Anda di halaman 1dari 11

RUMAH SAKIT SEBAGAI BADAN

LAYANAN UMUM
DECEMBER 25, 2012 BY RHYERHIATHY

RUMAH SAKIT SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM


 
Badan layanan umum adalah instansi di lingkungan pemerintah yang
dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa
penyediaan barang dan atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan
mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada
prinsip efisiensi dan produktivitas. Berdasar PP no: 23 tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, tujuan BLU adalah
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan
memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan
prinsip eknomi dan produktivitas dan penerapan praktik bisnis yang sehat.
Praktik bisnis yang sehat artinya berdasarkan kaidah manajemen yang
baik mencakup perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
pengendalian dan pertanggungjawaban.
Secara umum asas badan layanan umum adalah pelayanan umum yang
pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang didelegasikan, tidak
terpisah secara hukum dari instansi induknya.
Asas BLU yang lainnya adalah:
1. Pejabat BLU bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan layanan
umum kepada pimpinan instansi induk,
2. BLU tidak mencari laba,
3. Rencana kerja, anggaran dan laporan BLU dan instansi induk tidak
terpisah,
4. Pengelolaan sejalan dengan praktik bisnis yang sehat.
Persyaratan BLU yaitu
1. Persyaratan substantif BLU, fungsi dasar pelayanan public.
Memperoleh imbalan atas seluruh/sebagian layanan berupa
barang/jasa yang diberikan kepada masyarakat  (fungsi cost
sharing). Harus berorientasi pada layanan publik/masyarakat. Oleh
karenanya, BLU tidak mengutamakan mencari keuntungan.
2. Persyaratan keuangan/administratif diatur oleh Menteri
Keuangan/Pejabat Pengelola Keuangan Daerah. Persyaratan
administratif termasuk keuangan di bawah ini digunakan oleh
Kementerian Keuangan untuk menentukan suatu unit pemerintah
dapat diberikan status Kandidat BLU atau BLU. Suatu unit dapat
langsung atau secara bertahap memperoleh status BLU tergantung
kesiapan dan kemampuan memenuhi persyaratan BLU.
2. Persyaratan teknis BLU diatur oleh Kementerian/Lembaga
teknis/satker perangkat daerah yang bersangkutan. Upaya
pendirian sebuah BLU memperhatikan kriteria teknis yang
ditentukan oleh masing-masing kementerian negara/lembaga  yang
bersangkutan. Kriteria tersebut antara lain meliputi aspek jenis dan
mutu layanan produk, aspek kinerja keuangan, dan aspek manfaat
pelayanan bagi masyarakat.
Pilar utama dalam pelaksanaan PPK-BLU adalah mempromosikan (1)
peningkatan kinerja pelayanan publik; (2) fleksibilitas pengelolaan
keuangan; dan (3) tata kelola yang baik (good governance).
Karakteristik BLU terdiri dari:
(1)   Berkedudukan sebagai instansi pemerintah (bukan kekayaan negara
yang dipisahkan);
(2)   Menghasilkan barang dan/atau jasa yang seluruhnya/sebagian dijual
kepada publik;
(3)   Tidak bertujuan mencari keuntungan;
(4)   Dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan produktivitas ala
korporasi
(5)   Rencana kerja, anggaran, dan pertanggungjawaban dikonsolidasikan
pada instansi induk;
(6)   Pendapatan operasional dan sumbangan dapat digunakan langsung;
(7)   Pegawai dapat terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau Non-PNS.
PPK-BLU memberikan fleksibilitas dalam rangka pelaksanaan anggaran,
termasuk pengelolaan pendapatan dan belanja, pengelolaan kas, dan
pengadaan barang/jasa. Tetapi sebagai pengimbang, BLU dipegang ketat
dalam perencanaan dan penganggarannya, serta dalam
pertanggungjawabannya. BLU wajib mengkalkulasi harga pokok dari
layanannya dengan kualitas dan kuantitas yang distandarkan oleh
menteri teknis pembina. Demikian pula dalam pertanggungjawabannya,
BLU harus mampu menghitung dan menyajikan anggaran yang
digunakannya dalam kaitannya dengan layanan yang telah direalisasikan.
Alasan Rumah Sakit Pemerintah Dijadikan BLU
Diterbitkannya Peraturan Pemerintah (PP) No. 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU) adalah sebagaimana
yang diamanatkan dalam Pasal 69 ayat (7) UU No. 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara. PP tersebut bertujuan untuk meningkatkan
pelayanan publik oleh Pemerintah, karena sebelumnya tidak ada
pengaturan yang spesifik mengenai unit pemerintahan yang melakukan
pelayanan kepada masyarakat yang pada saat itu bentuk dan modelnya
beraneka macam.
Jenis BLU disini antara lain rumah sakit, lembaga pendidikan, pelayanan
lisensi, penyiaran, dan lain-lain. Rumah sakit sebagai salah satu jenis BLU
merupakan ujung tombak dalam pembangunan kesehatan masyarakat.
Namun, tak sedikit keluhan selama ini diarahkan pada kualitas pelayanan
rumah sakit yang dinilai masih rendah. Ini terutama rumah sakit daerah
atau rumah sakit milik pemerintah. Penyebabnya sangat klasik, yaitu
masalah keterbatasan dana yang dimiliki oleh rumah sakit umum daerah
dan rumah sakit milik pemerintah, sehingga tidak bisa mengembangkan
mutu layanannya, baik karena peralatan medis yang terbatas maupun
kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang rendah.
REPORT THIS AD

Perkembangan pengelolaan rumah sakit, baik dari aspek manajemen


maupun operasional sangat dipengaruhi oleh berbagai tuntutan dari
lingkungan, yaitu antara lain bahwa rumah sakit dituntut untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, dan biaya pelayanan
kesehatan terkendali sehingga akan berujung pada kepuasan pasien. 
Tuntutan lainnya adalah pengendalian biaya. Pengendalian biaya
merupakan masalah yang kompleks karena dipengaruhi oleh berbagai
pihak yaitu mekanisme pasar, tindakan ekonomis, sumber daya manusia
yang dimiliki (profesionalitas) dan yang tidak kalah penting adalah
perkembangan teknologi dari rumah sakit itu sendiri. Rumah sakit
pemerintah yang terdapat di tingkat pusat dan daerah tidak lepas dari
pengaruh perkembangan tuntutan tersebut.
Dipandang dari segmentasi kelompok masyarakat, secara umum rumah
sakit pemerintah merupakan layanan jasa yang menyediakan untuk
kalangan menengah ke bawah, sedangkan rumah sakit swasta melayani
masyarakat kelas menengah ke atas. Biaya kesehatan cenderung terus
meningkat,dan rumah sakit dituntut untuk secara mandiri mengatasi
masalah tersebut. Peningkatan biaya kesehatan menyebabkan fenomena
tersendiri bagi rumah sakit pemerintahan karena rumah sakit pemerintah
memiliki segmen layanan kesehatan untuk kalangan menengah ke
bawah. Akibatnya rumah sakit pemerintah diharapkan menjadi rumah
sakit yang murah dan bermutu.
Standar Pelayanan dan Tarif  Layanan Rumah Sakit Pemerintah Daerah
yang telah menjadi BLU / BLUD menggunakan standar pelayanan
minimum yang ditetapkan oleh menteri/pimpinan lembaga /gubernur
/bupati /walikota sesuai dengan kewenangannya, harus
mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan dan kesetaraan
layanan, biaya serta kemudahan untuk mendapatkan layanan.
Rumah Sakit Sebagai BLU: Tinjauan Aspek Pelaporan Keuangan
Dan Pertanggungjawabannya
Paket undang-undang bidang keuangan negara merupakan paket
reformasi yang signifikan di bidang keuangan negara yang kita alami
sejak kemerdekaan. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, yang menekankan basis kinerja dalam penganggaran,
memberi landasan yang penting bagi orientasi baru tersebut di Indonesia.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
membuka koridor baru bagi penerapan basis kinerja dalam penganggaran
di lingkungan pemerintah. Instansi pemerintah yang tugas pokok dan
fungsinya memberi pelayanan kepada masyarakat dapat menerapkan
pola pengelolaan keuangan yang fleksibel dengan menonjolkan
produktivitas, efisiensi, dan efektivitas dalam segala aktivitasnya. Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD), diharapkan menjadi contoh konkrit yang
menonjol dari penerapan manajemen keuangan berbasis pada hasil
(kinerja). Peluang ini secara khusus menyediakan kesempatan bagi
satuan-satuan kerja pemerintah yang melaksanakan tugas operasional
pelayanan publik, untuk membedakannya dari fungsi pemerintah sebagai
regulator dan penentu kebijakan.
Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BLUD adalah
Satuan kerja Perangkat Daerah atau Unit Kerja pada Satuan Kerja
Perangkat Daerah di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk
memberikan pelayanan pada masyarakat berupa penyediaan barang
dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan
dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas. Organisasi BLU cenderung sebagai organisasi nirlaba
kepemerintahan Sesuai dengan PP No:23 tahun 2005 pasal 26
menyebutkan bahwa akuntansi dan laporan keuangan diselenggarakan
sesuai dengan
Standar Akuntansi keuangan (SAK) yang diterbitkan oleh asosiasi profesi
akuntansi Indonesia. Ketentuan ini mengakibatkan ketidakkonsistensian
yaitu bahwa organisasi BLU yang cenderung sebagai organisasi
kepemerintahan tetapi pelaporan akuntansi menggunakan PSAK (standar
akuntansi keuangan ), bukan menggunakan PSAP (Standar akuntansi
pemerintahan).
Standar akuntansi pemerintah disusun oleh komite standar akuntansi
pemerintah(KSAP). Standar ini digunakan untuk organisasi
kepemerintahan dan merupakan pedoman dalam penyususnan dan
penyajian laporan keuangan. SAP dinyatakan dalam PSAP. Organisasi
pemerintahan sebagai organisasi yang nirlaba semestinya menggunakan
SAP bukan SAK. Oleh karena itu jika rumah sakit pemerintah sebagai
badan layanan umum semestinya juga menggunakan SAP bukan SAK,
namun dalam PP disebutkan badan layanan umum sebagai institusi yang
nirlaba menggunakan SAK. Dalam hal ini SAK yang tepat adalah PSAK no
45 yaitu standar akuntansi keuangan untuk organisasi nirlaba.
1. Mengukur jasa atau manfaat entitas nirlaba,
2. Pertanggungjawaban manajemen entitas rumah sakit, (disajikan
dalam bentuk laporan aktivtias dan laporan arus kas)
3. Mengetahui kontinuitas pemberian jasa, (disajikan dalam bentuk
laporan posisi keuangan)
4. Mengetahui perubahan aktiva bersih, (disajikan dalam bentuk
laporan aktivitas)
Dengan demikian laporan keuangan rumah sakit pemerintahan akan
mencakup:
1. Laporan posisi keuangan (aktiva, utang dan aktiva bersih, tidak
disebut neraca). Klasifikasi aktiva dan kewajiban sesuai dengan
perusahaan pada umumnya. Sedangkan aktiva bersih
diklasifikasikan aktiva bersih tidak terikat, terikat kontemporer dan
terikat permanen. Yang dimaksud pembatasan permanen adalah
pembatasan penggunaan sumber daya yang ditetapkan oleh
penyumbang. Sedangkan pembatasan temporer adalah
pembatasan penggunaan sumber daya oleh penyumbang yang
menetapkan agar sumber daya tersebut dipertahankan sampai
pada periode tertentu atau sampai dengan terpenuhinya keadaan
terntentu
2. Laporan aktivitas, (yaitu penghasilan, beban dan kerugian dan
perubahan dalan aktiva bersih)
3. Laporan arus kas yang mencakup arus kas dari aktivtitas operasi,
aktivtais investasi dan aktivtias pendanaan
4. Catatan atas laporan keuangan, antara lain sifat dan jumlah
pembatasan permanen atau temporer. dan perubahan klasifikasi
aktiva bersih
REPORT THIS AD

Laporan keuangan rumah sakit diaudit oleh auditor independen Adapun


Laporan Keuangan rumah sakit pemerintah daerah sebagai BLU yang
disusun harus menyediakan informasi untuk:
1. Mengukur jasa atau manfaat bagi entitas yang bersangkutan;
2. Pertanggungjawaban manajemen rumah sakit (disajikan dalam bentuk
laporan aktivitas dan laporan arus kas);
3. Mengetahui kontinuitas pemberian jasa (disajikan dalam bentuk
laporan posisi keuangan);
4. Mengetahui perubahan aktiva bersih (disajikan dalam bentuk laporan
aktivitas).
Dalam hal konsolidasi laporan keuangan rumah sakit pemerintah daerah
dengan laporan keuangan kementerian negara/lembaga, maupun laporan
keuangan pemerintah daerah, maka rumah sakit pemerintah daerah
sebagai BLU/BLUD mengembangkan sub sistem akuntansi keuangan yang
menghasilkan Laporan Keuangan sesuai dengan SAP
Berdasarkan PMK No. 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi Dan
Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum dan sesuai pula dengan Pasal
27 PP No. 23 tahun 2005, maka rumah sakit pemerintah daerah dalam
rangka pertanggung jawaban atas pengelolaan keuangan dan kegiatan
pelayanannya, menyusun dan menyajikan : 1. Laporan Keuangan; dan 2.
Laporan Kinerja.Laporan Keuangan tersebut paling sedikit terdiri dari: 1.
Laporan Realisasi Anggaran dan atau Laporan Operasional; 2. Neraca; 3.
Laporan Arus Kas; dan 4. Catatan atas Laporan Keuangan.
Laporan Keuangan rumah sakit pemerintah daerah sebelum disampaikan
kepada entitas pelaporan direview oleh satuan pemeriksaan intern,
namun dalam hal tidak terdapat satuan pemeriksaan intern, review
dilakukan oleh aparat pengawasan intern kementerian negara/ lembaga.
Review ini dilaksanakan secara bersamaan dengan pelaksanaan anggaran
dan penyusunan Laporan Keuangan BLU. Sedangkan Laporan Keuangan
tahunan BLU diaudit oleh auditor eksternal.
BLU sebagai Instansi Satuan Kerja Perangkat Daerah Dipimpin oleh
Pejabat Pengguna Anggaran yang berwenang/bertugas :
1. Menyusun RKA
2. Menyusun DPA
3. Melaksanakan anggaran belanja satker
4. Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran
5. Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak
6. Mengelola utang dan piutang
7. Menggunakan barang milik Daerah
8. Mengawasi pelaksanaan anggaran
9. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan
REPORT THIS AD

Rumah Sakit Sebagai Blu: Tinjauan Dari Aspek Teknis Keuangan


Rumah sakit pemerintah dituntut untuk menjadi rumah sakit yang murah
dan bermutu. Dalam pengelolaannya rumah sakit pemerintah memiliki
peraturan pendukung yang terkait dengan pengelolaan keuangan yang
fleksibel. Berdasar PP no: 23 tahun 2005 tersebut rumah sakit pemerintah
telah mengalami perubahan sebagai badan layanan umum. Perubahan
kelembagaan ini berimbas pada pertanggungjawaban keuangan bukan
lagi kepada departemen kesehatan tetapi kepada departemen keuangan.
Sebagaimana telah diuraikan di atas dari aspek pelaporan keuangan yang
harus mengikuti standar akuntansi keuangan, maka dalam pengelolaan
teknis keuangan pun harus diselenggarakan dengan mengacu pada
prinsip-prinsip akuntanbilitas, transparansi dan efisiensi. Anggaran yang
disusun rumah sakit pemeritah juga harus disusun dengan berbasis
kinerja (sesuai dengan Kepmendagri no 29 tahun 2002). Berdasar prinsip-
prinsip tersebut, aspek teknis keuangan perlu didukung
adanya hubungan yang baik dan berkelanjutan antara rumah
sakit,dengan pemerintah dan dengan para stakeholder, khususnya dalam
penentuan biaya pelayana kesehatan yang mencakup unit cost, efisiensi
dan kualitas pelayanan. Yang perlu dipertimbangankan lagi adalah adalah
adanya audit atau pemeriksaan bukan saja dari pihak independen
terhadap pelaporan keuangan tetapi juga perlu audit klinik. Dengan
berubahnya kelembagaan sebagai BLU tentu saja aspek teknis sangat
berhubungan erat dengan basis kinerja
Sesuai dengan syarat-syarat BLU bahwa yang dimaksud dengan
persyaratan substantif, persyaratan teknis dan persyaratan admnistratif
adalah berkaitan dengan standar layanan, penentuan tarif layanan,
pengelolaan keuangan,tata kelola semuanya harus berbasis kinerja. Hal-
hal yang harus dipersiapkan bagi rumah sakit untuk menjadi BLU dalam
aspek teknis keuangan adalah:
1. Penentuan tarif harus berdasar unit cost dan mutu layanan. Dengan
demikian rumah sakit pemerintah harus mampu melakukan
penelusuran (cost tracing) terhadap penentuan segala macam tarif
yang ditetapkan dalam layanan. Selama ini aspek penentuan tarif
masih berbasis aggaran ataupun subsidi pemerintah sehingga
masih terdapat suatu cost culture yang tidak mendukung untuk
peningkatan kinerja atau mutu layanan. Penyusunan tarif rumah
sakit seharusnya berbasis pada unit cost, pasar (kesanggupan
konsumen untuk membayar dan strategi yang diipilih. Tarif tersebut
diharapkan dapat menutup semua biaya, diluar subsidi yang
diharapkan. Yang perlu diperhatikan adalah usulan tarif jangan
berbasis pada presentase tertentu namun berdasar pada kajian
yang dapat dipertanggungjawabkan. Secara umum tahapan
penentuan tarif harus melalui mekanisme usulan dari setiap divisi
dalam rumah sakit dan aspek pasar dan dilanjutkan kepada pemilik.
Pemilik rumah sakit pemerintah adalah pemerintah daerah dan
DPRD.
REPORT THIS AD

 
1. Penyusunan anggaran harus berbasis akuntansi biaya bukan hanya
berbasis subsidi dari pemerintah. Dengan demikian penyusunan
anggaran harus didasari dari indikator input, indikator proses dan
indikator output.
2. Menyusun laporan keuangan sesuai dengan PSAK 45 yang disusun
oleh organsisasi profesi akuntan dan siap diaudit oleh Kantor
Akuntan Independen bukan diaudit dari pemerintah.
3. Sistem remunerasi yang berbasis indikator dan bersifat evidance
based. Dalam penyusunan sistem remunerasi rumah sakit perlu
memiliki dasar pemikiran bahwatingkatan pemberian remunerasi
didasari pada tingkatan, yaitu tingkatan satu adalah basic
salary yang merupakan alat jaminan safety bagi karyawan. Basic
salary tidak dipengaruhi oleh pendapatan rumah sakit. Tingkatan
dua adalah incentives yaitu sebagai alat pemberian motivasi bagi
karyawan. Pemberian incentives ini sangat dipengaruhi oleh
pendapatan rumah sakit. Tingkatan yang ketiga adalah bonus
sebagai alat pemberian reward kepada karyawan.Pemberian bonus
ini sangat dipengaruhi oleh tingkat keuntungan rumah sakit.
Implementasi aspek teknis keuangan bagi rumah sakit ini akan
menjadi nilai plus dalam upayanya untuk peningkatan kualitas jasa
layanan dan praktik tata kelola yang transparan. Perhitungan dan
penelusuran terhadap unit cost memerlukan persyaratan sebagai
berikut:
1. Menuntut adanya dukungan dari para stakeholder,
2. Memiliki keinginan yang kuat dari rumah sakit untuk
berbenah, tanpa meninggalkan misi layanan sosial tetapi harus
tetap mengunggulkan rumah sakit sebagai alat bargaining
position,
3. Kesanggupan untuk mewujudkan desakan akuntabilitas dari
publik kepada rumah sakit, khususnya mengenai pola
penentuan tariff,
4. 4.  Dukungan dari seluruh tim ahli, baik ahli medis, komite
medis, sistem informasi rumah sakit, akuntansi dan costing.
Dengan implementasi perubahan kelembagaan menjadi badan layanan
umum, dalam aspek teknis keuangan diharapkan rumah sakit akan
memberi kepastian mutu dan kepastian biaya menuju pada pelayanan
kesehatan yang lebih baik.
Pendapatan dan belanja BLU tetap merupakan bagian APBD dengan aset
yang tidak dipisahkan. Namun lembaga ini tidak mengutamakan mencari
keuntungan semata, lebih memprioritaskan pelayanan masyarakat. Selain
itu, peran pemerintah daerah dalam pembiayaan juga tetap.
BLU di sini beroperasi sebagai unit kerja pemerintah daerah  bertujuan
memberikan layanan umum yang pengelolaannya berdasarkan
kewenangan yang didelegasikan oleh instansi induk bersangkutan. Sesuai
dengan asas yang diamanatkan, BLU mengelola penyelenggaraan layanan
umum sejalan dengan praktek bisnis yang sehat.
REPORT THIS AD

Rumah Sakit Pemerintah Daerah yang  telah menjadi BLU/ BLUD


menggunakan standar pelayanan minimum yang ditetapkan oleh menteri/
pimpinan lembaga/ gubernur/ bupati/ walikota sesuai dengan
kewenangannya, harus mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan
dan kesetaraan layanan, biaya serta kemudahan untuk mendapatkan
layanan. Dalam hal rumah sakit pemerintah di daerah (RSUD) maka
standar pelayanan minimal ditetapkan oleh kepala daerah dengan
peraturan kepala daerah. Standar pelayanan minimal tersebut harus
memenuhi persyaratan, yaitu :
1. Fokus pada jenis pelayanan, dalam arti mengutamakan kegiatan
pelayanan yang menunjang terwujudnya tugas dan fungsi BLU/
BLUD;
2. Terukur, merupakan kegiatan yang pencapaiannya dapat dinilai
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan;
3. Dapat dicapai, merupakan kegiatan nyata yang dapat dihitung
tingkat pencapaiannya, rasional sesuai kemampuan dan tingkat
pemanfaatannya;
4. Relevan dan dapat diandalkan, merupakan kegiatan yang sejalan,
berkaitan dan dapat dipercaya untuk menunjang tugas dan fungsi
BLU/ BLUD; dan
5. Tepat waktu, merupakan kesesuaian jadwal dan kegiatan pelayanan
yang telah ditetapkan.
Rumah Sakit Pemerintah Daerah yang telah menjadi BLU/ BLUD dapat
memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas barang/ jasa
layanan yang diberikan. Imbalan atas barang/ jasa layanan yang diberikan
tersebut ditetapkan dalam bentuk tarif yang disusun atas dasar
perhitungan biaya per unit layanan atau hasil per investasi dana.
Tarif layanan diusulkan oleh rumah sakit kepada menteri keuangan/
menteri kesehatan/ kepala SKPD sesuai dengan kewenangannya, dan
kemudian ditetapkan oleh menteri keuangan/ kepala daerah dengan
peraturan menteri keuangan/ peraturan kepala daerah. Tarif layanan yang
diusulkan dan ditetapkan tersebut harus mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut:
1. Kontinuitas dan pengembangan layanan;
2. Daya beli masyarakat;
3. Asas keadilan dan kepatutan; dan
4. Kompetisi yang sehat.
Pembiayaan Rumah Sakit BLU
Rumah sakit BLU memperoleh dana APBN untuk biaya operasional dan
belanja modal. Biaya operasional biasanya digunakan untuk biaya gaji
pegawai dan biaya pemeliharaan aktiva tetap. Sedangkan belanja modal
adalah pengeluaran untuk pembelian tanah dan pembangunan gedung,
yang dikapitalisasi di Neraca dan dicatat sebagai penambahan Aktiva
Tetap. Pada saat pembuatan RBA, BLU mengajukan rencana bisnis dan
anggaran ke departemen induk untuk mendapat persetujuan.
Departemen induk akan memasukkan anggaran yang diminta dalam
Rencana Kerja dan Anggaran (selanjutnya disebut RKA) departemen yang
bersangkutan. RBA BLU dikonsolidasikan dengan RKA dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari RKA Kementerian/Lembaga.
Pendapatan dan Belanja BLU dalam RKA tahunan dikonsolidasikan dalam
RKA Kementerian/Lembaga.
REPORT THIS AD

Surplus Anggaran BLU dapat digunakan dalam tahun anggaran


berikutnya, kecuali atas perintah KDH, disetorkan sebagian atau
seluruhnya ke Kas Umum Daerah, dengan mempertimbangakan posisi
Likuiditas BLU. Defisit Anggaran BLU dapat diajukan pembiayaan dalam
tahun anggaran berikutnya kepada PPKD. PPKD dapat mengajukan
anggaran untuk menutupi difisit pelaksanaan anggaran BLU dalam APBD
tahun anggaran berikutnya
Penerimaan Lembaga Dimasukkan dalam Anggaran Pemerintah
Pusat atau Daerah
Pendapatan BLU, baik penghasilan operasional maupun non-operasional,
sumbangan pihak ketiga atau hibah, merupakan Penerimaan Negara
Bukan Pajak (selanjutnya disebut PNBP). Pendapatan BLU seperti
diuraikan di atas telah dikonsolidasikan dalam RKA departemen atau
lembaga yang membawahinya, yang kemudian akan digabungkan dalam
APBN Pemerintah dan disahkan oleh DPR. Laporan keuangan unit-unit
usaha yang diselenggarakan oleh BLU dikonsolidasikan dalam laporan
keuangan. Laporan unit-unit usaha ini dapat dimasukkan dalam
pendapatan operasional maupun non-operasional, misalnya pendapatan
dari kerjasama operasi dengan pihak ketiga, pendapatan pengelolaan dan
sewa kantin untuk pegawai atau untuk umum.
Laporan keuangan BLU disampaikan kepada kementerian/ lembaga. RKA
dan Laporan Keuangan BLU merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari RKA dan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga.
pendapatan dan Belanja BLU dalam RKA tahunan dikonsolidasikan dalam
RKA Kementerian Negara/Lembaga. Laporan keuangan BLU dilampirkan
pada laporan keuangan kementerian negara/lembaga Laporan keuangan
BLU digabungkan dengan Laporan Keuangan kementerian
negara/lembaga sesuai SAP.
 
Keuntungan BLU Bagi Rumah Sakit
Keuntungan BLU bagi rumah sakit yaitu :
1. Tata kelola keuangan RS lebih baik dan transparan karena
menggunakan pelaporan standar akutansi keuangan yang memberi
informasi tentang laporan aktivitas, laporan posisi keuangan,
laporan arus kas dan catatan laporan keuangan.
2. RS masih mendapat subsidi dari pemerintah seperti biaya gaji
pegawai, biaya operasional, dan biaya investasi atau modal.
3. pendapatan RS dapat digunakan langsung tidak disetor ke kantor
kas Negara, hanya dilaporkan saja ke Departemen Keuangan.
4. RS dapat mengembangkan pelayanannya karena tersedianya dana
untuk kegiatan operasional  RS.
5. Membantu RS meningkatkan kualitas SDM nya dengan perekrutan
yang sesuai kebutuhan dan kompetensi.
6. Adanya insentif dan honor yang bisa diberikan kepada karyawan
oleh pimpinan RS.
 DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012.RumahSakitSebagaiBLU.http://www.banjarnegarakab.go.id/v
2/index.php/berita/pengumuman/761-rsud-banjarnegara-terapkan-ppk-
blud. Diakses 26 mei 2012
Aristia.2008. AnalisiskinerjakeuanganBluRsupFatmawatiDan perlakuan
perpajakannya. Fakultas ekonomi:universitas indonesia
Hendrawan,ronny.2011.Analisis penerapan psak no. 45 tentang Pelaporan
keuangan organisasi nirlaba Pada rumah sakit berstatus Badan layanan
umum.Fakultas Ekonomi:Universitas Diponogoro
Norpatiwi.vianey.2010. Aspek value added rumah sakit sebagai badan
layanan umum
Tinarbuka,arya.2011.BLURS.http://tinarbukaaw.studentsblog.undip.ac.id/2
011/07/badan-layanan-umum-blu-rumah-sakit/. Diakses 26 mei 2012
Zahendra.2010.MenjadiBLURumahSakitLebihMandiri.http://www.medanbis
nisdaily.com/news/read/2010/12/14/11036/menjadi_blu_rumah_sakit_lebih
_mandiri/#.T8AMPHo7ee0.Diakses 26 Mei 2012
Advertisements

Anda mungkin juga menyukai