya rumah sakit islami yang mempunyai keunggulan kompetitif

global, dan menjadi kebanggaan umat.

- Misi : Berdakwah melalui pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan

mengutamakan peningkatan kepuasan pelanggan serta peduli pada kaum dhu’afa.

- Motto : Layananku Ibadahku.

DATA UMUM RUMAH SAKIT

- Nama Rumah Sakit : RSU PKU Muhammadiyah Bantul

- Alamat : Jalan Jenderal Sudirman Nomor 124 Bantul Yogyakarta 55711

- Telepon : (0274) 367437, 368238. 368587, 6462935 Faximile (0274) 368586

- Website : http://www.pkubantul.com

- Email pkubantul@gmail.com, pkubantul@yahoo.co.id

- Nomor Ijin Operasional 445/DP/P.RSU/VIII/2009 – NPWP 01.143.030.3-543.000

- Akte Perusahaan Surat Keterangan PP Muhammadiyah tentang Badan Hukum

No:1-A/8.a/1588/1993 tanggal 15/12/1993

- Pemilik Pimpinan Pusat Muhammadiyah


- Pendiri Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Bantul

- Tanggal Berdiri 1 Maret 1966M / 09 Dzulqo’dah 1385 H

- Jenis Lembaga Pemilik : Yayasan

- Tipe / Kelas Rumah Sakit : C

- Sertifikasi : KARS versi 2012 PARIPURNA

- Akreditasi Kemenkes RI Akreditasi Versi 2012

PELAYANAN RUMAH SAKIT

- Pelayanan 24 Jam

- Pelayanan Rawat Jalan

- Pelayanan Rawat Inap

- Pelayanan Masyarakat

- Pelayanan Penunjang

- Pelayanan Unggulan

- Pelayanan Lain

B. Deskripsi Layanan Unggulan RS

Berdasarkan profil rumah sakit tahun 2012, RSU PKU Bantul ditetapkan

sebagai rumah sakit mampu PONEK sejak tahun 2005, sebagai sarana pelayanan
kesehatan bagi ibu hamil, melahirkan dan neonatus. Rumah sakit sebagai lembaga

kesehatan pelayanan masyarakat, perlu mengetahui keberhasilan dan kegagalan

atau hambatannya untuk mencapai tujuan pelayanan yang optimal. Untuk itu

diperlukan suatu penilaian terhadap lembaga rumah sakit yang bermanfaat menjadi

umpan balik guna melakukan perbaikan-perbaikan pelayanan RSU PKU Bantul

sebagai RS Mampu PONEK dimasa mendatang.

Saat ini RSU PKU Muhammadiyah Bantul memiliki jumlah tenaga medis

yaitu dokter umum berjumlah 19 orang, jumlah dokter spesialis 44 orang, 5 orang

dokter gigi, jumlah perawat 169 orang, jumlah bidan 25 orang, 4 orang apoteker, 1

ahli gizi, 93 orang tenaga kerja lainnya, diluar medis ada 8 orang, dan 113 jumlah

tempat tidur.

Adapun gambaran ruangan RS mampu PONEK di PKU Bantul adalah

sebagai berikut:

a. Ruang Maternal

Lokasi kamar bersalin berada di bagian tengah belakang. Akses ke ruang

bersalin bisa melalui pintu depan melewati bagian informasi, terus sampai ujung

dan menemukan kantin, maka ruang bersalin berada disebelah kiri kantin

tersebut. Atau dapat juga masuk melalui pintu belakang RS, melewati loket

pembayaran sampai menemukan tempat untuk bermain anak (Yellow Area),

maka ruang bersalin tepat berada didepan Yellow Area tersebut.


Gambar 1 Akses menuju Ruang Bersalin

Selain ada tangga untuk pengunjung, disediakan juga akses untuk

memudahkan memindahkan pasien dari lantai satu ke lantai dua yang terletak

disamping ruang bersalin.

Gambar 2 Akses menuju lantai dua untuk pasien RSU PKU


Muhammadiyah Bantul

Tidak ada jendela dikamar bersalin karena letaknya yang tidak

memungkinkan untuk menggunakan jendela.


Gambar 3 Ruang bersalin di PKU Muhammadiyah Bantul
b. Ruang Neonatal

Ruang neonatal berada tepat disamping ruang maternal. Akses masuk ke

ruang neonatal melalui pintu kamar bersalin, kemudian melewati nurse station

berbelok ke arah kanan. Saat melewati pintu pertama ada sebuah ruangan yang

besar cukup besar, disebelah kiri pintu masuk terdapat ruang untuk memandikan

bayi dengan peralatan untuk memandikan, disudut kanan digunakan untuk

meletakan lemari yang berisi dokumen praktekan KBY, didekat almari ada kursi

dan meja untuk menulis, didekat pintu masuk neonatal adalah tempat untuk

meletakkan box bayi.

Gambar 4 Ruang Neonatal di RSU PKU Muhammadiyah Bantul


c. Ruang Operasi

Ruang operasi adalah bagian dari sebuah pelayanan rumah sakit yang

diperlukan untuk memberikan sarana dan prasarana tindakan bedah. Ada banyak

tim di dalam kamar operasi, antara lain dokter bedah, dokter anestesi, dan

perawat.

Ruang operasi PKU Bantul terletak di lantai 2. Saat melalui pintu masuk,

kita langsung melihat ruang tunggu keluarga dengan banyak tempat duduk untuk

menunggu pasien yang sedang dioperasi. Namun sesuai peraturan yang ada di

depan pintu masuk, peneliti tidak dapat mengambil gambar di dalam ruang

operasi.

Gambar 5 Ruang Tunggu di Ruang Operasi RSU PKU


Muhammadiyah Bantul
d. Area Cuci Tangan

Terdapat area cuci tangan di ruang maternal, neonatal, UGD dan ruang

operasi yang mencakup wastafel, wadah gaun bekas, rak gantung pakaian, rak

sepatu, lemari untuk barang pribadi, wadah tertutup kantong plastik, sabun dan

handuk.
Gambar 6 Area Cuci Tangan

e. Ruang Resusitasi dan Stabilisasi

Selama didalam kandungan, bayi berada dalam lingkungan yang suhunya

berkisar 36-37°C. Karena itulah, langkah pertama adalah segera

menempatkannya di meja khusus, yaitu meja resusitasi yang bersuhu sekitar

36°C. Resusitasi adalah tindakan atau pertolongan untuk mengembalikan fungsi

pernafasan dan fungsi jantung yang terganggu guna melangsungkan hidup bayi.

Gambar 7 Ruang Resusitasi dan Stabilisasi


C. Masalah Yang Ditemukan Berdasarkan Data

Masalah diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan

apa yang benar-benar terjadi, antara teori dengan praktek, antara aturan dengan

pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksanaan. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI), masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan (Sugiyono

2013).

Masalah dan hambatan yang dialami tim PONEK selama ini salah satunya

adalah dokter jaga yang tidak 24 jam. Padahal menurut Pedoman PONEK 24 jam,

harus ada dokter jaga terlatih di IGD untuk mengatasi kasus emergensi baik secara

umum maupun emergensi obstetric-neonatal (Kementerian Kesehatan RI 2012).

Hal ini diungkapkan oleh bagian Tim Ponek. Permasalahan yang kedua ialah

Sarana dan prasarana PONEK di IGD yang belum sesuai standar yaitu dari segi

ukuran ruangan, fasilitas serta jarak antara ruang IGD, VK dan Ruang Operasi

yang tidak berdekatan.

D. Analisis Pemecahan Masalah

Pada bagian yang sebelumnya telah dipaparkan permasalahan di PONEK

ada 2 yaitu jadwal dokter jaga PONEK tidak 24 jam standby di Rumah Sakit serta

sarana dan prasarana PONEK di IGD belum memenuhi standar.

Adapun permasalahan pertama yaitu dokter jaga standby 24 jam tidak

menjadi masalah besar dikarenakan dokter spesialis Obsgyn memang tidak 24 jam

di RS namun dokter tersebut oncall atau dapat dihubungi 24 jam sehingga indikasi

tindakan dapat dilakukan kurang dari 1 jam. Oleh karena itu indikator mutu

berdasarkan indikasi tindakan masih tercapai.

Namun untuk permasalahan ke dua yaitu sarana prasarana PONEK di IGD


yang belum memenuhi standar merupakan hal yang perlu untuk dilakukan

pemecahan masalah mengingat bahwa fasilitas merupakan penunjang penting

dalam keamanan, kenyamanan dan privasi pasien. Jarak antara ruang IGD, VK

dan kamar operasi tidak berdekatan, di mana ruang IGD berada di depan, VK

berada di tengah belakang dan kamar operasi berada di lantai 2 sehingga untuk

transport pasien antara IGD ke VK atau VK ke kamar operasi membutuhkan

waktu lebih lama dibandingkan bila jarak antar ruang berdekatan. Sebaiknya

penataan ruang antara IGD, VK dan kamar operasi berdekatan untuk memudahkan

pemindahan pasien (transport). Kemudian untuk fasilitas sarana dan prasana

PONEK di IGD dalam penataan kamar untuk bersalin tidak terpisah dari kamar

gawatdarurat lain dan hanya ditutup dengan tirai sehingga kenyamanan dan privasi

ibu hamil masih terganggu karena banyaknya orang yang berlalu lalang di IGD

serta mengganggu pasien lain yang butuh ketenangan karena ibu yang akan

melahirkan kesakitan dan biasanya akan gelisah dan berteriak. Berdasarkan

PONEK 24 jam, kamar bersalin di IGD harus terpisah dengan kamar gawatdarurat

lainnya.

E. Pembahasan

Setiap ruang yang terkait dengan PONEK harus memenuhi kriteria umum yang

meliputi struktur fisik, kebersihan, pencahayaan, ventilasi dan pencucian tangan

(Kementerian Kesehatan RI 2012). Selain kriteria umum, sarana dan prasarana

PONEK juga harus memenuhi kriteria khusus ruangan, perlengkapan dan

peralatan umum, perlengkapan dan peralatan khusus, dan juga peralatan neonatal.

Peralatan di ruang neonatal bersih, lengkap dan siap pakai.

Dari analisis pemecahan masalah diatas, maka penataan ruang PONEK di IGD
perlu dilakukan. Alternatif penyelesaian masalah untuk hal ini ada 2 pilihan yaitu

membuat dan memperluas ruangan PONEK di IGD atau menata ulang ruangan di IGD

yang sudah ada. Mengingat RS PKU bantul berada dikota serta perluasan dan

pembebasan lahan untuk membangun gedung baru sulit dilakukan, maka penataan ulang

ruangan di IDG menjadi pilihan utama saat ini.

Saat ini PONEK IGD menyatu dengan ruangan gawat darurat lain serta

tempatnya berada didepan meja dokter dengan ukuran kurang lebih 6 meter persegi terdiri

dari 2 bed serta terdapat alat resusitasi neonatus. Hal ini belum sesuai standar ruang

PONEK IGD yang seharusnya. Sehingga anjuran penataan ruang PONEK IGD yang kami

ajukan ialah ruang yang semula di depan meja dokter dan menyatu dengan kamar IGD

lain dipindah di bagian belakang IGD yaitu ruang jaga perawat dan dokter. Untuk ruang

perawat dan dokter di pindah di PONEK IGD lama atau dicarikan ruang lain.

Adapun standar PONEK di area IGD yaitu:

1. Paling kecil, ruangan berukuran 6 m2 dan ada di dalam Unit Perawatan

Khusus.

2. Kamar di Unit Gawat Darurat harus terpisah dari kamar gawat darurat lain.

Sifat privasi ini penting untuk kebutuhan perempuan bersalin dan bayi.

3. Tujuan kamar ini ialah: memberikan pelayanan darurat untuk stabilisasi

kondisi pasien, misalnya syok, henti jantung, hipotermia, asfiksia dan apabila

perlu menolong partus darurat serta resusitasi.

4. Perlu dilengkapi dengan meja resusitasi bayi, inkubator dan peralatan

resusitasi lengkap.

5. Sarana Pendukung, meliputi: toilet, kamar tunggu keluarga, kamar persiapan

peralatan (linen dan instrumen), kamar kerja kotor, kamar jaga, ruang

sterilisator dan jalur ke ruang bersalin terletak saling berdekatan dan


merupakan bagian dari unit gawat darurat.

6. Masing - masing area resusitasi untuk maternal dan neonatal paling kecil

berukuran 6 m2 (PONEK 24 Jam, 2012)

Dilain sisi Program PONEK PKU Bantul sudah berjalan sesuai standar

yang ada. Tim pelaksana program PONEK RSU PKU Muhammadiyah Bantul

memiliki kebijakan, prosedur, dan pedoman kerja serta sistem pecatatan dan

pelaporan untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab sehari-hari. Tim

pelaksana program PONEK ditugaskan untuk: Membantu Direktur dalam

menyusun kebijakan-kebijakan terkait dengan PONEK; Membuat sistem

pelayanan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian

Bayi (AKB) di rumah sakit yang meliputi preventif, kuratif maupun rehabilitatif

sejak dari prenatal sampai postnatal; Menyusun pedoman, panduan dan dokumen

lain sesuai standar PONEK, Mengelola pelayanan kegawatan maternal neonatal

selama 24 jam; Memonitor pelaksanaan pelayanan agar sesuai standar PONEK;

Membuat laporan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan SK Nomor:

100/SK/B/10.16 tentang Revisi Kebijakan Pelayanan Obstetri Neonatal

Emergensi Komprehensif (PONEK) di RSU PKU Muhammadiyah Bantul.

Berdasarkan hasil telusur dokumentasi yang dilakukan di RSU PKU

Muhammadiyah Bantul, dapat kita lihat bahwa kebijakan/pedoman/panduan,

program dan dokumen implementasi RSU PKU Muhammadiyah Bantul sudah

lengkap sesuai dengan pedoman PONEK. Manajemen melakukan perencanaan

dengan baik sehingga tim Pelaksana dapat melaksanakan tugasnya dengan baik

pula. Dibuktikan dengan adanya SK PONEK yang telah direvisi,


kebijakan/pedoman/panduan tentang Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal, Penyelenggaraan PONEK 24 jam di Rumah Sakit, Rawat Gabung Ibu

dan Bayi, Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif, Perawatan Kanguru pada

BBLR, Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi, Pelaksanaan Rujukan. Juga lengkap

dengan program-program dan dokumen implementasi sesuai dengan pedoman

PONEK.

Rumah sakit menyadari fungsi yang dilaksanakan oleh Tim PONEK

sangat penting dalam mengurangi angka kematian ibu dan bayi. Dengan

dilakukannya revisi-revisi kebijakan secara berkesinambungan merupakan

bentuk dukungan nyata yang diberikan oleh manajemen RS terhadap

pengembangan jalannya program PONEK. Keberadaan direktur sebagai

pembuat kebijakan sangat berperan penting bagi jalannya program PONEK.

F. Kesimpulan

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul telah ditetapkan menjadi

rumah sakit PONEK sejak tahun 2005. Secara umum PONEK PKU Bantul

sudah memenuhi kriteria PONEK 24 jam. Namun sarana dan prasarana

PONEK di IGD masih menjadi permasalahan hingga saat ini. Solusi yang dapat

ditawarkan untuk saat ini dan yang memungkin untuk dilakukan penataan

ulang ruangan sehingga sesuai standar PONEK 24 Jam yaitu terpisahnya

kamar bersalin di IGD dengan kamar gawatdarurat lainnya untuk menjaga

privasi ibu yang akan melahirkan serta menjaga keamanan dan kenyamanan.
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, D., 2012. Manajemen Pelayanan Kesehatan 2nd ed., Yogyakarta: Nuha
Medika.
Amriyati, Sumarni & Sutoto, 2003. Kinerja Perawat Ditinjau Dari Lingkungan Kerja
dan Karakteristik Individu. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, 6, pp.11–
18.
Arikunto, S., 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek edisi Revisi ke-5,
Jakarta: PT Rineka Cipta.
BPS, BKKBN & Kemenkes, 2013. SDKI 7th ed., Jakarta: Perpustakaan Negara.
Buse, K., Mays, N. & Walt, G., 2005. Making Health Policy, London: Library of
Congress Cataloging.
Buse, K., Mays, N. & Walt, G., 2012. Making Health Policy 2nd ed., London: Open
University Press.
Carwoto & Wijayanto, B., 2010. Pengembangan Dan Implementasi Sistem Informasi
Jejaring Rujukan Kegawatdaruratan Maternal-Neonatal Berbasis Web Dan Sms
(Short Message Service). Universitas Wahid Hasyim Semarang.
Creswell, J.W., 2012. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed 2nd ed., Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Cunningham, F.G. et al., 2005. Williams Obstetrics 22nd ed. McGRAW-HILL, ed.,
New York. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/13776742.
Depkes RI, 2013. Untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian
Bayi Perlu Kerja Keras. Available at: http://www.depkes.go.id/index.php?
vw=2&id=793 [Accessed May 20, 2016].
Dewi, N.W.P., 2016. Analisis Ketersediaan Input Untuk Penyelenggaraan PONEK di
RSU Swasta di Kota Denpasar. Universitas Udayana.
Dinkes Kabupaten Bantul, 2016. Profil Kesehatan Kab. Bantul. , p.45.
Dogba, M. & Fournier, P., 2009. Human resources and the quality of emergency
obstetric care in developing countries: a systematic review of the literature.
Human Resources for Health.
Ellitan, L., 2002. Praktik-Praktik Pengelolaan Sumber Daya Manusia Dan
Keunggulan Kompetitif Berkelanjutan. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan,
4, p.pp.65-76.
Englebardt, Nelson, R. & Sheila, 2002. Health Care Informatics: An Interdisciplinary
Approach 4th ed., Mosby.
Herdiansyah, H., 2012. Metode Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta:
Salemba Humanika.
Herdiansyah, H., 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Salemba
Humanika.
Jacob, T., 2004. Etika Penelitian Ilmiah. Warta Penelitian.
Jonker, J., Pennink, B.J.W. & Wahyuni, S., 2011. Metodologi Penelitian: Panduan
Untuk Master dan Ph.D. di Bidang Manajemen, Jakarta: Salemba Empat.
KARS, 2012. Instrumen Akreditasi Rumah Sakit Standar Akreditasi Versi 2012 1st
ed., Jakarta: Komisi Akreditasi Rumah Sakit.
Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergensi Komprehensif, Jakarta: Kemenkes RI.
Kementerian Kesehatan RI, 2012. Pedoman Penyelenggaraan PONEK 24 jam
di Rumah sakit, Jakarta: Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan.
Kementerian Kesehatan RI, 2008. Pedoman Rumah Sakit Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergensi Komorehensif (PONEK) 24 Jam, Jakarta: Direktorat Bina
Upaya Kesehatan Rujukan.
Kementerian Kesehatan RI, 2013. Profil Kesehatan Indonesia 2012, Jakarta:
Kemenkes RI.
Kumano, Y., 2001. Authentic Assessment and Portofolio Assessment – Its Theory and
Practice. Shizouka University Japan.
Lehmann, H., 1990. Special Presentation Conveyed In The International Seminar on
Educational Innovation and Technology, Manilla: Innotech Publications.
Ma’rifah, Noor, N.B. & Pasinringi, S.A., 2013. Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan
Ponek Di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu Dan Anak Siti Fatimah Kota
Makassar Tahun 2013. Universitas Hasanuddin.
Marzuki, L., 2009. Kesiapan Sumber Daya Manusia Dinas Kesehatan Kabupaten
Lombok Tengah terhadap Penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas.
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Merton, R.K., 1967. Manifest and Latent Function on Theoretical Sociology‖, New
York: The Free Press.
Moleong, L.J., 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosda
Karya.
Muninjaya, A.A.G., 2004. Manajemen Kesehatan, Jakarta: Kedokteran EGC.
Nawawi, H., 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis yang
Kompetitif
4th ed., Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Oyerinde, K. et al., 2012. Barriers to Uptake of Emergency Obstetric and Newborn
Care Services in Sierra Leone: A Qualitative Study. Journal of Community
Medicine & Health Education, 2, p.149.
Permatasari, E., Sidin, I. & Maidin, A., 2013. Implementasi Kebijakan Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif Rsup Dr Wahidin Sudirohusodo
Makassar Tahun 2013. , pp.1–14.
Prawirohardjo, S., 2008. Ilmu Kebidanan A. Saifuddin, ed., Jakarta: Bina Pustaka.
Presiden Republik Indonesia, 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. , p.40.
Purwanto, E.A. & Sulistyastuti, D.R., 2012. Implementasi Kebijakan Publik:
Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, Yogyakarta: Gava Media.
Rahayu, S., 2009. Pengembangan Model Sistem Informasi Rumah Sakit Pada
Instalasi Radiologi Rawat Jalan Untuk Mendukung Evaluasi Pelayanan
Di Rumah Sakit Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga. Universitas Diponegoro.

101
RSU PKU Bantul, 2008. Profil PKU Bantul. Available at: http://rspkubantul.com
[Accessed May 22, 2016].
Saleh, F., Noor, N.B. & Anggraeni, R., 2012. Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Ponek
Di Rsud Haji Padjonga Daeng Ngalle Kabupaten Takalar. Universitas
Hasanuddin.
Simbolon, D., Chalidyanto, D. & Ernawati, 2013. Determinan Kinerja Pelayanan
Kesehatan Ibu Dan Anak Di Rumah Sakit Pemerintah Indonesia (Analisis Data
Rifaskes 2011). Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, 2(4), pp.202–214.
Somers, M. & Birnbaum, D., 2000. Exploring the Relationship between Commitment
Profiles and Work Attitudes, Employee Withdrawal, and Job Performance.
Journal Of Management, 3, p.78.
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Manajemen, Bandung: Alfabeta.
Swayne, L.E., Duncan, W.J. & Ginter, P.M., 2006. Strategic Management of Health
Care Organizations 5th ed., Oxford: Blackwell.
Sylvia, P., 2014. Evaluasi Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif
(PONEK) di RSU PKU Muhammaddiyah Lamongan.
United Nations, 2014. Human Development Reports. Human Development Reports.
Available at: http://hdr.undp.org/en [Accessed December 15, 2015].
Utami, A.B., 2016. Evaluasi Kinerja Efisiensi Ketersediaan Obat di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Condong Catur Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
Wardlaw, T. et al., 2000. Maternal Mortality In 2000. MATERNAL MORTALITY IN
2000: Estimates Developed by WHO, UNICEF and UNFPA, p.39.
WHO, 2014. Global Health Indicators, Geneva: WHO Press.
WHO, 2016. Maternal Mortality. Maternal Mortality. Available at:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs348/en/ [Accessed January 22,
2016].
WHO et al., 2007. Maternal Mortality in 2005, Geneva: WHO Press.
WHO et al., 2013. Trends in Maternal Mortality : 1990 to 2013, Geneva: WHO
Press.

Anda mungkin juga menyukai