Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Upaya bidan menurunkan AKI dan AKB di Indonesia yaitu dengan
cara meningkatkan kompetensi bidan di Indonesia. Dengan dilakukan Uji
kompetensi bidan adalah untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan
sikap tenaga kesehatan sesuai dengan standar profesi. Pada berbagai
tatanan pelayanan kesehatan, secara aman dan bertanggung jawab sesuai
dengan standar sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat.
Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan kepada masyarakat
haruslah kompeten, kurangnya pengetahuan dan keterampilan bidan dapat
menyebakan hal-hal yang sering kali menjadi penyebab angka kematian
ibu. Oleh karena itu, kompetensi yang dimiliki bidan mempunyai pengaruh
besar terhadap kualitas pelayanan kebidanan yang diberikan. (Kemenkes
RI, 2017)
Selain itu ada lima aspek dasar atau lima benang merah, yang
penting dan saling terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman.
Berbagai aspek tersebut melekat pada setiap persalinan, baik normal
maupun patologis. Lima benang merah tersebut adalah membuat keputusan
klinik, asuhan sayang ibu dan sayang bayi, pencegahan infeksi, pencatatan
atau rekam medik asuhan persalinan, rujukan (JPNK, 2008)
Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak
langsung. Kematian ibu langsung adalah sebagai akibat komplikasi
kehamilan, persalinan, dan nifas, dan segala intervensi atau penanganan
tidak tepat dari komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak langsung adalah
akibat dari penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu
kehamilan yang berpengaruh terhadap kehamilan, misalnya malaria,
anemia, HIV/AIDS, dan penyakit kardiovaskuler.(Kemenkes RI,2018)
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia termasuk sangat tinggi jika
dibandingkan dengan AKI di berbagai negara di kawasan Asia Tenggara.
Seperti di banyak negara lainnya, penyebab utama kematian ibu adalah

1
perdarahan. Perdarahan merupakan komplikasi persalinan yang dapat terjadi selama
kehamilan dan pasca persalinan.(Departement Kesehata RI,2017)
Menurut Word Health Organization, pelayanan kebidanan menjamin agar
setiap wanita hamil dan wanita yang menyusui bayi dapat memelihara kesehatannya
agar wanita hamil dan wanita yang menyusui bayinya dapat melahirkan dengan baik
dan dapat merawat bayinya dengan baik tanpa ada gangguan apapun. Pelayanan
kebidanan dinyatakan baik disuatu negara ataupun daerah dilihat dari kematian
maternal (maternal mortality). Adapun kematian maternal sendiri menurut WHO
yaitu kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya
kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang
dilakukan untuk mengakhiri kehamilan (Kementrian Kesehatan RI, 2016)
Menurut World Health Organization (WHO) dalam 20 tahun, jumlah
kematian ibu telah menurun pada tahun 1990-2010 yaitu dari 543.000 pada tahun
1990 menjadi 287.000 pada tahun 2010. Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia menjadi
210 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi di dunia mencapai
51 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2011 dan 35 per 1000 kelahiran hidup pada
tahun 2012 (WHO, 2012).
Menurut kementrian kesehatan RI jumlah kasus kematian bayi turun dari
33.278 di tahun 2015 menjadi 32.007 pada tahun 2016 dan tahun 2017 di semester I
sebanyak 10.294 kasus. Demikian pula dengan angka kematian ibu turun dari 4.999
tahun 2015 menjadi 4.912 ditahun 2016 dan ditahun 2017 semester I sebanyak 1712
(Kementrian Kesehatan RI, 2017).
Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012
Angka Kematian Ibu (AKI) Indonesia sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup,
sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup,
sedangkan Angka Kematian Neonatus (AKN) adalah sebesar 19 per 1000 kelahiran
hidup. Melengkapi hal tersebut, data laporan dari daerah yang diterima Kementrian
Kesehatan RI menunjukan bahwa jumlah ibu yang meninggal karena kehamilan dan
persalinan tahun 2013 adalah sebanyak 5019 orang. Sedangkan jumlah bayi yang
meninggal di Indonesia berdasarkan estimasi SDKI 2012 mencapai 160.681 anak
(Kementrian Kesehatan RI, 2014).
Indikator keberhasilan suatu Bangsa dapat di lihat dari Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Mortalitas dan mordibitas pada wanita
hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir adalah masalah besar di negara berkembang.
Di Indonesia angka kematian ibu dan bayi relatif masih tinggi. Sehingga diperlukan
peran bidan dalam mendeteksi, mengatasi dan melakukan pencegahan mulai dari ibu
hamil sampai bayi baru lahir. Dengan melihat masalah tersebut maka diperlukan
asuhan komprehensif yang bertujuan untuk mengurangi AKI dan AKB di Indonesia
(Kementrian Kesehatan RI, 2016).
Kematian ibu yang terjadi pada perempuan meliputi 4 Terlalu yaitu Terlalu
Muda untuk hamil, Terlalu Tua untuk hamil, jarak kehamilan yang Terlalu
Berdekatan, dan kehamilan yang Terlalu Sering. Serta 3 Terlambat yaitu Terlambat
memberi pertolongan pertama, Terlambat mencari pertolongan, Terlambat membawa
ketempat rujukan. Selain itu, terdapat beberapa kondisi lainnya seperti: Anemia pada
penduduk usia 15-24 tahun masih tinggi yaitu sebesar 18,4% (Riskesdas, 2013);
Perkawinan usia dini masih tinggi yaitu sebesar 46,7% (Riskesdas, 2010); Angka
kelahiran pada usia remaja juga masih tinggi yaitu sebesar 48 per 1000 perempuan
usia 15-19 tahun (SDKI, 2012);dan kebutuhan pelayanan KB yang tidak terpenuhi
atau unmet need masih relatif tinggi, yaitu sebesar 8,5% (SDKI, 2012).
Jumlah kasus kematian Bayi di Indonesia turun dari 33.278 di tahun 2015
menjadi 32.007 pada tahun 2016, dan di tahun 2017 sebanyak 10.294 kasus.
Demikian pula dengan angka kematian Ibu turun dari 4.999 tahun 2015 menjadi 4912
di tahun 2016 dan di tahun 2017 sebanyak 1712 kasus.
Di Jawa Barat Jumlah kematian bayi pada tahun 2017 sebanyak 3730 bayi
mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2016 sebanyak 4.124 bayi, sebanding
dengan penambahan jumlah penduduk di Jawa Barat pada tahun 2017 sebesar
46.646.710 jiwa dan secara ratio masih dibawah target dan AKB nasional. Ratio
kematian bayi tahun 2017 menunjukkan penurunan dibandingkan tahun 2016, yaitu
4,4/1000 KH, pada tahun 2017 yaitu 4,01/1000 KH, sehingga pencapaiannya
menunjukkan penurunan dibandingkan tahun 2016. Penyebab kematian neonatal pada
tahun 2017 diakibatkan oleh BBLR sejumlah 1298 bayi, asfiksia sejumlah 781 bayi,
sepsis sejumlah 127 bayi, pnemonia sejumlah 143 bayi, diare sejumlah 65 bayi,
kelainan saluran cerna sejumlah 26 bayi, kelainan saraf sejumlah 10 bayi dan lain-lain
sejumlah 445 bayi. Penyebab tidak langsung diakibatkan karena anemia ibu hamil
dalam kehamilan, infeksi, kualitass ANC yang tidak optimal, kepatuhan petugas yang
masih kurang, cakupan kunjungan layanan antenatal dan koordinasi lintas sector
( Dinas Kesehatan, 2017 )
AKI dan AKB di Indonesia dari tahun 2012 hingga tahun 2018 mengalami
penurunan namun belum signifikan. Seperti halnya di Kabupaten Bandung Barat AKI
dan AKB masih cukup tinggi walaupun sudah mengalami penurunan, Berdasarkan
data Dinas Kesehatan KBB pada tahun 2017 AKI berjumlah 31 kasus, sedangkan
AKB berjumlah 114 kasus. Angka kematian pada ibu dan bayi saat persalinan
tersebut sedikit menurun dibandingkan tahun 2015, di mana AKI terdapat 40 kasus
dan AKB terdapat 116 kasus. ( Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat, 2017 )
Asuhan Kebidanan Komprehensif merupakan asuhan kebidanan yang
diberikan secara menyeluruh dimulai dari ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir,
dan keluarga berencana. Dalam program pemerintah yaitu mengurangi kemungkinan
seseorang perempuan menjadi hamil dengan upaya keluarga berencana, mengurangi
kemungkinan seorang perempuan hamil mengalami komplikasi dalam kehamilan
persalinan atau masa nifas dengan melakukan asuhan antenatal dan persalinan dengan
prinsip bersih dan aman ,mengurangi kemungkinan komplikasi persalinan yang
berakhir dengan kematian atau kesakitan melalui pelayanan obstetric dan neonatal
esensial dasar dan komprehensif (Prawirohardjo, 2009; h. 56)
Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator untuk
melihat derajat kesehatan perempuan. Hal ini juga menjadi perhatian masyarakat
Internasional dengan merumuskan Rumusan SDGs yang terdiri atas 17 tujuan dan 169
target. Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) masuk dalam tujuan ketiga yakni
“Ensure healthy lives and promote well-being for all at all ages”, dan pada Target
pertama yaitu pada tahun 2030 penurunan AKI secara global adalah 70 kematian per
100,000 kelahiran hidup. Dalam tujuan ketiga juga dicanangkan bahwa pada tahun
2030 memastikan akses menyeluruh pada pelayanan kesehatan reproduksi dan
seksual, termasuk program keluarga berencana, informasi dan pendidikan serta
pengintegrasian kesehatan reproduksi dalam program dan strategi nasional setiap
negara.

Sedangkan kematian ibu disebabkan oleh berbagai aspek, baik aspek medis
dan pelayanan kesehatan yang diterima ibu(supply side), maupun aspek non-
kesehatan (demand side) yang mempengaruhi kondisi awal kesehatan ibu; seperti
kondisi sosial, ekonomi, budaya masyarakat termasuk kesetaraan gender, tingkat
pendidikan dari pasangan dan keluarga.
Kematian ibu bukan hanya merupakan persoalan emosional ditinggalkan oleh
satu anggota keluarga tetapi berdampak pada kondisi bayi yang dilahirkan apabila
lahir hidup, anak yang dilahirkan sebelumnya, keluarga, masyarakat dan bangsa.
Fakta menunjukkan bahwa sekitar 50% dari bayi yang ditinggalkan ibu tersebut akan
meninggal sebelum ulang tahun pertama. Anak yang ditinggalkan sebagian akan
mengalami gangguan tumbuh kembang akibat tidak mendapatkan perawatan,
pengasuhan dan pendidikan awal dari ibu. (Kementrian pemberdayaan dan
perlindungan anak Republik Indonesia, 2017)

)
Asuhan kehamilan merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan untuk
mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan disamping itu juga
untuk pertumbuhan dan kesehatan janin. Perawatan kehamilan yang perlu
diperhatikan yaitu perawatan diri (kulit, gigi, mulut, perawatan kuku) payudara,
imunisasi, senam hamil, pemeriksaan kehamilan serta gizi untuk perkembangan janin.
Perawatan kehamilan dipengaruhi oleh faktor pendukung dan faktor penguat seperti
pengetahuan yang diperoleh melalui pemahaman tentang perawatan kehamilan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi antara usia, pendidikan, kehamilan. Beberapa
faktor yang berpengaruh antara usia, pendidikan, pekerjaan, paritas, dukungan
keluarga, dan ekonomi (Gamelia, 2013;h.111).
Asuhan persalinan diberikan kepada klien saat persalinan dengan
memperhatikan prinsip asuhan sayang ibu dan sayang bayi yang merupakan bagian
dari persalinan yang bersih dan aman. Salah satu bentuk dari asuhan persalinan yaitu
menghadirkan keluarga atau orang terdekat pasien untuk memberikan dukungan bagi
ibu (Prawiroharjo,2009; h.336). Menurut Prawiroharjo (2009;h.360) bahwa asuhan
masa neonatus sangat diprioritaskan karena merupakan masa kritis dari kematian bayi
2/3 dari kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan, 60% kematian bayi
baru lahir terjadi dalam waktu tujuh hari setelah lahir. Dengan pemantauan yang
teratur pada waktu nifas dan bayinya dapat mencegah mortalitas dan morbiditas ibu
dan bayinya.
Asuhan masa nifas dibutuhkan dalam periode ini karena merupakan masa
kritis baik bagi ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60 % kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50 % kematian masa nifas terjadi dalam 24
jam pertama. Pengetahuan ibu nifas tentang perawatan luka perineum harus diajarkan
dan ditanamkan. Status gizi ibu nifas sangat berpengaruh terhadap proses
penyembuhan luka. Gizi ini berfungsi untuk membantu proses metabolism, pemulihan
dan pembentukan jaringan baru. Untuk meningkatkan pengetahuan ibu nifas bisa
didukung oleh ante natal care (ANC) yang baik. Keaktifan petugas kesehatan dalam
memberikan penyuluhan saat ANC dapat meningkatkan pengetahuan ibu nifas dalam
mendukung proses penyembuhan luka (Suryati, 2013; h. 26).
Dari uraian diatas penulis sangat tertarik untuk melakukan asuhan kebidanan
pada persalinan Ny. R usia 28 tahun G3P2A0 di Puskesmas Cicangkanggirang tahun
2022.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat disimpulkan masalah yaitu
“Bagaimana Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. R usia 30 tahun G3P2A0 di
Puskesmas Cicangkanggirang tahun 2022.
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pembuatan laporan ini adalah untuk mengetahui asuhan
kebidanan komprehensif pada Ny. R usia 30 tahun G3P2A0 di Puskesmas
Cicangkanggirang tahun 2022.
2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat melakukan pengumpulan data pada asuhan
kebidanan komprehensif pada Ny. R usia 30 tahun G3P2A0 di
Puskesmas Cicangkanggirang tahun 2022.
2. Mahasiswa dapat melakukan interpretasi data pada asuhan kebidanan
pada Ny. R usia 30 tahun G3P2A0 di Puskesmas Cicangkanggirang
tahun 2022.
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnose/masalah potensial pada
asuhan kebidanan pada Ny. R usia 30 tahun G3P2A0 di Puskesmas
Cicangkanggirang tahun 2022.
4. Mahasiswa dapat mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang
memerlukan penangan segera pada asuhan kebidanan pada Ny. R usia
30 tahun G3P2A0 di Puskesmas Cicangkanggirang tahun 2022.
5. Mahasiswa dapat merencanakan asuhan secara menyeluruh pada
asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. R usia 30 tahun G3P2A0 di
Puskesmas Cicangkanggirang tahun 2022.
6. Mahasiswa dapat melaksanakan perencanaan yang akan dilakukan
pada asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. R usia 30 tahun
G3P2A0 di Puskesmas Cicangkanggirang tahun 2022.
7. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi pada asuhan kebidanan
komprehensif pada Ny. R usia 30 tahun G3P2A0 di Puskesmas
Cicangkanggirang tahun 2022.
1.4 Manfaat Teoritis Dan Praktis
1. Manfaat Teoritis
Untuk mengetahui dan menambah wawasan dalam praktik kebidanan
khususnya pada asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. R usia 30 tahun G3P2A0
di Puskesmas Cicangkanggirang tahun 2022.
2. Manfaat Praktis
1. Bagi Ny.R
Untuk mendapatkan pelayanan kebidanan yang baik sesuai dengan harapan
pasien yang meliputi asuhan kebidanan pada kehamilan, persalinan,

2. Puskesmas Cicangkanggirang
Dapat digunakan sebagai acuan dalam peningkatan pelayanan asuhan
kebidanan komprehensif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persalinan
2.2.1. Pengertian
Persalinan adalah suatu proses yang dimulai dengan adanya kontraksi
uterus yang menyebabkan terjadinya dilatasi progresif dari serviks, kelahiran
bayi, dan kelahiran plasenta. (Rohani, dkk 2011)
Persalinan adalah suatu proses yang fisiologis, dimana terjadi
pengeluaran hasil kontrasepsi (janin dan plasenta) yang dapat hidup di luar
kandungan dimulai dengan adanya kontraksi uterus, penipisan dan pembukaan
serviks, kelahiran bayi dan plasenta melalui jalan lahir atau melalui jalan lain
(abdomen), dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri).
(Rohani, dkk 2011)
Tujuan asuhan persalinan adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan
mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai
upaya yang terintegrasi dan lengkap serta terintervensi minimal, sehinnga
prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang
normal.
2.2.2. Pembagian Persalinan
a. Menurut Luh Putu (2018) persalinan berdasarkan teknik diantaranya
sebagai berikut :
1) Persalinan spontan yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan
ibu sendiri, melalui jalan lahir ibu tersebut.
2) Persalinan buatan adalah bila persalinan dibantu dengan tenaga dari
luar misalnya ekstraksi forceps, atau dilakukan operasi section casaria.
3) Persalinan anjuran yaitu persalinan yang tidak dimulai dengan
sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban,
pemberian pitocin atau postaglandin.
b. Menurut Elisabeth dkk (2016) persalinan berdasarkan umur kehamilan
diantaranya sebagai berikut :
1) Abortus (keguguran) adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat
hidup (viable) berat janin dibawah 1000 gram dan usia kehamilan
dibawah 28 minggu.
2) Partus prematurus adalah persalinan dari hasil konsepsi pada
kehamilan 28-36 minggu, janin dapat hidup tetapi prematur, berat janin
antara 1000-2500 gram.
3) Partus maturus atau aterm (cukup bulan) adalah partus pada kehamilan
37-40 minggu, janin matur, berat badan di atas 2.500 gram.
4) Partus postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2 minggu
atau lebih dari waktu partus yang ditaksir, janin disebut post matur.
5) Partus presipaturus adalah partus yang berlangsung cepat, mungkin di
kamar mandi, di atas beca dan sebagainya.
6) Partus percobaan adalah suatu penilaian kemajuan persalinan untuk
memperoleh bukti tentang ada atau tidaknya disproporsi sefalopelvik.
2.2.3. Sebab-sebab Mulainya Persalinan
Menurut Rohani (2011) sebab-sebab mulainya persalinan adalah
sebagaiberikut:
a. Teori keregangan
1) Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
2) Setelah melewati batas tersebut, maka akan terjadi kontraksi sehingga
persalinan dapat dimulai. (Rohani, 2011)
b. Teori Penurunan Progesteron
1) Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, di
mana terjadi penimbinan jaringan ikat sehingga pembuluh darah
mengalami penyempitan dan buntu.
2) Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot rahim lebih
sensitif terhadap oksitosin.
3) Akibatnya, otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat
penurunan progesteron tertentu. (Rohani, 2011)
c. Teori Oksitosin Internatal
1) Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior.
2) Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah
sensitivitas otot rahim sehingga sering terjadi kontraksi Broxton Hicks.
3) Menurunkan konsentrasi progesteron akibat bertambahnya usia
kehamilan menyebabkan oksitosin meningkatkan aktivitas sehingga
persalinan dimulai. (Rohani, 2011)
d. Teori prostagladin
1) Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu
, yang dikeluarkan oleh desidua.
2) Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot
rahim sehingga hasil konsepsi dapat dikeluarkan.
3) Prostaglandin dianggap pemicu terjadinya persalinan. (Rohani, dkk
2011)
2.2.4. Tanda Persalinan
A. Tanda-tanda persalinan sudah dekat
a. Lightening
Pada minggu ke-36 pada primigravida terjadi penurunan fundus karena
kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan oleh:
1) Kontraksi brakton hicks
2) Ketegangan otot perut
3) Ketegangan ligamentum rotundum
4) Gaya berat janin kepala kearah bawah
b. Terjadinya his permulaan
Makin tua usia kehamilan, pengeluaran progesteron dan estrogen
semakin berkurang sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi,
yang lebih sering disebut his palsu. Sifat his palsu:
1) Rasa nyeri ringan dibagian bawah
2) Datangnya tidak teratur
3) Tidak ada perubahan serviks
4) Durasinya pendek
5) Tidak bertambah jika beraktivitas
B. Tanda-tanda persalinan
a. Terjadinya his persalinan
His persalinan mempunyai sifat:
1) Pinggang terasa sakit, yang menjalar kedepan
2) Sifatnya teratur, intervalnya makin pendek dan kekuatannya makin
besar
3) Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan uterus
4) Makin beraktivitas (jalan), kekuatan makin bertambah
5) Bloody show (pengeluaran lendir disertai darah melalui vagina)
Dengan his permulaan, terjadinya perubahan pada serviks yang
menimbulkan pendataran dan pembukaan, lendir yang terdapat
dikanalis servikalis lepas, kapiler pembuluh darah pecah, yang
menjadikan perdarahan sedikit.
b. Pengeluaran cairan
Terjadinya akibat pecahnya ketuban atau selaput ketuban robek.
Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap
tetapi kadang pecah pada pembukaan kecil. (Nurasiah, 2012)
2.2.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
Menurut Rohani dkk (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi proses
persalinan diantaranya sebagai berikut :
1. Passage (Jalan Lahir)
1) Adalah jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga
panggul, dasar panggul, serviks dan vagina.
2) Agar janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan,
maka jalan lahir tersebut harus normal.
3) Rongga-rongga panggul yang normal adalah : pintu atas panggul
hampir berbentuk bundar, sacrum lebar dan melengkung, promotorium
tidak menonjol ke depan, kedua spina ischiadica tidak menonjol
kedalam, sudut arcus pubis cukup luas (90-100), ukuran conjugate
vera (ukuran muka belakang pintu atas panggul yaitu dari bawah
simpisis ke promotorium) ialah 10-11 cm, ukuran diameter tranversa
(ukuran melintang pintu atas panggul) 12-14 cm, diameter oblique
(ukuran serong pintu atas panggul) 12-14 cm, pintu bawah panggul
ukuran muka melintang 10-10,5 cm.
4) Jalan lahir dianggap tidak normal. (Rohani, dkk 2011)
2. Power (Kekuatan)
1) Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari
his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu.
2) Power merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang dihasilkan
oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim.
3) His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan.
4) Kontraksi adalah gerakan memendek dan menebalnya otot-otot rahim
yang terjadi diluar kesadaran (involuter) dan dibawah pengendalian
syaraf simpatik.
5) Retraksi adalah pemendekan otot-otot rahim yang bersifat menetap
setelah adanya kontraksi.
6) His yang normal adalah timbulnya mula-mula perlahan tetapi teratur,
makin lama bertambah kuat sampai kepada puncaknya yang paling
kuat kemudain berangsur-angsur menurun menjadi lemah.
7) His tersebut makin lama makin cepat dan teratur jaraknya.
8) Kelelahan.
9) Salah dalam pimpinan meneran pada kala II. (Rohani, dkk 2011)
3. Passanger
1) Passanger terdiri dari janin dan plasenta.
2) Janin merupakan passanger utama, dan bagian janin yang paling
penting adalah kepala, karena kepala janin mempunyai ukuran yang
paling besar, 90% bayi dilahirkan dengan letak kepala.
3) Kelainan-kelainan yang sering menghambat dari pihak passanger
adalah kelainan ukuran dan bentuk kepala anak seperti hydrocephalus
ataupun anencephalus, kelainan letak seperti letak muka atau pun letak
dahi, kelainan kedudukan anak seperti kedudukan lintang ataupun letak
sungsang. (Rohani, dkk 2011)
4. Psyche (Psikologis)
1) Factor psikologis ketakutan dan kecemasan sering menjadi penyebab
kecemasan sering menjadi penyebab lamanya persalinan, his menjadi
kurang baik, pembukaan menjadi kurang lancar.
2) Menurut Pritchard, dkk perasaan takut dan cemas merupakan faktor
utama yang menyebabkan rasa sakit dalam persalinan dan berpengaruh
terhadap kontraksi rahim dan dilatasi serviks sehingga persalinan
menjadi lama. (Rohani, dkk 2011)
5. Penolong
Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani
komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin, dalam hal ini
tergantung dari kemampuan dan kesiapan penolong dalam menghadapi
proses persalinan. (Rohani, dkk 2011)
2.2.6. Tahapan Persalinan
Menurut Rohani dkk ( 2011) tahapan-tahapan persalinan yaitu antara lain
sebagai berikut :
1. Kala I (kala pembukaan)
Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena
serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya
pembuluh darah kapiler sekitar kenalis servikalis karena pergeseran-
pergeseran, ketika serviks mendatar dan membuka.
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan
pembukaan serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).
Persalinan kala I dibagi menjadi dua fase, yaitu fase laten dan fase
aktif :
1. Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai
sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
secara bertahap sampai pembukaan 3cm, berlangsung dalam 7-8 jam.
2. Fase aktif (pembukaan serviks 4-10cm), berlangsung selama 6 jam dan
dibagi dalam 3 subfase :
a. Periode akselerasi : berlangsung selama 2 jam, pembukaan menjadi
4cm.
b. Periode dilatasi maksimal : berlangsung selama 2 jam, pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9cm.
c. Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam 2 jam pembukaan
jadi 10cm atau lengkap.
Pengisian partograf dimulai ketika memasuki fase aktif yaitu dari
pembukaan 4 cm. Kala I berakhir bila pembukaan serviks sudah
lengkap atau 10 cm. (Rohani, dkk 2011)
2. Kala II (kala pengeluaran janin)
Kala II dimulai dari pembukaan lengkap dan berakhir sampai dengan
lahirnya bayi. (Rohani, dkk 2011)
3. Kala III (Kala uri)
Kala III dimulai setelah lahirnya bayi sampai dengan lahirnya
plasenta.Pelepasan plasenta biasanya berlangsung selama 6 sampai dengan
15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada
fundus uteri. (Rohani, dkk 2011)
4. Kala IV (Kala pengawasan)
Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta sampai dengan 2 jam post partum.
Kala IV disebut kala pengawasan karena pada kala ini ibu post partum
perlu diawasi tekanan darahnya, suhu tubuh dan jumlah pendarahan yang
keluar melalui vagina. (Rohani, dkk 2011)
2.2.7. Mekanisme Persalinan Normal
Menurut Rohani, dkk 2011 mekanisme persalinan normal terdiri dari
sebagai berikut :
a. Penurunan kepala, terjadi selama proses persalinan karena daya dorong
dari kontraksi uterus yang efektif, posisi, serta kekuatan meneran dari
pasien.
b. Engagement (penguncian), tahap penurunan pada waktu diameter
biparietal dari kepala janin telah melalui PAP.
c. Fleksi, fleksi menjadi hal terpenting karena diameter kepala janin terkecil
dapat bergerak masuk panggul sampai ke dasar panggul.
d. Putaran paksi dalam, putaran internal dari kepala janin akan membuat
diameter anteroposterior dari kepala janin menyesuaikan diri dengan
anteroposterior dari panggul.
e. Lahirnya kepala dengan ekstensi, bagian leher belakang di bawah oksiput
akan bergeser kebawah simphisis pubis dan bekerja sebagai titik poros
(hipomoklion). Uterus yang berkontraksi kemudian memberikan tekanan
tambahan di kepala yang menyebabkannya ekstensi lebih lanjut saat
lubang vulva-vagina membuka lebar.
f. Restitusi adalah perputaran kepala sebesar 45° baik ke kanan atau ke kiri,
bergantung kepada arah dimana ia mengikuti perputaran menuju posisi
oksiput anterior.
g. Putaran paksi luar, putaran ini terjadi bersamaan dengan putaran internal
dari bahu. Pada saat kepala janin mencapai dasar panggul, bahu akan
mengalami perputaran dalam arah yang sama dg kepala janin.
h. Lahirnya bahu dan seluruh anggota badan bayi, bahu posterior akan
menggembungkan perineum dan kemudian dilahirkan dengan cara fleksi
lateralis. Setelah bahu dilahirkan, seluruh tubuh janin lainnya akan
dilahirkan. (Rohani, dkk 2011)
i.
2.2.8. Penyulit Dalam Persalinan
Menurut Rohani dkk (2011) penyulit dalam persalinan antara lain
sebagai berikut :
a. Penyulit Kala I dan Kala II
1. Kelainan Presentasi dan Posisi
(1) Presentasi puncak kepala.
(2) Presentasi dahi.
(3) Presentasi muka.
(4) Posisi oksipitalis posterior persisten.(Rohani, dkk 2011)
2. Kelainan tenaga atau his
(1) His hipotonik.
(2) His hipertonik.
(3) His yang tidak terkoordinasi.
3. Distosia Kelainan alat kandungan
4. Distosia kelainan letak janin
(1) Bayi besar, berat badan lebih dari 4000 gr.
(2) Hydrocephalus, peningkatan jumlah cairan serbrospinal.
(3) Anecephalus, tidak adanya tulang tengkorak.
(4) Kembar siam, anak kembar yang kedua tubuhnya bersatu.
(5) Gawat janin atau fetal distress, karena kekurangan oksigen.
5. Distosia kelainan jalan lahir
(1) Kesempitan pintu atas panggul.
(2) Kesempitan pintu tengah panggul.
(3) Kesempitan pintu bawah panggul. (Rohani, dkk 2011)
b. Penyulit kala II dan IV
1. Atonia uteri, uterus gagal berkontaksi setelah persalinan.
2. Retensio plasenta, plasenta tidak lahir 30 menit setelah persalinan.
3. Emboli air ketuban.
4. Robekan jalan lahir.
5. Inversio uteri, bagian atas uterus memasuki cavum uteri.
6. Perdarahan kala IV.
7. Syok obstetric. (Rohani, dkk 2011)

2.2.9. Penatalaksanaan Proses Persalinan


Langkah pertolongan persalinan normal menurut JNPK-KR (2014)
adalah sebagai berikut :
1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala II.
a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b. Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan/atau
vaginanya.
c. Perineum menonjol.
d. Vulva – vagina dan sfingter anal membuka.
2. Memasukan perlengkapan, bahan, dan obat -obatan esensial siap
digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung
suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci kedua
tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan
tangan dengan handuk satu kali pakai / pribadi yang bersih.
5. Memakai satu sarung tangan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan
dalam.
6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam lubang Suntik (dengan memakai
sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril). Dan meletakan kembali
dipartus set / wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa
mengontaminasi tabung suntik.
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari
depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah di
basahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum, atau anus
terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama
dengan cara menyeka dari depan ke belakang membuang kapas atau kasa
yang Terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan
jika terkontaminasi (meletakan kedua sarung tangan tersebut dengan benar
di dalam larutan dekontaminasi).
8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam
untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput
ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap , lakukan
amniotomi.
9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang
masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 % dan
kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya
didalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan
(seperti di atas).
10. Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100-180 kali / menit).
a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua
hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan
keinginannya.
a. Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin
sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan
temuan-temuan.
b. Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat
mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai
meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran
(pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia
merasa nyaman).
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat
untuk meneran :
a. Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan
untuk meneran.
b. Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.
c. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan
pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang).
d. Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.
e. Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat
untuk ibu.
f. Menganjurkan asupan cairan per oral.
g. Menilai DJJ setiap lima menit.
h. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum terjadi segera dalam
waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60 menit
(1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu tidak
mempunyai keinginan untuk meneran.
i. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
yang aman jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan
ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi tersebut dan
beristirahat di antara kontraksi.
j. Jika belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setelah
60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.
14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diametet 5-6 cm, letakan
handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15. Meletakan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.
16. Membuka partus set.
17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakan tangan yang
lain dikepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak
menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan.
Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat saat
kepala lahir.
19. Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain atau
kasa tang bersih. (Langkah ini tidak harus dilakukan).
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai. Jika hal
itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi :
a. Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklem nya di dua
tempat dan memotongnya.
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan paksi luar secara spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan
dimasing-masing sisi muka bayi menganjurkan ibu untuk meneran saat
kontraksi berikutnya dengan lembut menariknya kearah bawah dan ke arah
luar hingga bahi anterior muncul dibawah arkus pubis dan kemudian
dengan lembut menarik kearah atas dari kearah luar untuk melahirkan
bahu posterior.
23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi
yang berada dibagian bawah kearah perineum, membiarkan bahu dan
lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku
dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah
untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan
anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi
saat keduanya lahir.
24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas
(anterior) dari punggung kearah kaki bayi untuk menyangganya saat
punggung kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati
membantu kelahiran kaki.
25. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakan bayi di
atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya
(bila tali pusat terlalu pendek, meletakan bayi ditempat yang
memungkinkan). Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi.
26. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan
kontak kulit ibu dan bayi. Lakukan penyutikan oksitosin secara IM.
27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kearah ibu dan
memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (kearah ibu).
28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting
dan memotong tali pusat diantara dua klem tersebut.
29. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi
dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala,
membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernafas,
ambil tindakan yang sesuai.
30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk
bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
31. Letakan kain yang bersih dan kering melakukan palpasi abdomen untuk
menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
32. Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan di suntik.
33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi berikan suntikan oksitosin 10
unit IM 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya
terlebih dahulu.
34. Memindahklan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10cm dari vulva.
35. Meletakan satu tangan diatas kain yang ada diperut ibu, tepat diatas tulang
pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi,
dan menstabilkan uterus , memegang tali pusat dan klem dengan tangan
yang lain
36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan
kearah bawah pada tali pusat dengan lembut, lakukan tekanan yang
berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus
kearah atas dan belakang (dorso cranial) dengan hati-hati untuk membantu
mencegah terjadinya intersio uteri, jika plasenta tidak lahir setelah 30-40
detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi
berikut mulai.
Jika uterus tidak berkontraksi ibu atau seorang anggota keluarga untuk
melakukan rangsangan puting susu.
37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali
pusat kearah bawah kemudian kearah atas, mengikuti kurva jalan lahir
sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
a. Jika tali pusat bertambah panjang pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5-10 cm dari vulva.
b. Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat
selama 15 menit.
c. Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit secara IM, menilai kandung
kemih dilakukan kateterisasi kandung kemih dengan mengunakan
teknik aseptik jika perlu.
d. Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
e. Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.
f. Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak
kelahiran bayi.
38. Jika plasenta terlihat di interoitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan, memegang plasenta dengan dua
tangan dan dengan hati hati memutar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin, dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban.
Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat
tinggi atau steril dan memeriksa vagina dengan serviks ibu dengan
seksama. Mengunakan jari-jari tangan atau klem atau forceps disinfeksi
tingkat tinggi atau steril untuk melepas bagian selaput yang tertinggal.
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,
meletakan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan
gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus
menjadi keras).
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke dalammaupun
janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput
ketuban lengkap dan utuh, meletakan plasenta didalam kantung plastik dan
tempat khusus.
Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase 15 detik
menggambil tindakan yang sesuai.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera
menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.
43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan kedalam larutan
klorin 0,5% membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut
dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkan dengan kain yang
bersih dan kering.
44. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk
mengikat tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali
pusat sekitar 1 cm dari pusat.
45. Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang bersebrangan dengan
simpul mati yang pertama.
46. Melepaskan klem bedah dan meletakan kedalam larutan klorin 0,5%.
47. Menyelimputi kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya, memastikan
handuk atau kainya bersih atau kering.
48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan pendarahan pervaginam :
a. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan .
b. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
c. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik laksanakan perawatan yang
sesuai untuk menatalakasanakan atonia uteri.
d. Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan
penjahitan dengan anastesi local dan menggunakan teknik yang sesuai.
50. Mengajarkan pada ibu dan keluarga bagaimana melakukan masase uterus
dan memeriksa kontraksi uterus.
51. Mengevaluasi kehilangan darah.
52. Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15
menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama
jam kedua pasca persalinan.
Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama
pasca persalinan. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang
tidak abnormal.
53. Menempatkan semua peralatan kedalam larutan klorin 0,5% untuk
didekontaminasi (10 menit), mencuci dan membilas peralatan setelah
didekontaminasi.
54. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah
yang sesuai.
55. Membersihkan ibu dengan air disinfeksi tingkat tinggi, membersihkan
cairan ketuban, lendir, dan darah, membantu ibu memakai pakaian yang
bersih dan kering.
56. Memastikan bahwa ibu nyaman, membantu ibu memeberikan ASI
menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minum dan makanan yang
diinginkannya.
57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan
larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
58. Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%
membalikan bagian dalam keluar merendamnya dengan larutan klorin
0,5% selama 10 menit.
59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
60. Melengkapi Partograf (halaman depan dan belakang).

BAB III
TINJAUAN KASUS
3.2 Asuhan Kebidanan Antenatal II
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. R 30 TAHUN DI
PUSKESMAS CICANGKANGGIRANG
TAHUN 2022

Hari/Tanggal : janwari 2023


Waktu : 16. 00 WIB
Tempat : puskesmas cicangkanggirang
Pengkaji : Nininng Nurhayati,Amd.Keb

I. DATA SUBJEKTIF
a. Identitas / Biodata
ISTRI SUAMI
Nama : Ny. R Nama : Tn. Y
Usia : 30 Tahun Usia : 7 Tahun
Suku : Sunda Suku : Sunda
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Tidak bekerja Pekerjaan : karyawan swasta
Alamat : Kp Kemasan Alamat : Kp Kemasan
B. Status Kesehatan
a. Alasan datang
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya.
b. Keluhan
Ibu mengatakan merasa mulas sejak pukul 10.00 WIB dan sudah keluar darah
bercampur lendir.
c. Riwayat pemeriksaan
Ibu mengatakan sudah melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 11 kali
yaitu 1 kali pada trimester I, 4 kali pada trimester II, dan 5 kali pada trimester
III.
d. Pergerakan janin
Ibu mengatakan gerakan janin mulai dirasakan pada saat usia kehamilan 4
bulan, dan sampai saat ini gerakan janin aktif dan masih dirasakan ibu.
e. Konsumsi obat-obatan
Ibu mengatakan mengkonsumsi tablet Fe setiap hari satu kali.
f. Aktivitas sehari-hari
Tabel 1.6 Aktivitas sehari-hari
No Pola sehari-hari Saat hamil Sebelum hamil

1 Nutrisi (Makan)
Frekuensi 3 kali/hari
3-4 kali / hari
Jenis Nasi, telor, laukpauk
Nasi, sayur, daging
2 porsi/hari
Porsi
2-3 porsi / hari

2 Hidrasi (Minum)
Frekuensi 7-8 gelas/hari
>10 gelas / hari
Jenis Air putih
Air putih, jus

3 Eliminasi
BAK
Frekuensi 4 kali/hari
±5-6 kali / hari
Warna Jernih
Jernih
BAB
Frekuensi 1 kali/hari
1 kali / hari
Tidak ada
Konstipasi
Tidak ada

4 Istirahat
Siang 1 jam/hari 1 jam/hari
6-8 jam/hari 6-8 jam/hari
Malam

5 Personal Hygiene
Mandi 2-3 kali/hari
2 kali / hari
Gosok Gigi 2-3 kali/hari
2 kali / hari
3 kali/ minggu
Keramas
3 kali / minggu

6 Seksual 3 kali seminggu 3-4 kali/minggu


II DATA OBJEKTIF
A. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Berat badan : 65 kg
4. Tinggi badan : 156 cm
5. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : 120/80 mmHg
b. Nadi : 80x/menit
c. Respirasi : 24x/menit
d. Suhu : 36,6ºC
6. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Simetris, bersih, warna rambut hitam, penyebaran rambut
merata, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, dan
tidak ada lesi.
b. Muka : Simetris, tidak ada oedema di tulang pipi dan tulang alis,
tidak ada nyeri tekan.
c. Mata : Simetris, sklera putih (tidak ikterik),
konjungtiva merah muda (tidak anemis).
d. Hidung: Simetris, bersih, tidak ada polip, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada pengeluaran sekret.
e. Telinga: Simetris, keadaan bersih, tidak ada pengeluaran cairan,
dan fungsi pendengaran baik.
f. Mulut : Bersih, tidak ada caries, tidak ada gigi palsu, tidak ada
gigi berlubang, dan distribusi baik.
g. Leher : Bersih, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak
ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada
pembengkakan vena jugularis.
h. Payudara :Simetris, areola berwarna kecoklatan, puting susu
menonjol, sudah ada sedikit pengeluaran ASI sejak usia kehamilan 8
bulan berwarna putih kekuningan, tidak ada benjolan dan tidak ada
nyeri tekan.
i. Pemeriksaan Abdomen
1. Inspeksi
Membesar sesuai usia kehamilan, tidak ada bekas luka operasi, terdapat linea
nigra dan streae.
2. Palpasi
1. TFU : 31 cm
2. Leopold I : Teraba bulat, lunak, tidak melenting di bagian fundus
(bokong)
3. Leopold II : Teraba bagian keras, memanjang di sebelah kiri perut ibu
dan teraba bagian kecil di kanan perut ibu
4. Leopold III: Teraba bagian keras, bulat, melenting (kepala), dan kepala
sudah masuk PAP
5. Leopold IV: Divergent sudah masuk PAP dengan perliman 2/5
3. Auskultasi
DJJ : 140x/menit regular
Punctum Maksimum : Kiri bawah pusat
4. HIS : 4x10’35”
k. Genetalia
Kelenjar bartholin dan skene tidak ada pembengkakan
Pemeriksaan dalam
Vulva/vagina : Tidak ada kelainan
Portio : Tebal lunak
Pembukaan serviks : 5 cm
Ketuban : Utuh
Penurunan kepala : station -2
Presentasi : Teraba ubun-ubun kecil
Bagian menumbung : Tidak ada
Molase :0
l. Ekstremitas
1. Atas
Keadaan bersih, tidak ada oedema, tidak ada nyeri tekan, kuku tidak pucat,
tidak ada kelainan sindaktil dan polidaktil, LILA 24 cm.
2. Bawah
Keadaan bersih, kuku tidak pucat, tidak ada oedema, tidak ada varises,
refleks patela positif, tidak ada kelainan sindaktil dan polidaktil.
m. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
III ANALISA
Ny. R gravida aterm 39 minggu janin tunggal hidup intrauterin dengan keadaan umum
ibu dan janin normal.
IV PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janin dalam keadaan normal
dengan hasil :
TD :120/80mmHg R:24x/menit DJJ: 140x/menit
N : 80x/menit S:36,6°C Pembukaan : 5 cm
Evaluasi :Ibu mengetahui bahwa ibu dalam keadaan baik
2. Menganjurkan ibu untuk beristirahat dengan berbaring kearah kiri agar janin
mendapat suplay oksigen.
Evaluasi : Ibu mengerti dan beristirahat kearah kiri.
3. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi seperti makan nasi, roti dan
kebutuhan hidrasi seperti minum teh manis agar ibu bertenaga dan tidak lemas.
Evaluasi :Ibu mengerti dan akan memenuhi nutrisinya.
4. Memberitahu ibu agar tidak menahan BAK karena bisa menghambat penurunan
janin.
Evaluasi : Ibu mengerti dan tidak akan menahan BAK.
5. Memberitahu ibu untuk berjalan-jalan disekitar rumah untuk meningkatkan
fleksibilitas otot panggul yang nantinya sangat membantu dalam proses persalinan.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukan.
6. Memberitahu ibu tanda-tanda persalinan, seperti keluar lendir bercampur darah
(bloody show), pecahnya air ketuban, kontraksi yang adekuat dan tak tertahankan,
maka ibu harus segera datang ke petugas kesehatan terdekat atau ke tempat fasilitas
kesehatan yang tercantum dalam kartu BPJS/Jampersal yang ibu miliki.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukan.

3.3 Asuhan Kebidanan Intranatal


ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. R 30 TAHUN DI
PUSKESMAS CICANGKANGGIRANG
TAHUN 2022
Hari/Tanggal : janwari 2023
Waktu : 16.00 WIB
Tempat : Puskesmas Cicangkanggirang
Pengkaji : Nining Nurhayati,Amd.Keb

I. DATA SUBJEKTIF
A. Keluhan
Ibu mengatakan merasa hamil 9 bulan, merasa sakit bagian bawah perut seperti ada
yang menekan dan keluar lendir darah dari lahir sejak pukul 10.00 WIB, gerakan
janin masih dirasakan ibu.
B. Pola aktivitas sehari-hari
1. Makan terakhir : Pukul 10.30 WIB ibu mengatakan makan satu
piring nasi, sayur.
2. Minum terkhir : Pukul 12.30 WIB ibu mengatakan minum satu
gelas air putih dan teh manis.
3. Eliminasi : BAK : Terakhir pukul 12.40 WIB
BAB : Terakhir pukul 08.00 WIB
4. Istirahat terakhir : Terakhir pukul 20.00-05.00 WIB

II. DATA OBJEKTIF


1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital
TD: 100/80 mmHg R : 24x/menit
N : 80x/menit S : 36,8 0 C
4. Kepala
Mata : Sklera berwarna putih, konjungtiva berwarna merah muda
Wajah : Tidak ada oedema, tidak ada nyeri tekan
5. Payudara
Bentuk simetris, puting susu menonjol, sudah ada sedikit pengeluaran asi sejak
usia kehamilan 8 bulan berwarna putih kekuningan, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada pembengkakan, tidak ada kelainan.
6. Abdomen : Membesar sesuai masa kehamilan, tidak
ada kelainan.
TFU : 31 cm.
Leopold I : Teraba bulat, lunak, tidak melenting di bagian
fundus (bokong).
Leopold II : Teraba bagian keras, memanjang di sebelah kiri
Ibu (punggung kiri) dan bagian terkecil di kanan
ibu.
Leopold III : Teraba bagian keras, kepala sudah masuk PAP
Leopold IV : Divergent sudah masuk PAP dengan perlimaan 3/5
DJJ : 140x/menit, reguler
PM : Kiri bawah pusat
HIS : 4x10’35”
7. Genetalia
Kelenjar bartholin dan skene tidak ada pembengkakan
Pemeriksaan dalam
Vulva/vagina : Tidak ada kelainan
Portio : Tipis lunak
Pembukaan serviks : 5 cm
Ketuban : Utuh
Penurunan kepala : station -2
Presentasi : Teraba ubun-ubun kecil kiri depan
Bagian menumbung : Tidak ada
Molase :0
8. Ekstremitas
Inspeksi : Tidak ada oedema.
Palpasi : Tidak ada oedema, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada kelainan.
III. ANALISA
Ny. R G2P1A0 parturient aterm kala 1 fase aktif, janin tunggal hidup intrauteri
dengan keadaan normal .
IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janin dalam keadaan normal.
TD: 100/80 mmHg R : 24x/menit
N : 80x/menit S : 36,8 0 C
Evaluasi :Ibu mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Memberitahu suami atau keluarga agar mengisi lembar inform consent untuk
persetujuan dilakukannya asuhan persalinan normal.
Evaluasi: Lembar inform consent telah diisi dan ditandatangani oleh suami.
3. Menganjurkan ibu untuk beristirahat dengan berbaring kearah kiri agar janin
mendapat suplay oksigen.
Evaluasi : Ibu mengerti dan beristirahat kearah kiri.
4. Menganjurkan ibu untuk relaksasi ketika ada kontraksi, yaitu dengan cara ibu
tetap tenang, tarik nafas dari hidung pelan-pelan dan keluarkan dari mulut secara
perlahan.
Evaluasi : Ibu mengerti dan melakukannya.
5. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi seperti makan nasi, roti dan
kebutuhan hidrasi seperti minum teh manis agar ibu bertenaga dan tidak lemas.
Evaluasi :Ibu makan roti dan minum 1/4 botol teh manis.
6. Memberitahu ibu agar tidak menahan BAK karena bisa menghambat penurunan
janin.
Evaluasi : Ibu mengerti dan tidak akan menahan BAK.
7. Mempersiapkan bahan dan alat persalinan seperti partuset yang berisi klem 2, ½
kocher, gunting tali pusat, gunting episiotomy, needle holder, catgut, kassa, klem
umbilical, spuit berisi oksitosin berisi 10IU.
Evaluasi : Bahan dan alat telah disiapkan.
8. Observasi tanda-tanda vital, BJA, his, dan kemajuan persalinan.
Evaluasi : Hasil terlampir dalam lembar observasi.

Tabel 1.7 Observasi Kala I


Jam DJJ Ketuban Pembukaan His TD Nadi Suhu

16:00 140x/menit + 5 cm 4x10’35” 100/80 mmHg 80 36.8°


x/menit C

16:30 135x/menit + - 4x10’35” - 83 -


x/menit

130×/menit + - 4×10’35” - 81 -
17:00 ×/menit

17:30 137×/menit + - 4×10’35” - 82 -


×/menit
18:00 132×/menit + - 4×10’35” - 84 36,6°
×/menit C

18:30 132×/menit + - 5×10’30” - 85 -


×/menit

19:00 131×/menit + - 5×10’30” - 84 -


×/menit

19:30 131×/menit + - 5×10’30” 100/60 mmHg 82 -


×/menit

20:00 131×/menit Pecah 10 cm 5×10’45” - - -


pukul
20:00
warna
hijau

SOAP
Tanggal pengkajian : janwari 2023
Waktu : 16:00 WIB
Pengkaji : Nininng Nurhayati,Amd.Keb
S : Ibu mengatakan mulesnya semakin bertambah dan semakin kuat
O : 1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 100/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 24x/menit
Suhu : 36,8 0C
4. Abdomen
Leopold I : Teraba bulat, lunak, tidak melenting di bagian
fundus (bokong).
Leopold II : Teraba bagian keras, memanjang di sebelah kiri
Ibu (punggung kiri) dan bagian terkecil di kanan
ibu.
Leopold III : Teraba bagian keras, kepala sudah masuk PAP
Leopold IV : Divergent sudah masuk PAP dengan perlimaan 2/5
DJJ : 140x/menit reguler
Punctum Maksimum : Kiri bawah pusat
His : 4x10’40”
5. Pemeriksaan dalam
Vulva/vagina : Tidak ada kelainan
Portio : Tipis lunak
Pembukaan : 5 cm
Ketuban : Utuh (+)
Presentasi : Teraba bagian ubun-ubun kecil kiri depan
Penurunan kepala : station 0
Bagian menumbung : Tidak ada
Molase :0

A : G2P1A0 parturient aterm kala 1 fase aktif, janin tunggal hidup intrauteri
dengan keadaan ibu dan janin normal.
P :
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janin dalam keadaan
baik.
TD : 100/80 mmHg R : 24x/menit
N : 80x/menit S : 36,8 0 C
Evaluasi :Ibu mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Menganjurkan ibu untuk beristirahat dengan berbaring kearah kiri agar
janin mendapat suplay oksigen.
Evaluasi : ibu mengerti dan beristirahat kearah kiri.
3. Menganjurkan ibu untuk relaksasi ketika ada kontraksi, yaitu dengan cara ibu tetap
tenang, tarik nafas dari hidung pelan-pelan dan keluarkan dari mulut secara
perlahan.
Evaluasi :Ibu mengerti dan melakukannya.
4. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi seperti meminum air putih
atau teh manis agar ibu bertenaga dan tidak lemas.
Evaluasi :Ibu minum 1/4 botol teh manis.
5. Memberitahu ibu agar tidak menahan BAK karena bisa menghambat penurunan
janin.
Evaluasi : Ibu mengerti dan tidak akan menahan BAK.
6. Mempersiapkan bahan dan alat persalinan seperti partus set yang berisi klem 2, ½
kocher, gunting tali pusat, gunting episiotomy, needle holder, catgut, kassa, klem
umbilical, spuit berisi oksitosin berisi 10 IU.
Evaluasi : Bahan dan alat telah disiapkan.
7. Observasi tanda-tanda vital, BJA, his, dan kemajuan persalinan. Hasil terlampir
dalam lembar observasi.
Evaluasi : Hasil dicatat di lembar partograf.

KALA II
Tanggal dan jam pengkajian : janwari 2023
Jam : 17:50 WIB
Pengkaji : Nininng Nurhayati,Amd.Keb

I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan merasa sakit perut bagian bawah yang semakin sering, sudah ada
keinginan untuk meneran.
II. DATA OBJEKTIF
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV : Nadi : 87x/menit
Leopold I : Teraba bulat, lunak, tidak melenting di bagian
fundus (bokong).
Leopold II : Teraba bagian keras, memanjang di sebelah kiri perut
ibu dan teraba bagian kecil di kanan perut ibu.
Leopold III : Teraba bagian keras, melenting, kepala sudah masuk PAP
Leopold IV : Divergent sudah masuk PAP dengan perlimaan 0/5
DJJ : 142x/menit regular
PM : Kiri bawah pusat
HIS : 5x10’45”
Pemeriksaan dalam:
Vulva vagina : Tidak ada kelainan
Portio : Tidak teraba
Pembukaan : 10 cm
Ketuban : Amniotomi, bercampur mekonium. Pukul 17:40 WIB
Presentasi : Belakang kepala
Penurunan kepala : +3
Bagian menumbung: Tidak ada
Molase :0

III. ANALISA
G3P2A0 parturient aterm 39 minggu kala II dengan keadaan ibu dan janin normal.
IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu sudah pembukaan lengkap
10 cm dan siap meneran.
Evaluasi :Ibu mengetahui hasil pemeriksaan pembukaan 10.
2. Mengajarkan ibu cara meneran yaitu mengatur posisi ibu dengan nyaman, tangan
meranggul paha, dagu menempel di dada, mata terbuka dan melihat ke perut.
Evaluasi : Ibu melakukannya dan meneran ketika ada his.
3. Menganjurkan keluarga untuk memberikan minum kepada ibu ketika tidak ada
kontraksi agar ibu tidak lemas dan ibu tidak kelelahan.
Evaluasi : sudah dilakukan.
4. Memimpin persalinan. Bayi lahir spontan pukul 17:50 WIB dengan jenis kelamin
perempuan menangis kuat, tonus otot baik, warna kulit berwarna kemerahan.
5. Meletakkan bayi di dada ibu untuk dilakukan IMD
Evaluasi : IMD berhasil pada 12 menit setelah bayi lahir

KALA III

Tanggal dan jam pengkajian : janwari 2023


Jam : 20:30 WIB
Pengkaji : Nininng Nurhayati,Amd.Keb
I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan masih merasa sakit perut bagian bawah dan merasa lemas tetapi ibu
merasakan bahagia atas kelahiran bayinya. ibu mengalami perdarahan ± 150 cc.

II. DATA OBJEKTIF


a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital :
TD:120/90 mmHg N: 86x/menit
R: 24x/menit S: 36,5˚C
d. Wajah : Tidak pucat
e. Mata : Konjuntiva merah muda, sklera putih
f. Abdomen
TFU : 2 jari dibawah pusat, uterus keras, kandung
kemih kosong, tidak ada janin kedua
Vulva/vagina :Tampak tali pusat di depan vulva

III. ANALISA
P2A0 kala III
IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu akan dilakukan penyuntikan oksitosin 10 IU di sepertiga paha kanan
luar 1 menit segera setelah bayi lahir.
Evaluasi : Uterus berkontraksi.
2. Melakukan penegangan tali pusat terkendali.
Evaluasi : sudah dilakukan
3. Terdapat tanda-tanda lepasnya plasenta yaitu tali pusat memanjang, terdapat semburan
darah
Evaluasi : Plasenta lahir spontan pukul 20:30 WIB.
4. Melakukan massase fundus uteri selama 15 detik sebanyak 15 kali
Evaluasi : Kontraksi uterus keras.
5. Mengecek kelengkapan plasenta.
Evaluasi : Selaput ketuban dan kotiledon lengkap.
6. Mengecek adanya luka pada perineum dan vulva terdapat laserasi pada mukosa
vagina derajat 1.
Evaluasi : tidak dilakukan penjahitan.

KALA IV
Tanggal dan jam pengkajian : janwari 2023
Jam : 20:45 WIB
Pengkaji : Nininng Nurhayati,Amd.Keb
I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan masih merasa lemas dan linu di daerah perineum.

II. DATA OBJEKTIF


a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital
TD : 120/90 mmHg R : 24x/menit
N : 86x/menit S : 36,50C
d. Abdomen
Palpasi : TFU : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi : Keras
Kandung Kemih : Kosong
e. Genetalia
Inspeksi : Terdapat luka laserasi derajat 1 pada mukosa vagina.
perdarahan ± 150 cc
III. ANALISA
P2A0 Kala IV dengan keadaan umum normal.

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan normal
dan terdapat luka di perineum dan akan dilakukan penjahitan.
TD : 120/90 mmHg R: 24x/menit
N : 86x/menit S: 36,5°C

Evaluasi : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan normal.
2. Mengajarkan ibu masasse fundus uteri yang baik dan benar yaitu dilakukan sebanyak
15 kali dalam 15 detik.
Evaluasi : Ibu mengerti tentang cara masase yang baik dan benar.
3. Mengajarkan cara membersihkan perineum yaitu dengan cara bersihkan
dari depan kebelakang menggunakan air biasa.
Evaluasi : Ibu mengerti dan mengetahui cara membersihkan perineum.
4. Membersihkan ibu dan mengganti pakaian.
Evaluasi: Ibu dalam keadaan bersih dan kering.
5. Menganjurkan ibu untuk memenuhi nutrisi agar cepat pulih.
Evaluasi : Ibu minum air teh ½ botol.
6. Menganjurkan ibu untuk beristirahat.
Evaluasi : Ibu beristirahat.
7. Melakukan dekontaminasi alat-alat yang telah digunakan didalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit, dan mencuci di air mengalir.
Evaluasi: Telah dilakukan.
8. Memberikan obat kepada ibu Paracetamol 3x1 dan Fe 1x1
Evaluasi: Obat telah diberikan dan ibu sudah meminumnya.
9. Melakukan observasi pada kala IV, pada 2 jam pertama post partum.
Pemantauan kala IV setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam
kedua, serta menulis hasil observasi di lembar partograf.
Evaluasi : Hasil dicatat di lembar partograf

Tabel 1.8 Observasi Kala IV


Darah
Jam Tekanan Tinggi Kontraksi Kandung
Waktu Nadi Suhu Yang
ke Darah Fundus Uteri Uterus Kemih
keluar
1 20 ;30 110/70 72 36,5° 2 jari bawah Keras Kosong Normal
C pusat
20:45 110/70 71 2 jari bawah Keras Kosong Normal
pusat
21:00 110/70 72 2 jari bawah Keras Kosong Normal
pusat
21:15 110/70 75 2 jari bawah Keras Kosong Normal
pusat
2 21:45 120/80 77 36,5° 2 jari bawah Keras Kosong Normal
C pusat
22:15 120/80 73 36,6° 2 jari bawah Keras + 150 cc Normal
C pusat
3.4 Asuhan Kebidanan Post Partum 6 Jam

ASUHAN KEBIDANAN POST PARTUM 6 JAM PADA NY. R


P3A0 DI PUSKESMAS CICANGKANGGIRANG
TAHUN 2023
Hari / Tanggal :3 janwari 2023
Waktu Pengkajian : 04.15 WIB
Pengkaji : Nininng Nurhayati,Amd.Keb

I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan sudah bisa berjalan ke kamar mandi sendiri, sudah BAK 2x kali, ibu
belum BAB, sudah makan nasi 1 porsi dan minum teh manis 2 gelas, melakukan miring
kanan/kiri setelah 6 jam post partum.
Tabel 1.9 Data Subjektif
Pola Sehari-hari Terakhir
1. Nutrisi (Makan)
Frekuensi 21.00 WIB
Jenis Nasi, dan sayur
Porsi 1 porsi
2. Hidrasi (Minum)
Frekuensi 23.00 WIB
Jenis Teh manis
3. Eliminasi
BAK
Frekuensi 21:30 WIB
BAB
Frekuensi -
Konstipasi -
4. Istirahat
Siang -
Malam + 3 jam
II. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : 110/80 mmHg
b. Nadi : 76 kali/menit
c. Respirasi : 20 kali/menit
d. Suhu : 36,6°C
4. Kepala
a. Inspeksi : Bentuk simetris.
b. Palpasi : Tidak ada oedema dan tidak ada nyeri
tekan.
5. Muka
a. Inspeksi : Bentuk simetris, konjungtiva merah muda,
sklera putih.
b. Palpasi : Tidak ada oedema dan tidak ada nyeri
tekan.
6. Leher
a. Inspeksi : Tidak ada lesi, bentuk simetris.
b. Palpasi : Tidak ada pembengkakan pada vena
jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening dan kelenjar tiroid.
7. Payudara
a. Inspeksi : Bentuk simetris, areola kecoklatan, puting
susu menonjol.
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan,
ada pengeluaran berupa kolostrum.
8. Abdomen
a. Inspeksi : Bentuk cembung, tidak terdapat luka
jahitan, terdapat linea nigra dan streae.

b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, TFU 2 jari dibawah


pusat, kontraksi uterus keras, kandung
kemih kosong.
9. Genetalia
a. Inspeksi : Terdapat luka jahitan, tidak oedema, dan
darah berwarna merah (lochea rubra).
10. Ekstermitas
1. Atas : Simetris, tidak ada oedema.
2. Bawah : Simetris, tidak ada oedema, tidak ada luka
atau bekas luka, tidak ada varises.
III. ANALISA
P2A0 post Partum 6 jam dengan keadaan umum normal.

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan normal.
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 76 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : 36,6°C
Evaluasi :Ibu mengehatui hasil pemeriksaan.
2 mengajarkan ibu tentang perawatan tali pusat

2 memberitau ibu menjaga kebersihan verinium


3 memberitau ibu tentang tanda- tanda bahaya post partum

Anda mungkin juga menyukai