Anda di halaman 1dari 102

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut data dari World Health Organization (WHO), diperkirakan pada
tahun 2015, sekitar 303.000 wanita meninggal selama dan setelah kehamilan dan
persalinan. 99% dari semua kematian ibu terjadi di negara berkembang. Antara
tahun 1990 dan 2015, kematian ibu di seluruh dunia menurun sekitar 44%. Antara
tahun 2016 dan 2030, sebagai bagian dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan,
targetnya adalah untuk mengurangi rasio kematian ibu global hingga kurang dari 70
per 100.000 kelahiran hidup. Di sub-Sahara Afrika, sejumlah negara mengurangi
separuh tingkat kematian ibu mereka sejak tahun 1990. Di wilayah lain, termasuk
Asia dan Afrika Utara, bahkan kemajuan yang lebih besar telah terjadi. Antara
tahun 1990 dan 2015, rasio kematian ibu global (jumlah kematian ibu per 100 000
kelahiran hidup) menurun hanya 2,3% per tahun antara tahun 1990 dan 2015.
Namun, peningkatan angka percepatan penurunan kematian ibu diamati sejak tahun
2000 dan seterusnya. Di beberapa negara, penurunan tahunan kematian ibu antara
tahun 2000–2010 di atas 5,5%. Angka kematian ibu di negara berkembang pada
tahun 2015 adalah 239 per 100.000 kelahiran hidup dibandingkan 12 per 100.000
kelahiran hidup di negara maju (WHO, 2018).
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan
salah satu indikator pembangunan kesehatan dalam RPJMN 2015-2019 dan SDGs.
Menurut data SDKI, Angka Kematian Ibu sudah mengalami penurunan pada
periode tahun 1994- 2012 yaitu pada tahun 1994 sebesar 390 per 100.000 kelahiran
hidup, tahun 1997 sebesar 334 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2002 sebesar
307 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran
hidup namun pada tahun 2012 , Angka Kematian Ibu meningkat kembali menjadi
sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Untuk AKB dapat dikatakan penurunan
on the track (terus menurun) dan pada SDKI (Survey Data Kesehata Indonesia)
2012 menunjukan angka 32/1.000 KH (SDKI 2012). Dan pada tahun 2015,
berdasarkan data SUPAS (Survey Penduduk Antar Sensus) 2015 baik AKI maupun
AKB menunjukan penurunan (AKI 305/ 100.000 KH; AKB 22,23/ 1000 KH)
(Direktorat Kesehatan Keluarga, 2016).
Jumlah kasus kematian Bayi turun dari 33.278 di tahun 2015 menjadi
32.007 pada tahun 2016, dan di tahun 2017 di semester I sebanyak 10.294 kasus.
Demikian pula dengan angka kematian Ibu turun dari 4.999 tahun 2015 menjadi
4912 di tahun 2016 dan di tahun 2017 (semester I) sebanyak 1712 kasus
(Kemenkes RI, 2017).
Penilaian terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu hamil dapat
dilakukan dengan melihat cakupan K1 dan K4. Cakupan pelayanan k1 dan k4 telah
memenuhi target Rencana Stategis (Renstra ) pada tahun 2016 yaitu 74 %. Dimana
K1 100% dan K4 85,3% (Kemenkes RI, 2016).
Persentase pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menunjukkan
kecenderungan peningkatan. Pada tahun 2016 indikator kinerja direktorat kesehatan
masyarakat tahun dengan target pada tahun 2016 77% dengan capaian target
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 2016 yaitu 100,4% dari relasi
77,3% (Kemenkes RI, 2016).
Cakupan masa nifas (KF3) di Indonesia menunjukkan kecenderungan
peningkatan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2016 yaitu dengan presentasi
84%. Akan tetapi, pada tahun 2016 terapat penurunan cakupan KF3 pada tahun
2016 yaitu lebih rendah dibandingkan tahun 2015. Penurunan tersebut disebabkan
karena beberapa factor salah satunya adalah penetapan sasaran kabupaten/kota
terlalu tinggi, serta kondisi geografi yang sulit di beberapa wilayah dan kurangnya
kesadaran serta pengetahuan ibu dan keluarga tentang pentingnya pemeriksaan
pada saat nifas (Kemenkes RI, 2016).
Persentase peserta KB aktif terhadap pasangan usia subur di Indonesia pada
tahun 2016 sebesar 74,8%. Tiga provinsi yang memiliki persentase tertinggi yaitu
Maluku Utara sebesar 87,03%, Kepulauan Bangka Belitung sebesar 83,92%, dan
Sulawesi Utara sebesar 83,84%. Sedangkan capaian terendah terdapat di Provinsi
Nusa Tenggara Timur sebesar 63,24%, Sumatera Barat sebesar 63,73%, dan DKI
Jakarta sebesar 67,46%. Cakupan presentase tempat pelayanan KB di Indonesia
tahun 2016 yaitu yang tertinggi pada Praktek Bidan Mandiri 53,43%, faskes KB
pemerintah 16,6%, praktek dokter 12,99%, jejaring lainnya 12,5%, faskes KB
swasta 5,77% (Kemenkes RI, 2016). Pada tahun 2015 jumlah penurunan AKI di
DIY sangat signifikan yaitu sebesar 29 kasus. Penurunan kematian juga terjadi pada
AKN, AKB, dan AK Balita. Dari hasil SDKI menunjukkan bahwa AKB DIY
menduduki peringkat lima besar terbaik secara nasional besama dengan Kalimantan
Timur, DKI Jakarta, Riau, dan Sulawesi Tengah. Meskipun begitu, DIY belum
mampu memenuhi target MDGs (Millenium Development Goals) karena AKB
tahun 2012 masih berada di angka 24 per 1000 kelahiran hidup (Dinkes DIY,
2016).
Jumlah kematian ibu di Kabupaten Kulon Progo dalam kurun waktu 6 tahun
terakhir terlihat fluktuatif yaitu mengalami penurunan pada tahun 2012 yaitu 3
kasus, namun di tahun 2013 kembali mengalami peningkatan sebanyak 7 kasus,
tahun 2014 sebanyak 5 kasus dan turun lagi pada tahun 2015 sebanyak 2 kasus
kematian ibu yaitu di wilayah kerja Puskesmas Lendah II dan wilayah kerja
Puskesmas Pengasih II. Angka kematian bayi (AKB) di Kabupaten Kulon Progo
dari tahun 2011 sampai tahun 2015 cenderung fluktuatif, pada tahun 2013
mengalami kenaikan sebanyak 18,23 / 1000 kelahiran hidup dan turun kembali
Pada tahun 2014 menjadi 11,50 / 1000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2015
sebesar 9,7 / 1000 kelahiran hidup (Dinkes Kulon Progo, 2016).
Dalam keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/52/2015 tentang rencana strategis kementrian kesehatan tahun
2015-2019 disebutkan dalam Bab I bahwa program Indonesia sehat dilaksanakan
dengan 3 pilar utama yaitu paradigma sehat yang dilakukan dengan strategi
pengurus utama kesehatan dalam pembangunan, penguatan prommotif preventif
dan pemberdayaan masyarakat. Mengoptimalisasikan system rujukan dan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of
care dan intervensi berbasis risiko kesehatan. Dalam pilar juga disebutkan bahwa
jaminan kesehatan nasional dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan benefit
serta kendali mutu dan kendali biaya. Dalam Rencana Strategis Kementrian
Kesehatan 2015-2019 salah satu sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatkan
derajat kesehatan dan status gizi masyarakat dengan target salah satu indikatornya,
yaitu AKI (Angka Kematian Ibu) pada tahun 2019 turun menjadi 306/100.000
kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2015).
Continuity of care atau asuhan berkelanjutan asuhan yang diperlukan dalam
menangani permasalahan di komunitas sehingga bidan dapat secara terus-menerus
melakukan perawatan dan memberikan asuhan sesuai kebutuhan klien dan
berkelanjutan. Dalam hal ini, artinya tidak dapat melimpahkan wewenang kepada
bidan atau petugas lain dalam memberikan asuhan didalam komunitas sehingga
perawatan dan pelayanan yang diberikan lebih berkualitas (Aticeh, Gita Nirmala
Sari, Willa Follona, 2014).
Upaya yang telah dilakukan pemerintah Indonesia untuk menurunkan AKI
(Angka Kematian Ibu) dan AKB (Angka Kematian Bayi) adalah salah satu
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Program
tersebut menitikberatkan kepedulian dan peran keluarga dan masyarakat dalam
melakukan upaya deteksi dini, menghindari resiko kesehatan pada ibu hamil, serta
menyediakan akses pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar di
tingkat puskesmas (PONED) dan pelayanan kegawatdaruratan obstetric dan
neonatal komprehensif di Rumah Sakit (PONEK) (Budijanto, D, Dkk, 2016).
Pada Permenkes Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Ijin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan bahwa kewenangan bidan dalam pelayanan
kebidanan meliputi hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir sedangkan pada
Permenkes Nomor 631/Menkes/ Per/III/2011 sebagaimana telah diubah dengan
Permenkes Nomor 2562/Menkes/ Per/XII/2011 tentang Petunjuk Teknis Jaminan
Persalinan bahwa pelayanan jaminan persalinan dilaksanakan secara berjenjang
pada pelayanan tingkat lanjut dan tingkat dasar. Pelayanan tingkat lanjut meliputi
pemeriksaan kehamilan dengan risti, persalinan risti, komplikasi dan KB pasca
persalinan dan pada pelayanan tingkat dasar meliputi pemeriksaan kehamilan,
pertolongan persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan KB pasca salin, serta
pelayanan kesehatan bayi baru lahir, termasuk pelayanan persiapan rujukan
(Sariyati, Endang Wahyati Y. dan C. Tjahjono Kuntjoro, 2016).
Bidan mempunyai peran yang sangat penting dalam pengembangan
kesehatan ibu hamil yaitu dengan memberikan penyuluhan kepada ibu hamil untuk
melakukan ANC (Antenatal Care) sebanyak 12 sampai 13 kali selama masa
kehamilan. Untuk daerah terpencil cukup 4 kali sebagai kasus yang tercatat. Bidan
juga mempunyai peran dan tugas untuk memotivasi dan memberikan dukungan
kepada wanita yang akan bersalin yang akan berpengaruh dalam pemilihan tempat
bersalin. Peran dan tugas bidan dalam nifas yaitu untuk mengetauhi ibu dan
bayinya untuk melakukan asuhan dan memberikan pendidikan kesehatan yang
diperlukan. Peran bidan kepada Bayi Baru Lahir yaitu dengan memerikan
penatalaksanaan sesuai dengan kebutuhan bayi serta imunisasi yang akan
dijadwalkan sesuai dengan umur bayi. Dalam KB (Keluarga Berencana) bidan
memiliki peran untuk melakukan penyuluhan tentang keluarga berencana untuk
mengatur jarak kehamilan maupun menghentikan kehamilan. (Nadzifah K, 2014)
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kulon Progo pada tahun 2016
bahwa cakupan kunjungan K1 di Kabupaten Kulon Progo untuk ANC (Antenatal
Care) sebanyak 11.573 (94,1%) dari target nasinal 100% dan K4 sebanyak (10.435
(84,8%) dari target nasional 94% yang membuktikan bahwa masyarakat setempat
sudah mulai sadar akan pentingnya ANC (Antenatal Care). Persalinan oleh nakes
sebanyak 10.581(91,3%) dari target nasional 95%. Kunjungan nifas sebesar 10,581
(90,1%) dari target nasional 95% sedangkan untuk kunjungan neonatus yang sudah
mendapatkan KN 1 sebesar 10,709 (95,8%) dan KN lengkap sebanyak 10,635
(95,1%) kb baru 86,311 (89,5%) sedangkan peserta KB aktif sebanyak 96,385
(98,5%). Namun, menurut Dinas Kesehatan Ponorogo pada tahun 2016 salah satu
penyebab rendahnya kunjungan ibu hamil, nifas dan Bayi Baru Lahir (BBL)
dikarenakan ada yang pindah tempat tinggal, keinginan ibu yang malas untuk
melakukan kunjungan dan juga ibu berpindah tempat periksa atau pindah bidan.
Dari data diatas menunjukkan bahwa masyarakat di Kabupaten Kulon Progo sudah
mulai sadar akan pentingnya kunjungan ibu hamil, persalinan di nakes nifas, Bayi
Baru Lahir BBL) dan KB (Dinkes Kulon Progo, 2016)
Kebudayaan dan masyarakat merupakan dua sisi yang tidak dapat
dipisahkan, karena kebudayaan berhubungan dengan budi atau akal. Kebudayaan
adalah keseluruhan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,
keilmuan, sosial, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan lain untuk keperluan
masyarakat. Selain itu, tidak ditemukan sejumlah pengetahuan dan perilaku
budaya yang dinilai tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan menurut ilmu
kedokteran atau bahkan memberikan dampak kesehatan yang kurang
menguntungkan bagi ibu dan anaknya. Faktor-faktor sosial budaya khususnya
mitos-mitos yang masih berlaku disuatu daerah tertentu merupakan salah satu
penyebab komplikasi ibu hamil, bersalin dan nifas. Masyarakat banyak yang masih
mempercayai bahwa mitos-mitos yang berlaku didaerahnya merupakan tinggalan
nenek moyang yang masih memiliki peran yang berarti untuk kelancaran proses
kehamilan dan persalinannya. Salah satu contoh pengaruh sosial budaya yang
masih melekat yaitu kurangnya gizi pada akibat berbagai pantangan dalam
makan, sehingga karena budaya yang masih tetap merekapegang akibatnya
banyak atau tingginya angka kematian ibu. Mitos-mitos tentang kehamilan yang
masih banyak beredar dimasyarakat tidak boleh minum es karena bayinya akan
besar, tidak boleh makan-makanan yang amis-amis misalnya makan udang karena
persalinannya akan lama dan tidak boleh makan buah-buahan seperti nanas,
durian, mentimun, mitos ini sangat dpercaya oleh sebagian masyarakat karena
akan menyebabkan keputihan. Bahkan mereka percaya bahwa nanas bisa
menyebabkan keguguran. Faktanya mengkonsumsi nanas dan mentimun justru
disarankan karena kaya akan vitamin C dan serat yang penting untuk menjaga
kesehatan tubuh dan melancarkan proses pembuangan sisa-sisa pencernaan.
Pengetahuan ibu hamil tentang mitos-mitos yang ada didaerahnya akan
mempengaruhi sikap dan perilaku ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya.
Menurut Notoatmojo (2010), pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting terbentuknya tindakan seseorang karena dari pengalaman dan penelitian
ternyata perilaku dengan didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
perilaku dengan tidak didasari oleh pengetahuan. (Komalasari, dkk, 2013).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis melakukan asuhan Continuity of
Care pada ibu mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan juga
keluarga berencana di Puskesmas Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi
DIY.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan studi kasus
yang berjudul “Asuhan Kebidanan Komprehensif Kehamilan, Persalinan, Nifas,
Bayi Baru Lahir (BBL) dan KB Pada Ny.S Umur 21 Tahun G1P1A0Ah0 Di
Puskesmas Nanggulan”.
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Memberikan Asuhan Kebidanan Komprehensif Kehamilan, Persalinan,
Nifas, Bayi Baru Lahir (BBL) dan KB Pada Ny.S Umur 21 Tahun G1P1A0Ah0
Di Puskesmas Nanggulan.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi data subyektif pada kasus Asuhan Kebidanan
Komprehensif Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir (BBL) dan
KB Pada Ny.S Umur 21 Tahun G1P1A0Ah0 Di Puskesmas Nanggulan.
b. Mengidentifikasi data objektif pada kasus Asuhan Kebidanan Komprehensif
Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir (BBL) dan KB Pada Ny.S
Umur 21 Tahun G1P1A0Ah0 Di Puskesmas Nanggulan.
c. Menentukan masalah pada kasus Asuhan Kebidanan Komprehensif
Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir (BBL) dan KB Pada Ny.S
Umur 21 Tahun G1P1A0Ah0 Di Puskesmas Nanggulan.
d. Mengidentifkasi penatalaksanaan pada kasus Asuhan Kebidanan
Komprehensif Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir (BBL) dan
KB Pada Ny.S Umur 21 Tahun G1P1A0Ah0 Di Puskesmas Nanggulan.
D. Manfaat
1. Bagi perpustakaan UNISA
Hasil studi kasus ini dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu bagi pembaca
laporan studi kasus di perpustakaan yang telah penulis buat.
2. Bagi isntitusi Puskesmas
Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan penanganan
kasus Asuhan Kebidanan Komprehensif Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi
Baru Lahir (BBL), dan KB Di Puskesmas Nanggulan.
3. Subyek penelitian masyarakat
Meningkatkan pengetahuan dan mendapatkan penanganan segera dari
tenaga kesehatan.
E. Ruang lingkup
1. Ruang lingkup materi
Asuhan Kebidanan Komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan
secara lengkap dengan adanya identifikasi data subyektif, identifikasi data
obyektif, menentukan masalah dan identifikasi penatalaksanaan. “Asuhan
Kebidanan Komprehensif Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir
(BBL) dan KB Pada Ny.S Umur 21 Tahun G1P1A0Ah0 Di Puskesmas
Nanggulan”. Alasan dilakukannya asuhan komprehensif ini adalah untuk
mendeteksi dini adanya komplikasi sehingga dapat menurunkan atau
menghilangkan angka kesakitan ibu dan bayi.
2. Ruang lingkup responden
Ruang lingkup responden dalam penelitian ini adalah Ny. S Umur 21 Tahun
G1P0A0 mulai dari hamil dengan umur kehamilan 17 minggu lebih 3 hari,
bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB.
3. Ruang lingkup waktu
Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini adalah sejak mulainya pembuatan
proposal, ujian proposal, membuat laporan hasil serta ujian hasil mulai dari
bulan Mei 2018-Juni 2019.
4. Ruang lingkup tempat
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Nanggulan.
F. Keaslian Penelitian
1. Annisa Desitriyani tahun 2016 yag berjudul “Asuhan Kebidanan Komprehensif
pada Ny. A G2P1A0 Gravida 39 Minggu Di BPM Hj.W Desa Cilampeni
Kecamatan Katapang Kabupaten Bandung” dengan menggunakan design
penelitian observasional deskriptif dengan design studi kasus. Subjek dalam
studi kasus ini adalah Ny.A umur 27 tahun dengan hamil, bersalin, nifas, bayi
baru lahir dan KB. Instrument yang digunakan format asuhan kebidanan pada
ibu hamil, nersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB menurut Varneydengan teknik
pengambilan data menggunakan data primer dan sekunder.
Persamaan dari studi kasus diatas dengan studi kasus peneliti adalah sama-sama
menggunakan satu responden dari mulai ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru
lahir, dan keluarga berencana.
Perbedaan dari studi kasus diatas dengan studi kasus peneliti adalah studi kasus
diatas dengan responden dengan kehamilan kedua, jumlah persalinan satu dan
abortus tidak pernah serta dengan responden ibu hamil 39 Minggu sedangkan
studi kasus peneliti dengan respnden kehamilan pertama, belum pernah bersalin
dan tidak pernah abrtus dengan umur kehamilan responden 17 minggu 3 hari.
2. Asri Nur Fitri Hidayati tahun 2016 yang berjudul “Asuhan Kebidanan
Komprehensif Pada Ny.Y G4P3A0 Di Bidan Praktik Madiri Bidan Hj.Imas R
Yusfar Amd.Keb Bandung” dengan menggunakan design penelitian
observasional deskriptif dengan studi kasus. Subjek dalam studi kasus ini
adalah Ny.Y umur 38 tahun dengan hamil, bersalin nifas, bayi baru lahir, KB.
Instrument yang digunakan format asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin,
nifas bayi baru lahir dan KB menurut Varney dengan teknik pengambilan data
menggunkan data primer dan sekunder.
Persamaan dari studi kasus diatas dengan studi kasus peneliti adalah sama-sama
menggunakan satu responden dari mulai ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru
lahir, dan keluarga berencana.
Perbedaan dari studi kasus diatas dengan studi kasus peneliti adalah studi kasus
diatas dengan responden dengan kehamilan keempat, jumlah persalinan tiga dan
tidak pernah abortus sedangkan studi kasus peneliti dengan responden
kehamilan pertama, belum pernah bersalin dan tidak pernah abortus.
3. Desi Marwita tahun 2017 yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ny.D Masa
Hamil Sampai Dengan Keluarga Berencana Di Bidan Praktek Mandiri Hj.
Rukni Lubis Jalan Luku 1 No 289 Kec. Medan Johor Kota Madya Medan”
dengan menggunakan design penelitian observasional deskriptif dengan desain
studi kasus. Subjek dalam studi kasus ini adalah Ny. D umur 40 tahun dengan
hamil, bersalin nifas, bayi baru lahir, KB. Instrument yang digunakan format
asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas bayi baru lahir dan KB
menurut Varney dengan teknik pengambilan data menggunakan data primer
dan sekunder.
Persamaan dari studi kasus diatas dengan studi kasus peneliti adalah sama-sama
menggunakan satu responden dari mulai ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru
lahir, dan keluarga berencana.
Perbedaan dari studi kasus diatas dengan studi kasus peneliti adalah studi kasus
diatas dengan responden dengan kehamilan kelima, jumlah persalinan 3 dan
abortus satu kali serta dengan respnden ibu hamil 39 Minggu sedangkan studi
kasus peneliti dengan responden kehamilan pertama, belum pernah bersalin dan
tidak pernah abortus dengan umur kehamilan responden 17 minggu 3 hari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Kasus
1. Kehamilan
a. Pengertian
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi dan implantasi. Bila
dihitung dari saat fertilisasi hingga kelahiran bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 280 harai (40 minggu atau 9 bulan 7 hari). Masa
awal kehamilan disebut trimester pertama yang dimulai dari konsepsi
sampai minggu ke 12 kehamilan. Pada masa ini terjadi perubahan produksi
dan pengaruh hormonal serta perubahan anatomi dan fisiologi (Bayu
Irianti dkk, 2015).
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi menjadi 3
triwulan pertama dimulai sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan ke-4
sampai ke-6, triwulan ketiga dari bulan ke-7 sampai 9 bulan (Ratna Dewi
Pudiastuti, 2012).
b. Perubahan Fisiologi Dan Psikologi Pada Ibu Hamil
1) Perubahan Fisiologi
Menurut Ummi Hani ddk, 2011, berikut ini beberapa perubahan
fisiologo pada ibu hamil :
a) System Reproduksi
Uterus akan mengalami pembesaran akibat peningkatan
hormone estrogen dan progesterone, uterus akan mengalami
hipertrofi dan perkembangan janin, pertambahan amnion dan
perkembangan plasenta dari yang berukuran 30 gr menjadi 1000
gr. Selain itu akn terjadi perlunakan pada isthmus uteri pada
pembesaran plasenta pada satu sisi uterus.
Pada serviks, terjadi hipervaskularisasi dan pelunakan pada
servik peningkatan hormone estrogen dan progesterone.
Peningkatan lendir serviks yang disebut dengan operculum.
Kerapuhan meningkat sehingga mudah berdarah saat berseggama
yang diikuti dengan tanda Chadwick, tanda goodel dan keputihan.
Pada vagina terjadi peningkatan produksi lendir oleh mukosa
vagina, hipervaskularissi pada vagina sehingga adanya tanda
Chadwick dan keputihan. Sedangkan pada ovarium tidak terjadi
pembentuka folikel baru dan hanya terlihat perkembngan dari
korpus luteum yang diikuti dengan amenorea.
b) System pencernaan
Pada mulut danbgusi terjadi peningkatan estrogen dan
progesteron meningkatkan aliran drah kerongga mulut,
hipervaskularisasi pembuluh darah kapiler gusi sehingga terjadi
edema dan hiperplastis, ketebalan epithelial berkurang sehingga
gusi lebih rapuh, timbulnya mutah menyebabkan kebersihan
mulut terganggu dn meningkatkan rasa asam dimulut.
Pada lambung terjadi relaksasi pada otot-otot pencernaan
antara lainperistaltik dilambung sehingga pencernaan makanan
oleh lambung menjadu lebih lama dan mudah terjadi peristaltic
balik ke esophagus. Selain itu, pengaruh dari peningkatan
hormone HCG juga dapat menyebabkan ibu hamil merasakan
mual dan muntah.
Pada usus halus terjadi relaksasi sehingga penyerapan
makanan menjadi lebih maksimal. Relaksai juga terjadi pada usus
besar sehigga penyerapan air menjadi lebih lama dan ibu
mengalami konstipasi dan bahkan menyebabkan hemoroid.
c) System Kardiovaskuler
Pada jantung terjadi hipertrofi (pembesaran) atau dilatasi
ringan jantung mungkin disebabkan oleh peningkatan volume
darah dan curah jantung. Karena diafragma terdorong keatas,
jantung terangkat keatas dan berotasi kedepan, antara minggu ke-
14 dan ke-20, denyut meningkat perlahan, mencapai 10 sampai 15
kali permenit kemudian menetap sampai aterm.
Pada volume dan komposisi darah selama hamil terjadi
percepatan produksi SDM (normal : 4-5,5 juta mm3). Persentasi
kenaikan bergantung kepada jumlah besi yang tersedia. Massa
SDM meningkat 30-33% pada kehamilan aterm, jika ibu
mengonsumsii suplemen besi. Apabila idak mengonsumsi
suplemen besi, SDM hanya meningkat 17% pada beberapa
wanita.
Pada sirkulasi darah, terjadi gangguan sirkulasi darah akibta
pembesaran dan pernekanan uterus terutama pada vena pelvis
ketika duduk dan vena cava inferior ketika berbaring, peningkatan
penyerapan kapiler.
d) System Perkemihan
Peningkatan sensitivitas kandung kemih dan pada tahap
selanjutntya merupakan akibat kompresi pada trimester kedua,
kandung kemih tertarik keatas dan keluar dari panggul sejati
kearah abdomen . uterta memanjang sampai ,5 cm karena
kadnung kemih bergeser kearah atas. Kongesti panggul pada masa
hamil ditunjukkan oleh hyperemia kandung kemih dan uretra.
Peningkatan vaskularisasi ini membuat mukosa kandung kemih
menjadi mudah luka dan berdarah. Tonus kandung kemih dapat
menurun. Hal ini memungkinkan distensi kandung kemih sampai
sekitar 1500 ml. Pada saat yag sama, pembesran uterus menekan
kandung kemih, menimbulkan rasa ingin berkemih walaupun
kandung kemih hanya berisi sedikit urine.
e) System Integumen
Pada muka terjadi perubahan warna bercak hipergimnetasi
kecoklatan pada kulit didaerah tonjolan maksila dan dahi,
khususny pada wanita hamil berkulit hitam akibat peningkatan
hormone estrohen dan progesterone, serta hormone
melanokortikoropin. Pada kulit terjadi hipersensitivitas alergan
plasenta sehingga ibu gatal-gatal.
Pada system integument juga terjadi peningkatan klenjar
apocrine akibat peningkatan hormone, kelenjar tersebut
meningkat terutama akibat berat badan dan kegiatan metabolic
yang meningkat, peningkatan aktivitas kelenjar sebasea sehingga
keringat bertambah.
Pada perut terdapat garis pogmentasi dari simfisis pubis
sampai ke bagian atas fundus di garis tengah tubuhb diinduksi
hormone timbul. Pada primigrafida garis mulai terlihatmpada
bulan ketiga terus memanjang siring dengan meningginya fundus.
Pada multigravida, keseluruhan garis seringkali muncul sebelum
bulan ketiga. Terdapat juga tanda regangan yang timbul pada 50-
90% wanita selama pertengahan kedua kehamilan yang dapat
disebabkan oleh kerja adenokortikosteroid, menunjukkan
pemisahan jaringan ikat (kolagen) dibawah kulit. Garis-garis yang
sedikit cekung ini cenderung timbul didaerah dengan regangan
maksimum (misalnya di abdomen, paha dan payudara).
f) Payudara
Pada terjadi hipervaskularisasi pembuluh darah akibat
peningkatan hormone estrogen dan progesterone. Selain itu, juga
terjadi peningkatan hormone somatomamotropin untuk produksi
ASI sehingga menjadi lebih besar.
g) System Pernapasan
Peningkatan vaskularisasi pada hidug yang merupakan
respon terhadap peningkatan kadar estrogen, juga terjadi pada
traktus pernapasan atas. Oleh karena kapiler membesar,
terbentuklah edema dan hipereremia dihidung, faring, laring,
trakea, dan bronkus.
Bagian toraks dan diagfragma dengan semakin membesarnya
uterus, maka akan mengalami desakan pada diafragma sehingga
naik 4 cm, terjadi pelebaran sudut toraks dari 68 menjadi 103
derajat, peningkatan progesterone menyababkan peningkatan
pusat saraf untuk konsumsi oksigen.
h) System Neurologi dan Muskuloskeletal
Penurunan kalsium dan alkalosis terjadi akibbat perubahan
pada system pernapasan, tekanan uterus pada saraf, keletihan, dan
sirkulasi yang buruk pada tungkai sehingga mengalamai kram
terutama pada kaki.
Perubahan titik pusat gaya berat akibat uterus yang
bertambah besar dan berat membuat wanita mengalami sikap
yang dapat menekan saraf ulnar, median, dan skiatik, terjadi
hiperventilasi dan menyebabkan kesemutan.
Terjadi hipertensi postural yang berhubungan dengan
perubahan hemodinamis, hipoglikemi, penumpukan darah
dibagian tungkai sehingga mengurangi arah balik vena dan
mengurangi curah jantung.
2) Perubahan Psikologi Ibu Hamil
Berikut ini perubahan psikologi ibu hamil menurut Asrinah,
Shinta Siswoyo Putri, Dewie Sulistyorini, Ima Syamrotul Muflihah &
Dian Nirmala sari, 2010 :
a) Pada kehamilan trimester I
Pada trimester pertama, seorang ibu akan selalu mencari
tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang
hamil. Setiap perubahan yang terjadi pada tubuh akan selalu
diperhatikan secaraa seksama.
Hasrat utntuk melakukan hubungan seksual, pada perempaun
trimester ini berbeda-beda. Walaupun beberapa perempuan
memiki gairah seks yang itnggi, kebanyakan mengalami
penurunan libido. Keadaan ini menciptakan adanya kebutuhan
untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur denga suami.
Banyak perempuan merasa butuh dicintai dan merasakan
keinginan kuat intuk mencintai, namun tanpa berhubungan seks.
Libido sangat dipengaruhi oleh kelelahan, rasa mual, pembesaran
payudara, keprihatinan, dan kekhawatiran.
Reaksi pertama seorang laki-laki ketika mengetahui dirinya
akan menjadi ayah adalah kebanggaan atas kemampuannya untuk
mempunyai keturunan cercampur dengan keprihatinan akan
kesiapannya menjadi seorang ayah dan pencari nafkah bagi
keluarganya. Seorang calon ayah akan sangat memperhatikan
keaadaaan ibu yang sedang mulai hamil dan menghindari
berhubungan seks karena takut mencederai bayinya.
b) Pada kehamilan trimester II
Trimester kedua biasanya ibu sudah merasa sehat. Tubuh
ibu telah terbiasa dengan kadar hormone yang lebih tinggi dan
rasa tidak nyaman karena hamil sudah berkurag. Ibu telah
menerima kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energy
serta pikirannya secara lebih konstruktif. Pada trimester ini pula
ibu mampu meraskan gerakan janinnya. Banyak ibu merasa
terlepas dari dari rasa tidak nyaman, seperti dirasakannya pada
trimester pertama dan merasakan naiknya libido.
c) Pada kehamilan trimester III
Trimester ketiga seringkali disebut periode menunggu dan
waspada sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu
kelahirann bayinya. Kadang ibu merasa khawatir bila bayinya
lahir sewaktu-waktu. Ibu sering merasa khawatir kalau bayinya
lahir tidak normal. Kenanyakan ibu juga akan bersikap
melindungi bayinya dan cenderung menghindari orang atau benda
apa saja yang dianggapnya membahayakan bayi.
Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada
trimester ketiga dan banyak ibu merasa aneh atau jelek. Di
sampung itu ibu mulai merasa sedih karena berpisah ari bayinya
dan kehilangan perhatian khusus yang diterima semasa hamil.
c. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil
1) Kebutuhan Fisik Dan Kebutuhan Psikologi
a) Kebutuhan Fisik ibu hamil trimester I, II, III menurut Asrinah,
Shinta Siswoyo Putri, Dewie Sulistyorini, Ima Syamrotul
Muflihah & Dian Nirmala sari, 2010 :
(1) Oksigen
Meningkatnya jumlah progesterone selama kehamilan
memengaruhi pusat pernapasan, CO2 menururn dan O2
meningkat, akan bermanfaat bagi janin. Kehamilan
menyebabkan hiperventilasi, di mana keadaan CO2 menurun.
Pada trimester II, janin membesar dan menekan diafragma,
menekan vena cava inferior, yang menyebabkan nafas
pendek-pendek.
(2) Nutrisi
(a) Kalori
Jumlah kalori yang dibutuhkan ibu hamil setiap
harinya adalah 2500 kalori. Total pertambahan berat
badan sebaiknya tidak melebihi 10-12 kg selama hamil.
(b) Protein
Jumlah protei yang diperlukan oleh ibu hamil
adalah 85 gr perhari. Sumber protein bisa diperoleh dari
tumbuh-tumbuhan atau hewani. Kekuranan protein
menyebabkna kelahiran premature, anemia dan edema.
(c) Kalsium
Kebutuhan kalsium pada ibu hamil adalah 1,5 kg
per hari. Kalsium dibutuhkan untuk pertumbuhan janin.
Sumber kalsium dapat diperoleh dari susu, keju yoghurt
dam kalsium karbonat.
(d) Zat besi
Diperlukan dengan jumlah 3 mg perhari terutama
setalah trimester II. Kekurangan zat besi dapat
menyebabkan anemia defisiensi zat besi.
(e) Asam folat
Jumlah yang dibutuhkan adalah 400 mikrogram
perhari. Kekurangan asam folat dapat menyebabkan
anemia megaloblastik pada ibu hamil.
(f) Air
Ibu dianjurkan untuk minum 6-8 gelas (1500-2000
ml) air, susu dan jus tiap 24 jam. Sebaiknya membatasi
minuman yang mengandung kafein seperti the, cokelat,
kopi dan minuman yang mengandung pemanis buatan
(sakarin) karena bahan ini mempunyai reaksi silang
terhadap plasenta
(3) Personal hygiene
Sebaiknya gunakan pancurang atau gayung pada saat
mandi, tidak diajurkan berendam dalam bathtub dan
melakukan vaginal douche. Selain mandi, mengganti celana
dalam secara rutin minimal sehari dua kali sangat dianjurkan.
(4) Pakaian
Hal yang perlu diperhatikan adalah pakaian harus
logger, bersih, tidak ada ikatan yang ketat, bahan yang mudah
menyerap keringat, pakai bra yang menyongkong payudara,
memakai sepatu ber hak rendah, pakaian dalam selalu bersih.
(5) Eliminasi
Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan
dengan eliminasi adalah konstipasi dan sering BAK.
Tindakan pencegahan yng dapat dilakukan untuk konstipasi
adalah dengan mengonsumsi makanan berserat tinggi, banyak
minum air putih. Sedangkan untuk sering BAK tiak
dianjurkan untuk megurangi asupan cairan karena akan
menyebabkan dehidrasi.
(6) Seksual
Hubungan seksual selama kehamilan tidak dilarang
selama tidak ada riwayat peyakit seperti sering abortus dan
kelahiran premature, perdarahan pervagina, koitus harus
dilakukan dengan hati-hati terutama pada minggu pertama
kehamilan, bila ketuban sudah pecah koitu dilarang karena
dapat menyebabkan infeksi jain intra uteri.
(7) Mobilisasi/Body Mekanik
Perubahan tubuh yang paling jelas adalah tulang
punggung bertambah lordosis, karena tumpuan tubuh
bergeser lebih ke belakang dibandingkan sikap tubuh ketika
hamil.
(8) Exercise/Senam Hamil
Dengan senam hamil akan banyak memberi manfaat
dalam membantu kelancaran proses persalinan, antara lain
dapat melatih pernapasan, relaksasi, menguatkan otot
panggul dan perut, serta melatih cara mengejan yang benar.
(9) Istirahat/Tidur
Ibu hamil dianjurkan untuk merencanakan periode
istirahat, terutama saat hamil tua. Posisi berbaring miring
dianjurkan untuk meingkatkan perfusi uterin dan oksigenasi
fetoplasental. Relaksasi adalah mebebaskan pikiran dan
beban dari ketegangan, yang degan sengaja diupayakan dan
dipraktikan.
(10) Imunisasi
Imunisasi selama kehamilan sangat penting dilakukan
untuk mencegah penyakit yang bisa menyebabkan kemanitan
ibu dan janin. Jenis imunisasi yang diberikan adalah tetanus
toxoid (TT) yang dapat mencegah penyakit tetanus.
b) Kebutuhan Psikologi Ibu hami trimester I, II dan III
(1) Dukungan Keluarga
(a) Ayah-ibu kandung maupun mertua sangat mendukung
kehamilan.
(b) Ayah-ibu kandung maupun mertua sering berkunjung
dalam periode ini.
(c) Seluruh keluarga berdoa untuk keselamatan ibu dan bayi
(d) Walaupun ayah-ibu kandung maupun mertua ada di
daerah lain, sangat didambakan dukungan melalui
telepon, surat atau doi dari jauh.
(e) Selain itu, ritual tradisional dalam periode ini seperti
upacara 7 bulanan pada beberapa orang, mempunyai arti
tersendiri yang tidak boleh diabaikan.
(2) Dukungan dari tenaga kesehatan
(a) Aktif melalui kelas antenatal.
(b) Pasif dengan memberikan kesempatan pada mereka yang
mengalami masalah untuk berkonsultasi.
(c) Tenaga kesehaan harus mamp mengenali keadaan yang
ada disekitar ibu hamil/pasca bersalin yaitu suami atau
saudara kandung ibu serta fakor penunjang.
(3) Rasa aman dan nyaman selama kehamilan
Peran keluarga, khususnya suami, sangat diperlukan
bagi seorang perempuan hamil. Keterlibatan dan dukungan
yang diberikan suami guna kehamilan akan memperat
hubungan ayah anak suami istri.
(4) Persiapan menjadi orang tua
Kehamilan dan peran sebagai orangtua dapat dianggap
sebagai masa transisi atau peralihan. Terlihat adanya
perlaihan yang sangat besar akibat kelahiran dan peran yang
baru, serta ketidakpastian yang terjadi sampai peran yang
baru ini dapat disatukan dengan anggota keluarga baru.
2) Ketidaknyamanan Selama Kehamilan Dan Penanganannya
Menurut Bayu Irianti, dkk (2015), berikut ini ketidaknyamanan atau
keluhan yang sering terjadi pada ibu hamil :
c) Trimester I
(1) Mual Muntah
Mual dan muntah atau dalam bahasa medis disebut
emesis gravidarum atau morning sickness merupakan suatu
keadaan mual yang terkadang disertai muntah (frekuensi
kurang dari 5 kali). Selama kehamilan, sebanyak 70-85%
wanita mengalami mual muntah (Wegrzyniak, dkk 2012).
Dari hasil penelitian Lacasse (2009) dari 367 wanita hamil,
78,47% mual muntah terjadi pada trimester pertama dengan
derajat mual muntah yaitu 52,2% mengalami muntah ringan,
45,3% mengalami muntah sedang dan 2,5% mengalami mual
muntah berat. Pada trimester dua, 40,1% wanita masih
mengalami mual muntah dengan rincian 63,3% mengalami
mual muntah ringan, 35,9% mengalami mual muntah sedang
dan 0,8% mengalami mual muntah berat.
Penyebab pasti morning sickness belum diketahui
dengan jelas, akan tetapi mual muntah dianggap sebagai
masalah multifaktorial. Teori yang berkaitan adalah factor
hormonal, system vestibular, pencernaan, psikologi,
hiperolfaction, genetic dan factor evolusi. Berdasarkan factor
dtufi prospektif pda 9000 wanita hamil mengalami mual
mutah, didapatkan hasil ririko mual muntah menigkat pada
primigavida, wanita yang pendidikannya kurang, merokok,
kelebihan berat badan atau obesitas, memiliki riwayat mual
muntah pada kehamilan sebelumnya.
Penanganan yang dapa dilakukan oleh bidan antara lain :
(a) Melakukan pengaturan pola makan yaitu dengan
memodifikasi jumlah dan ukuran makanan. Makan
dengan jumlah kecil dan minum cairan yag mengandung
elektrolit atau suplemen lebih sering. Mengonsumsi
makanan yang tiggi protein dapat mengurangi mual dan
melambatkan aktivitas gelombang dysrhytmic pada
lambung terutama pada trimester pertama deibandingkan
dengan makanan yang didominasi oleh karbohidrat atau
lemak.
(b) Menghindari keteganagn yang dapat meningkatkan stress
dan mengganggu istirahat tidur.
(c) Meminum air jahe dapat mengurangi gejala mual mutah
secra signifikan karena dapat meningkatkan mortilitas
saluran cerna, yaitu dengan menggunakan 1gr jahe
sebagai minuman selama hari.
(d) Melakukan akupuntur atau hypnosis dapat mengurangi
mual dan muntah secara signifikan
(e) Menghindari konsumsi kopi/kafein, tembakau dan
alcohol, karena selain dpat menimbulkan mual dan
muntah juga dapat memiliki efek yang merugikan untuk
embrio, serta menghambat sintesis protein.
(f) Berikan tablet vitamin B6 1,5mg/hari untuk
meningkatkan metabolism serta mencegah terjadinya
enchepalopaty.
(2) Hipersalivasi
Air liur yang berlebih atau dalam bahasa medis disebut
hipersalivasi atau sialorrrehea atau ptyalism adala
peningkatan sekresi air liur yang berlebihan (1-2 L/hari).
Sebesar 2,4% wanita hamil pada trimester pertama
mengalami peningkatan air liur (Freen, 1994). Keadaan ini
dihubungkan dengan munculnya mual muntah pada trimester
pertama. Berdasarakan penelitian pada wanita hamil
dijepang, ptyalism berhubungan dengan riwayat hiperemesis
gravidarum (Suzuki, 2013). Hipersalivasi disebabkan oleh
peningkatakn keasaman didalam mulut atau peningkatan
asupan zat pati, yang menstimulasi kelenjar mengalami
sekresi berlebihan.
Hipersalivasi dapat diatasi dengan menyikat gigi,
berkumur atau menghisap permen yang mengandung mint.
(3) Pusing
Pusing biasanya terjadi pada awal kehamilan. Penyebab
pasti belum diketahui. Akan tetapi diduga karena pengaruh
hormone progesterone yang memicu dinding pembuluh
darah melebar, sehingga megakibatkan terjadinya penurunan
tekanan darah dan membuat ibu merasa pusig.
Dlam keadaan fisiologis, keluhan ini akan menghilang
dengan sendirinya. Penangaan yang tepat tentu harus dengan
mengetahui lebih dulu penyebabnya. Bidaan harus mampu
melakukan pegakjian penyebab pusing karena akan
berpengaruh pada penetalaksanaan yang diakukan yaitu :
(a) Bila disebabkan oleh hromon mkan penanganannya
cukup dengan istirahat an tidur serta menghilangkan
stres.
(b) Bila disebabkan oleh anemia dan hipertensi maka harus
diatsi dulu factor penyebabnya. Dalam hal ini bidan
harus melakukan kolaborasi dengan dokter kandungan.
(c) Jika disebabkan karena hipotensi atau tekanan darah
rendah maka dapat diatasi dengan mengurangi aktivitas
dan meghemat pegeluaran energy, kemudian juga dapat
diatasi dengan menghindari gerakan mendadak seperti
dari posisi duduk atau jongkok lagsung ke posisi berdiri.
(4) Mudah Lelah
Pada awal kehamilan, wanita sering mengeluhkan udah
lelah. Peyebab pastinya belum diketahui. Teori yan muncul
yaitu diakibatkan oleh penurunan drastis laju metabolism
dasar pada awal kehamilan. Selain itu, peningkatan
rpogesteron memiliki efek menyebabkan tidur. Keluhan ini
akan hilang pad akhir trimester pertama.
Asuhan kebidanan yang dapat dilakukan yaitu :
(a) Meyakinkan ibu bhawa kelelahan adalah hal yang
normal dan bahwa kelelahan akan hilang secara spontan
pada trimester II
(b) Melakukan pemeriksaan kadar zat besi
(c) Menganjurkan ibu untuk beristirahat disiang hari
(d) Menganjurkan ibu untuk minum lebih banyak, karena
efek dari dehidrasi adalah kelelahan
(e) Menganjurkan ibu untuk melakukan latihan fisik
(olahraga) ringan
(f) Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi makanan
seimbang
(5) Heart Burn
Sebesar 17-45% wanita hamil mengeluh rasa terbakar
pada dada atau dalam bahasa medis disebut heartburn.
Heartburn disebabkan oleh peningkatan hormone
progesterone dan esterogen dan relaxing yag mengakibatkan
relaksasi oto-otot termasuk system pencernaan. Hal tersebut
menurunkan ritme dan mortilitas lambung serta penurunan
tekanan sfingter esophagus bawah. Akibatnya makanan yang
masuk cenderung lambat dicerna sehingga makanan relative
menumpuk. Hal ini menyebabkan rasa penuh atau kenyang
dan kembung (bloated). Berdasarkan studi prospektif
didapatkan gejala heartburn berhubungan dengan emesis.
Langkah pertama untuk mengurangi keluhan heartburn,
yaitu dengan memperbaiki pola hidup. Perubahan pola hidup
ini misalnya menghindari makan tengah malam, menghindari
makan dalam porsi besar, memposisikan kepala lebih tinggi
pada saat terlentang atau tidur, menghindari makanan yang
merangsang terjadinya heartburn, mengunyang permen karet
(menstimulasi peningkatan produksi saliva, sehingga dapat
membantu menetralkan keasaman). Dan mengentikan
konsumsi alcohol maupun rokok.apabila langkah awal
tersebut tidak berhasil, maka perlu diberikan terapi
farmakologis oleh dokter kandungan.
(6) Peningkatan Frekuensi berkemih
Lebih dari 40% wanita hamil berkemih lebih dari 10 kali
perharipada siang hari, dan diikuti pula pada malam hari
yaitu sebesar 72,9% dengan frekuensi lebih dari 4 kali
(Sharma, 2009).
Selama kehamilan, terjadi perubahan yang besar baik
secara anatomi maupun fisiologi dalam system
mperkemihan yang mengakibatkan munculnya keluhan baik
fisiologi ataupun patologi. Perubahan juga terjadi pada
saluran kemih bagian bawah. Peningkatan progesterone dan
estrogen pada kehamilan menyebabkan mukosa pada bledder
(kandung kemih) mejadi hyperemic ( peningkatan jumlah
aliran darah). Peningkatan level progesterone sendiri
menyebabkan bladder mengalami hipotonia. Selain itu, letak
kandung kemih yang bersebekahan degan rahim membuat
kapasitasnya berkurang.
Asuhan kebidanan yang dapat diberikan untuk
mengurangi keluhan adalah :
(a) Menyarankan untuk latihan kegel.
(b) Tidak menyarankan ibu untuk mengurangu minum.
Mengurangi minum tidak akan megurangi frekuesni
BAK alan tetpi dapat menyebakan ketidaknyamanan,
kelelahan dan dapat masalah lain.
(c) Menyarankan ibu untuk BAK secara teratur, jangan
menahan BAK.
(d) Menyarankan ibu untuk meghindari menggunakan
pakaian ketat karena dapat meningkatkan resiko
terjadinya ISK.
(7) Konstipasi
Konstipasi adalah penurunan frekuensi buang air besar
yang disertai dengan perubahan karakteristik feses yang
menjadi keras sehingga sulit untuk dibuang atau dikeluarkan
dan dapat menyebabkan kesakitan yang hebat pada
penderitanya. Pada kehamilan, konstipasi terjadi pada 10-
40% wanita (Vazquez, 2010).
Penatalaksanaan awal konstipasi yaitu denga perubahan
gaya hidup. Perubahan gaya hidup tersebut yaitu berupa
konsumsi makanan berserat (seperti biscuit yang berasala
dari jagung atau gandum) setidaknya 10gr/hari dapat
meningkatka frekuensi defekasi serta melunakkan
konseistensi feses pada 77% wanita hamil dengan keluhan
konstipasi. Apabila penatalaksanaan awal tidak dapat
mengurangi keluhan, maka diberikan terapi farmakologi
berupa laxative oleh dokter kandunga.
d) Trimester II
(1) Pusing
Pusing merupakan timbulnya perasaan melayang karena
peningkatan volume plasma darah yang mengakami
peningkatan hingga 50%. Peningkatan volume plasma akan
meningkatkan sel darah merah sebesar 15-18%. Penigkatan
jumlah sel darah merah akan mempengaruhi kadar
hemoglobin darah, sehingga jika peningkatan volume dan sel
darah merah tidak diimbangi dengan kadar hemoglobin yang
cukup maka akan mengakibatkan anemia.
Perubahan pada komposisi darah tubuh ibu hamil terjadi
mulai minggu ke 24 kehamilan dan akan memunck pada
minggu ke 28-32. Keadaan tersebut akan menetap pada
minggu ke-36.
Terkait dengan keluhan pusing, lemas dan mudah lelah
yang ibu alami, bidan harus dapa melakukan penapisan
terhadap anemia. Jika telah diyakini bahwa keluhan yang
terjadi merupakan efek ri perubahan fisiologi yang terjadi,
anjruka ibu untuk cukup istirahat baik dimalam hari maupun
disiang hari sehingga stamina ibu tetap terjaga. Gejala ini
dpat dikurangi dengan menghindari berdiri secara tiba-tiba
dari keadaan duduk, hindari berdiri dalam waktu lama,
jangan lewatkan waktu makan dan berbaring dalam keadaan
mirjng serta waspadai keadaan anemia.
(2) Sering Berkemih
Seiring bertambahnya usia kehamilan, massa uterus akan
bertambah dan ukuran uterus mengalami peningkatan,
sehingga uterus membesar kearah luar pintu atas panggul
menuju rongga abdomen. Perubahan tersebut menyebabkan
tertekannya kandung kemih yang terletak tepat didepan
uterus. Tertekannya kandung kemih oleh volume uterus yang
semakin bertambah menyebabkan kaapasitas kandung kemih
berkurang, akibatnya daya tamping kandung kemih
berkurang. Hal tersebut memicu meningktnya frekuensi
kencig pada kehamilan trimester II. Asuhan yang dapat
dilakukan oleh bidan terkait seringnya berkemih dijelaskan
lebih lanjut padaa keluhan sering berkemih di trimester III
(3) Nyeri Perut Bawah
Nyeri perut bagian bawah biasa dikeluhkan 10-3-% ibu
hamil pada akhir trimester I atau ketika memasuki trimester
II. Nyeri perut bagian bawah biasanya disebabkan oleh
semakin membesarnya uterus sehinggga keluar dari rongga
panggul menuju rongga abdomen.
Asuhan yang dapat dilakukan oleh bidan terkait nyeri
fisiologis pada bagian bawah perut pada masa kehamilan,
yaitu:
(a) Menganjurkan ibu untuk menghindari berdiri secara tiba-
tiba dari posisi jongkok.
(b) Mengajarkan ibu posisi tubuh yang baik, sehingga
memperingan gejala nyeri yang mungkin timbul.
(4) Nyeri Punggung
Selain dari perubahan uterus yang mengakibatkan
perubahan sttuktur dan postur otot-otot tubuh, pengaruh
hormone pun menyebabkan relaksai ott-otot tubuh.
Berdasarkan penelitian Robbinsn, dkk (2010) mengatakan
bahwa selain pengaruh anatomis, tingkat stress yang
diakibatkan rasa kekhawatiran, tekanan dan pengaruh
psikologis lai selama hamil menjadi factor pendukung
terjadinya nyeri punggung ini. Rangsangan stress
menstimulasi otot-otot menjadi menegang sehingga memicu
timbulnya nyeri ( Robinson dkk, 2010).
Rasa nyeri fisiologis ini dapat dikurangi bahkan dicegah
dengan melakukan latihan-latihan tubuh selama hamil, yaitu
dengan senam hamil. Selain senam hamil beberapa hal lain
yang dapat dilakukan yaitu dengan terapi pijat, akupuntur,
komunikasi yang akan menimbulkan rasa senang dan tenang
pada ibu, menjaga cara mobilisasi dan sikap tubuh yang baik
(Sadr dkk, 2012). Peran bidan dalam mebantu ibu
mengurangi keluhan nyeri pinggang yaitu dengan :
(a) Memberitahu ibu untuk menjaga posisi tubuhnya (body
mechanic).
(b) Menganjurkan ibu untuk melakukan exercise selama
hamil untuk melatih otot-otot tubuh serta membantu
dalam menyesuaikan dengan perubahan fisiologi yang
terjadi.
(c) Menganjurkan ibu untuk mengurngi aktivitasnya serta
menambah waktu istirahat jika diperlukan.
(5) Flek kecoklatan pada wajah dan sikatrik
Perubahan kulit yang terjadi selama kehamilan merupaka
efek dari ketidakseimbangan hormone selama kehamilan,
yang memperngaruhi perubahan pada kulit dan dialami oleh
90% wanita selama kehamilan. Keluhan yang serig dialami
oleh wanita hamil yaitu timbulnya stretch mark dan
hiperpigmetasi pada kulit.
Stretch mark atau strae gravidarum diakibatkan oleh
hiperdistensi yang terjadi pada jaringan kulit akibat
peningkatan ukuran maternal yang menyebabkan peregangan
pada lapisan kolagen kulit terutama pada payudara, abdomen
dan paha. Penyebabnya belum diketahui tetapi diduga akibat
pengaruhkombinasi hormone estrogen, adrenocorticoid, dan
relaxin yang mebgubah kolagen dan elatisitas jringan (Hellen
dkk, 2008).
Hiperpigmentasi pada kehamilan diduga terjadi akibat
peningkatan hormone melanocyt-stimulating (MSH). Hal ini
berkaitan dengan peningkatan estrogen dalam kehamilan,
dimana estrogen berperan dalam melanogenesis (Fraser,
2011).
Sebagai bidan, beberapa upaya yang dapat dilakukan
untuk mencegah terjadinya hal ini yaitu :
(a) Anjurkan ibu untuk menggunakan lotion yang berasal
dari bahan-bahan alami seperti ekstrak tumbuhan, dan
atau minyak alami yang mengandung vitamin A dan E
pada tubuh, terutama lengan, paha dan betis, perut dan
bokong serta payudara dimulai pada awal kehamilan.
(b) Anjurkan ibu untuk menggunakan bra dengan ukuran
yang lebih besar sehingga nyaman bagi ibu dan
mencegah rasa sesak akibat ukuran yang terlalu ketat.
(c) Berithu ibu tentang diet seimbang Selma kehamilan
sehingga mencegah terjadinya penambahan berat yang
berlebihan dan mengakibatkan distensi berlebih yang
akan menimbulkan terjadinya streatch mark
(d) Anjrukan ibu untuk menggunakan pelembab kulit muka
yang mengandung zat pencegah sinar matahari.
Pelembab yang mengandung bahan pencegah sinar UV
dapat mengurangi keterpaparan sinar matahari secara
langsung dan dapat mengurangi terjadinya kloasma atau
melasma gravidarum.
(e) Beri dukungan dan informasi pada ibu bahwa hal
initerjadi pada kebanyakan wanita hamil dan akan
berkurang setelah kehamilan berakhir.
(6) Secret Vagina Berlebih
Peningkatan cairan serviks selama kehamilan karena
pengaruh oeningkatan vaskularisasi dan hipereremia pada
bagian servik vagina dan perineum. Hal ini menyebabkan
terjadi pengentalann mukosa, jaringan ikat melonggar dan
sel-sel otot polos hipertropi. Akibat tingginya kadar estrogen
memicu serviks mengeluarkan discharge atau yang disebut
Leuchorrea.
Seperti halnya asuhan pada peningkatan jumlah keringat
selama kehamilan, pada keluhan leuchorrea ibu disarankan
untuk menjaga kebersihan diringa yaitu dengan mengganti
celana dalam sesering mungkin, serta memelihara kebersihan
alat reproduksinya tetap kering setelah buang air kecil untuk
mencegah pertumbuhan mikroorganisme.
(7) Konstipasi
Sembelit atau konstipasi adalah suatu keadaan dimana
sekresi dari sisa metabolism nutriri tubuh dalam bentuk feces
mengalami gangguan yang menyebabkan feces menjadi
keras dan meimbulkan kesulitan saat defekasi.
Sebagai seorang pendamping wanita, asuhan yang dapat
dilakukan bidan terkait ketidaknyamanan yang ditimbulkan
akibat melambatya proses pencernaan dan mencegah
terjadinya konstipasin diantaranya :
(a) Mengajrukan ibu untuk mengkonsumsi makanan
mengandung serat.
(b) Anjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhn hidrasinya,
dengan minum palinh sedikit 8-10 gelas air dalam sehari
serta menghindari minuman yang dapat memperberat
kerja system pencernaan seperti teh atau kopi (Trottier,
2012).
(c) Anjurkan ibu untuk melakukan olahraga ringan secara
rutin, baik dengan mengikuti kegiatan senam hamil atau
sekedar berjalan ringan (trackmild) disetiap harinya
(Trottier, 2012)
(d) Jika konstipasi tidak dapat diatasi, penatalaksannan
dilakukan oleh dokter dengan pemberian obat-obatan
yang dapat memperingan keluhan.
(8) Penembahan Berat Badan
Penambahan beratbadan terjadi karena bertambahnya
komposisi uterus, berkembangnya plasenta, janin dan cairan
ketuban. Selain itu penambahan berat badan diakibakan
karena bertambahnya jumlah volume darah, peningkatan
retsni cairan, serta prduksi lemak selama kehamilan.
Asuhan yang dapat bidan lakukan adalah dengan
memeriksa penambahan berat badan ibu setiap kali ibu
melakukan kunjungan antenatal dan menyesuaikannya
dengan indeks massa tubuh ibu sebelum hamil, sehingga
dapat ditentukan jumlah kenaikkan berat badan yang harus
dan atau tidak boleh dialami ibu selama kehamilannya.
Asuhan yang dapat bidan lakukan diantaranya :
(a) Menghitung perkiraan penambahan berat yang
disarankan dengan perhitungan IMT serta menentukan
status IMT ibu.
(b) Memberikan contoh makanan yang baik dikonsumsi ibu
sesuai dengan pengaturan pola makan yang
disarankannya, sehingga penambahan berat bdana ibu
dapat terpantau dengan baik.
(c) Membantu mengatasi keluhan yang dialami ibu,
berkenaan dengan hal yang memperngaruhi pola makan
ibu.
(d) Membantu menghitung kebutuhan kalori ibu dan
menambahkannya sebanyak 500 kkal selama kehamilan
sesuai dengan IMT.
(9) Pergerakan Janin
Pergerakan janin atau quickening yaitu keadaan dimana
ibu merasakan gerakan janin pertama kali pada masa
kehamilannya. Pada multugravia di usia kehamilan antara
16-18 minggu, pada primigraida dirasakan pada minggu ke
18-20. Tetapi ada beberapa studi yang menyatakan bahwa
sebagian ibu merasakan pergerakan janin setelah usia
kehamilan 20 minggu atau lebih.
Pergerakan janin merupakansalah satu tanda yang
menjadi petunjunk keadaan janin. Jika terjadi gerakan janin
yang melambat atau lebih cepat dapat menjadi penanda
bahwa kebutuhan janin tidak terpenuhi secara adekuat atau
janin dalam keadaan yang tidak baik. Saat ibu merasakan
gerakan janin tidak seperti seharusnya, istirahat dan
pemuuhan nutrisi dan hidrasi merupakan cara awal
penstabilan keadaan janin sebelum dilakukannya
pemeriksaan untuk memastikan penyebab penurunan
kesejahteran janin (Greenow dkk, 2013).
Banyak cara untuk mengevaluasi gerakan janin. Cara
sederhana yang dapat diajarkan bidanpada ibu untuk dapat
mendeteksi dini keadaan janinnya yaitu dengan cara :
(a) Menganjurkan ibu untuk menyiapkan 2 buah wadah atau
kantung.
(b) Menyiapkan manik-manik atatupun koin.
(c) Meminta ibu untuk memindahkann manic-manik tersebut
dari tempat yang satu pada tempat yang lainnya setiap
kali ibu merasakan pergerakan janin dalam waktu 2 jam.
(d) Jika dalam waktu 2 jam didapatkan jumlah manik-manik
atau hasil penghitungan ibu tidak seperti biasanya
(kurang dari 4 atau tercatat lebih banyak 10), maka perlu
diwaspadai bahwa keadaan kesejahteraan janin
terganggu. Sarankan ibu untuk beristirahat dari aktivitas
yang dilakukannya, serta penuhi kebutuhan nutrisi dan
hidrasinya.
(e) Jika ibu tidak merasakan gerakan selama waktu-waktu
penghitungan serta ibu telah beristirahat dan memenuhi
kebutuhan dasar lainnya, sarankan ibu untuk segera
mendatangi tenaga kesehatan untuk dilakukan
pemeriksaan lanjutan.
e) Trimester III
(1) Sering Berkemih
Sering berkemih dikeluhkan sebanyak 60% oleh ibu
selama kehamilan akibat menigkatnya laju Filtrasi
Glomerolus (Sandhu, dkk., 2009). Menjelang akhir
kehamilan, pada nulipara presentasi terendah sering
ditemukan janin memasuki pintu atas panggu, sehingga
menyebabkan kandung kemih terdorong kedepan dank etas,
mengubah permukaan yang semula konveks mejadi konkaf
akibat tekanan.
Asuhan yang dapat diberikan yaitu dengan
menjelaskan pada ibu bahwa sering berkemih merupakan hal
normal akibat dari perubahan yang terjadi selama kehamilan,
menganjurka ibu mengurangi asupan cairan 2 jam sebelum
tidur agar istirahat ibu tidak akan terganggu.
(2) Varises dan Wasir
Varises adalah pelebaran pembuluh darah balik vena
sehingga katup vena melemah dan menyebabkna hambatan
pada aliran pembuluh darah balik dan biasa terjadi pada
pembuluh balik supervisial. Cara mengatasinya yaitu dengan
melakukan exercise selama kehamilan dengan teratur,
menjaga sikap tubuh yang baik, tidur dengan posisi kaki
sedkiti lebih tinggu selama 10-15 menit dan dalam keadaan
miring, hindari duduk dengan posisi kaki menggantung, dan
gunakan stokingserta mengonsumsi suplemen kalsium.
Hemoroid sering didahului dengan konstipasi. Oleh
karena itu, semua penyebab konstipasi berpotensi
menyebabkan hemoroid. Asuhan kebidanan untuk mencegah
hemoroid adalah dengan mendindari memaksanakn
mengejam jika saat defekasi tidak ada rangsangan mengejan,
mandi berendam, anjurkan ibu untuk memasukkan kembali
hemoroid kedalam rectum, serta lakukan latihan
mengencangkan perineum.
(3) Sesak Nafas
Keluhan sesak nafas juga dapat terjadi karena adanya
perubahan pada volume paru yang terjadi akibat perubahan
anatomi toraks selama kehamilan. Dengan demikian
bertambahnya usia kehamilan, pembesaran uterus akan
semakin mempengaruhi keadaan diafragma ibu hamil, di
mana diafragma terdorong ke atas sekitar 4 cm disertai
pergeseran ke atas tulang iga.
Asuhan kebidanan yang dapat diberikan yaitu dengan
menganjurkan ibu utuk mengurangi aktivitas yang berat dan
berlebihan, disamping itu ibu hamil perlu memperhatikan
posisi pada saat duduk dan berbaring.
(4) Bengkak dan Kram Pada Kaki
Bengkak atau oedem adalah penumpukan atau
retensicairan pada aderah luar sel akiat dari berpindahnya
cairan intraseluler ke eskstraseluler. Oedema pada kaki biasa
dikeluhkan pada usia kehamilan di ats 34 minggu. Sementara
kram pada kaki terjadi karena adanya ganggaun aliran atau
sirkulasi darah pada pembuluh darah paggul yang
disebabkan oleh tertekannya pembuluh tersebut oleh uterus
yang semakin membesar pada kehamilan lanjut. Asuhan
yang bisa diberikan oleh bidan yaiu :
(a) Anjurkan ibu untuk memperbaiki sikap tubuhnya,
terutama saat duduk dan tidur. Pada saat posisi tudir
posisikan kaki sedikit tinggi sehingga cairan yang telah
menumpuk dibagian ekstraseluler dapat beralih kembali
pada intraseluler akibat dari perlwanan gaya gravitasi.
(b) Hindari memakai pakaian ketat, bediri lama dan duduk
tanpa sandaran
(c) Lakukan latihan ringan dan berjalan secara teratur
(d) Kenakan penyokong abdomen maternal atau korset
untuk mnghilangkan tekanan pada vena panggul
(e) Anjurkan ibu untuk menggunakan stocking untuk dapat
membantu meringankan tekanan yang memperberat kerja
dari pembuluh vena sehingga bisa mencegah varises
(f) Lakukan senam kegel
(g) Gunakan kompres es didaerah vulva untuk mengurangi
bengkak
(h) Lakukan mandi air hangat untuk menenangkan
(i) Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan
mengandung kalsium dan vitamin B.
(5) Gangguan Tidur dan Mudah Lelah
Cepat lelah pada kehamilan disebabkan oleh nokturia
(sering berkemih dimalam hari), terbangun di malam hari
dan mengganggu tidur yang nyenyak. Sedangakn wanita yag
mengalami insomnia disebabkan ketidaknyamanan akibat
uterus yang membesar, ketidaknyamanan lain selama
kehamilan dan pergerakan jani, terutama janin aktif. Asuhan
kebidanannya adalah :
(a) Mandi air hangat
(b) Minum air hangat, contohnya susu sebelum tidur
(c) Lakukan aktivitas yang tidak menimbulkan stimulus
sebelum tidur.
(6) Nyeri Perut Bawah
Nyeri perut bawah dapat disebabkan oleh muntah
yang berlebihan dan konstipasi yang dialami oleh sebagian
besar ibu dalam kehamilannya. Keluhan ini dapat diatsi
dengan tirah baring, mengubah posisi ibu agar uterus yang
mengalami torsi dapat kembali ke keadaannya semula tanpa
harus diberikan manipulasi.
(7) Heartburn
Perasaan panas pada perut atau heartburns atau
pirosis didefinisikan sebagai rasa terbakar di saluran
pencernaan bagian atas, termasuk tenggorokan. keluhan ini
disebabkan oleh peningkatan kadar progesterone atau
meningkatnya metabolisme yang menyebabkan relaksasi dari
otot polos, sehingga terjadi penurunan pada irama dan
pergerakan lambung dan penurunan tekanan pada spinkter
esophagus bawah.
Asuhan kebidanan yang dapat diberikan yaitu dengan
mengubah gaya hidup dan pola nutrisi. Perubahan yang
dilakukan adalah dengan menghindari berbaring dalam
wakatu 3 jam setelah makan, perubahan pola nutrisi dengan
menghindari berbaring dalam waktu 3 jam setelah makan.
(8) Kontraksi Braxton Hick
Pada saat trimester akhir, kontraksi dapat sering dapat
sering terjadi setiap 10-20 menit dan juga, sedikit banyak,
mungkin berirama.
Bagi seorang istri dari pasangan suami yang sah, hamil adalah suatu
wasiat dan tugas mulia dari Allah SWT. Anak yang ada didalam
kandungan nantinya akan menjadi pelanjut “nama keluarga”. Karena
itulah, kehadiran seorang anak, sekalipun masih didalam kandungan,
menjadi dambaan setiap keliarga dimuka bumi ini. Bahkan, bagi seorang
isteri yang sedang mengandung, Allah SWT memberinya anugerahm
yakni berupa pahala tanpa henti selama maa hamil yang panjang itu
(Panduan Dakwah Rumah Sakit Muhammadiyah, 2013).
Dalam Q.s. Al-Ahqaaf, Allah SWT berfirman :

ۖ ‫ح َم ل َ ت ْ ه ُ ك ُ ْر ه ًا َو َو ضَ ع َ ت ْ ه ُ ك ُ ْر ه ًا‬ ْ ‫َو َو صَّ ي ْ ن َا‬


َ ‫اْلِ ن ْ س َ ا َن ب ِ َو ا ل ِ د َ ي ْ هِ إ ِ ْح س َ ا ن ً ا‬
ً ‫ح ت َّ ى إ ِ ذ َ ا ب َ ل َ َغ أ َ ش ُ د َّ ه ُ َو ب َ ل َ َغ أ َ ْر ب َ ِع ي َن سَ ن َ ة‬ َ ‫ص ا ل ُ ه ُ ث َ ََل ث ُو َن ش َ ْه ًر ا‬ َ ِ ‫ح ْم ل ُ ه ُ َو ف‬َ ‫َو‬
َ
‫ي َو أ ْن‬ َ َ
َّ َ ‫ت َو عَ ل ى ع َ ل يَّ َو ا لِ د‬ َ
َ ‫ك ا ل ت ِ ي أ ن ْ ع َ ْم‬ َّ َ َ َ
َ َ ‫ق َ ا َل َر ب ِ أ ْو ِز عْ ن ِ ي أ ْن أ شْ ك ُ َر ن ِ ع ْ َم ت‬
‫ن ِم َن ال ْ ُم سْ ل ِ ِم ي َن‬ ِ ِ ‫إ‬ ‫ي‬ ُ ‫ْت‬ ‫ب‬ ُ ‫َت‬ ‫ك‬ ْ ‫ي‬ َ ‫ل‬ ‫إ‬ ‫ي‬
ِ ِ َِ ‫ن‬ ‫إ‬ ‫و‬ ‫ي‬ ِ ‫ف‬ ِ ‫ت‬ َّ ‫ي‬ ‫ر‬ ُ
ِ ‫ص لِ ْح ل ِ ي ي‬
‫ذ‬ ْ َ ‫ض ا ه ُ َو أ‬ َ ‫ص ا ل ِ ًح ا ت َْر‬ َ ‫أ َ عْ َم َل‬

Artinya : “kami perintahkan manusia supaya berbuat baik kepada


ibu-bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah dan
melahirkannya dengan susah payah, mengandungnya sampai
menyapihnya 30 bulan” (Q.s al-Ahqaaf : 15).

2. Persalinan
a. Pengertian
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi cukup bulan atau hamper cukup bulan, disusul dengan
pengeluaran placenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Yanti, 2010).
Persalinan adalah proses alamiah yang dialami perempuan,
merupakan pengeluaran hasil konsepsi yang telah mampu hidup diluar
kandugan melalui beberapa proses seperti adanya penapisam dan
pembukaaan serviks, serta adanya kontraksi yang berlangsung dalam
waktu tertentu tanpa adanya penyulit. Delivery adalah momentum
kelahiran janin sejak kala II (Rohani, Reni Saswita, dan Marisah, 2011).
b. Tanda-Tanda Persalinan
Menurut Yanti, 2010 :
1) His Persalinan
Timbulnya his persalinan ialah his pembukaan dengan sifat-sifatnya
sebagai berikut :
a) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut depan
b) Makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat
intensitasnya
c) Kalau dibawa berjalan bertambah kuat
d) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan pembukaan serviks
2) Bloody show (Lendir disertai darah dari jalan lahir)
3) Premature rupture of membrane adalah keluarnya cairan banyak
dengan sekonyog-konyong dari jalan lahir. Hal ini terjadi akibat
ketuban pecah atau selaput janin robek.
c. Tahapan Persalinan (Kala I-IV)
Menurut Yanti, 2010 :
1) Kala I
Kala I atau kala pembukaan adalah periode persalinan yang
dimulai dari his persalinan yan pertama sampai pembukaan serviks
menjadi lengkap. Berdasarkan kemajuan pembukaan maka kala I di
bagi menjadi:
a) Fase latent, yaitu fase pembukaan yang sangat lambat ialah dari 0
sampai 3 cm yang membutuhkan waktu 8 jam.
b) Fase aktif, yaitu fase pembukaan yang lebih cepat yaitu terbagi
lagi menjadi :
(1) Fase Accelerasi (fase percepatan), dari pembukaan 3 cm
sampai 4 cm yang di capai dalam 2 jam.
(2) Fase Dilatasi Maksimal, dari pembukaan cm sampai 9 cm
yang dicapai dalam 2 jam.
(3) Fase Decelerasi (kurangnya kecepatan), dari pembukaan 9
cm sampai 10 cm selama 2 jam.
2) Kala II
Kala II atau kala pengeluaran adalah periode persalinan yang
dimulai dari pembukaan lengkapsampai lahirnya bayi.
3) Kala III
Kala III atau Kala Uri adalah periode persalinan yang dimulai dari
lahirnya bayi sampai dengan lahirnya placenta.
4) Kala IV
Kala IV merupakan masa 1-2 jam setelah placenta lahir. Dalam
klinik, atas pertimbangan-pertimbangan praktis masih diakui adanya
kala IV persalinan meskipun masa setelah plasenta lahir adalah masa
dimulainya masa nifas (puerperium), mengingat pada masa ini sering
timbul perdarahan.
d. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Persalinan
Menurut Yanti, 2010 :
1) Faktor Power
Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan
yang mendorong janin keluar dalam persalinan ialah : his, kontraksi
otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligament, dengan
kerjasama yang baik dan sempurna.
a) His (kontraksi uterus)
His adalah kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim
bekerja dengan baik dan sempurna dengan sifat-sifat : kontraksi
simetris, fundus dominant, kemudian diikuti relaksasi.
b) Tenaga mengejan
Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketiban pecah tenaga
yang mendorong anak keluar selain his, terutama disebabkan oleh
kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan peninggian
tekanan intra abdominal. Tenaga ini serupa dengan tenaga
mengejan waktu kita buang air besar tapi jauh lebih kuat lagi.
2) Faktor Passanger
Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah factor
janin, yang meliputi sikap janin, letak janin, presentasi janin, bagian
terbawah dan posisi janin.
3) Faktor Passage
Pessage atau faktor jalan lahir dibagi atas :
a) Bagian keras : Tulang panggul (Rangka panggul), dan
b) Bagian lunak : Otot-otot, jaringan-jaringan dan ligament-ligament
4) Psikis ibu
Majunya proses persalinan menyebabkan perasaan ibu hamil
semakin cemas dan rasa cemas tersebut menyebabkan rasa nyeri
semakin intens, demikian pula sebaliknya. Sensasi nyeri yang diderita
ibu bersalin tersebut berasal dari sinyal nyeri yang timbul saat otot
rahim berkontraksi dengan tujuan mendorong bayi yang ada didalam
rahim keluar.
5) Penolong Persalinan
Salah satu faktor yang memperngaruhi terjadinya kematian ibu
adalah kemampuan dan keterampilan penolong persalinan.
Keterampilan yang diajarkan dalam peatihan asuhan persalinan
normal yang harus diterapkan sesuai dengan standar asuhan bagi
semua ibu bersalin disetiap tahapan persalinan oleh setiap penolong
persalinan dimananpun hal tersebut terjadi.
Persalinan dan kelahiran bayi dapat tejadi dirumah, puskesmas
atau rumah sakit. Penolong pesalinan dalam hal ini adalah bidan. Jenis
asuhan yang akan diberikan, dapat disesuaikan dengan kondisi dan
tempat persalinan sepanjang dapat memenuhi kebutuhan spesifik ibu
dan bayi baru lahir.
e. Kebutuhan Dasar Selama Persalinan : Fisik Dan Psikologis
1) Kebutuhan fisik
Menurut Ari Sulistiyawati & Esti Nuhraheny, 2010. Berikut
kebutuhan fisik selama bersalin :
a) Makan dan minum peroral
Jika pasien berada dalam situasi yng memungkinkan untuk
makan, biasanya pasien akan makan sesuai dengan keinginannya,
namun ketika masuk dalam persainan fase aktif biasanya ia hanya
menginginkan cairan. Penatalaksanaan paling tepat dan bijaksana
yang dapat dilakukan oleh bidan adalah melihat situasi pasien,
artinya itake cairan dan nutrisi tetap dipertimbangkan untuk
diberikan dengan konsistensi dan jumlah yang logis dan sesuai
dengan kondisi pasien.
b) Akses intravena
Akses intravena adalah tindakan pemasangan infuse pada
pasien. Kebijakan ini diambil dengan pertimbangan sebagai jalur
obat, cairan atau darah untuk mempertahankan keselamatan jika
sewaktu-waktu terjadi keadaan darurat dan untuk
mempertahankan suplai cairan bagi pasien.
c) Posisi dan Ambulasi
Posisi yang nyaman selama persalinan sangat diperlukan
bagi pasien. Selain mengurangi ketegangan dan rasa nyeri, posisi
tertentu justru akan membantu proses penurunan kepala janin
sehingga persalinan dapat berjalan lebih cepat (selama tidak ada
kontra indiksidari keadaan pasien). Beberapa posisi yag dapat
diambil atara lain rekumben lateral (mirig), lutut0dada, tangan-
lutut, duduk, berdiri, berjalan dan jogkok.
d) Eliminasi selama persalinan (BAB atau BAK)
(1) Buang Air Kecil (BAK)
Selama proses persalinan, pasien akan mengalami
poliuri sehingga penting untuk difasilitasi agar kebutuhan
eliminasi dapat terpenuhi. Bagi sebagian pasien ada yang
merasa sangat malu untuk mengatakan keinginannya ubtuk
BAB ditempat tidur karena khawatir merepotkan atau
membuat risi orang lain meskipun kepada orang terdekatnya
dan memilih untuk menahannya. Kondisi ini harus dihindari
karena urun yang tertahan didalam kandung kemih akan
menghambat penurunan kepala janin. Bidan harus
meyakinkan bahwa ia siap kapan saja untuk membantu BAK
karena ini merupakan bagian dari tugasnya dalam rangka
membantu persalinan agar berjalan lancar.
(2) Buang Air Besar (BAB)
Jika pasien dapat berjalan sendiri ke tolilet, mka cukup
bagi pendamping untuk menemaninya sampai selesai. namun
jika kondisi tersebut tidk memungkinkan untuk turun dari
empat tidur, maka tanyakan terlebih dahulu posisi apa yang
paling nyaman serta siapa yang akan dimintai bantuan untuk
membersihkannya. Usahakan semaksimal mungkin untuk
tidakk menunjukkan reaksi negative (misalnya menutup
hidung) karena ini akan sangat menyakitkan bagi pasien yang
sedang bersalin.
e) Kebersihan tubuh
Sebagian psien yang akan menjadi proses persalinan tidak
begitu menganggap kebersihan tubuh suatu kebutuhan, karena ia
lebih berfokus terhadap rasa sakit akibat his terutama pada
primipara. Namun bagi sebagian lain akan merasa tidak nyaman.
Tanpa mempertimbangkan apakah kebersihan tubuh ia anggap
kebutuhan atau tidak, bidan atau pendamping sebaiknya tetap
memperhatikan kebutuhan tubuh pasien.
f) Istirahat
Di awal persalinan anjurkan pasien utuk istirahat cukup
sebagai persiapan untuk menghadapi proses persalinan yang
panjang, terutamma pada primipara.
g) Kehadiran Pendamping
Kehadiran seorang yang penting dan dapat dipercaya sangat
dibutuhkan oleh pasien yang akan menjalani proses bersalin.
Individu ini tidak selalu suami atau keluarga, jika diawal
pertemuan bidan sudah dapat “memikat hati” pasien, maka hal ini
merupakan satu hal yang sangat istimewa bagi pasien dan
akhirnya ia akan menjadikan bidan sebagai orang yang paling ia
percaa dalam proses persalinannya.
2) Kebutuhan Psikologis
Menurut Yanti, 2010, berikut kebutuhan psikologis ibu bersalin :
a) Peranan Suami Saat Proses Persalinan dalam Memberikan
Support Kepada Ibu Bersalin
Suami sebagai pendamping isteri ikut memainka peranan
penting dalam mengikuti seluruh proses ini. Berbagai cara yang
dilakukan suami saat isterinya melahirkan antara lain : mengukur
lamanya waktu kontraksi, bernafas seirama dengan isterinya,
membantu menopang isterinya pada detik-detik kontasksi,
memijit-mijit punggung isterinya, menyuguhkan minuman,
menyampaikan pesan isterinya kepada perawat atau dokter,
memberika perhatian yang terus menerus dan mendorong
semangat.
b) Posisioning dan Aktivitas
Untuk membantu ibu agar tetap tenang dang rileks sedapat
mungkin idan tidak boleh memaksakan pemilihan posisi yang
diinginkan oleh ibu dalam persalinannya. Saat bidan memberikan
dukungan fisik dan emosional dalam persalinan, atau membntu
keluarga untuk memebrikan dukungan persalinan.
f. Seksio sesarea
1) Definisi
Seksio secaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut, seksio
sesarea juga dapat didefinisikan sebagai suatu histerotomia untuk
melhirkan janin didalam rahim (Amru Sofian, 2011).
2) Indikasi
Menurut Amru Sofian 2011, berikut indikasi seksio sesarea :
a) Plasenta previa sentralis dan lateralis
b) Panggul sempit. Holmer mengambil batas terendah untuk
melahirkan janin vias naturalis ialah CV=8 cm. panggul dengan
CV (conjugate vera) <8 cm dapat dipastikan tidak dapat
melahirkan janin secara normal, harus diselesaikan dengan seksio
sesarea. Conjugate vera antara 8 dan 10 cm boleh dilakukan
partus percobaan, baru setelah gagal, dilakukan seksio sesarea
sekunder.
c) Disproporsi sefalopelvik : yaitu ketidakseimbangan antara ukuran
kepala dan ukuran panggul.
d) Rupture uteri mengancam.
e) Partus lama (prolongend labor).
f) Partus takmaju (obstructed labor).
g) Distosia serviks.
h) Pre-eklampsia dan hipertensi.
i) Malpresentasi janin (Letak lintang, letak bokong, presentasi dahi
dan muka, presentasi rangkap jika reposisi tidak berhasil, gemeli).
3) Komplikasi
Menurut Amru Sofian 2011, berikut adalah beberapa komplikasi
yang mungkin terjadi pada ibu dengan seksio sesarea :
a) Infeksi puerperal (nifas)
(1) Ringan : dengan kenaikkan suhu bebrapa hari saja
(2) Sedang : dengan kenaikkan suhu yang lebih tinggi disertai
dehidrasi dan perut sedikit kembung.
(3) Berat : dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Infeksi
berat sering kita jumpai pada partus terlantar, sebelum timbul
infeksi nifas telah terjadi infeksi intrapartum karena ketuban
yang telah pecah terlalu lama. Penangannya adalah dengan
pemberian cairan, elektrolit, dan antibiotic yang adekuat dan
tepat.
b) Perdarahan karena
(1) Bayak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
(2) Atonia uteri
(3) Perdarahan pada placental bed
c) Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih
bila reperitonialisasi terlalu tinggi.
d) Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang.
Tatkala seorang ibu hamil sedang dalam keadaan akan melahirkan dan
telah mendapat perawatan, baik oleh bidan, dokter atau mungkin ahli
kedokteran yang canggih, maka hal itu merupakan sebuah ikhtiar yang sangat
terpuji. Meskipun demikian, jangan lupa untuk berdo’a dan bertawakal kepada-
Nya dengan sepenuh hati disertai keyakinan kokoh bahwa Allah-lah yang akan
menolong dan memudahkan persalinan tersebut (Panduan Dakwah Rumah
Sakit Muhammadiyah, 2013).
Diantara tanda-tandakeimanan seseorang adalah tawakala atau berserah
diri kepada Allah SWT dalam segala urusan hidupnya. Diwaktu senang
maupun susah, sehat maupun sakit, seseorang selalu memohon pertolongan
Allah. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT sebagai berikut :
َّ ‫ْث ََل يَحْ تَسِبُ َو َمن يَت ََو َّك ْل َعلَى‬
َّ ‫ّللاِ فَ ُه َو َح ْسبُهُ إِ َّن‬
َ‫ّللا‬ ُ ‫َويَ ْر ُز ْقهُ ِم ْن َحي‬
َّ ‫بَا ِل ُغ أَ ْم ِر ِه قَدْ َجعَ َل‬
َ ‫ّللاُ ِل ُك ِل‬
‫ش ْيءٍ قَد ًْرا‬
Artinya : “Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah
akan mencukupkan keperluannya, sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-
Nya (yang dikehendaki), sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan
bagi tiap sesuatu” (Q.s. at-Thalaq : 3).

3. Nifas
a. Pengertian
Masa nifas (peuperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaa sebelum hamil.
Masa nifas atau puerperium dimuali sejak 2 jam setelaah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Vivian Nanny Lia Dewi &
Tri Sunarsih, 2011).
Masa Nifas (Puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta
sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal
masa nigas berlagsung selama 6 minggu atau 4 hari (Ambarwati, 2010).
Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah partus selesai
sampai pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil.
Lamanya nifas ini yaitu kira-kira 608 minggu (Abidin, 2011).
b. Perubahan Fisiologi Dan Psikologi Pada Masa Nifas
1) Perubahan Fisiologi
a) Perubahan system reproduksi
Menurut Vivian Nanny Lia Dewi & Tri Sunarsih (2011),
berikut perubahan system reproduksi pada ibu nifas :
(1) Uterus
Pada uterus terjadi proses involusi. Proses involusi
adalah proses kembalinya uterus kedalam keadaan sebelum
hamil setelah melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah
plasenta keluar akibat kontaksi otot-otot polos uterus.
(2) Involusi tempat plasenta
Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung
banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh thrombus.
Biasanya luka yang demikian sembuh dengan mejadi parut,
tetapi luka bekas plasenta tidaak meninggalkan parut.
(3) Perubahan Ligamen
Ligament-ligamen dan diafragma pelvis, serta fasia
yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin
lahir, berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala.
(4) Perubahan Pada Serviks
Serviks mengalami involusio bersama-sama uterus.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks post partum
adalah serviks yang menganga seperti corong. Bentuk ini
disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan
kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga
seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks uteri
terbentuk semacam cincin.
(5) Lokia
Lokia adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas
dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat
organism berkembang lebih cepat daripda kondisi asam yan
ada vagina normal, bau yang tidak terlalu menyengat dan
memiliki volume yang berbeda pada setiap wanita.
(6) Perubahan pada vagina dan perineum
Vagina yang semula regang akan kembali secara bertahap
pada ukuran sebelum hamil selama 6-8 minggu setelah bayi
lahir. Rugae akan kembali terlihat sekitar minggu keempat.
Sedangkan pada perineum pada proses penyembuhan luka
episiotomy sama dengan luka operasi lain dengan tanda
infeksi yaitu nyeri, merah, panas dan bengkak atau tepian
insisi tidak saling melekat bisa terjadi.
b) Perubahan Tanda-tanda Vital
Menurut Vivian Nanny Lia Dewi & Tri Sunarsih (2011),
berikut perubahan tanda-tanda vital pada ibu nifas :

(1) Suhu Badan


Dalam 24 jam post partum suhu akan naik sedikit
(37,5-380C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan,
kehilangan cairan, dan kelelahan.
(2) Nadi
Biasanya setelah melahirkan denyut nadi ibu akan
meningkat dari normalnya 60-100 kali permeni untuk orang
dewasa.
(3) Tekanan Darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah
akan rendah setelah melahirkan karena ada pendarahan.
Tekanan darah tinggi pada post partum dapat menandakan
terjadinya preeclampsia postpartum.
(4) Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan
suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal,
pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada
gangguan khusus pada saluran napas.
c) System kardiovaskuler
Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera
setelah melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta
yang mengakibatkan beban jantung meningkat yang dpat diatasi
dengan haemokonsentrasi sampai volume darah kembali normal,
dan pembuluh darah kembali ke ukuran semula (Elisabeth Siwi
Walyani & Th. Endang Puwoastuti, 2015).
d) Payudara
Perubahan pada payudara menurut (Elisabeth Siwi Walyani & Th.
Endang Puwoastuti, 2015 meliputi :
(1) Penurunan kadar progesterone secara tepat dengan
peningkatan hormone prolaktin setelah persalinan.
(2) Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi
pada hari ke-2 atau hari ke-3 setelah persalinan.
(3) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya
proses laktasi.
e) System perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama
kemungkina terdapat spanise sfingter dan edema leher buli-buli
sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan
tulang pubis selama persalinan. Urine dalam jumlah yang besar
akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan.
Setelah plasenta dilahirkan kadar hormone estrogen yang bersifat
menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok.
Keadaaan ini mebyebabkan dieresis. Ureter yang berdilatasi akan
kembali normal dalam tempo 6 minggu (Elisabeth Siwi Walyani
& Th. Endang Puwoastuti, 2015).
f) System Gastrointestinal
Kerapkali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus
kembali normal. Meskipun kadar progesterone menurun setelah
melahirkan namun asupan makanan juga mengalami penurunan
selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian
bawah sering kosog jika sebelum melahirkan diberikan enema.
Rasa sakit didaerah perineum dapat menghalangi keinginan
kebelakang (Elisabeth Siwi Walyani & Th. Endang Puwoastuti,
2015).
g) System Endokrin
Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam
post partum. Progesterone turun pada hari ke 3 postpartum. Kadar
prolaktin dalam darah berangsur-angsur hilang (Elisabeth Siwi
Walyani & Th. Endang Puwoastuti, 2015).
h) System Muskuloskeletal
Ambulasi pada umumnyadi mulai 4-8 jam post partum.
Ambulasi dini sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan
mempercepat proses involusi (Elisabeth Siwi Walyani & Th.
Endang Puwoastuti, 2015).
i) System Integumen
Menurut Elisabeth Siwi Walyani & Th. Endang Puwoastuti, 2015
:
(1) Penurunan melanin umuya setelah persalinan menyebabkan
berkurangnya hiperpigmentasi kulit.
(2) Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena
kehamilan akan menghilang pada saat estrogen menurun.
2) Perubahan Psikologi
Proses adaptasi prikologi sudah terjadi selama kehamilan,
menjelang proses kelahiran maupun setelah persalinan. Pada periode
tersebut, kecemasan seorang wanita dapat bertambah. Pengalaman
yang unik dialami oleh ibu stelah persalian. Masa nifas merupakan
masa yang rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran
(Elisabeth Siwi Walyani & Th. Endang Puwoastuti, 2015).
Menurut Elisabeth Siwi Walyani & Th. Endang Puwoastuti,
2015, berikut fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas
yaitu:
a) Fase taking in
Fase taking in yaitu periode ketergantungan, berlangsung
dari hari pertama sampai hari kedua melahirkan. Pada fase ini ibu
sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang
kali menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal
sampai akhir. Ibu perlu bicara tentang dirinya sendiri.
Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu pada fase ini seperti
mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan merupakak
sesuatu yang tidak dapat dihindari. Hal tersebut membuat ibu
perlu cukup istirahat untuk mencegah gangguan psikologi yang
mungkin dialami.
Pada fase ini petugas kesehatan harus menggunakan
pendekatan yang empatik agar ibu dapat melewati fase ini dengan
baik. Kemampuan mendengarkan (listening sklills) dan
menyediakan waktu yang cukup merupakan dukungan yang tidak
ternilai bagi ibu. Kehadiran suami atau keluarga sangat diperlukan
pada fase ini.
b) Fase taking hold
Fase taking hold adalah peroiode yang berlangsung selama
3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini tibul rasa khawatir
akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam
merawat bayi.
Bagi petugas kesehatan pada fase ini merupakan kesempatan
yag baik untuk memberikan berbagai penyuluhan dan pendidikan
kesehatan yang diperlukan ibu nifas. Tugas petugas kesehata
adalah mengajarkan cara merawat bayi, cara menyusui yang benar
caramerawat luka jahitan, senam nifas, memberikan pendidikan
kesehatan yang diperlukan seperti gizi, istirahat, dan kebersihan
diri.
c) Fase letting go
Fase letting go adalah periode menerima tanggung jawab
akan peran barunya fase ini berlangsug 10 hari stelah melahirkan.
Dukungan suami dan keluarga masih terus duiperlukan ibu.
Suami dan kelaurga dapat membantu merawat bayu, mengerjakan
urusan rumah tangga sehingga ibu tidak perlu terbebani.
c. Kebutuhan Dasar Masa Nifas
Menurut Setyo Retno Wulandari & Sri Handayani (2011), berikut
kebutuhan dasar masa nifas :
1) Nutrisi dan Cairan
Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk
keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas
terutama bila menyusui akan meningkat 25% karena berguna untuk
proses kesembuhan karena sehabis melahirkan dan untuk
memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi.
2) Ambulasi
Disebut juga early ambulation. Early ambulation adalah
kebijakan untuk sekelas mungkin membimbing klien keluar dari
tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan.
Klien sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dan dalam 24-
48 jam postpartum.
3) Eliminasi : BAK atau BAB
a) Miksi
Miksi disebut normal bila dapat buang air kecil spontan
setiap 304 jam. Ibu diusahakan dapat buang air kecil sendiri, bila
tidak dilakukan dengan tindakan merangsang dengan mengalirkan
air kran didekat klien atau dengan mengompres air hangat diatas
simfisis.
b) Defekasi
Biasanya 2-3 hari postpartum masih sulit buang air besar.
Juka klien pada hari ketiga belum juga buang air besar maka
diberikan laksan supositoria dan minum air hangat. Agar dapat
buag air besar teratur, pemberian cairan yang banyak, makanan
cukup serta serta olahraga.
4) Kebersihan diri/perineum dan kebersihan bayi
a) Perawatan Perineum
Setelah BAB dan BAK perineum dibersihkan dengan sabun
yang lembut minimal sehari sekali. Membersihkan dimulai dari
simfisis sampai anal sehingga tidak terjadi infeksi. Beritahu ibu
agar supaya saat mengganti pembalut, bagian dalam jangan
sampai terkontaminasi. Pemabalut yang paling kotor paling
sedikit diganti minimal 4 kali sehari serta beri tahu ibu jika ada
perubahan warna, bau, jumlah lochea. Beritahu ibu untuk mencuci
tangan terlebih dahulu sebelum membersihakan daerah
kelaminnya dan sarankan untuk tidak menyentuh daerah luka
apisiotomi atau laserasi.
b) Perawatan Payudara
(1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama putting
susu dengan menggunakan BH yang menyongkong payudara.
(2) Apabila putting susu lecet oleskan colostrums atau ASI yang
keluar pada sekitar putting susu setiap selesai menyusui.
(3) Apabila lecet berat dapat diistirahatkan selama 24, ASI
dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.
(4) Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat diberikan paracetamol
1 tablet setiap 4-6 jam.
5) Istirahat
Anjurkan ibu untuk :
a) Istirahat cukup untuk mengurangi kelelahan
b) Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur
c) Kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan
d) Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu
untuk istirahat pada siang kira-kira 2 jam dan mala 7-8 jam.
Kurang istirahat dapat berakibat pada mengurangi jumlah ASI,
memperlambat involusi, yang akhirnya bisa menyebabkna perdarahan
dan depresi.
6) Seksual
Apabila perdarahan telah berhenti dan episiotomy sudah
sembuh maka coitus dapat dilakkan pada 3-4 minggu postpartum.
7) Latihan atau senam Nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama
melahirkan setiap hari sampai hari ke sepuluh terdiri dri sederetan
gerakan tubuh yang dilakukan untuk mempercepat pemulihan keadaan
ibu.
8) Keluarga Berencana
Idealnya setelah melahirkan boleh hamil lagi setelah dua
tahun. Pada dasarnya ibu tidak mengalami ovulasi selama menyusui
ekslusif atau penuh enam bulan dan ibu belum mendapatkan haid
(metode amenorhe laktasi). Jelaskan kepada ibu berbagai macam
metode kontrasepsi yang diperbolehkan selama neyusui yaitu cara
penggunaan, efek samping, kelebihan dan kekurangan, indikasi dan
kontraindikasi serta efektivitas.
9) Pemberian Asi/Laktasi
Hal-hal yang perlu diberitahukan kepada pasien :
a) Menyusui bayi segera setelah lahir minuma 30 menit
b) Ajarkan cara menyusui yang benar
c) Memberikan ASI secara penuh 6 bulan tanpa makanan lain
d) Menyusui tanpa jadwal, sesuka bayi (on demand)
e) Diluar menyusui jangan memberikan dot/kempeng pada bayi, tapi
diberika ASI dengan sendok
f) Penyapihan bertahap menungkatkan frekuensi makanan dan
menurunkan frekuesni pemberian ASI
10) Kebiasaan yang tidak bermanfaat bahkan membahayakan
a) Menghindari makanan berprotein seperti telur, ikan, karena ibu
menyusui membutuhkan tambahan protein
b) Penggunaan bebat perut setalh melahirkan
c) Penggunaan kantong es atau pasir untuk menjaga uterus tetap
berkontraksi
d) Memisahkan ibu dan bayi dalam masa yang lama dalam satu jam
post partum.
Dalam buku Panduan Dakwah Rumah Sakit Muhammadiyah, 2013,
Ulama Madzhab Hanafi dan Hambali berpendapat bahwa nifas hanya
berlangsung selama 40 hari. Apabila setelah masa itu darah tetap keluar,
maka darah itu bukan lagi darah nifas, melainkan darah istihadah (darah
karena penyakit). Masa nifas yang erlangsug selama 0 hari ini didasarkan
pada beberapa hadits Rasulullah SAW, dan diantaranya adalah yang
diriwayatkan Ummu Salamah : “Bahwa perempuang yag sedang nifas
pada masa Rasulullah SAW harus duduk (tidak beribadah) selama 40 hari
0 malam” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad bin
Hanbal).
Nabi Muhammad SAW yang menyatakan bahwa : “nifas itu seperti
haid” ( HR. ad-Darimi). Beberapa hukum haid, berlaku juga pada masa
nifas diantaranya adalah sebagai berikut :
‫سا َء فِي‬َ ِ‫يض قُ ْل ه َُو أَذًى فَا ْعت َِزلُوا الن‬ ِ ‫ط َّه ْرنَ فَأْتُوه َُّن َويَ ْسأَلُونَكَ َع ِن ْال َم ِح‬ َ َ ‫فَإِذَا ت‬
ْ ‫يض َو ََل تَ ْق َربُوه َُّن َحتَّى َي‬
َ‫ط ُه ْرن‬ ِ ‫ط ِه ِرينَ ْال َم ِح‬ َ َ ‫ب ينَ َوي ُِحبُّ ْال ُمت‬ ِ ‫ي ُِحبُّ الت َّ َّوا‬
َّ ‫ْث أَ َم َر ُك ُم‬
َّ ‫ّللاُ ِإ َّن‬
َ‫ّللا‬ ُ ‫ط ِه ِرينَ ِم ْن َحي‬ َ َ ‫ّللاَ ي ُِحبُّ الت َّ َّوا ِبينَ َوي ُِحبُّ ْال ُمت‬
َّ ‫ِإ َّن‬

Artinya : “Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah:“Haidh


itu adalah suatu kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan
diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka,
sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka
itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang
mensucikan diri. (Q.s Al-Baqarah : 222).

4. Bayi Baru Lahir


a. Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, yang pad usia
kandungan 37 minggu sampai 42 minggu dengan berat badan lahir 2500-
4000 gram, nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah dan Yuliyanti,
2010).
b. Adaptasi Bayi Baru Lahir
1) Adaptasi Ekstra Uteri Yang Terjadi Cepat
a) Perubahan Pernapasan
Saat kepala bayi melewati jalan lahir, ia akan mengalami
penekanan yang tinggi pada toraksnya, dan tekanan ini akan
hilang dengan tiba-tiba stelah bayi lahir. Peoses mekanis ini
menyebabkan cairan yang adala didalam paru-paru hilang karena
terdorong kebagian ini menyebabkan cairan yang ada didalam
paru-paru hilang karena terdorong kebagian perifer paru untuk
kemudian diabsorpsi. Karena terstimulasi olehh sensor kimia,
suhu, serta mekanis akhirnya bayi memulai aktivitas napas untuk
pertama kali (Ari Sulistiyawati & Esti Nuhraheny, 2010).
Tekanan intratoraks yang negative disertai dengan aktivitas
napas yang pertama memungkinkan adanya udara masuk kedalam
paru-paru. Setelah beberapa kali mpa as pertama, udara dari luar
mulai mengisi jalan napas pada trakea dan bronkus, akhirnya
semua alveolus mengembang karena terisi udara (Ari
Sulistiyawati & Esti Nuhraheny, 2010) .
Fungsi alveolus dapat maksimal jika dalam paru-paru bayi
terdapat surfaktan yang adekuat. Surfaktan membantu
menstabilkan dinding alveolus sehingga alveolus tidak kolaps saat
akhir napas (Ari Sulistiyawati & Esti Nuhraheny, 2010).
b) Perubahan Sirkulasi
Kombinasi tekanan yang meningkat dalam sirkulasi
sistemik dan menurun dalam sirkulasi paru menyebabkan
perubahan tekanan aliran darah dalam jantung. Tekanan akibat
penigkatan aliran darah disisi kiri jantung menyebabkan foramen
ovale menutup, duktus arteious yang mengalirkan darah
teroksigenasi keotak janin kini tak lagi diperlukan.
c) Termoregulasi
Bayi baru lahir mempunyai kecenderungan untuk mengalami
stress fisik akibat perubahan suhu diluar uterus. Fluktuasi (naik
turunnya) suhu di dalam uterus minimal, rentang maksimal hanya
0,60C sangat berbed dengan kondisi diluar uterus (Ari
Sulistiyawati & Esti Nuhraheny, 2010).
Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu di sekeliling
bayi rendh dn upaya mempertahankan suhu tubuh tidak
diterapkan secara tepat, terutama pada saat mas stabilisasi yaitu 6-
12 jam pertama setelah lahir. Misalkan bayi baru lahur dibiarkan
basah dan telanjang selama menunggu plasenta lahir meskipun
lingkungan sekitar bayi cukup hangat (Ari Sulistiyawati & Esti
Nuhraheny, 2010).
d) Pengaturan Glukosa
Untuk memfungsikan otak, bayi baru lahir memerlukan
glukosa dalam jumlah tertentu. Setelah tindaka penjepitan tali
pusat dengan klem pada saat lahir, seorang bayi harus mulai
mempertahankan kadar glukosa darhanya sendiri. Pada setiap
baru lahir glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1-2 jam)
(Ari Sulistiyawati & Esti Nuhraheny, 2010).
Bayi baru lahir yang tidak dapat mencerna makanan dalam
jumlah yang cukup akan membuat glukosa dari glikogen
(glikogenolisis), hal ini hany terjadi jika bayi mempunyai
persediaan glikogen yang cukup. Bayi baru lahir kurang bulan,
lwat bulan, dan yang mengalami gangguan pertumbuhan dalam
rahim serta distress janin merupakan resiko utama karena
simpanan energy berkurang atau digunakan sebelum lahir. Gejala
hipoglikemia bisa tidak jelas dan tidak khas meliputi kejang-
kejang halus, sianosis, apnea, menangis, lemah, latergi, lunglai,
dan menolak makan. Akibat jangka panjang hipoglikemia ialah
kerusakan yang meluas di seluruh sel-sel otak, bidan harus selalu
ingat bahwa hipoglikemia dapat tanpa gejala pada awalnya (Ari
Sulistiyawati & Esti Nuhraheny, 2010).
2) Adaptasi Ekstra Uteri Yang Terjadi Secara Kontinum
a) Perubahan pada Darah
Ari Sulistiyawati & Esti Nuhraheny, 2010 :
(1) Kadar Hemoglobin (Hb)
Bayi dilahirkan dengan kadar Hb yang tinggi.
Konsentrasi Hb normal dengan rentang 13,7-20gr%. Hb yang
dominan pada bayi adalah hemoglobin F yang secara
bertahap akan mengalami penurunan selama 1 bulan. Hb bayi
memiliki daya ikat (afinitas) yang tinggi terhadap oksigen,
hal ini merupakan efek yang menguntungkan bagi bayi.
Selama beberapa kehidupan, kadar Hb akan mengalami
peningkatan sedangkan volume plasma menurun. Akibat
penurunan volume plasma tersebut maka kadar hemtokrit
(Ht) mengalami peningkatan.
Kada Hb selanjutnya akan mengalami penurunan secara
terus-menerus selama 7- minggu. Kadar Hb bayi usia 2 bulan
normalnya adalah 12 gr%.
(2) Sel Darah Merah
Sel darah merah bayi baru lahir memiliki usia yang
sangat tinggi (80 hari) jika dibandingkan dengan orang
dewasa (120 hari). Pergantian sel yang sangat cept ini akan
menghasilkan lebih banyak sampah metabolic, termasik
bilirubin yang harus dimetabolisme. Kadar bilirubin yang
berlebihan ini menyebabkan ikterus fisiologis yang terlihat
pada bayi baru lahir, oleh karena itu ditemukan dihitung
retikulosit yang tingggi pada bayi baru lahir. Ini
mencerminkan adanya pembentukan sel darah merah dalam
jumlah yang tinggi.
(3) Sel darah putih
Julmah sel darah putih rata-rata bayi baru lahir
memiliki retang mulai dari 10.000-30.000/mm3. Peningkatan
lebih lanjut dapat terjadi pada bayi baru lahir normal selama
24 jam pertama kehidupan. Periode menangis yang lama juga
dapat menyebabkan hitung sel darah putih meningkat.
b) Perubahan pada Sitem Gastrointestinal
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan
mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan antara
esophagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang
mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru lahir dan neonates.
Kapasitas lambung sendiri sangat terbatas yaitu kurang dari 30 cc
untuk seorang bayi baru lahir cukup bulan, dan kapasitas lambung
ini akan bertambah secara lambat bersamaan dengan
pertumbuhannya.
c) Perubahan pada Sistem Imun
System imun bayi baru lahir masih belum matang, shigga
menyebabkan neonates retan terhadap berbagai infeksi dan alergi.
System imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami
maupu yang didapat.
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel oleh sel
yang membantu bayi baru lahir membunuh mikroorgenisme
asing, tetapi sel-sel darah ini masih belum matang artinya bayi
baru lahir tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi
infeksi secara efisien. Kekebalan yang didapat akan muncul
kemudian.
d) Perubahan pada Sistem Ginjal
Ginjal bayi baru ahir menunjukkan penurunan aliran darah
ginjal dan penurunan kecepatan filtrasi glomerulus, kondisi ini
mudah menyebabkan retensi ciran dan intoksikasi air. Fungsi
tubulus tidak matur shingga dapat menyebabkan kehilangan
natrium dalam jumlah besar dan ketidakseimbangan elektrolit
lain.
Bayi baru lahir mengekskresikan sedikit urine dengan baik
pada 48 jam pertama kehidupan yaitu hanya 30-60 ml. normlnya
dalam urine tidak terdapat protein atau darah, debris sel yang
banyak dapat mengindikasikan adanta cidera atau iritasi dalam
ginjal.
Dalam buku Panduan Dakwah Rumah Sakit Muhammadiyah, 2013,
setiap ibu berkewajiban menyusui bayinya sampai berusia dua tahun.
Ketentuan ini sudah sangan jelas dan tegas disampaikan Allah dalam firman-
Nya sebagai berikut :
‫َاملَي ِْن ِل َم ْن أَ َرادَ أَن يُ ِت َّم‬ ِ ‫ض ْعنَ أ َ ْو ََلدَه َُّن َح ْولَي ِْن ك‬ ِ ‫َو ْال َوا ِلدَاتُ ي ُْر‬
‫ف ََل‬ ْ ُ ُ
ِ ‫علَى ال َم ْولو ِد لهُ ِر ْزق ُه َّن َو ِكس َْوت ُ ُه َّن بِال َم ْع ُرو‬
َ ْ َ ‫ضا َعةَ َو‬ َ ‫الر‬ َّ
‫ار َوا ِلدَة ٌ ِب َولَ ِدهَا َو ََل َم ْولُود ٌ لَّهُ ِب َولَ ِد ِه‬ َّ َ ‫ض‬ ُ ‫ت‬ َ
‫َل‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ع‬ ‫س‬ْ
ََ ُ ِ ٌ ‫و‬ ‫َل‬َّ ‫إ‬ ‫س‬ ْ
‫ف‬ ‫ن‬
َ ‫ف‬ َّ
ُ ‫تُك‬‫َل‬
‫اض ِم ْن ُه َما‬
ٍ ‫صاَل َعن ت ََر‬ ً َ َ
َ ِ‫ث ِمث ُل ذلِكَ فَإ ِ ْن أ َرادَا ف‬ ْ ْ
ِ ‫َو َعلَى ال َو ِار‬
‫ضعُوا أ َ ْو ََلدَ ُك ْم فَ ََل‬ ِ ‫َاو ٍر فَ ََل ُجنَا َح َعلَ ْي ِه َما َو ِإ ْن أَ َردتُّ ْم أَن ت َ ْست َْر‬ ُ ‫َوتَش‬
َ‫ّللاَ َوا ْعلَ ُموا أ َّن‬ ُ َّ
َّ ‫وف َواتقوا‬ ْ ُ
ِ ‫سل ْمتم َّما آت َ ْيتم بِال َم ْع ُر‬ ُ َّ َ ُ َ
َ ‫ير ُجنَا َح َعل ْيك ْم إِذا‬ ٌ ‫ص‬ ُ
ِ َ‫ّللاَ بِ َما تَ ْع َملونَ ب‬ َّ

Artinya : “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun


penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban
ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf.
Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang
ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila
keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin
anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah
dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (Q.s. al-
Baqarah : 233).

5. Keluarga Berencana
a. Pengertian
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan
dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel
sperma yang mengakibatkan kehamilan. Tujuan kontrasepsi adalah
menghindari adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai
akibat pertemuan pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel
sperma tersebut. Kontrasepsi yang cocok untuk ibu pada masa nifas antara
lain, Metode Amenore Laktasi (MAL), pil progestin (mini pil), suntikan
progestin, kontasepsi implant, dan alat kontrasepsi dalam rahim (Vivian
Nanny Lia Dwi & Tri Unarsi, 2011).
Sebagaimana firman Allah dalam Q.s Annisa Ayat 9 yang berbunyi :
َ َّ‫ض ع َ ا ف ً ا َخ ا ف ُ وا ع َ ل َ ي ْ ِه مْ ف َ ل ْ ي َ ت َّق ُ وا َّللا‬
ِ ً ‫ش ا ل َّ ِذ ي َن ل َ ْو ت َ َر ك ُ وا ِم ْن َخ ل ْ ف ِ ِه مْ ذ ُ ِر ي َّ ة‬
َ ‫َو ل ْ ي َ ْخ‬
‫َو ل ْ ي َ ق ُ و ل ُ وا ق َ ْو ًًل سَ دِ ي د ًا‬

Artinya : Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang


seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah,
yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar (Q.s An-Nisa : 9).

b. Jenis-jenis kontrasepsi non-hormonal


Menurut Sarwono Prawihardjo, 2014, berikut ini jenis-jenis kontrasepsi
non-hormonal :
1) Kontasepsi tanpa menggunaka alat/obat
a) Sanggama Terputus (Koitus Interruptus)
Sanggama terputus adalah penarikan penis dari vagina
sebelum terjadinya ejakulasi. Hal ini berdasarkan kenyataan,
bahwa akan terjadinya ejakulasi disadari oleh sebagian besar laki-
laki, dan setelah itu masih ada waktu kira-kira “dektik” sebelum
ejakulasi terjadi. Salah satu keuntungan dari metode ini adalah
tidak membutuhkan biaya.
b) Pembilasan Pascasanggama (Postcoital Douche)
Pembilasan vagina dengan air biasa dengan atau tanpa
tambahan larutan obat (cuka atau obat lain). Penambahn cuka
ialah memperoleh efek sprmisida serta menjaga asiditas vagina.
Efekifitas cara ini mengurangi kemungkinan terjadinya konsepsi.
c) Perpanjangan Masa Menyusui (Prolonged Lactation)
Memperpanjang masa laktasi sering dilakukan untuk
mencegah kehamilan. Efektivitas menyusui dapat mencegah
ovulasi dan memperpanjang amenorea postpartum. Tetapi, pada
suatu saat ovulasi akan terjadi lagi dan akan mendahului haid
pertama setelah partus.
d) Pantang Berkala (Rhythm Method)
Kesulitan cara ini ialah sulit untuk menentukan waktu yang
tepat dari ovulasi, ovulasi umunya terjadi 14 + 2 ari sebelum hari
pertama haid yang akan datang. Efektivitas cara ini akan lebih
tepat jika dibarengi dengan cara pengukura suhu basal badan
(SBB), dengan pengukuran ini dapat ditentukan dengan tepat saat
terjadiny ovulasi.
2) Kontrasepsi Sederhana Untuk Laki-laki
Kontrasepsi sederhana untuk lakilaki adalah kondom. Prinpis
kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu melakukan
koitus, dan mencegah pengumpulan sperma dalam vagina.
Keuntungan kondom selain memberi perlindungan terhadap penyakit
kelamin juga dapat digunakan sebagai kontrasepsi. Kekurangannya
ialah penghalang kenikmatan sewaktu koitus. Serta kegagalannya
adalah bocor atau tumpahnya sperma.
3) Kontrasepsi Sederhana (Simple Method) Untuk Perempuan
Pessarium yang terbagi atas dua yaitu diafragma vaginal dan
cervical cap :
a) Diafragma Vaginal
Diafragma dimasukkan kedalam vagina sebelum koitus
untuk menjaga jangan sampai sperma masuk kedalam uterus.
Efek samping nya yaitu reaksi alergi terhadapa obat-obat
spermatisida yang dipergunakan. Salah satu kelemahan
kontrasepsi ini ialah hanya cocok untuk perempuan yang
terpelajar dan tingkat kegagalan lebih tinggi dari pada Pil atau
IUD. Keuntungannya adalah hamper tidak ada eek samping.
b) Kontrasepsi dengan obat-obat spermisida.
Obat spermisida yang dipakai untuk kontrasepsi terdiri atau 2
komponen yaitu zat kimiawi yang mampu mematikan
spermatozoon dan vehikulum yang non aktiv dan yang diperlukan
untuk membuat tablet atau cream/jelly. Cara kontrasepsi dengan
obat spermatisida umumnya digunakan bersama-sama dengan
cara lain (diafragma vagina) atau apabila ada kontraindikasi
terhadap cara lain. Efek samping jarang terjadi dan umumnya
berupa reaksi alergik.
4) Kontrasepsi Hormonal
a) Pil Kontrasepsi
(1) Pil Kontasepsi Kombinasi
Pil kontrasepsi kombinasi yang sekarang digunakan
tidak berisi estrogen dan progesterone alamiah, melainkan
steroid sintetik. Kelebihan pil kombinasi salah satunya adalah
efektivitas dapat dipercaya dan frekuensi koitus tidak perlu
diatur. Kekurangan pil kombinasi ini adalah harus diminum
setiap hari, motivasi haru kuat, efeksamping sementara
seperti mual, sakit kepala, muntah dari nyeri buah dada
(Sarwono Prawihardjo, 2014).
(2) Pil Sekuensial
DiIndonesia pil ini tidak diedarkan. Pil ini tidak
seefektiv pil kombinasi, dan pemakaiannya hanya dianjurkan
pada hal-hal tertentu saja. Pil hanya mengandung estrogen
saja untuk 14-16 hari, disusul dengan pil yang mengandung
estrogen dan progesterone untuk 5-7 hari (Sarwono
Prawihardjo, 2014).
(3) Mini Pil (Continous Low-dose Progesterone Pill, atau
Prostage Only Pill)
Pada tahun 1965 Rudell dan kawan-kawan menemukan
bahwa pemberian progesterone (klormadinon asetat) dalam
dosis kecil (0,5 mg) perhari menyebabkan perempuan
tersebut menjadi infertile. Mini-Pill bukan penghambat
ovulasi karena selama memakan pil kadang ovulasi masih
dapat terjadi (Sarwono Prawihardjo, 2014).
(4) Postcoital (Morning After Pill)
Penelitian yang dilakukan pada sukarelawan dan
perempuan yang diperkosa yang diberikan estrogen dalam
dosis tinggi dapat mencegah kehamilan jika diberikan segera
setelah koitus. Cara ini dapat menghambat implantasi
blastokista dalam endometrium (Sarwono Prawihardjo,
2014).
(5) Amenorea Pasca Pill (Post Pill Amenorrhea)
Ada dua kemingkinan timbulnya amneroea sesudah
mium pil : pemakaian pil menghambat pengeluaran
gonadotropin releasing hormone dari hipotalamus, sedangkan
kemungkinan lain penyebabnya bukan semata-mata oleh pil
(Sarwono Prawihardjo, 2014).
b) Suntikan Progestin
Meurut Vivian Nanny Lia Dwi & Tri Unarsi yaitu sebagai
berikut:
Metode ini sangat efektif dan aman, dapat dipakai oleh
semua perempuan dalam usia reproduksinya, kembalinya
kesuburan lebih lambat (rata-rata 4 bulan), serta cocok untuk
masa laktasi karena tidak menekan produksi asi.
Beberapa keuntugan dari metode ini adalah sebagai berikut :
(1) Sangat efektif
(2) Pencegahan kehamilan jangka panjang
(3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami isteri
(4) Tidak berpengaruh terhadap produksi ASI
(5) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius
terhadap penyakit-oenyakit jantung dan gangguan
pembekuan darah
Keterbatasan yang dimiliki oleh metode ini adala sering
ditemukannya gangguan haid seperti siklus haid
memendek/memanjang, perdarahan banyak/sedikit, perdarahan
tidak teratur/spotting dan tidak haid sama sekali.
c) Kontrasepsi Implant
Meurut Vivian Nanny Lia Dwi & Tri Unarsi yaitu sebagai
berikut:
Efektif selama 5 tahun untuk Norplant, 3 tahun untuk jadena,
Indoplant dan Implano. Kontasepsi ini dapat dipakai oleh semua
perempuan dalam usia reproduksi. Pemasangan dan pencabutan
perlu pelaihan. Kesuburan segera kembali stelah implant dicabut.
Bebrapa keuntungan dari kontrasepsi ini adalah sebagai
berikut:
(1) Daya guna tinggi, perlindungan jangka panjang (sampai 5
tahun)
(2) Pengembalian tingkat kesuburan epat setelah pencabutan
(3) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
(4) Bebas dari pengaruh estrogen
(5) Tidak mengganggu kegiatan senggama
Bebrapa keterbatasan yang dimiliki kontasepsi ini adalah pada
bebrapa pemakai dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa
perdarahan becak/spotting, hipermenorea, atau meningkatnya
jumlah darah haid, dan amenorea
5) Alat Kontasepsi dalam Rahim
Meurut Vivian Nanny Lia Dwi & Tri Unarsi yaitu sebagai berikut :
Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) memiliki bebrapa jenis,
yaitu CuT-380A, Nova T, dan Lippes Lopps.
Beberapa keuntungan yang diberikan oleh kontrasepsi jenis ini
adalah sebagai berikut :
a) Efektivitas tinggi (0,6-0,8 kehamilan/100 kehamilan dalam 1
tahun pertama, 1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan)
b) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380 A dan
tidak perlu diganti)
c) Tidak mempengaruhi hubungan seksual dan meningkatkan
kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil
d) Tidak memperngaruh produksi ASI
e) Dapat dipoasag segera setelah melahirka dan sesudah abortus
(apabila tidak terjadi infeksi)
Beberapa kerugian dari pemakaian kontrasepsi ini adalah
perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan
berkurang stelah 3 bulan), haid lebih lama dan banyak, perdarahan
spotting antar menstruasi, saat haid lebih sedikit, tidak mencegah
IMS termasuk HIV/AIDS.
6) Kontrasepsi Mantap
Menurut Sarwono Prawihardjo, 2014 :
a) Sterilisasi Pada Perempuan (Tubektomi)
Sterilisasi ialah tindakan yang dilakuka pada kedua tuba
Fallopii perempuan atau kedua vas deverence laki-laki yang
mengakibatkan yang bersangkutan tidak dapat hamil atau tidak
menyebabkan kehamilan lagi. Keuntungan sterilisasi adalah
motivasi hanya dilakukan satu kali saja, sehingga tidak diperlukan
motivasi yan berulang-ulang, efektivitas hampir 100%, tidak
mempengaruhi libido seksualitas, dan tidak adanya kegagalan dari
pihak pasien.
Salah satu cara sterilisasi pada perempuan adalah dengan
metode pomeroy. Cara pomeroy banyak dilakukan. Cara ini
dilakukan dengan mengangkat bagian tengah tuba sehingga
membentuk suatu lipatan terbuka, kemudian dasarnya diikat
dengan benang yang dapt diserap, tuba diats dasar itu dipotong.
Setelah benang pengikat diserap, maka ujung-ujung tuba akhirnya
terpisah satu sama lain. Angka kegagalan sekitar 0-0,4%.
b) Sterilisasi Pada Laki-laki (Vasektomi)
Vasektomi merupakan suatu opersai kecil dan dapat
dilakukan oleh seseorang yang telah mendapat latihan khusus
untuk itu. Selain itu, vasektomi tidak memerlukan alat-alat yang
banyak, dapat dilakukan secara poliklinis, dan pada umumnya
dilakukan dengan mempergunakan anatesi local.
Pada sadarnya, indikasi untuk melakukan vasektomi ialah
bahwa pasangan suami-isteri tidak menghendaki kehamilan lagi
dan pihak suami bersedia bahwa tindakan kontrasepsi dilakukan
pada dirinya.
Tidak ada kontaindikasi pada tindakan ini, hanya apabila ada
kelainan local atau umum yang dapat mengganggu sembuhnya
luka opeasi, kelainan itu harus disembuhkan dulu. Keuntungan
dari tindakan ini adalah tidak menimbulkan kelainan baik fisik
maupun mental, tidak menggangggu libido seksualitas, dapat
dikerjakan secera poliklinis.

B. Standar Asuhan Kebidanan dan Kewenangan Bidan


Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014
Tentang Pelayanan masa sebelum hamil, masa hamil, persalinan, dan masa sesudah
melahirkan, penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi serta kesehatan seksual pada
pasal 5 ayat (1) menyebutkan bahwa pelayanan masa sebelum hamil dilakukan
untuk mempersiapkan perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang
sehat dan selamat serta memperoleh bayi yang sehat. Pada pelayanan kesehata
hamil Pasal 12 ayat (1) bahwasannya pelayanan kesehatan masa hamil bertujuan
untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan kesehatan yang
berkuaitas sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan
selamat, dan melahirkan bayi yang sehat dan berkualitas. Dalam pasal 14 ayat (1)
disebutkan bahwa persalinan dilakukan difasilitas kesehatan. pada pelayanan
sesudah melahirkan pasal 15 ayat (1) bahwa pelayanan masas sesudah melahirkan
meliputi pelayanan ksehatan bagi ibu dan pelayanan kesehatan bayi baru lahir. Pada
pasal 18 ayat (1) disebutkan bahwa penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi
dilakukan dengan cara yang dapat dipertangggung jawabkan dari segi agama,
norma budaya, etika, serta segi kesehatan. Dalam pasal 26 ayat (1) juga disebutkab
bahwa Pelayanan Kesehatan Seksual diberikan agar setiap perempuan menjalani
kehidupan seksual dengan pasangan yang sah yang memungkinkan pasangan dapat
menikmati hubungan seksual secara sehat, aman, tanpa paksaan dan diskriminasi,
terbebas dari kekerasan, rasa takut, malu dan rasa bersalah (Kemenkes, 2014).

C. Manajemen Kebidanan dan Dokumentasi Kebidanan


1. Manajemen Varney
Manajemen varney merupakan metode pemecahan masalah kesehatan ibu
dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan dama memberikan asuhan
kebidanan kepada indibidu, keluarga, kelompok, masyarakat (Elisabeth Siwi
Walyani, 2015).
Dalam proses penatalaksanaan asuhan kebidanan menurut varney ada
langkah. Berikut menurut Elisabeth Siwi Walyani, 2015 :
a. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat
dari semua yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data
dapat dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai dengan
kasus yang dihadapi akan menentuka proses interprestasi yang benar atau
tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga dalam pendekatan ini harus yang
komprehensif meliputi data subjektif, objekti, dan hasil pemeriksaan
sehigga dapat menggambarkan kondisi/masalah klien yang sebenarnya.
b. Langkah II : Interprestasi Data Dasar
Data dasar yang telah dikumpulkan diinterprestasikan sehingga dapat
merumuskan diagnose atau masalah yang spesifik. Rumusan diagnose dan
masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan
seperti diagnose tetapi membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan
dengan hasil pengkajian.
c. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnose
potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan
dilakukan pencegahan sambil mengawasi pasien bidan bersiap-siap bila
masalah potensial benar-benar terjadi.
d. Langkah IV : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang
Mmerlukan Penanganan Segera dan Kolaborasi
Mengantisipasi perlunya tindakan segera oleh bidan dan/ dokter untuk
konsultasi atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain.
e. Langkah V: Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
Rencana asuhan yang meneyluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah teridentifikasi dari kondisi/ masalah klien, tetapi juga dari kerangka
pedoman antisipasi terhadap klien tersebut, apakah kebutuhan perlu
konseling, penyuluhan dan apakah pasien perlu dirujuk karena ada masalah-
masalah yang berkaitan dengan masalah kesehatan lain. Pada langkah ini
tugas bidan adalah merumuskan renana asuhan sesuai dengan hasil
pembahasan rencana bersama klien dan keluarga, kemudian membuat
kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
f. Langkah VI : Melaksanakan Asuhan
Pada langkah ini rencana asuhan yang komprehensif yang telah dibuat
dapat dilaksanakan secara efisien seluruhnya oleh bidan atau dokter atau tim
kesehatan lain.
g. Langkah VII : Evaluasi
Melakukan evaluasi hasil dari asuhan yang telah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi
sesuai dengan diagnosa/masalah.
2. Dokumentasi Kebidanan
Catatan ini memperlihatkan bahwa asuhan kebidanan sangat
berkesinambugan bukan hanya berfokus pada masa kehamilan dan persalinan
saja tetapi melakukan follow up untuk melaksanakan asuhan pada masa nifas
dan masa laktasi (Ina Yuniati, 2010).
Menurut Ina Yuniati, 2010, beikut dokumentasi kebidanan SOAP :
a. Data S : Data Subjektif
Berdasarkan standar pencatatn asuhan kebidanan bahwa data subjektif
(S) merupakan data yang harus dicatat sebagai dasar melakukan asuhan
kepada klien atau pasien. Hal ini sangat sesuai karena dapat
menggambarkan bentuk dan cirri khas asuhan kebidanan yang memiliki
nilai dan filosofi bahwa “perempuan merupakan individu yang unik dan
holistic terdiri dari fisik, psikologis, sosial, kultural”. Catatan S sebagai data
subjektif menunjukkan bahwa bidan harus peka dan peduli terhadap keluhan
klien atau pasien karena masalah psikologis, atau sosial atau masalah
budaya yang mengganggu proses kehamilan atau persalinan yang
dihadapinya. Karena bila keluhan dan masa ini tidak diperhatikan akan
mengganggu proses kenormalan yang ada selama masa kehamilan dan
persalinan, masalah tersebut dapat mengakibatkan terjadinya keabnormalan
yang akan berisiko pada ibu dan janinnya.
b. Data O : Data Objektif
Catatan O sebagai data objektif menunjukkan bahwa bidan dalam
memberikan asuhan harus sesuai dengan keadaan dan kondisi yang terjadi
pada klien/pasiennya.
c. Data A : Data Analisa
Catatan A adalah hasil analisa, mencatat diagnose dan masalah
kebidanan. Hasil pemeriksaan merupakan data dasar dalam melakukan
penilaian sekaligus pengambilan keputusan klinis yang diambil dalam
membantu klien atau memcahkan masalah dan membrikan tindakan.
Sehingga tindaka yang sifatnya Trial and error tidak akan terjadi, apalagi
dalam penatalaksanaan dinyatakan bahwa tindakan yang diberikan harus
berdasarkan evidence.
d. Data P : Penatalaksanaan
Pada catatan penatalaksanaan (P) sangat menggambarkan pelayanan
asuhan kebidanan yang komprehensif dan berkesinambungan, karena harus
mencatat seluruh tindakan bidan yang telah dilakukan dari mulai tindakan
antisipasi yaitu tindakan untuk menghindari masalah atau diagnose yang
mengancam/potensial/ yang akan terjadi pada klien bila bidan tidak
memberikan tindakan tertentu/asuhan yang tepat, seperti kemungkinan syok,
perdaraha, kejang, atau masalah potensial lainnya. Hal ini menunjukkan
bahwa bidan harus selalu siap siaga menghadapi segala kemungkinan yag
akan terjadi pada klien/pasiennya. Begitupun cekatan dalam memberikan
tindakan yang segera dalam mengatasi masalah atau keadaan emergensi.
Melalui catatan ini bidan akan menunjukkan kemampuannya dalam
penanganan kasus yang emergensi.
D. Pathway

Ibu Hamil UK 12-42 Minggu

Fisiologis Patologis

Penerapan asuhan kebidanan pada kehamilan fisiologis : Rujuk


Pada TM I sebelum minggu ke 14 : 1 kali
Kunjungan 1
Pada TM II sebelum minggu ke 28 : 1 kali
Kunjungan 2
Pada TM III antara minggu ke 28-36 : 1 kali
Kunjungan 3
Pada TM III setelah 40 minggu
Kunjungan 4

Bersalin

Fisiologis Patologis

Pemantauan Rujuk
kemajuan persalinan
kala IIV dengan
partograf
Bayi Baru Nifas
Lahir

Fisiologis Patologis Fisiologis Patologis

Penerapan asuhan kebidanan Rujuk Penerapan asuhan kebidanan Rujuk


pada BBL-neonatus fisiologis pada BBL-neonatus fisiologis
Kunjungan I (umur 6 jam-3
Kunjungan I (umur 6 jam-3 hari)
hari) Kunjungan II (umur 4-7 hari)
Kunjungan II (umur 4-7 hari) Kunjungan III (umur 8-14 hari)
Kunjungan IV(>15 hari-28 hari)
KB
Kunjungan III (umur 8-14 hari)
Kunjungan IV(>15 hari-28 hari)
Kunjungan I (4-7 hari PP) : Konseling pelayanan KB
Kunjungan II (8-14 hari PP) : Evaluasi Konseling Pelayanan KB

Gambar 2.1 Pathway Asuhan Kebidanan Komprehensif


E. Kerangka Alur Pikir
Fisiologi
Ibu Hamil 17- Pengetian ibu hamil
38 Minggu Psikis

Ibu Nifas Rencana Rencana Asuhan


kujungan masa 1. Mengidentifikasi data subyektif
nifas 3 kali 2. Mengidentifikasi data objektif
3. Menentukan masalah
berdasarkan data subyektif dan
obyektif
4. Mengidentifkasi
penatalaksanaan berdasarkan
masalah yang ditemukan

KB Rencana Rencana Asuhan


kunjungan KB 1 5. Mengidentifikasi data subyektif
kali 6. Mengidentifikasi data objektif
7. Menentukan masalah
berdasarkan data subyektif dan
obyektif
8. Mengidentifkasi
penatalaksanaan berdasarkan
masalah yang ditemukan
Keterangan kerangka alur pikir :
Dijelaskan dibagan bahwa pada ibu hami umur kemahilan 17-38 minggu terdapat
perubahan diantaanya ada perubahan psikologi, fisiologi. Di kebutuhan dasar ibu hami
tebagi atas kebutuhan psikologi dan fisiologi. Ketidaknyamanan dibagi untuk trimester 1,
trimester 2 dan trimester 3. Pada bagan penjelasan pada ibu besalin ada kebutuhan psikis
dan fisiologi. Untuk sesksio secarea ada indikasi dan komplikasi. Pada ibu nifas ada
perubahan psikos dan fisiologi seta ada kebutuhan untuk masa nifas.Pada bayi baru lahir
ada adaptasi yang dialami oleh bayi baru lahir baik didalam uteus dan intra uterus. Pada
KB terdapat beberapa jenis alat kontrasepsi dengan tujuan untuk mencegah, menjarangkan
serta menghentikan kehamilan.
Keterangan Rencana Jalannya Penelitian :

1. Kunjungan pertama (ibu hamil 17 minggu lebih 3 hari) : perkenalan, informed


consent, mengkaji identitas, data sujektif dan data objektif, melakukan analisa dan
observasi ibu hamil. Menanyakan kepada pihak puskesmas dan pihak institusi
pendidikan UNISA untuk pendampingan asuhan kebidanan komprehensif. Asuhan
yang diberikan adalah menganjurkan ibu untuk sebisa mungkin mengatur pola
istirahat untuk siang minimal 1-2 jam dan malam 7-8 jam dan pola nutrisi dengan
menghindari kafein agar tidak susah tidur, memberikan KIE nutrisi, tanda bahaya
serta ketidaknyamanan pada ibu hamil trimester 2.
2. Kunjungan kedua (ibu hamil 24 minggu lebih 3 hari): melakukan kunjungan rumah,
melakukan pengkajian data subyektif dan data obyektif, melakukan analisa serta
penatalaksanaan sesuai masalah yang ditemukan serta melakukan
pendokumentasian. Asuhan yang diberikan yaitu KIE nutisi, KIE
ketidaknyamanan, KIE tanda bahaya, KIE pola istirahat.
3. Kunjungan ketiga (ibu hamil 29 minggu) : dilakukan kunjungan rumah, melakukan
pengkajian data subyektif dan data obyektif, melakukan analisa serta
penatalaksanaan sesuai masalah yang ditemukan serta melakukan
pendokumentasian. Asuhan yang diberikan yaitu memberikan KIE tanda bahaya
trimester 3, nutrisi, tanda bahaya trimester 3, ketidaknyamanan trimester 3, tanda-
tanda persalinan, persiapan persalinan.
4. Kujungan keempat (ibu nifas 6 hari ) : dilakukan kunjungan rumah, melakukan
pengkajian data subyektif dan data obyektif, melakukan analisa serta
penatalaksanaan sesuai masalah yang ditemukan serta melakukan
pendokumentasian. Asuhan yang diberikan adalah KIE nutrisi, istirahat, personal
hygiene, KB, tanda bahaya pada masa nifas serta tanda bahaya pada bayi,
perawatan tali pusat dan ASI ekslusif.
5. Kunjungan kelima (KB) : dilakukan kunjungan rumah, melakukan pengkajian data
subyektif dan data obyektif, melakukan analisa serta penatalaksanaan sesuai
masalah yang ditemukan serta melakukan pendokumentasian. Asuhan yang
diberikan adalah KIE macam alat kontrasepsi, keuntungan, kelebihan serta
efektivitas dari masing-masing alat kontrasepsi.
BAB III

METODE LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

A. Rancangan Laporan
Metode penelitian yang digunakan dalam asuhan komprehensif pada ibu
hamil, bersalin dan nifas ini adalah metode penelitian Studi Penelaahan Kasus
(Case Study). Studi kasus dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan
melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal. Unit tunggal disini dapat berarti
satu orang, sekelompok penduduk yang terkena masalah, atau sekelompok
masyarakat di suatu daerah. Unit yang menjadi kasus tersebut secara mendalam
dianalisis baik dari segi yang berhubungan dengan keadaan kasus ini sendiri,
faktor-faktor yang mempengaruhi, kejadian-kejadian kasus yang muncul
sehubungan dengan kasus, maupun tindakan dan reaksi kasus terhadap suatu
perlakuan atau pemaparan tertentu. Meskipun didalam studi kasus iniyang diteliti
hanya bentuk unit tunggal, namun dianalisis secara mendalam, meliputi berbagai
aspek yang cukup luas, serta penggunaan berbagai teknik secara integratif.
(Notoatmojo, 2018)
B. Tempat dan Waktu
1. Tempat Penelitian
Asuhan kebidanan komprehensif ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas
Nanggulan Kulon Progo Yogyakarta
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan asuhan kebidanan komprehensif ini ini adalah sejak mulainya
pembuatan proposal, ujian proposal, membuat laporan hasil serta ujian hasil
mulai dari bulan Mei 2018-Juni 2019.dilakukan pada bulan Mei 2018 sampai
bulan Juni 2019.
C. Subjek
Ibu hamil primigravida trimester II di Puskesmas Nanggulan, Kulon Progo,
DIY.
D. Jenis Data
1. Data Primer
a. Pengamatan (Observasi)
Pengamatan adalah suatu hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh
perhatian untuk menyadari adanya rangsangan. Mula-mula rangsangan dari
luar mengenai indra, dan terjadilah pengindraan, kemudian apabila
rangsangan tersebut menarik perhatian akan dilanjutkan dengan adanya
pengamatan. Pada pengindraan tidak disertai keaktifan jiwa, sedangkan
pada pengamatan disertai keaktifan jiwa.
Dalam penelitian, pengamatan adalah suatu prosedur yang berencana, yang
antara lain meliputi, melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah dan taraf
aktivitas tertentu atau situasi tertentu yang ada hubungannya dengan
masalah yang diteliti. Jadi dalam penelitian bukan hanya mengunjungi,
melihat atau menonton saja, tetapi disertai keaktifan jiwa atau perhatian
khusus dan melakukan pencatatan.
b. Alat-alat mekanik (Electronics)
Alat-alat ini antara lain: alat perekam, alat fotografi. Alat-alat tersebut setiap
saat dapat diputar kembali untuk memungkinkan mengadakan analisis
secara teliti.
c. Wawancara (interview)
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan
data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan
dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap
berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face). Jadi data tersebut
diperoleh langsung dari responden melalui suatu pertemuan atau
percakapan. Wawancara sebagai pembantu utama dari metode observasi.
Gejala-gejala sosial yang tidak dapat terlihat atau diperoleh melalui
observasi dapat digali dengan wawancara. (Notoatmojo, 2018)
2. Data Sekunder
Data sekunder didapat dari buku, jurnal, atau hasil laporan asuhan
komprehensif terdahulu.
E. Alat dan Metode Pengumpulan Data
1. Data Primer
a. Pemerikasaan Fisik
Pemeriksaan fisik head to toe dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi menggunakan satu set alat pemeriksaan ANC.
b. Observasi
Peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan dengan mengguanakan
checklist pada keadaan yang dialami pasien.
c. Wawancara
Metode yang digunakan adalah wawancara mendalam dengan klien
menggunakan alat perekam, pedoman wawancara dan alat tulis.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh menggunakan catatan medis untuk memperoleh data
medis melalui buku KIA. Studi kepustakaan mengidentifikasi buku, laporan
penelitian, dan jurnal terbitan tahun 2011-2018 yang berhubungan dengan kasus
yang diteliti.
F. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif,
dilakukan secara detail dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas,
sehingga datanya sampai jenuh (Sulistyaningsih, 2011). Tahap-tahap analisis data
dalam asuhan kebidanan komprehensif:
1. Melengkapi data subjektif dan data objektif.
2. Mempelajari dan menelaah data.
3. Mereduksi data dengan melakukan rangkuman dan menyimpulkan sesuai data
yang telah diteliti.
4. Menyusun data dalam satuan.
5. Membandingkan antara teori dengan kasus yang diambil dilahan.
G. Jalannya Penelitian
1. Tahap persiapan
a. Penyusunan proposal penelitian BAB I, II, dan III, konsultasi dengan
Pembimbing, Revisi serta mengikuti seminar proposal.
b. Ujian proposal setelah pembimbing menandatangani lembar persetujuan
semina proposal
c. Revisi proposal penelitian, konsultasi dengan pembimbing, menandatangasi
lembar pengesahan, serta melanjutkan penelitian Continuity Of Care.
2. Tahap pelaksanaan
a. Melakukan studi pendahuluan
b. Mendapat pasien sesuai dengan yang telah diberikan dari institusi
pendidikan UNISA
c. Melakukan informed consent pada pasien
d. Kunjungan pertama (ibu hamil 17 minggu lebih 3 hari) : perkenalan,
informed consent, mengkaji identitas, data sujektif dan data objektif,
melakukan analisa dan observasi ibu hamil. Menanyakan kepada pihak
puskesmas dan pihak institusi pendidikan UNISA untuk pendampingan
asuhan kebidanan komprehensif. Asuhan yang diberikan adalah
menganjurkan ibu untuk sebisa mungkin mengatur pola istirahat untuk
siang minimal 1-2 jam dan malam 7-8 jam dan pola nutrisi dengan
menghindari kafein agar tidak susah tidur, memberikan KIE nutrisi, tanda
bahaya serta ketidaknyamanan pada ibu hamil trimester 2.
e. Kunjungan kedua (ibu hamil 24 minggu lebih 3 hari): melakukan kunjungan
rumah, melakukan pengkajian data subyektif dan data obyektif, melakukan
analisa serta penatalaksanaan sesuai masalah yang ditemukan serta
melakukan pendokumentasian. Asuhan yang diberikan yaitu KIE nutisi,
KIE ketidaknyamanan, KIE tanda bahaya, KIE pola istirahat.
f. Kunjungan ketiga (ibu hamil 29 minggu) : dilakukan kunjungan rumah,
melakukan pengkajian data subyektif dan data obyektif, melakukan analisa
serta penatalaksanaan sesuai masalah yang ditemukan serta melakukan
pendokumentasian. Asuhan yang diberikan yaitu memberikan KIE tanda
bahaya trimester 3, nutrisi, tanda bahaya trimester 3, ketidaknyamanan
trimester 3, tanda-tanda persalinan, persiapan persalinan.
g. Kujungan keempat (ibu nifas 6 hari ) : dilakukan kunjungan rumah,
melakukan pengkajian data subyektif dan data obyektif, melakukan analisa
serta penatalaksanaan sesuai masalah yang ditemukan serta melakukan
pendokumentasian. Asuhan yang diberikan adalah KIE nutrisi, istirahat,
personal hygiene, KB, tanda bahaya pada masa nifas serta tanda bahaya
pada bayi, perawatan tali pusat dan ASI ekslusif.
3. Tahap Akhir
a. Penyusunan laporan penelitian Continuity Of Care
b. Konsultasi pembimbing, revisi kemudian setelah mendapatkan tanda tangan
persetujuan dari pembimbing kemudian melakukan ujian.
c. Pengumpulan hard copy laporan penelitian Continuity Of Care.
H. Jalannya Asuhan Kebidanan Komprehensif
1. Tahap Persiapan
a. Melakukan studi pendahuluan dan studi dokumentasi di lokasi pengambilan
kasus.
b. Menyususn pendahuluan, tinjauan teori, dan metode pengambilan data
2. Tahap Pelaksanaan
a. Kunjungan pertama menentukan subjek penelitian yaitu ibu hamil,
melakukan informed consent, sekaligus memberikan asuhan kebidanan
pertama pada responden.
b. Kunjungan saat persalinan, kondisi yang terjadi pada ibu bersalin baik
persalinan fisiologis maupun dengan tindakan didokumentasikan dalam
SOAP perkembangan.
c. Kunjungan masa nifas memperhatikan masa nifas dan keadaan bayi selama
kunjungan.
d. Kunjungan masa neonatus dan menyusui dapat memperhatikan
permasalahan yang muncul selama proses menyusui dan masalah pada
kesehatan bayi.
e. Kunjungan keluarga berencana melakukan pendampingan sampai
pengambilan keputusan metode kontrasepsi apa yang akan dipilih pasangan
suami-istri.
3. Tahap Akhir (Menyusun Laporan)
Setelah melakukan pengambilan data, penulis melakukan analisis data,
menyimpulkan dan menampilkan data pada BAB IV dan BAB V dalam laporan
asuhan kebidanan. Kemudian melakukan bimbingan guna menyempurnakan
laporan asuhan kebidanan.
I. Etika dan Studi Kasus
Meliputi informed concent (lembar persetujuan), kerahasiaan responden dan
keamanan responden.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran tempat penelitian

Puskesmas Nanggulan merupakan puskesmas rawat jalan yang terletak di

Desa Wijimulyo, Nanggulan, Kulon Progo. Wilayah kerja yang menjadi

tanggung jawab tugas pelayanannya meliputi 6 desa dengan 61 dusun yaitu

Desa Wijimulyo dengan 11 dusun, Desa Kembang dengan 12 dusun, Desa

Jatisarono dengan 12 dusun, Desa Tanjungharjo dengan 8 dusun, Desa

Donomulyo dengan 10 dusun, Desa Banyuroto dengan 8 dusun. Kecamatan

Nanggulan merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Kulon

Progo bagian utara. Batas-batas wilayah kecamatan sebelah utara Kecamatan

Kalibawang, sebelah timur Kabupaten Sleman (Sungai Progo), sebelah selatan

Kecamatan Sentolo dan sebelah barat Kecamatan Girimulyo. Luas wilayah

Kecamatan Nanggulan 3.960,67 Ha terdiri dari sawah 1.495,85 Ha, pekarangan

674,56 Ha, tegalan 15,71 Ha, ladang 885,5 Ha, lain-lain 889,05 Ha. Kecamatan

Nanggulan terdiri 6 desa yaitu Desa Wijimulyo, Jatisarono, Kembang,

Tanjungharjo, Banyuroto dan Desa Donomulyo, dengan jumlah dusun 61

dusun, Rukun Warga (RW) 128 buah, Rukun Tetangga (RT) 385 buah, dengan

jumlah penduduk 30.706 jiwa terdiri dari laki-laki 15.116 jiwa dan perempuan

15.623 jiwa sedangkan jumlah kepala keluarga 10.073 (Data Agregat Kab.

Kulon Progo Tahun 2017).

a. Visi dan Misi Puskesmas Nanggulan

1) Visi
Puskesmas dengan layanan prima untuk mendukug Kecamatan Sehat

dan Mandiri tahun 2022.

2) Misi

a) Memenuhi harapan pelanggan

b) Pelayanan medis dasar dan upaya kesehatan masyarakat yang

berkualitas serta mengutamakan keselamatan pasien

c) Pengelolaan keuangan BLUD yang sehat, pengelolaan sarana

prasarana yang professional dan pengembangan kompetensi SDM

secara berkelanjtan.

d) Berorientasi pada kepuasan pelanggan dan masyarakat.

B. Hasil Pengkajian Data

1. Identitas Pasien

Nama : Ny. S

Umur : 21 Tahun

Gol. Darah : A

Pendidikan : SMK

Pekerjaan : IRT

Agama : Islam

Alamat : Sadang, Tanjungharjo, RT 35 RW 13, Nanggulan,

Kab.

Kulon Progo

2. Asuhan Kebidanan Pada kehamilan

a. Hasil Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan


Berdasarkan buku KIA pemeriksaan kehamilan pertama kali dilakukan

oleh Ny. S saat umur kehailan 12 minggu tepat pada tanggal 05 April 2018

di Puskesmas Nanggulan. Pada saat kunjungan yang dilakukan di rumah

ibu dilakukan anamnesa atau mengambil data subyektif, obyektif,

melakukan analisa serta menentukan penatalaksaan yang akan diberikan

kepada Ny. S. Ny.S selalu memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas

Nanggulan, pemeriksaan pada trimester pertama sebanyak 4 kali, pada

trimester kedua sebanyak 4 kali, dan pada trimester ketiga sebanyak 6 kali.

Hal tersebut berkesinambungan dengan Profil Kesehatan tahun 2014 yang

menyatakan bahwa pelayanan antenatal sekurang-kurangnya empat kali,

dengan distribusi waktu minimal satu kali pada trimester pertama (usia

kehamilan 0-12 minggu), satu kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-

24 minggu), dan dua kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 sampai

dengan persalinan).

1) Pada saat kunjungan rumah yang pertama yaitu pada tanggal 12 Mei

2018 ibu sudah pada trimester II dengan umur kehamilan 17+3 minggu.

Pada kunjungan ini dilakukan pengkajian data subyektif yaitu

menayakan identitas ibu dan suami, alasan datang, keluhan, riwayat

menstruasi dan perkawinan, riwayat obstetric dan kontrasepsi ibu,

riwayat kehamilan sekarang, riwayat kesehatan, pola pemenuhan

kebutuhan ibu sebelum dan selama hamil, pola eliminasi sebelum dan

selama hamil, istirahat, personal hygiene, pola seksualitas, pola aktifitas,

kebiasaan yang mengganggu kesehatan, data psikososial, spiritual dan

ekonomi,pengetahuan ibu mengenai kehamilan hingga KB serta kondisi


lingkungan disekitar ibu. Dari data subyektif yang didapat bahwa ibu

dengan keluhan kadang susah tidur, ini merupkan kehamila pertama dan

tidak ada riwayat abostus, HPHT : 11 Januari 2018, HPL : 18 Oktober

2018, telah mendapat imunisasi TT Caten pada Oktober 2017, tidak ada

riwayat penyakit menular, menurun serta menahun, serta kehamilan ini

sebelumnya telah direncanakan oleh Ny. S dan suami.

Pada pemeriksaan obyekif mulai dari pemeriksaan keadaan umum,

vital sign, pemeriksaan fisik, hingga pemeriksaan penunjang ditemukan

semuanya dalam keadaan normal, keadaan ibu baik, vital sign normal,

pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya kelainan seperti anemia,

ikterik, maupun kelainan lainnya. Berdasarkan buku KIA pemeriksaan

penunjang normal hasil pemerikasaan HB : 12,9gr% , Siphilis (atas

indikasi) dengan hasil negatif, dan HbsAg dengan hasil Negatif.

Dengan hasil pemeriksaan diatas dapat di simpulkan dengan Anlisa

“Ny. S umur 21 tahun G1P0A0Ah0 Umur Kehamilan 17+3 Minggu

dengan Kehamilan Fisiologis.

Dari hasil analisa diatas, penatalaksanaan yang dberikan pada Ny. S

yaitu KIE untuk mengatur pola istirahat minimal siang 1-2 jam dan

malam 7-8 jam, menghindari makanan dan minuman penyebab susah

tidur seperti kafein, makan makanan yang bergizi seimbang, personal

hygiene, aktivitas fisik, tanda bahaya pada trimester kedua,

ketidaknyamanan pada trimester kedua, hubungan seksual,

menganjurkan ibu untuk tetap minum tablet tambah darah (Fe) 1x1

menggunakan air putih ataupun jus jeruk serta tidak boleh selain dari
keduanya, menganjurkan ibu utuk tetap melakukan kunjungan sesuai

dengan tanggal yang sudah dietetapkan atau apbila ibu ada keluhan,

melakukan dokumentasi.

2) Pada kunjungan yang kedua, pada tanggal 30 Juni 2018 ibu masih dalam

kehamilan Trimester II dengan umur kehamilan 24+3 minggu.

Pada saat kunjungan yang kedua, didapatkan data subyektif ibu

mengatakan tidak ada keluhan, dengan HPHT : 11 Januari 2018, HPL :

18 Oktober 2018 dan UK : 24+3 minggu.

Pada data obyektif ditemukan keadaan umum ibu baik dengan

kesadaran composmentis, hasil vital sign normal, antropometri normal

terjadi peningkatan berat badan dari kunjungan pertama yaitu 52,7 kg

pada kunjungan pertama berat badan ibu 52 kg, pemeriksaan fisik

ditemukan sclera putih dan konjungtiva merah muda, tidak ada oedema

pada daerah wajah dan juga ekstremitas. Setelah dilakukan palpasi

Leopold ditemukan Leopold 1 TFU 2 jari dibawah pusat, perut tegang

dan belum teraba dengan jelas sementara unuk Leopold 2-4 belum

teraba dengan jelas. Auskultasi DJJ normal yaitu 155x/menit dan TFU

Mc Donald 19 cm dengan TBJ 975 gram.

Dari hasil pemeriksaan pada kunjungan yang kedua dapat

disimpulkan bahwa Ny. S umur 21 tahun G1P0A0Ah0 dengan umur

kehamilan 24+3 minggu dalam kehamilan fisiologis.

Pada kunjungan ini diberikan KIE untuk makan makanan yang

bergizi seimbang, pola tidur, personal hygiene, aktivitas fisik, tanda

bahaya pada timrster keuda, ketidaknyamanan pada trimester kedua,


hubungan seksual, menganjurkan ibu untuk tetap minum tablet tambah

darah (Fe) 1x1 menggunakan air putih ataupun jus jeruk serta tidak

boleh selain dari keduanya, menganjurkan ibu utuk tetap melakukan

kunjungan sesuai dengan tanggal yang sudah dietetapkan atau apbila ibu

ada keluhan, melakukan dokumentasi.

3) Pada kunjungan yang ketiga, tanggal 01 Agustus 2019 ibu dalam

Kehhamilan Trimester II dengan umur kehamilan 29 Minggu.

Pada kunjungan ini didapatkan data subyektif ibu mengatakan tidak

ada keluhan, dengan HPHT : 11 Januari 2018, HPL : 18 Oktober 2018

dan UK : 29 minggu.

Hasil pemeriksaan data Obyektif vital sign normal, antropometri

normal naik dari hasil kunjungan sebelumnya 52,7 kg menjadi 60 kg,

pemeriksaan fisik scelra putih serta konjungtiva sedikit pucat, tidak ada

oedema pada wajah dan ekstretmitas. Saat pemeriksaan Leopold 1 :

TFU 3 jari diatas pusat, pada fundus terba keras, melenting, kesimpulan

kepala, Leopold II : Pada bagian kanan peurt ibu teraba keras panjang

seperti papan, kesimpulan punggung janin (puki), dan pada bagian kiri

perut ibu teraba kecil-kecil, kesimpulan ekstremitas janin, Leopold III :

Pada bagian terbawah janin teraba lunak tidak melenting kesimpulan

bokong janin (Presentasi bokong), Leopold IV : Konvergen (Belum

masuk PAP), DJJ : 133x/menit, TFU Mc Donald : 25 cm dengan TBJ :

2.015 gram. Untuk hasil pemeriksaan laboratorium berdasarkan buku

KIA didapatkan HB : 10,9 gr%, glukosa urine negatif, protein ureine

negatif.
Pada kunjungan ini, dapat disimpulkan bahwa Ny.S umur 21 tahun

G1P0A0Ah0 umur kehamilan 29 minggu dengan anemia ringan.

Dikatakan anemia ringan karena HB Ny. S kurang dari 11gr%.

Pada kunjungan ini, penatalaksanaan yag diberikan yaitu

memberikan KIE dengn mengajurkan makan makanan tinggi zat besi

seperti sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tahu, tempe, serta

buah-buahan, mengajurkan ibu untuk istirahat cukup minimal siang 1-2

jam dan malam 7-8 jam, memberikan KIE kepada ibu untuk

mengonsumsi tablet tambah darah 2 kali sehari dimuim dengan air putih

atau air jeruk malam sebelum tidur, memberikan KIE tanda bahaya dan

ketidaknyamanan pada trimester III, memberikan KIE persiapan

persalinan dan ibu langsung menentukannya dengan penolong Dokter,

di RS Sentolo, pendamping serta pengambil keputusan adalah suami,

donor darah oleh kakak kandung dari Ny. S, trasnportasi mobil serta

telah menyiapkan biaya dan jaminan serta perlengkapan untuk ibu dan

juga bayi, memberikan KIE ASI Ekslusif, memberitahu ibu untuk

melakukan kunjungan ke tenaga kesehatan sesua dengan tanggal

kunjungan atau apabila ibu ada keluhan, mejelaskan tanda-tanda

persalinan dan melakuka dokumentasi.

b. Pembahasan Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan

1) Pada hasil kunjungan pertama yang dilakukan pada saat Ny. S umur 21

tahun G1P0A0Ah0 umur kehamilan 17+3 minggu ditemukan :

a) Data Subyektif
Berdasarkn hsail yang didapatkan keluhan ibu adalah susah tidur,

ibu adalah seorang primigravida dengan UK 17+3 minggu. Teori

menjelaskan bahwa susah tidur pada kehamilan trimester I dan pada

trimester III yang disebabkan oleh ketidaknyamanan akibat uterus

membesar dan karena pergerakan janin terutama janin aktif. Seorang

ibu hamil rentan mengalami gangguan tidur terlebih untuk

kehamilan primigravida dan pada kehamilan trimester I dan III.

b) Data Obyektif

Dari pengkaijan data disebutkan bahwa keadaan umum ibu baik,

kesadarn ibu composmentis dan dilakukan antropometri, pemeriksaa

vital sign, pemeriksaa fisik. Pemeriksaan ini sejalan dengan yang

dijelaskan dalam Profil Kesehatan tahun 2014 yang menyatakan

pelayanan antenatal yang memenuhi standar kualitas 10 T yaitu

penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, pengukuran

tekanan darah, pengukuran lingkar lengan atas (LILA), pengukuran

tinggi puncak rahim (fundus uteri), penentuan status imunisasi

tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid sesuai status

imunisasi, pemberian tablet penambah darah minimal 90 tablet

selama kehamilan, penentuan presentasi janin dan denyut jantung

janin (DJJ), pelaksanaan temu wicara, pelayanan tes laboratorium

sederhana seperti Hb, protein urine, dan pemeriksaan golongan

darah, kemudian tatalaksana kasus.

c) Analisa
Analisa awal pada asuhan ini adalah Ny. S umur 21 tahun

G1P0A0Ah0 UK 17+3 minggu dengan kehamilan fisiologis.

Masalah yang ada susah tidur atau gangguan tidur. Pada analisa

masih disebut dengan kehamila fisiologis karena keadaan susah tidur

tidak sampai membuat ibu benar-benar tidak bisa tidur semalaman.

Ibu masih bisa tidur dengan minimal tidur siang 1-2 jam dan malam

7-8 jam.

d) Penatalaksanaan

Penatalaksanaan kasus trimester I pada kehamilan, keluhan ibu

adalah susah tidur sehingga intervensi yang diberikan adalah

pemberikan KIE terkait ketidaknyamanan pada kehamilan trimester

I hal ini terjadi dikarenakan keadaan uterus yang mulai membesar

mengikuti umur kehamilan. Disini juga diberikan konseling untuk

mengatasi ketidaknyamanan tersebu dengan cara menghidari

makanan dan minuman yang mengandung kafein sebelum tidur.

Teori juga mejelaskan bahwa mengatur pola tidur dan minum air

hangat seperti susu dan mandi air hangat juga bisa mengurangi

gangguan sulit tidur.

2) Pada hasil kunjungan kedua yang dilakukan pada saat Ny. S umur 21

tahun G1P0A0Ah0 umur kehamilan 24+3 minggu ditemukan :

a) Data Subyektif

Pada kunjungan ini didapatkan Ny. S umur 21 tahun G1P0A0Ah0

umur kehamilan 24+3 minggu tidak ada keluhan, tidak pusing, tidak

muntah berlebih, tidak sakit kepala, tidak ada perdarahan, tidak


demam, tidak batuk. Ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan

No. 97 tahun 2014 menjelaskan bahwa anamnesa harus dilakukan,

tidak hanya meliputi keluhan melainkan tanda-tanda penting penting

yang terkait dengan maslah kehamilan dan penyakit yang

kemungkinan diderita. Ini dilakukan karena rasa takut sibu hamil

sehingga belum mampu mengatakannya kepada orang lain.

b) Data Obyektif

Dari pengkaijan data disebutkan bahwa keadaan umum ibu baik,

kesadarn ibu composmentis dan dilakukan antropometri, pemeriksaa

vital sign, pemeriksaa fisik. Ini juga sesuai dengan Peraturan

Menteri Kesehatan No. 97 tahun 2014 pasal 12 menyebutkan bahwa

pelayanan kesehatan masa hamil yaitu konseling, deteksi dini dan

melakukan perencanaan.

c) Analisa

Analisa awal pada asuhan ini adalah Ny. S umur 21 tahun

G1P0A0Ah0 UK 24+3 minggu dengan kehamilan fisiologis.

Dikatakan kehamilan fisiologis karena berdasarkan hasil anamnesa

data subyektif dan hasil pemeriksaan data obyektif semuanya dalam

batas normal.

d) Penatalaksanaan

Penatalaksanan kasus pada trimester ke II ini diberikan

penatalaksaan sesuai dengan kebutuhan ibu, meliputi KIE untuk

makan makanan yang bergizi seimbang, pola tidur, personal

hygiene, aktivitas fisik, tanda bahaya pada timrster keuda,


ketidaknyamanan pada trimester kedua, hubungan seksual,

menganjurkan ibu untuk tetap minum tablet tambah darah (Fe) 1x1

menggunakan air putih ataupun jus jeruk serta tidak boleh selain dari

keduanya, menganjurkan ibu utuk tetap melakukan kunjungan sesuai

dengan tanggal yang sudah dietetapkan atau apbila ibu ada keluhan,

melakukan dokumentasi.

3) Pada hasil kunjungan ketiga yang dilakukan pada saat Ny. S umur 21

tahun G1P0A0Ah0 umur kehamilan 29 minggu ditemukan :

a) Data Subyektif

Pada kunjungan ini didapatkan Ny. S umur 21 tahun G1P0A0Ah0

umur kehamilan 29 minggu tidak ada keluhan, tidak pusing, tidak

muntah berlebih, tidak sakit kepala, tidak ada perdarahan, tidak

demam, tidak batuk. Ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan

No. 97 tahun 2014 menjelaskan bahwa anamnesa harus dilakukan,

tidak hanya meliputi keluhan melainkan tanda-tanda penting penting

yang terkait dengan maslah kehamilan dan penyakit yang

kemungkinan diderita. Ini dilakukan karena rasa takut sibu hamil

sehingga belum mampu mengatakannya kepada orang lain

b) Data Obyektif

Dari pengkaijan data disebutkan bahwa keadaan umum ibu baik,

kesadarn ibu composmentis dan dilakukan antropometri, pemeriksaa

vital sign, pemeriksaa fisik. Pada pemeriksaan yang ini ditemukan

ibu mengalami kenaikan berat badan. Sesuai dengan teori yang ada,

bertmabhanya berat badan terjadi karena bertambahnya komposisi


uterus, berkembangnya plasenta, janin serrta cairan ketuban.

Berdasarkan hasil dari buku KIA ditemukan pemeriksaan tunjangan

dengan hasil HB : 10,9%, pemeriksaan gula darah : negatif, protein

urine : negatif. Berdasarkan teori ibu hamil trimester III cenderung

mengalami anemia.

c) Analisa

Analisa pada asuhan ini adalah Ny. S umur 21 tahun G1P0A0Ah0

UK 29 minggu dengan anemia ringan. Dikatakan anemia ringan

karena berdasarkan hasil dari buku KIA pemeriksaan yang

dilakukan pada awal trimester ke III ditemukan HB Ny. S hanya

10,9gr%.

d) Penatalaksanaan

Penatalaksanan kasus pada trimester ke III ini diberikan

penatalaksaan sesuai dengan kebutuhan ibu, meliputi KIE untuk

makan makanan yang bergizi seimbang, pola tidur, personal

hygiene, aktivitas fisik, tanda bahaya pada timrster ketiga,

ketidaknyamanan pada trimester ketiga, hubungan seksual,

menganjurkan ibu untuk tetap minum tablet tambah darah (Fe) 2x1

menggunakan air putih ataupun jus jeruk serta tidak boleh selain dari

keduanya, menganjurkan ibu utuk tetap melakukan kunjungan sesuai

dengan tanggal yang sudah dietetapkan atau apbila ibu ada keluhan,

melakukan dokumentasi. Dalam pencatatan dan pelaoparan harus

dilakukan sesuai dengan Permenkes No. 28 tahun 2017 Pasal 45


yang menjelsakan bahwa bidan wajib melakukan pencatatan dan

pelaporan sesuai dengan pelayanan yang diberikan.

3. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan

Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran

bayi cukup bulan atau hamper cukup bulan, disusul dengan pengeluaran

placenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Yanti, 2010).

Seksio secaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan

pada dinding uterus melalui dinding depan perut, seksio sesarea juga dapat

didefinisikan sebagai suatu histerotomia untuk melhirkan janin didalam rahim

(Amru Sofian, 2011).

Pada saat proses persalinan penulias hanya mendengarkan langsung cerita

dari Ny.S tanpa melakukan pendampingan. Ibu akhirnya melakukan persalinan

secara sectio cesarea dikarenakan saat itu posisi janin masih dalam posisi

sungsang dan ibu sudah sering merasakan kencang-kencang sehingga dokter

menyarankan untuk melakukan persalinan dengan sectio cesarean pada 03

Oktober 2018. Ibu melahirkan putri pertamanya pada 03 Okober 2018 jam

10.35 WIB di Rumah Sakit Nyi Ageng Serang. Ibu mengatakan ibu didampingi

serta diberikan support oleh suami dan juga keluarga.

Menurut Amru Sofian 2011, salah satu indikasi dilakukannya sectio

caesarea karena Malpresentasi janin (Letak lintang, letak bokong, presentasi

dahi dan muka, presentasi rangkap jika reposisi tidak berhasil, gemeli). Dari

pendapat diatas dapat disimpulakn bahwa Ny. S ddilakukan sectio caesarea

atas indikasi yang mengacu pada teori yang ada dan tidak ada kesenjangan

antara praktek dan juga teori yang ada.


4. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas

Pada asuhan masa nifas pada Ny. S dilakukan sebanyak 3 kali. Pertama

pemeriksaan dilakukan saat 6 jam setelah persalinan dan 2 kali kunjungan

rumah yaitu saat 6 hari setelah persalinan dan 2 minggu setelah persalinan. Hal

tersebut sejalan dengan yang dijelaskan dalam buku profil kesehatan tahun

2014 yang menyatakan pelayanan kesehatan pada ibu nifas sesuai standar, yang

dilakukan sekurang-kurangnya tiga kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu

pada enam jam sampai dengan tiga hari pascapersalinan, pada hari ke-4 sampai

dengan hari ke-28 pascapersalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-

42 pascapersalinan.

a. Hasil Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas

Kunjungan ini dilakukan pada 09 Oktober 2019. Pada kunjungan

awal masa nifas ini ditemukan pengkajian data subyektif bahwa ibu tidak

ada keluhan, HPHT : 11 Januari 2019, HPL : 18 Oktober 2019, ibu

mengatakan melahirkan putri pertamanya dengan BB lahir : 2785 gram dan

PB lahir : 47 cm pada 03 Oktober 2018 dengan section secarea atas

indikasi presentasi bokong di RS Nyi Ageng Serang.

Dari hasil pemeriksaan data obyektif ditemukan bahwa keadaan

umum ibu baik, kesadarn komposmentis, vital sign dalam batas normal,

hasil pemeriksaan fisik ditemukan sclera putih, konjungtiva merah muda,

putting susu menonjol, areola hiperpigmetasi, ASI sudah keluar, ibu sudah

bisa menyeusi dengan benar, pada bagian abdomen teradap luka bekas

operasi dengan TFU 2 jari diatas simphysis, kontraksi uterus keras, lochea

sanguilenta, ektremitas ibu tidak oedema.


Dari hasil pengkajian data subyektif dan obyektif didapatkan analisa

Ny. S umur 21 tahun P1A0Ah1 dalam masa Nifas hari ke-6 dengan Post

section secarea.

b. Pembahasan Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas

Pada asuhan mas nifas ini tidak ditemukan adanya tanda-tanda

infeksi maupun tanda bahaya lainnya. Hal tersebut sejalan dengan yang

dijelaskan dalam buku profil kesehatan 2014 bahwa saat masa nifas, ibu

nifas harus mendapatkan pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi,

nafas, dan suhu), pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri),

pemeriksaan lochea dan cairan per vaginam lain, pemeriksaan payudara dan

pemberian anjuran ASI eksklusif, pemberian informasi, edukasi kesehatan

ibu nifas dan bayi baru lahir, termasuk pelayanan keluarga berencana

pascapersalinan. Kemudian Ny. S mendapatkan konseling mengenai

kebutuhan nutrisi, pola istirahat, kebersihan ibu, perawatan payudara,

perencanaan kontrasepsi, dan tanda-tanda bahaya masa nifas. Hal tersebut

sejalan dengan konsep teori yang menyatakan saat masa nifas harus

memenuhi kebutuhan dasar seperti kebersihan, istirahat, latihan, gizi,

perawatan payudara, senggama, dan KB.

5. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

a. Hasil Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

Pada kunjungan tanggal 09 Oktober 2018 ditemukan data subyektif

bayi Ny.S umur 6 hari lahir pada tanggal 03 Oktober 2019 jam 10.35 WIB

jenis kelamin perempuan. Berdasarkan buku KIA ditemukan bayi menangis


kuat, warna kulit kemerahan, pada menit ke-10 nilai APGAR 10, pemberian

imunisasi Hb0 diberikan pada keesokan harinya.

Pada data obyektif ditemukan keadaan umum bayi baik, kesadaran

komposmentias, vital sign dalam batas normal, antropometri, dari hasil

pemeriksaan fisik tidak terdapat kelainan, pemeriksaan reflek positif.

Dari hasil pemeriksaan diatas bahwa Analisa By. Ny. S umur 6 hari

cukup bulan, lahir SC serta bayi sehat.

Penatalaksanaan yang diberikan yaitu memberikan KIE kepada ibu

untuk tetap menjaga kehangatan bayi dengan memakaikan topi pada bayi,

menganjurkan ibu untuk memberikan ASI minimal 2 jam sekali,

menjelaskan kepada ibu perawatan tali pusat dengan prinsip kering dan

bersih, menjelaskan kepada ibu mengenai posisi menyusui yang benar,

perawatan payudara, menjelaskan tanda bahaya pada bayi, menjelaskan

kepada ibu mengenai pemakaian popok pada bayi serta menjelskan kepada

ibu tentang imunisasi pada bayi.

b. Pembahasan Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

Bayi Ny. S saat lahir langsung menangis spontan dengan jenis

kelamin perempuan, berat badan 2785 gram dan panjang badan 47 cm. Hal

ini sesuai dengan teori bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan

umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram

sampai 4000 gram (Nanny, 2011).

Pada saat bayi lahir langsung dilakukan penilaian bayi secara

keseluruhan dimulai dari tangisan bayi, warna kulit dan bibir bayi, tonus

otot bayi dan didapatkan hasil tangisan pada bayi Ny.A sangat kencang,
warna kulit dan bibir kemerahan dan tonus otot baik. Hal tersebut sejalan

dengan konsep teori dimana saat melakukan penilaian awal pada bayi baru

lahir adalah menilai bayi dalam keadaan normal atau tidak, dengan

melakukan penilaian sekilas yaitu melihat warna kulit bayi, tonus otot bayi,

dan tangisan (Nanny, 2011).

Bayi Ny. S tidak dilakukan IMD karena lahir secara sectio caesarea

tpi dijaga kehangatannya dengan cara mengganti kain, memakaikan baju

dan menyelimutinya kemudian diberi salep mata untuk mencegah terjadinya

infeksi dan disuntikan vit.K di paha kiri untuk mencegah perdarahan pada

otak dan diberikan kepada Ny. S untuk disusui. Hal tersebut sejalan dengan

konsep teori yang menjelaskan bahwa menajeman asuhan bayi baru lahir

diantaranya menjaga suhu tubuh bayi, membersihkan saluran nafas (bila

perlu), memotong dan perawatan tali pusat, diberikan salep mata, vit.K, Hb-

0 serta dilakukan pemeriksaan fisik pada bayi (Saifuddin, 2009).

Pemberian imunisasi Hb0 dilakukan keesokan harinya yaitu tanggal

04 Oktoer 2018, hal ini tidak sesuai dengan teori Saifuddin yang

menyatakan bahwa pemberian imunisasi Hb0 diberikan 1-2 jam setelah

pemberian vit.k. .

Secara keseluruhan bayi Ny. S saat dilakukan penilaian awal dan

dilakukan pemeriksaan fisik sesuai dengan yang terdapat pada teori bayi

Ny. S normal dan dalam keadaan sehat. Tali pusat bayi sudah terlepas pada

hari ke empat. Saat pemeriksaan kunjungan ulang, tidak ada masalah yang

berarti. Namun pemberian imunisasi Hb0 diberikan keesokan harinya, hal

ini tidak sesuai dengan teori.


6. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Masa Antara

Pada kunjungan ini diberikan penjelasan kepada ibu mengenai beberapa alat

kontrasepsi termasuk, kelebihan, kekurangan serta efek samping yang mungkin

terjadi bila digunakan oleh Ny. S. Setelah itu melakukan pendaatan mulai dari

anamnesa dengan hasil ibu tidak ada keluhan dan haid terakhir 24-12-2018, ibu

mengatakan setelah melahirkan ibu belum pernah melakukan hubungan

seksual. Ibu mengatakan belum berani menggunakan alat kontrasepsi karena

efek samping yang di katakana oleh beberapa temannya yang pernah

menggunakan alat kontrasepsi. Setelah itu, melakukan pemeriksaan data

obyektif dengan pengukuran vital sign, antripometri serta pemeriksaan fisik.

Pada kunjungan ini hanya dilakukan KIE mengenai apa itu alat kontrasepsi,

tujuan pnggunaan alat kontrasepsi, macam-macam alat kontrasepsi, mengatakan

kepada ibu bahwa ibu cocok untuk menggunakan KB pil progestin, suntik

progestin, implant dan IUD karena ibu sedang menyusui.

Dari beberapa metode yang dijelaskan tentang macam-macam alat

kontrasepsi Ny. S ingin menggunakan kontrasepsi KB Pil Progestin, karena

lebih praktis dan tidak menganggu pemberian ASI. Namun Ny. S akan

melakukan konsultasi dengan suaminya.

Pada Ny. S asuhan KB diberikan pada tanggal 22 Januari 2019 di

Puskesmas Kulon Progo dengan KB Pil Progestin. Setelah KB Pil Progestin

diberikan, memberitahu ibu tanggal kunjungan kembali untuk mengambil

kembali KB Pil Progestin dengan menganjurkan ibu untuk tidak lupa datang

kembali ulang pada tanggal yang sudah ditentukan baik dalam keadaan haid
ataupun tidak haid. Apabila ada keluhan ibu boleh datang kembali ke

Puskesmas.

7. Keterbatasan Asuhan Kebidanan

Dalam pemberian asuhan dari awal masa kehamilan hingga masa antara

yang telah dilakukan ada beberapa keterbatasan seperti tidak bisa dilakukan

pemeriksaan secara keseluruhan, bahkan ada beberapa yang harus dilihat

berdasarkan buku KIA. Disini juga tidak semuanya mulai dari masa kehamilan

hingga bersalin Ny. S dilakukan pendampigan. Bahkan pada saat persalinan Ny.

S hanya bisa menceritakan kemnbali proses persalinannya serta hanya

mengambil dari buku KIA untuk melengkapa data persalinan.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. S G1P0A0 Gravida

37+6 minggu di Rumah Sakit Nyi Ageng Serang dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Pada masa kehamilan Ny. S mendapatkan Asuhan Kebidanan Antenatal dengan

baik dan melakukan kunjungan secara teratur tiap trimester ke Puskesmas

Nanggulan.

2. Pada saat proses persalinan Ny. S berjalan dengan normal. Lahir bayi secara SC

(sectio caesarea) pukul 10.35 WIB langsung menangis dengan berat badan

2785 gram, panjang badan 47 cm dan berjenis kelamin perempuan dengan kulit

kemerahan, tangisan kuat, dan tonus otot aktif. Terdapat luka jahitan operasi

dibagian abdomen.

3. Pada saat masa nifas Ny. S mendapatkan Asuhan Kebidanan Postpartum

sebanyak 3 kali. Selama proses masa nifas Ny. S berjalan dengan normal, hanya

saja sempat mengalami bendungan ASI. ASI Ny. S banyak dan mau melakukan

pemberian ASI Ekslusif selama 6 bulan.

4. Pada bayi Ny. S dalam keadaan normal. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan

kelainan apapun. Warna kulit dan bibir kemerahan, menyusu dengan kuat dan

berat badannya selalu mengalami Berat badan bayi Ny. S selalu naik di setiap

pemeriksaan karena pemberian ASI yang cukup oleh Ny. S kepada bayinya.

B. Saran

1. Bagi Mahasiswi
Sebaiknya setiap mahasiswi (khususnya penulis) dapat terus menerapkan

manajemen dan asuhan kebidanan yang telah dimiliki serta terus mengikuti

kemajuan dan perkembangan dalam dunia kesehatan, khusunya dalam dunia

kebidanan. Serta meningkatkan asuhan yang bermutu secara komprehensif.

2. Bagi Lahan praktik

Pelayanan kebidanan di Pukskesmas Nanggulan dan Rumah Sakit Nyi

Ageng Serang sudah sesuai dengan standar kewenangan bidan, maka dari itu

tetap pertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kebidanan. peningkatan.

Dengan diterapkan asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas

dan bayi baru lahir diharapkan asuhan yang diberikan dapat bermanfaat dan

terlaksana dengan baik dan tepat sehingga kelainan maupun komplikasi dapat

terdeteksi sedini mungkin dan petugas kesehatn khususnya bidan dapat segera

memberikan tindakan dengan baik dan tepat.


DAFTAR PUSTAKA

Amru Sofian, 2011. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri : obstetric opertif, obstetric sosial.
Jakarta : EGC.

Ari Sulistiyawati & Esti Nuhraheny, 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta :
Penerbit Salemba medika.

Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. A G2P1A0 Gravida 39 Minggu Di BPM Hj.W
Desa Cilampeni Kecamatan Katapang Kabupaten Bandung http://repository.stikes-
aisyiyahbandung.ac.id/file.php?file=mahasiswa&id=493&cd=0b2173ff6ad6a6fb09c9
5f6d5001df6&name=Laporan%20Kompre%20Annisa%20D.pdf Diakses minggu 14
Oktober 18 jam 09.30 WIB.

Asuhan Kebidanan Pada Ny. D Masa Hamil Sampai Dengan Keluarga Berencana Di Bidan
Praktek Mandiri Hj. Rukni Lubis Jalan Luku 1 No 289 Kec. Medan Johor Kota Madya
Medan http://poltekkes.aplikasi-akademik.com/xmlui/handle/123456789/295 Diakses
minggu 14 Oktober 18 jam 10.00 WIB.

Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. Y G₄P₃A₀ Di Bidan Praktik Mandiri Bidan Hj.
Imas R Yusfar Am. Keb Bandung Tahun 2016. http://repository.stikes-
aisyiyahbandung.ac.id/file.php?file=mahasiswa&id=489&cd=0b2173ff6ad6a6fb09c9
5f6d50001df6&name=Laporan%20Kompre%20Asri%20NF.pdf Diakses minggu 14
Oktober 18 jam 8. 13 WIB.

Asuhan Kebidanan Kmprehensif Kehamilan, Persalinan, Bayi Baru Lahir, Nifas, dan
Keluarga Berencana (KB) Di BPM Ny. Retno.
http://repository.ump.ac.id/1809/2/Khomsatun%20Nadzifah%20BAB%20I.pdf
Diakses rabu, 02 Januari 2019 jam 06.15 WIB

Asuhan Komprehensif mulai dari masa Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir, dan
Perencanaan Keluarga Berencana (KB) pada Ny. K 31 Tahun di Puskesmas 1
Kembaran Kabupaten Banyumas.
http://repository.ump.ac.id/4271/2/Weni%20Rizkiyana%20BAB%20I.pdf Diakses
rabu, 02 Januari 2019 jam 06.15 WIB .

Asuhan kebidanan ini diberikan pada ibu hamil normal trimester III (36-40
minggu), Persalinan, Nifas, Neonatal, dan keluarga berencana secara contunity
of care. http://eprints.umpo.ac.id/4200/2/2%20BAB%201.pdf Diakses jum’at 0
Januari 2019 jam 17.35

Aticeh, Gita Nirmala Sari, Willa Follona, 2014. Konsep Kebidanan. Jakarta : Penerbit
Salemba Medika.

Bayu Irianti, dkk. 2015. Asuhan Kebidanan Berbasis Bukti. Jakarta : Penerbit Sagung Seto.

Dinkes DIY, 2016. Profil Kesehatan DIY tahun 2016.


http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVINSI_2015/1
4_DIY_2015.pdf . Diakses pada 19 September 2018. Jam 12.00 WIB
Dinkes Kulon Progo, 2016. Profil Kesehatan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016.
http://dinkes.kulonprogokab.go.id/index.php?pilih=hal&id=64 . Diakses pada 19
September 2018. Jam 13.01 WIB.

Direktorat kesehatan keluarga, 2016. Laporan Tahunan Direktorat Kesehata Keluarha


tahun 2016.
http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/Laptah%20TA%202016%20Dit%20Kesga
.pdf diakses pada 19 September 2018. Jam 10.00 WIB.

Elisabeth Siwi Walyani & Th. Endang Puwoastuti, 2015. Asuhan Kebidanan Masa NIfas
dan Menyusui. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Elisabeth Siwi Walyani, 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan.Yogyakarta : Pustaka


Baru Press.

Hanna Umi, Kusbandiyah Jiarti, Marjati, Yulifah Rita, 2011. Asuhan Kebidanan pada
Kehamilan Fisiologis. Jakarta : Salemba Medika.

Ina Yuniati, 2010. Catatan Dan Dokumentasi Pelayanan Kebidanan. Jakarta : Sagung
Seto.

Kemenkes RI, 2017. INILAH CAPAIAN KINERJA KEMENKES RI TAHUN 2015-


2017. http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=17081700004 diakses pada 19
September 2018. Jam 09.57 WIB.

Kemenkes RI, 2016. Laporan Kinerja Ditjen Kesehatan Masyarakat Tahun 2016.
http://depkes.go.id/resources/download/LAKIP2017/5%20LKj%20Es%201%202016/3
.%20Laporan%20Kinerja%20Tahun%202016%20Ditjen%20Kesmas.pdf Dikases
pada 19 September 2018. Jam 11.05 WIB.

Kemenkes RI, 2016. Profil Kesehatan Indonesia 2016.


http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-2016.pdf . Diakses pada 19 September 2018.
Jam. 11.31 WIB.

Kemenkes, 2014. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014
Tentang Pelayanan masa sebelum hamil, masa hamil, persalinan, dan masa sesudah
melahirkan, penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi serta kesehatan seksual.
http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/PMK%20No.%2097%20ttg%20Pelayan
an%20Kesehatan%20Kehamilan.pdf. Diaskes tanggal 18 september 2018 : 11.01
WIB.

Kemenkes RI, 2015. Rencana Stategis Kementrian Kesehatan 2015-2019.


http://www.depkes.go.id/resources/download/info-publik/Renstra-2015.pdf . Diakses
pada 19 September 2018. Jam 12.27 WIB.

Notoatmojo Soekidjo, 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Panduan Dakwah Rumah Sakit Muhammadiyah, 2013. Buku Pendamping Panduan


Dakwah Rumah Sakit Muhammadiyah/’Aisyiyah. Yogyakarta : Majelis Tabligh dan
Majelis Pelayanan Kesehatan Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Ratna Dewi Pudiastuti, 2012. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Normal dan Patologi.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Rohani, Reni Saswita, dan Marisah, 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan.
Jakarta : Penerbit Salemba Medika.

Rukiyah, Y.A & Yulianti, L. 2010. Asuhan Kebidanan Bayi dan Anak. Jakarta : Trans Info
Media. http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/18/01-gdl-dhonarachm-
888-1-fullteks.pdf . diakses pada tanggal 18 september 2018 : 13.50 WIB.

Sariyati, Endang Wahyati Y. dan C. Tjahjono Kuntjoro, 2016. Peran bidan dalam
pelaksanaan permenkes nomor 631/menkes/ per/iii/2011 sebagaimana telah diubah
dengan permenkes nomor 2562/menkes/per/xii/2011 tentang petunjuk teknis jaminan
persalinan. SOEPRA Jurnal Hukum Kesehatan, Vol. 2 | No. 2 | Th. 2016.
journal.unika.ac.id/index.php/shk/article/download/824/568. Diakses pada 10 Oktober
2018. Jam 13 : 06 WIB.

Sarwono Prawihardjo, 2014. Ilmu Kandungan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono


Prawihardjo.

Setyo Retno Wulandari & Sri Handayani, 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas.
Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Sulistyaningsih.2012. Metodologi Penelitian Kebidanan Kuantitatif Kualitatif. Yogyakarta:


GrahaIlmu.

Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Mitos Seputar Kehamilan Di Desa


Pegirikan Tahun 2013. https://docplayer.info/42166247-tingkat-pengetahuan-
ibu-hamil-tentang-mitos-seputar-kehamilan-di-desa-pegirikan-tahun-
2013.html Diakses Jum’at, 04 Januari 2018 Jam 18.07

Vivian Nanny Lia Dewi & Tri Sunarsih, 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta
: Penerbit Salemba Medika.

World Health Organization, 2018. Maternal Mortality. http://www.who.int/en/news-


room/fact-sheets/detail/maternal-mortality . Diakses pada 19 September 2018. Jam
10.30 WIB.

Yanti (2010). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta : Pustaka Rihama.

Anda mungkin juga menyukai