Anda di halaman 1dari 15

꧁༒☬ℙ𝔼ℕ𝕀ℕ𝔾𝕂𝔸𝕋𝔸ℕ 𝔻𝔼ℝ𝔸𝕁𝔸𝕋

𝕂𝕀𝔸 𝔻𝔸𝕃𝔸𝕄 𝕊𝕂𝔸𝕃𝔸 𝔾𝕃𝕆𝔹𝔸𝕃☬༒꧂

╰•★★ 𝓚𝓔𝓛𝓞𝓜𝓟𝓞𝓚 16
𝓜𝓪𝓻𝓬𝓮𝓵𝓵𝔂 𝓜𝓮𝓷𝓪𝔂𝓪 (221000176)
𝓓𝓲𝓼𝔂 𝓤𝓵𝓲𝓷𝓪 (221000190)
𝓗𝓪𝓻𝓽𝓪𝓽𝔂 𝓗𝓾𝓽𝓪𝓼𝓸𝓲𝓽 (221000191) 𝓐𝓵𝓲𝓬𝓮
𝓐𝓷𝓰𝓮𝓵𝓵𝓲𝓬𝓪 (221000205) 𝓐𝓷𝓷𝓲𝓼𝓪
𝓕𝓪𝓭𝓲𝓵𝓵𝓪𝓱 (221000212)
ⒹⒺⒻⒺⓃⒾⓈⒾ ⓅⒺⓇⓂⒶⓈⒶⓁⒶⒽⒶⓃ ⓀⒾⒶ

• Menurut WHO (2019) Angka Kematian Ibu (maternal mortality rate)


merupakan jumlah kematian ibu akibat dari proses kehamilan,
persalinan, dan pasca persalinan yang dijadikan indikator derajat
kesehatan perempuan. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan
salah satu target global Sustainable Development Goals (SDGs)
dalam menurunkan angka kematian ibu (AKI) menjadi 70 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030. Menurut WHO (2019)
Angka Kematian Ibu (AKI) didunia yaitu sebanyak 303.000 jiwa.
Angka Kematian Ibu (AKI) di ASEAN yaitu sebesar 235 per
100.000 kelahiran hidup (ASEAN Secretariat, 2020).
𝓚𝓔𝓜𝓐𝓣𝓘𝓐𝓝 𝓘𝓑𝓤
Kematian ibu merupakan kematian ibu selama kehamilan, melahirkan, atau dalam 42 hari setelah
melahirkan. Kecenderungan jumlah kematian global dengan terjadinya HIV epidemi di awal 1990-
an, terdapat perlambatan dalam penurunan kematian ibu global, dengan tingkat penurunan dari
1,8% antara tahun 1980 dan 1990 dan 1,4% dari tahun 1990 sampai 2008.
Diperkirakan ada 342.900 (interval 302.100-394.300) kematian ibu di seluruh dunia pada tahun
2008, turun dari 526.300 (446.400-629.600) pada tahun 1980. Rasio kematian ibu global yang
menurun dari 422 (358-505) pada 1980-320 (272-388) pada tahun 1990, dan 251 (221-289) per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2008. Tingkat tahunan penurunan rasio kematian ibu dunia
sejak tahun 1990 adalah 1,3% (1,0 -1,5). Selama 1990-2008, tingkat penurunan tahunan rasio
kematian ibu bervariasi antara negara, dari 8,8% (8,7 -14.1) di Maladewa peningkatan dari 5,5%
(5,2 -5 · 6) di Zimbabwe. Lebih dari 50% dari semua ibu kematian berada di hanya enam negara
pada tahun 2008 (India, Nigeria, Pakistan, Afghanistan, Ethiopia, dan Demokrat Republik Kongo).
𝓕𝓐𝓚𝓣𝓞𝓡 𝓟𝓔𝓝𝓨𝓔𝓑𝓐𝓑 𝓚𝓔𝓜𝓐𝓣𝓘𝓐𝓝 𝓘𝓑𝓤

Determinan dekat yang berhubungan langsung dengan kematian ibu merupakan gangguan
obstetrik seperti pendarahan, preeklamsi/eklamsi, dan infeksi atau penyakit yang diderita ibu
sebelum atau selama kehamilan yang dapat memperburuk kondisi kehamilan seperti penyakit
jantung, malaria, tuberkulosis, ginjal, dan acquired immunodeficiency syndrome.Determinan dekat
secara langsung dipengaruhi oleh determinan antara yang berhubungan dengan faktor kesehatan,
seperti status kesehatan ibu, status reproduksi, akses terhadap pelayanan kesehatan, dan perilaku
penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan. Determinan jauh berhubungan dengan faktor demografi
dan sosiokultural. Kesadaran masyarakat yang rendah tentang kesehatan ibu hamil, pemberdayaan
perempuan yang tidak baik, latar belakang pendidikan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan
masyarakat dan politik, serta kebijakan secara tidak langsung diduga ikut berperan dalam
meningkatkan kematian ibu.
𝓚𝓔𝓜𝓐𝓣𝓘𝓐𝓝 𝓑𝓐𝓨𝓘
Angka kematian Bayi (AKB) adalah jumlah penduduk yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang
dinyatakandalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Angka kematian bayi merupakan indikator
yang penting untyk mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat, karena bayi yang baru
lahir sangat sensitif terhadap keadaan lingkungan tempat orang tua si bayi tinggal dan sangat erat kaitannya
dengan status sosial orang tua si bayi, yang kemudian hal ini dituangkan dalam rumusan Sustainable
Development Goals (SDGs) tujuan ketiga untuk mencapai target yang diharapkan yaitu salah satu indikatornya
menurunkan Angka Kematian Neonatal (AKN) setidaknya hingga 12 per 1000 kelahiran hidup pada tahun
2030. Berdasarkan data World Bank angka kematian bayi di dunia pada tahun 2019 mencapai angka 28,2 per
1000 kelahiran hidup (The World Bank, 2020). Menurut WHO mayoritas dari semua kematian neonatal (75%)
tersebut terjadi selama minggu pertama kehidupan, dan sekitar 1 juta bayi baru lahir meninggal dalam 24 jam
pertama. Termasuk didalamnya kelahiran premature, komplikasi terkait intrapartum (lahir dengan keadaan
asfiksia atau kegagalan bernafas), dan infeksi cacat lahir, hal ini yang menyebabkan sebagian besar kematian
pada neonatal pada tahun 2017 (WHO, 2020). Pada tahun 2015, sekitar 20 juta lebih bayi baru lahir,
diperkirakan 14,6% dari semua bayi yang lahir secara global pada tahun tersebut, menderita berat badan lahir
rendah (BBLR) (UNICEF, 2019). Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia (2019) menunjukkan penyebab
tertinggi kematian neonatal adalah bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu sebesar 7.150 (35,3%)
kasus dan diikuti oleh bayi baru lahir dengan asfiksia yaitu sebesar 5.464 (27,0%) kasus (Kemenkes RI, 2020).
𝕋𝕖𝕣𝕕𝕒𝕡𝕒𝕥 𝟛 𝕗𝕒𝕜𝕥𝕠𝕣 𝕡𝕖𝕟𝕪𝕖𝕓𝕒𝕓 𝕝𝕒𝕟𝕘𝕤𝕦𝕟𝕘 𝕜𝕖𝕞𝕒𝕥𝕚𝕒𝕟 𝕓𝕒𝕪𝕚
1) BBLR ( Berat Badan Lahir Rendah) Keadaan status gizi ibu yang kurang sebelum hamil maupun selama hamil,
akibat dari ketersediaan pangan di rumah tangga (RT) yang kurang untuk dikonsumsi dan akibat pengetahuan
gizi dan kesehatan yang masih sangat kurang dari seorang ibu merupakan factor-faktor utama yang
mempengaruhi terjadi Bayi lahir dengan berat badan rendah.
2) ASFIKSIA Bayi baru Lahir (BBL) tidak bernapas secara spontan dan teratur (Asfiksia) digategorikan sebagai bayi
dengan Asfiksia, sering dapat menyebabkan kematian bayi, terjadi karena beberapa keadaan pada ibu selama
hamil atau ketika hendak melahirkan. Keadaan ibu selama hamil diantaranya ibu menderita hipertensi,
mengalami post matur sesudah 42 minggu kehamilan, menderita penyakit infeksi misalnya malaria, sifilis, ISPA
dan lain-lain. Keadaan ketika hendak melahirkan diantaranya partus lama atau partus macet, demam selama
persalinan, pendarahan abnormal dan lain-lain. Keadaan bayi baru lahir juga sangat mempengaruhi terjadinya
Asfiksia misalnya baru lahir dengan premature (sebelum 37 minggu kehamilan), 46 persalinan yang sulit,
kelainan konginital, termasuk kedaan tali pusat yang tidak normal.
3) Penyakit infeksi berbasis lingkungan. Diare, Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA) merupakan beberapa penyakit
infeksi berbasis lingkungan yang prevalensi kesakitannya masih sangat tinggi, apabila menginfeksi bayi dan bayi
uang terinfeksi tidak ditangani dengan baik maka dapat mengakibatkan kematian. Penyebab penyakit infeksi
pada bayi ini adalah keadaan sarana air bersih yang masih sangat kurang, membuat hajat disembarnag tempat
dan keadaan rumah yang tidak memenuhi syarat.
• STATUS GIZI IBU
Status gizi kurang pada ibu hamil dapat disebabkan oleh masalah gizi yang dialaminya. Masalah gizi
yang sering dihadapi ibu hamil yaitu Kurang Energi Kronik (KEK) dan anemia gizi. KEK pada saat
hamil akan menghambat pertumbuhan janin sehingga menimbulkan risiko BBLR. Penelitian di
Madiun juga memaparkan bahwa ibu hamil yang mengalami Kurang Energi Kronik (KEK)
mempunyai risiko 8,24 kali lebih besar melahirkan bayi dengan BBLR. Masalah gizi dan kesehatan
pada ibu hamil dapat ditanggulangi dengan pemeriksaan kehamilan yang rutin sehingga
gangguan/kelainan pada ibu hamil dan bayi yang dikandung dapat segera ditangani oleh tenaga
kesehatan. Ibu yang memeriksa kehamilan kurang dari tiga kali memiliki risiko 1,24 kali melahirkan
bayi dengan BBLR. Masalah-masalah yang berkaitan dengan bayi BBLR mempunyai resiko
menghalangi tercapainya tujuan bahwa semua bayi tidak hanya lahir dan mampu hidup, tetapi
hendaknya tidak menderita gangguan fisik, intelektual atau emosional sebagai akibat antepartum,
intrapartum atau neonatal yang baik. Kematian perinatal yang tinggi disebablan oleh bayi BBLR yaitu
sebesar 65- 75%. Tumbuh kembang organ vital BBLR terhambat, menyebabkan bayi belum mampu
untuk hidup diluar kandungan sehingga sering mengalami kegagalan adaptasi yang dapat
menimbulkan morbiditas bahkan mortalitas yang tinggi
10 𝘕𝘦𝘨𝘢𝘳𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘛𝘪𝘯𝘨𝘬𝘢𝘵 𝘒𝘦𝘮𝘢𝘵𝘪𝘢𝘯
𝘉𝘢𝘺𝘪 𝘛𝘦𝘳𝘵𝘪𝘯𝘨𝘨𝘪 (2021)
𝓚𝓮𝓪𝓭𝓪𝓪𝓷 𝓚𝓮𝓶𝓪𝓽𝓲𝓪𝓷 𝓘𝓫𝓾 𝓭𝓪𝓷 𝓐𝓷𝓪𝓴 𝓼𝓮𝓬𝓪𝓻𝓪 𝓖𝓵𝓸𝓫𝓪𝓵 𝓪𝓴𝓲𝓫𝓪𝓽 𝓴𝓮𝓽𝓲𝓶𝓹𝓪𝓷𝓰𝓪𝓷

Data perkiraan baru juga menunjukkan terdapat ketimpangan tinggi di seluruh dunia dengan perempuan dan anak yang
berada di kawasan Afrika Sub-Sahara menghadapi risiko kematian yang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan
kawasan lain. Bagi perempuan di Afrika Sub-Sahara, angka kematian ibu adalah hampir 50 kali lebih tinggi dan bayi
10 kali lebih berisiko mengalami kematian dalam bulan pertama kehidupan dibandingkan penduduk di negara
berpendapatan tinggi. Pada tahun 2018, satu dari 13 anak Afrika Sub-Sahara mengalami kematian sebelum mencapai
usia lima tahun—yaitu 15 kali lebih tinggi daripada risiko yang dihadapi seorang anak di Eropa dengan angka
kematian anak bawah lima tahun sebesar 1 dari setiap 196 anak. Pada tahun 2018, satu dari 13 anak Afrika Sub-Sahara
mengalami kematian sebelum mencapai usia lima tahun—yaitu 15 kali lebih tinggi daripada risiko yang dihadapi
seorang anak di Eropa dengan angka kematian anak bawah lima tahun sebesar 1 dari setiap 196 anak. Setiap 1 dari 37
perempuan di Afrika Sub-Sahara menghadapi risiko sepanjang hidup terjadi kematian saat kehamilan atau kelahiran.
Jika dibandingkan, risiko sepanjang hidup yang sama yang dihadapi perempuan di Eropa adalah 1 dalam 6500 orang.
Kawasan Afrika Sub-Sahara dan Asia Selatan menyumbang sekitar 80% angka kematian ibu dan anak secara global.
Negara-negara yang menghadapi konflik atau krisis kemanusiaan seringkali memiliki sistem kesehatan yang lemah,
yang artinya perempuan dan anak tidak bisa mengakses layanan kesehatan penting yang bisa menyelamatkan nyawa
mereka.
𝖋𝖆𝖐𝖙𝖔𝖗 𝖞𝖆𝖓𝖌 𝖒𝖊𝖒𝖕𝖊𝖓𝖌𝖆𝖗𝖚𝖍𝖎 𝖕𝖊𝖓𝖎𝖓𝖌𝖐𝖆𝖙𝖆𝖓 𝖆𝖓𝖌𝖐𝖆 𝖐𝖊𝖒𝖆𝖙𝖎𝖆𝖓 𝖎𝖇𝖚 𝖉𝖆𝖓 𝖆𝖓𝖆𝖐 𝖘𝖊𝖈𝖆𝖗𝖆
𝖌𝖑𝖔𝖇𝖆𝖑
• 1. PENDIDIKAN
pendidikan hamil dan akan melahirkan. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang diperolehnya, maka kesadaran akan
pentingnya kesehatan sebelum dan setelah melahirkan akan meningkat. Kesadaran ini kemudian mengurangi risiko
kematian karena ia akan memeriksakan dirinya di rumah sakit dengan pelayanan dari ahli kesehatan.
• 2.EKONOMI
Kondisi ekonomi yang tidak memadai menjadi salah satu penyebab kematian ibu dan anak sebelum, selama dan
setelah persalinan. Keuangan yang tidak mencukupi membuat masyarakat memilih tidak memeriksakan kesehatannya
di rumah sakit, terutama ibu hamil hingga ibu yang telah melahirkan. Kondisi ini membuat banyak ibu yang meninggal
karena memiliki penyakit yang tidak diketahui.
• 3. ADAT
Adat khususnya berpengaruh terhadap peningkatan angka kematian ibu selama proses persalinan. Kematian ini
umumnya disebabkan adanya pendarahan yang tidak dapat diatasi. Sebagian besar masyarakat desa lebih memilih
melahirkan di rumah dengan bantuan dukun, dibandingkan ke rumah sakit untuk menerima bantuan persalinan dari
bidan. Beberapa suku tertentu juga memiliki kebiasaan menempatkan ibu yang sedang nifas pada tempat- tempat
khusus yang kurang higienis.
Beberapa masyarakat tradisional juga memberikan status sosial yang lebih rendah kepada wanita dibandingkan dengan laki-
laki. Kondisi ini membuat wanita sering mengalami malnutrisi sehingga meningkatkan angka kematian bayi
• 4.LINGKUNGAN
LingkunganTidak semua penyakit dan kematian dapat dihubungkan secara langsung maupun tidak langsung dengan
lingkungan tempat tinggal dan tempat kelahiran anak-anak. Namun penyakit dan kecatatan selalu disebabkan oleh agen-agen
lingkungan. Secara tidak langsung, lingkungan mempengaruhi mortalitas maupun morbiditas. Kematian janin dapat terjadi
sebelum usia kehamilan 18 pekan akibat terpapar radiasi. Sedangkan peningkatan mortalitas bayi disebabkan oleh suhu tubuh
yang lebih rendah dari batas normal akibat radiasi, konveksi, konduksi dan evaporasi lingkungan sekitarnya atau terjadinya
hipotermia dan hipertermia.Selama masa bayi baru lahir (2 pekan pertama), bayi masih sangat lemah untuk menyesuaikan
fisiologi dirinya secara radikal agar dapat bertahan hidup. Bayi baru lahir yang lemah akan gagal menyesuaikan diri dan
mengalami kematian. Mortalitas bayi baru lahir dapat diturunkan melalui transportasi dengan program STABLE setelah proses
resusitasi neonatus. Program ini telah dimulai sejak tahun 1996 M. Pada anak, risiko kematian dikurangi dengan melakukan
pemberian imunisasi yang meningkatkan ketahanan terhadap penyakit-penyakit mematikan.
• 5.FASILITAS
akses perempuan terhadap fasilitas pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas, terutama bagi perempuan miskin di
Daerah Tertinggal, Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK).
Penyediaan fasilitas PONEK, PONED, posyandu, dan unit transfusi darah belum merata dan belum seluruhnya terjangkau
oleh seluruh penduduk. Sistem rujukan dari rumah ke Puskesmas dan ke rumah sakit juga belum berjalan dengan optimal.
ⓊⓅⒶⓎⒶ ⓅⒺⓃⒾⓃⒼⓀⒶⓉⒶⓃ ⓀⒾⒶ
1. Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita
yang berkualitas yang cost effective dan berdasar bukti ilmiah. Dengan Keluaran :
•Keluaran pertama
Pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang berkualitas dan pelayanan pertolongan pertama
obstetri dan neonatus, baik di Polindes maupun di Puskesmas.
•Keluaran ke Dua:
Tersedianya pelayanan kehamilan, persalinan dan nifas oleh petugas kesehatan yang kompeten dan
terampil. Keluaran ke
•Keluaran ke Tiga :
Peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang telah disempurnakan guna mengatasi berbagai
hambatan yang membatasi kaum ibu, bayi dan balita memperoleh akses terhadap pelayanan
kesehatannya.
2. Membangun kemitraan yang efektif melalui kerjasama lintas program, lintas sektor dan mitra lainnya dalam
melakukan advokasi untuk memaksimalkan sumber daya yang tersedia serta memantapkan koordinasi perencanaan
kegiatan MPS dan Child Survival.
3. Mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga melalui kegiatan peningkatan pengetahuan menjamin perilaku yang
menunjang kesehatan ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita serta pemanfaatan pelayanan kesehatan yang tersedia.
4. Mendorong keterlibatan masyarakat dalam penyediaan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu, bayi baru lahir,
bayi dan anak balita.
5. Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan mutu yang baik serta jangkauan yang setinggi-
tingginya.
6. Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditujukan kepada peningkatan pertolongan oleh tenaga professional
secara berangsur.
7. Peningkatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, baik oleh tenaga kesehatan maupun di masyarakat oleh kader dan
dukun bayi serta penanganan dan pengamatannya secara terus menerus.
8. Peningkatan pelayanan neonatal (bayi berumur kurang dari 1bulan) dengan mutu yang baik dan jangkauan yang
setinggi tingginya
9. Pelayanan Ante Natal Care (ANC)
ANC dengan pelayanan 10T mencakup K1 dan K4 (kunjungan lengkap). KI adalah ibu hamil yang datang
pada trimester pertama kehamilan dan melakukan pemeriksaan 10T, K4 adalah ibu hamil yang mendapat
pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi pelayanan yang dianjurkan adalah
minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua, dan dua kali pada triwulam ketiga
umur kehamilan.

10. Imunisasi
Imunisasi diberikan pada ibu hamil dan bayi di puskesmas dan posyandu. Imunisasi untuk ibu hamil yang
diberikan yaitu imunisasi TT (tetanus toksoid), sedangkan untuk bayi terdapat 5 imunisasi dasar yaitu BCG,
HBV, DPT, Polio dan Campak.
𝕊𝕆𝕃𝕌𝕊𝕀 𝕋𝔼ℝℍ𝔸𝔻𝔸ℙ ℙ𝔼ℝ𝕄𝔸𝕊𝔸𝕃𝔸ℍ 𝕂𝕀𝔸
Pemerintah  meningkatkan akses ke layanan berkualitas bagi ibu, bayi baru lahir
dan anak-anak, terutama yang paling rentan.mendukung pemerintah dengan
memperkuat sistem kesehatan guna mencapai Cakupan Kesehatan Universal.
Dukungan ini termasuk memfasilitasi penyusunan kebijakan kesehatan berbasis
bukti yang dapat diandalkan dan komprehensif, perencanaan program dan
penganggaran Untuk mengatasi penyakit menular, upaya eliminasi malaria di
daerah endemis sedang dilakukan, bersama dengan meningkatkan layanan HIV
untuk pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak serta melakukan diagnosis dini
pada bayi. Di bidang penyakit tidak menularmendukung advokasi dan peningkatan
kesadaran tentang dampak buruk polusi udara terhadap kesehatan dan kesejahteraan
anak-anak.

Anda mungkin juga menyukai