Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terdapat indikator yang dapat digunakan dalam menilai derajat kesehatan

masyarakat pada umumnya tercermin dalam kondisi angka kematian, angka

kesakitan, dan status gizi. Derajat kesehatan masyarakat salah satunya

digambarkan melalui Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu

(AKI).

Program yang sekarang digunakan untuk acuan dalam menilai derajat

kesehatan suatu negara yaitu program Suistainable Development Goals (SDGs).

SDGs merupakan kelanjutan dari program Millenium Development Goals MDGs

yang berakhir ditahun 2015. Dokumen SDGs disahkan pada KTT Pembangunan

berkelanjutan PBB yang berlangsung di New York tanggal 25 sampai 27

September 2015. Dalam KTT tersebut ditetapkan bahwa SDGs akan mulai

diberlakukan tahun 2015 sampai tahun 2030. SDGs tidak hanya berlaku untuk

negara berkembang, tetapi juga untuk negara – negara maju. Indikator

keberhasilan SDGs di terjemahkan dalam enam point, yaitu : peningkatan ASI

eksklusif, makanan pada ibu hamil serta anak, menekan jumlah balita pendek, ibu

hamil penderita anemia, kurang energi dan balita kurus (Kemenkes, 2015).

SDGs memiliki 17 indikator tujuan utama pembangunan, 169 target dan

304 indikator. Kegiatan ini diikuti oleh 193 negara PBB termasuk Indonesia.

SDGs ini dilaksanakan karena melihat perkembangan hasil pembangunan yang

1
2

masih belum sesuai dengan target MDGs yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu

menjadi 102/100.000 kelahiran hidup, kenyataannya Angka Kematian Ibu (AKI)

meningkat dari 228/100.000 kelahiran hidup di tahun 2012 meningkat menjadi

395/100.000 kelahiran hidup di tahun 2015.

Diperkirakan setiap tahunya terjadi 500.000 kematian maternal, 99%

diantaranya terjadi dinegara sedang berkembang termasuk Indonesia. Negara

maju hanya terjadi 5-30 kematian maternal setiap 100.000 kelahiran hidup,

sedangkan dinegara berkembang angkanya berkisar antara 50 -800 atau lebih.

Wanita dinegara berkembang mempunyai risiko 100 atau 200 kali lebi besar

untuk meninggal pada waktu hamil atau melahirkan dibanding wanita di negara

maju. Angka ini tidak sepenuhnya menggambarkan besarnya risiko yang dihadapi

wanita dinegara sedang berkembang, misalkan Asia dan Afrika rata – rata

menpunyai 4-6 anak dibandingkan dengan Eropa yang hanya rata – rata

mempunyai 2 anak. Maka dari itu risiko seumur hidup seorang wanita di negara

berkembangmuntuk meninggal pada waktu hamil atau meninggal akibat penyakit

yang ada hubungannya dengan kehamilan dapat berkisar antara 1 : 50 sampai 1 :

14 dan ini sangat menyolok perbedaannya dengan di negara maju yang hanya satu

dalam beberapa ribu. (Mohammad Hakimi, 2010)

Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2013 Angka

Kematian Ibu (AKI) di dunia 210 per 100.000 kelahiran hidup, AKI di negara

berkembang 230 per 100.000 kelahiran hidup dan AKI di negara maju 16 per

100.000 kelahiran hidup. AKI di Asia Timur 33 per 100.000 kelahiran hidup,
3

Asia Selatan 190 per 100.000 kelahiran hidup, Asia Tenggara 140 per 100.000

kelahiran hidup dan Asia Barat 74 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2014).

Berdasarkan laporan WHO tahun 2013, kematian ibu didunia disebabkan

pre-eklampsi 28%, perdaraan 27%, eklampsi 14%, aborsi tidak aman 8%, infeksi

11%, penyulit persalinan 9%, dan emboli 14%. Indonesia kasus obstetric

terbanyak (56,06%) disebabkan oleh penyulit kehamilan, persalinan dan masa

nifas lainnya, diikuti dengan kehamilan yang berakhir abortus (26%) dan

penyebab kematian terbesar adalah pre-eklampsi dan eklampsi dengan case

fatality rate (CFR) 2,35% proporsi kasusnya 49% dari keseluruan kasus obstetric.

Angka Kematian Bayi (AKB) menurut WHO, pada tahun 2013 AKB di

dunia 34 per 1.000 kelahiran hidup, AKB di negara berkembang 37 per 1.000

kelahiran hidup dan AKB di negara maju 5 per 1.000 kelahiran hidup. AKB di

Asia Timur 11 per 1.000 kelahiran hidup, Asia Selatan 43 per 1.000 kelahiran

hidup, Asia Tenggara 24 per 1.000 kelahiran hidup dan Asia Barat 21 per 1.000

kelahiran hidup (WHO, 2014).

AKI di Indonesia masih tinggi bila dibandingkan dengan negara lain di

Asia, yaitu sebesar 359 per 100.000 kelairan hidup. Kondisi ini meningkat sekitar

57% bila dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2007, yang hanya sebesar 228

per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2012 Angka Kematian Bayi (AKB) di

Indonesia yaitu 32 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI,2012)

Jumlah kasus kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2015

sebanyak 619 kasus, mengalami penurunan cukup signifikan dibandingkan


4

jumlah kasus kematian ibu tahun 2014 yang mencapai 711 kasus. Dengan

demikian Angka kematian ibu Provinsi Jawa Tengah juga mengalami penurunan

dari 126,55 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2014 menjadi 111,16 per

100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015, sedangkan angka Kematian Bayi di

Provinsi Jawa Tengah tahun 2015 sebesar 10 per 1.000 kelahiran hidup. Terjadi

penurunan tetapi tidak signifikan dibandingkan AKB tahun 2014 yaitu 10,08 per

1.000 kelahiran hidup. (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015)

AKI Kabupaten Banyumas pada tahun 2015 sebesar 29 per 100.000

kelahiran hidup dan komulatif pada bulan September 2016 sebesar 20 per 100.000

kelahiran hidup, sedangkan untuk AKB pada tahun 2015 sebesar 243 per 1.000

kelahiran hidup dan tercatat sampai bulan September 2016 AKB sebesar 193 per

1.000 kelahiran hidup. Diarapkan dari data bulan September AKI dan AKB tetep

dan tidak mengalami peningkatan. (DKK Banyumas, 2016)

Data komulatif bulan Oktober 2016 Pemantauan Wilayah Setempat

Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA) di Puskesmas Purwokerto Barat

menunjukkan bahwa jumlah kehamilan yang ada sebesar 823 dengan kehamilan

resti 20% dan 80% keamilan normal, persalinan normal sejumlah 83,72% dan

persalinan dengan komplikasi sebesar 16,28%, jumlah bayi baru lahir sebesar

689. Kasus kematian ibu di wilayah kerja Puskesmas Purwokerto Barat yaitu 2

kasus dengan sebab infeksi dan gangguan sistem peredaran darah, kemudian

untuk jumlah bayi lahir mati yaitu 1 kasus.


5

Menurut penelitian tahun 2009-2011 faktor – faktor yang mempengarui

kematian ibu di Kabupaten Banyumas antara lain, riwayat penyakit yang diderita

ibu selama hamil, antenatal care, dan rujukan obstetri.

Kematian ibu biasanya terjadi karena tidak mempunyai akses ke pelayanan

kesehatan ibu yang berkualitas, terutama pelayanan kegawatdaruratantepat waktu

yang dilatarbelakangi oleh terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil

keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, serta terlambat mendapatkan

pelayanan di fasilitas kesehatan. Selain itu penyebab kematian maternal juga tidak

terlepas dari kondisi ibu itu sendiri dan merupakan salah satu dari kriteria 4

“terlalu”, yaitu terlalu tua pada saat melahirkan (>35 tahun), terlalu muda pada

saat melahirkan (<20 tahun), terlalu banyak anak (>4 anak), terlalu rapat jarak

kelahiran/paritas (<2 tahun). (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun

2015)

Salah satu upaya yang dapat menurunkan angka kematian ibu adalah

melaksankan asuhan kebidanan yang berkualitas bagi ibu oleh tenaga kesehatan

secara komprehensif. Asuhan kebidanan komprehensif ialah suatu pemeriksaan

yang dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan leboratorium

sederhana dan konseling dengan tujuan untuk mengoptimalkan kesehatan mental

dan fisik ibu hamil, asuhan persalinan yaitu melakukan observasi pada ibu

bersalin pada kala I, kala II, kala III, dan kala IV, asuhan masa nifas

(Prawirohardjo, 2012).
6

Kehamilan adalah suatu mata rantai yang berkesinambungan yang terdiri

dari ovulasi (pematangan sel) lalu pertemuan ovum (sel telur) dan spermatozoa

(sperma) terjadilah pembuahan dan pertumbuhan.zigot kemudian bernidasi

(penanaman) pada uterus dan pembentukan plasenta dan tahap akhir adalah

tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba dkk, 2012). Peran bidan

dalam masa kehamilan yaitu mmelakukan pengawasan antenatal atau yang sering

disebut dengan pemeriksaan kehamilan ditujukan untuk menyiapkan baik fisik

maupun mental ibu dalam masa kehamilan dan kelahiran serta menemukan

kelainan dalam waktu dini sehingga dapat diobati secepatnya. Pemeriksaan

kehamilan yang dilakukan secara teratur dapat menurunkan angka kecacatan dan

kematian baik ibu maupun janin.(Mangkuji, dkk. 2012)

Persalinan normal menurut WHO (2010) adalah persalinan yang dimulai

secara spontan, berisiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama

proses persalinan, bayi lahir secara spontan dalam presentasi belakang kepala

pada usia keamilan 37-42 minggu lengkap dan setelah persalinan ibu maupun

bayi berada dalam kondisi sehat. Peran bidan pada masa persalinan yaitu

melakukan pemantauan pada kala I yaitu dengan observasi keadaan ibu dan janin,

kemajuan persalinan, melakukan pemeriksaan dalam dan mendokomentasikan

dengan lembar patograf. Melakukan pertolongan persalinan sesuai dengan

Asuhan Persalinan Normal (APN) pada kala II. Melakukan Manajemen Aktif kala

III serta melakukan observasi kala IV setiap 15 menit satu jam pertama setelah
7

persalinan dan setiap 30 menit pada satu jam kedua dengan prinsip Asuhan

Sayang Ibu.

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakir

ketika alat – alat kandungan seperti keadaan sebelum hamil, berlangsung selama

kira – kira 6 minggu (Saleha, 2009). Peran dan tanggungjawab bidan dalam masa

nifas adalah memberi perawatan dan dukungan sesuai kebutuan ibu, yaitu melalui

kemitraan (partnership) kepada ibu, yaitu dengan pemantauan proses involusi

uteri dan lochea, kelancaran ASI, kondisi ibu dan bayi.

Bayi baru lair normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37

minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram ( Dep.

Kes RI, 2005 ). Peran bidan pada bayi baru lahir yaitu pemantauan keadaan

umum bayidan keadaan fisik bayi,

Asuhan kebidanan pada Ny. T ini diharapkan dapat memberikan informasi

bagi ibu tentang kondisinya. Diharapkan dengan asuhan ini dapat mengatasi

masalah-masalah yang mungkin dialami oleh ibu sehingga ibu dapat melalui

kehamilan persalinan dan nifas dengan aman dan nyaman.

B. Perumusan Masalah

Tingginya AKI Kabupaten Banyumas pada tahun 2015 sebesar 29 per

100.000 kelahiran hidup dan AKB pada tahun 2015 sebesar 243 per 1.000

kelahiran hidup. Dari data tersebut dapat menjadi acuan untuk tenaga

kesehatan untuk lebih menekan AKI dan AKB di Kabupaten Banyumas.

Peran bidan dalam menekan AKI dan AKB yaitu dengan cara memberikan
8

pelayanan kebidanan yang berkualitas baik dengan cara memberikan asuhan

kebidanan secara komprehensif mulai dari kehamilan, persalinan nifas dan

bayi baru lahir.

Berdasarkan pemaparan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan pelaksanaan Asuhan Kebidanan pada Ibu dan Bayi Ny. T di

BPMJ Parwati Wilayah Kerja Puskesmas Purwokerto Barat Kabupaten

Banyumas, dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan menurut

Hellen Varney.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Diharapkan mahasiswi dapat menganalisis Manajemen Asuhan Kebidanan

secara komprehensif kepada ibu dan bayi Ny. T di BPM Parwati Wilayah

Kerja Puskesmas Purwokerto Barat Kabupaten Banyumas menggunakan 7

langka Verney

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian data pada ibu hamil, bersalin, nifas secara

komprehensif pada ibu dan bayi Ny . T.

b. Membuat interpretasi yang meliputi diagnosa kebidanan dan masalah

pada ibu dan bayi Ny . T.

c. Mengidentifikasi diagnosa potensial yang dapat terjadi pada ibu dan

bayi Ny . T.
9

d. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi dan

kolaborasi secara komprehensif pada ibu dan bayi Ny . T.

e. Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh secara komprehensif pada

ibu dan bayi Ny . T.

f. Mengimplementasikan hasil asuhan secara komprehensif pada ibu dan

bayi Ny . T.

g. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah di berikan secara

komprehensif pada ibu dan bayi Ny . T.

D. Manfaat

a. Bagi institusi pendidikan

Menambah wacana kepustakaan dalam mengukur sejauh mana

mahasiswa melakukan Asuhan Komprehensif sejak kehamilan,

persalinan, nifas, dan bayi baru lahir di lahan praktik dengan

pendekatan manajemen Varney.

b. Bagi penulis

Menambah ilmu pengetahuan, wawasan, pengalaman dan dapat

mempraktekan teori yang didapat secara langsung di lapangan dalam

memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan

bayi baru lahir.

c. Bagi lahan praktik


10

Dapat dijadikan sebagai acuan untuk dapat mempertahankan mutu

pelayanan terutama dalam memberikan asuhan pelayanan kebidanan

secara komprehensif.

d. Bagi klien

Klien mendapatkan asuhan kebidanan komprehensif yang sesuai

dengan tandar pelayanan kebidanan.


11

E. Keaslian Penulisan

Table 1.1 Keaslian Penulisan


12

No. Nama dan Judul penelitian Jenis Tujuan penelitian Hasil penelitian

tahun penelitian

penelitian

1. Ruci Asuhan Kebidanan Studi Mampu Asuhan yang diberikan sud

(2015) Komprehensif Pada Kasus melaksanakan sesuai dengan manajeme


Nyonya R Umur 23 asuhan kebidanan
Varney
Tahun Di Bidan pada ibu hamil

Praktek Mandiri Puji dengan anemia


Lestari Desa sesuai manajemen
Plumbon Kec. kebidanan Hellen
Karangsambung Varney
Kab. Kebumen

2. Yulianti Asuhan Kebidanan Stadi Mampu

(2016) komprehensif pada kasus menganalisis


Ny. M di Puskesmas Manajemen
1 Sumbang
Asuhan

Kebidanan secara

komprehensif

sesuai

manajemen
13

kebidanan Hellen

Varney

3. Satriani Asuhan Kebidanan Stadi Mampu

(2016) komprehensif pada kasus menganalisis


Ny. T di Puskesmas 1 Manajemen
Sumbang
Asuhan

Kebidanan secara

komprehensif

sesuai

manajemen

kebidanan Hellen

Varney

Anda mungkin juga menyukai