Anda di halaman 1dari 308

ASUHAN KEBIDANAN CONTINUITY OF CARE

BERBASIS HOLISTIC CARE PADA NY. RN DI


PMB S TELUKJAMBE TIMUR KARAWANG
PERIODE 03 Februari S/D 15 April 2022

Asuhan Kebidanan Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Mendapatkan Gelar Profesi Bidan (Bd)

Dosen Pembimbing :

Dr Hj. Maimunah, S.ST.,S.K.M., M.Kes


Daris Yolandasari, S.ST.M.Keb

Oleh :
Julaeha
NPM : 0405462106013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


POLITEKNIK BHAKTI ASIH PURWAKARTA
TAHUN 2022
ASUHAN KEBIDANAN CONTINUITY OF CARE
BERBASIS HOLISTIC CARE PADA NY. RN DI
PMB S TELUKJAMBE TIMUR KARAWANG
PERIODE 03 Februari S/D 15 April 2022

Asuhan Kebidanan Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Mendapatkan Gelar Profesi Bidan (Bd)

Dosen Pembimbing :

Dr Hj. Maimunah, S.ST.,S.K.M., M.Kes


Daris Yolandasari, S.ST.M.Keb

Oleh :
Julaeha
NPM : 0405462106013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


POLITEKNIK BHAKTI ASIH PURWAKARTA
TAHUN 2022
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan pada tahun 2020-2024

menyebutkan bahwa kondisi umum dan permasalahan kesehatan ibu dan anak

di Indonesia antara lain: Angka Kematian Ibu (AKI) 305 per 100.000

kelahiran hidup (SUPAS, 2015) dan Angka Kematian Neonatal (AKN) 15 per

1000 kelahiran hidup (SDKI, 2017). Penurunan AKI dan AKN sudah terjadi

namun angka penurunannya masih dibawah target Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Target RPJMN pada tahun 2024 yaitu

AKI 183 per 100.000 kelahiran hidup dan AKN 10 per 1000 kelahiran hidup

(Kemenkes RI, 2020).

Pemerintah berkomitmen dalam upaya menurunkan kematian ibu dan

bayi. Salah satu bentuk komitmen dalam penurunan AKI dan AKB pada

tahun 2020 dengan menetapkan 120 Kabupaten / Kota melalui Keputusan

Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07 / MENKES / 94/2020 tentang Lokus

Kegiatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi Tahun

2020. (Kemenkes RI, 2020).

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari

pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan visi misi Presiden yaitu

pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM), untuk mewujudkan derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, diselenggarakan upaya

kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, dengan pendekatan


2

promotif, preventif, tanpa meninggalkan kuratif dan rehabilitatif secara

terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan (PMK, no.86, 2019).

Menurut WHO (2019) Angka Kematian Ibu (maternal mortality rate)

merupakan jumlah kematian ibu akibat dari proses kehamilan, persalinan, dan

pasca persalinan yang dijadikan indikator derajat kesehatan perempuan.

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu target global Sustainable

Development Goals (SDGs) dalam menurunkan angka kematian ibu (AKI)

menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030. Menurut WHO

(2019) Angka Kematian Ibu (AKI) didunia yaitu sebanyak 303.000 jiwa.

Angka Kematian Ibu (AKI) di ASEAN yaitu sebesar 235 per 100.000

kelahiran hidup (ASEAN Secretariat, 2020). Menurut Data Survey Demografi

dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia

meningkat dari 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002-2007

menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007-2012. Menurut

SUPAS Angka Kematian Ibu (AKI) mengalami penurunan pada tahun 2012-

2015 menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka kematian Bayi

tahun 2015 sebanyak 22,33/1000 KH.(Kemenkes RI, 2019)

Menurut Kemenkes RI (2018), Angka Kematian Ibu di Indonesia

secara umum terjadi penurunan dari 390 menjadi 305 per 100.000, hingga

tahun 2019 AKI Indonesia masih tetap tinggi, yaitu 305 per 100.000

kelahiran hidup sedangkan jumlah kematian ibu sampai bulan agustus 2020 =

27 kematian ibu (227,22/100.000 KH). Angka Kematian Bayi tahun 2018

adalah 91,45% per 1000 kelahiran hidup, tahun 2019 Berdasarkan data

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), angka kematian bayi di Indonesia pada


3

2019 lalu adalah 21,12 dan pada tahun 2020 AKB sampai dengan bulan

agustus telah terjadi 116 kasus kematian bayi adalah 9,78 per 1000 kelahiran

hidup.

Menurut Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat Angka Kematian Ibu di

Jawa Barat Pada tahun 2021 terdapat 1.190 kasus dan tahun 2020 terdapat

745 kasus. Pada tahun 2019 berdasarkan pelaporan profil kesehatan

kabupaten/kota sebanyak 684 kasus atau 74,19 per 100.000 KH. menurun 16

kasus dibandingkan tahun 2018 yaitu 700 kasus. Penyebab kematian ibu

masih didominasi oleh pendarahan: 33,19 %, hipertensi dalam kehamilan:

32,16 %, Infeksi: 3,36 %, gangguan sistem peredaran darah (jantung): 9,80

%, gangguan metabolik: 1,75% dan penyebab lainnya:19,74% (

Komdat.Kesmas kemkes Tahun 2020-2021). Angka Kematian Bayi di Jawa

Barat Pada Tahun 2021 terdapat 2.718 kasus dan pada tahun 2020 terdapat

2.245 kasus pada tahun 2019 adalah Rasio Kematian Bayi pada tahun 2019

sebesar 3,26/1000 kelahiran hidup atau 2.851 kasus, menurun 0,14 poin

dibanding tahun 2018 sebesar 3,4/1000 kelahiran hidup atau 3.083 kasus.

Dari kematian bayi sebesar 3,26/1.000 kelahiran hidup, 82 % terjadi pada saat

neonatal (0-28 hari), 17,39 % post neonatal (29 hari -11 bulan

(Komdat.Kesmas kemkes Tahun 2020-2021)

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang,

kematian ibu pada tahun 2021 sebanyak 117 kasus dari 39.679 persalinan ,

pada tahun 2020 terdapat 60 kasus dari 42.965 persalinan, pada tahun2019

sebanyak 45 dari 44.850 persalinan, pada tahun 2018 terdapat 43 kasus dari

43.964 persalinan dan pada tahun 2017 terdapat 59 kasus dari 44.903
4

persalinan. Penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan, preeklampsi

berat, komplikasi lain dan Covid-19. Sedangkan kematian bayi pada tahun

2021 sebanyak 160 kasus dari 294,86 KH, pada tahun 2020 terdapat 136

kasus dari 139,65 KH, pada tahun 2019 terdapat 157 kasus dari 100,33 KH,

pada tahun 2018 terdapat 162 kasus dari 97,81 KH, dan pada tahun 2017

terdapat 173 kasus dari 131,29 KH. penyebabnya adalah asfiksia 29%, kel

kongenital 19%, sepsis 3%, BBLR 69%, lain-lain 20% (neonatal usia 0-18

hari), sedangkan pada bayi usia 29 hari- 12 bulan diantaranya pneumonia 2%,

diare 4%, kel kongenital 5% lain-lain 9%. Pada balita 1-5 tahun diantaranya

pneumonia 2% dan lain-lain 9% (Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang

2021). Tidak ada angkat kematian ibu dan angka kematian bayi di PMB S

kecamatan telukjambe timur karawang periode tahun 2021 sampai maret 2022.

Capaian pelayanan kesehatan pada ibu hamil dapat dinilai dari

cakupan K1 dan K4. Data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan cakupan K1

sebesar 94,1%, sedangkan cakupan K4 sebesar 74,1% di Indonesia.

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 3 Universitas Sriwijaya tahun 2019,

cakupan pelayanan kesehatan K4 pada ibu hamil tahun 2019 mengalami

peningkatan sebesar 88,54% dibandingkan tahun 2018 sebesar 88,03%.

Target Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2019, yaitu

sebesar 80% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020)

Bidan sebagai salah satu profesi tertua di dunia memiliki peran sangat

penting dan strategis dalam penurunan AKI dan AKB serta penyiapan

generasi penerus bangsa yang berkualitas, melalui pelayanan kebidanan yang

bermutu dan berkesinambungan.


5

Kehamilan akan mengalami komplikasi diperkirakan sebesar 20%.

Komplikasi yang tidak tertangani dapat menyebabkan kematian, namun

sebagian besar komplikasi dapat dicegah dan ditangani bila ibu segera

mencari pertolongan ke tenaga kesehatan, tenaga kesehatan melakukan

prosedur penanganan yang sesuai, tenaga kesehatan mampu melakukan

identifikasi dini komplikasi, apabila komplikasi terjadi maka tenaga

kesehatan dapat memberikan pertolongan pertama dan melakukan tindakan

stabilisasi pasien sebelum melakukan rujukan, proses rujukan yang efektif,

pelayanan di RS yang cepat dan tepat guna (Kemenkes RI, 2015).

Intervensi yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kematian

dan kesakitan ibu dan neonatal yaitu melalui peningkatan pelayanan antenatal

yang mampu mendeteksi dan menangani kasus risiko tinggi secara memadai,

pertolongan persalinan yang bersih dan aman oleh tenaga kesehatan terampil,

pelayanan pasca persalinan dan kelahiran, pelayanan emergensi obstetrik dan

neonatal dasar (PONED) dan komprehensif (PONEK) yang dapat dijangkau

secara tepat waktu oleh masyarakat yang membutuhkan (Kemenkes RI,

2015).

Salah satu upaya untuk meningkatkan pelayanan berkualitas yaitu

dilakukannya asuhan kebidanan secara Continuity Of Care (COC) yaitu

asuhan yang komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus, dan

Keluarga Berencana, dengan dilaksanakannya asuhan kebidanan tersebut

diharapkan ibu dapat menjalani kehamilan sampai Keluarga Berencana tanpa

penyulit apapun.
6

Continuity of care mempunyai arti bahwa seorang wanita

mengembangkan kemitraan dengan baik untuk menerima asuhan selama

masa kehamilan, masa persalinan, dan masa nifas. Continuity of care

merupakan hal yang mendasar dan model praktik kebidanan untuk

memberikan asuhan holistik, membangun kemitraan yang berkelanjutan

untuk memberikan dukungan, dan membina hubungan saling percaya antara

bidan dan klien, hal ini merupakan salah satu upaya pemerintah Indonesia

dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Pelaksanaan asuhan yang

berkesinambungan sesuai siklus kehidupan dilakukan mulai dari pasangan

usia subur dan wanita usia subur yang merupakan prakonsepsi: setelah

menikah dan hamil dilakukan pelayanan selama kehamilan, persalinan, nifas,

dan bayi baru lahir: pemberian pelayanan bagi bayi dan balita disebut

program 1000 hari pertama kehidupan. Continuity of care memastikan ibu

dan bayi mendapatkan asuhan yang terbaik dari bidan pada seluruh periode

kehamilan dan melahirkan (Purwaningsih, 2017).

Intervensi yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kematian

dan kesakitan ibu dan neonatal yaitu melalui peningkatan pelayanan antenatal

yang mampu mendeteksi dan menangani kasus risiko tinggi secara memadai,

pertolongan persalinan yang bersih dan aman oleh tenaga kesehatan terampil,

pelayanan pasca persalinan dan kelahiran, pelayanan emergensi obstetrik dan

neonatal dasar (PONED) dan komprehensif (PONEK) yang dapat dijangkau

secara tepat waktu oleh masyarakat yang membutuhkan (Kemenkes RI,

2015).
7

Di PMB S, Kecamatan Telukjambe Timur Kabupaten Karawang

memberikan pelayanan kebidanan meliputi: pemeriksaan kehamilan (ANC),

pertolongan persalinan normal (INC), perawatan masa nifas (PNC),

penanganan bayi lahir normal, menerapkan program Inisiasi Menyusu Dini

(IMD) pada setiap persalinan normal dengan kondisi bayi yang baik,

imunisasi bayi dan, dan pelayanan keluarga berencana (KB). Dari pelayanan

kebidanan komprehensif yang diperoleh penulis di PMB tersebut, maka,

berdasarkan dari data tersebut diatas maka, penulis tertarik melakukan asuhan

kebidanan secara continuity of care (COC) pada masa kehamilan dengan

komplementer gym ball pada kehamilan, komplementer rebozo pada

persalinan, komplementer pijat eflluarage pada masa nifas dan komplementer

baby massage pada neonatus.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu memberikan asuhan kebidanan secara Continuity of care

berbasis holistic care pada Ny.RN pada masa kehamilan dengan

komplementer gym ball pada kehamilan, komplementer rebozo pada

persalinan, komplementer pijat eflleurage pada masa nifas dan

komplementer baby massage pada neonatus.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu Melakukan asuhan kebidanan continuity of care berbasis

holitic care pada ibu hamil pada Ny.RN meliputi pemgkajian,


8

merumuskan diagnosa, merencanakan asuhan, melaksanakan asuhan

dan melakukan evaluasi dengan komplementer gym ball pada

kehamilan.

b. Mampu melakukan asuhan kebidanan continuity of care berbasis

holitic care pada ibu bersalin pada Ny.RN meliputi pengkajian,

merumuskan diagnose, merencanakan asuhan, melaksanakan asuhan

dan melakukan evaluasi dengan komplementer rebozo pada

persalinan.

c. Mampu Melakukan asuhan kebidanan continuity of care berbasis

holitic pada ibu nifas Ny. RN meliputi pengkajian, merumuskan

diagnosa, merencanakan asuhan, melaksanakan asuhan dan

melakukan evaluasi dengan komplementer pijat eflleurage pada

nifas.

d. Melakukan asuhan kebidanan continuity of care berbasis holitic pada

bayi baru lahir Bayi Ny.RN meliputi pengkajian, merumuskan

diagnosa, merencanakan asuhan, melaksanakan asuhan dan

melakukan evaluasi dengan komplementer baby massage pada

neonatus.

C. Ruang Lingkup

1. Sasaran

Sasaran dalam asuhan kebidanan secara continuity of care dengan

disertai komplementer ini ditujukan kepada ibu hamil pada trimester III

(28 - 40 minggu), bersalin, nifas dan neonatus.

2. Tempat
9

Lokasi yang dipilih untuk memberikan asuhan kebidanan secara

continuity of care dengan disertai komplementer pada kehamilan,

persalinan, nifas dan neonatus adalah di PMB S Kecamatan telukjambe

timur karawang.

3. Waktu

Waktu yang diperlukan untuk memberikan asuhan kebidanan

secara continuity of care dengan disertai komplementer pada kehamilan,

persalinan, nifas dan neonatus dan penyusunan laporan dimulai bulan

Maret – April 2022.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

Asuhan kebidanan secara continuity of care dengan disertai

komplementer pada kehamilan, persalinan, nifas dan neonatus untuk

pengembangan ilmu dan meningkatkan kualitas serta mutu pelayanan

kesehatan khususnya pelayanan kebidanan dimasyarakat.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pasien dan Keluarga

Diharapkan kilen dan keluarga merasa puas, aman nyaman

dengan pelayanan komplehensif karena dapat dirasakan secara

langsung akan mendapatkan pelayanan kebidanan yang berkualitas

secara continuity of care pada masa kehamilan, persalinan, nifas dan

neonatus disertai dengan komplementer sesuai dengan kebutuhan.

b. Bagi Lahan Praktek PMB S

Diharapkan dengan memberikan pelayanan asuhan kebidanan


10

secara continuity of care dengan disertai komplementer pada

kehamilan, persalinan, nifas dan neonatus dapat meningkatkan mutu

dan kualitas PMB sehingga berdampak pula pada jumlah kunjungan

pasien yang datang ke PMB S akan lebih banyak lagi.

c. Bagi Institusi pendidikan Poiteknik Bhakti Asih Purwakarta

Diharapkan hasil dari laporan asuhan kebidanan secara

continuity of care dengan disertai komplementer pada kehamilan,

persalinan, nifas dan neonatus dapat menambah jumlah buku bacaan

di perpustakaan khususnya tentang asuhan kebidanan secara

continuity of care pada masa kehamilan dengan komplementer Gym

Ball pada kehamilan, komplementer Rebozo pada persalinan,

komplementer eflleurage pada masa nifas dan komplementer baby

massage pada neonatus.

d. Bagi Penulis selanjutnya

Diharapkan hasil dari laporan asuhan kebidanan secara

continuity of care dengan disertai komplementer pada kehamilan,

persalinan, nifas dan neonatus dapat memberikan gambaran dalam

melaksanakan asuhan kebidanan, sehingga penulis selanjutnya akan

lebih baik dalam pelaksanaan dan asuhan yang diberikan.


11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Asuhan Kehamilan

1. Pengertian

Kehamilan merupakan matarantai yang bersinambung dan terdiri

dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan

zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh

kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2017).

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

(Saifudin, 2014).

2. Klasifikasikan Kehamilan Yaitu:

a. Trimester I dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan (0-12 minggu)

b. Trimester II dari 4 bulan sampai 6 bulan (13-27 minggu)

c. Trimester III dari 7 bulan sampai 9 bulan (28-40 minggu)

(Prawirohardjo, 2014).

3. Fisiologis Proses Terjadinya Kehamilan

Menurut Manuaba (2017) proses kehamilan merupakan mata

rantai yang berkesinambungan yang terdiri atas :

a. Ovulasi

Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh


12

sistem hormonal yang kompleks. Selama masa subur yang

berlangsung 20-35 tahun, hanya 420 buah ovum yang dapat

mengikuti proses kematangan dan terjadi ovulasi.

b. Spermatozoa

Setiap suami istri melakukan hubungan seksual maka akan

dikeluarkan sperma dengan jumlah sekitar 3 cc yang mengandung 40

– 60 juta spermatozoa setiap cc, tetapi tidak semua sperma dapat

mencapai tuba fallopii hanya beberapa saja. Spermatozoa yang

berada di alat reproduksi wanita akan dapat bertahan hidup dan dapat

membuahi selama tiga hari pertama setelah ejakulasi.

c. Ovum

Ovum menjadi salah satu hal yang diperlukan agar

pembuahan bisa terjadi. Ovum setelah ovulasi akan di tangkap oleh

fimbrae dan akan masuk ke tuba, ovum mempunyai waktu hidup

terlama di ampula tuba dan ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan

hidup selama 48 jam

d. Konsepsi

Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi akan bertemu

denga sperma sehingga terjadilah konsepsi (pembuahan) dimana

proses konsepsi ini akan terjadi pada pars ampularis tuba, tempat

yang paling luas disepanjang tuba, dinding penuh jonjot sel yang

mempunyai silia.

e. Proses nidasi atau implantasi

Setelah fertilisasi hasil pembuahan maka hasil konsepsi akan


13

melakukan implantasi pada dinding uterus sekaligus memberikan

informasi pada tubuh ibu, sehingga tubuh ibu akan bermanifestasi

terhadap adaptasi fisiologi kehamilan, jika tidak terjadi implantasi,

maka zigot akan mudah keluar dari uterus bersamaan dengan darah

menstruasi. Zigot yang sedang membelah, mengapung dalam tuba

fallopi sekitar 1 minggu dan berkembang dari tahap 16 sel melalui

tahap morula yang padat menjadi tahap blastokista dengan 32-64 sel.

Tahap blastokista ini memiliki rongga yang berisi cairan. Blastokista

memiliki dua jenis sel embrionik yang telah berdiferensiasi yaitu

trofektoderm di bagian luar dan inner cell mass di bagian dalam. Sel

trofektoderm nantinya akan membentuk plasenta dan inner cell mass

akan membentuk janin serta membran janin.

Gambar 2. 1

Tahap Perkembangan Zigot

Sumber: Astuti, dkk (2017)

f. Pembentukan plasenta

Nidasi atau implantasi paling banyak terjadi pada bagian

fundus uteri di dinding depan atau belakang. Pada blastula,

penyebaran sel trofoblas yang tumbuh tidak rata, sehingga blastula


14

dengan inner cell mass akan tertanam dalam endometrium. Sel

trofoblas menghancurkan endometrium sampai terjadi pembentukan

plasenta yang berasal dari primer vili korealis. Terjadinya nidasi

(implantasi) mendorong sel blastula mengadakan diferensiasi. Sel

yang dekat dengan ruangan eksoselom membentuk “entoderm” dan

yolk sac (kantong kuning telur) sedangkan sel lain membentuk

“ektoderm” dan ruangan amnion. Plat embrio (embryonal plate)

terbentuk diantara dua ruang yaitu ruang amnion dan kantong yolk

sac. Ruangan amnion dengan cepat mendekati korion sehingga

jaringan yang terdapat diantara amnion dan embrio padat dan

berkembang menjadi tali pusat. Awalnya yolk sac berfungsi sebagai

pembentuk darah bersama dengan hati, limpa dan sumsum tulang.

Pada minggu kedua sampai ketiga, terbentuk bakal jantung dengan

pembuluh darahnya yang menuju body stalk (bakal tali pusat).

Jantung bayi mulai dapat dideteksi pada minggu ke-6 sampai 8

dengan menggunakan ultrasonografi atau Doppler

g. Pertumbuhan dan perkembangan janin

Embrio yang berada dalam uterus akan berkembang sejak

usia 3 minggu setelah konsepsi. Secara klinik usia gestasi 4 minggu

dengan USG akan tampak sebagai kantung gestasi berdiameter 1 cm,

tetapi embrio belum tampak. Pada minggu ke-6 dari hari terakhir,

usia konsepsi 4 minggu dan embrio berukuran 5 mm, kantung

gestasi berukuran 2-3 cm. Pada saat itu akan tampak denyut jantung

dengan USG. Pada akhir minggu ke-8 usia gestasi (6 minggu usia
15

embrio), embrio berukuran 22-24 mm, dimana akan tampak kepala

yang relatif besar dan tonjolan jari, kurang dari 12 minggu, terlebih

pada minggu ke-3.

4. Perubahan Fisiologis Dan Psikologis Dalam Kehamilan

Menurut Manuaba (2017) ada beberapa perubahan yang terjadi

pada ibu hamil bai secara fiaik dan psikologis diantaranya:

a. Perubahan fisiologis

1) Uterus

Ukuran uterus sebelum hamil beratnya sekitar 30 gram

seiring dengan bertambahnya usia kehamilan maka uterus akan

mengalami hipertrofi dan hiperplasia, sehingga ukuran uterus

akan seberat 1000 gram saat akhir kehamilan kemudian Otot

menjadi lebih besar, lunak sehingga dapat mengikuti

pembesaran uterus mengikuti pertumbuhan janin.

2) Serviks

Setelah terjadi konsepsi maka serviks akan menjadi lebih

lunak dan kebiruan dimana perubahan ini diakibatkan adanya

penambahan vaskularisasi dan edema pada seluruh serviks,

bersamaan dengan terjadinya hipertrofi dan hiperplasia pada

kelenjar-kelenjar serviks.

3) Ovarium

Pada masa kehamilan, indung telur mengandung korpus

luteum gravidarum akan fungsinya memberikan nutrisi pada

janin sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada usia 16


16

minggu dan fungsinya diagantikan oleh plasenta.

4) Vagina dan perinium

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan

hiperemia terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perinium dan

vulva, sehingga pada vagina akan terlihat berwarna keunguan

yang di kenal dengan tanda chadwick. Perubahan ini meliputi

penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan

hipertrofi dari sel-sel otot polos dan akab terjadi peningkatan

volume sekresi vagina yang berwarna keputihan, menebal, dan

Ph antara 3,5 – 6 yang merupakan hasil dari peningkatan

produksi asam laktat glikogen yang di hasilkan oleh epitel

vagina sebagai aksi dari lactobacillus acidhopilus.

5) Payudara

Pengaruh estrogen terhadap payudara adalah akan

terjadi hiperplasia sistem duktus dan jaringan intestisial

payudara. Hormon laktogenik plasenta menyebabkan hipertrofi

dan pertambaahan sel-sel asinus payudara, serta meningkatkan

produksi zat-zat kasein, laktoalbumin, laktoglobulin, sel-sel

lemak, kolostrum. Payudara akan membesar dan tegang serta

terjadi hyperpigmentasi kulit dan hipertrofi kelenjar

Montgomery, terutama daerah areola dan papilla akibat

pengaruh melanofor. Puting susu membesar dan menonjol.

6) Sirkulasi darah
17

Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat

memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin

dalam rahim. Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena

pada sirkulasi retroplasenter. Pengaruh hormon esterogen dan

progesteron makin meningkat.

7) Sistem Kardiovaskuler

Volume darah semakin meningkat dan jumlah serum

darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah merah, sehingga

terjadi pengenceran darah (hemodilusi) yang puncaknya pada

usia kehamilan 32 minggu. Jumlah sel darah merah makin

meningkat untuk mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim,

tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang dengan

peningkatan volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang

disertai anemia fisiologis.

8) Sistem Muskuloskletal

Perubahan muskuloskeletal disebabkan oleh peningkatan

berat badan dan ukuran uterus dannjanin yang semakin

meningkat akan mengakibatkan postur dan gaya berjalan ibu

hamil akan berubah sehingga posisi menjadi hiperlordosis,

halini akan membuat pegal dan ketidanyamanan pada ibu hamil.

9) Sistem respirasi

Kebutuhan oksigen ibu akan meningkat hal ini untuk

memenuhi kebutuhan oksigen janin, maka sistem respirasi akan

terjadi perubahan serta adaptasi. Sebagai respons terhadap


18

peningkatan metabolisme serta peningkatan kebutuhan oksigen

ke uterus dan janin. Pembesaran uterus akan menyebabkan

diafragma naik sekitar 4 cm selama kehamilan, hal ini akan

berdampak pada sistem respirasi sehingga ibu hamil akan

mengalami sedikit sesak.

10) Sistem pencernaan

Pengaruh estrogen pada ibu hamil akan meningkatkan

pengeluaran asam lambung sehingga dapat menyebabkan :

pengeluaran air liur berlebihan (hypersalivasi), daerah lambung

terasa panas, terjadi mual, sakit/pusing kepala terutama pagi hari

(morning sickness), muntah (emesis gravidarum) dan muntah

berlebihan sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari

(hyperemesis gravidarum) dan progesteron menimbulkan

gerakan usus makin berkurang dan menyebabkan obstipasi.

11) Sistem perkemihan

Akibat penekanan utersu terhadap kandung kemih pada

kehamilan muda dan turunnya kepala bayi pada kehamilan tua,

menyebabkan gangguan miksi dalam bentuk sering berkemih.

Desakan tersebut menyebabkan kandung kenih cepat terasa

penuh. Hemodelusi menyebabkan metabolisme air makin lancar

sehingga pembentukan urine akan bertambah.

12) Kulit

Perubahan pada kulit ibu hamil yang disebut

hiperpigmentasi dan hiperemi, terjadi karena hormon khusus


19

yang terjadi dibeberapa tempat antara lain: muka yaitu cloasma

gravidarum, abdomen yaitu striae lividae/nigra, mamae yaitu

puting susu dan areola mamae bertambah hitam dan pada lipatan

ketiak, lipatan paha.

13) Pertambahan Berat Badan

Pertambahan berat badan selama kehamilan sebagian

besar diakibatkan oleh uterus dan isinya, payudara, dan

peningkatan volume darah serta cairan ekstraseluler

ekstravaskuler dengan rata-rata pertambahan berat badan

sebanyak 12,5 kg.

14) Indeks Masa Tubuh (IMT)

Indeks Massa Tubuh didefinisikan sebagai berat badan

seseorang dalam kilogram dibagi dengan tinggi badan dalam

meter (kg/m2) (Irianto, 2017). Penggunaan rumus ini hanya

dapat diterapkan pada seorang dengan usia 18 hingga 70 tahun,

dengan struktur tulang belakang normal, bukan atlet atau

binaragawan, dan bukan ibu hamil/menyusui. Indeks Massa

Tubuh pada setiap orang berbeda-beda, faktor-faktor yang

mempengaruhi IMT diantaranya:

a) Usia

Usia mempengaruhi Indeks Massa Tubuh (IMT)

karena semakin bertambahnya usia, manusia cenderung

jarang melakukan olahraga. Ketika seseorang jarang

melakukan olahraga, maka berat badannya cenderung


20

meningkat sehingga mempengaruhi Indeks Massa Tubuh

(IMT) (Ramadhani, 2013).

b) Pola makan

Pola makan berkenaan dengan jenis, proporsi dan

kombinasi makanan yang dimakan oleh seorang individu,

masyarakat atau sekelompok populasi. Makanan cepat saji

berkontribusi terhadap peningkatan indeks massa tubuh

seseorang, hal ini terjadi karena kandungan lemak dan gula

yang tinggi pada makanan cepat saji. Selain makanan cepat

saji, peningkatan porsi dan frekuensi makan berpengaruh

terhadap peningkatan indeks massa tubuh. Orang yang

mengonsumsi makanan tinggi lemak lebih cepat mengalami

peningkatan berat badan dibandingkan orang yang

mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat dengan jumlah

kalori yang sama

c) Aktifitas fisik

Aktifitas fisik menggambarkan gerakan tubuh yang

disebabkan oleh kontraksi otot yang menghasilkan energy

ekspenditur. indeks massa tubuh berbanding terbalik

dengan aktifitas fisik, apabila aktifitas fisiknya meningkat

maka hasil indeks massa tubuh akan semakin normal, dan

apabila aktifitas fisiknya menurun akan meningkatkan

indeks massa tubuh (Ramadhani, 2013).

d) Jenis Kelamin
21

IMT dengan kategori kelebihan berat badan lebih

banyak ditemukan pada laki-laki, namun angka obesitas

lebih tinggi ditemukan pada perempuan dibandingkan

dengan laki-laki. Distribusi lemak tubuh juga berbeda

antara lemak wanita dan pria, pria lebih sering menderita

obesitas viscelar dibanding wanita (Asil, E dkk., 2014)

Menurut Sugondo (2009) hasil dari penghitungan

Indeks Massa Tubuh (IMT) dapat diklasifikasikan

bedasarkan klasifikasi menurut klasifikasai Kriteria Asia

Pasifik menjadi underweight, normal dan overweight,

dengan rentang angka sebagai berikut:

Tabel 2.1
Klasifikasi IMT

Indeks Massa Tubuh sebagai salah satu indeks

anthropometri memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan

Indeks Massa Tubuh diantaranya adalah pengukurannya yang

mudah dilakukan dan dapat menentukan kekurangan dan

kelebihan berat badan. Kekurangan dari Indeks Massa Tubuh itu

sendiri adalah hanya dapat digunakan untuk memantau status

gizi orang dewasa dengan usia lebih dari 18 tahun, tidak dapat
22

diterapkan pada bayi, anak remaja, ibu hamil dan olahragawan,

serta tidak dapat digunakan untuk menentukan status gizi bagi

orang yang menderita sakit edema, asites dan hepatomegali

(Irianto, 2017)

b. Perubahan psikologis dalam kehamilan

1) Trimester Pertama

Pada kehamilan trimester I, adaptasi psikologis yang

harus dilakukan oleh ibu yaitu menerima kenyataan bahwa

dirinya sedang hamil. Seorang ibu yang menginginkan

kehamilannya akan mencari kebenaran secara medis bahwa

memang benar dirinya hamil.

b) Trimester Kedua

Pada timester kedua ini ibu akan merasa lebih baik dan

sehat karena terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan,

misalnya mual dan letih. Perubahan psikologis pada trimester

kedua ini dapat di bagi menjadi dua tahap, yaitu sebelum adanya

pergerakan janin yang dirasakan ibu (prequickening) dan setelah

adanya pergerakan janin (postquickening).

c) Trimester Ketiga

Pada Trimester ketiga sering disebut periode penantian

dan merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Kadang-

kadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-

waktu. (Sri, dkk, 2017).


23

5. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil

a. Oksigen

Menurut Walyani, (2015), kebutuhan oksigen adalah

kebutuhan yang utama pada manusia termasuk ibu hamil. Berbagai

gangguan pernafasan bisa terjadi saat hamil sehingga akan

menganggu pemenuhan kebutuhan oksigen pada ibu yang akan

berpengaruh pada bayi yang dikandung.

b. Nutrisi

Menurut Walyani, (2015),, makanan sehari-hari yang

dianjurkan adalah yang memenuhi standart kecukupan gizi untuk ibu

hamil untuk pencegahan anemia defisiensi, diberi tambahan vitamin

dan tablet Fe. Fungsi makanan untuk ibu hamil yaitu,

mempertahankan kesehatan, pertumbuhan janin, cadangan laktasi,

proses penyembuhan postpartum. Beberapa nutrisi yang dibutuhkan

ibu hamil antara lain: Sumber kebutuhan zat gizi untuk ibu hamil

yaitu:

1) Kalori: Kebutuhan kalori selama kehamilan adalah 70.000 – 80.000

kilo kalori (kkal), dengan penambahan berat badan sekitar 12,5 kg.

2) Protein: Jenis protein dengan nilai biologi tinggi: daging, ikan, telur,

tahu, tempe, kacang-kacangan, biji-bijian, susu, yogurt, dll

3) Karbohidrat: Sumber karbohidrat utama: beras, serealia, gandum, dll

4) Lemak: Lemak didapatkan dengan mengonsumsi mentega, susu, telur,

daging berlemak, alpukat dan minyak nabati


24

5) Vitamin B6: Angka kecukupan vitamin B6 bagi ibu hamil adalah

sekitar 2,2 miligram sehari. Makanan hewani adalah sumber yang

kaya akan vitamin ini.

6) Asam folat: Asam folat dibutuhkan untuk pembentukan sel baru,

membantu mengembangkan sel syaraf dan otak janin. Sumber asam

folat adalah hati, sayuran, hijau, jeruk, kembang kol, kedelai/kacang-

kacangan lain, roti, gandum, serealia, dll.

7) Kalsium: Sumber kalsium dapat diperoleh dari susu dan hasil

olahannya, ikan/hasil laut, sayuran berwarna hijau dan kacang-

kacangan.

8) Vitamin:

a) Vitamin A: Sumber vitamin A adalah makanan hewani berupa

hati, lemak hewan, susu, mentega, dan kuning telur, serta dalam

makanan nabati dalam bentuk sayuran berwarna dan tomat, serta

buah-buahan yang berwarna kuning jingga seperti pepaya dan

mangga serta minyak kelapa sawit.

b) Vitamin B12: Sumber vitamin B12 adalah daging, ikan, telur,

susu dan produk susu serta tempe.

c) Vitamin C: merupakan antioksidan yang diperlukan untuk

mencegah kanker, infeksi, dan jantung koroner. Sumber vitamin

C adalah sayuran hijau, kol, tomat, serta buah-buahan seperti

jeruk, nanas, jambu biji, dan mangga.

d) Vitamin D: Sumber vitamin D terdapat dalam sayuran hijau,

serealia, dan kacang-kacangan.


25

9) Air: Sebaiknya minum 8 gelas air putih sehari, jus buah, makanan

berkuah dan buah – buahan. Kurangi minuman bergula: sirop dan

softdrink (Walyani, 2015).

c. Personal hygiene

Menurut Walyani, (2015), kebersihan harus dijaga pada masa

hamil. Mandi dianjurkan sedikitnya dua kali sehari karena ibu hamil

cenderung untuk mengeluarkan banyak keringat, menjaga

kebersihan diri (ketiak, bawah buah dada, daerah genital) dengan

cara dibersihkan dengan air dan dikeringkan.

d. Pakaian

Menurut Walyani, (2015), pakaian yang dikenakan ibu hamil

harus nyaman tanpa sabuk yang menekan di bagian perut/

pergelangan tangan karena dapat menghambat sirkulasi darah.

e. Eliminasi

Menurut Walyani, (2015), keluhan yang sering muncul pada

ibu hamil berkaitan dengan eliminasi adalah konstipasi dan sering

BAK. Konstipasi terjadi karena adanya pengaruh hormon

progesteron yang mempunyai efek rileks terhadap otot polos, salah

satunya otot usus. Selain itu desakan usus oleh pembesaran janin

juga menyebabkan bertambahnya konstipasi.

f. Seksual

Menurut Walyani, (2015), hubungan seksual selama

kehamilan tidak dilarang selama tidak ada riwayat penyakit seperti :

1) Sering abortus dan kelahiran prematur

2) Perdarahan pervaginam
26

3) Coitus harus hati-hati terutama pada minggu terakir kehamilan.

g. Lingkungan yang bersih

Lingkungan bersih di sini adalah termasuk bebas dari polusi

udara seperti asap rokok. Karbon monoksida yang terdapat dalam

rokok akan dapat dengan bebas menembus plasenta dan mengurangi

kemampuan Hb dalam mengikat oksigen, selain udara, perilaku

hidup bersih dan sehat juga perlu dilaksanakan, seperti menjaga

kebersihan diri, makanan yang dimakan, buang air besar di jamban

dan mandi menggunakan air yang bersih (Walyani, 2015).

h. Senam hamil

Kegunaan senam hamil adalah melancarkan sirkulasi darah,

nafsu makan bertambah, pencernaan menjadi lebih baik dan tidur

menjadi lebih baik dan nyenyak (Walyani, 2015).

i. Perawatan Payudara

Payudara merupakan aset yang sangat penting sebagai

persiapan menyambut kelahiran sang bayi dalam proses menyusui.

Beberapa hal perlu diperhatikan dalam peraawatan payudara adalah

sebagai berikut :

1) Hindari pemakaian bra dengan ukuran yang terlalu ketat dan

yang menggunakan busa, karena akan mengganggu penyerapan

keringat payudara.

2) Gunakan bra dengan bentuk yang menyangga payudara

3) Hindari membersihkan puting dengan sabun mandi karena akan

menyebabkan iritasi. Bersihkan puting susu dengan minyak


27

kelapa lalu bilas dengan air hangat.

4) Didapatkan pengeluaran cairan berwarna kekuningan dari

payudara berarti produksi ASI dimulai (Walyani, 2015)

6. Ketidaknyamanan Dalam Kehamilan

Menurut Varney (2012) macam-macam ketidaknyamanan dalam

kehamilan adalah sebagai berikut:

a. Mual dan muntah

Pada trimester pertama indra penciuman juga cenderung

menjadi lebih sensitif, hal ini memicu rasa mual dan munth ketika

mencium aroma-aroma tertentu. Rasa mual dan muntah paling cepat

pads 3 minggu pertama, hal ini diakibatkan peningkatan hormon

estrogen dan progesteron yang menyebabkan peristaltik usus

melambat, sehingga dianjurkan bagi ibu hamil untuk menghindari

makanan yang memiliki aroma atau berbau tajam dan memilih

makanan yang rendah lemak dan mudah dicerna.

b. Mengidam

Mengidam merupakan suatu keadaan dengsn kondisi

psikologis ibu hamil. Umumnya dialami oleh ibu hamil primi.

Jelaskan kepada ibu bahwa keadaan tersebut tidak perlu

dikhawatirkan selama asupan nutrisi terpenuhi serta jelasskan

tentang makanan yang tidak bisa diterima selama massa kehamilan

mencakupan gizi yang diperlukan serta memuaakan rasa mengidam.


28

c. Petialisme (Salivasi Berlebihan)

Petialisme merupakan kondisi yang tidak lazim, yang

disebabkan oleh peningkatan keasaman didalam mulut atau

peningkatan asupan zat pati, yang menstimulasi kelenjaer saliva

pada wanita yang rentan mengalami salivasi berlebihan.

d. Keletihan / Kelelahan

Keletihan dialami pada trimester pertama namun alasanya

belum diketahui. Salah satu dugaan adalah bahwa keletihan

diakibatkan penurunan drastis laju metabolisme dasar awal

kehamilan, tetapi alasan hal ini terjadi masih belum jelas. Dugaan

lain adalah bahwa peningkatan progesterone memiliki efek

menyebabkan mengantuk. Keletihan merupakan ketidaknyamanan

yang terbatas dan biasanya hilang pada akhir trimester pertama.

Keletihan dapat meningkatkan intensitas respons psikologis yang

dialami wanita pada saat ini.

e. Nyeri Punggung

Nyeri punggung pada bagian atas terjadi selama trimester I

akibat peningkatan ukuran payudara, yang membuat payudara

menjadi berat, hal ini merupakan salah satu tanda praduga

kehamilan.

f. Leoukorea

Leoukorea adalah sekresi vagina dalam jumlah banyak,

dengan konsistensi kental atau cair, yang dimulai pada trimester

pertama. Sekresi ini bersifat asam akibat pengubahan sejumlah besar


29

glikogen pada sel epitel vagina menjadi asam laktat oleh basil

doderlin.

g. Peningkatan Frekuensi Berkemih

Peningkatan frekuensi berkemih sebagai ketidaknyamanan

nonpatologis pada kehamilan sering terjadi pada dua kesempatan

yang berbeda selama trimester pertama terjadi akibat peningkatan

berat pada fundus uterus. Peningkatan berat uterus pada fundus

uterus ini membuat istmus menjadi lunak (tanda hegar) dan

menyebabkan antefleksi pada uterus yang membesar, hal ini

menimbulkan tekanan langsung pada kandung kemih. Tekanan ini

akan berkurang seiring uterus terus membesar dan keluar dari

panggul sehingga menjadi salah satu organ abdomen, sementara

kandung kemih tetap merupakan organ panggul.

h. Nyeri Ulu Hati

Nyeri ulu hati yang mulai timbul menjelang akhir trimester

kedua dan bertahan hingga trimester ketiga-adalah kata lain untuk

regurgitasi atau refluks isi lambung yang asam menuju esophagus

bagian bawah akibat peristaltik balikan

i. Flatulen

Peningkatan flatulen diduga akibat penurunan motilitas gas

trointestinal, hal ini kemungkinan merupakan akibat efek

peningkatan progresteron yang merelaksasikan otot halus dan akibat

pergeseran serta tekanan pada usus halus karena pembesaran uterus.


30

j. Konstipasi

Wanita yang sebelumnya tidak mengalami konstipasi dapat

mengalami konstipasi pada trimester ke dua atau ke tiga. Konstipasi

diduga terjadi akibat penurunan peristaltis yang disebabkan relaksasi

otot polos pada usus besar ketika terjadi peningkatan jumlah

progesterone. Pergeseran dan tekanan pada usus akibat pembesaran

uterus atau bagian presentasi juga dapat menurunkan motilitas pada

saluran gastrointestinal sehingga menyebabkan konstipasi. Salah

satu efek samping yang umum muncul pada penggunaan zat besi

adalah konstipasi.

k. Hemoroid

Hemoroid sering didahului dengan konstipasi, oleh karena

itu, semua penyebab konstipasi berpotensi menyebabkan hemoroid.

Progresteron juga menyebabkan relaksasi pada dinding vena dan

usus besar selain itu, pembesaran uterus mengakibatkan peningkatan

tekanan, secara spesifik juga secara umum pada vena hemoroid.

Tekanan ini menganggu sirkulasi vena dan mengakibatkan kongesti

pada vena panggul.

l. Kram Tungkai

Dasar fisiologi untuk kram tungkai belum diketahui dengan

pasti. Beberapa tahun terakhir kemungkinan kram kaki diperkirakan

gangguan asupan kalsium atau asupan kalsium tidak adekuat atau

tidak keseimbangan rasio kalsium dan fosfor dalam tubuh, namun


31

penyebab ini sekarang tidak disertakan dalam literature terkini

m. Insomnia

Baik pada wanita yang mengandung ataupun tidak, dapat

disebabkan oleh sejumlah penyebab, seperti khawatir, kecemasan,

terlalu gembira menyambut suatu acara ke esokan harinya.

7. Tanda Bahaya Kehamilan

a. Perdarahan Pada Hamil Muda dan Hamil Tua

Pada awal kehamilan, perdarahan abnormal di akibatkan

karena abortus, kehamilan mola dan kehamilan ektopik. Pada

kehamilan lanjut, perdarahan abnormal diakibatkan oleh plasenta

previa atau abrupsio plasenta.

b. Air Ketuban Keluar Sebelum Waktunya

Air ketuban keluar sebelum waktunya adalah pecahnya

selaput ketuban sebelum tanda-tanda persalinan, hal ini disebabkan

karena berkurangnya kekuatan membrane/selaput ketuban,

meningkatnya tekanan intrauteri, adanya infeksi yang dapat berasal

dari vagina dan servik.

c. Bengkak Kaki, Tangan Dan Wajah, Sakit Kepala Disertai Kejang

Pada kehamilan yang disertai dengan adanya bengkak di

kaki, wajah dan tangan, sakit kepala merupakan tanda dan gejala

yang serius karena ini menunjukan adanya tanda-tanda pre-

eklampsia dan berpotensi untuk terjadi kejang (eklampsia).

Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya

keadaan ibu dan terjadinya gejala-gejala sakit kepala, mual, nyeri


32

ulu hati sehingga muntah, penglihatan semakin kabur, kesadaran

menurun kemudian kejang.

d. Janin Dirasakan Kurang Bergerak Dibandingkan Sebelumnya

Gerakan janin akan terasa minumal 10 kali dalam 12 jam

dan biasanya ibu mulai merasakan gerakan bayi pada bulan ke-5

atau ke-6, apabila ibu tidak dapat merasakan gerakan janinnya atau

gerakan janinnya melemah hal ini menunjukan ada masalah

derngan kodisi janin.

e. Demam Tinggi

Ibu ibu hamil yang mengalami demam dengan suhu tubuh

>38˚C terutama dalam masa pandemi sekarag ini merupakan gejala

adanya infeksi, yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme

pathogen ke dalam tubuh. Pada infeksi berat dapat terjadi demam

dan gangguan fungsi organ vital.

f. Muntah Terus dan Tidak Mau Makan

Pengaruh hormon estrogen pada ibu hamil akan

meningkatkan pengeluaran asam lambung sehingga dapat

menyebabkan: pengeluaran air liur berlebihan (hypersalivasi),

daerah lambung terasa panas, terjadi mual, sakit/pusing kepala

terutama pagi hari (morning sickness), muntah (emesis

gravidarum) dan muntah berlebihan sehingga mengganggu

kehidupan sehari-hari (hyperemesis gravidarum), apabila muntah

yang berlebihan menganggu aktivitas harus ditangani dengan benar

(Kemenkes, 2020)
33

8. Program ANC Terpadu

a. Pengertian ANC

Antenatal care atau asuhan antenatal merupakan suatu

program yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan

medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan

dan persiapan persalinan yang aman dan memuaskan (Marmi, 2011).

Antenatal care adalah kunjungan ibu hamil ke tenaga

kesehatan untuk mendapatkan pelayanana kesehatan ANC sesuai

dengan standard yang ditetapkan. (Astutik dkk, 2017).

b. Tujuan dari antenatal care, yaitu :

Menurut Astutik dkk, (2017), memantau kehamilan untuk

memastikan kesehatan, kesejahteraan ibu dan janin dengan cara:

1) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal,

serta social ibu dan bayi.

2) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan

selamat ibu dan bayinya dengan trauma seminimal mungkin

3) Mendukung dan mendorong penyesuaian psikologis dalam

kehamilan, melahirkan, menyusui dan menjadi orang tua.

4) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan dalam

pemberian ASI Eksklusif.

5) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima

kelahiran bayi agar tumbuh dan berkembang secara normal.

6) Menurunkan angka kesakitan, serta kematian ibu dan perinatal.


34

7) Mengenali secara dini adanya ketidak normalan/komplikasi

yang mungkin terjadi selama masa kehamilan, termasuk riwayat

penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan, serta

menangani/merujuk sesuai kebutuhan.

8) Meningkatkan kesadaran social serta aspek psikologis tentang

melahirkan bayi dan pengaruhnya pada keluarga.

9) Memantau semua ibu hamil mengenai tanda komplikasi obstetri

secara individu dan melakukan pemeriksaan diagnostik jika

diperlukan sesuai indikasi.

10) Menyakini bahwa ibu yang mengalami tanda bahaya dapat

kembali normal setelah mendapatkan penanganan dan tidak

selalu di anggap sebagai kehamilan yang beresiko.

11) Membangun hubungan saling percaya anatara ibu dengan

pemberi asuhannya.

12) Menyediakan informasi sehingga ibu dapat membuat keputusan

berdasarkan informasi tersebut.

13) Melibatkan suami atau anggota keluarga dalam pengalaman

kehamilan yang relevan, dan mendorong peran keluarga untuk

memberikan dukungan yang dibutuhkan ibu.

c. Manfaat ANC (Antenatal Care)

1) Ibu dalam kondisi selamat selama kehamilan, persalinan dan

nifas tanpa trauma fisik maupun mental yang merugikan

2) Bayi dilahirkan sehat, baik fisik maupun mental

3) Ibu sanggup merawat dan memberikan ASI kepada bayinya


35

4) Suami istri telah ada kesiapan dan kesanggupan untuk

mengikuti keluarga berencana setelah kelahiran bayinya

(Saifuddin, 2013).

d. Standart pelayanan antenatal 10 T

1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan:

a) Tinggi badan ibu untuk menentukan status gizi

b) Minimal berat badan ibu naik sebanyak 9 kg atau 1 kg

setiap bulannya

2) Pemeriksaan Tekanan Darah: tekanan darah > 140/90 mmHg

menunjukan bahwa ibu hamil menderita hipertensi

3) Nilai Status Gizi (Ukur Lingkar Lengan Atas/LILA): bila di

dapatkan LILA < 23,5 cm, menunjukan bahwa ibu hamil

berisiko KEK (Kurang Energi Kronis)

4) Ukur Tinggi Fundus Uteri/ tinggi rahim : dilakukan pada usia

kehamilan 26 minggu dengan mengunakan metlin, hal ini

dilakukan untuk mengetahui dan menapsirkan berat janin.

5) Tentukan Presentasi Janin Dan Denyut Jantung Janin (DJJ):

dilakukan untuk melihat kelainan letak janin atau masalah lain

6) Skrining Status Imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi

Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan: dilakukan untuk

menskrining apakah ibu hamil sudah berapa kali menerima

Imunisasi TT.

7) Pemberian Tablet Tambah Darah/ zat besi: ibu hamil

mendapatkan minimal 90 tablet selama kehamilan


36

8) Test Laboratorium : pemeriksaan laboratorium meliputi

pemeriksaaan HB, golongan darah, protein urine, urine reduksi,

triple eliminasi (spillis, HIV, Hepatitis)

9) Tata Laksana / Penanganan Kasus: apabila ditemukan masalah,

maka segera ditangani atau dirujuk

10) Temu Wicara (Konseling): dilakukan pada saat ibu melakukan

pemeriksaaan kehamilan termasuk Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K). (Kemenkes RI, 2020)

9. Kunjungan ANC

Kunjungan antenatal care yang optimal akan meningkatkan

kesehatan, pertumbuhan, dan perkembangan janin (Manuaba, 2010).

Kunjungan antenatalcare dipengaruhi oleh oleh beberapa faktor

antara lain mencakup usia, tingkat pengetahuan, status pekerjaan, paritas,

jarak kehamilan, pengetahuan ibu dan sikap wanita hamil (Notoatmodjo,

2014).

Pandemi Covid-19 menyebabkan pembatasan pada hampir

seluruh pelayanan masyarakat termasuk di dalamnya pelayanan

kesehatan untuk ibu hamil. Resiko penularan Covid yang tinggi membuat

wanita hamil takut dalam melakukan pemeriksaan pada kehamilannya.

Anjuran pemerintah terkait penundaan pemeriksaan dan kelas ibu hamil

membuat layanan ibu dan bayi baru lahir terkena dampak baik secara

akses maupun kualitas (Kemenkes, 2020).

Pelayanan kesehatan mau tidak mau harus meningkatkan

kesiapan layanan dalam upaya pencegahan membuat tenaga kesehatan


37

harus membuat inovasi dan kesiapan yang layak sesuai protokol

kesehatan.

10. Keluhan Kehamilan Pada Trimester III

Menurut Husin, (2014) trimester III merupakan masa persiapan

dalam menanti kelahiran bayi dan menjadi orang tua, sehingga

sebagian besar perhatian tertuju pada persiapa persalinan. Selama

periode ini sebagian besar wanita hamil dalam keadaan cemas yang

nyata. Perubahan-perubahan yang menjadi dasar timbulnya keluhan-

keluhan fisiologis pada trimester III, yaitu:

a. Sering berkemih:

Sering berkemih dikeluhan sebanyak 60% oleh ibu selama

kehamilan akibat dari meningatnya laju Filtrasi Glomerolus.

Dilaporkan 59% terjadi pada trimester pertama, 61% pada

trimester kedua dan 81% pada trimester ketiga, keluhan sering

berkemih karena tertekannya kandung kemih oleh uterus yang

semakin membesar dan menyebabkan kapasitas kandung kemih

berkurang serta frekuensi berkemih meningkat.

b. Varises dan wasir:

Varises terjadi pada 40% wanita, biasanya terlihat pada

bagian kaki, namun sering juga muncul pada vulva dan anus.

Varises pada bagian anus biasa disebut hemoroid. Riwayat

keluarga, frekuensi berdiri terlalu lama dan usia menjadi faktor

pencetus terjadinya varises. Wasir Hemoroid sering didahului

dengan konstipasi. Oleh karena itu, semua penyebab konstipasi


38

berpotensi menyebabkan hemoroid. Progesteron menyebabkan

relaksasi dinding vena dan usus besar. Selain itu, pembesaran

uterus secara umum mengakibatkan peningkatan tekanan pada

vena rectum secara spesifik. Pengaruh hormon progesteron dan

tekanan yang disebabkan oleh uterus menjadi penyebab vena-

vena pada rektum mengalami tekanan yang lebih dari biasanya.

Akibatnya ketika massa dari rektum akan dikeluaran, tekanan

lebih besar sehingga terjadinya hemoroid. Penekanan dapat terjadi

pada vena bagian dalam ataupun bagian luar rectum.

c. Sesak nafas:

Sesak nafas merupakan salah satu keluhan yang paling

sering dialami oleh ibu pada kehamilan trimester III. Hal ini

disebabkan oleh meningkatnya usaha bernafas ibu hamil.

Peningkatan dikarenakan oleh rahim yang membesar dimana

diafragma terdorong keatas sekitar 4 cm disertai pergeseran ke

tulang iga, peningkatan volume darah selama kehamilan juga

berperan terhadap keluhan ibu yang mengalami sesak nafas.

d. Gangguan tidur dan mudah lelah:

Pada trimester III, hampir semua wanita mengalami

gangguan tidur. Cepat lelah pada kehamilan disebabkan oleh

nokturia (sering berkemih di malam hari), terbangun dimalam hari

dan mengganggu tidur yang nyenyak. Dari beberapa penelitian

menyatakan bahwa cepat lelah pada ibu hamil dikarenakan tidur

malam yang tidak nyenyak karena terbangun di tengah malam


39

untuk berkemih. Wanita hamil yang mengalami insomnia

disebabkan ketidaknyamanan akibat uterus yang membesar,

ketidaknyamanan lain selama kehamilan dan pergerakan janin

terutama ketika janin sedang aktif.

e. Nyeri perut bagian bawah:

Nyeri ligamentum, torsi uterus yang parah dan adanya

kontraksi Braxton-Hicks juga mempengaruhi keluhan ibu terkait

dengan nyeri pada perut bagian bawah.

f. Heartburn:

Perasaan panas pada perut (heartburn) didefinisikan

sebagai rasa terbakar disaluran pencernaan bagian atas, termasuk

tenggorokan. Penyebab dari keluhan ini dapat disebabkan oleh

peningkatan kadar progesteron atau meningkatnya metabolisme

yang menyebabkan relaksasi dari otot polos sehingga terjadi

penurunan pada irama dan pergerakan lambung dan penurunan

tekanan pada spingter esofagus bawah. Tekanan dari uterus yang

semakin membesar pada isi lambung juga dapat memperburuk

keluhan heartburn.

g. Gangguan tidur dan mudah lelah:

Pada trimester III, hampir semua wanita mengalami

gangguan tidur. Cepat lelah pada kehamilan disebabkan oleh

nokturia (sering berkemih di malam hari), terbangun dimalam hari

dan mengganggu tidur yang nyenyak. Dari beberapa penelitian

menyatakan bahwa cepat lelah pada ibu hamil dikarenakan tidur


40

malam yang tidak nyenyak karena terbangun di tengah malam

untuk berkemih. Wanita hamil yang mengalami insomnia

disebabkan ketidaknyamanan akibat uterus yang membesar,

ketidaknyamanan lain selama kehamilan dan pergerakan janin

terutama ketika janin sedang aktif.

11. Kartu Skor Poedji Rochjati

Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR) adalah kartu skor yang

digunakan sebagai alat skrining antenatal berbasis keluarga untuk

menemukan faktor risiko ibu hamil, yang selanjutnya mempermudah

pengenalan kondisi untuk mencegah terjadi komplikasi obstetrik pada

saat persalinan. KSPR disusun dengan format kombinasi antara checklist

dari kondisi ibu hamil / faktor risiko dengan system skor. Kartu skor ini

dikembangkan sebagai suatu tekologi sederhana, mudah, dapat diterima

dan cepat digunakan oleh tenaga non profesional.

a. Fungsi KSPR

1) Melakukan skrining deteksi dini ibu hamil risiko tinggi.

2) Memantau kondisi ibu dan janin selama kehamilan.

3) Memberi pedoman penyuluhan untuk persalinan aman

berencana

4) Komunikasi Informasi Edukasi/KIE.

5) Mencatat dan melaporkan keadaan kehamilan, persalinan, nifas.

6) Validasi data mengenai perawatan ibu selama kehamilan,

persalinan, nifas dengan kondisi ibu dan bayinya.

7) Audit Maternal Perinatal (AMP)


41

b. Sistem Skor

Sistem skor memudahkan pengedukasian mengenai berat

ringannya faktor risiko pada ibu hamil, suami, maupun keluarga.

Skor dengan nilai 2, 4, dan 8 merupakan bobot risiko dari tiap faktor

risiko, sedangkan jumlah skor setiap kontak merupakan perkiraan

besar risiko persalinan dengan perencanaan pencegahan. Kelompok

risiko dibagi menjadi 3 yaitu:

1) Kehamilan Risiko Rendah (KRR): Skor 2 (hijau)

2) Kehamilan Risiko Tinggi (KRT): Skor 6-10 (kuning)

3) Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST):Skor≥ 12 (merah)

c. Faktor Risiko

Terdapat 20 faktor risiko yang dibagi menjadi 3 kelompok

faktor risiko pada penilaian KSPR yaitu:

1. Kelompok Faktor Risiko I (Ada Potensi Gawat Obstetrik)

a) Primi muda: terlalu muda hamil pertama usia ≤16 tahun

b) Primi Tua : terlalu tua, hamil usia ≥ 35 tahun

c) Primi Tua Sekunder : jarak anak terkecil >10 tahun

d) Anak terkecil< 2 tahun: terlalu cepat memiliki anak lagi

e) Grande multi : terlalu banyak memiliki anak, anak ≥ 4

f) Umur ibu ≥ 35 tahun : terlalu tua

g) Tinggi badan ≤ 145 cm: terlalu pendek, belum pernah

melahirkan normal dengan bayi cukup bulan dan hidup,

curiga panggul sempit

h) Pernah gagal kehamilan


42

i) Persalinan yang lalu dengan tindakan

j) Bekas operasi sesar

2. Kelompok Faktor Risiko II

a) Penyakit ibu : anemia, malaria, TBC paru, payah jantung,

dan penyakit lain.

b) Preeklampsia ringan

c) Hamil kembar

d) Hidramnion : air ketuban terlalu banyak

e) IUFD (Intra Uterine Fetal Death)

f) Hamil serotinus (hamil ≥ 42 minggu belum melahirkan)

g) Letak Sungsang

h) Letak Lintang

3. Kelompok Faktor Risiko III

a) Perdarahan antepartum:solusio plasenta atau plasenta previa

b) Preeklampsia berat/eklampsia.

Keterangan:

• Jumlah skor 2 termasuk resiko rendah penolong

persalinan adalah bidan

• Jumlah skor 6- 10 termasuk resiko tinggi penolong

persalinan adalah dokter dan bidan tempat persalinan

adalah polindes atau puskesmas atau rumah sakit

• Jumlah skor lebih dari 12 adalah resiko sangat tinggi

penolong persalinan adalah dokter, tempat persalinan

adalah rumah sakit (Depkes RI, 2017)


43

Gambar 2. 2

Skrining / Deteksi Dini Ibu Risiko Tinggi dan KSPR

Sumber : buku kia 2012.

d. Program P4K

1) Pengertian

P4K dengan stiker adalah kepanjangan dari program

perencanaan persalinan dan pecegahan komplikasi, yang

merupakan suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di desa

dalam rangka peningkatan peran aktif suami, keluarga, dan

masyarakan dalam merencanakan persalinan yang aman dan

persiapan menghadapi kompilkasi bagi ibu hamil, termasuk

merencanakan penggunaan KB pasca persalinan dengan

menggunakan stiker sebagai media notifikasi sasaran dalam

rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan

bagi ibu dan bayi baru lahir (Sri, dkk, 2017)


44

2) Peran bidan dalam P4K

Peran bidan dalam P4K terdiri dari 3 bagian yaitu pada masa

kehamilan, masa persalinan, dan masa nifas.

a) Masa kehamilan

(1) Melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC) sesuai

standar. Pemeriksaan ini dilakukan minimal 6 kali

selama kehamilan yang dilakukan pada Trimester I

sebanyak 2 kali, pada Trimester II sebanyak 1 kali pada

Trimester III sebanyak 3 kali. (Kemenkes, 2020).

(2) Melakukan penyuluhan konseling pada ibu hamil

(3) Melakukan kunjungan rumah

(4) Melakukan rujukan

b) Masa persalinan

Memberikan asuhan persalinan sesuai standart yaitu :

(1) Mempersiapkan sarana dan prasarana pertolongan

persalinan yang aman, termasuk pencegahan infeksi

(2) Memantau kemajuan persalinan sesuai partograf

(3) Melakukan asuhan persalinan normal sesuai standar

(4) Melakukan manajemen aktif kala 3

(5) Memberikan asuhan bayi baru lahir, termasuk

pemberian salep mata, vitamin K, termasuk imunisasi

hepatitis B (HB0) (Sri, dkk, 2017)


45

c) Masa nifas

Memberikan asuhan masa nifas sesuai standar yaitu :

(1) Memberikan asuhan ibu nifas dan bayi melalui

kunjungan nifas lengkap (KF1, KF2, KF3, KN1, KN2)

(2) Melakukan perawatan payudara

(3) Memberikan pendidikan kesehatan dan konseling pada

ibu dan keluarga (Astuti, 2017)

Gambar 2. 3

Stiker P4K

Sumber : Astuti, dkk, (2017)

B. Konsep Dasar Asuhan Persalinan

1. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan

melalui jalanlahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa

bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2017).

Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan

pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dari kontraksi

persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks


46

dan diakhiri dengan pelahiran plasenta (Varney, Kriebs dan Gegor,

2008).

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi, dan janin turun ke dalam

jalan lahir. Kelahiran adalah proses di mana janin dan ketuban didorong

keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses

pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42

minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang

berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada

janin (Sukarni, Margareth, 2013).

Persalinan normal adalah peristiwa lahirnya bayi hidup dan

plasenta dari dalam uterus dengan presentasi belakang kepala melalui

vagina tanpa menggunakan alat, pertolongan pada usia kehamilan 30-40

minggu atau lebih dengan berat lahir 2500 gram atau lebih dengan lama

persalinan kurang dari 24 jam yang dibantu dengan kekuatan kontraksi

uterus dan tenaga mengejan (Sujiyatini dkk, 2011).

2. Jenis – Jenis Persalinan

Bentuk persalinan menurut (Manuaba, 2017)

a. Persalinan spontan: persalinan seluruhnya berlangsung dengan

kekuatan ibu sendiri

b. Persalinan buatan: persalinan dengan bantuan tenaga dari luar

c. Persalinan anjuran (partus prespitatus): kekuatan yang diperlukan

untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.


47

3. Lima Benang Merah dalam Persalinan

a. Membuat Keputusan Klinik: membuat keputusan klinik merupakan

proses yang menentukan untuk menyelesaikan masalah dan

menentukan asuhan yang diperlukan oleh klien. Keputusan itu harus

akurat, komprehensif dan aman, baik bagi pasien dan keluarganya

maupun petugas yang memberikan pertolongan (JNPK – KR, 2017).

Tujuh langkah dalam membuat keputusan klinik adalah :

1) Pengumpulan data utama dan relevan untuk membuat keputusan

2) Menginterpretasikan data dan mengidentifikasi masalah

3) Membuat diagnosisatau menentukan masalah yang terjadi

atau dihadapi

4) Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi

5) Menyusun rencana pemberian asuhan

6) Melaksanakan asuhan/ intervensi terpilih

7) Memantau dan mengevaluasi efektifitas asuhan

b. Melakukan Asuhan Sayang Ibu dan Asuhan Sayang Bayi

Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya,

kepercayaan dan keinginan sang ibu. Prinsip dasar asuhan sayang

ibu adalah dengan mengikutsertakan suami dan keluarga selama

proses persalinan dan kelahiran bayi. Asuhan sayang ibu dalam

proses persalinan antara lain:

1) Panggil ibu sesuai dengan namanya, hargai dan jaga

martabatnya
48

2) Jelaskan semua asuhan dan proses persalinan kepada ibu dan

keluarga sebelum memulai asuhan tersebut

3) Memberikan kesempatan pada ibu untuk bertanya dan

menyampaikan rasa takut atau khawatir kepada bidan dan

dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu

4) Berikan dukungan, besarkan dan tentramkan hatinya serta

anggota-anggota keluarganya

5) Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan atau anggota keluarga

lain selama persalinan dan kelahiran bayinya.

6) Ajarkan suami dan anggota keluarga lain tentang bagaimana

mereka memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan

dan kelahiran bayinya.

7) Laksanakan praktik-praktik pencegahan infeksi yang baik secara

konsisten

8) Hargai dan jaga privasi ibu

9) Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan

dan kelahiran bayi

10) Anjurkan ibu untuk minum dan makan makanan ringan

sepanjang ibu menginginkannya

11) Hargai dan perbolehkan praktik-praktik tradisional yang tidak

merugikan kesehatan ibu

12) Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya sesegera mungkin untuk

melakukan kontak kulit ibu-bayi, insiasi menyusu dini dan

membangun hubungan psikologis


49

13) Membantu memulai pemberian ASI dalam satu jam pertama

setelah bayi lahir

14) Siapkan rencana rujukan (bila perlu)

15) Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik dan

mencukupi semua bahan yang diperlukan. Siap untuk

melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran.

Asuhan sayang bayi pada masa pasca persalinan yaitu:

a) Anjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya

(rawat gabung)

b) Bantu ibu untuk menyusukan bayinya, anjurkan

memberikan ASI eksklusif pada bayinya.

c) Ajarkan ibu dan keluarganya tentang nutrisi dan istirahat

yang cukup setelah melahirkan

d) Anjurkan suami dan keluarganya untuk memeluk bayi dan

mensyukuri kelahiran bayi

e) Ajarkan ibu dan keluarganya tentang gejala dan tanda

bahaya yang mungkin terjadi dan anjurkan mereka untuk

mencari pertolongan jika timbul atau kekhawatiran.

c. Melaksanakan Prinsip-Prinsip Pencegahan Infeksi

Tindakan pencegahan infeksi (PI) harus diterapkan dalam

setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, penolong

persalinan dan tenaga kesehatan lainnya untuk mengurangi infeksi

karena bakteri, virus, dan jamur. Dilakukan pula upaya untuk

menurunkan risiko penularan penyakit berbahaya yang kini belum


50

ditemukan pengobatannya, seperti misalnya Hepatitis dan

HIV/AIDS.

d. Melakukan Pendokumentasian atau Pencatatan

Pencatatan adalah bagian penting dari proses membuat

keputusan klinik karena memungkinkan penolong persalinan untuk

terus menerus memperhatikan asuhan yang diberikan selama proses

persalinan dan kelahiran bayi.

e. Melakukan Rujukan Secara Tepat Waktu

Rujukan yang tepat waktu ke fasilitas yang memiliki sarana

yang lebih lengkap, diharapkan mampu menyelamatkan jiwa ibu dan

bayi baru lahir. Setiap penolong persalinan harus mengetahui lokasi

fasilitas rujukan yang mampu untuk kasus gawatdarurat obstetri dan

bayi baru lahir seperti:

1) Pembedahan seperti bedah sesar

2) Tranfusi darah

3) Persalinan menggunakan ekstraksi fakum atau cunam

4) Pemberian antibiotik intravena

5) Resusitasi bayi baru lahir dan asuhan lanjutan BBL

6) Rujukan untuk keselamatan ibu dan bayi baru lahir.

Singkatan BAKSOKU dapat digunakan untuk mengingat hal-hal

penting dalam mempersiapkan rujukan untuk ibu dan bayi

(JNPK - KR, 2017).


51

4. Fisiologi Persalinan

Persalinan dibagi menjadi 4 bagian yang berbeda yang terdiri

dari: Kala I persalinan mulai ketika telah tercapai kontraksi uterus

dengan frekuensi, intensitas dan durasi yang cukup untuk menghasilkan

pendataran dan dilatasi serviks yang progesif. Kala II persalinan dimulai

ketika dilatasi serviks sudah lengkap dan berakhir ketika janin sudah

lahir. Kala III persalinan dimulai segera setelah janin lahir dan berakhir

dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban janin Kala IV dimulai

setelah plasenta lahir sampai 2 jam post partum dimana pada kala IV

merupakan waktu untuk melakukan observasi untuk memantau kondisi

ibu dan mencegah adanya komplikasi. (Saifuddin, 2014).

5. Tanda-Tanda Persalinan

Tanda-tanda persalinan menurut Manuaba (2017) adalah sebagai berikut:

a. Pengaluaran lendir dan darah (pembawa tanda).

Pembukaan menyebabkan lendir darah yang terdapat pada

kanalis servikalis lepas, maka terjadi perdarahan karena kapiler

pembuluh darah pecah.

b. Pengeluaran cairan.

Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan

pengeluaran cairan. Volume cairan amnion berbeda-beda tergantung

dari berat janin. Menurut Phelan ukuran normal dari cairan amnion

adalah 50-250 mm. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang

pembukaan lengkap, dengan pecahnya ketuban diharapkan

persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam.


52

c. Terjadinya his persalinan.

His persalinan mempunyai ciri khas pinggang terasa nyeri

yang menjalar ke depan, sifatnya teratur, interval makin pendek, dan

kekuatannya makin besar, makin beraktivitas (jalan) makin

bertambah.

1) Adanya hormon Estrogen yang meningkatkan sensitivitas otot

rahim, memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti

rangsangan oksitosin, prostaglandin dan rangsangan mekanis.

2) Adanya hormon Progesteron yang menurunkan sensitivitas otot

rahim, menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti

rangsangan oksitosin, prostaglandin dan rangsangan mekanis.

3) Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron

menyebabkan oksitosin yang dikeluarkan oleh hipofisis

posterior dapat menimbulkan kontraksi dalam bentuk Braxton

hicks. Kontraksi Braxton hicks akan menjadi kekuatan dominan

saat dimulainya persalinan.

4) Oksitosin diduga bekerja bersama prostaglandin yang makin

meningkat mulai usia kehamilan minggu ke-15. Disamping itu,

faktor gizi ibu hamil dan keregangan otot rahim dapat

memberikan memberikan pengaruh penting untuk dimulainya

kontraksi rahim
53

6. Tahap Persalinan

a. Kala I:

Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara

pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his,

kala pembukaan tidak begitu kuat sehingga pasien masih dapat

berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12

jam, sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurva

Friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1cm/jam dan

pembukaan multigravida 2 cm/jam dengan perhitungan tersebut,

maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan. Menurut

Manuaba (2017), kala I persalinan terdiri atas 2 fase, yaitu:

1) Fase laten

Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat

sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.

2) Fase aktif

Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat

secara bertahap, biasanya terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu

10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih, dari

pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10

cm akan terjadi dengan keceptan rata-rata 1 cm perjam untuk

primigravida dan 2 cm untuk multigravida.

Fase aktif dibagi menjadi 3 subfase yaitu:

a) Fase akselerasi: berlangsung 2 jam dengan pembukaan

menjadi 3-4 cm
54

b) Fase dilatasi: maksimal yaitu selama 2 jam dan pembukaan

berlangsung cepat menjadi 4-9 cm

c) Fase deselerasi: berlangsung lambat dalam waktu 2 jam

pembukaan menjadi 9-10 cm (lengkap).

Proses membukanya servik disebut dengan berbagai

istilah yaitu melembek (softening), menipis (thinned out),

terobliterasi (oblitrated), mendatar dan tertarik ke atas(effaced

and taken up) dan membuka (dilatation).

Sifat kontraksi otot rahim (his) pada kala I menurut Manuaba

(2017) adalah:

a) Kontraksi bersifat simetris.

b) Fundal dominan, artinya bagian fundus uteri sebagai pusat

dan mempunyai kekuatan yang paling besar.

c) Involunter artinya tidak dapat diatur oleh parturien (ibu).

d) Intervalnya makin lama makin pendek.

e) Kekuatannya makin besar dan pada kala II diikuti dengan

refleks mengejan.

f) Diikuti retraksi, artinya panjang otot rahim yang telah

berkontraksi tidak akan kembali ke panjang semula.

g) Setiap kontraksi mulai dari miring pace maker yang terletak

di sekitar insersi tuba, dengan arah penjalaran ke daerah

serviks uteri dengan kecepatan 2 cm per detik.

h) Kontraksi rahim menimbulkan rasa sakit pada pinggang,

dareah perut, dan dapat menjalar ke arah paha.


55

Distribusi susunan otot rahim ke arah serviks yang

semakin berkurang menyebabkan serviks bersifat pasif,

sehingga terjadi keregangan (penipisan), seolah-olah janin

terdorong ke arah jalan lahir. Bagian rahim yang berkontraksi

dengan yang menipis dapat diraba atau terlihat, tetapi tidak

melebihi batas setangah pusat-simfisis. Pada kala pertama,

amplitudo sebesar 40 mmHg, menyebabkan pembukaan serviks,

interval 3–4 menit dan lamanya berkisar antara 40–60 detik.

akhir kala pertama ditetapkan dengan kriteria, yaitu pembukaan

lengkap, ketuban pecah, dan dapat disertai refleks mengejan.

b. Kala II

Pada kala II: pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat, cepat

dan lebih lama. Kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Kepala janin telah

turun dan masuk ke ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada

otot-otot dasar panggul yang melalui lengkung refleks menimbulkan

rasa mengedan. Tekanan pada rektum menyebabkan ibu merasa

seperti mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu

his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka, dan perineum

meregang. Dengan his dan mengedan yang terpimpin, akan lahir

kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi

berlangsung 1½-2 jam, dan pada multi ½ -1 jam.Persalinan kala II

dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) sampai

bayi lahir. Kala II juga disebut kala pengeluaran bayi.


56

Kekuatan his pada akhir kala I atau permulaan kala II

mempunyai amplitudo 60 mmHg, interval 3–4 menit, dan durasi

berkisar 60–90 detik. Kekuatan his dan mengejan mendorong janin

ke arah bawah dan menimbulkan keregangan yang bersifat pasif.

Kekuatan his menimbulkan putar paksi dalam, penurunan kepala

atau bagian terendah, menekan serviks dimana terdapat pleksus

Frankenhauser, sehingga terjadi refleks mengejan. Kedua kekuatan

his dan refleks mengejan makin mendorong bagian terendah

sehingga terjadilah pembukaan pintu, dengan crowning dan

penipisan perineum. Selanjutnya kekuatan his dan refleks mengejan

menyebabkan ekspulsi kepala, sehingga berturut-turut lahir ubun-

ubun besar, dahi, muka, dan kepala seluruhnya (Manuaba, 2017).

Gerakan utama saat janin melewati jalan lahir selama proses

persalinan adalah masuknya bagian prensentasi ke pintu atas panggul

(engagement), turun (descent), fleksi, rotasi internal (putaran paksi

dalam), ekstensi, rotasi eksternal (putaran paksi luar), dan ekspulsi

Mekanisme persalinan pada kala II adalah:

1) Masuknya bagian presentasi (engagement): Kepala dikatakan

telah menancap (engager) pada pintu atas panggul apabila

diameter biparietal kepala melewati pintu atas panggul. Pada

Nulipara, hal ini terjadi sebelum persalinan aktif dimulai karena

otot – otot abdomen masih tegang sehingga bagian presentasi

terdorong ke dalam panggul. Pada multipara yang otot- otot

abdomennya lebih kendur kepala seringkali tetap dapat


57

digerakkan di atas permukaan panggul sampai persalinan

dimulai.

2) Turun (descent): Pada primigravida, masuknya kepala ke dalam

pintu atas panggul biasanya sudah terjadi pada bulan terakhir

dari kehamilan, tetapi pada multigravida biasanya baru terjadi

pada permulaan persalinan. Penurunan kepala lebih lanjut terjadi

pada kala I dan kala II persalinan. Hal ini disebabkan karena

adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas rahim, yang

menyebabkan tekanan langsung fundus pada bokong janin.

Dalam waktu yang bersamaan terjadi relaksasi dari segmen

bawah rahim, sehingga terjadi penipisan dan dilatasi servik.

Keadaan ini menyebabkan bayi terdorong kedalam jalan lahir.

3) Fleksi: Dengan majunya kepala biasanya juga fleksi bertambah

hingga ubun-ubun kecil jelas lebih rendah dari ubun-ubun besar.

Fleksi disebabkan karena bayi didorong maju dan sebaliknya

mendapat tahanan dari pinggir atas panggul, serviks, dinding

panggul/dasar panggul.

4) Rotasi internal (putaran paksi dalam): Putaran paksi dalam

adalah pemutaran dari bagian depan memutar ke depan ke

bawah symphisis. Putaran paksi dalam mutlak perlu untuk

kelahiran kepala karena putaran paksi merupakan suatu usaha

untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir

khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul


58

5) Rotasi eksternal (putaran paksi luar): Setelah kepala lahir, maka

kepala anak memutar kembali ke arah punggung anak untuk

menghilangkan torsi pada leher karena putaran paksi dalam,

selanjutnya putaran diteruskan hingga belakang kepala

berhadapan dengan tuber ischiadicum sepihak

6) Ekspulsi: Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai dibawah

symphisis dan menjadi hypomochlion untuk melahirkan bahu

belakang. Kenudian bahu depan menyusul dan selanjutnya

seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir

Penurunan kepala janin melewati gelang pelvic dapat dilihat pada

gambar berikut:

Gambar 2. 4
Penurunan Kepala Janin Melewati Gelang Pelvik

Sumber: Manuaba (2017)

c. Kala III: yang terdiri dari dua fase yaitu:

1) Fase pelepasan plasenta

Menurut Manuaba (2017), inersio plasenta sebagian

besar normal pada fundus atau korpus uteri. Dengan terjadinya


59

retraksi otot uterus, maka plasenta tidak dapat mengikuti retraksi

tersebut sehingga akan lepas dengan sendirinya dari dan melalui

lapisan Nitabush. Ada dua mekanisme pelepasan plasenta yaitu:

a) Mekanisme Schultze: Pelepasan plasenta dimulai dari

sentral atau bagian tengah sehingga terjadi bekuan

retroplasenta. Tanda pelepasan dari tengah mengakibatkan

perdarahan tidak terjadi sebelum plasenta lahir, perdarahan

banyak biasanya terjadi segera setelah plasenta lahir.

b) Mekanisme Duncan: plasenta lepas dari pinggir/ bersamaan

dari pinggir dan tengah plasenta, hal ini mengkibatkan

terjadi semburan darah sebelum plasenta lahir.

2) Fase pengeluaran plasenta

Plasenta yang sudah lepas dann menempati segmen

bawah rahim, kemudian melalui serviks, vagina dan introitus

vagina. Setelah plasenta tampak di introitus vagina lahirkan

plasenta dengan kedua tangan.

Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5- 10

menit. Lama kala III untuk primigravida maupun multigravida

adalah 30 menit, dengan lahirnya bayi, mulai berlangsung

pelepasan plasenta pada lapisan Nitabush, karena sifat retraksi

otot rahim. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan

memperhatikan tanda-tanda: uterus menjadi bundar, uterus

terdorong ke atas karena plasenta dilepas ke segmen bawah


60

rahim, tali pusat bertambah panjang, terjadi perdarahan

(Manuaba, 2017).

Kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir

dengan lahirnya plasenta, Setelah bayi lahir, kontraksi rahim

beristirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri

setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi 2 kali lebih

tebal dari sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his

pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5–10 menit,

seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina, dan akan

lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis

atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5–30

menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan

pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc (Manuaba, 2017)

d. Kala IV

Menurut Manuaba (2017), kala IV dimaksudkan untuk

melakukan observasi karena perdarahan postpartum paling

sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan

meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi dan

pernapasan, TFU, kontraksi uterus, kandung kemih, dan

perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya

tidak melebihi 400 - 500 cc.


61

7. Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

a. Tenaga (power)

Kontraksi merupakan suatu sifat pokok otot polos dan tentu

saja hal ini terjadi pada otot polos uterus yaitu miometrium. Tenaga

dalam persalinan terdiri dari his atau kontraksi utreus adalah

kontraksi otot-otot uterus pada persalinan. Penurunan hormone

progestetron yang bersifat menenangkan otot-otot uterus akan

mudah direspon oleh uterus yang teregang sehingga mudah timbul

kontraksi akibatnya kontraksi Broxton hicks akan meningkat.

Peningkatan kontraksi Broxton hicks di akhir kehamilan disebut his

palsu, jika his palsu ini semakin kuat dan menyebabkan terjadinya

perubahan pada seriks, disebut dengan his persalinan.

b. Janin dan Plasenta (Passenger)

Kepala bayi merupakan bagian yang paling besar dan keras

dari janin, sehingga posisi kepala dan besarnya ukuran kepala janin

dapat mempengaruhi proses persalinan, secara umum bila berat

badan janin normal apabila kepala janin sudah lahir, maka bagian-

bagian lain dengan mudah lahir.

Untuk menyesuaikan diri kepala janin dalam mekanisme

persalinan, maka tengkorak janin aterm telah dilengkapi dengan

struktur yang amat lentur berupa sutura dan fontanela yang belum

berfungsi. Derajat pergeseran pada garis-garis ini, sekalipun terbatas,

dapat mengurangi diameter kepala.


62

c. Jalan Lahir (Passage)

Ukuran tulang panggul ibu hamil dibentuk oleh dua tulang

koksa (terbentuk dari fusi tiga tulang: os pubis,os isium, dan os

ilium) yang masing-massing membatasi bagian samping rongga

panggul. Bentuk dan dimensi tulang panggul dapat dipengaruhi oleh

beberapa factor lingkungan, hormone dan genetic. Terdapat empat

bentuk panggul yang dikenali yaitu ginekoid, android, anthropoid

dan platipelloid (Manuaba, 2017).

8. Penapisan Ibu Bersalin

Ibu hamil yan akan meahirkan harus memenuhi persyaratan yang

disebut penapisan aal. Tujuanya adalah untuk menentukan apakah ibu

tersebut boleh bersalin di PMB atau dirujuk. Apabila didapati salah satu

penyuit seperti dibawah ini maka ibu harus dirujuk ke rumah sakit

Tabel 2.2
Penapisan Ibu Bersalin
NO PENYULIT YA TIDAK
1 Riwayat bedah sesar
2 Perdarahan Per vaginam
3 Persalinan kurang bulan usia kehamilan kurang
4 Ketuban pecah disertai dengan Riwayat yang
5 dari 37 minggu
Ketuban pecah lama
kental pecah pada persalinan kurang bulan (usia
6 Ketuban
7 Ikterus
kehamilan
8 Anemia kurang dari 37 minggu)
berat
9 Tanda/gejala infeksi
10 Pre-eklampsi/Hipertensi dalam kehamilan
11 Tinggi fundus 40 cm/lebih
12 Gawat janin
13 Primipara dalam fase aktif kala satu persalinan dan
14 Presentase bukan belakang kepala
15 Presentase
kepala janinganda
masih(majemuk)
5/5
16 Kehamilan ganda atau gemelli
17 Tali pusat menumbung
18 Syok
63

19 Suami TKI
20 Suami pelayaran
21 Suami/Bumil bertato
22 HIV/AIDS
23 PMS
24 Anak mahal
Sumber : Depkes (2017)

9. Penyulit Persalinan

a. Perdarahan

Perdarahan adalah penyebab tersering kematian ibu. Tanda-

tanda perdarahan yaitu mengeluarkan darah dari jalan lahir >500 cc,

pada prakteknya tidak perlu mengukur jumlah perdarahan sampai

sebanyak itu sebab menghentikan perdarahan lebih dini akan

memberikan prognosis lebih baik. Pada umumnya bila terdapat

perdarahan yang lebih dari normal, apalagi telah menyebabkan

perubahan tanda vital (seperti kesadaran menurun, pucat, limbung,

berkeringat dingin, sesak napas, serta tensi <90 mmHg dan nadi

>100/menit), maka penanganan harus segera dilakukan. Sifat

perdarahan bisa banyak, bergumpal sampai menyebabkan syok atau

merembes sedikit demi sedikit tanpa henti (Prawirohardjo, 2014).

Penyebab perdarahan pada masa persalinan, yaitu:

1) Gangguan miometrium:

Gangguan berkontraksi uterus dan retraksi guna

menghentikan perdarahan selama dan setelah pelepasan

plasenta, Faktor predisposisinya yaitu :

a) Regangan rahim berlebihan karena kehamilan

gameli, polihidraamnion, atau anak terlalu besar.


64

b) Kelelahan karena persalinan lama atau persalinan kasep

c) Kehamilan grande-multipara.

d) Ibu dengan keadaan umum yang jelek, anemis, atau

menderita penyakit menahun.

e) Mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim.

f) Infeksi intrauterine (karioamnionitis)

g) Ada riwayat pernah atonia uteri sebelumnya.

2) Robekan jalan lahir.

Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada

persalinan dengan trauma. Pertolongan persalinan yang semakin

manipulative dan traumatik akan memudahkan robekan jalan

lahir dan karena itu dihindarkan memimpin persalinan pada saat

pembukaan serviks belum lengkap. Robekan jalan lahir biasanya

akibat episiotomi, robekan spontan perineum, trauma forceps

atau vakum ektraksi, atau karena versi ekstraksi.

3) Retensio plasenta

Merupakan keadaan dimana plasenta belum lahir dalam

waktu lebih dari 30 menit setelah bayi lahir. Penyebabnya yaitu:

Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh

melekat lebih dalam kelapisan dinding uterus sehingga plasenta

sulit terlepas secara spontan sehingga menyebabkan perdarahan

banyak.
65

b. Pre-eklamsia dan Eklamsia

Pre-eklamsia dan eklamsia menempati urutan kedua sebagai

penyebab kematian ibu di Indonesia. Pre-eklampsia– Eklampsia

yang disebut juga Pregnancy Induced Hipertention (PIH) atau

kehamilan yang menginduksi tekanan darah adalah penyakit pada

wanita hamil yang secara langsung disebabkan oleh kehamilan. Pre-

eklampsia adalah hipertensi disertai proteinuria dan edema

(penimbunan cairan dalam cairan tubuh sehingga ada pembengkakan

pada tungkai dan kaki) akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20

minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul

sebelum 20 minggu bila terjadi penyakit trofoblastik (kelainan

plasenta).

Eklampsia adalah timbulnya kejang pada penderita pre-

eklampsia yang disusul dengan koma. Kejang di sini bukan akibat

kelainan neurologis (saraf). Pre eklampsia dan Eklampsia hampir

secara eksklusif merupakan penyakit pada kehamilan pertama.

Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur

ekstrim, yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang

berumur lebih dari 35 tahun. Pada multipara (kehamilan yang

kesekian), penyakit ini biasanya dijumpai pada keadaan berikut:

1) Kehamilan multifetal (kembar) dan hidrocephalus, hidramnion

(kehamilan air)

2) Penyakit ginjal.
66

3) Penyakit vaskuler (pembuluh darah), termasuk hipertensi

esensial kronis dan diabetes mellitus.

Penyakit ini bisa dibedakan dalam tiga tingkatan

tergantung berat ringannya. Pada kasus ringan, tekanan darah

cenderung naik tapi masih di bawah 140/100. Gejala proteinuria

juga mulai muncul. Pada tingkat sedang, mulai timbul pusing

tekanan darah sudah lebih dari 140/100. Lalu ada

pembengkakan, khusunya pada wajah, kaki dan jari- jari tangan.

Pada tingkat yamg berat, pembengkakan semakin jelas, rasa

pusing juga makin nyata, khususnya rasa nyeri pada pinggir dahi

dan tekanan darah lebih dari 160/100. Kadang kala disertai

ganngguan penglihatan (kabur) dan kencing semakin sulit

karena terjadi gangguan pada ginjal, adapula yang disertai mual

dan muntah. Kondisi gawat terjadi bila timbul kejang atau

bahkan pingsan yang berarti sudah terjadi gangguan di otak.

Kewaspadaan perlu ditingkatkan, karena bila penderita koma

berkepanjangan bisa timbul komplikasi berat. Seperti gagal jantung,

gagal ginjal, terganggunya fungsi paru-paru. Adapun teori-teori

tersebut antara lain:

1) Peran Prostasiklin dan Tromboksan Pengeluaran hormone ini

memunculkan efek “perlawanan” pada tubuh. Pembuluh-

pembuluh darah menjadi menciut, terutama pembuluh darah

kecil, akibatnya tekanan darah meningkat. Organ-organ pun

akan kekurangan zat asam. Pada keadaan yang lebih parah, bisa
67

terjadi penimbunan zat pembeku darah yang ikut menyumbat

pembuluh darah pada jaringan-jaringan vital.

2) Peran Faktor Immunologis Pre-eklampsia sering terjadi pada

kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada kehamilan

berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan

pertama pembentukan blocking antibodies terhadap antigen

plasenta tidak sempurna, yang semakin sempurna pada

kehamilan berikutnya.

3) Peran Faktor Genetik/Familia. Beberapa bukti yang

menunjukkan peran faktor iwayat pada kejadian Pre eklamsi

dan eklamsi antara lain:

a) Pre-eklampsia hanya terjadi pada manusia.

b) Terdapatnya kecendrungan meningkatnya frekuensi PE-E

pada anak-anak dari ibu yang menderita PE-E.

c) Kecendrungan meningkatnya frekuensi PE-E pada anak dan

cucu ibu hamil dengan riwayat PE-E dan bukan pada ipar

mereka.

d) Peran Renin Angiotensin Aldosteron System (RAAS).

Panderita pada tahap pre- eklampsia hendaknya mau

dirawat di rumah sakit untuk memudahkan pemantauan

kondisi ibu dan janin. Pemantauan meliputi fungsi ginjal

lewat protein urinenya dan fungsi hati. Menu makanan

sehari-hari perlu diperhatikan, yang pasti konsumsi garam


68

harus dikurangi, sedangkan buah-buahan dan sayuran

diperbanyak.

c. Infeksi dalam Persalinan

Infeksi merupakan salah satu dari tiga penyebab kematian

pada ibu bersalin, selain perdarahan dan tekanan darah tinggi.

Infeksi persalinan adalah infeksi pada traktus genetalia yang dapat

terjadi setiap saat antara awitan pecah ketuban (rupture membran)

atau persalinan dan 42 hari setelah persalinan atau abortus dimana

terdapat gejala-gejala: nyeri pelvis, demam 38,50 C atau lebih yang

diukur melalui oral kapan saja cairan vagina yang abnormal, berbau

busuk dan keterlambatan dalam kecepatan penurunan ukuran uterus.

Bahaya infeksi akan meningkat karena pemeriksaan vagina yang

berulang-ulang

d. Partus Lama

Persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam digolongkan

sebagai persalinan lama, namun demikian, kalau kemajuan

persalinan tidak terjadi secara memadai, selama periode itu situasi

tersebut harus segera dinilai. Permasalahannya harus dikenali dan

diatasi sebelum waktu 24 jam. Sebagian besar partus lama

menunjukkan pemanjangan kala 1. Sebab-sebab utama pada partus

lama, yaitu:

1) Disproporsi fetopelvik

2) Malpresentasi dan malposisi

3) Kerja uterus yang tidak efisien, termasuk serviks yang kaku


69

4) Primigraviditas.

5) Ketuban pecah dini ketika serviks masih tertutup, keras dan

belum mendatar.

10. Kebutuhan Ibu Bersalin

a. Makan dan Minum Per Oral

Dianjurkan minum cairan yang manis dan berenergi sehingga

kebutuhan kalorinya tetap terpenuhi. Wanita bersalin membutuhkan

kurang lebih 50-100 kilokalori energi setiap jam

b. Posisi dan Ambulansi

Posisi yang nyaman selama persalinan sangat diperlukan bagi

pasien. Selain menguarangi ketegangan dan rasa nyeri, posisi

tertentu justru akan membantu proses penurunan kepala janin

sehingga persalinan dapat berjalan lebih cepat (selama tidak ada

kontra indikasi dari keadaan pasien). Beberapa posisi dapat diambil

antara lain rekumben lateral (miring), lutut-dada, duduk, berdiri,

berjalan, dan jongkok.

c. Eliminasi (BAK dan BAB)

a) Buang Air kecil

Berkemih sesering mungkin setiap 2 jam atau bila ibu

merasa kandung kemih sudah penuh. Kandung kemih dapat

menghalangi penurunan kepala janin ke dalam rongga panggul.

Kateterisasi kandung kemih akan hanya di lakukan bila terjdi

retensi urin dan ibu tidak mampu berkemih sendiri karena

kateterisasi akan mengakibatkan risiko infeksi dan trauma atau


70

perlukaan pada saluran kemih

b) Buang Air Besar

Pasien akan merasa sangat tidak nyaman ketika

merasakan dorongan untuk BAB. Namun rasa khawatir kadang

lebih mendominasi dari pada perasaan tidak nyaman, hal ini

terjadi karena pasien tidak tahu mengenai caranya serta khawatir

akan respons orang lain terhadap kebutuhannya ini. Dalam

kondisi ini pentiung bagi keluarga dan bidan untuk

menunjukkan respons yang positif dalam hal kesiapan untuk

memeberikan bantuan.

d. Istirahat

Istirahat sangat penting untuk pasien karena akan membuat

rileks. Di awal persalinan sebaiknya anjurkan pasien isirahat yang

cukup sebagai persiapan menghadapi persalinan yang panjang.

Posisi dikombinasikan dengan aktivitas dalam ambulansi agar

penjurunan kepala janin dapat lebih maksimal.

e. Membimbing untuk rileks sewaktu ada his

His sifatnya menimbulkan rasa sakit, maka ibu disarankan

untuk menahan menarik nafas sebentar, kemudian dilepaskan dengan

cara meniup sewaktu his.

f. Kontak Fisik

Partnernya hendaknya didorong untuk mau berpegangan

tangan dengannya, menggosok punggungnya, menyeka wajahnya

dengan spons atau mungkin hanya mendekapnya. Hal ini juga akan
71

merangsang produksi endogenous opiates yang memberikan sedikit

analgesia alamiah.

g. Penjelasan proses dan kemajuan persalinan

Tahap awal persalinan merupakan saat yang paling efektif

untuk memberikan penjelasan yang diperlukan tentang persalinan

kepada pasien dan keluarganya. Informasi yang biasanya lazim

disampaikan adalah mengenai berapa pembukaan serviksnya serta

bagaimana keadaan janinnya. Keuntungan dari upaya ini adalah rasa

nyeri akibat rasa takut akan berkurang karena pasien dan keluarga

siap dengan tahap demi tahap yang harus dijalani dan dirasakan.

h. Penjelasan prosedur dan batasan yang berlaku

Pasien akan lebih kooperatif dan prosedur dapat berjalan

dengan lancar (Sulistyowati, 2010).

11. Fase Aktif Kala I Persalinan

Penolong persalinan harus selalu waspada terhadap kemungkinan

timbulnya masalah atau penyulit, maka lakukan anamnesa dan

pemeriksaan untuk mendeteksi adanya risiko kegawat daruratan dan

penyulit antara laian:

a. Riwayat bedah Caesar

b. Perdarahan pervagina

c. Persalinan kurang bulan ( usia kehamilan < 37 minggu)

d. Ketuban pecah dengan mekonium kental

e. Ketuban pecah > 24 jam

f. Ketuban pecah pada usia kehamilan < 37 minggu


72

g. Ikterus

h. Anemia berat < 8 gram %

i. Tanda dan gejala infeksi

j. Pre-eklampsi / Hipertensi dalam kehamilan

k. Tinggi Fundus Uteri ≥ 40 cm

l. Gawat janin (DJJ < 120 atau > 160 x/menit), gerakan melemah (-)

m. Primipara fase aktif kala I persalinan dengan palpasi kepala 5/5

n. Presentasi janin bukan belakang kepala dan Presentasi majemuk

o. Kehamilan gemeli

p. Tali pusat menumbung

q. Syok

r. Penyakit-penyakit yang menyertai ibu hamil

s. Tinggu badan ≤ 140 cm

12. Langkah-Langkah Dalam Asuhan Persalinan Normal

Dalam referensi Kemenkes RI (201), tata laksana persalianan

pada kala II, III, dan IV tergabung dalam 60 lagkah APN yaitu :

a. Mengenali tanda dan gejala kala II

1) Mendengar dan melihat tanda kala dua: ibu merasa ada

dorongan kuat dan meneran, ibu merasa tekanan yang semakin

meningkat pada rektum dan vagina, perineum tampak menonjol,

vulva dan sfingter ani membuka.


73

b. Menyiapkan pertolongan persalinan

2) Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial

untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi

segera pada ibu dan bayi baru lahir.

Untuk asuhan bayi baru lahir atau resusitasi  siapkan :

a) Tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat,

b) 3 handuk/kain bersih dan kering (termasuk ganjal bahu

bayi),

c) Alat penghisap lendir

d) Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 m dari tubuh bayi.

Untuk ibu :

a) Menggelar kain di perut bawah ibu

b) Menyiapkan oksitosin 10 unit

c) Alat suntik steril sekali pakai di dalam parrtus set.

3) Pakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak tembus cairan

4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci

tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan

tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering

5) Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan

untuk pemeriksa dalam.

6) Masukan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan

yang memakai sarung tangan DTT atau Steril dan pastikan tidak

terjadi kontaminasi pada alat suntik.


74

c. Memastikan Pembukaan Lengkap Dan Keadaan Janin

7) Membersihkan vulva dan perenium, menyekanya dengan hati-

hati dari anterior (depan) ke posterior (belakang) menggunakan

kapas atau kasa yang di basahi air DTT.

a) Jika introitus vagina, perineum, anus terkontaminasi tinja,

bersihkan dengan seksama dengan arah depan ke belakang.

b) Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam

wadah yang tesedia.

c) Jika terkontaminasi, lakukan dekontaminasi, lepaskan dan

rendam sarung tangan tersebut dalam laruratn klorin 0,5%,

kemudian pakai sarung tangan DTT/Steril untuk melakukan

langkah selanjutnya.

8) Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan

serviks sudah lengkap. Jika pembukaan sudah lengkap dan

selaput ketuban belum pecah lakukan amniotomi.

9) Dekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan sarung

tangan kedalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan sarung

tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam larutan klorin

0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan

dilepaskan. Tutup kembali partus set.

10) Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus

mereda (relaksasi) untuk memastikan DJJ dalam batas normal

120-160x/ menit.
75

a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.

b) Mendokumenasukan hasil-hasil pemerikasaan dalam, DJJ,

semua hasil pemeriksaan dan asuhan yang diberikan ke

dalam partograf

d. Menyiapkan Ibu Dan Keluarga Untuk Membantu Proses

Bimbingan Meneran

11) Beritahukan pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan

keadaan janin cukup baik, kemudian bantu ibu menemukan

posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginananya.

a) Tunggu hingga timbul kontraksi atau rasa ingin meneran,

lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan

janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan

dokumentasi semua temuan yang ada.

b) Jelaskan pada anggota keluarga tentang peran mereka untuk

mendukung dan memberi semangat pada ibu saat meneran.

12) Minta keluarga membantu menyiapka posisi meneran jika ada

rasa ingin meneran atau kontraksi yang kuat. Pada kondisi itu,

ibu diposisikan setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan

dan pastikan ibu merasa nyaman.

13) Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin

meneran atau timbul konraksi yang kuat :

a) Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif

b) Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki

cara meneran apabila caranya tidak sesuai


76

c) Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya

(keuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)

Gambar: 2.5
Posisi Duduk Atau Setengah Duduk Dalam Persalinan

Sumber : Anggit, 2010


Gambar: 2.6
Posisi Merangkak Atau Berbaring Miring Dalam Persalinan

Sumber : Anggit, 2010


Gambar: 2.7
Posisi Jongkok Atau Berdiri Dalam Persalinan

Sumber : Anggit, 2010


d) Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi

e) Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat

f) Berikan ukup asupan cairan per-oral (minum)


77

g) Menilain DJJ setiap kontraksi uterus selesai

h) Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir

setelah pembukaan lengkap dan dipimpin meneran lebih

dari 2 jam pada primipara dan 1 iam pada multipara

14) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi

yang nyaman, jika ibu merasa ada dorongan untuk meneran

dalam 60 menit

e. Mempersipakan Pertolongan Kelahiran Bayi

15) Letakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut

bawah ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan

diameter 5-6cm.

16) Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas

bokong ibu.

17) Buka tutup partus set dan perhatkan kembali kelengkapan alat

dan bahan.

18) Pakai sarun tangan DTT/ steril pada kedua tangan.

f. Membantu Lahirnya Kepala

19) Setelah tamak kepala bayi dengan diameter 5-6cm membuka

vulva maka lindungi perenium dengan satu tangan yang dilapisi

kain bersih dan kering,tangan yang lain menahan belakang

kepala untuk mempertahankan posisi defleksi dan membantu

lahirnya kepala.Anjurkan ibu meneran secara efektif atau

bernapasan cepat dan dangkal.


78

Gambar: 2.8
Kepala Bayi Di Depan Vulva

Gambar: Anggit, 2010

20) Periksa kemungkina adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan

yang sesuai jika hal itu terjadi), segera dilanjutkan proses

kelahiran bayi.

a) Jika tali pusat melilit leher seara longgar, lepaskan lilitan

lewat bagian atas kepala bayi.

b) Jika tali pusat melilit leher seara kuat, klem tali pusat di dua

tempat dan potong tali pusat diantara dua klem tersebut.

Gambar: 2.9
Cek Lilitan Tali Pusat

Gambar:Anggit, 2010

21) Setelah kepla bayi lahir, tunggu putaran paksi luar yang

berlangsung secara spontan.


79

g. Membantu lahirnya bahu

22) Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara

biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan

lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu

depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan ke

arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

Gambar: 2.10
Menarik Curam Bahu Bayi Ke Arah Depan Dan Belakang

Gambar: Anggit, 2010

h. Membantu lahirnya badan dan tungkai

23) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk

menompang kepala dan bahu. Gunakan tangan atas untuk

menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.

24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas

berlanjut ke punggung, bokong, tungkai, dan kaki. Pegang

kedua mata kaki (masukan telunjuk diantara kedua kaki dan

pegang kedua kaki dengan melingkar ibu jari pada satu sisi dan

jari-jari lainnya pada sisi lain agar bertemu dengan jari telunjuk)
80

Gambar 2.11
Bayi Ekspulsi

Gambar :Anggit, 2010

i. Asuhan Bayi Baru Lahir

25) Lakukan penilaian selintas

a) Apakah kehamilan cukup bulan?

b) Apakah bayi menangis kuat dan bernapas tanpa kesulitan?

c) Apakah bayi bergerak dengan aktif?

Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK,” lanjut ke

langkah resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia (lihat

Penuntun Belajar Resusitasi Bayi Asfiksia). Bila semua

jawaban adalah “YA”, lanjut ke langkah 26

26) Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh

lainnya (keuali dua tangan) tanpa membersihkan verniks. Ganti

handuk basah dengan handuk/ kain yang kering. Pastikan bayi

dalam posisi dan kondisi aman di perut bagian bawah ibu.

27) Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang

lahir (hamil tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gemeli).

28) Beritahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin agar uterus

berkontraksi baik.
81

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10

unit (intramuskuler) di 1/3 distal lateral paha

30) Dalam waktu 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat dengan

klem kira-kira 2-3 cm dari pusar bayi. Gunakan jari telunjuk dan

tengah tangan lain untuk mendorong isi tali pusat ke arah ibu

dan klem tali pusat pada sekitar 2 m distal dari klem pertama.

31) Pemotongan dan pengikatan tali pusat

a) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit

(lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat

di antara 2 klem tersebut.

Gambar 2.12
Pemotongan Tali Pusat

Gambar: Anggit, 2010

b) Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi

kemudian lingkarkan lagi benang tersebut dan ikat tali pusat

dengan simpul kuni pada sisi lainnya.

c) Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah.

32) Letakan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu-bayi.

Luruskan bahu bayi sehingga dada bayi menempel di dada

ibunya. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu

dengan posisi lebih rendah dari putting atau areola mamae ibu.
82

a) Selimut ibu-bayi dengan kain kering dan hangat, pasang

topi di kepala bayi.

b) Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu

paling sedikit 1 jam.

c) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi

menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu untuk

untuk pertama kali akan berlangsung 10-15 menit. Bayi

ukup menyusu dari satu payudara.

j. Manajemen Aktif Kala III Persalinan (MAK III)

33) Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva

34) Letakan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu (di atas

simfisis), untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang

klem untuk menegangkan tali pusat.

35) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah

sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang atas

(dorso cranial) seara berhati-hati (mencegah inversio uteri).

a) Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan

penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi

berikutnya dan ulangi kembali prosedur di atas.

b) Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau

anggota keluarga untuk melakukan stimulasi putting susu


83

Gambar 2.13
Peregangan Tali Pusat Terkendali

Gambar: Anggit Aryadi, 2010

k. Mengeluarkan plasenta

36) Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus ke arah

dorsal ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat ke arah

distal maka lanjutkan dorongan ke arah kranial hingga plasenta

dapat dilahirkan.

a) Ibu boleh meneran tapi tali pusat hanya ditegangkan (jangan

ditarik secara kuat terutama jika uterus tak berkontraksi)

sesuai dengan sumbu jalan lahir (ke arah bawah sejajar

dengan lantai)

b) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga

berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.

c) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit maka lakukan

PPT dan lakukan sebagai berikut:

 Ulangi pemberian oksitosin 10 unit IM

 Lakukan kateterisasi (gunakan teknik aseptik) jika

kandung kemih penuh

 Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan

 Ulangi tekanan dorso cranial dan penegangan tali pusat

15 menit berikutnya.
84

 Jika plasenta tak lahir 30 menit sejak bayi lahir atau

terjadi perdarahan maka segera lakukan tindakan

plasenta manual.

37) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta

dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput

ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada

wadah yang telah disediakan.

 Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT/ steril

untuk melakukan eksporasi sisa selaput kemudian gunakan

jari-jari tangan atau klem ovum DTT/ steril untuk

mengeluarkan selaput tertinggal.

l. Rangsang Taktil (Masase) Uterus

38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan

masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan

masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus

berkontraksi (fundus teraba keras)

 Lakukan tindakan yang diperlukan (kompresi bimanual

internal, Kompresi Aorta Abdominalis, Tampon Kondom

Kateter) jika uterus tidak berkontraksi dalam 25 detik setelah

rangsangan taktil/masase.

m. Menilai Perdarahan

39) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.

Lakukan penjahitan bila terjadi laserasi derajat 1 atau derajar 2


85

dan atau menimbulkan perdarahan. (bila ada robekan yang

menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan)

40) Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan plasenta

telah dilahirkan lengkap. Masukan plasenta ke dalam kantung

plastik atau tempat khusus.

n. Asuhan Pasca Persalinan

41) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervagina

42) Pastikan kandung kemih kosong, jika penuh lakukan katerisasi

o. Evaluasi :

43) Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam

larutan klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh

kemudian bilas kedua tangan tersebut dengan air DTT tanpa

melepasakan sarng tangan kemudian keringkan dengan kain

bersih dan kering.

44) Ajarkan ibu/keluarga melakukan masase uterus dan menilai

kontraksi

45) Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum baik.

46) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

47) Pantau keadaan bayi pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik

(40-60 kali/ menit)

a) Jika bayi sulit bernafas, merintih, atau retraksi, di resusitasi

dan segera merujuk ke rumah sakit.


86

b) Jika bayi napas terlalu cepat atau sesak napas, segera rujuk

ke RS Rujukan.

c) Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lalukan

kembali kontak kulit ibu-bayi dan hangatkan ibu-bayi

dalam astu selimut.

p. Kebersihan dan keamanan

48) Bersihkan ibu dari paparan darah dan airan tubuh dengan

menggunakan air DTT. Bersihkan airan ketuban, lendir dan

darah di ranjang atau disekitar ibu berbaring. Bantu ibu

memakai pakaian yang bersih dan kering.

49) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.

Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan

yang diinginkannya.

50) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin

0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan

setelah didekontaminasi.

51) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah

yang sesuai.

52) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.

53) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%

balikan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin

0,5% selama 10 menit.


87

54) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian

keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih

dan kering.

55) Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk memberikan salep mata

profilaksis infeksi, Vitamin K1 (1 mg) secara IM dipaha kiri

bawah lateral dalam 1 jam pertama

56) Lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir. Pastikan kondisis

bayi baik (pernafasan normal 40-60 kali/menit) dan suhu tubuh

(normal 36,5-37,5oC) setiap 15 menit

57) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan

imunisasi Hepatitis B di paha kanan bawah lateral. Letakan bayi

dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu dapat disusukan.

58) Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam

didalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

59) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian

keringkan dengan tisssue atau handuk pribadi.

q. Dokumentasi

60) Lengkapi patograf (halaman depan dan belakang), periksa

tanda-tanda vital dan asuan kala IV persalinan.

13. Partograf

1) Pengertian

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan

kala satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan

klinik (Depkes. 2017).


88

2) Tujuan

Adapun tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:

a) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan

menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.

b) Mendeteksi apakah proses persalinan bejalan secara normal

dengan demikian dapat pula mendeteksi secara dini

kemungkinan terjadinya partus lama.

c) Data pelengkap yang terkait dengan pemantuan kondisi ibu,

kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan

medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium,

membuat keputusan klinik dan asuhan/tindakan yang

diberikan dicatatkan secara rinci pada status/rekam medik

ibu bersalin dan bayi baru lahir (Depkes. 2017).

3) Pengisian partograf antara lain:

a) Pencatatan selama Fase Laten Kala I Persalinan

Selama fase laten, semua asuhan, pengamatan dan

pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat dilakukan secara

terpisah, baik di catatan kemajuan persalinan maupun di

Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu hamil. Tanggal dan waktu

dituliskan setiap kali membuat catatan selama fase laten

persalinan. Semua asuhan dan intervensi harus dicatatkan.

b) Pencatatan selama fase aktif persalinan

Halaman depan partograf mencantumkan bahwa

observasi yang dimulai pada fase aktif persalinan; dan


89

menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil

pemeriksaan selama fase aktif persalinan, meliputi:

(1) Informasi tentang ibu :

(a) Nama, umur

(b) Gravida, para, abortus (keguguran)

(c) Nomor catatan medik nomor Puskesmas

(d) Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di

rumah: tanggal dan waktu penolong persalinan

mulai merawat ibu)

(e) Waktu pecahnya selaput ketuban

(2) Kondisi janin:

DJJ (denyut jantung janin) di nilai dan catat DJJ

setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-tanda gawat

janin), akan tetapi penolong harus waspada bila DJJ di

bawah 120 atau di atas 160.

Dalam literature Lockhaart tahun 2014, partograf adalah

alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan

informasi untuk membuat keputusan klinik.

Bagian- bagian partograf terdiri dari kemajuan persalinan

yaitu pembukaan serviks dan penurunan, keadaan janin

diantaranya Denyut Jantung Janin warna dan jumlah air

ketuban, kontraksi uterus.Keadaan ibu harus sama dipantau di

dalam partograf meliputi nadi, tekanan darah, kontraksi uterus,

urine, volume, protein, aseton, obat-obatan dan cairan. Selain


90

kondidi ibu yang dipantau kondisi janin pun harus selalu

dipantau di dalam partograf meliputi DJJ (Denyut Jantung

Janin) setiap 30 menit, air ketuban, catat warna air ketuban.

U : Selaput utuh

J : Selaput pecah, air ketuban jernih

M : Air ketuban bercampur mekanium

D : Air ketuban bernoda darah

K : Tidak ada cairan ketuban/kering

Perubahan bentuk kepala janin (molding/molase) d

gambar atu ditulis dengan lambang :

(0) : Sutura terpisah

1/+ : Sutura yang saling bersentuhan

2/++: Sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki

3/+++: Sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki

Pembukaan mulut rahim (serviks tiap 4 jam tanda : x =

silang). Pembukaan mulut rahim baru akan di catat di dalam

partograf setelah portio membuka selebar 4 cm.

Penurunan mengacu pada bagian kepala (dibagi 5

bagian ) yang teraba (pada abdomen luar) diatas sympisis pubis

(tanda : O). Yang harus dicatat di dalam penurunan kepala janin

adalah waktu yang telah dijalani sesudah pasien diterima dan

menghitung kontraksi (his) setiap 3 kali dalam 10 menit dan

harus menghitung banyaknya dan lamanya setiap kontraksi

dalam hitungan detik.


91

a. < 20 detik

b. 20 – 40 detik

c. > 40 detik

Oksitosin dicatat jumlahnya jika ibu menggunakan

tambahan oksitosin dan jika ibu erpasang infus, maka harus

dicatat jumlah tetesan/ menitnya dan catat jika di beri obat-

obatan yang lainnya.

Tanda - tanda Vital seperti nadi tiap 30 – 60 menit

(tanda : (●) titik) dan tekanan darah tiap 4 jam (tanda : ).

Pengeluaran urin : volumennya, kandungan proten dan

aseton tiap 2-4 jam jika ditemukan tanda-tanda penyulitan,

penilaian kondisi ibu dan janin harus lebih sering dilakukan.

Jika temuan – temuan melintasi kearah kanan dari garis

waspada, petugas kesehatan harus melakukan penilaian terhadap

kondisi ibu dan janin dan segera mencari rujukan yang tepat.

Gambar 2.14
Lember Partograf

Sumber : Depkes. 2017.


92

Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk

mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan

kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak

persalinan kala I hingga IV ( termasuk bayi baru lahir). Itulah

sebabnya bagian ini disebut sebagai catatan persalinan. Nilai

dan catatkan asuhan yang telah diberikan pada ibu dalam masa

nifas terutama selama persalinan kala IV untuk memungkinkan

penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat

keputusan klinik, terutamapada pemantauan kala IV (mencegah

terjadinya perdarahan pascapersalinan). Selain itu, catatan

persalinan dapat pula digunakan untuk menilai memantau sejauh

mana telah dilakukan pelaksanaan asuhan persalinan yang

bersih dan aman (Depkes,2017). Cara melalukan pengisian

Lembar belakang partograf yaitu:

a) Data dasar

Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat

persalinan, alamat tempat persalinan, catatan, alasan

merujuk, tempat merujuk, pendamping saat merujuk dan

masalah dalam kehamilan/ persalinan.

b) Kala I.

Terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf

saat melewati garis waspada, masalah lain yang timbul,

penatalaksanaan, dan hasil penatalaksanaannya. Untuk

penatalaksanaan nomor 10 dan nomor 11 hanya melingkari


93

jawaban yang sesuai, pertanyaan selanjutnya hanya di isi

jika terdapat masalah lain, cara dan penatalakanaanya.

c) Kala II.

Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping

persalinan, gawat janin, distosia bahu dan masalah dan

penatalaksanaannya. Beri tanda √ pada kotak disamping

disamping sesuai. Bila pertanyaan nomor 15 jawabanya

“ya” tulis indikasinya. Untuk nomor 16 uraikan tinakan

yang akan dilakukan persiapkan untuk pendampin

persalinan. Jika nomor 17 jawabanya “ya” uraikan tindakan

yang akan dilakukan. Jika ditambah ruang untuk

menekankan upaya deteksi dini terhadap gangguan dini

tehadap ganguan kondisi kesehatan janin, catat hasil

pemantauan tersebut. Pada nomor 19 harus dijelaskan jenis

masalah yang tepat.

d) Kala III.

Kala III berisi informasi tentang inisiasi menyusu

dini, lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali

pusat terkendali, masase fundus uteri, kelengkapan plasenta,

retensio plasenta > 30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah

perdarahan, masalah lain, penatalaksanaan dan hasilnya. Isi

jawaban pada tempat yang disediakan an beri tanda √ pada

kotak disamping jawaban yang sesuai. Untuk nomor 25, 26,

dan 28 lingkari jawaban yang benar.


94

e) Kala IV

Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu

tubuh, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, kandung kemih,

dan perdarahan. pemantauan pada kala IV ini sangat

penting terutama untuk menilai apakah terdapat resiko atau

terjadi perdarahan pasca persalinan. Pengisian pemantauan

kala IV dilakukan setiap 15 menit pada satu jam pertama

setelah melahirkan dan setiap 30 pada satu jam beriktnya.

Kecuali suhu setiap 1 jam sekali. Isi setiap kolom sesuai

dengan hasil pemeriksaan dan jawaban pertanyaan

mengenai masalah kala IV pada tempat yang telah

disediakan

f) Bayi baru lahir.

Bayi baru lahir berisi tentang berat badan, panjang

badan, jenis kelamin, penilaian bayi baru lahir, IMD,

pemberian ASI, masalah lain dan hasilnya.isi jawaban pada

tempat yang disediakan serta beri tanda √ pada kotak

disamping jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan nomor

37 dan 38 linkari jawaban yang sesuai. Untuk nomor 39

jawabanya mungkin lebih dari satu


95

Gambar 2. 15
Lembar Belakang Partograf

Sumber: Depkes. 2017

C. Konsep Dasar Asuhan Pada Ibu Nifas

1. Pengertian

Masa Nifas disebut juga masa postpartum atau puerperium adalah

masa sesudah persalinan, masa perubahan, pemulihan, penyembuhan,

dan pengembalian alat-alat kandungan/reproduksi, seperti sebelum hamil

yang lamanya 6 minggu atau 40 hari pascapersalinan (Manuaba, 2017).

Masa Nifas (perpurium) masa setelah keluarnya placenta sampai

alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa

nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Marmi, 2011).

2. Tahapan Masa Nifas Dibagi

a. Puerperium dini: yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan

berdiri dan berjalan-jalan


96

b. Puerperium intermedial: yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital

lamanya 6-8 minggu.

c. Remote puerperium: yaitu waktu yang di perlukan untuk pulih dan

sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan

mempunyai komplikasi (Manuaba, 2017).

3. Fisiologis masa nifas

Pada masa nifas akan terjadi perubahan – perubahan baik secara

fisik maupun secara psikis, antara lain sebagai berikut :

a. Laktasi: Segera setelah persalinan, hormon-hormon yang

dikeluarkan plasenta yang berfungsi menghalangi peranan prolaktin

dan oksitosin menurun sehingga prolaktin dapat berfungsi

membentuk ASI dan mengeluarkannya ke dalama alveoli bahkan

sampai duktus kelenjar ASI. Isapan langsung pada puting susu ibu

menyebabkan refleks yang dapat mengeluarkan oksitosin dari

hipofisis, sehingga mioepitel yang terdapat disekitar alveoli dan

duktus kelenjar ASI berkontraksi dan mengeluarkan ASI ke dalam

sinus: let down reflex. Menurut Manuaba (2017), proses pengeluaran

ASI terdiri dari :

1) Kolostrum:

Kolostrum berwarna kuning jernih dengan protein

berkadar tinggi. Kandungan dalam kolostrum antara lain:

imunoglobulin, laktoferin, ion-ion (Na, Ca, K, Zn, Fe), vitamin

(A, E, K, dan D), lemak, dan rendah laktosa. Pengeluaran

kolostrum berlangsung sekitar 2-3 hari dan diikuti ASI yang


97

mulai berwarna putih. Kolostrum juga banyak mengandung

antibody dan anti infeksi serta dapat menumbuh kembangkan

flora dalam usus bayi, untuk siap menerima ASI

2) ASI transisi (antara):

ASI antara, mulai berwarna putih bening dengan susunan

yang disesuaikan kebutuhan bayi, dan kemampuan mencerna

usus bayi. Kandungan ASI transisi adalah protein (dengan

konsentrasi yang lebih rendah dari kolostrum), serta lemak dan

karbohidrat (konsentrasi yang lebih tinggi daripada kolostrum)

3) ASI sempurna

Pengeluaran ASI penuh sesuai dengan perkembangan

usus bayi, sehingga dapat menerima susunan ASI sempurna

b. Involusi uterus

Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu

proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil. Pada

involusi uteri adalah sebagai berikut :

1) Autolysis yaitu proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di

dalam otot uteri. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan

otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya

dari sebelum hamil dan 5 kali lebarnya dari sebelum hamil.

2) Atrofi jaringan: yaitu jaringan yang berpoliferasi dengan adanya

estrogen dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi

sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang

menyertai pelepasan plasenta. Lapisan desidua akan mengalami


98

atrofi dan terlepas meninggalkan lapisan basal yang akan

beregenerasi menjadi endometrium yang baru

Tabel 2. 3
Tahapan Involusi Uteri
Waktu Involusi Tinggi Uterus Berat Uterus (g)
Plasenta lahir Sepusat 1000
7 hari Pertengahan pusat- simpisis 500
14 hari Tidak teraba 350
42 hari Normal 50
56 hari 30
Sumber : Manuaba, 2017

3) Efek oksitosin (kontraksi): Oksitosin menyebabkan terjadinya

kontraksi dan retraksi otot uterus sehingga akan menekan

pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah

ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi bekas luka

tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.

4) Bagian bekas implantasi plasenta: Bekas implantasi plasenta

segera setelah plasenta lahir seluas 12x5 cm permukaannya

kasar dimana pembuluh darah bermuara. Pada pembuluh darah

terjadi pembentukan trombosis disamping pembuluh darah

tertutup karena kontrakti otot rahim. Bekas luka implantasi

dengan cepat mengecil pada minggu ke 2 sebesar 6-8 cm dan

pada akhir masa nifas sebesar 2 cm. Lapisan endometrium

dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosis bersama dengan

lokhea. Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh 6-8


99

minggu postpartum karena pertumbuhan endometrium yang

berasal dari tepi luka dan lapisan basalis endometrium.

Tabel 2.4
Tinggi Fundus Uteri
Berat Uterus Menurut Masa Involusi
Waktu involusi Tinggi fundus Berat uterus (g)
Bayi lahir Setinggi pusat 1000
1 minggu Pertengahan pusat-simfisis 750
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 500
6 minggu Normal 50
8 minggu Normal seperti sebelum hamil 30
Sumber : Manuaba (2017)
5) Lokhea

Menurut Manuaba (2017) Lokhea adalah cairan sekret

yang berasal dari cavum uteri dan vagina yang keluar selama

masa nifas. Macam-macam lochea berdasarkan warnanya:

a) Lochea rubra: keluar pada hari ke 1 – 3 berwarna merah dan

hitam, terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut

lanugo, sisa mikonium, sisa darah.

b) Lochea Sanguinolenta: keluar pada hari ke 3 – 7 hari

berwarna putih campur merah kecoklatan.

c) Lochea Serosa: keluar pada hari ke 7–14 berwarna

kekuningan.

d) Lochea Alba: keluar >14 hari berwarna puti

4. Kebutuhan Dasar pada Masa Nifas

a. Nutrisi dan Cairan: Ibu yang menyusui harus memenuhi kebeutuhan

akan gizi sebagai berikut.


100

a) Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.

b) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,

mineral, dan vitamin yang cukup.

c) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.

d) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya

selama 40 hari pasca persalinan.

e) Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan

vitamin A kepada bayinya melalui ASI.

2) Ambulasi

Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijakan agar

secepat mungkin bidan membimbingan ibu postpartum bangun dari

tempat tidurnya dan membimingan ibu secepat mungkin untuk

berjalan. Keuntungan early ambulation adalah sebagai berikut.

a) Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.

b) Faal usus dan kandung kemih lebih baik.

c) Early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu cara

merawat anaknya selama ibu masih di rumah.

3) Kebersihan Diri / Perineum

Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi

dan meningkatkan perasaan nyaman pada ibu. Perawatan luka

perineum bertujuan untuk mencegah infeksi, meningkatkan rasa

nyaman dan mempercepat penyembuhan.

Beberapa hal yang dapat dilakukan ibu postpartum dalam

menjaga kebersihan diri, antara lain sebagai berikut :


101

a) Mandi teratur minimal 2 kali sehari

b) Menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal

c) Melakukan perawatan perineum

d) Mengganti pembalut minimal 2 kali sehari

e) Mencuci tangan setiap membersihkan daerah genetalia

4) Istirahat

Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur

yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam

pada siang hari. Hal – hal yang dapat dilakukan ibu dalam memenuhi

kebutuhan istirahatnya antara lain :

a) Anjurkan ibu untuk cukup istirahat

b) Sarankan ibu untuk melakukan kegiatan rumah tangga secara

perlahan

c) Tidur siang atau istirahat saat bayi tidur kurang istirahat dapat

menyebabkan: Jumlah ASI berkurang, memperlambat proses

involusi uteri dan menyebabkan depresi dan ketidakmampuan

dalam merawat bayi sendiri.

5) Hubungan Seksual

Hubungan seksual dapat dilakukan dengan aman ketika luka

episiotomy telah sembuh dan lochea telah berhenti. Hendaknya pula

hubungan seksual dapat ditunda sedapat mungkin sampai 40 hari

setelah persalinan, karena pada waktu itu diharapkan organ – organ

tubuh telah pulih kembali. Ibu mengalami ovulasi dan mungkin

mengalani kehamilan sebelum haid yang pertama timbul setelah


102

persalinan. Untuk itu bila senggama tidak mungkin menunggu

sampai hari ke-40, suami / istri perlu melakukan usaha untuk

mencegah kehamilan. Pada saat inilah waktu yang tepat untuk

memberikan konseling tentang pelayanan KB.

6) Latihan / Senam Nifas

Organ – organ tubuh wanita akan kembali seperti semula

sekitar 6 minggu, oleh karena itu, ibu akan berusaha memulihkan

dan mengencangkan bentuk tubuhnya. Hal tersebut dapat dilakukan

dengan cara latihan senam nifas. Senam nifas adalah senam yang

dilakukan sejak hari pertama melahirkan sampai dengan hari ke

sepuluh. Senam nifas ialah senam yang bertujuan untuk

mengembalikan otot – otot terutama rahim dan perut ke keadaan

semula atau mendekati sebelum hamil.

5. Proses Laktasi dan Menyusui

a. Pengertian

Laktasi dan Menyusui Menyusui dan Laktasi adalah

keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai

proses bayi menghisap dan menelan ASI. Masa laktasi mempunyai

tujuan meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan meneruskan

sampai anak umur 2 tahun (Ambarwati, 2010).

b. Proses laktasi tidak terlepas dari pengaruh hormonal, adapun

hormon-hormon yang berperan adalah:

1) Progesteron, berfungsi mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran

alveoli.
103

2) Estrogen, berfungsi menstimulasi sistem saluran ASI agar

membesar sehingga dapat menampung ASI lebih banyak. Kadar

estrogen menurun saat melahirkan dan tetap rendah beberapa

bulan selama tetap menyusui. Sebaiknya ibu menyusui

menghindari KB hormonal berbasis hormon ekstrogen, karena

dapat mengurangi jumlah produksi ASI.

3) Prolaktin, penurunan kadar esterogen memungkinkan naiknya

kadar prolaktin dan produksi ASI pun dimulai d) Oksitosin,

rangsangan sentuhan pada payudara (yaitu bayi menghisap)

akan merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan

kontraksi sel-sel mioepitel. Proses ini disebut sebagai reflek let

down atau pelepasan ASI.

c. Fisiologi Laktasi

Laktasi atau menyusui mempunyai 2 pengertian, yaitu produksi ASI

(prolaktin) dan pengeluaran ASI (oksitosin).

1) Produksi ASI (prolaktin):

Pada akhir kehamilan hormon prolaktin memegang

peranan untuk memmbuat kolostrum namun jumlah kolostrum

terbatas karena aktivitas prolaktin dihambat oleh esterogen dan

progesteron yang kadarnya memang tinggi. Setelah partus

berhubung lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya korpus

luteum maka esterogen dan progesteron sangat berkurang,

ditambah dengan adanya isapan bayi yang merangsang puting


104

susu akan merangsang ujung-ujung syaraf sensoris yang

berfungsi sebagai reseptor mekanik.

Rangsangan ini di lanjutkan ke hipotalamus melalui

medula spinalis, hipotalamus akan menekan pengeluaran faktor-

faktor yang menghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya

merangsang pengeluaran faktor-faktor yang memacu sekresi

prolaktin, sehingga merangsang hipofisis anterior dan keluarlaah

prolaktin. Hormon ini merangsang sel- sel alveoli yang

berfungsi untuk membuat air susu.

Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal

3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada

saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada

isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung.

2) Pengeluaran ASI (Oksitosin)

Bersamaan dalam pembentukan prolaktin oleh hipofise

anterior, rangsangan yang berasal dari hisapan bayi dilanjutkan

ke hipofise posterior yang kemudian dikeluarkan oksitosin.

Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga

menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air

susu yang telah diproduksi keluar dari alveoli dan masuk

kesistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktus

lactiferus masuk ke mulut bayi. Faktor-faktor yang

meningkatkan letdown adalah: melihat bayi, mendengarkan

suara bayi, mencium bayi, pemikiran menyusui bayi. Faktor-


105

faktor yang menghambat reflek letdown adalah stress, keadaan

bingung/pikiran kacau, takut dan cemas (Manuaba, 2017).

d. Laktogenesis

Proses Laktasi timbul setelah plasenta lepas. Plasenta

mengandung hormone penghambat prolactin (Hormon Plasenta)

yang menghambat pembentukan ASI. Setelah plasenta lepas ASI

pun mulai keluar (Martina, 2012).

Hormone yang mempengaruhi laktasi: Progesteron

(mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli), Estrogen,

Prolactin. Proses pembentukan Laktogenesis

1) Laktogenesis I: Terjadi pada fase terakhir kehamilan, payudara

memproduksi kolostrum saat ini produksi progesteron meninggi

sehingga mencegah produksi ASI yang sebenarnya

2) Laktogenesis II: Terjadi setelah lahirnya plasenta. Progesteron,

estrogen dan HPL turun tiba-tiba dan prolactin tetap tinggi >

produksi ASI besar- besaran bila payudara dirangsang,

peningkatan prolaktin mencapai puncaknya pada periode 45

menit dan turun kembali 3 jam kemudian.

3) Laktogenesis III: Dimulai beberapa hari pertama setelah

persalinan, dimana produksi ASI mulai stabil yang dipengaruhi

seberapa sering bayi menyusui, semakin sering bayi menyusui,

produksi ASI semakin banya


106

6. Tanda Bahaya Pada Masa Nifas

Menurut Kemenkes (2020) jika terdapat salah satu tanda bahaya

pada masa nifas maka ibu nifas harus segera dirujuk ke fasilitas

kesehatan antara lain:

a. Adanya perdarahan pervagina yang dapat disebabkan karena atonia

uteri, laserasi jalan lahir dan sisa plasenta,

b. Keluar cairan berbau dari jalan lahir, hal ini dapat disebabkan

adanya infeksi

c. Payudara bengkak, merah disertai adanya rasa sakit, hal ini

disebabkan karena infeksi (mastitis)

d. Bengkak pada wajah, tangan dan kaki, sakit kepala dan kejang, hal

ini disebabkan adanya pre eklampsia /eklampsia post partum

e. Demam > 2 hari, hal ini dapat diakibatkan adanya infeksi

f. Ibu terlihat sedih, murung dan menangis tanpa sebab (depresi)

7. Depresi Paska Melahirkan

Menurut Kemenkes (2020) setelah melahirkan ibu dapat

mengalami depresi paska melahirkan yang disebut dengan post partum

depression sebagai berikut:

a. Baby blues terjadi setelah melahirkan dan memuncakdalam beberapa

hari sampai 2 minggu. Dengan gejala: suasana perasaan tidak stabil,

mudah menangis, sulit tidur, mudah cemas, dan mudah tersinggung

b. Depresi paska melahirkan yang terjadi sekitar 4 minggu setelah

melahirkan, minimal selama 2 minggu berturut-turut dengan gejala:

merasa sangat sedih, tertekan, sulit konsentrasi, gangguan tidur,


107

tidak selera makan/makan banyak, mudah tersinggung, mudah

marah, merasa lelah, tidak bergairah pada aktivitas harian, perasaan

bersalah, khawatir tidak dapat menjadi ibu yang baik, pikiran untuk

melukai diri/bayinya, merasa menderita terhadap gejala yang dialami

c. Depresi paska melahirkan yang terjadi sekitar 2 minggu paska

melahirkan, secepatnya 48 – 72 jam pertama paska melahirkan

dengan gejala: mudah tersinggung, perubahan perasaan dan prilaku

yang tidak serasi/sesuai, gangguan tidur, berhalusinasi dan

mengalami waham/delusi.

8. Pencegahan Depresi Paska Persalinan

a. Ibu hamil dan paska melahirkan dapat mengenali dan memahami

tanda-tanda/gejala-gejala masalah kesehatan jiwa.

b. Pada saat hamil kontrol dengan teratur ke bidan/dokter sesuai jadwal

c. Mengkonsumi makanan sehat dan bergizi termasuk vitamin.

d. Deteksi dini faktor risiko pada ibu hamil atau paska melahirkan.

e. Dukungan dan perhatian dari suami, keluarga dan teman selama

masa kehamilan dan paska melahirkan. (Kemenkes, 2020)

9. Penanganan Depresi Paska Persalinan

a. Dukungan keluarga terutama suami tidak hanya bayinya bayinya

saja yang diperhatikan

b. Ada yang membantu mengasuh bayinya

c. Mengajak bicara mengenai perasaannya

d. Program kunjungan rumah oleh tenaga puskesmas/kesehatan

e. Melakukan konseling oleh tenaga kesehatan


108

f. Terapi dengan obat-obatan (Kemenkes, 2020)

10. Kunjungan Masa Nifas

Perawatan ibu nifas mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh

tenaga kesehatan minimal 4 kali kunjungan yang terbagi menjadi:

a. KF1 : masa 6 jam sampai 2 hari setelah persalinan

b. KF 2 : masa 3 hari sampai 7 hari setelah persalinan

c. KF 3 : masa 8 hari sampai 28 hari setelah persalinan

d. KF 4 : masa 29 hari sampai 42 hari setelah persalinan

11. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas:

a. Menanyakan kondisi ibu nifas secara umum

b. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu tubuh

c. Pemeriksaan lochea dan pemantauan jumlah darah yang keluar

d. Pemeriksaan kondisi jalan lahir dan tanda infeksi

e. Pemeriksaan kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri

f. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif

g. Pemberian kapsul vit. A 2 kali yaitu satu kapsul segera setelah

melahirkan dan satu kapsul setelah 24 jam pemberian kapsul

pertama

h. Minum tablet tambah darah setiap hari

i. Pelayanan KB pasca persalinan.

j. Konseling

k. Tatalaksana pada ibu nifas sakit atau ibu nifas dengan komplikasi

l. Memberikan nasehat yaitu:


109

1). Makan makanan yang beranega ragam yang mengandung

karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur dan buah

buahan

2). Kebutuhan air minum pada ibu menyusui pada 6 bulan pertama

adalah 14 gelas sehari dan pada 6 bulan kedua adalah 12 gelas

sehari

3). Menjaga kebersihan diri, termasuk kebersihan daerah kemaluan,

ganti pembalut sesering mungkin.

4). Istirahat cukup, saat bayi tidur ibu istirahat

5). Melakukan aktivitas fisik pasca melahirkan dengan intensitas

ringan sampai sedang selama 30 menit, frekuensi 3-5 kali dalam

seminggu.

6). Bagi ibu yang melahirkan dengan cara SC maka harus menjaga

kebersihan luka bekas operasi, latihan fisik dapat dilakukan

setelah 3 bulan pasca melahirkan.

7). Cara menyusui dengan benar dan hanya memberikan ASI saja

selama 6 bulan

8). Perawatan bayi yang benar

9). Jangan membiarkan bayi menangis terlalu lama, karena akan

membuat bayi stress.

10). Lakukan stimulasi komunikasi dengan bayi sedini mungkin

bersama suami dan keluarga

11). Untuk konsultasi kepada tenaga kesehatan untuk pelayanan KB

setelah persalinan. (Kemenkes, 2020)


110

D. Konsep Dasar Asuhan Neonatus

1. Pengertian

Neonatus memiliki masa kehidupan yang berlangsung 4 minggu

merupakan masa hidup yang paling kritis karena banyak terjadi

kematian, khususnya beberapa hari setelah persalinan (Manuaba, 2017).

Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir pada usia kehamilan

genap 37-41 minggu, dengan presentasi belakang kepala atau letak

sungsang yang melewati vagina tanpa memakai alat. (Marie, 2016).

Neonatus adalah bayi baru lahir yang menyesuaikan diri dari

kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus (Marie, 2016).

2. Klasifikasi Bayi Baru Lahir

Klasifikasi menurut berat lahir terhadap masa gestasi

dideskripsikan masa gestasi dan ukuran berat lahir yang sesuai untuk

masa kehamilannya menurut Marmi dan Rahardjo (2012), yaitu:

a. Neonatus cukup/kurang/lebih bulan ( /NKB/NLB)

1) Kurang bulan (preterm infant): kurang 259 hari (<37 minggu)

2) Cukup bulan (term infant): 259 – 294 hari (37-42 minggu)

3) Lebih bulan (postterm infant): > 294 hari (> 42 minggu).

b. Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK/BMK)

1) Neonatus Sesuai Masa Kehamilan (SMK)

Merupakan bayi yang lahir dengan matur, post matur

atau prematur dan berat badannya sesuai masa kehamilan

dengan berat lahir antara 2500- 4000 gram.

2) Neonatus Kecil Masa Kehamilan


111

Merupakan bayi yang lahir dengan berat badan kurang

dari seharusnya untuk masa gestasi, bayi mengalami retardasi

pertumbuhan intra uterin dan merupakan bayi yang kecil untuk

masa kehamilannya dengan berat lahir kurang dari 2500 gram.

3) Neonatus Besar Masa Kehamilan

Merupakan bayi yang lahir dengan matur, premature atau

post matur, yang lebih besar dibandingkan dengan umur

kehamilannya dengan berat lahir lebih dari 4000 gram.

3. Ciri-ciri Bayi baru lahir

Menurut Marie (2016), ciri-ciri neonatus sebagai berikut:

a. Berat badan 2500-4000 gram

b. Panjang badan 48-52 cm

c. Lingkar dada 30-38 cm

d. Lingkar kepala 33-35 cm

e. Frekuensi jantung 120-160 kali per menit

f. Pernafasan 40-60 kali per menit

g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup

h. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah

sempurna

i. Kuku agak panjang dan lemas

j. Genetalia:

1) Perempuan : labia mayora sudah menutupi labio minora

2) Laki-laki : testis sudah turun, skrotum sudah ada

k. Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik


112

l. Refleks morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik

m. Refleks graps atau menggenggam sudah baik

n. Eliminasi, mekonium akan keluar 24 jam pertama, mekonium

berwarna hitam kecoklatan.

4. Fisiologi Bayi Baru Lahir

Ilmu yang mempelajari fungsi dan proses vital neonates, yaitu

suatu organisme sedang tumbuh yang baru mengalami proses kelahiran

dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan

ekstrauterin. (Armini dkk, 2017).

a. Sistem pernafasan

Tabel 2.5
Perkembangan System Pulmoner
NO Umur kehamilan Perkembangan
1 24 hari Bakal paru-paru terbentuk
2 26-28 hari Kedua bronchi membesar
3 6 minggu Di bentuk segmen bronchus
4 12 minggu Diferensi lobus
5 24 minggu Di bentuk alveolus
6 28 minggu Di bentuk surfaktan
7 34-36 minggu Di bentuk surfaktan

Struktur matang ranting paru-paru sudah bisa mngembangkan

system alveoli. Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari

pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas

harus melalui paru-paru bayi. Rangsangan gerakan pernapasan

pertama :
113

1) Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir

(stimulasi mekanik)

2) Penurunan Pa02 dan kenaikan PaC02 merangsang kemoreseptor

yang terletak di sinus karotikus (stimulasi kimiawi)

3) Rangsangan dingin di daerah muka dan perubahan suhu di

dalam uterus (stimulasi sensorik).

4) Reflex deflesi Hering Breur.

Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30

menit pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk

memperthankan tekanan alveoli, selain adanya surfaktan yang

menarik napas dan mengeluarkan napas dengan merintih, sehingga

udara tertahan di dalam.

Respirasi pada neonates biasanya pernapasan diafragmatik

dan abdominal, sedangkan frekuensi dan dalamnya belum teratur,

apabila surfaktan berkurang, maka alveoli akan kolaps dan paru-paru

kaku, sehingga terjadi atelectasis dalam keadaan anoksia neonates

masih dapat mempertahankan hidupnya karena adanya kelanjutan

metabolism anaerobic.

b. Peredaran darah

Pada masa fetus daerah plasenta melalui vena umbilikalis

sebagian ke hati, sebagian langsung ke serambi kiri jantung,

kemudian ke bilik kiri jantung. Dari bilik kiri darah dipompa melalui

aorta ke seluruh tubuh. Dari bilik kanan darah dipompa sebagian ke

paru dan sebagian melalui duktus arteoriosus ke aorta. Setelah bayi


114

lahir, paru akan berkembang mengakibatkan tekanan arteoriol dalam

paru menurun. Tekanan dalam jantung kanan turun, sehinggan

tekanan jantung kiri lebih besar daripada tekanan jantung kanan

yang mengakibatkan menutupnya foramen ovale secara fungsionil,

hal ini terjadi pada jam-jam pertama setelah kelahiran, oleh karena

tekanan dalam paru turun dan tekanan dalam aorta desenden naik

dan karena rangsangan biokimia (Pa02 yang naik), duktus

arteoriosus berobliterasi ini terjadi pada hari pertama. Aliran darah

paru pada hari pertama ialah 4-5 liter per menit/m2 (Gessner, 1965).

Aliran darah sistolik pada hari pertama rendah, yaitu 1,96

liter/menit/m2 dan bertambah pada hari kedua dan ketiga (3,54

liter/m2) karena penutupan duktus arteoriosus. Tekanan darah pada

waktu lahir dipengaruhi oleh jumlah darah yang melalui transfuse

plasenta dan pada jam-jam pertama sedikit menurun, untuk

kemudian naik lagi dan menjadi konstan kira-kira 85/40 mmHg.

c. Suhu tubuh

4 mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi

lahir ke lingkungannya.

1) Konduksi

Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya

yang kontak langsung dengan tubuh bayi (pemindahan panas

dari tubuh bayi ke objek lain melalui kontak langsung). Contoh :

Menimbang bayi tanpa alas timbangan, tangan penolong yang


115

dingin memegang BBL, menggunakan stetoskop dingin untuk

pemeriksaan BBL

2) Konveksi Panas

Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang

sedang bergerak (jumlah panas yang hilang tergantung pada

kecepatan dan suhu udara). Contoh: Membiarkan atau

menempatkan BBL dekat jendela, membiarkan BBL di ruang

terpasang kipas angin

3) Radiasi

Panas dipancarkan dari BBL, keluar ke lingkungan yang

lebih dingin (pemindahan panas atara 2 objek yang mempunyai

suhu berbeda). Contoh : BBL dibiarkan dalam ruangan AC

tanpa diberikan pemanas (radiant warmer), BBL dibiarkan

dalam keadaan telanjang, BBL ditidurkan berdekatan dengan

ruang yang dingin, misalnya dekat tembok.

4) Evaporasi

Panas hilang melalui proses penguapan tergantung

kepada kecepatan dan kelembapan udara (perpindahan panas

dengan cara mengubah cairan menjadi uap). Evaporasi

dipengaruhi oleh: Jumlah panas yang dipakai, tingkat

kelembapan udara, aliran udara yang melewati

Mencegah kehilangan panas :

1) Keringkan bayi secara seksama

2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat
116

3) Tutup bagian kepala bayi

4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya

5) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir

6) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.

Dalam proses adaptasi kehilangan panas, bayi mengalami :

1) Stress pada BBL menyebabkan hypotermi.

2) BBL mudah kehilangan panas.

3) Bayi menggunakan timbunan lemak coklat untuk meningkatkan

suhu tubuhnya

4) Lemak coklat terbatasm sehingga apabila habis akan

menyebabkan adanya stress dingin.

d. Metabolisme

Luas permukaan tubuh neonates, relative lebih luas dari

tubuh orang dewasa, sehingga metabolisme basal per KgBB lebih

besar, sehingga BBL harus menyesuaikan diri dengan lingkungan

baru, artinya energi diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan

lemak. Pada jam-jam pertama energy didapatkan dari perubahan

lemak. Setelah mendapat susu ± pada hari keenam, energy 60%

didapatkan lemak 40% dari karbohidrat.

e. Keseimbangan air dan fungsi ginjal

Tubuh BBL, mengandung relative banyak air dan kadar

natrium relative lebih besar dari kalium karena ruangan ekstraseluler

luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena :

1) Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa


117

2) Ketidakseimbangan luas permukaan glomerulus dan volume

tubulus proksimal

3) Renal blood flow relative kurang bila dibandingkan dengan

orang dewasa.

f. Imunoglobin

Pada neonates tidak terdapat sel plasma pada sum-sum tulang

dan lamina propia ilium dan apendiks. Plasenta merupakan sawar,

sehingga fetus bebas dari antigen dan stress imunologis. Pada BBL

hanya terdapat gama globulin G, sehingga imunologi dari ibu dapat

melalui plasenta karena berat molekulnya kecil. Tetapi bila ada

infeksi yang dapat melalui plasenta (Lues, toksoplasma, herpes

simpleks, dll) reaksi imunologis dapat terjadi dengan pembentukan

sel plasma dan antibody gama A, G dan M

g. Traktus digestivus

Traktus digestivus relative lebih berat dan lebih panjang

dibandingkan dengan orang dewasa. Pada neonates traktus

digestivus mengandung zat yang berwarna hitam kehijauan yang

terdiri dari mukopolisakarida dan disebut meconium. Pengeluaran

meconium biasanya dalam 10 jam pertama dan 4 hari biasanya tinja

sudah berbentuk serta berwarna normal, enzim dalam traktus

digestivus biasanya sudah terdapat pada neonates, kecuali amylase

pancreas. Bayi sudah ada reflex hisap dan menelan, sehingga pada

saat bayi lahir sudah bisa minum ASI. Gumoh sering terjadi akibat
118

dari hubungan esophagus bawah dengan lambung belum sempuna,

dan kapasitas dari lambung juga terbatas, yaitu ± 30 cc.

h. Hati

Segera setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan

morfologis yaitu kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak

serta glukogen. Sel hemopoetik juga mulai berkurang, walaupun

memakan waktu agak lama. Enzim hati belum aktif benar pada

waktu bayi baru lahir, daya detoksifikasi hati pada neonates juga

belum sempurna, contohnya pemberian obat kloramfenkol dengan

dosis lebih dari 50 mg/KgBB/hari dapat menimbulkan grey baby

syndrome

i. Kesimbangan Asam Basa

PH darah pada waktu lahir rendah karena glikolisis

anaerobic. Dalam 24 jam neonates telah mengompensasi asidosis ini.

(Armini dkk, 2017).

5. Kebutuhan Dasar Neonatus

a. Kebutuhan asuh:

Kebutuhan asuh merupakan kebutuhan dasar fisik seperti

makanan dan tempat tinggal. Asuh dititik beratkan pada asupan gizi

anak yaitu saat di kandungan dan sesuadhnya. Misalnya ada seorang

ibu, saat kehamilan anak pertama dan kedua, saya menjaga

kesehatan dan mempertahankan asupan yang saya makan. Vitamin,

susu, dan sehat. Setelah lahir, saya juga memperhatikan masa

pertumbuhannya.
119

b. Kebutuhan asih:

1) Asih merupakan kebutuhan terhadap emosi.

2) Asih merupakan ikatan yang serasi dan selaras dalam

kandungan untuk menjamin mantapnya tumbuh kembang fisik,

mental dan psikososial anak.

3) Asih merupakan bagaimana mempercayakan dan mengasihi

untuk memberikan rasa aman kepada anak. Lebih kepada ikatan

emosional yang terjadi antara anak dan orangtua. Kadang selalu

bertindak selaku teman dan juga orang tua yang protektif.

4) Kelembutan dan kasih saying adalah kunci untuk mendapatkan

hati anak sehingga mereka tidak segan untuk bercerita.

Meluangkan waktu bersama untuk bermain, berjalan-jalan, dan

menikmati waktu hanya berdua saja.

c. Kebutuhan asah

1) Asah atau stimulasi adalah adanya perangsangan dari

lingkungan luar anak, yang berupa latihan atau bermain.

2) Stimulasi merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk

pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang banyak

mendapatkan stimulasi yang terarah akan cepat berkembang

dibandingkan dengan anak yang kurang mendapatkan stimulasi.

Pemberian stimulasi ini sudah dapat dilakukan sejak masa

kehamilan, dan juga setelah lahir dengan cara menyususi anak

sedini mungkin.
120

3) Asah merupakan proses pembelajaran bagi anak, agar anak

tumbuh dan berkembang menjadi anak yang cerdas ceria dan

berakhlak mulia, maka periode yang menentukan sebagai masa

keemasan (golden periode), jendela kesempatan (window of

opportunity) dan masa krisis (critical period) yang mungkin

tidak terulang. Anak terutama bayi merupakan kelompok yang

rentan terhadap masalah kesehatan dan tndak kekerasan yang

meliputi perlakuan salah (abuse), eksploitasi, penculikan dan

perdagangan bayi. Upaya pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan selama ini lebih menekankan pada upaya

pelayanan kesehatan semata, belum terorientasi pada upaya

perlindungan yang menyeluruh.

4) Asah merupakan kebutuhan untuk perkembangan mental

psikososial anak yang dapat dilakukan dengan pendidikan dan

pelatihan. Anak perlu distimulasi sejak dini untuk

mengembangkan sedini mungkin kemaampuan sensorik

motoric, emosi-sosial, bicara, kognitif, kemandirian, kreativitas,

kepemimpinan, moral dan spiritual anak. (Astuti dkk, 2017)

6. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir

Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, sebelum

pemeriksaan fisik bagian demi bagian sebaiknya lakukan pemeriksaan

antropometri untuk tiap bagian sesuai daerah yang dilakukan

pemeriksaan, untuk mencegah bayi tidak dibuka tutup berkali kali karena

akan mengakibatkan suhu bayi tidak stabil, Pemeriksaan antara lain


121

a. Bagian kepala

Ukur lingkar kepala, dilakukan dari dahi kemudian

melingkari kepala kembali lagi kedahi. Ukuran circum ferensia:

1) Circumferensia fronto occipitalis 34 cm.

2) Cirkumferensia occipitalis 35 cm

3) Cirkumferensia sub occipitobregmatika 32 cm.

Setelah melakukan pengukuran, maka rabalah kepala

sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah ukuran dan tampilan

normal. Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preterm,

moulding yang buruk atau hidrosepalus. Pada kelahiran spontan

letak kepala, sering terlihat tulang kepala tumpang tindih yang

disebut moulding/moulase. Keadaan ini normal kembali setelah

beberapa hari sehingga ubun ubun mudah diraba. Perhatikan ukuran

dan ketegangannya.

Lakukan pemeriksaan terhadap adanya trauma kelahiran

misalnya: caput suksedaneum, cephal hematoma, pendarahan

subaponeurotik/fraktur tulang tengkorak; perhatikan adanya kelainan

congenital seperti; anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan

sebagainya, kemudian periksa wajah, wajah harus tampak simetris

terkadang wajah bayi tampak asimetris hal ini dikarenakan posisi

bayi di intrauteri.Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti

sindrom down atau sindrom piere robin, perhatikan juga kelainan

wajah akibat trauma lahir seperti laserasi, paresi N. fasialis.


122

Pada saat memeriksa mata, goyangkan kepala bayi secara

perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka, lakukan pemeriksaan

terhadap: periksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang

belum sempurna; periksa jumlah eposisi atau letak mata; periksa

adanya glukoma congenital, mulanya akan tampak adanya

pembesaran kemudian kekeruhan pada kornea.Katarak

kongenitalakan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil

harus bulat, terkadang di temukan bentuk seperti lubang kunci

(kolobama) yang mengindikasikan ada defek retina; periksa adanya

trauma pada palpebrae, perdarahan konjungtiva atau retina; Periksa

adanya secret pada mata, konjunktivitis oleh kuman gonokokus

menjadi panoftalmia dan menyebabkan kebutaan; apakah di temukan

ephicantus melebar kemungkinan bayi mengalami down sindrom.

Hidung: periksa adanya pernafasan cuping hidung, jika

cuping hidung mengembang menunjukan adanya gangguan

pernafasan.

Mulut: Perhatikan mulut bayi, bibir harus berbentuk dan

simetris. Ketidaksimetrisan bibir menunjukan adanya falsi pada

wajah. Mulut yang kecil menunjukan mikrognatia; periksa adanya

bibir sumbing, adanya gigi atau ranula (kista lunak yang berasal dari

dasar mulut); Periksa keutuhan langit-langit, terutama persambungan

antara palatum lunak dan keras; Perhatikan adanya bercak putih pada

gusi dan palatum yang biasanya akibat epistein’s pearl. Periksa lidah

apakah membesar atau sering bergerak. Bayi dengan edema otak


123

atau tekanan intracranial tinggi seringkali lidahnya keluar masuk

(tanda foote).

Telinga diperika kiri dan kanan, periksa dan pastikan jumlah,

posisi dan bentuknya. Daun telinga yang letaknya rendah (low seat

ears) terdapat pada bayi yang mengalami sindrom tertentu (pierre

robin); Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini dapat

berhubungan dengan abnormalitas ginjal.

b. Leher dan Dada

Pemeriksaan leher, biasanya leher bayi pendek dan harus

diperiksa kesimetrisannya. Pergerakannya harus baik, jika terdapat

keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher,

periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan

pada pleksus brakhialis; lakukan perabaan untuk mengidentifikasi

adanya pembengkakan periksa adanya pembesaran kelenjar tyroid

dan vena jugularis; adanya lipatan yang berlebihan dibagian

belakang leher menunjukan adanya trisomi 21.

Klavikula, raba seluruh klavikula untuk memastikan

keutuhannya terutama pada bayi yang lahir dengan presentasi

bokong atau distosia bahu. Priksa kemungkinan adanya praktur.

Tangan, kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan

cara meluruskan kedua belah tangan kebawah; Kedua lengan harus

bebas bergerak, jika gerakan kurang kemungkinan adanya kerusakan

neorologis atau fraktur, periksa jumlah jari. Perhatikan adanya

polidaktili atau sindaktili; telapak tangan harus dapat terbuka, garis


124

tangan yang hanya satu buah berkaitan dengan abnormalitas

kromosom, seperti trisomi 21; periksa adanya paronisia pada kuku

yang dapat terinfeksi atau tercabut sehingga menimbulkan luka dan

pendarahan.

Dada, ukur lingkar dada dari daerah dada kepunggung

kembali kedada (pengukuran dilakukan melalui kedua putting susu),

lingkaran bahu kurang lebih 34 cm, periksa kesimetrisan gerakan

dada saat bernafas, apabila tidak simetris kemungkinan bayi

mengalami preumotoraks, paralisis diafragma atau hernia

diafragmatika, pernafasan yang normal dinding dada dan abdomen

bergerak secara bersamaan. Tarikan sternum atau interkostal pada

saat bernafasperlu diperhatikan; pada bayi cukup bulan, puting susu

sudah terbentuk dengan baikdan tampak simetris, payudara dapat

tampak membesar tetapi ini merupakan keadaan yang normal.

c. Abdomen

Abdomen harus tampak bulat dan bergeraksecara bersamaan

dengan gerakan dada saat bernafas, kaji adanya pembengkakan; jika

perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika;

abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepato-spleno-

megali atau tumor lainnya, jika perut kembung kemungkinan adanya

enterokolitis vesikalis, omfalokel / ductus omfaloentriskus persisten.

d. Genetalia

1) Pada bayi laki laki: periksa lubang uretra dengan menilai BAK,

Preputisium tidak boleh ditarik karena akan menyebabkan


125

fimosis, periksa adanya hipospadia dan efispadia, skrortum

harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua

2) Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia

minora, lubang uretra dengan menilai BAK

e. Anus, rektum dan punggung

Anus dan rektum, periksa adanya kelainan atresia ani, kaji

posisinya; Mekonium secara umum keluar pada 24 jam pertama, jika

sampai 48 jam belum keluar kemungkinan adanya mekonium plug

syndrom, megakolon atau obstruksi saluran pencernaan.

f. Tungkai

Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki, periksa kedeua

panjang kaki dengan meluruskan keduanya dan bandingkan; kedua

tungkai harus dapat bergerak bebas.Kurangnya gerakan berkaitan

dengan adanya trauma, misalnya fraktur, kerusakan neorologis,

periksa adanya polidaktili atau sindaktili jari kaki.

g. Spinal

Periksa spinal dengan cara menelungkupkan bayi, cari

adanya tanda tanda abnormalitas seperti spina bifida,

pembengkakan, lesung atau bercak kecil berambut yang dapat

menunjukan adanya abnormalitas medulla spinalis atau kolumna

vertebrata. Setelah melakukan pemeriksaan punggung,lakukan

pengukuran panjang badan, dengan cara; letakan bayi ditempat yang

datar, dibawah cahaya lampu sorot agar bayi tidak kedinginan, ukur

panjang badan dari kepala sampai tumit dengan kaki/badan bayi


126

diluruskan, alat ukur harus terbuat dari bahan yang lentur.

h. Kulit

Perhatikan kondisi kulit bayi, antara lain: periksa adanya

ruam dan bercak atau tanda lahir; periksa adanya pembengkakan;

perhatikan adanya vernik kaseosa; perhatikan adanya lanugo, jumlah

yang banyak terdapat pada bayi yang kurang bulan. Setelah

pemeriksaan selesai, jelaskan pada ibu/keluarga tentang hasil

pemeriksaan, rapihkan bayi, bereskan alat, lakukan

pendokumentasian tindakan dan hasil pemeriksaan. (Armini, 2017)

7. Kunjungan Neonatus

Neonatus merupakan periode dari bayi baru lahir sampai 28 hari.

Menurut Kementerian Kesehatan R.I (2020) asuhan yang diberikan pada

bayi baru lahir hingga periode neonatus antara lain:

a. Kunjungan neonatal pertama dilakukan pada 0 – 6 jam setelah lahir

Asuhan yang diberikan adalah menjaga kehangatan tubuh

bayi, melakukan IMD, memberikan ASI eksklusif, pencegahan

infeksi, perawatan mata, dan perawatan tali pusat.

b. Kunjungan neonatal kedua (KN1) dilakukan dari 6 hingga 48 jam

setelah kelahiran bayi

Asuhan yang diberikan adalah menjaga kehangatan tubuh

bayi, memberikan ASI eksklusif, pemberian Hepatitis B (HB-0),

memandikan bayi.

c. Kunjungan neonatal kedua (KN2) dilakukan dari 3-7 hari setelah

bayi lahir.
127

Asuhan yang diberikan adalah menjaga kehangatan tubuh

bayi, memberikan ASI eksklusif, memandikan bayi, perawatan tali

pusat, dan imunisasi.

d. Kunjungan neonatal lengkap (KN3) dilakukan pada saat usia bayi 8-

28 hari setelah lahir.

Asuhan yang diberikan kepada bayi adalah memeriksa tanda

bahaya dan gejala sakit, menjaga kehangatan tubuh bayi,

memberikan ASI eksklusif, dan imunisasi.

8. Tanda Bahaya Neonatus Dengan Resiko Tinggi

Menurut Kemenkes (2020) ada beberapa tanda bahaya pada bayi

baru lahir yang harus diwaspadai, dan harus segera di bawa ke fasilitas

kesehatan (puskesmas, dokter praktik dan rumah sakit) apabila

ditemukan salah satu atau lebih tanda bahaya dibawah ini diantaranya:

a. Talu pusat kemerahan sampai dinding perut, berbau atau bernanah

Tali pusat yang berwarna kemerahan menunjukkan adanya

tanda infeksi, sehingga untuk mencegahnya perlu dilakukann

perawatan tali pusat dengan membersihkan dengan air hangat dan

biarkan kering. Betadin dan alcohol boleh dioleskan tapi tidak untuk

dikompreskan, kemudian saat sudah kering baru ditutup dengan

kassa steril steril.

b. Tinja bayi saat buang air besar berwarna pucat

Bayi baru lahir untuk pertama kali BAB akan berwarna hitam

yang disebut meconium beberapa hari kemudian tinja akan berubah

warna menjadi kekuningan.


128

c. Deman / panas tinggi

Bayi dapat kehilangan panas dengan cara evporasi, konduksi,

konveksi dan radiasi, Suhu normal bayi berkisar antara 36,50C –

37,50C, jika suhu bayi meningkat maka perhatikan kondisi sekitar

bayi, apakah kondisi di sekitar membuat bayi suhunya meningkat.

d. Diare

Bayi dapat mengalami diare apabila bayi terutama bila bayi

tidak mendapatkan ASI karena susu yang diberikan kemungkinan

tidak steril atau alergi, maka sangat dianjurkan bayi baru lahir

sampai 6 bulan pertama untuk diberikan ASI saja (ASI eksklusif).

e. Muntah-muntah

Setelah bayi diberi susu/minum sebaiknya ditepuk tepuk

punggungnya sampai bayi bersendawa hal ini dilakukan untuk

menghindari aspirasi air susu, tetapi apabila setiap bayi diberikan

minum selalu muntah maka harus di waspadai.

f. Kulit dan mata bayi kuning

Kuning pada bayi biasanya terjadi karena bayi kurang ASI,

namun jika kuning pada bayi terjadi pada waktu ≤ 24 jam setelah

lahir atau ≥ 14 hari setelah lahir, bayi dalam kondisi kuning harus

diwaspadai apalagi bila kuning menjalar hingga telapak tangan dan

kaki bahkan tinja bayi berwarna kuning maka harus segera dirujuk

ke dokter atau rumah sakit.


129

g. Lemah

Jika bayi terlihat tidak seaktif biasanya, maka harus waspadai

dan jangan dibiarkan kondisi ini berlanjut.

h. Dingin

Suhu normal bayi berkisar antara 36,50C – 37,50C. Jika suhu

bayi kurang maka di perhatikan kondisi sekitar bayi yang dapat

membuat bayi kehilangan suhu tubuh.

i. Menangis atau merintih terus menerus

Ketika bayi menangis atau merintih terus menerus, sementara

bayi sudah diberi ASI dan popoknya kering maka harus diwaspadai.

j. Sesak nafas

Frekuensi nafas bayi berkisar 30-60 kali per menit. Jika bayi

bernafas kurang dari 30 kali per menit atau lebih dari 60 kali per

menit maka harus waspadai, apakah ada tarikan dindidng dada/tidak.

k. Kejang

Kejang pada bayi perlu diperhatikan adalah bagaimana

kondisi pemicu kejang. Apakah bayi dalam kondisi demam tetapi

bila tidak dalam kondisi demam, maka curigai ada masalah lain.

l. Tidak mau menyusu

ASI adalah makanan pokok bagi bayi, jika bayi tidak mau

menyusu maka asupan nutrisinya akan berkurang, hal ini akan

mempengaruhi kondisi bayi.


130

9. Asuhan Yang Diberikan Pada Bayi Segera Setelah Lahir

1) Pencegahan Infeksi

Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi

mikroorganisme yang terpapar atau terkontaminasi selama proses

persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir, untuk

mengurangi resiko infeksi maka sebelum menangani BBL, pastikan

penolong dan pemberi asuhan BBL telah melakukan upaya

pencegahan infeksi berikut: cuci tangan dengan seksama sebelum

dan sesudah bersentuhan dengan bayi, pakai sarung tangan bersih

pada saat menangani bayi yang belum di mandikan, pastikan semua

peralatan dan bahan yang di gunakan, terutama klem gunting,

penghisap lendir, alat resusitasi dan benang tali pusat yang telah di

Disinfeksi Tingkat Tinggi atau sterilisasi. Gunakan bola karet yang

baru dan bersih jika akan melakukan penghisapan lender.

Pencegahan infeksi merupakan bagian terpenting dari setiap

komponen perawatan bayi baru lahir yang sangat rentan terhadap

infeksi karena system imunitasnya masih kurang sempurna. Perlu

diperhatikan pada saat melakukan asuhan pada BBL pencegahan

infeksi sangat penting.

2) Inisiasi Menyusui Dini

Langkah inisiasi menyusu dini: Bayi harus mendapatkan

kontak kulit dengan kulit ibunya segera setelah lahir selama paling

sedikit satu jam. Bayi harus menggunakan naluri alamiahnya untuk

melakukan inisiasi menyusu dini dan ibu dapat mengenali bayinya


131

siap untuk menyusu serta memberi bantuan jika diperlukan.

3) Perawatan tali pusat

1) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan

sesuda merawat tali pusat

2) Menjaga agar tali pusat tetap kering dan terkena udara atau

dibungkus longgar dengan kain bersih.

3) Bersihkan tali pusat dengan sabun dan air jika tercemar oleh

urine dan kotoran.

Hindari : Sering menyentuh tali pusat dan tangan tidak bersih,

menutupi tali pusat dengan apapun, membersihkan dengan

alcohol. Jangan membungkus tali pusat atau mengoleskan

cairan/bahan apapun ke tali pusat.

4) Perawatan mata

1) Membersihkan mata segera setelah lahir

2) Mengoleskan salif atau tetes mata tetracycline atau eritromysin

dalam jam pertama setelah kelahiran

Penyebab yang umum dari kegagalan profilaksis:

Memberikan profilaksis setelah jam pertama dan pembilasan mata

setelah pemakaian obat tetes mata.

5) Pemberian Vitamin K

Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1 injeksi 1

mg intra muskuler setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi

selesai menyusu untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi

vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL.


132

6) Pemberian Imunisasi Bayi Baru Lahir

Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi

Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi.

Imunisasi Hepatitis B pertama diberikan 1 jam -24 jam setelah bayi

lahir mendapatkan vitamin K.

7) Manajemen Laktasi

Manajemen laktasi adalah memberdayakan ibu untuk

memberikan ASI pada bayi yang dimulai sejak 1 jam pertama

kelahiran dengan melakukan IMD, dilanjutkan denga ASI ekslusif,

perawatan payudara, cara menyusui. Mengatasi masalah laktasi

dengan membesarkan hati ibu dan bantu ibu mencari posisi yang

nyaman dan benar. Memantau keadaan bayi dan ibu, jangan berikan

cairan atau makanan kepada bayi baru lahir kecuali ada instruksi dari

dokter. Jangan berikan dot kepada bayi karena akan membuat bayi

bingung antara puting dan dot. (Armini dkk, 2017)

10. Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi umur 29 hari hingga 42 hari

a. Berat Badan dan Tinggi Badan:

Tujuan pengukuran BB atau TB adalah untuk menentukan

status gizi anak normal, kurus, kurus sekali atau gemuk. Jadwal

pengukuran BB atau TB disesuaikan dengan jadwal deteksi tumbuh

kembang balita. Ukuran panjang lahir normal 48-52cm. Kebanyakan

bayi baru lahir akan kehilangan 5-10% berat badanya selama

beberapa hari kedepannya karena urine, tinja dan cairan diekskresi

melalui paru-paru dan arena asupan bayi sedikit. Bayi memperoleh


133

berat badanya semula pada hari ke 10-14 (Bobak, 2005). Kenaikan

berat badan laki-laki maupun perempuan dilihat dari kenaikan berat

badan minimal (KBM) dan umur anak. Anak umur 1 bulan kenaikan

berat badan minimal (800 gram), 2 bulan (900 gram), 3 bulan (800

gram), 4 bulan (600 gram), 5 bulan (500 gram), 6-7 tahun (400

gram), 8-11 tahun (300 gram), anak umur 1-5 tahun kenaikan berat

badan minimal 200 gram.

b. Lingkar kepala:

Tujuan dari pengukuran lingkar kepala anak adalah untuk

mengetahui batas lingkar kepala anak dalam batas normal atau di

bawah batas normal. Ukuran lingkar kepala normal bayi yaitu 33-37

cm, jadwal pemeriksaan disesuaikan dengan umur anak. Umur anak

0-11 bulan pengukuran dilakukan setiap 3 bulan pada anak yang

lebih besar, umur 12-72 bulan penambahan ukuran lingkar kepala.

c. Perkembangan

Perkembangan bayi 1 bulan meliputi perkembangan motorik

kasar yaitu tangan dan kaki bergerak aktif, perkembangan motorik

halus yaitu kepala bayi dapat menoleh ke samping. Dalam

perkembangan komunikasi atau bahasa yaitu bayi mulai bereaksi

terhadap bunyi lonceng, perkembangan sosial dan kemandirian yaitu

bayi dapat menatap wajah ibu atau pengasuh (Kemenkes RI, 2020).

11. Pola Asuh Pada Bayi 29 – 42 Hari

Asuhan yang dapat diberikan pada anak yaitu pemberian

imunisasi, pemberian ASI Eksklusif sampai dengan 6 bulan, melakukan


134

perawatan tali pusat dan menjaga kehangatan bayi, melakukan stimulasi

untuk melatih indra pada bayi dan dapat dilakukan penimbangan berat

badan bayi untuk mengetahui status gizi pada anak (Kemenkes RI, 2020).

a. Asuh adalah kebutuhan yang meliputi :

1). Pangan atau kebutuhan gizi seperti inisiasi menyusu dini (IMD),

ASI eksklusif

2). Pemantauan panjang badan dan berat badan secara teratur.

3). Perawatan kesehatan dasar; imunisasi sesuai jadwal, pemberian

vitamin A biru untuk bayi umur 6-11 bulan, vitamin A merah

untuk anak umur 12-59 bulan.

4). Hygiene dan sanitasi, sandang dan papan, kesegaran dan

jasmani, rekreasi dan pemanfaatan waktu luang.

b. Asih adalah ikatan yang erat, serasi dan selaras antara ibu dan

anaknya yang diperlukan pada tahun-tahun pertama kehidupan anak

untuk menjamin mantapnya tumbuh kembang fisik, mental dan

psikososial anak, seperti kontak kulit antara ibu dan bayi serta

menimbang dan membelai bayi.

c. Asah merupakan proses pembelajaran pada anak agar anak tumbuh

dan berkembang menjadi anak yang cerdas, ceria dan berkarakter

mulia, maka periode balita menjadi periode yang menentukan

sebagai masa keemasan (golden period) dan masa kritis (critical

period) yang tidak mungkin terulang, oleh karena itu pengembangan

anak usia dini melalui perawatan, pengasuhan dan pendidikan anak

usia dini harus memperhatikan hal-hal seperti:


135

1). Stimulasi, deteksi dan intervensi tumbuh kembang anak.

2). Pengembangan moral, etika dan agama.

3). Perawatan, pengasuhan, pendidikan usia dini, pendidikan dan

pelatihan.

E. Evidence Based Dalam Asuhan Kebidanan

Praktek kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil

penelitian dan pengalaman praktek terbaik dari para praktisi dari seluruh

penjuru dunia. Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnyakini tidak dianjurkan

lagi. Evidence Base adalah suatu istilah yang luas yang digunakan dalam

proses pemberian informasi berdasarkan bukti dari penelitian. (Gray, 1997)

1. Evidence Based Dalam Kehamilan

Pengunaan kebijakan dari bukti terbaik yang tersediasehingga

tenaga kesehatan (bidan) dan pasien mencapai keputusan yang terbaik,

mengambil data yang diperlukan dan pada akhirnya dapat menilai pasien

secara menyeluruh dalam memberikan pelayanan kehamilan (Gray,

1997)

Bidan: pasti akan selalu ingin memberikan asuhan yang terbaik

dan efektif kepada kliennya dan asuhan terbaik didapatkan dari bukti-

bukti klinis yang terbaik, yang tersedia dan yang paling mutakhir.

Idealnya: bidan harusnya tahu asuhan seperti apa yang efektif

yang harus diberikan dan dipraktekkan kepada kliennya, namun

kenyataannya masih banyak yang seharusnya sudah diketahui ternyata

tidak diketahui oleh bidan dan bidan sering tidak mempraktekkan apa

yang telah mereka ketahui sebagai bantuk asuhan yang paling efektif.
136

a. Bukti Klinis Pada Pelayanan Kehamilan

1) Fokus Lama ANC

a) Mengumpulkan data dalam upaya mengidentifikasi ibu

yang berisiko tinggi dan merujuknya untuk mendapatkan

asuhan khusus.

b) Temuan-temuan fusik (TB, BB, ukuran pelvic, edema kaki,

posisi dan presentasi janin dibawah usia 36 minggu dsd)

yang memperkirakan katagori risiko tinggi

c) Pengajaran/pendidikan kesehatan yang ditujukan untuk

mencegah risiko/komplikasi

2) Pendekatan Risiko

Mempunyai prediksi yang buruk karena kits tidak bisa

membedakan ibu yang akan mengalami komplikasi dana tidak

Banyak ibu yang digolongkan dalam kelompok risiko

tinggi tidak pernah mengalami komplikasi, sementara mereka

telah memakai sumber daya yang cukup mahal dan jarang

didapat. Penelitian menunjukkan bahwapemberian asuhan

khusus pada ibu yang dalam katagori risiko tinggi terbukti tidak

dapat mengurangi komplikasi yang terjadi (Enkin, 2000)

b. Sementara bagi ibu hamil kelompok risiko rendah:

1) Tidak diberikan pengetahuan tentang risiko tinggi

2) Tidak dipersiapkan mengatasi kegawatdarutan obstetri

3) Memberikan keamanan palsu sebab banyak ibu yang tergolonfg


137

dalam kelompok risiko rendah mengalami komplikasi tetapi

tidak pernah diberitahu bagaimana cara mengetahui dan apa

yang dapat dilakukan

Pelajaran yang dapat diambil dari pendekatan risiko adalah:

bahwa setiap ibu hamil berisiko memgalami komplikasi yang sangat

tidak bisa diprediksi setiap ibu hamil harus mempunyai akses asuhan

kehamilan dan persalinan yang berkualitas. Karenanya fokus ANC

perlu diperbaharui (refucused) agar asuhan kehamilan lebih efektif

dan dapat dijangkau oleh setiap ibu hamil.

c. Isi refucused ANC:

Penolong yang trampil/terlatih harus selalu sedia untuk:

1) Membantu setiap ibu hamil dan keluarganya membuat

perencanaan persalinan: petugas kesehatan yang trampil, tempat

bersalin, keuangan, nutrisi yang baik selama hamil,

perelengkapan esensial untuk ibu dan bayinya

2) Membantu setiap ibu hamil dan keluarga mempersiapkan diri

mengahadapi komplikasi (deteksi dini, menentukan orang yang

akan membuat keputusan, dana, kegawatdaruratan, komunikasi,

transportasi, donor darah) pada setiap kunjungan.

3) Melakukan skrening atau penapisan kondisi-kondisi yang

memerlukan persalian ruamah sakit (riwayat SC, IUFD, dsb).

Ibu yang sudah tahu kalau dia mempunyai kondisi yang

memerlukan kelahiran rumah sakit akan berada di rumah sakit

saat persalinan, sehingg kematian karena penundaan keputusan,


138

keputusan yang kurang tepat, atau hambatan dalam jangkauan

akan dapat dicegah

4) Mendeteksi dan menangani komplikasi (pre-eklampsia,

perdarahan pervaginam, anemia berat, penyakit menular

seksual, TBC, malaria dsb)

5) Mendekteksi kehamilan ganda setelah usia kehamilan 28

minggu dan letak/presentasi abnormal setelah 36 minggu. Ibu

yang memerlukan kelahiran operatif akan sudah mempunyai

jangkauan pada penolong yang terampil dan fasilitas kesehatan

yang dibutuhkan.

6) Memberikan imunisasi TT untuk mencegah kematian BBL

karena netanus neunatorum

7) Memberikan suplementasi zat besi dan asam folat. Umumnya

anemia ringan yang terjadi pada ibu hamil adalah anemia

definisensi zat besi dan asam folad

8) Untuk populasi tertentu:

a) Profilaksis cacing tambang (penanganan presumtif) untuk

menurunkan insiden anemia berat.

b) Pencegahan / terapi preventif malaria untuk menurunkan

risiko terkena malaria didaerah endemi

c) Suplementasi yudium

d) Suplemtasi vitamin A

d. Tren dan Issue Terkini Dalam ANC

1) Keterlibatan klien dalam perawatan diri sendiri


139

2) ANC pada usia kehamilan lebih dini

3) Praktek yang berdasarkan bukti (evidence base practice)

kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil

penelitian dan pengalaman praktek terbaik dari para praktisi dari

seluruh penjuru dunia. Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya

kini tidak dianjurkan lagi

e. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG):

Berdasarkan penelitian Celen, dkk (2012), pemeriksaan

dengan USG sebelum usia gestasi 11 minggu dapat menggambarkan

outcome dengan baik. Pemeriksaan USG pada trimester pertama dan

kedua dalam penentuan usia gestasi, didapatkan hasil bahwa

pemeriksaan USG pada trimester I lebih akurat dibandingkan dengan

trimester II dalam penentuan usia gestasi.

1) Pemeriksaan Tinggi Fundus uteri (TFU):

Penelitian yang dilakukan oleh Charles (2013),

dijelaskan bahwa keseragaman teknik pengukuran (uniformity

technique) juga menentukan validitas dan reabilitas hasil ukur

tingg fundus uteri. Beberapa rekomendasi teknik tersebut adalah

memposisikan ibu terlentang (supinasi), memastikan kandung

kemih dalam keadaan kosong dan pita ukur.

2) Perhitungan Indkes Masa Tubuh (IMT):

Perhitungan IMT ibu hamil dapat menjadi indikator

pertumbuhan janin. Studi Mitra (2012) menjelaskan bahwa IMT

maternal menggambarkan kondisi nutrisi maternal, dan secara


140

konsisten berkaitan dengan pertumbuhan berat dan panjang

janin. Namun, berdasarkan studi Lakhanpal (2012), IMT

meternal secara statistic tidak menimbulkan perbedaan yang

signifikan terhadap terjadinya Intrauterine Growth Restriction

(IUGR) pada janin yang dikandungnya.

3) Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan:

Asuhan kebidanan pada ibu hamil bertujuan untuk

melakukan pengawasan sebelum persalinan, terutama ditujukan

untuk pertumbuhan dan perkembangan janin pada rahim. Selain

itu antenatal care bertujuan untuk mendeteksi risiko komplikasi

yang bisa mengancam jiwa wanita hamil dan beberapa

pelayanan kesehatan masa kehamilan diantaranya:

a) Pelayanan kesehatan masa kehamilan bertujuan untuk

memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanban

kesehatan yang berkualitas sehingga mampu enjalani

kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat dan

melahirkan bayi yang sehat dan berkualitas

b) Pelayanan kesehatan masa kehamilan dilakukan sejak masa

konsepsi hingga sebelum proses melahirkan

c) Pelayanan kesehatan masa kehamilan dilakukan paling

sedikit 6 kali selama masa kehamilan yang meliputi:

(1) 1 kali kunjungan selama trimester I (12 minggu).

(2) 2 kali kunjungan selama trimester II (13 – 28 minggu).

(3) 3 kali kunjungan selama trimester III (28 - 40)


141

d) Pelayanan kesehatan masa kehamilan dilakukan oleh tenaga

kesehatan yang memiliki kompetensi dan kewenangan dan

paling sedikit 2 kali oleh dokter spesilalis kebidanan pada

trimester I dan III

e) Pelayanan kesehatan masa kehamilan termasuk dalam

pelayanan ultrasonografi (USG)

f) Pelayanan kesehatan masa kehamilan wajib

dilakukanmelalui pelayanan antenatal sesuai standar dan

secara terpadu

g) Pelayanan kesehatan masa kehamilan harus meliputi 10 T

h) Pelayanan kesehatan masa kehamilan merupakan pelayanan

komprehensif dan berkualitas yang dilakukan secara

terintegrasi dengan program pelayanan kesehatan lainnya

termasuk pelayanan kesehatan jiwa.

i) Pelayanan kesehatan masa kehamilan dilakukan dengan

prinsip: deteksi dini masalah penyakit dan penyulit atau

komplikasi kehamilan, stimulasi janin pada saat kehamilan,

persiapan persalinan yang bersih dan aman, perencanaan

dan persiapan dini untuk melakukan jika terjadi komplikasi,

melibatkan ibu hamil, suami dan keluarga dalam menjaga

kesehatan dan gizi ibu hamil dan menyiapkan persalinan

dan kesiagaan jika terjadi penyulit atau komplikasi.

j) Pelayanan kesehatan masa kehamilan harus dicacat dalam

kartu ibu/rekam medis, formulir pencatatan kohort ibu dan


142

buku kesehatan ibu dan anak sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang undangan.(Kemenkes, 2021)

Tabel 2.6
Rentang Total Kenaikan BB Yang Direkomendasikan
Untuk Ibu Hamil Berdasarkan IMT Sebelum Kehamilan
Katagori IMT Rentang Total Kenaikan
Yang Dianjurkan (Kg)
Rendah (IMT < 19,8) 12,5 – 18

Normal (IMT 19,8 – 26) 11,5 – 16

Tinggi (IMT > 26 – 29) 7,0 – 11,5

Sumber: Prawirohardjo (2014)

2. Evidence Based Dalam Persalinan

a. Posisi ibu dalam kala II dalam praktek seharai-harai: pada saat kala

II ibu harus dalam posisi litotomi/terlentang

b. Posisi ibu dalam kala II menurut evidence base practice :

1) Posisi selain terlentang (duduk, posisi lateral dan jongkok)

terbukti mempercepat kala II dan mengurangi kebutuhan harus

dilakukan episiotomi

2) Posisi–posisi tersebut menyebabkan perdarahan yang lebih

banyak.

c. Episiotomi dalam sehari-hari:

1) Episiotomi harus selalu dilakukan pada primigravida

2) Episiotomi akan memberikan bentuk luka pada perineum yang

lebih mudah diperbaiki daripada luka tanpa episiotomi

d. Episiotomi menurut evicence base practice (tindakan episiotomi

hanya bila dianggap perlu:


143

1) Akan mengulangi kebutuhan untuk menjahit perineum akibat

trauma

2) Mengurangi trauma pada perineum bagian posterior

3) Mengurangi komplikasi akibat luka

e. Enema (lavement) dalam praktek sehari-hari:

Enema sebaiknya rutin dilakukan dalam setiap persalinan karena

bermanfaat mengurangi infeksi pada ibu dan bayi

f. Enema (lavement) dalam evidence base practice

1) Tidak ada cukup bukti bahwa enema harus rutin dilakukan pada

setiap persalinan

2) Memberikan rasa tidak nyaman (memalukan)

g. Pencukuran rambut pubis sebelum persalinan dalam praktek sehari-

hari: Ada yang berpendapat bahwa rambut pubis sebaiknya dicukur

sebelum persalinan untuk mengurangi infeksi pada ibu

h. Pencukuran rambut pubis sebelum persalinan dalam evidence base

practice: pencukuran rambut pubis seharusnya tidak dilakukan

sebelum persalinan

i. Pengunaan antibiotika dalam asuhan persalinan dalam praktek

sehari-hari: antibiotika sebaiknya diberikan pada ibu hamil aterm

atau mendekati aterm yang mengalami ketuban peceh dini sebelum

terjadi persalinan

j. Pengunaan antibiotika dalam asuhan persalinan dalam evidence base

practice: belum ada cukup bukti yang mendukung pengunaan

antibiotika pada KPD karena masih perlu diadakan penelitian secara


144

RCT.

k. Penjahitan luka perineum dalam praktek sehari-hari:

1) Ada berbagai cara dalam menjahit perineum dalam praktek

sehari-hari

2) Catgut untuk penjahitan perineum adalah yang terbaik

l. Penjahitan luka perineum dalam evidence base practice:

1) Jahitan kulit perineum dengan tehnik subkutikuler kontinue

menyebabkan rasa nyeri lebih ringan dibandingkan dengan

tehnik interrupted

2) Pengunaan benang vicryl atau dexon menyebabkan timbulnya

rasa nyeri lebih sedikit dibandingkan catgut

3. Evidence Based Dalam Paska persalinan

a. Prinsip-prinsip dalam asuhan nifas yang mendasari untuk EBM

terbaik dan untuk mengoptimalkan kesehatan ibu dan bayinya

1) Woman centered: memungkinkan ibu untuk berpartisipasi

dalam pengambilan keputusan mengenai perawatan mereka

sendiri dan bayinya

2) Perawatan nifas dilakukan dengan tim

3) Pelayanan kesehatan akan memfasilitasi akses yang tepat dan

adil sehingga ibu dapat mengakses layanan yang terdekat

4) Perawatan nifas akan sesuai dengan budaya yang aman

5) Perawatan nifas bersifat holistik terhadap: masalah, kebutuhan

beragam, latar belakang budaya dan bahasa.

6) Kolaborasi dan terkondinasi dalam pelayanan kesehatan dan


145

untuk menoptimalkan asuhan dan outcomes

7) Memastikan perempuan memiliki akses yang tepat dan

konsisten untuk pelayanan diseluruh tatanan layanan kesehatan

sesuai denga kebutuhan

8) Pelayanan kesehatan akan meningkatkan hasil yang aman dan

berkulitas tinggi bagi perempuan dan keluarga.

9) Pencatatan dan pelaporan data yang akurat tentang akses

perempuan terhadap perawatan post natal

b. Issue Asuhan Masa Nifas Berdasarkan

1) Persiapan pasien pulang atau discharge planning : mengapa dan

apa yang perlu discharge planning ?

2) Lama dirawat / how long should stay: berapa lama dirawat

setelah postpartum dan jelaskan keuntungan dan kerugian

masing-masing

3) Home viste dalam asuhan postnatal /support: apa nyang

dilakukan dalam home viste

4) Breastfeeding : bagaimana pelaksanaan breastfeeding (ASI

eksklusif) dan identifikasi masalah dalam breastfeeding (ASI

eksklusif)

5) Unhappines: faktor pencetus dan solusinya

c. Discharge Planning:

1) Diawali sejak hamil/selama ANC

2) Perlu dikaji:

a) Parenting skills
146

b) Confidence at handlingthe baby

c) Breastfeeding issue

d) Levelof support at home

e) Health profesional

d. Point Umum:

Harus dipastikan bahwa ibu tahu:

1) SIDS (suddent infant death syndrom)

2) Kebutuhan istirahat dan tidur ibu

3) Support dalam komunitas

4) Jadwal kunjungan ulang

5) Advise perawatan setelah pileng

6) Advise pengobatan setelah pulang

7) Keamanan transportasi

e. Ketersediaaan Support Di Komunitas:

1) Home care (domicilliary midwefery)

2) Jaringan support laktasi

3) Sistem rujukan

4) Continuity of Care and Carer

f. Potensi Kerugian Short Stay

1) Keterlambatan deteksi dini

2) Potensial gangguan menyusui

3) Kurang kemampuan ibu karena kurang support

4) Ibu kurang puas terhadap pelayanan post natal

5) Meningkatkan prevalensi depresi post partum


147

6) Meningkatkan ibu dan bayi untuk readmissions

g. Potensial Keuntungan Short Stay

1) Keluarga dapat berkumpul kembali, kontribusi untuk bounding

2) Keterlibatan ayah lebih besar

3) Ibu bisa beristirahat dengan nyaman kerana tidak terganggu

aktivitas rutin

4) Mengurangi risiko infeksi nosokomial

5) Memacu kemampuan ibu dalam merawat bayi dalam setting

rumah

h. Kunjungan Rumah

1) Kunjungan direncanakan untuk bekerjasama dengan keluarga

dan dijadwalkan berdasarkan kebutuhan

2) Kunjungan bisa dilakukan sejak 24 jam setelah pulang

i. Breast Feeding Issue

1) Ibu menyusui tanpa bantuan

2) Privasi ibu

3) Tehnik dan posisi menyusi yang benar

4) Mengeluarkan ASI

5) Manajemen payudara penuh

6) Makanan tambahan bagi bayi

j. Unhappiness Setelah Melahirkan

1) Sering disebut dengan depresi post partum

2) Penyebab utama: kurangnya sosial dan psychological support

selama hari-hari dan minggu-minggu stelah melahirkan


148

3) Tidak ada bukti meyakinkan yang menjelaskan tradisional

support dari definisi post partum

k. Unhappiness Evidence Base Practice

1) Tidak ditemukan bukti biochemical dan hubungan dengan

depresi post partum

2) Penjelasan psycoanalitic tidak dapat dibuktikan secara empiris

3) Penelitian membuktikan bahwa terdapat hubungan antara

kondisi sosial dan depresi post partum

4) Social expectation (bagaimana seharusnya menjadi wanita dan

menjadi ibu)

l. Expectations of Motherhood

1) Mitos:

a) Menjadi ibu / keibuan adalah alami dan berdasarkan intuisi

b) Menjadi ibu / keibuan adalah memenuhi kewanitaan

c) Menjadi ibu / keibuan adalah peran sentral seorang wanita

d) Super Mom

2) Fakta/kenyataan:

a) Menjadi ibu tidak berdasarkan intuisi dan memerlukan

pembelajaran skill baru

b) Menjadi ibu tidak datang secara alami pada wanita

c) Wanita tidak selalu hidupnya sempurna ketika anaknya

lahir

d) Berhenti bekerja setelah persalinan menyebabkan

kehilangan metal challenges


149

e) Kurangnya support dan perasaan isolasi menyebabkan

distres pada ibu yang hanya dirumah dengan bayinya

f) Peran sebagai ibu dan wanita karier tidak mudah dan

memerlukan good planning

g) Tidak mudah ibu mempunyai patner setia setiap saat

m. Unhappiness Manajemen

1) Banyak faktor sosial yang menyebabkan depresi post partum

adalah perkara dari society’s expectation of new morther, maka

solusi utama dalah berfokus pada perubahan sosial

2) Membantu kesulitan-kesulitan dan ketidak bahagiaan yang

dialami ibu setelah melahirkan

3) Dalam hal tertentu, health professional harus siap

mendengarkan ibu, memahami lingkungan sosial dan

memberikan informasi yang membawa ibu lebih realitis tentang

pengalaman kehamilan, persalinan dan menjadi awal orang tua.

4) Contoh trials membuktikan bahwa menganjurkan ibu bercerita

tentang perasaaan yang non-judgmental akan meningkatkan

kesempatan untuk sembuh lebih cepat

4. Evidence Based Dalam BBL dan Neonatus

a. Pemberian ASI Dini : dilakukan IMD bayi benar-benar siaga

minimal 1jam pertama setelah kelahiran. Ini merupakan waktu yang

tepat untuk melakukan kontak kulit ke kulit untuk mempererat

bounding attachmaent serta keberhasilan pemberian ASI.

b. Baby Friendly (inisiasi sayang bayi): kebijakan yang dilakukan di


150

RS atau pelayanan kesehatan yang berfokus pada asuhan kebutuhan

bayi yaitu: pemberian ASI dini dan eksklusif, pemotongan tali pusat

ditunda 3 menit. Perawatan tali pusat, bounding attachment menjaga

kehangatan bayi.

c. Perawatan tali pusat: perawatan sehari-hari cukup dibungkus dengan

kassa steril kering tanpa diolesi alkohol jangan memakai bethadin

karena yodium yang terkandung didalam dapat masuk kedalam

peredaran darah bayi dan dapat menyebabkan gangguan

pertumbuhan kelenjar gondok

d. Stimulasi pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita: waktu

yang diel untuk stimulasi adalah bayi bangun tidur atau tidak

ngantuk, tenang, siap bermain dengan sehat. Rangsangan yang

dilakukan sejak bayi baru lahir dilakukan setiap hari untuk

merangsang semua sistem indra (pendengaran, penglihatan,

perabaan, pemciuman dan pengecapan) dan merangsang gerak kasar

dan halus kaki, tangan , jari-jari, mengajak berkomunikasi serta

merangsang perasaan menyenangkan dan pikiran bayi dan balita.

F. Konsep Dasar Asuhan Komprehensif

1. Asuhan Kebidanan Komprehensif

Asuhan kebidanan komprehensif adalah asuhan kebidanan yang

diberikan secara menyeluruh dari mulai hamil, bersalin, bayi baru lahir,

nifas, neonatal sampai pada keluarga berencana.

Asuhan kebidanan komprehensif mencangkup 4 kegiatan

pemeriksaan berkesinambungan diantaranya adalah asuhan kebidanan


151

kehamilan (Antenatal Care), asuhan kebidanan persalinan (Intranatal

Care), asuhan kebidanan masa nifas (Postnatal Care) dan asuhan bayi

baru lahir (Neonatal Care).

2. Tujuan Asuhan Kebidanan Komprehensif

Tujuan asuhan kebidanan komprehensif adalah melaksanakan

pendekatan manajemen kebidanan pada kasus kehamilan, persalinan,

nifas dan bayi baru lahir, sehingga dapat menurunkan atau

menghilangkan angka kesakitan ibu dan anak.

3. Standar Asuhan Kebidanan

Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses

pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai

dengan wewenang dan ruang lingkup prakteknya. Berdasarkan ilmu

kebidanan mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan,

pelaksanaan, evaluasi dan pencatatan asuhan kebidanan. Dalam standar

asuhan kebidanan yakni meliputi perencanaan salah satu kriteria

perencanaan yaitu melakukan rencanaan tindakan disusun berdasarkan

prioritas masalah dan kondisi klien, tindakan segera, tindakan antisipasi

dan asuhan secara komprehensif, sehingga asuhan kebidanan

komprehensif dilakukan berdasarkan standar asuhan kebidanan.

4. Manajemen Asuhan Kebidanan

Manajemen Asuhan Kebidanan Menurut Varney (2012) terdiri

dari 7 langkah, Berikut ini langkah-langkah tersebut beserta

penjelasannya

a. Langkah I: Pengumpulan Data Dasar


152

Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan

mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi

keadaan klien secara lengkap, yaitu:

1) Riwayat kesehatan

2) Pemeriksaan fisik pada kesehatan

3) Pemeriksaan tanda-tanda vital

4) Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya

5) Pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang (laboratorium)

dan membandingkan dengan hasil studi

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang

akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila klien

mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter

dalam manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi.

b. Langkah II: Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar

terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan

interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data

dasar yang sudah dikumpulkan di interpretasikan sehingga

ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. Masalah sering

berkaitan dengan pengalaman wanita yang di identifikasikan oleh

bidan. Masalah ini sering menyertai diagnosa. Sebagai contoh yaitu

wanita pada trimester ketiga merasa takut terhadap proses persalinan

dan persalinan yang sudah tidak dapat ditunda lagi. Perasaan takut
153

tidak termasuk dalam kategori “nomenklatur standar diagnosa”

tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan

pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk

mengurangi rasa sakit.

c. Langkah III : Mengidentifikasikan Diagnosa / Masalah Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau

diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa

yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila

memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien,

bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah

potensial benar-benar terjadi.

d. Langkah IV : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan

Yang Memerlukan Penanganan Segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau

dokter dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama

dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai kondisi klien.

Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses

manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan

primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama

wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya pada waktu

wanita tersebut dalam persalinan.

Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi.

Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi yang gawat dimana

bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa


154

ibu atau anak (misalnya, perdarahan kala III atau perdarahan segera

setelah lahir, distocia bahu, atau nilai APGAR yang rendah).

Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi

yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus

menunggu intervensi dari seorang dokter, misalnya prolaps tali

pusat. Situasi lainya bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi

memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.

e. Langkah V : Merencanakan Asuhan yang menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuahan yang menyeluruh

ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini

merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah

yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini

informasi/ data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana

asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah

teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang

berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap

wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya

apakah diberikan penyuluhan, konseling, dan apakah merujuk klien

bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi,

kultur atau masalah psikologis. Semua keputusan yang

dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan

benar- benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to

date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak

akan dilakukan oleh klien.


155

f. Langkah VI : Melaksanaan perencanaan

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti

yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien

dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian

dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim

kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukanya sendiri maka

tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya.

Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta

meningkatkan mutu dari asuhan klien.

g. Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari

asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan

bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan

sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnosa.

Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif

dalam pelaksananya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana

tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif.

5. Pendokumentasian

Pendokumentasian dalam asuhan kebidanan dengan melakukan

pencatatan atau pendokumentasian yang dilakukan secara lengkap,

akurat, singkat dan jelas mengenai keadaan atau kejadian yang

ditemukan dan dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan pada

formulir yang tersedia dan ditulis dalam bentuk SOAP.


156

a. S: adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa dengan klien

keluarga atau yang dapat memberikan informasi tentang klien

tersebut.

b. O: adalah data obyektif, mencatat hasil-hasil pemeriksaan tenaga

kesehatan (bidan) terhadap klien

c. A: adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan.

d. P: adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan

penatalaksanaan yang sudah dilakukan, seperti tindakan antisipatif,

tindakan segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan,

dukungan, kolaborasi, evaluasi dan rujukan. (Kemenkes RI, 2017).

G. Pedoman Asuhan Kebidanan Selama Masa Pandemi Covid-19

Di saat Indonesia tengah menghadapi wabah bencana non alam

COVID-19, diperlukan suatu Pedoman Bagi Ibu Hamil, Ibu Nifas dan Bayi

Baru Lahir Selama Social Distancing. Pedoman ini merupakan panduan bagi

pemberi layanan ibu hamil, ibu bersalin dan bayi baru lahir dalam

memberikan pelayanan sesuai standar dalam masa social distancing.

Diharapkan dengan panduan pedoman ini, pemberi layanan bagi ibu hamil,

ibu bersalin dan bayi baru lahir dalam menjalankan pelayanan sesuai dengan

prinsip-prinsip pencegahan penularan COVID-19.

Prinsip-prinsip pencegahan COVID-19 pada ibu hamil, ibu nifas dan

bayi baru lahir di masyarakat meliputi universal precaution dengan selalu

cuci tangan memakai sabun selama 20 – 40 detik atau hand sanitizer,

pemakaian alat pelindung diri, menjaga kondisi tubuh dengan rajin olah raga

dan istirahat cukup, makan dengan gizi yang seimbang, dan mempraktikan
157

etika batuk-bersin, sedangkan prinsip-prinsip manajemen COVID-19 di

fasilitas kesehatan adalah isolasi awal, prosedur pencegahan infeksi sesuai

standar, terapi oksigen, hindari kelebihan cairan, pemberian antibiotik empiris

(mempertimbangkan risiko sekunder akibat infeksi bakteri), pemeriksaan

SARS-CoV-2 dan pemeriksaan infeksi penyerta yang lain, pemantauan janin

dan kontraksi uterus, ventilasi mekanis lebih dini apabila terjadi gangguan

pernapasan yang progresif, perencanaan persalinan berdasarkan pendekatan

individual / indikasi obstetri, dan pendekatan berbasis tim dengan

multidisipin. (Kemenkes RI, 2020)

1. Upaya Pencegahan Secara Umum:

a. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir minimal selama 20 detik

atau mengunakan hand sanitizer berbasis alkohol yang mengandung

alkohol 70%, jika air dan sabun tidak tersedia. Cuci tangan terutama

setelah BAB dan BAK, dan sebelum makan.

b. Khusus untuk ibu nifas, selalu cuci tangan setiap kali sebelum dan

sesudah memegang bayi dan sebelum menyusui.

c. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang

belum dicuci.

d. Sebisa mungkin hindari kontak dengan orang yang sedang sakit.

e. Gunakan masker medis saat sakit dan usahakan tetap tinggal di

rumah atau segera ke fasilitas kesehatan yang sesuai, jangan banyak

beraktivitas di luar.
158

f. Tutupi mulut dan hidung saat batuk atau bersin dengan tissue dan

buang tissue pada tempat yang telah ditentukan, bila tidak ada tissue,

lakukan batuk sesuai etika batuk.

g. Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda

yang sering disentuh.

h. Menggunakan masker medis adalah salah satu cara pencegahan

penularan penyakit saluran napas, termasuk infeksi COVID-19, akan

tetapi penggunaan masker saja masih kurang cukup untuk

melindungi seseorang dari infeksi ini, karenanya harus disertai

dengan usaha pencegahan lain. Pengunaan masker harus

dikombinasikan dengan hand hygiene dan usaha pencegahan lainnya

i. Penggunaan masker yang salah dapat mengurangi keefektivitasannya

dan dapat membuat orang awam mengabaikan pentingnya usaha

pencegahan lain yang sama pentingnya seperti hand hygiene dan

perilaku hidup sehat. Cara penggunaan masker medis yang efektif :

1) Pakai masker secara seksama untuk menutupi mulut dan

hidung, kemudian eratkan dengan baik untuk

meminimalisasi celah antara masker dan wajah.

2) Saat digunakan, hindari menyentuh masker.

3) Lepaskan masker dengan teknik yang benar (jangan

menyentuh bagian depan masker, lepaskan dari belakang

dan bagian dalam)

4) Setelah dilepas jika tidak sengaja menyentuh masker yang

telah digunakan, segera cuci tangan.


159

5) Gunakan masker baru yang bersih dan kering, segera ganti

masker jika masker yang digunakan terasa mulai lembab.

6) Jangan pakai ulang masker yang telah dipakai.

7) Buang segera masker sekali pakai dan lakukan pengolahan

sampah medis sesuai SOP.

8) Masker pakaian seperti katun tidak direkomendasikan.

j. Menunda pemeriksaan kehamilan ke tenaga kesehatan apabila tidak

ada tanda-tanda bahaya pada kehamilan

k. Menghindari kontak dengan hewan seperti: kelelawar, tikus, musang

/hewan lain pembawa COVID-19 serta tidak pergi ke pasar hewan.

l. Bila terdapat gejala COVID-19, diharapkan untuk menghubungi

telepon layanan darurat yang tersedia (Hotline COVID-19 : 119 ext

9) untuk dilakukan penjemputan di tempat sesuai SOP, atau

langsung ke RS rujukan untuk mengatasi penyakit ini.

m. Hindari pergi ke negara/daerah terjangkit COVID-19, bila sangat

mendesak untuk pergi diharapkan konsultasi dahulu dengan spesialis

obstetri atau praktisi kesehatan terkait.

n. Rajin mencari informasi yang tepat dan benar mengenai COVID-19

di media sosial terpercaya. (Kemenkes RI, 2020)

2. Upaya Pencegahan Khusus Bagi Ibu Hamil:

a. Untuk pemeriksaan hamil pertama kali, buat janji dengan dokter agar

tidak menunggu lama. Selama perjalanan ke fasyankes tetap

melakukan pencegahan penularan COVID-19 secara umum.


160

b. Pengisian stiker Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi (P4K) dipandu bidan/perawat/dokter melalui media

komunikasi.

c. Pelajari buku KIA dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

d. Ibu hamil harus memeriksa kondisi dirinya sendiri dan gerakan

janinnya. Jika terdapat risiko / tanda bahaya (tercantum dalam buku

KIA), maka periksakan diri ke tenaga kesehatan. Jika tidak terdapat

tanda-tanda bahaya, pemeriksaan kehamilan dapat ditunda.

e. Pastikan gerak janin diusia kehamilan 20 minggu dan setelah usia

kehamilan 28 minggu hitung gerakan janin (minimal 10 kali/ 2 jam).

f. Ibu hamil diharapkan senantiasa menjaga kesehatan dengan

mengonsumsi makanan bergizi seimbang, menjaga kebersihan diri

dan tetap mempraktikan aktivitas fisik berupa senam ibu hamil /

yoga / pilates / aerobic / peregangan secara mandiri dirumah agar

ibu tetap bugar dan sehat.

g. Ibu hamil tetap minum tablet tambah darah sesuai dosis yang

diberikan oleh tenaga kesehatan.

h. Kelas Ibu Hamil ditunda pelaksanaannya sampai kondisi bebas dari

pandemik Covid-19. (Kemenkes RI, 2020)

3. Upaya Pencegahan Khusus Bagi Ibu Bersalin, Bagi Ibu Nifas dan

Bayi Baru Lahir:

a. Rujukan terencana untuk ibu hamil berisiko.

b. Ibu tetap bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan.

c. Segera ke fasilitas kesehatan jika sudah ada tanda-tanda persalinan.


161

d. Ibu dengan kasus Covid-19 akan ditatalaksana sesuai tatalaksana

persalinan yang dikeluarkan oleh PP POGI.

e. Pelayanan KB Pasca Persalinan tetap berjalan sesuai prosedur yang

telah ditetapkan sebelumnya. (Kemenkes RI, 2020)

4. Upaya Pencegahan Khusus Bagi Ibu Nifas

a. Ibu nifas dan keluarga harus memahami tanda bahaya di masa nifas

jika terdapat risiko/tanda bahaya, maka periksakan ke tenaga

kesehatan.

b. Kunjungan nifas (KF) dilakukan sesuai jadwal kunjungan nifas:

1) KF 1 : pada periode 6 jam sampai 2 hari pasca persalinan.

2) KF 2 : pada periode 3 hari sampai 7 hari pasca persalinan.

3) KF 3 : pada periode 8 hari sampai 28 hari pasca persalinan.

4) KF 4 : pada periode 29 sampai 42 hari pasca persalinan.

c. Pelaksanaan kunjungan nifas dapat dilakukan dengan metode

kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan atau pemantauan

menggunakan media online (disesuaikan dengan kondisi daerah

terdampak Covid-19), dengan melakukan upaya-upaya pencegahan

penularan Covid-19 baik dari petugas, ibu dan keluarga.

d. Pelayanan KB tetap dilaksanakan sesuai jadwal dengan membuat

perjanjian dengan petugas. (Kemenkes RI, 2020)

5. Upaya Pencegahan Khusus Bagi Bayi Baru Lahir:

a. Bayi baru lahir tetap mendapatkan pelayanan neonatal esensial saat

lahir (0 – 6 jam) seperti pemotongan dan perawatan tali pusat,


162

inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin K1, pemberian salep/tetes

mata antibiotik dan pemberian imunisasi hepatitis B.

b. Setelah 24 jam, sebelum ibu dan bayi pulang dari fasilitas kesehatan,

pengambilan sampel skrining hipotiroid kongenital (SHK) dapat

dilakukan oleh tenaga kesehatan.

c. Pelayanan neonatal esensial setelah lahir atau Kunjungan Neonatal

(KN) tetap dilakukan sesuai jadwal dengan kunjungan rumah oleh

tenaga kesehatan dengan melakukan upaya pencegahan penularan

Covid-19 baik dari petugas ataupun ibu dan keluarga. Waktu

kunjungan neonatal yaitu :

1) KN 1 : pada periode 6 jam sampai 48 jam setelah lahir

2) KN 2 : pada periode 3 hari sampai 7 hari setelah lahir

3) KN3 : pada periode 8 hari sampai dengan 28 hari setelah lahir.

d. Ibu diberikan KIE terhadap perawatan BBL termasuk ASI ekslusif

dan tanda–tanda bahaya pada BBL (sesuai yang tercantum pada

buku KIA), apabila ditemukan tanda bahaya pada BBL, segera bawa

ke fasilitas pelayanan kesehatan. Khusus untuk bayi dengan berat

badan lahir rendah (BBLR), apabila ditemukan tanda bahaya atau

permasalahan segera dibawa ke Rumah Sakit. (Kemenkes RI, 2020)

6. Rekomendasi Utama Untuk Tenaga Kesehatan Yang Menangani

Pasien Covid-19 Khususnya Ibu Hamil, Bersalin Dan Nifas:

a. Tenaga kesehatan tetap melakukan pencegahan penularan Covid-19,

jaga jarak minimal 1 meter jika tidak diperlukan tindakan.


163

b. Tenaga kesehatan harus segera memberi tahu tenaga penanggung

jawab infeksi di tempatnya bekerja (Komite PPI) apabila kedatangan

ibu hamil yang telah terkonfirmasi Covid-19 atau Pasien Dalam

Pengawasan (PDP).

c. Tempatkan pasien yang telah terkonfirmasi Covid-19 atau Pasien

Dalam Pengawasan (PDP) dalam ruangan khusus (ruangan isolasi

infeksi airborne) yang sudah disiapkan sebelumnya apabila rumah

sakit tersebut sudah siap sebagai pusat rujukan pasien Covid-19. Jika

ruangan khusus ini tidak ada, pasien harus sesegera mungkin dirujuk

ke tempat yang ada fasilitas ruangan khusus tersebut. Perawatan

maternal dilakukan diruang isolasi khusus ini termasuk saat

persalinan dan nifas.

d. Bayi yang lahir dari ibu yang terkonfirmasi Covid-19, dianggap

sebagai Pasien Dalam Pengawasan (PDP), dan bayi harus

ditempatkan di ruangan isolasi sesuai dengan Panduan Pencegahan

Infeksi pada Pasien Dalam Pengawasan (PDP).

e. Untuk mengurangi transmisi virus dari ibu ke bayi, harus disiapkan

fasilitas untuk perawatan terpisah pada ibu yang telah terkonfirmasi

Covid-19 atau Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dari bayinya sampai

batas risiko transmisi sudah dilewati.

f. Pemulangan pasien postpartum harus sesuai dengan rekomendasi

(Kemenkes RI, 2020).


164

7. Rekomendasi bagi Petugas Kesehatan saat antenatal care:

a. Wanita hamil yang termasuk pasien dalam pengawasan (PDP)

Covid-19 harus segera dirawat di rumah sakit (berdasarkan pedoman

pencegahan dan pengendalian infeksi Covid-19). Pasien dengan

Covid-19 yang diketahui atau diduga harus dirawat di ruang isolasi

khusus di rumah sakit. Apabila rumah sakit tidak memiliki ruangan

isolasi khusus yang memenuhi syarat Airborne Infection Isolation

Room (AIIR), pasien harus ditransfer secepat mungkin ke fasilitas di

mana fasilitas isolasi khusus tersedia.

b. Investigasi laboratorium rutin seperti tes darah dan urinalisis tetap

dilakukan

c. Pemeriksaan rutin (USG) untuk sementara dapat ditunda pada ibu

dengan infeksi terkonfirmasi maupun PDP sampai ada rekomendasi

dari episode isolasinya berakhir. Pemantauan selanjutnya dianggap

sebagai kasus risiko tinggi.

d. Penggunaan pengobatan di luar penelitian harus mempertimbangkan

analisis risk benefit dengan menimbang potensi keuntungan bagi ibu

dan keamanan bagi janin. Saat ini tidak ada obat antivirus yang

disetujui oleh FDA untuk pengobatan Covid-19 walaupun antivirus

spektrum luas digunakan pada hewan model MERS sedang

dievaluasi untuk aktivitas terhadap SARS-CoV-2

e. Antenatal care untuk wanita hamil yang terkonfirmasi Covid-19

pasca perawatan, kunjungan antenatal selanjutnya dilakukan 14 hari

setelah periode penyakit akut berakhir. Periode 14 hari ini dapat


165

dikurangi apabila pasien dinyatakan sembuh. Direkomendasikan

dilakukan USG antenatal untuk pengawasan pertumbuhan janin, 14

hari setelah resolusi penyakit akut. Meskipun tidak ada bukti bahwa

gangguan pertumbuhan janin (IUGR) akibat Covid-19, didapatkan

bahwa dua pertiga kehamilan dengan SARS disertai oleh IUGR dan

solusio plasenta terjadi pada kasus MERS, sehingga tindak lanjut

ultrasonografi diperlukan.

f. Jika ibu hamil datang di rumah sakit dengan gejala memburuk dan

diduga / dikonfirmasi terinfeksi Covid-19, berlaku beberapa

rekomendasi berikut: Pembentukan tim multi-disiplin idealnya

melibatkan konsultan dokter spesialis penyakit infeksi jika tersedia,

dokter kandungan, bidan yang bertugas dan dokter anestesi yang

bertanggung jawab untuk perawatan pasien sesegera mungkin

setelah masuk. Diskusi dan kesimpulannya harus didiskusikan

dengan ibu dan keluarga tersebut.

g. Konseling perjalanan untuk ibu hamil. Ibu hamil sebaiknya tidak

melakukan perjalanan ke luar negeri dengan mengikuti anjuran

perjalanan (travel advisory) yang dikeluarkan pemerintah. Dokter

harus menanyakan riwayat perjalanan terutama dalam 14 hari

terakhir dari daerah dengan penyebaran luas SARS-CoV-2.

h. Vaksinasi. Saat ini tidak ada vaksin untuk mencegah Covid-19.

(Kemenkes RI, 2020)


166

8. Rekomendasi Bagi Tenaga Kesehatan Terkait Pertolongan

Persalinan:

a. Jika seorang wanita dengan Covid-19 dirawat di ruang isolasi di

ruang bersalin, dilakukan penanganan tim multi-disiplin yang terkait

yang meliputi dokter paru / penyakit dalam, dokter kandungan,

anestesi, bidan, dokter neonatologis dan perawat neonatal.

b. Upaya harus dilakukan untuk meminimalkan jumlah anggota staf

yang memasuki ruangan dan unit, harus ada kebijakan lokal yang

menetapkan personil yang ikut dalam perawatan. Hanya satu orang

(pasangan/anggota keluarga) yang dapat menemani pasien. Orang

yang menemani harus diinformasikan mengenai risiko penularan dan

mereka harus memakai APD yang sesuai saat menemani pasien.

c. Pengamatan dan penilaian ibu harus dilanjutkan sesuai praktik

standar, dengan penambahan saturasi oksigen yang bertujuan untuk

menjaga saturasi oksigen > 94%, titrasi terapi oksigen sesuai

kondisi.

d. Menimbang kejadian penurunan kondisi janin pada beberapa laporan

kasus di Cina, apabila sarana memungkinkan dilakukan pemantauan

janin secara kontinyu selama persalinan.

e. Sampai saat ini belum ada bukti klinis kuat merekomendasikan salah

satu cara persalinan, jadi persalinan berdasarkan indikasi obstetri

dengan memperhatikan keinginan ibu dan keluarga, terkecuali ibu

dengan masalah gagguan respirasi yang memerlukan persalinan

segera berupa SC maupun tindakan operatif pervaginam.


167

f. Bila ada indikasi induksi persalinan pada ibu hamil dengan PDP atau

konfirmasi Covid-19, dilakukan evaluasi urgency-nya, dan apabila

memungkinkan untuk ditunda samapai infeksi terkonfirmasi atau

keadaan akut sudah teratasi. Bila menunda dianggap tidak aman,

induksi persalinan dilakukan di ruang isolasi termasuk perawatan

pasca persalinannya.

g. Bila ada indikasi operasi terencana pada ibu hamil dengan PDP atau

konfirmasi Covid-19, dilakukan evaluasi urgency-nya, dan apabila

memungkinkan untuk ditunda untuk mengurangi risiko penularan

sampai infeksi terkonfirmasi atau keadaan akut sudah teratasi.

Apabila operasi tidak dapat ditunda maka operasi sesuai prosedur

standar dengan pencegahan infeksi sesuai standar APD lengkap.

h. Persiapan operasi terencana dilakukan sesuai standar.

 Apabila ibu dalam persalinan terjadi perburukan gejala,

dipertimbangkan keadaan secara individual untuk melanjutkan

observasi persalinan atau dilakukan seksio sesaria darurat

apabila hal ini akan memperbaiki usaha resusitasi ibu.

 Pada ibu dengan persalinan kala II dipertimbangkan tindakan

operatif pervaginam untuk mempercepat kala II pada ibu dengan

gejala kelelahan ibu atau ada tanda hipoksia.

 Jumlah petugas di kamar operasi seminimal mungkin dan

menggunakan alat perlindungan diri sesuai standar.

i. Penjepitan tali pusat ditunda beberapa saat setelah persalinan masih

bisa dilakukan, asalkan tidak ada kontraindikasi lainnya. Bayi dapat


168

dibersihkan dan dikeringkan seperti biasa, sementara tali pusat masih

belum dipotong.

j. Staf layanan kesehatan di ruang persalinan harus mematuhi Standar

Contact dan Droplet Precautions termasuk menggunakan APD

sesuai dengan panduan PPI. (Kemenkes RI, 2020)

9. Rekomendasi Bagi Tenaga Kesehatan Terkait Pelayanan Pasca

Persalinan untuk Ibu dan Bayi Baru Lahir :

a. Semua bayi baru lahir dilayani sesuai dengan protokol perawatan

bayi baru lahir. Alat perlindungan diri diterapkan sesuai protokol.

Kunjungan neonatal dapat dilakukan melalui kunjungan rumah

sesuai prosedur. Perawatan bayi baru lahir termasuk Skrining

Hipotiroid Kongenital (SHK) dan imunisasi tetap dilakukan. Berikan

informasi kepada ibu dan keluarga mengenai perawatan bayi baru

lahir dan tanda bahaya. Lakukan komunikasi dan pemantauan

kesehatan ibu dan bayi baru lahir secara online/digital.

b. Untuk pelayanan Skrining Hipotiroid Kongenital, pengambilan

spesimen tetap dilakukan sesuai prosedur. Tata cara penyimpanan

dan pengiriman spesimen sesuai dengan Pedoman Skrining

Hipotiroid Kongenital. Apabila terkendala dalam pengiriman

spesimen dikarenakan situasi pandemik Covid-19, spesimen dapat

disimpan selama maksimal 1 bulan pada suhu kamar.

c. Untuk bayi baru lahir dari ibu terkonfirmasi Covid-19 atau masuk

dalam kriteria PDP, dikarenakan informasi mengenai virus baru ini

terbatas dan tidak ada profilaksis atau pengobatan yang tersedia,


169

pilihan untuk perawatan bayi harus didiskusikan dengan keluarga

pasien dan tim kesehatan yang terkait.

d. Ibu diberikan konseling tentang adanya referensi dari Cina yang

menyarankan isolasi terpisah dari ibu yang terinfeksi dan bayinya

selama 14 hari. Pemisahan sementara bertujuan untuk mengurangi

kontak antara ibu dan bayi.

e. Bila seorang ibu menunjukkan bahwa ibu ingin merawat bayi

sendiri, maka segala upaya harus dilakukan untuk memastikan

bahwa ibu telah menerima informasi lengkap dan memahami potensi

risiko terhadap bayi.

f. Sampai saat ini data terbatas untuk memandu manajemen postnatal

bayi dari ibu yang dites positif Covid-19 pada trimester ke tiga

kehamilan. Sampai saat ini tidak ada bukti transmisi vertikal (ANC).

g. Semua bayi yang lahir dari ibu dengan PDP atau dikonfirmasi

Covid-19 juga perlu diperiksa untuk Covid-19.

h. Bila ibu memutuskan untuk merawat bayi sendiri, baik ibu dan bayi

harus diisolasi dalam satu kamar dengan fasilitas en-suite selama

dirawat di rumah sakit. Tindakan pencegahan tambahan yang

disarankan adalah sebagai berikut:

1) Bayi harus ditempatkan di inkubator tertutup di dalam

ruangan.

2) Ketika bayi berada di luar inkubator dan ibu menyusui, mandi,

merawat, memeluk atau berada dalam jarak 1 meter dari bayi,


170

ibu disarankan untuk mengenakan APD yang sesuai dengan

pedoman PPI dan diajarkan mengenai etiket batuk.

3) Bayi harus dikeluarkan sementara dari ruangan jika ada

prosedur yang menghasilkan aerosol yang dilakukan

dalam ruangan.

i. Pemulangan untuk ibu postpartum harus mengikuti rekomendasi

pemulangan pasien Covid-19. (Kemenkes RI, 2020)

10. Rekomendasi Terkait Menyusui bagi Tenaga Kesehatan dan Ibu

Menyusui :

a. Ibu sebaiknya diberikan konseling tentang pemberian ASI. Sebuah

penelitian terbatas pada dalam enam kasus persalinan di Cina yang

dilakukan pemeriksaan ASI didapatkan negatif untuk Covid-19,

namun mengingat jumlah kasus yang sedikit, bukti ini harus

ditafsirkan dengan hati-hati.

b. Risiko utama untuk bayi menyusu adalah kontak dekat dengan ibu,

yang cenderung terjadi penularan melalui droplet infeksius di udara.

c. Petugas kesehatan sebaiknya menyarankan bahwa manfaat menyusui

melebihi potensi risiko penularan virus melalui ASI. Risiko dan

manfaat menyusui, termasuk risiko menggendong bayi dalam jarak

dekat dengan ibu, harus didiskusikan. Ibu sebaiknya juga diberikan

konseling bahwa panduan ini dapat berubah sesuai perkembangan

ilmu pengetahuan.
171

d. Keputusan untuk menyusui atau kapan akan menyusui kembali (bagi

yang tidak menyusui) sebaiknya dilakukan komunikasi tentang

risiko kontak dan manfaat menyusui oleh dokter yang merawatnya.

e. Untuk ibu yang ingin menyusui, tindakan pencegahan harus diambil

untuk membatasi penyebaran virus ke bayi:

1) Mencuci tangan sebelum menyentuh bayi, pompa payudara botol

2) Mengenakan masker untuk menyusui.

3) Lakukan pembersihan pompa ASI segera setelah penggunaan.

4) Pertimbangkan untuk meminta bantuan seseorang dengan kondisi

yang sehat untuk memberi ASI.

5) Ibu harus didorong untuk memerah ASI (manual atau elektrik),

sehingga bayi dapat menerima manfaat ASI dan untuk menjaga

persediaan ASI agar proses menyusui dapat berlanjut setelah ibu

dan bayi disatukan kembali. Jika memerah ASI menggunakan

pompa ASI, maka pompa harus dibersihkan dan didesinfeksi.

6) Pada saat transportasi kantong ASI dari kamar ibu ke lokasi

penyimpanan harus menggunakan kantong spesimen plastik.

Kondisi penyimpanan harus sesuai dengan kebijakan dan kantong

ASI harus ditandai dengan jelas dan disimpan dalam kotak wadah

khusus, terpisah dengan kantong ASI dari pasien lainnya.

(Kemenkes RI, 2020)


172

H. Holistic Care

Konsep Holistic Care sangat tepat digunakan di Indonesia ditengah

perubahan sosial. Perubahan sosial pada sistuasi pandemi Covid-19 jelas akan

menimbulkan penyakit baru, sehingga diperlukan pendekatan yang

menyeluruh dalam penyembuhan pasien tersebut. Penyembuhan pasien tidak

hanya mengutamakan fisik, namun dari beberapa pendekatan spiritual

lainnya. Memang harus ada keseimbangan antara keduanya fisik dan spiritual

Menurut Cipto (2013) bahwa ada beberapa cara mengembangkan

konsep Holistic care, diantaranya dengan membangun sistem pertanggung

jawaban perawatan Holistic, menetapkan sumber daya perawatan yang baik,

serta melakukan reformasi dengan melakukan pembagian divisi perawat.

Selain itu, juga mewajibkan tugas-tugas perawat harus jelas dan mengurangi

perawat yang tidak melakukan pekerjaan seorang perawat serta menugaskan

perawat berdasarkan tanggung jawab yang mereka miliki.

1. Sejarah holistik

Sejarah Holistic Care dimulai sebelum istilah holism

diperkenalkan oleh Jan Christiaan Smuts dalam bukunya “Holism and

Evolution”. Holisme saat ini berkembang dalam istilah holistik, yang

mengkombinasikan penyembuhan, seni, dan ilmu hidup. Holistik popular

dengan cepat di tahun 70-an, walaupun istilah holisme diperkenalkan di

tahun 1926, penyembuhan holistik sebenarnya sudah ada jauh di jaman

kuno kira-kira 5000 tahun yang lalu. Sejarawan belum bisa memastikan

dari bangsa manakah pertama kali dipraktekkan. Kebanyakan sejarawan

percaya bahwa penyembuhan holistik dimulai di India dan atau Cina.


173

Para praktisi holistik mempraktekkan prinsip hidup sehat lewat

menyeimbangkan tubuh, pikiran, dan roh untuk menyatu atau harmonis

dengan alam. Contoh praktis holistik adalah Socrates, yang hidup 4 abad

sebelum kelahiran Kristus, Socrates menganut pandangan ini dan

mengajarkan bahwa kita harus memandang tubuh sebagai keseluruhan,

bukannya bagian yang terpisah. (Jurnal Nurshing Studies, 2012)

2. Definisi Holistic Care

Holistic memiliki arti 'menyeluruh' yang terdiri dari kata holy and

healthy. Pandangan holistik bermakna membangun manusia yang utuh

dan sehat dan seimbang terkait dengan seluruh aspek dalam

pembelajaran seperti spiritual, moral, imajinasi, intelektual, budaya,

estetika, emosi, dan fisik, jadi healthy yang dimaksud bukan hanya

phisically, tetapi lebih pada aspek sinergitas spiritually.

Keterkaitan antara jiwa dan raga tidak terpisahkan, sebagaimana

dikenal bahwa : didalam raga yang sehat terdapat jiwa yang sehat, dan

juga sebaliknya jiwa yang sehat dapat membentuk raga yang sehat.

Pembentukan jiwa yang sehat adalah dengan berserah diri secara

penuh dan ikhlas kepada Sang Pencipta dan Penguasa Jagat Raya, yang

memiliki segala sesuatu, dan penentu segala sesuatu, Allah SWT.

Pengobatan Holistic terpadu, memiliki perbedaan konsep yang

sangat nyata dengan Konsep Kedokteran (Konvensional), Konsep

konvensional lebih menekankan kepada tindakan seperti pemberian obat-

obat kimiawi, dan tindakan rekayasa fisik dengan pembedahan/ operasi,

dll, sementara pengobatan holistic lebih menekankan membangkitkan


174

sistem imun pasien, dan memperbaiki secara menyeluruh dari faktor

pencetus penyakit (akar permasalahan penyakit), sehingga definisi

kesembuhan cenderung permanen (tidak kambuh lagi), sedangkan yang

konnvensional pada umumnya bersifat tindakan sementara (kambuhan)

sehinnga sampai ada istilah Pasien Langgangan Dokter.

(http://www.umy.ac.id/konsep-holistic-care-dalam-penyembuhan pasien)

3. Gambaran Holistic Care

Kebutuhan perawat tentang konsep keperawatan holistik penting,

dinyatakan dalam penelitian menganai analisis kebutuhan perawat

tentang keperawatan holistik, hasil penelitian menunjukkan kebutuhan

pengetahuan keperawatan yang cukup tinggi dengan persentase 100%

(Rahmawati, 2012).

Bentuk pengetahuan dalam keperawatan dibagi menjadi 6, yaitu

pengetahuan personal, empiris, estetika, etik, unknowing dan sosial

politik.

a. Pengetahuan personal mengintegrasikan dan menganalisis situasi

interpersonal terbaru dengan pengalaman masa lalu dan

pengetahuan.

b. Pengetahuan empiris berfokus pada replikasi dan validasi

kompetensi ilmiah dalam pendidikan dan praktik keperawatan.

c. Pengetahuan estetika disebut juga pengetahuan subjektif, dan pada

bagaimana mengeksplor pengalaman dan arti hidup baik bagi diri

sendiri ataupun orang lain.

d. Pengetahuan etik berfokus pada komponen moral dari praktik


175

keperawatan.

e. Unknowing adalah suatu kesadaran bahwa perawat tidak mengetahui

atau memahami klien ketika pertama kali bertemu.

f. Pengetahuan sosial politik ini berada dalam variabel kontekstual

yang penting yang terdiri dari sosial, ekonomi, geografi, budaya,

sejarah, politik semua yang akan berdampak pada keperawatan dan

pelayanan (Dossey, 2008).

4. Perawatan Kebidanan Secara Holistic

Terapi komplementer saat ini sedang dikembangkan di Indonesia.

Terapi ini merupakan pelengkap dari asuhan kebidanan dimana upayanya

merupakan upaya promotif dan preventif.

Pelayanan kebidanan komplementer adalah cara penanggulangan

penyakit yang dilakukan sebagai pendukung pengobatan medis/

konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain di luar pengobatan

medis yang konvensional.

Pada pelayanan kebidanan komplementer dengan pendekatan

holistik (holistic care) meyakini bahwa penyakit yang dialami seseorang

bukan saja merupakan masalah fisik dapat diselesaikan dengan

pemberian obat semata. Semua bentuk praktik kebidanan yang tujuannya

membantu kesembuhan seseorang secara menyeluruh. Bidan melihat

pasien sebagai manusia secara total dimana ada keterkaitan antara tubuh,

pikiran, emosi, sosial/budaya, spirit, relasi, konteks lingkungan.

Asuhan kebidanan yang didasarkan kepada perawatan pasien

secara total yang mempertimbangkan kebutuhan fisik, emosi, sosial,


176

ekonomi dan spiritual seseorang, bidan perlu mempertimbangkan respon

pasien terhadap penyakitnya dan mengkaji tingkat kemampuan seseorang

untuk memenuhi kebutuhan dirinya. Bidan harus menjadi teman yang

mendukung dan memotivasi, mendorong pasien agar pasien memahami

arti kehidupan. (http://chairulrebi.blogspot.com/2012/02/makalah-

holistik-care)

5. Dimensi Perawatan Holistik

Dimensi hubungan antara bio-psiko-sosial dan spiritual

seseorang. Dimensi pemahaman bahwa seseorang merupakan satu

kesatuan secara utuh tanpa bisa dipisahkan.

6. Nilai Utama Perawatan Holistik

a. Filosofi dan Pendidikan.

Menekankan bahwa asuhan yang holistik didasarkan pada

suatu kerangka filosofi dan pengetahuan

b. Holistik Etik, Teori Keperawatan dan Riset.

Menekankan bahwa asuhan yang professional didasarkan

pada teori, diinformasikan oleh penelitian dan didasarkan oleh

prinsip etik sebagai petunjuk praktik yang kompeten.

c. Holistic Midwive Save Care

Keyakinan bahwa bidan harus terlibat dalam perawatan diri

untuk meningkatkan kesehatan dan kesadaran pribadi sehingga bidan

dapat melayani orang lain sebagai suatu alat sebagai proses

penyembuhan seseorang.
177

d. Holistic Communication, Therapeutic Environment and Cultural

Competency.

Menekankan pada perkembangan untuk memanfaatkan

penkajian dan asuhan terapeutik yang mengacu pada pola, masalah

dan kebutuhan klien dan suatu lingkungan yang mendukung proses

penyembuhan pasien.

7. Macam-Macam Penyembuhan Holistic Care

a. Holistik Tradisional.

Suatu teknik penyembuhan yang memanfaatkan alam dengan

prinsip holisme, berawal sejak ribuan tahun lalu. Biasa disebut

sebagai penyembuhan/pengobatan alternatif atau pengobatan

tradisional dan yang termasuk holistik tradisional adalah akupuntur,

akupresur, herbal, ayurveda, uropathy, pranic healing, apitherapy,

dan lain-lain. Gelar para praktisinya bermacam-macam. Ada yang

disebut sebagai tabib, sin-se, dukun, dan lain-lain.

b. Holistik Modern.

Suatu teknik penyembuhan yang menggabungkan

penyembuhan tradisional/kuno dengan teknologi dan sains modern

yang memanfaatkan alam dengan prinsip holisme. Holistic modern

berawal sekitar 200 tahun yang lalu dengan adanya homeopathy, dan

yang termasuk holistik modern adalah homeopathy, osteopathy,

ananopathy, psikologi hipnotis, naturopathy modern, dan

sebagainya.
178

Gelar para praktisinya bermacam-macam sesuai dengan

aliran/disiplin ilmunya. Untuk homeopathy, praktisinya disebut

sebagai homeopath. Osteopathy, praktisinya disebut sebagai

osteopath atau DO (Doctor of Osteopathy) di belakang nama.

Naturopathy, praktisinya disebut sebagai naturopathy atau DN

(Doctor of Naturopathy) di belakang nama. Dari aliran/disiplin ilmu

ananopathy, praktisinya disebut sebagai ananopath (syukur bukan

psikopat) atau Dt (Danton) di awal nama. Tapi perlu ketahui bahwa

tidak semua alternatif adalah holistik. Jika suatu pengobatan

alternatif tidak memandang permasalahan kesehatan secara

menyeluruh, pengobatan tersebut berarti bukan pengobatan holistik.

c. Holistik Moderen Antophaty

Ananopathy adalah gabungan teknik pengobatan alternatif

tradisional/kuno dengan teknologi dan sains modern, dimana

tujuannya adalah menyembuhkan, bukan sekedar merawat.

Pengobatan Ananopathy fokus pada akar penyakit, bukan pada

gejala; merawat manusia secara keseluruhan (whole), bukan pada

apa yang tampak saja. Tehnik yang digunakan adalah dengan

menggunakan Hukum Alam, Hukum Sebab-Akibat, perbaikan pola

makan dan gaya hidup, penggunaan bahan- bahan alami, yang

diterapkan dengan basis alam dan sains modern.

Praktisi Ananopathy disebut sebagai ananopath, sedangkan

gelar master atau pemimpin Ananopath adalah Danton. Ananopathy

dari segi aplikasinya bersifat 3, yaitu:


179

1) Sederhana: begitu sederhana karena tidak memerlukan obat-

obatan kimia dan operasi.

2) Cerdik: mengajarkan untuk berpikir dan bertindak cerdik,

bukannya pandai.

3) Bijaksana: menekankan pemikiran bijak yang melihat faktor

moralitas dan keselarasan.

Dari segi pemikiran, prinsip dasar Ananopathy ada tiga yaitu:

a) Tuhan: selalu melihat permasalahan dari sudut pandang

Ketuhanan.

b) Hukum Alam: berpedoman pada Hukum Alam.

c) Kasih: mendasari pemikiran dan prakteknya atas dasar

kasih. Contoh beberapa "penyakit serius" yang bisa di

taklukkan setelah menguasai teknik Ananopathy, tanpa

obat-obatan kimia dan operasi adalah: TBC, maag akut dan

kronis, hepatitis, diabetes melitus, kolesterol tinggi dan

sakit jantung, stroke, asam urat dan rematik, tumor dan

kanker, gagal ginjal, demam berdarah dan AIDS.

8. Teknik Pengobatan Atau Penerapan Holistic Care

Pengobatan Holistic adalah, pengobatan dengan menggunakan

konsep menyeluruh, yaitu keterpaduan antara jiwa dan raga, dengan

method alamiah yang ilmiah, serta ilahiah yang mana tubuh manusia

merupakan keterpaduan system yang sangat kompleks, dan saling

berinteraksi satu sama lainnya dengan sangat kompak dan otomatis

terganggunya satu fungsi / elemen / unsure tubuh manusia dapat


180

mempengaruhi fungsi yang lainnya. Pengobatan Holistic terpadu,

memiliki perbedaan konsep yang sangat nyata dengan konsep kedokteran

(Konvensional), Konsep konvensional lebih menekankan kepada

tindakan seperti pemberian obat-obat kimiawi, dan tindakan rekayasa

fisik dengan pembedahan/operasi, dll, sementara pengobatan holistic

lebih menekankan membangkitkan system imun pasien, dan

memperbaiki secara menyeluruh dari factor pencetus penyakit (akar

permasalahan penyakit), sehingga definisi kesembuhan cenderung

Permanen (tidak kambuh lagi), sedangkan yang konnvensional pada

umumnya bersifat tindakan sementara (kambuhan) sehinnga sampai ada

istilah pasien langgangan dokter. (Hidayat, 2008).

9. Metode Pengobatan Holistic Yang Di Kembangkan Dengan Terapi

a. Pengaturan pola hidup dan pola makan dengan gizi dan kebutuhan

b. Rileksasi, dengan konsep meditasi penyembuhan

c. Stimulasi otak dengan tehnik perangsangan alamiah

d. Silaturahmi doktrin berimbang

e. Pancaran Bio energy (Pranaisasi)

f. Stimulan promotor dengan nutrisi herbal

g. Terapi doa, dengan kepasrahan mencapai god spo

h. Hydroteraphy dan stimulant alam sebagai pelengkap dan

penyeimbang. (Hidayat, 2008)

10. Caring

Carring sebagai suatu proses yang memberikan kesempatan pada

seseorang (baik pemberi asuhan (carrer) maupun penerima asuhan) untuk


181

pertumbuhan pribadi. Aspek utama caring dalam analisis, meliputi:

pengetahuan, penggantian irama (belajar dari pengalaman), kesabaran,

kejujuran, rasa percaya, kerendahan hati, harapan, keberanian. Caring

dalam keperawatan adalah fenomena transkultural dimana perawat

berinteraksi dengan klien, staf dan kelompok lain. Caring menolong klien

meningkatkan perubahan positif dalam aspek bio-psiko-sosio-spiritual.

Bersikap caring untuk klien dan bekerja bersama dengan klien dari

berbagai lingkungan merupakan esensi keperawatan. (Hidayat, 2008)

11. Holisme

Pengertian holisme merupakan salah satu konsep yang mendasari

tindakan keperawatan yang meliputi dimensi fisiologis, psikologis,

sosiokultural, dan spiritual. Dimensi tersebut merupakan suatu kesatuan

yang utuh, apabila satu dimensi terganggu akan mempengaruhi dimensi

lainnya. Holistik terkait erat dengan kesejahteraan (Wellnes), untuk

mencapai kesejahteraan, terdapat lima dimensi yang saling

mempengaruhi yaitu: fisik, emosional, intelektual, sosial dan spiritual,

dan untuk mencapai kesejahteraan tersebut, salah satu aspek yang harus

dimiliki individu adalah kemampuan beradaptasi terhadap stimulus.

Erikson, Tomlin dan Swain (dalam Marriner-Tomey, 1994),

mengemukakan tentang holism, yang memandang bahwa manusia adalah

individu secara keseluruhan yang terdiri dari banyak subsistem yang

saling ketergantungan dan tidak dapat dipisahkan, hal ini terkait dengan

pembawaan yang berhubungan dengan keturunan dan pengendalian

spiritual. Tubuh, pikiran, emosi dan semangat merupakan unit


182

keseluruhan yang sifatnya dinamis. Bersifat saling mempengaruhi dan

mengendalikan satu sama lain. Interaksi dari berbagai subsistem ini tidak

dapat dipisahkan, yang akhirnya menghasilkan holisme. (Hidayat, 2008)

12. Humanisme

Konsep humanisme ini bahwa memberikan pelayanan kesehatan

pada klien dengan memandang klien sebagai personal lengkap dengan

fungsinya, dalam keperawatan, humanisme merupakan suatu sikap dan

pendekatan yang memperlakukan pasien sebagai manusia yang

mempunyai kebutuhan lebih dari sekedar nomor tempat tidur atau

sebagai seorang berpenyakit tertentu. Perawat yang menggunakan

pendekatan humanistic dalam prakteknya memperhitungkan semua yang

diketahuinya tentang pasien yang meliputi pikiran, perasaan, nilai-nilai,

pengalaman, kesukaan, dan bahasa tubuh. Pendekatan humanistic ini

adalah aspek keperawatan tradisional dari caring yang diwujudnyatakan

dalam pengertian dan tindakan. Pengertian membutuhkan kemampuan

mendengarkan orang lain secara aktif dan arif serta menerima perasaan-

perasaan orang lain. (Hidayat, 2008)

I. Asuhan Komplementer

1. Komplementer Gym Ball Pada Kehamilan

Menurut Lestari (2021) asuhan komplementer gym ball pada

kehamilan dapat mengurangi nyeri akibat penekanan daerah panggul dan

pinggang, memberikan kenyamanan pada ibu hamil, memberikan ruang

panggul lebih luas sehingga kepala janin lebih mudah masuk dalam panggul,

sehingga dapat membantu persalinan berjalan lancar.


183

Gym ball bisa digunakan untuk melakukan olahraga selama

hamil dengan cara diduduki atau dijadikan pengganti kursi untuk

berolahraga. Selain itu, membiasakan diri untuk duduk di atas bola bisa

membantu ibu hamil menjaga posisi duduk yang tegak dan rutin

melakukan posisi ini, otot perut dan punggung akan menjadi lebih kuat,

hal ini juga bisa memperbaiki postur tubuh. Tentu saja, dengan postur

tubuh yang tepat ibu hamil bisa mengurangi risiko nyeri punggung serta

tubuh akan lebih siap menjelang proses melahirkan. Selama hamil, ibu

juga bisa melakukan gerakan mengayun-ayunkan panggual di gym ball

bisa membantu mempertahankan posisi bayi di dalam kandungan,

bahkan gerakan ini juga dipercaya bisa membantu memperbaiki posisi

bayi sungsang Gym ball juga dapat mengurangi berbagai keluhan ibu

hamil, seperti sakit punggung, nyeri panggul, atau kesulitan tidur, bahkan

bisa mempermudah proses persalinan. (Nadina, 2018).

Birthing ball atau gym ball alias bola besar yang

terbuat dari bahan dasar lateks. Bola ini umumnya memiliki ukuran

tinggi sekitar 55-75 cm. Bola khusus ini didesain agar tidak licin saat

digunakan di lantai, hal itu menjadikan birthing ball relatif aman untuk

digunakan oleh ibu hamil. Melahirkan atau persalinan menjadi momen

paling menegangkan bagi calon ibu, maka dari itu, penting untuk

membuat proses persalinan menjadi lebih nyaman. Sebenarnya,

persiapan untuk proses melahirkan yang nyaman bisa dimulai sejak masa

kehamilan bahkan jika dilakukan dengan benar, ibu juga bisa tetap
184

merasa nyaman setelah menjalani proses persalinan. (Nadina, 2018).

Ada banyak cara dan persiapan melahirkan yang bisa dilakukan.

Salah satu yang bisa dicoba adalah penggunaan birthing ball.

Penggunaan bola ini bisa membuat ibu hamil menjadi lebih siap dan

rileks menjelang proses persalinan. Selama masa kehamilan, calon ibu

bisa menggunakan bola ini pada saat memasuki trimester ketiga.

Pasalnya, pada usia ini janin biasanya sudah semakin membesar dan bisa

membuat ibu merasa tidak nyaman. Janin di dalam kandungan bisa

menekan pembuluh darah dan saraf pada area panggul sampai ke sekitar

punggung sehingga ibu hamil sering merasakan nyeri dan rasa tidak

nyaman di area tersebut dan untuk meredakan nyeri ibu hamil disarankan

untuk aktif bergerak dan berolahraga ringan. (Febby, 2019)

a. Manfaat Gym Ball Dalam Kehamilan

1) mengurangi nyeri punggung,

2) meringankan tekanan panggul, punggung, dan tulang belakang,

3) meningkatkan aliran darah ke rahim,

4) membentuk postur tubuh yang baik,

5) membantu mengurangi ketegangan otot, serta

6) memperbesar diameter panggul.

7) Latihan memperbesar diameter pinggul menggunakan birth ball

berguna untuk mengoptimalkan proses persalinan ibu hamil

nantinya.

b. Cara memilih gym ball

Menurut Febby, (2019) cara memilih ukuran bola yang tepat


185

akan membuat ibu nyaman menggunakannya, tinggal menyesuaikan

dengan tinggi badan dan untuk mengukurnya, ibu hamil bisa

mencoba duduk di atas gym ball tersebut, jika kaki ibu tidak bisa

menapak pada lantai, berarti bola terlalu besar, sebaliknya, posisi

lutut yang terlalu menekuk menandakan bola tersebut terlalu kecil

untuk ibu hamil. Panduan untuk memilih bola yang tepat adalah:

1) Tinggi di bawah 163 cm disarankan menggunakan bola dengan

ukuran 55 cm

2) Tinggi di antara 163-172 cm disarankan menggunakan bola

dengan ukuran 65 cm

3) Tinggi di atas 172 cm disarankan menggunakan bola dengan

ukuran 75 cm

c. Cara menggunakan birth ball

Menurut Nani, (2021) sebelum menggunakan bola,

gunakanlah alas agar tidak licin dan untuk memberikan

keseimbangan di dalam bola, ibu bisa menambahkan pasir ke

dalamnya sebelum dipompa dan bola tersebut sudah dirancang agar

bisa menahan bobot tubuh lebih dari 140 kg agar tidak pecah. Cara

menggunakan birth ball, ada beberapa cara berikut ini berbagai

gerakan yang dapat ibu lakukan diatas birth ball:

1) Duduk Diatas Birth Ball

Gambar 2.16
Duduk Diatas Birthing Ball
186

a) Bauching: ibu duduk di atas bola seperti halnya duduk di

kursi dengan kaki sedikit membuka agar keseimbangan

badan di atas bola terjaga, kemudian lakukan gerakan

keatas dan kebawah (naik turun) sebanyak 20 kali.

b) Pelvic Circle: ibu duduk di atas bola seperti halnya duduk

di kursi dengan kaki sedikit membuka agar keseimbangan

badan di atas bola terjaga, kemudian lakukan gerakan

memutarkan panggul ke kiri dan ke kanan (goyang inul)

sebanyak 20 kali kemudian balas disisi yang lainnya hal ini

membuat ruang bagi janin terbuka sehingga dapat

memposisikan bayi yang optimal.

c) Angka 8: ibu duduk di atas bola seperti halnya duduk di

kursi dengan kaki sedikit membuka agar keseimbangan

badan di atas bola terjaga, kemudian lakukan gerakan

memutarkan pinggul ke depan dan ke belakang seperti

membuat angka 8 panggul lakukan sebanyak 20 kali

kemudian balas dengan di sisi yang lain, gerakan ini dapat

mengurangi nyeri pinggang, nyeri punggung dan

memposisikan bayi yang optimal.


187

d) Pelvic Tilt: ibu duduk di atas bola seperti halnya duduk di

kursi dengan kaki sedikit membuka agar keseimbangan

badan di atas bola terjaga, kemudian lakukan gerakan ke

depan dan kebelakang lakukan sebanyak 20 kali, gerakan

ini dapat mengurangi nyeri pinggang, nyeri punggung dan

memposisikan bayi yang optimal.

e) Side To Side: ibu duduk di atas bola seperti halnya duduk

di kursi dengan kaki sedikit membuka agar keseimbangan

badan di atas bola terjaga, kemudian lakukan gerakan

dengan mengoyangkan pinggul ke kiri dan ke kanan seperti

diayun lakukan sebanyak 20 kali kemudian balas dengan di

sisi yang lain, gerakan ini dapat mengurangi nyeri

pinggang, nyeri punggung dan memposisikan bayi yang

optimal.

f) Infinity (angka ∞): ibu duduk di atas bola seperti halnya

duduk di kursi dengan kaki sedikit membuka agar

keseimbangan badan di atas bola terjaga, kemudian lakukan

gerakan memutarkan panggul ke samping kanan dan kiri

seperti membuat angka 8 panggul lakukan sebanyak 20 kali

kemudian balas dengan di sisi yang lain, gerakan ini dapat

mengurangi nyeri pinggang, nyeri punggung dan

memposisikan bayi yang optimal.

g) Hip Circle: ibu duduk di atas bola seperti halnya duduk di

kursi dengan kaki sedikit membuka agar keseimbangan


188

badan di atas bola terjaga, kemudian lakukan gerakan

memutarkan panggul ke depan dan ke belakang seperti

membuat angka 8 panggul lakukan sebanyak 20 kali

kemudian balas dengan di sisi yang lain, gerakan ini dapat

mengurangi nyeri pinggang, nyeri punggung dan

memposisikan bayi yang optimal.

2) Berlutut Bersandar Diatas Bola Birth Ball.

Gambar 2.17
Berlutut Bersandar Diatas Bola Birth Ball

a) Hip Circel : ibu bisa berlutut di atas bola yang terletak di

lantai, peluk bola dan kaki posisikan sejajar dengan pinggul

lakukan gerakan memutar pinggul kemudain balas dengan

sisi yang lain yang mungkin membantu janin posterior

berubah menjadi posisi yang optimal untuk dilahirkan.

b) Cat And Cow: ibu bisa berlutut di atas bola yang terletak

di lantai, peluk bola dan kaki posisikan sejajar dengan

pinggul lakukan gerakan turun naik pada pinggul kemudain

balas dengan sisi yang lain yang mungkin membantu janin

posterior berubah menjadi posisi yang optimal.


189

c) Duduk: ibu duduk dengan membuka lutut lebar, peluk bola

dan lakukan gerakan memutar pinggul kemudain balas

dengan sisi yang lain posisi ini membantu membuka sacrum

lebih lebar sehingga janin lebih cepat lahir. Lakukan

relaksasi pernafasan

3) Jongkok Bersandar Di Birth Ball.

Gambar 2.18
Jongkok Bersandar Di Birth Ball

Letakkan bola diatas lantai kemudian ibu diposisikan

berlutut kemudian sandarkan punggung dan pinggang diatas

bola, gerakan maju mundur diatas bola sebanyak 20 kali.

Latihan ini dapat memperkuat otot pinggang, panggul, dan

bagian kaki untuk persalinan nanti

4) V-Sit:

Gambar 2.19
Posisi V-Sit
190

Siapkan alas matras atau yoga mat dan berbaring di

atasnya. Letakkan bagian pergelangan kaki di atas birthing ball,

kemudian angkat badan perlahan hingga membentuk huruf V.

Pertahankan pinggul tetap menyentuh matras sambil

menghitung sampai lima. Ulangi gerakan tersebut untuk

mengencangkan kaki dan perut

5) Wall Squat Diatas Birthing Ball

Gambar 2.20
Wall Squat Diatas Birthing Ball

Posisikan bola menempel di tembok kemudian berdiri

dengan kaki terbuka di depan bola. Turunkan tubuh hingga

bagian bokong menyentuh bola dan pastikan punggung juga

menyentuh tembok. Lakukan gerakan ini dengan perlahan.

6) Berdiri Bersandar Diatas Birth Ball.

Gambar 2.21
Berdiri Bersandar Diatas Birth Ball.
191

Tempatkan bola di tempat tidur atau kursi kemudian ibu

berdiri kokoh dan posisi kaki terbuka serta bersandar ke atas

bola sambi memeluk bola sambil melakukan goyangan panggul

kekiri dan kekanan. Posisi ini dapat mengurangi tekanan pada

punggung, pinggang dan tulang ekor sehingga ibu tidak

merasakan terlalu sakit.

d. Kontraindikasi Latihan Birth Ball

1) Risiko persalinan prematur

2) Perdarahan pervagina

3) Ketuban pecah dini

4) Serviks Incopetent

5) Janin Tumbuh lambat

6) Hipertensi dan Pre-eklampsia

7) Diabetes gestational

8) Riwayat penyakit jantung atau kondisi pernapasan (asma)

9) Plasenta previa (Tanhati, 2020)

2. Tehnik Rebozo Pada Persalinan

Selendang ini yang digunakan oleh para bidan untuk

membantu kehamilan dan persalinan, maka dari itu, teknik melancarkan

persalinan dengan bantuan selendang atau syal dikenal sebagai

teknik rebozo. Selendang tradisional ini umumnya digunakan dalam

kehidupan sehari hari sebagai aksesoris, membantu mengangkat barang

belanjaan, maupun membantu membawa bayi, sama seperti selendang

tradisional di Indonesia, namun para bidan tradisional juga menggunakan


192

rebozo untuk meredakan rasa tidak nyaman pada saat kehamilan dan

membantu bayi dalam kandungan untuk berada di dalam posisi yang

seimbang.

Teknik Rebozo dapat dilakukan setiap hari atau setiap minggu

dan di sela-sela kontraksi pada fase awal proses persalinan. Penerapan

teknik rebozo baiknya tidak dilakukan apabila terdapat gejala atau risiko

keguguran, terjadi kram/spasme pada round ligament, didapati kondisi

plasenta praevia (plasenta menutupi seluruh atau sebagian mulut rahim),

(plasenta terlepas sebagian atau seluruhnya dari perlekatannya di

rahim), fetal distress (kondisi gawat bayi karena bayi kekurangan

oksigen di dalam kandungan), atau cord prolapse (tali pusat

menumbung, tali pusat keluar dari rahim mendahului kepala/bagian

badan bayi yang posisinya paling bawah di kandungan

a. Pengertian Rebozo

Rebozo adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Spanyol,

yang artinya selendang atau syal. Rebozo berarti selendang dalam

bahasa Spanyol dan merupakan selendang tradisional Meksiko.

(Febby, 2019)

Rebozo adalah kain panjang yang biasa dipakai wanita

meksiko untuk berkegiatan sehari-hari (memanggul, menggendong,

selimut dll). Kain selendang atau pashmina yang cukup panjang (>2

meter). Kain ini dapat digunakan untuk membantu pasangan

memberikan rasa nyaman selama menjelang proses persalinan

dengan tehnik-tehnik yang dapat dipelajari bersama pasangan.


193

(Nadina, 2018).

b. Bagaimana Melakukan Teknik Rebozo?

Melakukan teknik rebozo membutuhkan kain sebesar kurang

lebih 200×70 cm. Ukuran kain tidak harus sama persis, namun harus

bisa digunakan untuk melilit perut ibu hamil, dalam persalinan

metode gentle birth ibu diperbolehkan memilih posisi bersalin yang

paling nyaman. Teknik Rebozo ini juga akan membantu dalam

mendapatkan posisi bersalin yang nyaman. Caranya, kain pada

teknik Rebozo ini bisa menopang salah satu bagian tubuh agar ibu

merasa nyaman dan untuk melakukannya, diperlukan bantuan doula

(pendamping persalinan) profesional atau bisa juga suami kalau

sudah paham tekniknya dengan didampingi bidan, maka proses

persalinan bisa berjalan lebih nyaman dan lancar. (Nadina, 2018).

c. Manfaat Teknik Rebozo pada Persalinan

1) Mengoptimalkan posisi bayi yang terhambat, misalnya masuk

kepala bayi ke dalam panggul yang biasanya terjadi setelah

usia kehamilan > 36 minggu dengan tehnik rebozo janin

diharapkan lebih mudah masuk panggul.

2) Gerakan pada tehnik rebozo akan dapat membantu ibu hamil

lebih merasa nyaman karena terjadinya relaksasi otot-otot

panggul.

3) Lilitan kain rebozo yang tepat akan membuat ibu merasa

dipeluk dan memicu keluarnya hormone oksitosin yang pada

masa kehamilan dapat memicu relaksasi dan pada masa


194

persalinan akan mempercepat proses penurunan kepala dan

pembukaan serviks

4) Membantu ibu hamil untuk menjadi lebih rileks tanpa bantuan

obat, hal ini membuat teknik ini berguna selama kehamilan dan

menjelang persalinan

5) Membantu memberikan ruang pelvis lebih luas sehingga bayi

lebih mudah turun kedalam panggul (Nadina, 2018).

d. Cara Menggunakan Rebozo Dalam Persalinan

1) Pakai kain rebozo pada perut dan bokong ibu dengan nyaman

2) Atur panjang kain sama sisi

3) Gunakan kain yang tidak licin

4) Posisikan pendamping dengan nyaman

Teknik rebozo mempunyai fungsi untuk mengoptimalkan

posisi bayi yang kerap terhambat oleh otot ligamen yang tegang,

dengan posisi yang lebih baik, janin diharapkan lebih mudah masuk

panggul saat usia kehamilan 38 minggu. (Nadina, 2018).

Rebozo dapat digunakan dalam berbagai cara saat proses

persalinan, namun salah satu cara yang paling umum untuk

menggunakannya adalah dengan menggunakannya di pinggul sang

ibu dan menggoyang goyangkan pinggul sang ibu dengan gerakan

yang teratur. (Nadina, 2018).

e. Kapan Tidak Boleh Melakukan Rebozo

1) Pengguanaan rebozo harus dihindari apabila ditemukan ada

gejala atau resiko keguguran seperti pendarahan/nyeri kram di


195

bagian bawah diawal kehamilan, mempunyai riwayat

keguguran.

2) Ibu hamil merasakan perutnya kencang atau kram di

pertengahan atau akhir kehamilan, tehnik rebozo ini tidak

membahayakan janin, namun dapat membuat rond ligament ibu

spasme (kejang).

3) Saat detak jantung janin tidak stabil

4) Posisi bayi sungsang dengan selaput ketuban yang sudah robek

karena berisiko terjadinya cord prolapse (prolap tali pusat)

5) Pendarahan abnormal

6) Placental abruption (retensio plasenta)

7) Ibu merasa tidak nyaman. (Nadina, 2018).

f. Macam-Macam Posisi Teknik Rebozo

Menurut Nadina, (2018) Pilihan posisi dalam tehnik rebozo ini

tidak perlu hafalkan, sebab secara naluriah ibu akan dapat menemukan

posisi yang nyaman dengan sendirinya.

1) Posisi Sifting (Using Brith Ball)


Posisikan ibu dengan berlutut sambil menopangkan tangan

(memeluk) pada gym ball, kemudian kain dililitkan di perut ibu dari

batas bawah bra dan diatas sympisis, kain dibagi sama panjang

kemudian bagian ujungnya dipegang oleh doula (pendamping

persalinan). Doula mengayunkan kain secara lembut seperti

mengayu sepeda sehingga ibu merasa seperti dipijat gerakan ini

dapat memicu hormon oksitosin yang dapat membuat ibu merasa

relaks dan nyaman.


196

Gambar 2.22
Posisi Sifting (Using Brith Ball)

2) Shake Apple Tree

Posisikan ibu dengan berlutut sambil menopangkan tangan

(memeluk) pada gym ball, kemudian kain dililitkan di daerah

pinggul dan bokong ibu, kain dibagi sama panjang kemudian bagian

ujungnya dipegang oleh doula (pendamping) dan ujungnya dipilin

seperti membungkus permen kemudian digoyang-goyangkan dengan

halus. Posisi ini membuat otot daerah pinggul jadi lebih rileks.

Gambar 2.23
Posisi Shake Apple Tree

3) Posisi While Lying Down

Posisikan ibu hamil dengan bersandar pada bantal atau

berbaring, kain dapat dikaitkan pada punggung dan pinggang ibu,

kemudian ditahan oleh doula/bidan dari depan kemudian

goyangkan perlahan. Tujuannya adalah untuk menopang sebagian

beban tubuh ibu hamil, dengan posisi ini, ibu dapat leluasa
197

menggerakkan badan ke kiri dan kanan sampai menemukan posisi

yang nyaman.

Gambar 2.24
Posisi While Lying Down

3. Komplementer Pijat Effleurage Pada Ibu Nifas

Menurut Ristanti, (2019) memasuki masa persalinan ada banyak

hal yang dirasakan ibu hamil terutama rasa sakit yang luar biasa akibat

kontraksi uterus dirasakannya berkali-kali dalam proses persalinan dari

pembukaan 1 sampai pembukaan 10 cm. Ibu hamil yang sedang

berjuang untuk melahirkan memang membutuhkan dukungan banyak

pihak terutama dari suami dan keluarga serta yang tidak kalah penting

juga dukungan dari tenaga kesehatan yang menolong persalinan

(bidan). Salah satu cara dukungan yang dapat diberikan kepada ibu

menjelang persalinan adalah dengan melakukan pijat efflurage untuk

mengurangi rasa nyeri dan memberikan kenyamanan pada ibu bersalin.

Effleurage dapat meredakan ketegangan saraf dan

mendatangkan rasa nyaman. Teknik Effleurage bertujuan untuk

meningkatkan sirkulasi darah, memberi tekanan, menghangatkan otot


198

abdomen, dan meningkatkan relaksasi fisik, sehingga teknik tersebut

dapat membantu otot-otot ibu nifas lebih rileks setelah proses

persalinan yang sangat melelahkan. (Fauziyah, 2013)

Pengurangan nyeri menggunakan effleurage massage dan

relaksasi pernafasan dapat dilakukan oleh petugas kesehatan, keluarga

dan pasien tersebut. Effleurage massage sendiri dilakukan dengan

usapan lembut, lambat dan panjang yang dilakukan secara terus

menerus kepada ibu yang habis melahirkan.

Pijatan atau lebih tepatnya sentuhan itu dibarengi dengan

relaksasi nafas ibu sehingga otot-otot yang kejang setelah mengalami

proses persalinan bisa kembali rileks dan ibu bisa menghadapi masa

nifas dengan bahagia terlebih bila suami yang melakukan pijatan,

secara psikologis ibu akan lebih nyaman dan rileks dalam menghadapi

masa nifas dan proses menyusui juga akan lebih lancar karena otot otot

rileks, ibu bahagia.

Effleurage adalah gerakan usapan, baik dilakukan dengan

telapak tangan atau bantalan jari tangan. Gerakan ini dapat dilakukan

dengan ringan ataupun dengan sedikit penekanan. Gerakan ringan

biasanya digunakan untuk meratakan minyak pijat, pengenaan gerakan

(sebagai gerakan permulaan) maupun menenangkan kembali jaringan

otot yang telah dirangsang dengan gerakan-gerakan lainnya,

Gerakan effleurage maupun strocking bermanfaat menenangkan

saraf serta akan menghilangkan stres, tegang, sakit kepala dan akan

membuat tidur lebih pulas. Effleurage dapat mengguatkan kembali dan


199

menstimulasi sistem saraf pusat. Jaringan tubuh akan berfungsi dengan

lancar, meningkatkan sirkulasi dan aliran limfe untuk menyingkirkan

sisa-sisa metabolisme dan racun tubuh.

Selama melakukan effleurage tidak terjadi kehilangan kontak

dengan klien karena dapat mengganggu relaksasi klien. Saat memijat,

kedua tangan harus dalam keadaan rileks dan memijat tidak terlalu

menekan atau melakukan gerakan mendadak. Tekanan atau gerakan

mendadak akan berakibat saraf terganggu, gerakan pijatan sebaiknya

lembut, ritmik dan datar, gunakan seluruh tangan, bukan hanya jari-jari,

dengan demikian gerakan pijat bisa menjangkau area yang lebih luas,

kecuali jika sedang memijat area yang kecil: wajah, saat memijat tidak

melakukan pijatan atau usapan ke arah bawah. (Fauziyah, 2013) .

a. Definisi Massage Effleurage

Massage adalah suatu istilah yang digunakan untuk

menunjukkan manipulasi tertentu dari jaringan lunak tubuh.

Manipulasi tersebut sebagian besar efektif dibentuk dengan tangan

diatur guna tujuan untuk mempengaruhi saraf, otot, sistem

pernapasan, peredaran darah dan limphe yang bersifat setempat dan

menyeluruh (Alimah, 2012).

Massage merupakan salah satu manajemen nyeri non

farmakologi untuk membuat tubuh menjadi rileks, bermanfaat

mengurangi rasa sakit atau nyeri, menentramkan diri, relaksasi,

menenangkan saraf dan menurunkan tekanan darah (Maryunani,

2010)
200

Massage Effleurage adalah teknik pijatan yang dilakukan

untuk membantu mempercepat proses pemulihan nyeri dengan

menggunakan sentuhan tangan untuk menimbulkan efek relaksasi.

(Alimah, 2012).

Massase tubuh dengan cara manual adalah salah satu

perawatan tubuh dengan mengunakan kedua tangan pada bagian

telapak tangan maupun jari-jari tangan

b. Manfaat massage

Paling utama dari manfaat massage adalah memperlancar

peredaran darah dan getah bening. Dimana massage akan membantu

memperlancar metabolism dalam tubuh. Treatment massage akan

mempengaruhi kontraksi dinding kapiler sehingga terjadi keadaan

vasodilatasi atau melebarnya pembuluh darah kapiler dan pembuluh

getah bening. Aliran oksigen dalam darah meningkat, pembuangan

sisa-sisa metabolic semakin lancar sehingga memacu hormone

endorphin yang berfungsi memberikan rasa nyaman. Selain hal

tersebut banyak sekali manfaat massage bagi peningkatan fungsi-

fungsi fisiologis tubuh. Efek kesembuhan secara holistikpun bisa

didapatkan dari massage yaitu menimbulkan relaksasi pada pikiran,

menghilangkan depresi dan perasaan panic dengan meluangkan

sedikit waktu untuk melakukan kontak khusus yang ditimbulkan dari

sentuhan massage

c. 5 Macam-Macam Gerakan Massage Dan Manfaatnya

1) Effleurage (stroking movement) – Mengusap.


201

Gambar 2. 25

Effleurage

Adalah gerakan mengusap dengan menggunakan telapak

tangan atau bantalan jari tangan. Gerakan ini dilakukan sesuai

dengan peredaran darah menuju jantung maupun kelenjar-

kelenjar getah bening. Manfaat gerakan ini adalah merelaksasi

otot dan ujung-ujung syaraf

2) Petrissage (Kneading movement) – Memijit atau meremas.

Gambar 2.26

Petrissage
202

Adalah gerakan memijit atau meremas dengan

menggunakan telapak tangan atau jari-jari tangan. Teknik ini

digunakan pada area tubuh yang berlemak dan jaringan otot

yang tebal.

3) Friction – menggosok atau menggesek.

Gambar 2.27

Friction

Adalah gerakan melingkar kecil-kecil dengan penekanan

yang lebih dalam menggunakan jari atau ibu jari. Gerakan ini

hanya digunakan pada area tubuh tertentu yang bertujuan untuk

penyembuhan ketegangan otot akibat asam laktat yang berlebih.

4) Vibration (Shaking Movement) – Menggetar.

Ganbar 2.28
203

Vibration

Adalah gerakan menggetar yang ditimbulkan oleh

pangkal lengan dengan menggunakan telapak tangan ataupun

jari-jari tangan

5) Tapotage (tapotement) Mengetuk/Memukul

Gambar 2.29

Tapotage

Adalah gerakan menepuk atau memukul dan bersifat

merangsang jaringan otot, dilakukan dengan kedua tangan

bergantian. Untuk memperoleh hentakan tangan yang ringan,

tidak sakit pada klien tapi merangsang sesuai dengan tujuannya,

maka diperlukan fleksibilitas pergelangan tangan. Tapotement

tidak boleh dikenakan pada area yang bertulang menonjol


204

ataupun pada otot yang tegang serta area yang terasa sakit atau

nyeri. Variasi gerakan tapotement:

a) Menepuk (Cuping)

b) Mencincang (Hacking)

c) Memukul (Picing)

Gambar 2.30

Variasi Tapotement

d. Indikasi massage effleurage

1) Kelelahan yang sangat

2) Otot kaku, lengket, tebal dan nyeri

3) Ganggguan atau ketegangan saraf

4) Kelayuhan atau kelemahan otot

e. Kontraindikasi dari massage effleurage adalah sebagai berikut

1) Cidera yang bersifat akut


205

2) Penyakit kulit dan luka bakar

3) Pengapuran pembuluh darah arteri dan Patah tulang (fraktur)

4) Tumor (bengkak) dan edema

5) Colour (hematoma/ memar)

6) Dolor (suhu panas tubuh)

7) Varises

8) Awal kehamilan

9) Penyakit Jantung Diabetes Militus dan Epilepsy (memerlukan

nasehat dokter) (Alimah, 2012)

f. Persyaratan Therapist

1) Tidak boleh memelihara kuku jari panjang

2) Tidak mengenakan perhiasan

3) Kondisi sehat dan melaksanakan sanitasi

4) Menjaga konsentrasi dan fleksibilitas tangan

5) Menguasai pengetahuan-pengetahuan dasar yang berkaitan

dengan massage

6) Sikap ramah dan penuh perhatian sebagai pelayan pada klien

g. Manfaat Massage Atau Pijat Secara Umum

Selain sebagai metode relaksasi, terapi pijat juga dapat

memberikan beragam manfaat lain bagi kesehatan, yaitu:

1) Meredakan sakit kepala: Terapi pijat bisa bermanfaat untuk

meringankan keluhan sakit kepala, termasuk migrain. Studi

menunjukkan bahwa terapi pijat dapat meredakan gejala nyeri


206

dan memperbaiki kualitas tidur pada orang yang sering

merasakan sakit kepala atau migrain.

2) Meringankan nyeri punggung: Sebuah penelitian mengungkapkan

bahwa pijat dapat mengatasi gejala nyeri punggung kronis,

namun, manfaat terapi pijat sebagai metode pengobatan nyeri

punggung masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

3) Mengurangi nyeri sendi: Nyeri dan kaku pada sendi merupakan

salah satu keluhan yang cukup umum terjadi. Kondisi ini bisa

disebabkan oleh radang sendi atau osteoartritis. Studi

menunjukkan bahwa terapi pijat bisa dilakukan sebagai terapi

tambahan meringankan nyeri dan meningkatkan pergerakan

sendi pada orang yang mengalami radang sendi.

4) Mengurangi stres: Terapi pijat diketahui dapat membantu tubuh

untuk meningkatkan empat jenis hormon yang menimbulkan

perasaan bahagia, yaitu serotonin, dopamin, endorphin, dan

oksitoksin. Peningkatan hormon-hormon tersebut, tentu dapat

membuat tubuh menjadi lebih rileks sehingga stress yang

dirasakan sebelumnya pun akan berkurang.

5) Memperbaiki kualitas tidur: Pijat yang dilakukan secara rutin

terbukti dapat menurunkan tingkat depresi dan rasa cemas serta

meningkatkan kualitas tidur, hal ini karena pijat dapat memicu

pelepasan hormon serotonin, hormon yang dapat menimbulkan

rasa tenang.
207

6) Merangsang pembentukan jaringan otot: Kelumpuhan, stroke,

atrofi otot, atau multiple sclerosis adalah beberapa jenis kondisi

yang dapat menyebabkan menyusutnya jaringan otot. Untuk

merangsang kembali pembentukan jaringan otot yang menyusut

tersebut, terapi pijat bisa dilakukan sebagai terapi tambahan

pada penderita kondisi tersebut. Selain itu, penelitian juga

menyatakan bahwa terapi pijat bermanfaat untuk meringankan

gejala akibat kondisi tertentu, seperti gangguan pencernaan dan

saraf, cedera otot, insomnia, dan nyeri haid

7) Pijat dapat menjadi sarana relaksasi dan mengurangi gejala atau

efek samping pengobatan kanker. Pijat juga dapat membangun

sistem kekebalan tubuh, meredakan nyeri, bengkak, kelelahan,

dan rasa mual. (Alimah, 2012)

h. Teknik Massage Effleurage

Effleurage merupakan manipulasi gosokan yang halus

dengan tekanan relatif ringan sampai kuat, gosokan ini

mempergunakan seluruh permukaan tangan satu atau permukaan

kedua belah tangan, sentuhan yang sempurna dan arah gosokan

selalu menuju ke jantung atau searah dengan jalannya aliran

pembulu darah balik, maka mempunyai pengaruh terhadap peredaran

darah atau membantu mengalirnya pembulu darah balik kembali ke

jantung karena adanya tekanan dan dorongan gosokan tersebut.

Effleurage adalah suatu pergerakan stroking dalam atau

dangkal, effleurage pada umumnya digunakan untuk membantu


208

pengembalian kandungan getah bening dan pembuluh darah di

dalam ekstremitas tersebut. Effleurage juga digunakan untuk

memeriksa dan mengevaluasi area nyeri dan ketidakteraturan

jaringan lunak atau peregangan kelompok otot yang spesifik

(Alimah, 2012)

i. Efek Massage Effleurage

1) Efek massage effleurage terhadap peredaran darah dan lymphe:

Massage effleurage menimbulkan efek memperlancar

peredaran darah. Manipulasi yang dikerjakan dengan gerakan

atau menuju kearah jantung, secara mekanis akan membantu

mendorong pengaliran darah dalam pembulu vena menuju ke

jantung. Massage juga membantu pengaliran cairan limphe

menjadi lebih cepat, ini berarti membantu penyerapan sisa-sisa

pembakaran yang tidak digunakan lagi.

2) Efek massage effleurage terhadap otot:

Massage effleurage memberikan efek memperlancar

proses penyerapan sisa-sisa pembakaran yang berada di dalam

jaringan otot yang dapat menimbulkan kelelahan. Dengan

manipulasi yang memberikan penekanan kepada jaringan otot

maka darah yang ada di dalam jaringan otot, yang mengandung

zat-zat sisa pembakaran yang tidak diperlukan lagi terlepas

keluar dari jaringan otot dan masuk kedalam pembuluh vena.

Kemudian saat penekanan kendor maka darah yang

mengandung bahan bakar baru mengalirkan bahan tersebut ke


209

jaringan, sehingga kelelahan dapat dikurangi. Selain itu massage

juga memberi efek bagi otot yang mengalami ketegangan atau

pemendekan karena massage pada otot berfungsi mendorong

keluarnya sisa-sasa metabolisme, merangsang saraf secara halus

dan lembut agar mengurangi atau melemahkan rangsang yang

berlebihan pada saraf yang dapat menimbulkan ketegangan.

3) Efek massage effleurage terhadap kulit:

Massage effleurage memberikan efek melonggarkan

perlekatan dan menghilangkan penebalan-penebalan kecil yang

terjadi pada jaringan di bawah kulit, dengan demikian

memperbaiki penyerapan

4) Efek massage effleurage terhadap saraf:

Sistem saraf perifer adalah bagian dari sistem saraf yang

di dalam sarafnya terdiri dari sel-sel saraf motorik yang terletak

di luar otak dan susmsum tulang belakang. Sel-sel sistem saraf

sensorik mengirimkan informasi ke sistem saraf pusat dari

organ-organ internal atau dari rangsangan eksternal. Sel sistem

saraf motorik tersebut membawa informasi dari sistem saraf

pusat (SSP) ke organ, otot, dan kelenjar. Sistem saraf perifer

dibagi menjadi dua cabang yaitu sistem saraf somatik dan sistem

saraf otonom. Sistem saraf somatic terutama merupakan sistem

saraf motorik, yang semua sistem saraf ke otot, sedangkan

sistem saraf otonom adalah sistem saraf yang mewakili

persarafan motorik dari otot polos, otot jantung dan sel-sel


210

kelenjar. Sistem otonom ini terdiri dari dua komponen fisiologis

dan anatomis yang berbeda, yang saling bertentangan yaitu

syaraf simpatis dan parasimpatis yang dapat melancarkan

5) Efek massage terhadap respon nyeri:

Prosedur tindakan massage dengan teknik effleurage

efektif dilakukan 10 menit untuk mengurangi nyeri. Stimulasi

massage effleurage dapat merangsang tubuh melepaskan

senyawa endorphin yang merupakan pereda sakit alami dan

merangsang serat saraf yang menutup gerbang sinap sehingga

transmisi impuls nyeri ke medulla spinalis dan otak di hambat.

Selain itu teori gate control mengatakan bahwa massage

effleurage mengaktifkan transmisi serabut saraf sensori A – beta

yang lebih besar dan lebih cepat. Proses ini menurunkan

transmisi nyeri melalui serabut dan delta A berdiameter kecil

(Fatmawati, 2017).

Sejauh ini massage effleurage telah banyak digunakan

untuk mengurangi nyeri persalinan. Massage effleurage dapat

mengurangi nyeri selama 10-15 menit. Massage effleurage

membantu ibu merasa lebih segar, rileks, dan nyaman selama

persalinan, lebih bebas dari rasa sakit, seperti penelitian

Fatmawati (2017)

4. Tehnik Baby Massase Pada Neonatus

Pijat bayi atau Baby Massase adalah cara yang baik untuk

menenangkan bayi. Kegiatan ini juga merupakan cara yang


211

menyenangkan untuk mempererat bonding ibu dengan bayinya. Stimulasi

pijat dapat dilakukan pada bayi sehat, bayi cukup bulan, bayi prematur,

atau bayi dengan berat lahir rendah. (Malini, 2014)

a. Macam-Macam Teknik Pijat Bayi yakni

1) Pijatan lembut

2) Ketukan neurogis yang bermanfaat untuk pembangunan saraf

3) Gym, berupa belajar keseimbangan dan kekuatan.

4) Streching (Malini, 2014)

b. Tahapan Usia Pijit Bayi.

1) Pertama bayi usia 1 hingga 4 bulan

2) Kedua bayi usia 4 bulan hingga 8 bulan

3) Ketiga usia 8 bulan hingga sudah jalan. (Malini, 2014)

c. Manfaat Baby Massage yakni

Treatment istimewa yang dilakukan khusus untuk bayi, salah

satunya adalah baby massase harus dilakukan dalam suasana yang

menyenangkan dan manfaat. Pijat bayi bukanlah sebuah aktivitas

yang menjadi rutinitas tanpa faedah semata. Justru, pijat bayi

disarankan untuk dilakukan karena menyimpan beragam manfaat

yang baik bagi bayi maupun ibu. (Anindyaputri, 2021). Selain itu

memijat bayi sembari memperdengarkan mereka lagu atau mengajak

mereka bicara. Ibu bisa menggunakan lotion, baby oil, atau minyak

kelapa untuk digunakan memijat bayi dan sebaiknya pijat bayi

dilakukan selama 15 menit dengan tenang tanpa adanya gangguan

apapun. (Anindyaputri, 2021) Merangkum dari berbagai sumber,


212

inilah berbagai manfaat pijat bayi yang perlu ketahui yaitu:

1) Manfaat baby massage untuk bayi:

a) Meningkatkan frekuensi menyusu

b) Meningkatkan berat badan bayi

c) Membantu bayi untuk berlatih relaksasi

d) Membantu bayi untuk tidur dengan lelap dan lama

e) Membuat ikatan / bonding dengan ibu

f) Menyembuhkan gangguan pernapasan

g) Meningkatkan kemampuan sensorik dan motorik bayi

h) Membantu melancarkan sistem pencernaan

i) Meredakan ketidaknyamanan bayi akibat kolik maupun

tumbuh gigi

j) Mencegah bayi mengalami tantrum (kehilangan kontrol

emosional yang mendadak pada bayi)

2) Manfaat baby massage untuk ibu adalah sebagai berikut:

a) Memberikan perhatian spesial dan mempererat ikatan atau

bonding ibu dengan bayinya

b) Membantu mengetahui bahasa (isyarat) non-verbal bayi

c) Meningkatkan rasa percaya diri dalam mengasuh bayi

d) Meningkatkan komunikasi antara ibu dan bayi

e) Meningkatkan kemampuan ibu untuk membantu bayi

relaksasi

f) Meredakan stres

g) Menciptakan suasana yang menyenangkan


213

d. Kontra Indikasi Pijat Bayi

1) Bayi dalam keadaan sakit: demam, badan hangat, kejang, sesak,

batuk berat, sering muntah

2) Saat bayi menagis keras atau dengan cara memaksa

3) Memaksakan posisi saat memijat bayi

4) Membangunkan bayi anda untuk dipijat.

5) Bayi dalam keadaan lapar dan kehausan

6) Bayi dalam keadaan tidak nyaman dan rewel

7) Bila bayi mengalami masalah dengan jantungnya

8) Bila bayi mengalami masalah motorik

9) Saat bayi mengalami ruam, kulit pecah-pecah, ataupun memar

10) Saat bayi baru mendapatkan imunisasi, hentikan pijat bayi

sampai 48 jam setelah imunisasi

11) Saat bayi baru makan, menunggu selama 30 menit setelah bayi

makan (Trinanda, 2021)

e. Beberapa Hal Yang Harus diPerhatikan Saat Melakukan Baby

Massase adalah:

1) Jika bayi jika menangis keras, hentikan pijatan.

2) Jika menggunakan baby oil, mandikan/dilap bayi setelah dipijat.

3) Jauhkan baby oil atau bahan lain dari mata bayi.

4) Konsultasikan dengan dokter anak atau dokter lainnya saat

hendak melakukan pemijatan bayi. (Trinanda, 2021)

f. Teknik Baby Massase

Menurut Anindyaputri, (2021) Untuk memastikan anak bayi


214

mendapatkan manfaat optimal dari massase, ada baiknya berkonsultasi

dulu dengan dokter anak untuk memastikan cara terbaik dalam

memberikan baby massase, selain itu, perhatikan reaksi bayi pada saat

melakukan baby massase, apabila bayi terlihat tidak nyaman dan tidak

menyukai pijatan, segera hentikan baby massase dan cari tahu penyebab

bayi merasa tidak nyaman. Beberapa tahapan baby massase, adalah:

1) Pijatan wajah terdiri dari 5 gerakan utama, yaitu: gerakan caress love

(sentuhan cinta), relax (pijatan daerah alis), circle down (pijatan

memutar membentuk lingkaran), smile (senyuman), dan cute (pijatan

daerah belakang telinga).

Gambar 2.31
Pijat Bagian Wajah Bayi

2) Pijatan dada terdiri dari 2 gerakan utama, yaitu: gerakan butterfly

(pijatan kupu-kupu) dan cross (pijatan menyilang).

Gambar 2.32
215

Pijat Bagian Dada Bayi

3) Pijatan perut membantu dalam pengosongan lambung bayi, sehingga

proses pencernaan berlangsung lebih lancar. Pijatan ini terdiri dari 5

gerakan utama, yaitu: gerakan mengayuh, bulan matahari (searah

jarum jam), I love you, walking fingers (pijatan jari-jari berjalan),

dan relax (gerakan rileksasi).

Gambar 2.33
Pijat Bagian Perut Bayi

4) Pijatan tangan terdiri dari 7 gerakan utama, yaitu: gerakan milking

(memerah), rolling (pijatan menggulung), squeezing (pijatan

memeras), thumb after thumb (pijatan telapak dan punggung tangan),


216

spiral (pijatan memutar pada telapak dan punggung tangan), finger

shake (pijatan pada jari), serta relax (gerakan rileksasi tangan, dan

diagonal tangan-kaki).

Gambar 2.34
Pijat Bagian Tangan Bayi

5) Pijatan kaki terdiri dari 7 gerakan utama, sama seperti pijatan tangan.

, yaitu: gerakan milking (memerah), rolling (pijatan menggulung),

squeezing (pijatan memeras), thumb after thumb (pijatan telapak dan

punggung tangan), spiral (pijatan memutar pada telapak dan

punggung tangan), finger shake (pijatan pada jari), serta relax

(gerakan rileksasi tangan, dan diagonal tangan-kaki).

Gambar 2.35
Pijat Bagian Kaki Bayi
217

6) Pijatan punggung terdiri dari 5 gerakan utama, yaitu: gerakan go

back-forward (pijatan maju mundur), slip (pijatan meluncur),

mengayuh, spiral (pijatan melingkar), dan menggaruk.

Gambar 2.36
Pijat Bagian Punggung Bayi

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan

1. Kunjungan ANC Pertama


218

a. Pengkajian Data

Data Subjektif

Pada tanggal 03 Februari 2022 Pukul 16.30 WIB, Ibu datang

ke PMB. S, untuk melakukan pemeriksaan kehamilan dan diperoleh

data sebagai berikut: Ny. RN, berusia 25 tahun, Suku Jawa,

berkebangsaan Indonesia, Agama Islam, Pendidikan terakhir SMU

(lulus), sebagai ibu rumah tangga. Menikah dengan Tn. Y berusia 27

tahun, Suku Jawa berkebangsaan Indonesia, Agama Islam,

Pendidikan terakhir SMU (lulus) dan pekerjaan Swasta, penghasilan

 Rp 2000.000/bulan. Alamat di Dusun Ciherang Rt: 01/ Rw: 06

Desa Wadas Kecamatan Telukjambe timur Kabupaten Karawang.

ibu mengatakan ini hamil anak ke 1, belum pernah melahirkan dan

belum pernah keguguran usia kehamilan 8 bulan. Saat ini ibu

mengeluh sering nyeri punggung, dan sering buang air kecil, ibu

tidak sedang menderita penyakit sesak nafas, nyeri dada dan

berdebar debar (Jantung), DM dan tekanan darah tinggi, TBC,

Hepatitis, HIV/AIDS, dan Penyakit Menular Seksual. Ibu

mengatakan tidak pernah menjalani operasi apapun serta tidak

pernah menderita penyakit Jantung, DM, Hipertensi, TBC, Hepatitis,

HIV/AIDS, PMS, dan ibu pernah menderita sakit Maag. Riwayat

kesehatan keluarga: keluarga ibu maupun suami tidak ada yang

memiliki riwayat kehamilan kembar dan penyakit Jantung, DM,

Hipertensi, TBC, Hepatitis, HIV/AIDS, PMS Riwayat perkawinan

ibu mengatakan ini merupakan pernikahan yang pertama saat


219

menikah ibu berusia 24 tahun dengan usia suami `26 tahun status

pernikahan syah, lamanya 1 tahun. HPHT pada tanggal 07 Juni

2021 dan taksiran persalinan (TP) adalah tanggal 14 Maret 2022.

Pemeriksaan Trimester I: 4 kali kunjungan ANC, pertama di usia

kehamilan 1 bulan di PMB dan PKM dengan keluhan sakit

pinggang, pusing dan mual, perut terasa begah, terapi: Antasid,

Calcifar, Tablet Fe, Vitonal, Penyuluhan: istirahat cukup, nutrisi

makan sedikit tapi sering. Pemeriksaan Trimester II: ANC 4 kali di

PMB dengan keluhan batuk, mual, pusing dan demam serta ibu

sudah merasakan gerakan janin pada kehamilan 5 bulan, terapi:

Calcium, Tablet Fe, DHA asam folat, wiber, parasetamol

Penyuluhan: pola istirahat, pola nutrisi. Pemeriksaan Trimester III:

ANC 4 kali di PMB sering BAK, pegal kaki, sakit punggung dan

pinggang. Ibu mengatakan gerakan janin aktif, terapi: Calcium,

Tablet Fe, DHA asam folat, Penyuluhan: pola istirahat, pola nutrisi,

body mekanik, tanda bahaya kehamilan, tanda-tanda persalinan,

persiapan persalinan. Status Imunisasi TT : T3, Ibu belum pernah

menggunakan KB apapun karena ini kehamilan pertama. Pola makan

dan nafsu makan meningkat 3x sehari dengan menu nasi, sayur, lauk

dengan porsi sedang dan minum ± 8 gelas tanpa susu. BAB 1 x

sehari dan BAK > 8 x sehari warna jernih dan tidak ada keluhan saat

BAK lancar. Istirahat (sebelum hamil) ± 2 jam pada siang hari dan

malam hari ± 6-8 jam. Istirahat (selama hamil) ± 1-2 jam pada siang

hari dan malam hari ± 7-9 jam. Aktivitas (sebelum hamil): ibu
220

mengatakan sebagai ibu rumah tangga dan melakukan aktivitas

rumah yaitu mencuci, menyapu dan memasak. Aktivitas (selama

hamil): ibu mengatakan melakukan aktivitas rumah seperti biasa

menyapu dan memasak dan mengurangi aktivitas berat dan

berbahaya dan kadang dibantu suami. Personal Higiene (sebelum

hamil : mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, dan keramas 3x

seminggu serta mengganti pakaian setiap selesai mandi. Selama

hamil : ibu mengatakan mandi 2x sehari gosok gigi 2x sehari,dan

keramas 3x seminggu serta mengganti pakaian setiap selesai mandi.

Seksual (sebelum hamil : ibu mengatakan melakukan hubungan

seksual 2x seminggu dan tidak ada keluhan saat berhubungan dan

selama hamil : ibu mengatakan melakukan hubungan seksual kadang

kadang dan tidak ada keluhan selama berhubungan. Riwayat

Ketergantungan: sebelum hamil dan selama hamil ibu dan suami

tidak memiliki ketergantungan terhadap rokok, minuman beralkohol

maupun obat obatan terlarang serta jamu jamuan. Latar belakang

sosial budaya: ibu tidak pernah melakukan pijat perut, minum jamu

jamuan dan tidak ada pantangan terhadap makanan tertentu seperti

telur, daging, ikan dan ada kebiasaan tingkepan 7 bulanan.

Psikososial dan spiritual: hubungan dengan suami baik, suami dan

keluarga sangat mendukung atas kehamilannya. Ibu berharap

kehamilannya lancar sampai bayinya lahir pengambil keputusan

dalam keluarga adalah suami, ibu suami dan keluarga selalu berdoa

agar diberi kesehatan dan keselamatan sampai proses persalinan


221

nanti.

Data Objektif

Pemeriksaan Fisik keadaan umum: Compos menthis, keadaan

emosional stabil, Tekanan Darah 110/70mmHg, respirasi 22x/menit,

nadi 80x/menit, suhu 36,00c, Lila 24 cm, Berat Badan sekarang 46

kg, Berat Badan sebelum hamil 40 kg, penambahan berat badan

selama hamil 6 kg, Tinggi badan 145 cm. IMT = IMT = 21,8

(Normal)

Muka simetris, tidak ada oedema, mata simetris, konjungtiva

tidak anemis, sclera tidak ikterik. Hidung tidak ada polip, bersih. Telinga

simetris, pendengaran normal, mulut simetris, tidak ada stomatitis, gigi

tidak karies. Leher: tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid dan getah

bening, tidak ada tumor. Dada dan axilla: mamae simetris kanan/kiri,

tidak ada benjolan, tidak ada tumor, hiperpigmentasi pada areola, tidak

ada pengeluaran ASI, puting susu menonjol, bersih. Jantung normal,

paru-paru tidak ada bunyi wheezing, ronchi. Axilla tidak ada pembesaran

kelenjar getah bening tidak nyeri tekan. Ekstremitas atas: tungkai

simetris, tidak ada oedema. Pada abdomen pembesaran sesuai usia

kehamilan, tidak ada benjolan, tidak ada bekas luka operasi, tidak ada

pembesaran pada lien/liver, konsistensi abdomen lunak. Tinggi Fundus

Uteri (MD) 27 cm dan tidak ada kontraksi. Palpasi pada abdomen TFU

teraba pertengahan prosesus xypoideus pusat, teraba bokong, punggung

teraba di bagian kanan, ekstermitas janin teraba di bagian kiri, bagian

terendah janin kepala teraba 5/5 bagian diatas sympisis. Tapsiran berat
222

janin (27-13) x155 gram = 2.170 gram. Denyut jantung janin (+) dengan

PM kuadran kanan 3 jari bawah pusat bagian kanan dengan frekuensi

140x/menit. Ektremitas bawah tidak ada oedem dan varises, refleks

patella positif. Pada punggung dan pinggang tidak ada kelainan.

Pemeriksaan anogenital: vulva warna kebiruan, tidak ada parut perineum,

tidak ada condiloma acuminata, tidak ada condilomalata, tidak ada

oedema, tidak ada rasa nyeri, tidak ada varices, pengeluaran flour albus

tidak ada, lender bercampur darah tidak ada, pada anus tidak ada

haemoroid. Laboratorium: HBsAg: negatif, reduksi urine: negatif, protein

urine: negatif, HIV: Non reaktif, Gol darah B. HB 12,2 gr %. Protein dan

Reduksi urin (-) diliahat dari buku KMS. Skor Puji Rochyati (SPR) Skor

ibu sampai dengan ANC ke 8 yaitu 2.

b. Analisa

Ibu: G1P0A0 umur kehamilan 34 minggu 3 hari

Janin tunggal hidup intra uterin presentasi kepala

c. Penatalaksanaan Pukul : 16.40 WIB

1) Menjaga privasi pasien

2) Melakukan inform consend

3) Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa keadaan

ibu dan janin baik dan tapsiran persalinannya tanggal 14-03-

2022. Ibu senang mengetahui hasil pemeriksaannya

4) Memberitahu ibu ketidak nyamana trimesterIII dan cara

mengatasinya. Seperti sakit punggung dan pinggang serta sering

buang air kecil pada malam hari itu merupakan faktor


223

fisiologis.cara mengatasinya dengen berdiri dan jalan dengan

posisi tegak,menggunakan sepatu /sandal yang tidak bertumit,

hindari mengangkat benda yang berat. Membatasi minum

dimalam hari minimal 1 jam sebelum tidur dan perbanayak di

siang hari

5) Memberikan konseling pola istirahat: tidur minimal 8 jam/hari,

pola nutrisi: untuk banyak mengkonsumsi makan yang banyak

mengandung vit dan mineral: buah-buahan, sayuran kacang dan

protein tinggi: telur dan ikan. Ibu sudah mengetahui dan

mengerti penjelasan bidan dan bersedia untuk mangekonsumsi

makanan yang dianjurkan tersebut.

6) Menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa ibu akan diberikan

asuhan komplementer gym ball sehubungan dengan keluhan

sakit punggung dan pinggang dengan tujuan membantu

merelaksasi legamen yang tegang sehingga dapat mengurangi

nyeri pada punggung dan pinggang dan membuat posisi janin

menjadi optimal, membantu membuka panggul lebih luas

sehingga kepala janin lebih cepat turun ke panggul dengan

langkah-langkah:

1) Posisi Duduk Diatas Birth Ball


224

a) Bauching: ibu duduk di atas bola seperti halnya duduk di

kursi dengan kaki sedikit membuka agar keseimbangan

badan di atas bola terjaga, kemudian lakukan gerakan

keatas dan kebawah (naik turun) sebanyak 20 kali.

b) Pelvic Circle: ibu duduk di atas bola seperti halnya duduk

di kursi dengan kaki sedikit membuka agar keseimbangan

badan di atas bola terjaga, kemudian lakukan gerakan

memutarkan panggul ke kiri dan ke kanan (goyang inul)

sebanyak 20 kali kemudian balas disisi yang lainnya hal ini

membuat ruang bagi janin terbuka sehingga dapat

memposisikan bayi yang optimal.

c) Angka 8: ibu duduk di atas bola seperti halnya duduk di

kursi dengan kaki sedikit membuka agar keseimbangan

badan di atas bola terjaga, kemudian lakukan gerakan

memutarkan pinggul ke depan dan ke belakang seperti

membuat angka 8 panggul lakukan sebanyak 20 kali

kemudian balas dengan di sisi yang lain, gerakan ini dapat

mengurangi nyeri pinggang, nyeri punggung dan

memposisikan bayi yang optimal.


225

d) Pelvic Tilt: ibu duduk di atas bola seperti halnya duduk di

kursi dengan kaki sedikit membuka agar keseimbangan

badan di atas bola terjaga, kemudian lakukan gerakan ke

depan dan kebelakang lakukan sebanyak 20 kali, gerakan

ini dapat mengurangi nyeri pinggang, nyeri punggung dan

memposisikan bayi yang optimal.

e) Side To Side: ibu duduk di atas bola seperti halnya duduk di

kursi dengan kaki sedikit membuka agar keseimbangan

badan di atas bola terjaga, kemudian lakukan gerakan

dengan mengoyangkan pinggul ke kiri dan ke kanan seperti

diayun lakukan sebanyak 20 kali kemudian balas dengan di

sisi yang lain, gerakan ini dapat mengurangi nyeri

pinggang, nyeri punggung dan memposisikan bayi yang

optimal.

f) Infinity (angka ∞): ibu duduk di atas bola seperti halnya

duduk di kursi dengan kaki sedikit membuka agar

keseimbangan badan di atas bola terjaga, kemudian lakukan

gerakan memutarkan panggul ke samping kanan dan kiri

seperti membuat angka 8 panggul lakukan sebanyak 20 kali

kemudian balas dengan di sisi yang lain, gerakan ini dapat

mengurangi nyeri pinggang, nyeri punggung dan

memposisikan bayi yang optimal.

g) Hip Circle: ibu duduk di atas bola seperti halnya duduk di

kursi dengan kaki sedikit membuka agar keseimbangan


226

badan di atas bola terjaga, kemudian lakukan gerakan

memutarkan panggul ke depan dan ke belakang seperti

membuat angka 8 panggul lakukan sebanyak 20 kali

kemudian balas dengan di sisi yang lain, gerakan ini dapat

mengurangi nyeri pinggang, nyeri punggung dan

memposisikan bayi yang optimal.

2) Posisi Berlutut Bersandar Diatas Bola Birth Ball.

a) Hip Circel : ibu bisa berlutut di atas bola yang terletak di

lantai, peluk bola dan kaki posisikan sejajar dengan pinggul

lakukan gerakan memutar pinggul kemudain balas dengan

sisi yang lain yang mungkin membantu janin posterior

berubah menjadi posisi yang optimal untuk dilahirkan.

b) Cat And Cow: ibu bisa berlutut di atas bola yang terletak di

lantai, peluk bola dan kaki posisikan sejajar dengan pinggul

lakukan gerakan turun naik pada pinggul kemudain balas

dengan sisi yang lain yang mungkin membantu janin

posterior berubah menjadi posisi yang optimal.

c) Duduk: ibu duduk dengan membuka lutut lebar, peluk bola

dan lakukan gerakan memutar pinggul kemudain balas

dengan sisi yang lain posisi ini membantu membuka sacrum


227

lebih lebar sehingga janin lebih cepat lahir. Lakukan

relaksasi pernafasan

3) Posisi Jongkok Bersandar Di Birth Ball.

Letakkan bola diatas lantai kemudian ibu diposisikan

berlutut kemudian sandarkan punggung dan pinggang diatas

bola, gerakan maju mundur diatas bola sebanyak 20 kali.

Latihan ini dapat memperkuat otot pinggang, panggul, dan

bagian kaki untuk persalinan nanti

4) Posisi V-Sit:

Siapkan alas matras atau yoga mat dan berbaring di atasnya.

Letakkan bagian pergelangan kaki di atas birthing ball, kemudian

angkat badan perlahan hingga membentuk huruf V. Pertahankan

pinggul tetap menyentuh matras sambil menghitung sampai lima.

Ulangi gerakan tersebut untuk mengencangkan kaki dan perut.

5) Wall Squat Diatas Birthing Ball


228

Posisikan bola menempel di tembok kemudian berdiri dengan

kaki terbuka di depan bola. Turunkan tubuh hingga bagian bokong

menyentuh bola dan pastikan punggung juga menyentuh tembok.

Lakukan gerakan ini dengan perlahan.

6) Bersandar Diatas Birth Ball.

Tempatkan bola di tempat tidur atau kursi kemudian ibu

berdiri kokoh dan posisi kaki terbuka serta bersandar ke atas

bola sambi memeluk bola sambil melakukan goyangan panggul

kekiri dan kekanan. Posisi ini dapat mengurangi tekanan pada

punggung, pinggang dan tulang ekor sehingga ibu tidak

merasakan terlalu sakit.

7) Memberikan konseling body mekanik seperti: biasakan setiap

bangun dari tempat tidur ibu miring dulu dan cara mengambil

barang dibiasakan untuk jongkok dan tidak terlalu lama berdiri,

duduk dengan posisi kaki tidak digantung.

8) Menjelaskan pada ibu tentang tanda bahaya kehamilan TM III,

dan tanda tanda persalinan. Ibu dapat mengulangi penjelasan


229

yang diberikan.

9) Mendiskusikan persiapan persalinan: penolong persalinan,

tempat persalinan, transportasi yang di pakai, persiapan biaya,

pengambil keputusan, pendamping persalinan, keperluan ibu

dan bayi, pendonor jika diperlukan. Ibu ingin bersalin ditolong

oleh bidan di tempat praktik mandiri, menggunakan transportasi

sendiri, biaya sudah diciptakan pengambil keputusan nantinya

adalah suami, ibu ingin didampingi suami saat melahirkan ibu

sudah mempersiapkan keperluan untuk dirinya sendiri dan

bayinya dan ibu sudah mempersiapkan siapa nanti yang jadi

pendonor untuk dirinya.

10) Memberikan terapi oral: vitonal dan etabion 1x1 sehari

serta menjelaskan cara minum yang benar dan aturan

minumnya. Ibu bersedia minum obat secara teratur.

11) Menyepakati kunjungan ulang 3 minggu kemudian pada tanggal

26 Februari 2022 atau sewaktu waktu jika ada keluhan. Ibu

bersedia periksa kembali 3 minggu lagi atau sewaktu waktu jika

ada keluhan.

12) Mendokumentasikan semua hasil asuhan yang telah diberikan.

2. Kunjungan ANC kedua

a. Subyektif

Pada tanggal 26 Februari 2022 Pukul: 16.00 WIB ibu datang

ke BPM.S untuk melakukan pemeriksaan kehamilan ulang. Ibu

mengatakan sakit punggung dan pinggangnya sudah berkurang. Dan


230

ibu mengatakan perutnya kadang suka kencang-kenceng. gerakan

janinnya aktif

b. Data Objektif

Keadaan Umum : Baik, kesadaraan: Composmentis, Tanda

tanda vital TD : 110/70 mmHg, N : 80x/menit RR : 21x/menit S :

36,5°C, BB sekarang 47 kg, kenaikan selama hamil BB 7 kg. Muka

tidak pucat, tidak oedem, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak

kuning, mulut dan bibir tidak anemis, tidak ada pembesaran kelenjar

thyroid dan kelenjar getah bening. Payudara membesar, puting susu

menonjol bersih, tidak teraba benjolan. Abdomen membesar sesuai

usia kehamilan, tidak ada bekas luka operasi, tidak ada pembesaran

pada lien/liver, konsistensi abdomen. Tinggi Fundus Uteri (MD) 28

cm dan ada kontraksi sedikit. Palpasi pada abdomen TFU

pertengahan prosesus xypoideus dengan pusat, teraba bokong,

punggung teraba di bagian kanan, bagian terendah janin kepala dan

teraba 3/5 bagian. Tapsiran berat janin TBJ (28 – 12) x 155 = 2.480

gram. Denyut jantung janin (+) dengan PM kuadran kanan 3 jari

bawah pusat bagian kanan dengan frekuensi 145x/menit. Ektremitas

bawah tidak ada oedema dan varises, refleks patella positif.

Punggung dan pinggang tidak ada kelainan. Pemeriksaan anogenital:

tidak dilakukan karena ibu tidak ada keluhan. Lab: Hb: 13,4 gr%,

protein(-), reduksi(-), Ph: 7,5 Skor ibu sampai dengan ANC ke 9

yaitu 2.
231

c. Analisa

G1P0A0, usia kehamilan 37 minggu 3 hari.

Janin hidup tunggal intrauterin presentasi kepala.

d. Penatalaksanaan Pukul : 16.30 WIB

1) Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu dan

janin sehat. Ibu mengerti dan merasa senang dengan hasil

pemeriksaannya.

2) Memberitahukan kepada ibu bahwa kenceng kenceng yang

dialaminya merupakan hal yang wajar sebab kehamilannya

semakin besar sehingga otot-otot meregang. Ibu mengerti

tentang penjelasan bidan

3) Mengulang Kembali asuhan Komplementer Gym Ball

4) Menganjurkan ibu harus mengatur pola makan dengan

mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi protein

seperti ikan, telur, karbohidrat dan lemak untuk menaikan berat

badan. Ibu bersedia melakukan anjuran bidan.

5) Memberikan terapi oral: tablet Fe dan Kalk 1x1, Vito ASI 1x1

serta menjelaskan cara minum yang benar dan aturan

minumnya. Ibu bersedia minum obat secara teratur

6) Mengingatkan ibu tanda-tanda bahaya kehamilan seperti:

perdarahan pervaginam, bengkak pada muka dan tangan, nyeri

perut yang hebat, sakit kepala hebat, gerakaan janin kurang,

penglihatan kabur).dan segera datang ke fasilitas kesehatan

terdekat apabila ada tanda-tanda tersebut. Ibu sudah mengetahui


232

dan mengerti dan berjanji akan datang ke fasilitas kesehatan

tersedat apabila terdapat tanda-tanda tersebut.

7) Memberitahu ibu tanda-tanda persalinan yaitu mules yang

menjalar dari perut ke pinggang, semakin sering, kuat dan terasa

sakit, disertai pengeluaran lendir darah. Ibu mengerti dan akan

datang kebidan bila mengalami salah satu tanda persalinan

tersebut.

8) Memberitahukan kepada ibu untuk kembali lagi 1 minggu atau

sewaktu waktu jika ada keluhan atau jika sudah merasakan perut

kenceng dan mules yangv sering. Ibu bersedia kembali lagi jika

terdapat keluhan

9) Melakukan pendokumentasian semua asuhan yang diberikan.

3. Kunjungan ANC Ketiga

a. Subyektif

Pada tanggal 04 Maret 2022 Pukul: 08.30 WIB ibu datang ke

PMB S untuk kontrol. Ibu mengatakan punggung dan pinggang sudah

tidak sakit, BAK masih sering dan perutnya terasa kenceng dan mules

tetapi masih jarang dan tidak sakit, gerakan janin aktif, ibu tidak

merasakan sakit kepala hebat, tidak ada pandangan kabur dan tidak ada

nyeri ulu hati.

b. Data Objektif:

Keadaan Umum : Baik, kesadaraan: Composmentis, Tanda tanda

vital TD: 110/70 mmHg, N: 82x/menit RR: 23x/menit S: 36,8°C, BB

sekarang 48 kg, kenaikan BB 8 kg. IMT 22,8. Muka: tidak pucat, tidak
233

oedem, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak kuning, mulut dan bibir

tidak anemis, bersih, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan kelenjar

getah bening. Payudara membesar, puting susu menonjol bersih, tidak

teraba benjolan. Abdomen membesar sesuai usia kehamilan, tidak ada

pembesaran pada lien/liver, konsistensi abdomen lunak. Tinggi Fundus

Uteri (MD) 29 cm. Palpasi pada abdomen TFU 3 jari di bawah PX,

teraba bokong, punggung teraba di bagian kanan, bagian terendah janin

kepala sudah masuk PAP (konvergent) dan teraba 2/5 bagian. Tapsiran

berat janin TBJ (29 – 12) x 155 = 2.635 gram. Denyut jantung janin (+)

dengan PM kuadran kanan 2 jari bawah pusat bagian kanan dengan

frekuensi 146x/menit. Ektremitas bawah tidak ada oedema dan varises,

refleks patella positif. Punggung dan pinggang tidak sakit lagi.

Analisa

G1P0A0, usia kehamilan 38 minggu 4 hari

Janin hidup tunggal intrauterin presentasi kepala. .

Penatalaksanaan

a. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan ibu dan

janin baik saat ini.

b. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa perutnya kenceng

diakibatkan usia kehamilan yang mendekati persalinan/kelahiran,

sehingga uterus mulai berkontraksi dan apabila perut kencengnya

semakin kuat, sering dan terasa sakit dan disertai adanya lendir

bercampur darah maka ibu harus segera kebidan. Ibu mengerti

penjelasan bidan dan akan melaksanakan anjuran bidan


234

c. Mendokumentasikan hasil asuhan yang telah diberikan

B. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin

1. Pengkajian Data Kala I

Catatan Perkembangan Persalinan Kala I Fase Laten Jam 01.00

WIB.

Subjektif

Pada tanggal 05 Maret 2022 pukul 01.00 WIB, Ibu mengeluh

perut kenceng dan mules-mules yang semakin kuat, sering dan sakit yang

disertai dengan keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir sejak

pukul 22.00 WIB, namun belum keluar air-air, gerakan janin aktif.

Makan terakhir tadi sore pukul 20:00 WIB. BAB tadi pagi dan BAK

pukul 23:00 WIB

Obyektif

Keadaan umum baik, kesadaran Composmetis, Pada pemeriksaan

fisik Tekanan Darah 120/80mmHg, respirasi 20x/menit, nadi 80x/menit,

suhu 36,70c, Lila 24 cm, BB 48 kg, kenaikan BB 8 kg selama hamil.

Muka tidak pucat, tidak oedem, konjungtiva tidak pucat, sklera

tidak kuning dan ibu tidak menginakan kacamata/fungsi penglihatan

baik. fungsi pendengaran baik, mulut dan bibir tidak anemis, gusi tidak

ada perdarahan, gigi tidak ada caries, tidak ada pernafasan cuping

hidung, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan kelenjar getah bening.

Dada Askultasi: paru paru tidak ada suara wheezing dan ronchi, Suara

jantung normal lup dup, Perkusi jantung pekak dan paru paru sonor.

Payudara membesar, puting susu menonjol bersih, tidak teraba benjolan.


235

Abdomen membesar sesuai usia kehamilan, tidak ada bekas luka operasi,

tidak ada pembesaran pada lien/liver, konsistensi abdomen keras. Tinggi

Fundus Uteri (MD) 29 cm dan ada kontraksi. Pada abdomen TFU teraba

bokong, punggung teraba di bagian kanan dan esktermitas teraba

dibagian kiri, bagian terendah janin kepala, devergent dan teraba 2/5

bagian. Tapsiran berat janin adalah (29-12) x 155 = 2.635 gram. Denyut

jantung janin teratur dengan frekuensi 140 x/menit. Kontraksi (+)

frekuensi 3 x dalam 10 menit lamanya 35 detik dan kekuatan sedang.

Ektremitas bawah tidak ada oedema dan varises, refleks patella positif.

Punggung dan pinggang tidak ada kelainan. Pemeriksaan vulva: ada

pengeluaran lendir bercampur darah kemudian Pukul 01.15 WIB

dilakukan pemeriksaan dalam hasilnya: vulva dan vagina tidak ada

kelainan, portio lunak, pembukaan 3 cm, ketuban (+), presentasi kepala,

posisi ubun ubun kecil kanan depan dan penurunan hodge II, molase

tidak ada, keadaan imbang feto felvik luas.

Analisa:

Ibu : G1P0A0 Hamil 38 minggu 5 hari inpartu kala I fase laten

Janin: tunggal hidup intrauterin presentasi kepala.

Penatalaksanaan pukul : 01.20 WIB

a. Melakukan Inform Consend untuk semua tindakan yang akan

dilakukan

b. Menganjurkan ibu untuk dipriksa swab antigen sebelum dilakukan

pemeriksaan selanjutnya, ibu bersedia dilakukan swab antigen hasil

negatif
236

c. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa kondisi

ibu dan janin baik dan saat ini dalam proses persalinan (pembukaan

3cm). Ibu dan keluarga merasa senang dengan hasil pemeriksaan

d. Memberikan asuhan sayang ibu agar ibu merasa nyaman dengan

cara menghadirkan seorang pendamping selama proses persalinan

untuk membantu memberikan apa yang ibu butuhkan, memberikan

hidrasi oral (Makan & Minum). Ibu di dampingi suami dan keluarga.

e. Memberitahukan ibu dan keluarga bahwa ibu akan diberikan asuhan

komplementer rebozo dan Birth Ball dengan tujuan mempercepat

penurunan kepala janin dan membantu mempercepat pembukaan

serviks serta memberikan kenyamanan selama proses kala I. Ibu

bersedia diberikan asuhan komplementer rebozo dengan langkah –

langkah:

1) Meminta pendamping untuk berdiri dibelakang dan memegang

ujung rebozo keatas seperti memegang kendali kuda, lalulah

mintalah pendamping untuk mengangkat berat perut dari

punggung senyaman mungkin, kemudian pendamping dapat

menggoyang goyangkan perut secara perlahan lalu tingkatkan

kecepatannya dan lakukan teknik ini dengan sedikit menekuk

kaki dan tanpa menggunakan sepatu, hal ini dapat membantu

lebih merasakan hubungan antara rebozo yang dipegang dengan

sang ibu.

2) Kecepatan ditingkat seiring berjalannya waktu (jagalah

kekuatan agar tetap stabil), perut menjadi bergetar. Disaat ini


237

bernafaslah dengan bebas dan secara perlahan-lahan. Jika

merasa tidak nyaman, mintalah pendamping untuk

menyelesaikan kecepatan atau tekanan rebozo sampai nyaman.

3) Berikan feedback kepada pendamping sehingga pendamping

mengetahui apa yang nyaman bagi ibu dan mengetahui apa

yang harus lakukan. Setelah 2-5 menit, tangan pendamping

akan mulai lelah, maka gerakan dapat diperlambat gerakannya

secara bertahap untuk beberapa detik sampai akhirnya berhenti

dan rebozo dilepaskan dari perut ibu.

4) Posisi Sifting: Posisi ini dilakukan dengan berlutut sambil

menopangkan tangan pada gym ball, kemudian kain dililitkan di

perut dan bagian ujungnya dipegang oleh doula (pendamping

persalinan). Ketika ibu merasakan kontraksi, doula akan

mengayunkan kain secara lembut sehingga ibu merasa seperti

dipijat serta memicu hormon oksitosin yang dapat membuat ibu

merasa relaks saat persalinan.

5) Shake Apple Tree: Dalam posisi yang sama, kain bisa juga

dililitkan pada bagian pinggul, lalu digoyang-goyangkan dengan

halus. Posisi ini bagus digunakan saat kontraksi untuk membuat

otot daerah pinggul jadi lebih rileks.

6) Posisi Squating: Pada posisi jongkok, kain dapat dikaitkan di

ketiak, kemudian ditahan oleh doula dari depan. Tujuannya

adalah untuk menopang sebagian beban tubuh ibu, dengan


238

posisi ini, ibu dapat leluasa menggerakkan badan ke kiri dan

kanan sampai menemukan posisi yang nyaman untuk bersalin

f. Menganjurkan ibu untuk memilih posisi yang nyaman seperti:

duduk, setengah duduk, miring/berjalan-jalan, selama menunggu

pembukaan lengkap. Ibu sementara memilih duduk di birthball

sambil relaksasi.

g. Mengajarkan bagaimana posisi dan cara meneran yang baik pada

saat akan meneran. Ibu bersedia dan dapat mempraktekkan.

h. Menganjurkan kepada ibu untuk tidak mengejan dulu sebelum

pembukaan lengkap. Ibu mau mengikuti anjuran bidan.

i. Menyiapkan partus set steril, obat-obatan uterotonika dan

penanganan resusitasi bayi bila dibutuhkan dan menyiapkan

kebutuhan perlengkapan ibu dan bayi. Partus set, obat, alat resusitasi

dan perlengkapan ibu dan bayi sudah siap.

j. Melakukan pemantauan kemajuan persalinan yaitu tekanan darah,

pembukaan, penurunan kepala setiap 4 jam, suhu dan urin setiap 2

jam, nadi, kontraksi, DJJ setiap 30 menit.

Tabel 3.1
Hasil Observasi Kala I Fase Laten
NO Jam TD Nadi/ Resp/ Suhu His Lama Teratur/ DJJ Hasil

(WIB) (mmHg) Menit Menit (10 mt) His Tidak PD

1 01.30 110/80 80 20 36,70C 3x 35 Teratur 140 3 cm

2 02.00 110/80 85 24 3x 40 Teratur 142

3 02.30 110/70 84 23 3x 45 Teratur 146

4 03.00 100/70 86 26 4x 45 Teratur 146


239

5 03.30 110/70 86 26 36,80C 4x 45 Teratur 148

6 04.00 100/70 86 26 5x 45 Teratur 150 7cm

k. Dokumentasikan seluruh hasil pemeriksaan.

Catatan Perkembangan Persalinan Kala I Fase Aktif Jam 04.00

WIB.

Subjektif :

Ibu mengatakan mulesnya semakin kuat dan sering, belum keluar

air-air, pergerakan janin masih dirasakan. tidak ada sakit kepala hebat,

pandangan tidak kabur, tidak nyeri ulu hati, tidak ada mual muntah, tidak

nyeri perut bagian bawah.

Objektif:

Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, TD 110/70

mmHg, nadi 80x permenit, respirasi 22x permenit,Pemeriksaan khusus

obstetri abdomen, Pada saat di palpasi, Leopold IV Divergen. Perjarian

teraba 1/5 bagian diatas sympisis. Tidak ada cekungan pada perut dan

tidak ada nyeri tekan. TBJ (29-11) x 155 = 2790 gram. His 5x dalam 10

menit lamanya 45 detik. DJJ punctum maximum (pm) kuadran kiri 3 jari

di bawah pusat, terdengar jelas dengan menggunakan Doppler dengan

frekuensi 150x permenit, teratur.Pemeriksaan anogenital Inspeksi : ada

lendir bercampur darah, belum terdapat air-air, vulva vagina tidak ada

kelinan. Pemeriksaan dalam jam 04.00 WIB dinding vagina tidak ada

tumor, konsistensi lunak, pembukaan 7 cm, selaput ketuban utuh, bagian

terendah janin kepala dengan petunjuk UUK kanan depan simfisis,


240

penurunan hodge III, tidak ada molase, tidak ada bagian yang

menumbung.

Analisa:

Ibu : G1P0A0 hamil 38 minggu 5 hari inpartu kala I fase aktif

Janin : Tunggal, hidup, intauterin, prsentasi kepala.

Penalatalaksanaan:

1. Memberitahukan ibu seluruh hasil pemeriksaaan bahwa ibu dan janin

dalam keadaan baik dan sehat saat ini, dan ibu dalam proses persalinan

dengan pembukaan 7cm.

2. Memberikan ibu nutrisi dan hidrasi agar ibu mendapat kekuatan dan

energi pada saat mengedan dalam proses persalinan.

3. Mengulangi kembali asuhan komplementer BirthBall dan Rebozo.

4. Memberikan keyamanan, dukungan mental dan spiritual dan

menganjurkan ibu untuk beristirahat sejenak dan Menganjurkan ibu

untuk tidak mengedan karena jalan lahir ibu belum lengkap, dan jika

ibu mengedan maka bisa terjadi cedera/luka pada kepala bayi dan jalan

lahir ibu.: ibu mengerti dan ibu telah telah diberikan dukungan oleh

keluarga.

5. Memastikan kembali perlengkapan dan peralatan untuk persalinan dan

kelahiran bayi. alat-alat dan perlengkapan persalinan telah siap.

6. Mengobservasi kemajuan persalinan dan kesejahteraan ibu dan janin.

7. Mendokumentasikan seluruh hasil pemeriksaan dan kemajuan

persalinan pada partograf seperti DJJ, Air ketuban, penyusupan,

pembukaan, penurunan, His, Obat/cairan yang diberikan, Nadi ibu,


241

Tekanan Darah, suhu dan pemriksaan urin.: Telah didokumentasikan

pada partograf.

2. Pengkajian Data Kala II

Subyektif

Pada tanggal 05 Maret 2022 pukul :06.00 WIB, Ibu mengeluh

mulesnya semakin kuat dan sering, ada dorongan kuat ingin meneran seperti

ingin buang air besar, Ibu mengatakan pengeluaran lendir bercampur darah

semakin banyak belum keluar air-air, tidak ada pusing dan nyeri ulu hati

Obyektif

Inspeksi terdapat tanda tanda kala II: perineum menonjol, vulva

membuka dan adanya tekanan yang pada anus dan vagina dan terdapat

pengeluaran darah dan cairan semakin banyak dari jalan lahir. Keadaan

umum gelisah, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 88 x/menit,

pernafasan 28 x/menit, Pemeriksaan obstetri kandung kemih kosong.

Pemeriksaan Leopold IV divergen, 0/5 bagian kepala sudah masuk PAP

kontraksi 5 x dalam 10 menit lamanya 50 detik, kuat, auskultasi : DJJ

(+) dengan frekuensi 150 x/menit, Pemeriksaan dalam: vulva/vagina

tidak ada kelainan, Portio tidak teraba, pembukaan 10 cm, effeccement

100%, ketuban sudah pecah spontan pukul 06.05 WIB (berwarna jernih),

presentasi kepala, posisi UUK depan, penurunan kepala hodge III (+),

molase tidak ada.

Analisa

G1P0A0 Hamil 38 minggu 5 hari inpartu kala II.

Janin tunggal, hidup, intrauterin, presentasi kepala


242

Penatalaksanaan Pukul : 06.10 WIB

a. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan saat ini bahwa keadaan ibu

dan janin sehat dan ibu akan segera melahirkan, pembukaan sudah

lengkap

b. Mendekatkan perlengkapan persalinan dan obat-obatan esensial

untuk menolong persalinan dan penatalaksanaan komplikasi ibu

bersalin dan bayi baru lahir.

c. Melakukan prosedur PI dengan memakai barrier protection, cuci

tangan, memakai apron, sendal, pakai sarung tangan DTT. APD

sudah dipakai.

d. Masukkan oksitosin ke dalam spuit (gunakan tangan yang

menggunakan sarung tangan DTT dan steril dan pastikan tidak

terjadi kontaminasi pada alat suntik).

e. Melakukan vulva hygiene dengan menggunakan kapas atau kasa

yang dibasahi air DTT.

f. Melakukan dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan

tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin

0,5%, kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam

larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah

sarung tangan dilepaskan.

g. Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/saat

relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal

(120 – 160 x/menit). Didapat DJJ 142x/menit dalam batas normal.

h. Memberitahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan


243

janin baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan

sesuai dengan keinginannya. ibu memilih posisi setengah duduk.

i. Meminta keluarga untuk membantu menyiapkan posisi meneran

(bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu

ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan

pastikan ibu merasa nyaman).

j. Melaksanakan pimpinan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan

kuat untuk meneran.

k. Menganjurkan ibu untuk mengambil posisi yang nyaman, saat ada

dorongan untuk meneran. Ibu memilih posisi setengah duduk.

l. Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu,

jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.

m. Meletakkan kain yang bersih dan kering yang dilipat 1/3 nya di

bawah bokong ibu.

n. Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat

dan bahan dan memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

o. Melakukan episiotomi dengan indikasi perineum kaku. Setelah

tampak kepala bayi di vulva dengan diameter 5 – 6 cm membuka

vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain

bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk

menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan

ibu untuk meneran perlahan atau bernapas cepat dan dangkal maka

lahirlah kepala.

p. Memeriksa kemungkin adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan


244

yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran.

Tidak terdapat lilitan tali pusat.

q. Menunggu kepala janin melakukan putaran paksi luar secara spontan

sejajar dengan punggung.

r. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara

biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi, dengan

lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan

muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan

distal untuk melahirkan bahu belakang.

s. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah untuk memegang kepala dan

bahu kemudian gunakan tangan atas untuk menyusuri dan

memegang lengan dan siku sebelah atas, pegang kedua mata kaki

(masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata

kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya), maka lahirlah seluruh

badan bayi pada pukul 06.45 WIB

t. Melakukan penilaian bayi baru lahir secara spintas: bayi menangis

kuat, gerak aktif, warna kulit kemerahan, jenis kelamin perempuan.

u. Mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh

lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti

handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi di atas

perut ibu.

v. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam

uterus, tidak terdapat janin kedua (tunggal)

3. Pengkajian Data Kala III


245

Subyektif

Pada tanggal 05 Maret 2022, Pukul: 06.50 WIB Ibu merasa senang

bayinya telah lahir, ibu masih merasa sedikit mules, lelah dan haus..

Obyektif

Keadaan Umum Ibu tampak lelah, Kesadaran compos mentis. Plasenta

belum lahir. Palpasi Tinggi Fundus Uteri Sepusat, uterus globuler, kontraksi

baik, kandung kemih kosong. Pada anogenital terdapat semburan darah tiba-tiba

70cc, tali pusat memanjang.

Analisa

P1A0, partus kala III

Penatalaksanaan pukul : 06.50 WIB

a. Menginformasikan kepada ibu bahwa bayinya sudah lahir sehat jenis

kelamin perempuan penilaian sepintas normal, ibu mengerti dan

tampak senang.

b. Menjelaskan pada ibu bahwa rasa mules yang di rasakan adalah

fisiologis dan rasa mules ibu akan membantu dalam pengeluaran

plasenta.

c. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan penyuntikan oksitosin 10 IU

pada 1/3 paha bagian luar secara intra muskuler (IM). Ibu bersedia

disuntik oksitosin 10 iu IM dan sudah disuntik.

d. Menjepit tali pusat dengan klem kurang lebih 2-3 cm dari pusat bayi

dan jepit kembali tali pusat 2 cm distal klem dari klem pertama. Tali

pusat telah di kelm.

e. Memotong tali pusat dan lindungi bayi menggunakan kasa lalu klem

menggunakan umbilical cord.


246

f. Meletakan bayi di dada ibu untuk kontak kulit antara ibu dan janin

serta untuk IMD, IMD berhasil

g. Memindahkan klem tali pusat, tali pusat diklem kira-kira 5 – 10 cm

didepan vulva.

h. Meletakkan tangan kiri diatas simpis dan mengecek pelepasan

plasenta tanda-tanda pelepasan plasenta: uterus menjadi globuler, tali

pusat memanjang dan ada semburan darah, plasenta sudah terlepas.

i. Melakukan PTT saat ada kontraksi, tegangkan tali pusat dengan

tangan kanan dan tangan kiri menekan uterus kearah dorso cranial

secara bersamaan sehingga tali pusat dan plasenta telah terlepas.

j. Mengeluarkan plasenta yang sudah terlihat di vulva 2/3 bagian maka

pegang plasenta dengan kedua tangan, kemudian diputar atau dipilin

searah jarum jam hingga plasenta lahir seluruhnya. Plasenta lahir

pukul 06.50 WIB

k. Melakukan pemeriksaan plasenta: bagian fetal insersi tali pusat

sentralis, panjang tali pusat 40 cm, bagian maternal kotiledon 20

lobus, diameter plasenta 20 cm, ketebalan 2 cm, selaput ketuban dan

korion lengkap.

l. Melakukan massase uterus selama 15 detik secara sirkuler. Massase

uterus sudah dilakukan teraba keras dan kontraksi uterus baik.

m. Mengajarkan keluarga untuk melalukan massase uterus, keluarga

dapat melakukan massase.

n. Mengevaluasi jumlah perdarahan, jumlah perdarahan ± 100ml.

o. Menilai luka laserasi jalan lahir, hasilnya luka laserai grade II.
247

4. Pengkajian Data Kala IV

Subyektif

Pada tanggal 05 Maret 2022, Pukul : 06.55 WIB. Ibu merasa senang

bayi dan plasenta telah lahir, dan ibu mengeluh sakit dan sedikit perih di bagian

alat kelaminnya, ibu merasa lapar.

Obyektif

Keadaan umum Baik, kesadaran compos mentis. Tekanan darah 110/60

mmHg, nadi 80x/menit, respirasi 19x/menit, suhu 36,50C. Palpasi Abdomen,

Tinggi Fundus Uteri 2 jari di bawah pusat, kontraksi baik, kandung kemih

kosong, jumlah darah ± 100 cc. Inspeksi anogenital, ada luka laserasi dari dari

mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot perineum.

Analisa

P1A0 partus kala IV dengan laserasi jalan lahir grade II.

Penatalaksanaan Pukul : 06.55 WIB

a. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga, ibu dan

keluarga mengerti.

b. Memberikan ucapan selamat kepada ibu dan keluarga, ibu dan

keluarga sangat bahagia dan ibu mengatakan terima kasih.

c. Beritahu ibu akan dilakukan penjaitan luka perineum ( heacting ).

Dan ibu akan disuntikan lidocain untuk mengurangi rasa sakit pada

saat penjahitan. Luka perineum sudah di jahit.

d. Mengecek keberhasilan IMD dan menganjurkan ibu untuk

melanjutkan pemeberian ASI.

e. Memfasilitasi kebutuhan rasa nyaman dengan membersihkan dan

menganti pakaian bersih, ibu sudah bersih dan lebih nyaman.


248

f. Memfasilitasi kebutuhan nutrisi dan cairan, ibu sudah minum teh

manis 1 gelas dan makan nasi ½ porsi.

g. Melakukan dekontaminasi dan cuci bilas alat-alat, alat sudah di

dekontaminasi dan siap untuk di DTT.

h. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini yaitu 1 jam

pertama miring kanan atau kiri, 2 jam setelah persalinan latihan

duduk, 4 sampai 6 jam setelah persalinan BAK atau latihan jalan ke

kamar mandi. Ibu mengerti dan mulai bersedia menggerakan

badanya untuk miring ke kiri.

i. Melakukan observasi kala IV selama 2 jam (pada jam pertama 15

menit dan pada jam kedua 30 menit) dan hasil sudah di

dokumentasikan pada lembar partograf.

Tabel 3.2
Hasil Observasi Kala IV

Jam TD Nadi Suhu Kandung Perda-


TFU KU
WIB (mmHg) (x/menit) (◦C) Kemih rahan

07.00 100/70 86 36,70C 2 jari di ↓ pusat Baik Kosong Normal

07.15 120/70 86 2 jari di ↓ pusat Baik Kosong Normal

07.30 100/70 84 2 jari di ↓ pusat Baik Kosong Normal

07.45 90/70 86 2 jari di ↓ pusat Baik Kosong Normal

08.15 90/70 82 2 jari di ↓ pusat Baik Kosong Normal

08.45 100/70 82 36,80C 2 jari di ↓ pusat Baik Kosong Normal

Total ± 100
249

C. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas

1. Kunjungan pertama

Pengkajian Data Subyektif

Pada tanggal 05 Maret 2022 Pukul : 13.00 WIB. Ny. RN umur 25

tahun dengan suami Tn. Y umur 27 tahun, Ibu mengeluh masih

merasakan mules dan lemas. Riwayat persalinan, proses persalinan

ketuban pecah spontran pukul 06:05 WIB, Kala I: fase aktif selama 2

jam. Kala II: 45 menit. Kala III: 5 menit. Placenta lahir secara spontan

dan lengkap diameter 20 cm, koteledon 20, ketebalan 2 cm, panjang tali

pusat 40 cm, kala IV perineum rupture grade II, tidak ada penyulit dan

komplikasi. Jumlah kehilangan darah pada kala I ± 10 cc kala II ± 75 cc,

pada kala III ± 100 cc, pada kala IV ± 100 cc jumlah perdarahan dari kala

I sampai Kala IV yaitu : 275 cc. Tidak ada penyulit dan komplikasi

seperti perdarahan. tekanan darah tinggi, kejang, infeksi dan lain – lain,

ibu sudah buang air kecil lancar tapi belum buang air besar.

Obyektif

Keadaan umum baik, tekanan darah TD 100/60 mmHg, Respirasi

22 x/menit, Nadi 80 x/menit, Suhu 36,20C, Muka tidak pucat, tidak

oedem, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak kuning. fungsi pendengaran

baik, mulut dan bibir tidak anemis, gusi tidak ada perdarahan, tidak ada

pernafasan cuping hidung, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan

kelenjar getah bening. Dada Askultasi: paru paru tidak ada suara

wheezing dan ronchi, Suara jantung normal lup dup, Perkusi jantung

pekak dan paru paru sonor. Payudara: puting susu menonjol bersih, tidak
250

teraba benjolan, ada pengeluaran kolostrum, tinggi fundus uteri 2 jari

dibawah pusat, kontraksi baik, pengeluaran lokhea warnanya merah,

terdapat jahitan di jalan lahir tidak ada odema dan baunya khas, kandung

kemih Penuh, ekstremintas tidak oedema, kemerahan tidak ada, varices

tidak ada, kekakuan sendi tidak ada, reflex patella kanan dan kiri (+).

Analisa

P1A0 Post Partum 6 jam normal.

Penatalaksanaan Pukul : 13.00 WIB

a. Memberitahu ibu tentang kondisinya saat ini bahwa ibu dalam

keadaan baik.

b. Memberikan ibu penkes mengenai pola istirahat yang baik yaitu ibu

dapat ikut tidur saat bayi tidur, ibu boleh tidur siang ± 1 jam dari

pukul 12.00-13.00 WIB karena apabila istirahat yang kurang dapat

mengurangi produksi ASI dan memperlambat proses pengecilan

rahim.

c. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan nahan apabila ingin BAK

dan BAB, ibu sudah mampu berjalan ke kamar mandi untuk BAK

tetapi belum BAB.

d. Memberikan konseling nutrisi yang baik bagi ibu nifas yaitu banyak

makan sayur – sayuran hijau, serta buah – buahan telur,ikan agar

kondisi ibu cepat pulih dan nutrisi bayi tercukupi karena asupan gizi

ibu baik. Ibu akan makan semua jenis makanan tanpa ada pantangan.

e. Memberikan konseling personal hygien yang benar yaitu ibu harus

menganti pembalut sesering mungkin minimal 3 kali sehari, ibu


251

harus membersihkan vaginanya dengan air bersih setelah buang air

kecil dan buang air besar anjurkan ibu membasuh vagina dari depan

kearah belakang untuk menghindari dekontaminasi kuman pada anus

kearah vagina. Ibu tidak dianjurkan membasuh vagina dengan air

hangat karena vagina ibu dijahit agar benangnya tidak rapuh. Ibu

mengerti dan akan melaksanakan apa yang dinasehatkan bidan

f. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya pada masa nifas yaitu

demam, perdarahan aktif, keluar banyak bekuan darah, bau busuk

pada vagina, pusing, lemas luar biasa, penyulit dalam menyusukan

bayinya, nyeri panggul atau perut yang lebih hebat dari biasa jika ibu

mengalami seperti pada tanda-tanda diatas segera mungkin

menghubungi tenaga kesehatan. Ibu mengerti dan akan

menghubungi bidan bila mengalami salah satu tanda tersebut.

g. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin

minimal setiap 2 jam sekali, agar bayipun mendaapat asupan

makanan yang maksimal atau susui bayi setiap bayi mau (lapar) dan

memberitahukan ibu mengenai peranan ASI, ASI sangat penting

bagi bayi karena ASI mengandung segala jenis bahan makanan

penuh gizi yang dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhannya dan

dengan proses menyusui mampu mempercepat pemulihan rahim ibu

sehingga rahim ibu dapat kembali seperti semula saat sebelum hamil.

Ibu mengerti dan akan memberikan ASI saja

h. Memberikan konseling perawatan payudara dan teknik menyusui

yang baik dan benar yaitu menjaga payudara tetap bersih dan kering,
252

terutama putting susu, menggunakan BH yang menyokong payudara,

apabila putting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar

pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui serta posisi

menyusui yang benar dengan dada badan bayi menepel pada badan

ibu, mulut mayi mencakup sebagian besar areola, setiap awal peras

sedikit ASI dan oleskan pada bagian areola agar tidak lecet.

Pemberian ASI dapat berfungsi untuk mendekatkan ikatan dini

antara ibu dan bayi selain itu dapat segera menaikkan oksitosin dan

menaikan involusi pada uterus.

i. Menjelaskan tentang perubahan fisiologis pada masa nifas. Ibu

mengerti dengan penjelasan bidan

j. Memberikan terapi oral dan cara minumnya: Vit A 2 kali yaitu 1

kapsul segera setelah melahirkan dan 1 kapsul setelah 24 jam

pemberian kapsul pertama, dan terapi lainnya seperti asam

mefenamat, amoxilin, etabion, DHA, VIT C, Vito ASI

k. Membuat kesepakatan dengan ibu bahwa akan dilakukan kunjungan

ulang tanggal 11 Maret atau sewaktu waktu jika ada keluhan

l. Mendokumentasikan semua hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.

2. Kunjungan Nifas Kedua

Pengkajian Data Subyektif

Pada tanggal 11 Maret 2021 pukul : 08.00 WIB, ibu mengeluh

pusing akibat kurang tidur karena bayinya sedikit rewel. luka jahitan

tidak sakit dan ibu mengatakan masih keluar darah sedikit berwarna

merah. Pola kebiasaan sehari-hari ibu makan 3x/hari dengan nasi, lauk,
253

sayur, dan buah, minum sehari 8 gelas air putih, istirahat malam ± 5 jam

dan siang 1-2 jam, ibu sudah bisa mengerjakan sendiri pekerjaan rumah

tangga, Ibu menyusui bayinya setiap 2 jam atau setiap bayi

menginginkan. BAB 1x1/sehari dan BAK 5-6 x/sehari dan lancar tidak

ada rasa sakit

Pengkajian Data Obyektif

Keadaan umum baik, tekanan darah 100/70 mmHg, suhu :

36,5°C, respirasi: 20x/menit, nadi : 82x/menit, konjungtiva tidak pucat,

sklera tidak ikterik, payudara menonjol, bersih, tidak ada pembengkakan,

pembesaran glandula aksilaris tidak ada dan pengeluaran ASI lancar,

tinggi fundus uteri pertengahan sympisis dan pusat, anogenital: perineum

tidak ada haematoma, luka perineum tidak ada tanda-tanda infeksi,

pengeluaran lokhea warnanya merah kecoklatan (lokhea sanguilenta) dan

baunya khas, kandung kemih kosong, BAK dan BAB lancar,

ekstremintas tidak oedema, kemerahan tidak ada, varices tidak ada,

kekakuan sendi tidak ada, reflex patella kanan dan kiri (+)

Analisa

P1A0 nifas 6 hari

Penatalaksanaan Pukul : 08.00 WIB

a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisinya saat ini

normal/baik. Ibu mengerti dan mengetahui hasil pemeriksaan.

b. Memberikan asuhan komplementer pijat effleurage:

c. Mengingatkan kembali ibu cara merawat payudara (Breast Care),

yaitu sebelum menyusui ibu terlebih dahulu membersihkan


254

payudaranya dengan menggunakan baby oil, lalu melakukan pijatan

lembut secara memutar ke arah putting susu, kemudian

mengompresnya dengan air hangat 3 menit dan air dingin selama 2

menit alu bersihkan dan keringkan. Ibu dapat melakukan dan akan

mencoba breast care setiap hari.

d. Mengingatkan kembali ibu KIE tentang ASI Ekslusif yaitu

memberikan ASI saja selama 6 bulan tanpa makanan tambahan. ASI

adalah makanan yang penting bagi bayi karena ASI mengandung

gizi yang cukup yang dibutuhkan bayi untuk pertumbuhan dan

perkembangannya. ASI juga mengandung zat anti alergi untuk

mencegah alergi pada bayi. Ibu memberikan ASI Ekslusif dan tidak

memberikan makanan tambahan apapun. Ibu mengerti penjelasan

bidan dan akan memberikan bayinya ASI tanpa PASI.

e. Mengingatkan kembali ibu teknik menyusui yaitu posisi kepala bayi

berada disiku ibu dan bokong bayi disanggah oleh tangan ibu untuk

selalu menyusui bayinya setiap saat jika bayi menginginkan. Ibu

sudah mengerti tantang teknik menyusui yang benar dan akan

mencoba setiap menyusui bayinya.

f. Mengingatkan kembali kepada ibu untuk istirahat cukup minimal 8

jam/hari pada malam dan istirahat siang 2 jam/hari. Ibu istirahat

malam ± 6 jam dan siang ± 1 jam.

g. Mengingatkan kembali kepada ibu tentang penkes nutrisi dan hidrasi

yaitu mendukung ibu untuk terus makan teratur 3x/hari dan

mengkonsumsi makanan bergizi seperti lauk pauk, buah-buahan dan


255

sayuran serta memperbanyak minum yaitu 9-10 gelas/hari agar

pencernaan ibu dan produksi ASI lancar. Ibu telah memenuhi nutrisi

dan hidrasinya.

h. Mengingatkan kembali kepada ibu tentang penkes cara perawatan

daerah kewanitaan yang benar yaitu ibu harus mengganti pembalut

sesering mungkin minimal 3 kali sehari, ibu harus membersihkan

vaginanya dengan air bersih setelah buang air kecil dan buang air

besar anjurkan ibu membasuh vagina dari depan kearah belakang

untuk menghindari dekontaminasi kuman pada anus kearah vagina.

Ibu tidak dianjurkan membasuh vagina dengan air hangat karena

vagina ibu dijahit agar benangnya tidak rapuh. Ibu mengerti cara

merawat daerah kewanitaannya.

i. Mengingatkan kembali kepada ibu tanda bahaya pada masa nifas

yaitu demam, perdarahan aktif, keluar banyak bekuan darah, bau

busuk pada vagina, pusing, lemas luar biasa, penyulit dalam

menyusukan bayinya, nyeri panggul atau perut yang lebih hebat dari

biasa jika ibu mengalami seperti pada tanda-tanda diatas segera

mungkin menghubungi tenaga kesehatan. Ibu mengerti dan

mengetahui mengenai tanda bahaya pada masa nifas.

j. Mengingatkan kembali ibu untuk tetap meminum obat obat yang

sudah diberikan bidan dan Fe 60 mg selama 40 hari. Fe untuk

mencegah terjadinya anemia serta untuk meningkatkan sel darah

merah. Ibu mengerti dan sudah minum obatnya sesuai aturannya


256

k. Memberitahu ibu bahwa harus melakukan kunjungan ulang satu

minggu kemudian, Ibu mengerti dan bersedia untuk kunjungan ulang

l. Mendokumentasikan semua hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.

Hasil telah didokumentasikan.

3. Kunjungan Nifas Ketiga

Pengkajian Data Subyektif

Pada tanggal 03 April 2021 Pukul : 15.00 WIB, ibu mengatakan

tidak ada keluhan dan ibu sudah merasa sehat dan senang mampu

merawat bayinya, ibu mengatakan sudah tidak ada pengeluaran dari

vagina. Ibu belum melakukan hubungan seksual, ASI lancar sering

menyusui dan bayi menyusui dengan kuat

Obyektif

Keadaan umum baik, tekanan darah 110/70 mmHg, suhu :

36,5°C, respirasi: 20x/menit, nadi : 80x/menit, pengeluaran ASI banyak

dan lancar, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, payudara

menonjol, bersih, tidak ada pembengkakan, pembesaran glandula

aksilaris tidak ada, TFU tidak teraba, anogenital: perineum tidak ada

tanda infeksi dan tidak ada perdarahan yang abnormal, pengeluaran

lokhea asudah tidak ada, kandung kemih kosong, luja jahitan sudah

kering. BAK dan BAB lancar, ekstremintas tidak oedema, kemerahan

tidak ada, varices tidak ada, kekakuan sendi tidak ada, reflex patella

kanan dan kiri (+).

Analisa
257

P1A0 Nifas 28 hari normal

Penatalaksanaan

a. Menjelaskan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan, ibu

mengerti dan bersedia.

b. Memberikan support kepada ibu untuk tetap memberikan ASI

sampai minimal 6 bulan, ibu akan memberikan ASI secara ekslusif

c. Meningatkan kembali tentang nutrisi, istirahat, personal hygiene dan

tanda-tanda bahaya nifas, ibu mengerti.

d. Memberikan support kepada ibu dalam merawat bayi dan dirinya,

ibu tampak senang.

e. Memfasilitasi kebutuhan informasi tentang KB, ibu mengatakan

akan memakai kontrasepsi suntik 3 bulan setelah 40 hari.

f. Dokuemntasikan seluruh asuhan. Semua asuhan sudah

didokumentasikan.

4. Pengkajian Data Kunjungan Nifas Keempat

Subyektif

Pada tanggal 15 April 2022 pukul 16.00 WIB, ibu mengatakn

ingin melakukan kunjungan ulang, ASI lancar dan ibu masih

memberikan ASI, ibu tidak ada keluhan dan ibu berencana ikut KB.

Obyektif

Keadaan umum: baik, kesadaran: composmentis, tekanan darah:

110/80 mmHg, suhu : 36,5°C, respirasi: 20x/menit, nadi : 80x/menit,

konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, payudara menonjol, bersih,

tidak ada pembengkakan, pembesaran glandula aksilaris tidak ada dan


258

pengeluaran ASI lancar dan banyak, tinggi fundus uteri tidak teraba,

Anogenital: perineum tidak ada tanda infeksi, pengeluaran lokhea sudah

tidak ada, kandung kemih kosong, BAK dan BAB lancar, ekstremintas

tidak oedema, kemerahan tidak ada, varices tidak ada, kekakuan sendi

tidak ada, reflex patella kanan dan kiri (+).

Analisa

P1A0. nifas 40 hari dengan calon akseptor KB 3 Bulan

Penatalaksanaan

a. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik,

tekanan darah 110/80 mmHg, suhu 36,5° C, resfirasi 20x/menit, nadi

80x/menit, ibu dalam keadaan baik, masa nifasnya normal, ibu

mengerti penjelasan yang diberikan

b. Mengingatkan kembali kepada ibu tentang Pola nutrisi, personal

higiene, perawatan payudara dan ASI eksklusif, tanda bahaya ibu

nifas. Ibu masih inget semua nasehat yang diberikan bidan dan

sudah dilakukannya dirumah.

c. Memfasilitasi ibu untuk menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan.

Ibu sudah di suntik KB 3 bulan.

d. Mendokumentasikan semua hasil pemeriksaan.

D. Manajemen Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir


259

1. Kunjungan Bayi Baru Lahir 05 Maret 2022 Pukul : 08.00 WIB

Pengkajian Data Identita/Biodata

Identita/Biodata

Nama Bayi: Bayi Ny. RN, Tanggal/Jam lahir 05 Maret 2022

Pukul : 06.45 WIB WIB. K/U baik warna kulit kemerahan, gerakan aktif

dan menangis kuat, jenis kelamin Perempuan

Subyektif

Ibu melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur di bidan > 6

kali, selama pemeriksaan tidak ditemukan penyulit atau komplikasi dan

ibu beserta bayi dalam keadaan sehat dan sejahtera. Ibu melahirkan

spontan, presentasi belakang kepala, usia kehamilan 38 mimggu 5 Hari

dan tidak ada kelainan selama hamil dan melahirkan. Ny. RN datang ke

PMB ingin melakukan pemeriksaan kehamilan, ibu tidak punya riwayat

dan tidak menderita asma, Jantung, DM dan tekanan darah tinggi, TBC,

Hepatitis, HIV/AIDS, dan Penyakit Menular Seksual. Ibu menikah 1 kali

selama 1 tahun. Pemeriksaan kehamilan Trimester I: 4 kali di bidan,

ANC, Trimester II: 4 kali di bidan dan Trimester III: ANC 4 kali di

bidan, selama hamil ibu mengkonsumsi Fe, DHA, dan calsium, Status

Imunisasi TT : T3, selama hamil Pola makan meningkat 3x sehari dengan

menu nasi, sayur, lauk dengan porsi sedang dan minum ± 8 gelas tanpa

susu. BAB dan BAB lancar, cukup baik siang maupun malam. Personal

Higiene baik, ibu tidak pernah mengkonsumi jamu, minuman beralkohol

dan tidak merokok.

Riwayat persalinan, proses persalinan normal dengan ketuban


260

pecah spontran pukul 06.05 WIB, Kala I: fase aktif selama 2 jam. Kala

II: 45 menit. Kala III: 5 menit. Placenta lahir secara spontan dan lengkap.

perineum rupture grade II, tidak ada penyulit dan komplikasi. Jumlah

kehilangan darah pada kala I ± 10 cc, kala II ± 75 cc, pada kala III ± 100

cc, pada kala IV ± 100 cc jumlah perdarahan dari kala I sampai Kala IV

yaitu : 285 cc. Tidak ada penyulit dan komplikasi seperti perdarahan.

tekanan darah tinggi, kejang, infeksi dan lain – lain. Riwayat masa nifas

tidak ada komplikasi, ASI lancar, spikologis normal, tidak ada tanda

tanda infeksi.

Obyektif

Keadaan umum baik, Suhu 36,6°C, Respirasi 40x/menit, Nadi

138x/menit, Berat Badan 2500 gram, Panjang Badan 48 cm, kemudian

dilakukan pemeriksaan fisik dan reflex bayi dan hasilnya sebagai berikut:

Kepala : ubun-ubun kecil normal, sutura tidak ada pelebaran, caput

succedaneum tidak ada, chepal hematoma tidak ada, ukuran kepala, dan

kelainan /cacat tidak ada, lingkar kepala 32 cm. Mata: kelopak mata ada,

bola mata ada, sclera putih dan kelainan tidak ada. Telinga: simetris,

tidak ada tanda-tanda downsindrom, daun telinga lentur, pengeluaran

cairan tidak ada dan kelainan tidak ada. Hidung: lubang hidung ada,

pernapasan cuping hidung tidak ada dan kelainan tidak ada. Mulut dan

bibir: tidak sianosis, simetris, labio shizis tidak ada, genato shizis tidak

ada, palato shizis tidak ada, labio genato palato shizis tidak ada, lidah

tidak sianosis, gusi tidak sianosis, reflek sucking ada, reflek rooting ada

reflek swallowing ada, dan kelainan tidak ada. Leher: pembengkakan


261

tidak ada, pergerakan normal dan kelainan tidak ada. Bahu : clavicula

fraktur tidak ada, paralisis Fleksus Brachialis tidak ada, Extermitas atas:

jumlah jari-jari normal, gerakan tangan normal, reflek Moro ada, reflek

Grapsing ada dan kelainan tidak ada lingkar lengan atas 9 cm dan

kelainan tidak ada. Dada: lingkar dada 32 cm, gerakan dada normal,

tulang rusuk dan sternum tidak terlihat dan kelainan tidak ada.

Abdominal: bising usus ada, tali pusat tidak ada perdarahan, Hernia

umbilical tidak ada, Hernia Inguinalis tidak ada dan kelainan tidak ada.

Punggung dan pinggang: Spina Bifida/Amirocell tidak ada dan kelainan

tidak ada. Extermitas bawah: dan bawah jumlah jari-jari normal, bentuk

dan gerakan kaki normal, Reflek Babinski ada. Kulit: Verniks ada dan

tidak dibersihkan, warna kulit merah, tanda lahir tidak ada dan kelainan

tidak ada. Genitalia: jenis kelamin perempuan, tidak ada kelainan. Anus:

lubang ada (mekonium sudah keluar berwarna hitam).

Analisa:

Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 1 jam.

Penatalaksanaan Pukul: 08.00 WIB

a. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan pada bayi bahwa

bayi dalam keadaan baik, sehat dan normal. Ibu sudah mengerti dan

tampak bahagia

b. Memberikan salep mata profilaksis pada kedua mata kanan dan kiri

dengan menggunakan salep mata tetracyclin 1% pada pukul 08.00

WIB untuk mencegah infeksi pada mata.


262

c. Memberikan suntikan Vitamin K 1 mg pada pukul 08.00 WIB untuk

mencegah perdarahan pada 1/3 paha kiri bagian luar secara IM.

d. Memberikan imunisasi HB-0 setelah 1 jam pemberian vitamin K,

untuk mencegah infeksi hati, pada 1/3 paha kanan bagian luar

dengan pemberian secara IM.

e. Memberitahu ibu bahwa bayinya akan dimandikan minimal 6 jam

setelah lahir untuk mencegah hipotermia, ibu mengerti.

f. Memberitahu ibu tentang perawatan tali pusat dengan cara

membersihkan tali pusat jika terlihat kotor dengan menggunakan

kassa kering dengan tidak menggunakan betadine atau alkohol. Ibu

mengerti

g. Memberitahu ibu cara mencegah hipotermi dengan cara bayi

diselimuti menggunakan selimut atau kain yang bersih dan hangat,

jika popok basah segera diganti, memakai topi. Ibu mengerti

h. Mengingatkan ibu untuk memberi ASI sesering mungkin 2 jam

sekali atau maksimal 4 jam sekali, bangunkan jika bayi tidur dan

belum menyusui.

i. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya bayi baru lahir yaitu bayi sulit

bernafas atau >60 x/menit, bayi tidak mau menyusu, sulit menghisap

atau hisapannya lemah, bayi tidur terus tanpa bangun untuk makan,

warna kulit kebiruan, suhu bayi >380C atau <360C.

j. Melakukan kesepakatan dengan ibu untuk kunjungan ulang 1

minggu lagi.
263

k. Mendokumentasikan seluruh hasil pemeriksaan dan asuhan yang

diberikan.

2. Kunjungan BBL Kedua

Subjektif

Pada tanggal 05 Maret 2022, pukul 15.00 WIB, Ibu mengatakan

bayinya keadaan baik dan bayi sudah dicoba menyusu ASI dan menyusu

kuat, bayi sudah BAK 3 kali dan BAB 2 kali berwarna hitam.

Objektif

Keadaan umum bayi baik, warna kulit kemerahan, bayi menangis

kuat. Pemeriksaan fisik Nadi: 132 x/menit, Respirasi: 40 x/menit,

S:36,80C. Reflek rooting dan reflek sucking ada. Bahu, lengan dan

tangan gerak aktif , tungkai dan kaki pergerakannya aktif. BAB 2 kali

Mekonium, BAK 3 kali. Tali pusat tidak ada tanda-tanda perdarahan

Analisa

Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 8 jam.

Penatalaksanaan

a. Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa bayi

dalam keadaan baik, sehat, tidak ada kelainan. Ibu dan keluarga

sudah mengetahui hasil pemeriksaan.

b. Memandikan bayi dengan air hangat dan melakukan perawatan tali

pusat, menjaga kehangatan bayi.

c. Memberitahu ibu tentang perawatan tali pusat agar tidak

mengompresnya dengan menggunakan alcohol atau betadine. Ibu

mengerti tentang perawatan tali pusat.


264

d. Memberitahukan ibu bahwa bayi akan diberikan suntikan imunisasi

HB-0. Ibu mengerti dan bayi sudah diberikan imunisasi HB-0

e. Bayi rawat gabung untuk memudahkan ibu melakukan perawatan

bayi dan memberikan ASInya

f. Mengingatkan kembali ibu tanda bahaya pada bayi baru lahir yaitu:

pernafasan sulit atau lebih dari 60 kali per menit, suhu terlalu panas

(>38 C atau terlalu dingin <360C), warna kulit kuning (pada 24 jam

pertama), biru atau pucat memar, hisapan bayi lemah, mengantuk

berlebihan, banyak muntah, tali pusat merah, bengkak, keluar cairan,

bau busuk, berdarah, tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek,

sering, hijau tua, ada lendir atau darah pada tinja dan menggigil,

lemas, lunglai, kejang, tidak bisa tenang, menangis terus menerus.

Ibu mengerti penjelasan bidan dan akan menghubungi bidan atau

datang ke puskesmas bila bayinya mengalami salah satu tanda

bahaya tersebut.

g. Mengingatkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang

h. Mendokumentasikan seluruh asuhan dan hasil pemeriksaan.

3. Kunjungan BBL ketiga

Subyektif

Pada tanggal 11 Maret 2022 pukul : 08.00, Ibu mengatakan

bayinya dalam keadaan sehat, namun bayi sedikit rewel, bayi minum ASI

tiap kali menangis, BAK 6-8 kali sehari, lancar warna kuning jernih,

BAB 2 kali sehari warna kuning konsistensi lunak. serta tali pusat sudah

puput.
265

Obyektif

Keadaan umum bayi baik, warna kulit kemerahan, gerakan aktif,

bayi menangis kuat, menyusu efektif. Pemeriksaan fisik pernafasan 45

x/menit, nadi 138x/menit, suhu 36,8°C. BB: 2600 gram. Pernafasan

teratur, tidak ada suara wheezing dan ronchi, tidak ada kelainan irama

jantung. Perkusi: suara paru sonor dan suara jantung pekak, Inspeksi :

pusar bersih, dinding abdomen simetris, tali pusat sudah lepas dan

kering, eliminasi miksi 5-7 kali sehari.

Analisa

Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan umur 6 hari normal.

Penatalaksanaan Pukul : 08.00 WIB

a. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa bayi dalam keadaan

baik. Ibu mengerti kondisi baik

b. Mengingatkan kepada ibu untuk menjemur bayinya setiap pagi hari

agar bayinya mendapat sinar matahari yang cukup. Ibu sudah

melaksanakan setiap pagi.

c. Memberikan asuhan komplementer pijat bayi/baby massage.

d. Mengingatkan kembali kepada ibu untuk menyusui bayinya minimal

minimal setiap 2 jam sekali atau sesering mungkin. Ibu bersedia

mengikuti anjuran bidan

e. Mengingatkan kembali kepada ibu mengenai asuhan pada bayi

meliputi perawatan tali pusat, merawat agar bayi tetap hangat, tanda

bahaya pada bayi, perawatan sehari hari, pemberian ASI ekslusif dan

tekhnik menyusui yang benar. Ibu mengerti dengan penjelasan bidan


266

f. Menganjurkan ibu untuk imunisasi BCG + Polio 1 pada bayinya

pada usia 0-1 bulan. Ibu mengerti dan akan segera memberikan

imunisasi pada bayinya

g. Menyepakati kunjungan neonatus pada usia 2 minggu atau sewaktu

waktu bila ada keluhan atau tanda bahaya pada bayi. Ibu mengerti

dan mau kembali untuk melakukan kunjungan.

h. Melakuakn pendokumentasian semua tindakan yang sudah dilakukan

4. Kunjungan Bayi Baru Lahir Keempat

Pengkajian Data Obyektif

Pada tanggal 03 April 2022, pukul 16.00 WIB, ibu mengatakan

bayinya sehat dan menyusu ASI kuat, tali pusat sudah kering dan puput d

hari ke6. Bayi sudah BAK lancar dan BAB lancar.

Obyektif

Keadaan umum bayi baik, warna kulit kemerahan, gerakan aktif,

bayi menangis kuat. Pemeriksaan fisik Nadi: 100 x/menit, Respirasi: 50

x/menit, S:36,50C. Berat badan 3000 gram PB: 48cm, Mata bersih, sklera

putih, konjungtiva merah muda, tidak ada pernafasan cuping hidung,

mulut bersih, bibir lembab bibir berwarna kemerahan, tidak ada retraksi

dada, pernafasan teratur, perut tidak kembung, pusar bersih genetalia

bersih, anus bersih, warna kulit kemerahan. Reflek rooting dan reflek

sucking ada. Bahu, lengan dan tangan gerak aktif, tungkai dan kaki

pergerakannya aktif. BAB (+), BAK (+). Bayi tidak ikterik.

Analisa

Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan umur 28 hari normal.


267

Penatalaksanaan Pukul: 16.00 WIB

a. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa bayi dalam

keadaan baik. Ibu mengerti dan merasa senang dengan hasil

pemeriksaannya

b. Mengingatkan ibu untuk selalu rutin setiap bulan membawa bayinya

ke posyandu untuk timbang dan diberikan imunisasi dasar pada bayi.

Ibu paham dan bersedia mengikuti anjuran bidan.

c. Mengingatkan kembali kepada ibu untuk tetap teratur memberikan

ASI eksklusif sampai bayi usia 6 bulan tanda tambahan makanan

apapun.

d. Mengingatkan kembali tentang tanda-tanda bahaya dan perawatan

bayi baru lahir, ibu sudah mengerti dan dapat melakukannya

e. Memfasilitasi kebutuhan imunisasi BCG, ibu bersedia bayinya

diberikan imunisasi BCG.

f. Mengulang asuhan komplementer pijat bayi

1. Pijatan wajah terdiri dari 5 gerakan utama, yaitu: gerakan

caress love (sentuhan cinta), relax (pijatan daerah alis), circle

down (pijatan memutar membentuk lingkaran), smile

(senyuman), dan cute (pijatan daerah belakang telinga).

2. Pijatan dada terdiri dari 2 gerakan utama, yaitu: gerakan butterfly

(pijatan kupu-kupu) dan cross (pijatan menyilang)

3. Pijatan perut membantu dalam pengosongan lambung bayi,

sehingga proses pencernaan berlangsung lebih lancar. Pijatan ini

terdiri dari 5 gerakan utama, yaitu: gerakan mengayuh, bulan matahari


268

(searah jarum jam), I love you, walking fingers (pijatan jari-jari

berjalan), dan relax (gerakan rileksasi).

4. Pijatan tangan terdiri dari 7 gerakan utama, yaitu: gerakan

milking (memerah), rolling (pijatan menggulung), squeezing

(pijatan memeras), thumb after thumb (pijatan telapak dan

punggung tangan), spiral (pijatan memutar pada telapak dan

punggung tangan), finger shake (pijatan pada jari), serta relax

(gerakan rileksasi tangan, dan diagonal tangan-kaki).

5. Pijatan kaki terdiri dari 7 gerakan utama, sama seperti pijatan

tangan. yaitu: gerakan milking (memerah), rolling (pijatan

menggulung), squeezing (pijatan memeras), thumb after thumb

(pijatan telapak dan punggung tangan), spiral (pijatan memutar

pada telapak dan punggung tangan), finger shake (pijatan pada

jari), serta relax (gerakan rileksasi tangan, dan diagonal tangan-

kaki).

6. Pijatan punggung terdiri dari 5 gerakan utama, yaitu: gerakan

go back-forward (pijatan maju mundur), slip (pijatan meluncur),

mengayuh, spiral (pijatan melingkar), dan menggaruk.

g. Melakukan pendokumentasian semua tindakan yang sudah dilakukan


269

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Asuhan yang berkesinambungan telah diberikan kepada Ny.RN yang

dimulai dari kehamilan Trimester III, bersalin, nifas sampai bayi baru lahir sampai

nifas 40 hari yang di lakukan di PMB S Karawang, asuhan kebidanan secara

komprehensif ini dilakukan salah satu tujuannya adalah meningkatkan kualitas

pelayanan kebidanan di Indonesia dengan menggunakan pendekatan secara

continuity of care. Asuhan ini juga secara tidak langsung akan sangat

mempengaruhi penekanan AKI di Indonesia yang diharapkan dapat turun sesuai

dengan apa yang diharapkan. Pada pembahasan tersebut penulis menggunakan 7

langkah varney’s dan pendokumentasian SOAP pada kehamilan, persalinan, nifas

dan Bayi Baru Lahir. Dalam bab ini penulis akan memapaparkan beberapa

kesenjangan yang terjadi antara teori dengan praktek dilapangan pada kasus Ny.

RN, dimana pada dasarnya penulis

A. Hasil Continuity Of Care

1. Setelah dilakukan Continuity Of Care pada Ny. RN mulai dari

kehamilan, bersalin, nifas, dan neonatus berjalan dengan lancar serta Ny.

RN dan bayinya dalam keadaan normal, selain itu di PMB S Karawang

juga sudah menerapkan COC

2. Asuhan kebidanan ibu hamil Ny. RN umur 25 tahun Primipara di PMB S

Karawang sudah sesuai dengan standar asuhan kebidanan dari

pengakajian yang dilakukan pada tanggal 03 Februari 2022. Ny. RN

mengeluhkan sering kencing dan sakit punggung pada trimester III yang
270

merupakan salah satu ketidaknyamanan pada ibu hamil, sehingga Ny.

RN di anjurkan kurangi minum pada malam hari dan perbanyak minum

pada siang hari untuk mencukupi kebutuhan hidrasi, ibu duduk upayakan

tulang punggung berada posisi duduk yang lurus, ganjal bagian

punggung dengan bantal tipis, posisi tidur miring kiri, serta

menggunakan sandal yang berhak datar. Menurut Nadina (2018) gym

ball bisa mengurangi risiko nyeri punggung serta tubuh akan lebih siap

menjelang proses melahirkan. Selama hamil, ibu juga bisa melakukan

gerakan mengayun-ayunkan panggual di gym ball bisa membantu

mempertahankan posisi bayi di dalam kandungan, bahkan gerakan ini

juga dipercaya bisa membantu memperbaiki posisi bayi sungsang

kemudian Ny RN diberikan asuhan komplementer gym ball yang

diberikan pada tanggal 03 Februari 2022, kemudian dilanjutkan dirumah

dengan berlatih sendiri selama 2-3 kali/minggu bahkan Ny.RN

Melakukannya setiap hari. Kesimpulan terapi asuhan komplementer Gym

Ball berhasil karena keluhan sakit punggung berkurang.

3. Asuhan kebidanan ibu bersalin yang diberikan pada Ny. RN umur 25

tahun dengan primipara. Ny. RN bersalin pada tanggal 05 Maret 2022.

Ny. RN melahirkan secara spontan. Hasilnya ibu dapat melahirkan secara

normal pada pukul 06.45 WIB dengan berat janin BB 2500 gram

kesimpulan terapi asuhan Rebozo dan Birth Ball persalinan berhasil

karena proses pembukaan serviks pada kala I fase laten menjadi lebih

cepat 3 jam dan rasa cemas ibu berkurang sehingga ibu lebih tenang dan

siap menghadapi persalinan, kala III plasenta lahir spontan 5 menit


271

setelah bayi lahir (plasenta lengkap dan normal), kala IV terdapat luka

laserasi grade II dan sudah dilakukan penjahitan serta dilakukan

observasi selama 2 jam dengan hasil normal.

4. Asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny. RN umur 25 tahun primipara di

PMB S Karawang sudah sesuai dengan standar, karena asuhan masa

nifas dilakukan sebanyak 4 kali, pada tanggal 05 Maret 2022 (6 jam/KF-

1), pada tanggal 11 Maret 2022 (6 hari/KF-2) telah diberikan terapi

komplementer rebozo, pada tanggal 03 Maret 2022 (28 hari/KF-3) dan

pada taggal 15 April 2021 (40 hari/KF-4). Selama dilakukan kunjungan

hasil pemeriksaan fisik dan TTV dalam batas normal serta masalah,

komplikasi, penyulit dan tanda bahaya dalam masa nifas selama

kunjungan nifas tidak ditemukan. Menurut fauziyah 2013 pijat

Effleurage dapat meredakan ketegangan saraf dan mendatangkan rasa nyaman.

Teknik Effleurage bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi darah, memberi

tekanan, menghangatkan otot abdomen, dan meningkatkan relaksasi fisik,

sehingga teknik tersebut dapat membantu otot-otot ibu nifas lebih rileks setelah

proses persalinan yang sangat melelahkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

komplementer pijat effleurage berhasil karena ibu tidak mengeluh pegal dan

pusing berkurang dan terasa lebih nyaman setelah dilakukan pijat

effleurage.

5. Asuhan kebidanan bayi baru lahir pada bayi Ny. RN di PMB S

Telukjambe Karawang sudah sesuai dengan standar karena kunjungan

bayi sudah dilakukan 5 kali, bayi Ny. RN lahir pada tanggal 05 Maret

2022 yang berjenis kelamin perempuan, BB 2500 gram, PB 48 cm, LL 9

cm. pemeriksaan fisik dan refleks tidak ditemukan kelainan dan selama
272

pemeriksaan tidak ada tanda bahaya dan kelainan bawaan pada bayi baru

lahir, bayi telah diberikan salep mata, suntikan vitamin K1 dan imunisasi

HB0. Bayi dilakukan asuhan sebanyak 4 kali yaitu pada pada tanggal 05

Maret 2022 (1 jam), pada tanggal 05 Maret 2022 (6 Jam/KN-1), pada

tanggal 11 Maret 2022 (6 hari/KN-2) dan pada tanggal 03 April 2022 (28

hari/KN-3) telah diberikan terapi komplementer pijat bayi/baby massage

dan kesimpulan terapi komplementer pijat bayi berhasil karena bayi

tampak lebih rileks, dan dr hasil telekonsul bayi lebih nyenyak tidurnya

dan tidak rewel, selama kunjungan tidak ditemukan adanya kelainan,

komplikasi, dan tanda bahaya. Bayi diberikan ASI secara eksklusif serta

kebutuhan ASI tercukupi. Ibu dapat melakukan perawatan bayi secara

mandiri, kunjungan KN-1 tidak dilakukan. selama kunjungan tidak

ditemukan adanya kelainan, komplikasi, dan tanda bahaya. Bayi

diberikan ASI secara eksklusif serta kebutuhan ASI tercukupi. Ibu dapat

melakukan perawatan bayi secara mandiri.

B. Pembahasan Continuity Of Care

Penulis telah melakukan asuhan kebidanan pada Ny. RN umur 25

tahun primipara yang dimulai sejak tanggal 03 Februari 2022 sampai 15 April

2022, adapun pengkajian yang telah dilakukan yaitu melakukan asuhan

kehamilan trimester ke-III dengan asuhan komplementer Gym Ball,

persalinan disertai asuhan komplemeter Rebozo dan Birth Ball, nifas disertai

asuhan komplemeter pijat efflurage, bayi baru lahir dan neonatus disertai

asuhan komplemeter pijat bayi. Pada bab ini penulis mencoba untuk

membandingkan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus dengan hasil


273

sebagai berikut:

1. Asuhan Kebidanan Continuity of Care terhadap bidan, menjamin

dukungan terhadap perempuan secara komprehensif sejak hamil,

persalinan dan nifas (Rahmawati, 2012). Setelah diberikan asuhan

berkesinambungan pada Ny. RN yang dimulai dari kehamilan trimester

III, persalinan, nifas, bayi dan neonatus, semuanya berjalan dengan

lancar dan ibu serta bayinya dalam keadaan normal. Di PMB S, sudah

menerapkan continuity of care dan pelayanan yang diberikan sudah

sesuai dengan standar. Model pembelajaran klinik continuity of care

(COC) meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang filosofi pelayanan

kebidanan dibandingkan dengan model asuhan yang terpisah pisah.

Model pembelajaran klinik Continuity of Care (COC) dilakukan untuk

melihat kemampuan berpikir kritis dalam aspek interpretation, analysis,

evaluation, inference, explanation dan self regulation (Astusi, 2018).

Menurut Aprilia (2011) Asuhan continuity of care pada kehamilan

mengutamakan kesinambungan pelayanan (continuity of care) yang

sangat penting bagi ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan dari seorang

bidan yang professional sebab dapat memantau perkembangan fisik ibu

hamil dan menjalin hubungan saling percaya sehingga ibu hamil dapat

terbuka kepada bidannya, pada kasus Ny. RN ikatan kepercayaan

terhadap bidan sudah terjalin dengan ada keterbukaan dari setiap keluhan

yang disampaikan dan ibu hamil merasa tenang, maka tidak terdapat

kesenjangan antara teori dan praktek.


274

2. Asuhan kebidanan kehamilan pada Ny. RN umur 25 tahun G1P0A0 di

PMB S, Telukjambe Karawang didapatkan hasil pemeriksaan fisik dalam

keadaan normal, Menurut Kemenkes, (2020) kunjungan ANC dilakukan

minimal 6 kali selama kehamilan dalam waktu trimester pertama 1 kali,

trimester kedua 2 kali, trimester ketiga 3 kali, pada kasus Ny. RN,

pemeriksaan kehamilan dilakukan sebanyak 13 kali yang dilakukan pada

trimester pertama 4 kali, trimester kedua 4 kali, trimester ketiga 5 kali,

maka tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dengan praktek.

Menurut Kemenkes, (2020) dalam pelayanan ANC dilakukan standar

minimal 10 T, yang terdiri dari mengukur tinggi badan dan menimbang

berat badan, mengukur tekanan darah, nilai status gizi dengan menukur

lingkar lengan atas (LILA), ukur tinggi fundus uteri, tentukan presentasi

janin dan DJJ, pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT), pemberian tablet

zat besi, tes laboratorium, tatalaksana kasus dan temu wicara atau

konseling, pada kasus Ny. RN, pelayanan ANC sudah dilakukan 10 T,

maka tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dengan praktek.

Menurut Prawirohardjo, (2014) berat badan ibu hamil akan bertambah

6,5 kg sampai 16,5 kg dan rata-rata 12,5 kg, pada kasus Ny. RN,

penambahan berat badan 8 kg selama kehamilan, maka tidak ditemukan

adanya kesenjangan antara teori dengan praktek. Menurut Supariasa,

(2013) salah satu perubahan fisiologis pada ibu hamil adalah kenaikan

berat badan di bandingkan dengan tinggi badan dan dengan tehnik IMT

merupakan cara yang sederhana untuk memantau status gizi ibu hamil,

khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan


275

dengan kriteria < 18 disebut underweight, 18,5 - 22,9 normal dan > 23

disebut overweight, pada kasus Ny. RN didapatkan nilai IMT 19 maka

tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dengan praktek.

Menurut Sunarsih, (2011) salah satu ketidaknyamanan ibu hamil pada

trimester III adalah sering BAK karena adanya penekan pada kandung

kencing, pada kasus Ny. RN didapatkan bahwa pada akhir kehamilan ibu

mengalami sering BAK dengan frekuensi > 8 kali, maka tidak ditemukan

adanya kesenjangan antara teori dengan praktek. Menurut Kemenkes,

(2020) ibu hamil diperlukan pemeriksaan laboratorium antara lain

haemoglobin untuk mendeteksi dan mencegah terjadinya anemia,

pemeriksaan protein urin untuk mendeteksi dan mencegah terjadinya

PER/PER, pemeriksaan reduksi urin untuk mendeteksi dan mencegah

terjadinya DM, golongan darah untuk menyiapkan donor darah bila

diperlukan, pada saat kehamilannya Ny. RN didapatkan hasil HB 11,5

gr%, protein urine negatif, reduksi urine negatif dan golongan darah B

maka tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dengan praktek.

Menurut Kemenkes, (2020) ibu hamil diperlukan pemeriksaan

laboratorium 3 eliminasi yang terdiri dari pemeriksaan spilis, HIV,

Hepatitis B dengan tujuan mencegah penularan kepada janin dan

mencegah komplikasi, pada saat kehamilannya Ny. RN didapatkan hasil

spilis negatif, HIV negatif dan Hepatitis B negatif maka tidak ditemukan

adanya kesenjangan antara teori dengan praktek. Menurut Kemenkes,

(2020), selama kehamilan ibu diharuskan minum tablet FeSO4 320 mg

(zat besi 60 mg) dan Asam Folat 500 mg, minimal 90 tablet, pada kasus
276

Ny. RN selama kehamilan sudah mengkonsumsi tablet FeSO4 320 mg

(zat besi 60 mg) dan Asam Folat 500 mg > dari 90 tablet, maka tidak

didapatkan kesenjangan antara teori dengan praktek. Menurut Kemenkes,

(2020), bahwa pada pemeriksaan kehamilan harus dilakukan skrinning

status imunisasi Tetanus dan pemberian imunisasi TT, pada kasus Ny.

RN didapatkan status TT3, maka tidak didapatkan kesenjangan antara

teori dengan praktek. Gym ball juga dapat mengurangi berbagai keluhan

ibu hamil, seperti sakit punggung, nyeri panggul, atau kesulitan tidur,

bahkan bisa mempermudah proses persalinan. (Nadina, 2018). bawah

seperti yang dirasakan ibu hamil saat trimester III, pada kunjungan ANC

pertama dan kunjungan ANC kedua sudah dilakukan asuhan

komplementer gym ball dan pada kunjungan ke dua ibu mengatakan

keluhan sakit punggung mulai berkurang, maka asuhan kehamilan pada

Ny. RN tidak ada kesenjangan antara teori dan asuhan yang telah

diberikan. Menurut Kemenkes, (2020) selama masa pandemi Covid-19

pembatasan pada pelayanan masyarakat termasuk di dalamnya pelayanan

kesehatan ibu hamil, penundaan pemeriksaan dan kelas ibu hamil

membuat layanan ibu dan bayi baru lahir terkena dampak baik secara

akses maupun kualitas hal ini dilakukan untuk mengurangi penyebaran

covid 19, pada kasus kasus Ny RN konsultasi kehamilan dilakukan lewat

HP tanpa mengurangi kwalitas pelayanan. Menurut Sri dkk (2017) salah

satu cara mendeteksi faktor risiko dengan Kartu Skor Poedji Rochjati

(KSPR) yang digunakan sebagai alat skrining antenatal berbasis keluarga

untuk menemukan faktor risiko ibu hamil, yang selanjutnya


277

mempermudah pengenalan kondisi untuk mencegah terjadi komplikasi,

pada kasus kasus Ny RN selama pemeriksaan kehamilan didapatkan skor

2 berarti tidak didapat adanya faktor risiko pada kehamila

3. Asuhan kebidanan persalinan pada ibu bersalin Ny. RN umur 25 tahun G1P0A0

usia kehamilan 38 minggu 5 Hari di PMB S, Telukjambe Karawang,

didapatkan hasil pemeriksaan fisik dalam keadaan normal. Menurut Manuaba,

(2013), persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah

cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan, pada kasus Ny. RN persalinan

terjadi pada usia kehamilan 38 minggu 5 hari dengan kondisi bayi sehat, maka

tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dengan praktek. Menurut

Manuaba, (2013), pada kala I fase aktif frekuensi pada primipara dan lama

kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap, dari pembukaan 4 cm sampai

pembukaan 10 cm berlangsung ± 6 jam dengan disertai penurunan kepala, pada

kasus Ny. RN kala I fase aktif berlangsung ± 2 jam, maka ditemukan adanya

kesenjangan antara teori dengan praktek. Menurut Manuaba, (2013), pada kala

II kontraksi uterus cepat, kuat disertai penurunan kepala dan berlangsung 30

menit – 1 jam, pada kasus Ny. RN, kala II berlangsung 45 menit, dengan

disertai kemajuan penurunan kepala, maka tidak ditemukan adanya

kesenjangan antara teori dengan praktek. Menurut Manuaba, (2013), pada kala

III berlangsung 5 – 30 menit dan pada kala IV observasi dilakukan selama 2

jam, pada kasus Ny. RN, kala III berlangsung 5 menit dan kala IV dilakukan

observasi selama 2 jam, maka tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori

dengan praktek. Menurut Kemenkes, (2020) salah satu asuhan sayang ibu yang

diberikan selama persalinan adalah dengan menghadirkan seorang pendamping

untuk memberikan dukungan dan rasa nyaman kepada ibu selama persalinan,

pada kasus Ny. RN selama persalinan didampingi suami dan keluarga, maka
278

tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dengan praktek. Menurut

Kemenkes, (2020) Pada saat menolong persalinan harus memakai APD

lengkap (kaca mata, topi pelindung, masker, sepatu boots, celemek dan

hanscoon) alat tersebut untuk mencegah terjadinya infeksi apalagi saat ini

sedang dalam masa pendemi covid 19. Pada kasus Ny. RN selama menolong

persalinan hanya menggunakan, masker, celemek dan handscoon, sedal, tetapi

tidak mengunakan google, sepatu boots (APD lever 3) maka ditemukan adanya

kesenjangan antara teori dengan praktek. Menurut Kemenkes, (2020) setiap

persalinan dimulai dari kala I fase aktif harus didokumentasikan dalam lembar

partograf untuk menilai kemajuan persalinan, mendeteksi ada komplikasi dan

melakukan tindakan/rujukan apabila didapatkan komplikasi, pada kasus Ny.

RN selama melakukan asuhan selalu didokumentasikan dalam lembar partograf

dan tidak didapatkan adanya faktor risiko dan komplikasi, maka tidak

ditemukan adanya kesenjangan antara teori dengan praktek. Menurut

Kemenkes, (2020) selama persalinan posisi yang digunakan dalam menolong

persalinan adalah sesuai keinginan dan kenyamanan ibu (duduk, miring,

stengah duduk) pada kasus Ny. RN selama persalinan memilih menggunakan

posisi setengah duduk, maka tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori

dengan praktek. Menurut Kemenkes (2020) selama persalinan dapat dilakukan

episotomi dengan indikasi bayi besar, bayi prematur, ancaman ruptur, perineum

kaku dll, pada kasus Ny RN saat persalinan dilakukan episotomi dengan

indikasi ancaman ruptur dan bayi kecil, maka tidak ditemukan adanya

kesenjangan antara teori dengan praktek. Menurut Rumus Johsnson-Tausak

dalam (Mochtar, 2012) dalam menentukan taksiran berat janin adalah: BB =

(TFU-11/12/13 (penurunan kepala) x 155, pada kasus Ny. RN saat persalinan

didapatkan TFU 29 cm dengan perjarian 2/5 bagian di atas sympisis, dan TBJ

(29-12) x 155 = 2.635 gram tetapi berat lahir sesungguhnya 2500 gram.
279

Menurut Manuaba (2012), selama persalian dari kala I-IV diperlukan penilaian

terhadap kehilangan darah dan dikatakan fisiologis apabila kehilangan darah <

500 ml, pada kasus Ny RN kehilangan darah dari kala I-IV berjumlah 275 ml,

sehingga tidak diketemekan perdarahan yang patologis. Menurut Lestari (2021)

asuhan komplementer gym ball pada persalinan dapat mengurangi nyeri akibat

penekanan daerah panggul dan pinggang, memberikan kenyamanan pada ibu

hamil, memberikan ruang panggul lebih luas sehingga kepala janin lebih

mudah masuk dalam panggul, sehingga dapat membantu persalinan berjalan

lancar, Menurut Nadin (2018) manfaat asuhan komplementer rebozo dapat

membantu ibu bersalin menjadi lebih rilek dan nyaman, memberikan ruang

pelvis yang lebih luas sehingga bayi lebih mudah menuruni panggul dan proses

persalinan menjadi lebih cepatpada kasus Ny RN Rebozo dan birthball pada

persalinan sudah dilakukan dan diajarkan pada saat persalinan kala I, salah satu

manfaanya yaitu Membantu ibu hamil untuk menjadi lebih rileks tanpa

bantuan obat, hal ini membuat teknik ini berguna selama kehamilan dan

menjelang persalinan ,Membantu memberikan ruang pelvis lebih luas

sehingga bayi lebih mudah turun kedalam panggul (Nadina, 2018). pada

kasus Ny RN rebozo sudah dilakukan dan diajarkan pada saat persalinan kala I,

dan selama persalinan ibu lebih tenang, selama proses persalinan ibu dapat

melakukan sikap tubuh dengan baik dan dapat mengedan dengan baik sehingga

ibu melahirkan secara spontan, maka tidak ditemukan adanya kesenjangan

antara teori dengan praktek.

4. Asuhan kebidanan Nifas pada Ny.RN umur 25 tahun P1A0 di PMB S,

Telukjambe Karawang penulis telah melakukan kunjungan sebanyak 4

kali, didapatkan hasil pemeriksaan fisik dalam keadaan normal. Menurut

Kemenkes (2020), kunjungan masa nifas dilakukan pada waktu 6 – 2


280

hari, 3 – 7 hari, 8 – 28 hari dan 29 – 42 hari, pada kasus Ny. RN,

kunjungan nifas dilakukan pada waktu 6 jam, 6 hari dan 28 hari, dan 29

– 42 hari, maka tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dengan

praktek. Menurut Kemenkes (2020), pada kunjungan nifas 6-8 jam TFU

1 – 2 jari dibawah pusat, nifas hari ke 3 - 7 hari TFU pertengahan antara

pusat dengan simfisis dan nifas hari ke 8 – 28 hari dan 29 – 42 hari, TFU

tidak teraba, pada kasus Ny. RN nifas 6 jam TFU 2 jari dibawah pusat,

nifas hari ke 6 pertengaham antara pusat dengan simfisis, nifas hari ke 28

TFU tidak teraba, maka tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori

dengan praktek. Menurut Kemenkes (2020), lokhea yang keluar pada

masa nifas 1-3 hari berwarna merah, nifas 3-7 hari berwarna kecoklatan,

nifas > 7 hari berwarna kekuningan dan nifas > 2 minggu berwarna putih,

pada kasus Ny.RN, lokhea yang keluar nifas 6 jam berwarna merah,

nifas 6 hari berwarna kecoklatan, nifas 28 hari dan 40 hari sudah tidak

ada pengeluaran cairan, maka tidak ditemukan adanya kesenjangan

antara teori dengan praktek. Menurut Fauziyah 2013 Pijat

Effleurage dapat meredakan ketegangan saraf dan mendatangkan rasa

nyaman. Teknik Effleurage bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi

darah, memberi tekanan, menghangatkan otot abdomen, dan

meningkatkan relaksasi fisik, sehingga teknik tersebut dapat membantu

otot-otot ibu nifas lebih rileks setelah proses persalinan yang sangat

melelahkan. effleurage massage dan relaksasi pernafasan dapat dilakukan

oleh petugas kesehatan, keluarga dan pasien tersebut, Gerakan effleurage

maupun strocking bermanfaat menenangkan saraf serta akan


281

menghilangkan stres, tegang, sakit kepala dan akan membuat tidur lebih

pulas. kesimpulan terapi komplementer pijat effleurage berhasil karena

ibu tidak lagi mengeluh sakit mengeluh sakit kepala dan tidur lebih

nyenyak, maka tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dengan

praktek. Menurut Kemenkes (2020), ibu nifas hari pertama dan kedua

diberikan vitamin A sebanyak 200.000 unit agar ibu dapat memberikan

vitamin A kepada bayinya saat menyusui, pada kasus Ny. RN, vitamin A

sudah diberikan pada saat setelah melahirkan dan diberikan 24 jam

kemudian, maka tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori

dengan praktek. Menurut Kemenkes (2020), ibu post partum dapat

diberikan obat-obatan seperti antibiotic, Fe, analgetik, vit c, DHA, Vito

ASI pada kasus Ny. RN sudah diberikan, Fe 60 mg, Asmef 3x1,

Amoxillin 3x1, Vit C 1x1, Vito ASI 1x1, DHA 1x1. Maka tidak

ditemukan adanya kesenjangan antara teori dengan praktek.

5. Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir bayi Ny. RN dimulai pengkajian

pada tanggal 05 Maret 2022. Bayi dilahirkan secara spontan dengan masa

gestasi 40 minggu > 4 hari, keadaan umum bayi baik, Menurut Tando

(2016) ciri-ciri bayi baru lahir adalah: Berat badan 2500-4000 gram,

Panjang badan 48-52 cm, Lingkar dada 30-38 cm, Lingkar kepala 33-35

cm, Frekuensi jantung 120-160 kali per menit, Pernafasan 40-60 kali per

menit, Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup,

Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telahsempurna,

Kuku agak panjang dan lemas, Genetalia (Perempuan : labia mayora

sudah menutupi labio minora, Laki-laki: testis sudah turun, skrotum


282

sudah ada), Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik,

Refleks morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik, Refleks

graps atau menggenggam sudah baik, Refleks rooting mencari puting

susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut terbentuk

dengan baik, Eliminasi, mekonium akan keluar 24 jam pertama,

mekonium berwarna hitam kecoklatan, dari pemeriksaan yang dilakukan

pada bayi Ny. RN didapatkan hasil BB 2500 gram, PB 48 cm, pernafasan

40x/menit, nadi 138x/menit, suhu 36,6°C, Lingkar kepala: 32 cm,

Lingkar dada: 32 cm, lila: 9 cm, Gerakan aktif, menangis kuat, warna

kulit kemerahan, jenis kelamin perempuan, labia mayora sudah menutupi

labio minora, (sudah BAK), maka tidak ada kesenjangan antar teori

dengan praktek. Menurut Armini dkk, (2017) bayi dapat kehilangan

panas secara konveksi dengan menempatkan bayi dekat jendela atau

kipas angin, pada kasus Ny. RN bayi setelah lahir langsung diberikan

kepada ibunya untuk di peluk dan tidak di tempatkan dekat kipas angina

atau AC, maka tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dengan

praktek. Menurut Armini dkk, (2017) bayi dapat kehilangan panas secara

radiasi dengan BBL dibiarkan dalam keadaan telanjang terlalu lama,

pada kasus Ny. RN saat pemeriksaan fisik tidak dibiarkan telanjang

tetapi di buka sesuai dengan kebutuhan, maka tidak ditemukan adanya

kesenjangan antara teori dengan praktek. Menurut Armini dkk, (2017)

bayi dapat kehilangan panas secara evaporasi seperti memandikan bayi

sebelum dapat beradaptasi terhdap metabolisme tubuh, pada kasus Ny.

RN bayi dimandikan setelah bayi berusia > 6 jam, maka tidak ditemukan
283

adanya kesenjangan antara teori dengan praktek. Menurut Armini dkk,

(2017) bayi dapat kehilangan panas secara konduksi, seperti menimbang

bayi tanpa alas timbangan, pada kasus Ny. RN pada saat bayi di timbang

mengunakan alas kain bedongan, maka tidak ditemukan adanya

kesenjangan antara teori dengan praktek. Menurut Armini dkk, (2017),

ASI adalah makanan yang terbaik buat bayi dan bayi sebelum usia 6

bulan sistem pencernaan belum bekerja secara, maksimal sehingga bayi

harus mendapatkan ASI secara ekslusif, pada kasus Ny. RN, bayi hanya

diberikan ASI saja, maka tidak ditemukan adanya kesenjangan antara

teori dengan praktek. Menurut Armini dkk, (2017), salah satu asuhan

bayi baru lahir untuk mencegah terjadinya hipotermi dan meningkatkan

hubungan psikologis antara ibu dan bayi baru lahir harus dilakukan IMD,

pada kasus Ny. RN sudah dilakukan IMD, maka tidak ditemukan adanya

kesenjangan antara teori dengan praktek. Menurut Armini dkk, (2017),

bayi baru lahir dalam satu jam harus diberikan salep mata, Vitamin-K 1

mg dan setelah 1 jam sampai 24 jam diberikan HB 0 IM, pada kasus Ny.

RN, salep mata dan Vit-K diberikan setelah bayi berumur 1 jam dan HB

0 diberikan 6 jam, maka tidak ditemukan adanya kesenjangan antara

teori dengan praktek. Menurut Kemenkes (2020) kunjungan BBL

dilakukan pada saat bayi berusia 0-6 jam, 6-48 jam (KN1), 3-7 hari

(KN2) dan 8-28 hari (KN3), pada kasus Ny. RN kunjungan BBL

dilakukan pada saat bayi berusia 1 jam dan 8 jam, 6 hari dan 28 hari, dan

kunjungan bayi baru lahir usia 6-48 jam tidak dilakukan, maka tidak

ditemukan adanya kesenjangan antara teori dengan praktek. Menurut


284

Marni (2019) pijat bayi sangat bermanfaat dalam menoptimalkan

pertumbuhan dan perkembangan anak, diantaranya: membuat bayi lebih

rileks, bayi tidur lebih pulas, membentuk ikatan batin yang lebih kuat,

meningkatkan penyerapan makanan sehingga bayi lebih cepat lapar dan

bayi akan lebih sering menyusu kepada ibunya, sehingga bisa

meningkatkan berat badan bayi. Selain itu bayi yang mendapatkan

pemijatan juga akan terjadi peningkatan pada kualitas tidurnya, bayi juga

akan lebih kuat sistem kekebalan tubuhnya, pada kunjungan neonatus

usia 28 hari telah dilakukan komplementer pijat bayi, maka tidak terdapat

kesenjangan antara teori dengan praktek.


285

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Asuhan kebidanan secara Continuity of care pada ibu hamil, bersalin,

nifas, bayi baru lahir dengan pendekatan komplementer Gym Ball pada ibu

hamil trimester III pada Ny. RN dimulai dari kehamilan, persalinan, nifas dan

bayi baru lahir. Selama pengkajian penulis tidak mengalami hambatan yang

berarti dan tidak menunjukkan adanya kelainan, dengan demikian penulis

dapat menyimpulkan bahwa:

1. Asuhan kehamilan berjalan dengan baik dan Ny. RN dalam keadaan

normal tidak ada kompikasi. Komplememter Gym Ball pemberiannya

sudah efektif karena bermanfaat mengurangi keluhan yang dirasakan ibu pada

kehamilan trimester III Yaitu: nyeri pada punggung, pinggang dan pegal-pegal.

2. Asuhan persalinan berjalan dengan baik tanpa ada komplikasi dan Ny.

RN dalam keadaan sehat. Komplementer Rebozo dan Birt Ball sudah

efektif karena bermanfaat dapat mengurangi nyeri akibat kontraksi,

pembukaan lebih cepat, dan ibu lebih rileks

3. Asuhan nifas berjalan dengan baik tanpa ada komplikasi dan Ny. RN

dalam keadaan sehat. Komplementer yang diberikan pijat Effleurage

sudah efektif karena ibu tidak mengeluh lgi mengeluh sakit kepala, tiduk

lebih nyenyak dan lebih relax.

4. Asuhan bayi baru lahir berjalan dengan lancar tanpa ada komplikasi dan

bayi Ny. RN dalam keadaan sehat. Komplementer pijat bayi yang


286

diberikan pada bayi Ny. RN sudah efektif karena didapatkan hasil bayi

tidurnya nyenyak, tidak rewel dan berat badan bayi bertambah dari 2500

gram menjadi 3000 gram pada bayi denga usia 28 hari.

5. Selama melakukan asuhan kebidanan secara Continuity of care pada ibu

hamil dengan komplementer gym ball, bersalin dengan komplementer

rebozo dan gym ball, nifas dengan komplementer pijat effleurage, bayi

baru lahir dengan pendekatan komplementer pijat bayibaby massage

semua pendokumentasian dilakukan secara SOAP.

B. Saran

1. Bagi Ibu dan keluarga

Diharapkan agar meningkatkan pengetahuan bahwa pemeriksaan

dan pemantauan kesehatan sangat penting khususnya pada masa

kehamilan, persalinan, masa nifas dan neonatus, sehingga ibu dan

keluarga memahami terhadap kesehatannya

2. Bagi Lahan Praktek PMB S

Diharapkan dapat menjadi sarana untuk meningkatkan ilmu

kebidanan dan menerapkan ilmu pada pasien.

3. Bagi Institusi Pendidikan Politeknik Bhakti Asih Purwakarta

Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk

pengembangan materi yang telah diberikan baik teori maupun praktek

lapangan, sehingga mahasiswa mampu menerapkan secara langsung

kepada klien sejak masa kehamilan, persalinan, masa nifas, neonatus

disertai dengan asuhan komplementer.


287

4. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan tenaga kesehatan khususnya bidan dapat

mempersiapkan ibu bersalin dengan edukasi pengurangan rasa nyeri saat

persalinan mulai sejak kehamilan serta melengkapi fasilitas untuk

pengurangan nyeri bagi ibu bersalin dengan menggunakan gym

ball/rebozo Serta bidan bisa memberikan afirmasi positif agar ibu lebih

tenang dan rileks saat proses persalinan supaya ibu dapat mempunyai

pengalaman persalinan yang nyaman, menenangkan dan indah.

5. Bagi Penulis selanjutnya

Diharapkan mahasiswa dapat meningkatkan ilmu dan

keterampilan dalam melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif

dan juga banyak membaca buku edisi terbaru untuk mengupdate teori.
288
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN CONTINUITY OF
CARE BERBASIS HOLISTIC CARE PADA NY. RN DI PMB
S TELUKJAMBE TIMUR KARAWANG PERIODE 03
Februari S/D 15 April 2022

Dosen Pembimbing I :
DR. Hj. Maimunah, S.ST.SKM.M.Kes

Dosen Pembimbing II :
Daris Yolanda Sari, S.ST., M.Keb

Diajukan Oleh : Julaeha


NPM : 0450462106013
TINJAUAN TEORI
Kehamilan : Kehamilan Nifas :masa sesudah persalinan, masa
didefinisikan sebagai fertilisasi perubahan, pemulihan,
penyembuhan, dan pengembalian
atau penyatuan dari alat-alat kandungan/reproduksi,
spermatozoa dan ovum dan seperti sebelum hamil yang lamanya
dilanjutkan dengan nidasi atau 6 minggu atau 40 hari
implantasi. pascapersalinan
Persalinan : proses BBL : bayi yang baru lahir pada usia
kehamilan genap 37-41 minggu,
pengeluaran hasil konsepsi dengan presentasi belakang kepala
(janin dan plasenta yang telah atau letak sungsang yang melewati
cukup bulan atau dapat hidup vagina tanpa memakai alat
di luar kandungan melalui Komplementer: Gym Ball, Rebozo,
jalanlahir atau melalui jalan Pijat Effleurage, Pijat Bayi. ( Holistic
lain, dengan bantuan atau tanpa care : Menyeluruh )
bantuan (kekuatan sendiri
LATAR BELAKANG •AKI Tahun 2019
mencapai 305/100.000
KH
• AKB menurut PBB
mencapai 21,12 /1000
AKI DAN KH
AKB DI
INDONESIA • AKI Tahun 2021
sebanyak 117 jiwa

AKI DAN AKB


• Dengan AKB 160 jiwa
DI JAWA
BARAT Menurut Dinas
• AKI Tahun 2021 AKI DAN AKB Kesehatan Kab. KRW
sebanyak 1190 jiwa DI KAB.
Menurut Dinas Kehehatan KARAWANG
Jawa Barat • AKB 2.718 jiwa
PMB S
Penyebab AKI: (Lahan Praktek)
pendarahan: 33,19 %, hipertensi dalam kehamilan:
32,16 %, Infeksi: 3,36 %, gangguan sistem peredaran
darah (jantung): 9,80 %, gangguan metabolik: 1,75% Tidak ada AKI
dan penyebab lainnya:19,74% & AKB
Penyebab AKB diantaranya:
82 % terjadi pada saat neonatal (0-28 hari), 17,39 %
post neonatal (29 hari -11 bulan )
ANC I Tanggal 03-02-2022 pukul 16:00 WIB
S : Ibu mengatakan ini kehamilan pertama,blm melahirkan dan blm pernh
keguguran, hamil 9 bln, ibu mengeluh sakit punggung ,pinggang dan sering
BAK. gerakan janin mash draskn. HPHT: 07-06-21 TP:14-03-22.
O : KU Baik, KS CM, TTV Normal, Pem. Fisik normal. IMT: 21,8 Lila: 24cm,
TFU: 27 CM, Kepala blm masuk PAP teraba 5/5 bagian diatas sympisis.
TBJ(27-13) x 155 = 2170 gram. DJJ 140x/menit, teratur. 3Eliminasi(-). HB:
12,2gr%, GolDar B+, Protein&Reduksi urine (-).
A : Ibu : G1P0A0 H 34 minggu 3 hari
Janin : Tunggal, hidup, intrauterin, presentasi kepala
P:
1.Memberikan inform consed untuk semua tindakan yang akan dilakukan.
2.Memberitahu ibu hasil pemeriksaan.
3.Memberitahu ketidaknyamana trimester3
4.Memberikan asuhan komplementer gym ball
5.Memberitahu ibu untuk tetap mengkonsumsi tablet fe
6.Memberikan konseling nutrisi, body mekanik, istirahat, tanda bahaya
kehamilan, kunjungan ulang 1 bln
ANC 2 Tanggal 26-02-2022 PUKUL 16:00 WIB

S : Ibu mengatakan sakit punggung berkurang, perut suka terasa


kenceng-kenceng, janin aktif.
O : KU Baik, KS CM, TTV & Pemfis Normal TFU 28 cm kepala
sudah msuk PAP teraba 3/5 bagian diatas simpisis. Tafsiran Berat
Janin (TBJ): (28-12 )x155= 2480 gr. DJJ (+) 145x/ menit teratur.
A : Ibu : G1P0A0 H 37 minggu 3 hari
Janin : Tunggal, hidup, intrauterin, letak kepala
P:
1. Memberitahu hasil pemeriksaan ibu dan janin sehat
2. Mengingatkan ibu ketidaknyamanan trimester3 dan cara
mengatasinya, mengulang asuhan gym ball.
3. Mengingatkan kembali ibu tentang asupan nutrisi untuk
menaikan BB
4. Mengingatkan ibu tanda-tanda bahaya kehamilan, Tanda
persalinan dan jadwal kunjungan ulang.
S :Ibu mengatakan puggung dan pinggang sdh tdk sakit, BAK Masih sering,
dan perut suka kenceng” tapi jarang.
O : KU Baik, KS CM, TTV &Pemfis Normal.L1: TFU 29 cm.terba bokong,
L2:PUKA,L3:Kepala,L4: Kepala sudah msuk PAP perjarian 3/5 bagian
teraba diatas simpisis (TBJ): (29-12 )x155= 2635 gr. DJJ (+) 146 x/menit
teratur.
A:Ibu : G1P0A0 H 38 minggu 4 Hari
janin : Tunggal, hidup, intrauterin, preskep
P:
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janin sehat
2. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa perut suka kenceng karena
usia kehamilan sudah mendekati persalinan
3. Mengingatkan ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu/apabila ada keluhan
(keluar darah dari vagina, mules sering,pusing)
INC
KALA I (05-02-2022 Pukul 01.00 WIB)
S : Ibu mengatakan mulesnya semakin kuat, sering disertai lendir bercampur
darah jam 22.00 wib. namun blm keluar air-air
O: K/U Baik, Kes: CM TTV&pemfis: normal, L1:TFU: 29cm Teraba
Bokong,L2:PUKA,L3:Kepala,L4: sudah masuk PAP penurunan kepala 2/5
bagian diatas sympisis.TBJ: 2635 gram. DJJ 140x/mt. His kuat PD: Jam 01:15
wib V/V: T.A.K, Portio lunak, pemb: 3 cm, ket (+) penunjuk suturasagitalis
melintang, H II, molase (-).
A : G1P0A0 Inpartu kala I fase laten
Janin, tunggal, hidup, intrauterin, preskep
P:
1.Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janin dalam keadaan baik
saat ini pemb: 3cm
2.Melakukan informed concent, swab antigen
3.Memberikan asuhan komplementer rebozo & gym ball
4.Memberikan asuhan sayang ibu: hidrasi oral,hadirkan pendamping, relaksasi
5.Mempersiapkan perlengkpn persalinan
6.Memantau kemajuan persalinan dan kesejahteraan janin
Lanjutan
S: Ibu mengeluh mulesnya semakin kuat&sering, disertai lendir
bercampur darah yang semakin banyak
O: K/U Baik Kes: CM, TTV: Normal,penurunan kepala4/5 diatas
sympisis, DJJ: 150 x/menit. His adekuat 4 x dalam 10 menit
lamanya 46 detik.. PD Pukul 04.00 WIB: V/V T.A.K, portio lunak,
pembukaan 7 cm ketuban (+), Preskep, UUK depan dan penurunan
hodge III, molase tidak ada.
A: G1P0A0 hamil 38 minggu 5 hari inpartu kala I fase aktif.
Janin: tunggal hidup intrauterin preskep
P: 1. Memberitahu hasil pemeriksaan ibu dan janin baik dan sehat
saat ini dan pembukaan sudah 7cm.
2. Mengajarkan teknik relaksasi sambil rebozo
3. Memberikan hidrasi oral (minum)
4. Mengecek kelengkapan persalinan dan obat”an uterotonika
5. Observasi dan dokumentasi partograf
INC KALA II (05-03-2022 Pukul 06.00 wib)

S : Ibu mengatakan mulesnya sudah semakin kuat dan sering,


Dan ada dorongan ingin mengedan seperti BAB.
O : TTV normal his adekuat, penurunan kepala 0/5 bagian datas
sympisis. DJJ 150 x/menit, PD jam 06:00 V/V T.A.K Portio
tdk teraba, pem 10cm, ket pecah spontan pukul 06:05 WIB
(jernih) preskep, UUK Kanan dpn, HIII ,Molase -
A: G1P0A0 Hamil 38 minggu 5 hari infartu kala II.
Janin tunggal, hidup, intrauterin, presentasi kepala
P:
1. Memberitahu hasil pemeriksaan pembukaan lengkap, ibu
sudah saatnya meneran
2. Mendekatkan partus set, dan memimpin ibu meneran
3. Menolong persalinan secara APN: bayi lahir spontan jam
06.45 WIB. JK: PR, bayi menangis kuat, kulit kemerahan,
gerakan aktif. Keringkan.
INC Kala III (Tanggal 05-03-2022 Pukul 06.50 WIB)
S : Ibu merasa senang bayinya telah lahir, ibu masih merasa sedikit
mules, lelah dan haus.
O : K/U tampak lelah, kes cm. Plasenta belum lahir. Palpasi abdomen
tidak ada bayi ke2, kontraksi baik,uterus globuler,TFU Sepusat,KK
kosong. Pada anogenital terdapat semburan darah tiba-tiba 70cc, tali
pusat memanjang

A : P1A0 partus Kala III


P:
1. Memberikan hidrasi oral ½ gelas teh manis.
2. Melakukan manajemen aktif kala III (suntik oksi,PTT, massase
FU). Plasenta lahir 06:50 wib
3. Mengecek perdarahan jalan lahir: ada robekan grade II
4. Evaluasi jmlh perdarahn: ±100ml
INC Kala IV (Tanggal 05-03-2022 Pukul 06.55 WIB)
S : Ibu merasa senang bayi dan plasenta telah lahir, tetapi masih merasa
mules dan lelah perih dikemaluannya,lapar
O : KU Baik, KS CM, TTV Normal, Palpasi Abdomen, TFU 2 jari di
bawah pusat, kontraksi baik, KK Kosong, jumlah darah ± 100 cc.
Anogenital, ada luka laserasi dari dari mukosa vagina, komisura
posterior, kulit perineum, otot perineum.
A : P1A0 Partus Kala IV dengan luka laserasi grade II
P:
1. Memberikan asuhan sayang ibu: memberikan minum
2. Memberitahu akan dilakukan penjahitan luka perineum: luka
perineum sudah dijahit
3. Membersihkan badan ibu dan mengganti pakaian
4. Melakukan dekontasinasi alat
5. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini(mika/miki)
6. Melakukan pemantauan 2 jam PP (Lengkapi Partograf)
ASUHAN MASA NIFAS
Kunjungan I:
Tanggal 05-03-2022 pukul 13:00 WIB
P1A0 Post Partum 6 jam Normal
Memberikan asuhan 6 jam pp:(konseling)
Kunjungan II:
Tanggal 11-03-2022 pukul 08:00 WIB keluhan:
pusing, kurang tidur&sedikit lelah.
P1A0 nifas 6 hari dengan Kelelahan
Memberikan asuhan komplementer Pijat
Effleurage sehubungan dengan keluhan pusing
akibat kurang tidur dan bayi sedikit rewel
Kunjungan III:
Tanggal 03-04-2022 pukul 15.00 WIB
P1A0 nifas 28 hari Normal
konseling:KB pasca melahirkan
Kunjungan IV:
Tanggal 15-04-2022 pukul 16.00 WIB
P1A0 nifas 40 hari dengan calon aseptop KB
Memberikan pelayanan KB suntik 3 bulan
Asuhan Neonatus
K I: TGL 05-03-22 pukul 08:00WIB.
NCB SMK Usia 1 jam Normal
Sudah diberikan asuhan BBL: suntik
Vit K, salep mata, IMD Dan jaga
kehangatan.
K II: TGL 05-03-22 pukul 15:00 WIB
NCB SMK Usia 8 jam.
Sudah diberikan asuhan BBL: HB-0,
memandikan bayi, ASI Eksklusif, Bayi
& ibu d perbolehkan pulang.
K III: TGL 11-03-22 pukul: 08:00 WIB
NCB SMK Usia 6 hari Normal
Mengingatkan kembali konseling:
tanda bahaya BBL, perawatan tali pust,
DLL serta komplementer :Pijat Bayi
K IV: TGL 03 April 2022. pukul 16:00 WIB
NCB SMK Usia 28 Hari.
Mengulang asuhan komplementer Pijat
bayi dan fasilItasi imunisasi BCG
Setelah dilakukan Continuity Of Care
pada Ny. RN mulai dari kehamilan, bersalin,
nifas, dan neonatus berjalan dengan lancar serta
Ny. RNdan bayinya dalam keadaan normal,
selain itu di PMB S Telukjambe Karawang juga
sudah menerapkan Asuhan COC
Asuhan komplementer Gym Ball
yang diberikan pada kunjungan
ANC pertama&2serta rutin
dilakukan drumh sendiri, sudah
efektif karena didapatkan
informasi melalui WA dan
kunjungan ketiga bahwa keluhan
yang dirasakan ibu berkurang dan
ibu tidak mengalami komplikasi
selama kehamilan

Asuhan komplementer Rebozo yang


diberikan pada persalinan efektif
karena proses pembukaan serviks pada
kala I fase laten lebih cepat dan
penurunan kepala bayi lebih cepat
serta ibu lebih rileks sehingga ibu lebih
siap menghadapi persalinan serta ibu
tidak mengalami komplikasi selama
persalinan
Asuhan komplementer pijat bayi
yang diberikan pada neonatus
hari ke 6 & 28 sudah efektif
karena didapatkan informasi
bayi lebih tenang, tidurnya
nyenyak, minum ASI banyak
dan bayi tidak mengalami
komplikasi.
Asuhan komplementer pijat
Effleurage yang diberikan
pada nifas hari ke 6 sudah
efektif karena didapatkan
bahwa setelah diberikan pijat
effleurage ibu menjadi lebih
rileks dan nyaman, ASI
banyak dan tidak ada
komplikasi pada masa nifas
Kesimpulan
• Kehamilan : keluhan yang dialami ibu selama
kehamilannya bersifat fisiologis dan dapat teratasi dengan
baik

• Persalinan : persalinan ibu berlangsung normal, releks


dan tidak melewati garis waspada di dalam partograf

• Nifas : Tidak ada masalah berat yang ibu alami selama


masa nifas dan semua intervensi sudah sesuai dengan
keluhan dan teori yang ada

• BBL : Asuhan yang diberikan terhadap bayi Ny. RN sudah


sesuai dengan teori yang ada.
 TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai