Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY ”X” MASA KEHAMILAN

TRIMESTER III, PERSALINAN, NIFAS, NEONATUS DAN KB


PASCA SALIN DI PMB PURWANTINI.,S.Tr.Keb BACEM
KABUPATEN MADIUN

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Oleh :

AYU SINTA DEVSITASARI


NIM. 201701007

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN 2020

1
2

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY ”X” MASA KEHAMILAN


TRIMESTER III, PERSALINAN, NIFAS, NEONATUS DAN KB
PASCA SALIN DI PMB PURWANTINI.,S.Tr.Keb BACEM
KABUPATEN MADIUN

PROPOSAL TUGAS AKHIR


Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan
Ahli Madya Kebidanan pada Program Studi DIII Kebidanan
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Oleh :
AYU SINTA DEVSITASARI
NIM. 201701007
3

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,atas semua berkat dan
rahmatnya sehingga dapat terselesaikannya Proposal Laporan Tugas Akhir yang
berjudul “Laporan Asuhan Kebidanan Pada Ny X Masa Hamil sampai KB di
PMB purwantini S.Tr.Keb Desa Bacem Kab Madiun.
Sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Ahli Madya
Kebidanan pada Program Studi Kebidanan STIKES Bhakti Husada Mulia
Madiun.
Dalam hal ini,penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
karena itu pada kesempatan ini penulis megucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Zaenal Abidin,S.KM.M.Kes, selaku Ketua STIKES Bhakti Husada Mulia
Madiun,yang telah memberi kesempatan menyusun Proposal Laporan Tugas
Aakhir.
2. Assasih Villasari.S.SiT selaku Ketua Program Studi Kebidanan STIKES
Bhakti Husada Mulia Madiun
3. Yeni Utami S.SiT.M.Kes Pembimbing 1 yang telah memberikan
kesempatan menyusun Proposal Laporan Tugas Akhir ini.
4. Mertisa Dwi Klevina,S.ST.M.Kes, selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat
terselesaikan
5. Lucia Ani K, S. ST. M. Kes selaku ketua penguji yang telah memberikan
kesempatan menyusun Proposal Laporan Tugas Akhir ini.

BAB I
4

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asuhan Kebidanan Continuity Of Care (COC) merupakan asuhan

kebidanan berkesinambungan yang diberikan kepada ibu dan bayi yang

dimulai pada saat kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, KB (Irawati

2012). Asuhan antenatal care dikenal dengan ANC meruopakan suatu

pemeriksaan yang sangat penting untuk kesahatn ibu dan bayinya

(saifuddin,2017).

Kehamilan, persalinan, nifas dan neonatus merupakan proses fisiologis.

Namun dalam prosesnya kemungkinan hal yang fisiologis tersebut akan

menjadi patologis bila tidak dilakukan suatu asuhan kebidanan yang

berkesinambungan dan berkualitas (Continuity Of Care). Setiap prosesnya

tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan kondisi pada setiap proses akan

mempengaruhi proses selanjutnya (Saifuddin, 2017). Penanganan yang tidak

sesuai standar dapat menyebabkan komplikasi. Komplikasi tersebut dapat

meningkatkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

karena AKI merupakan salah satu indikator dampak Kegiatan Kesehatan Ibu

dan Anak (KIA), disamping Angka Kematian Bayi (AKB). AKI dan AKB

merupakan indikator keberhasilan pembangunan daerah dan juga digunakan

sebagai salah satu pertimbangan dalam menentukan Indeks Pembangunan

Manusia (Manuaba, 2017).


5

Menurut World Health Organization (WHO), AKI didefinisikan

sebagai jumlah kematian ibu per 100.000 KH. Terdapat 216 per 100.000 KH

pada tahun 2015 karena komplikasi kehamilan dan persalinan. Angka

Kematian Bayi (AKB) di dunia pada tahun 2015 sebesar 19 per 1.000 KH.

Target program Millenium Development Goals (MDGs) 2015 yaitu menekan

AKI sebesar 102 per 100.000 KH, dan AKB menjadi 23 per 1.000 KH.

Sedangkan program terbaru dari WHO dimana kelanjutan dari program MDGs

yang berakhir pada tahun 2015 yaitu Sustainable Development Goals (SDGs).

Yang dimana program SDGs pada tahun 2030 tentang target sistem kesehatan

nasional yaitu menekankan AKI sebesar 70 per 100.000 KH dan AKB

menjadi 12 per 1.000 KH (WHO, 2018).

Angka Kematian Ibu di Indonesia dilihat dari Hasil Survei Penduduk

Antar Sensus (SUPAS) 2015 menunjukkan Agka Kematian Ibu (AKI) sebesar

305 per 100.000 KH, yang artinya belum mencapai target MDGs 2015 yaitu

menekan AKI sebesar 102 per 100.000 KH dan juga SDGs yaitu sebesar 70

per 100.000 KH. Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 22,23 per

1.000 KH. Capaian ini sudah mencapai target MDGs 2015 yaitu menekan

AKB menjadi 23 per 1.000 KH, namun belum mencapai target SDGs yaitu 12

per 1.000 KH (Kemenkes RI, 2017).

Sementara itu di Jawa Timur pada tahun 2017, AKI mencapai 91,92

per 100.000 kelahiran hidup dari target Jawa Timur 97,97 per 100.000

kelahiran hidup dan AKB mencapai 23,1 per 1.000 kelahiran hidup dari target

Jawa Timur 24 per 1000 kelahiran hidup (Dinkes Jatim, 2017). Sehingga
6

dapat disimpulkan AKI dan AKB di Jawa Timur sudah memenuhi target

provinsi jawa timur dan target MDGs, tetapi belum mencapai target SDGs

(Profil Kes.Jatim, 2017).

Adapun penyebab dari kematian ibu diantaranya, yang tertinggi

adalah eklamsi (38,7 persen), pendarahan (30,6 persen), infeksi (8,2 persen),

jantung (8,2 persen), dan lainnya (14,3 persen). (Dinkes Jatim, 2018)

Prioritas masalahnya, karena kurangnya edukasi tentang kesehatan

reproduksi serta gizi ibu hamil, kualitas ANC terpadu dan screening dini

resiko tinggi masih rendah serta kualitas sistem rujukan belum optimal.

Selain itu, kualitas penanaganan kasus kegawatdaruratan maternal dan

neonatal belum optimal. Terakhir, adanya keluarga miskin yang kesulitan

dalam pembiayaan layanan maternal dan neonatal (JKN). (Dinkes Jatim,

2018)

Kondisi Kabupaten Madiun untuk Angka kematian ibu (AKI) tahun

2017 adalah 157 per 100.000 KH dimana terdapat 9243 kelahiran hidup, dari

tarjet kabupaten madiun 102 per 100.000 KH (Dinkes Kabupaten Madiun,

2017).

Kondisi Kabupaten Madiun untuk Angka Kematian Bayi (AKB)

tahun 2017 sebesar 7,3 per 1.000 KH (59 kasus).Penyebab kematian Angka

kematian ibu (AKI) adalah eklamsi 5 kasus, emboli air ketuban 3 kasus,

jantung terdapat 2 kasus. Sedangkan oedem paru, Hiv, pendarahan dan sepsis

terdapat 1 kasus. Sedangkan penyebab Angka kematian bayi (AKB) adalah


7

asfiksia 14 kasus , BBLR 19 kasus, sepsis 1 kasus, kelainan congenital 3

kasus, lain- lain 5 kasus. (Dinas Kesehatan Kab.Madiun, 2017).

Keberhasilan pelayanan kebidanan untuk meningkatkan derajat

kesehatan ibu dan anak serta menurunkan AKI dan AKB dapat dilihat dari

cakupan K1 (kunjungan pertama ibu hamil), K4 (kunjungan ke-4 ibu hamil),

Pertolongan Persalinan (PN), Kunjungan Neonatus (KN), Kunjungan Nifas

(KF) dan Pelayanan KB oleh nakes(Kemenkes RI, 2017).

Sehingga dapat disimpulkan untuk AKI dan AKB kabupaten madiun

sudah mencapai tarjet yang telah ditetapkan provinsi jawa timur dan tarjet

MDGs, diharapkan setelah berhentinya target MDGs target SDGs dapat

terpenuhi .

Keberhasilan pelayanan kebidanan untuk meningkatkan derajat

kesehatan ibu dan anak serta menurunkan AKI dan AKB dapat dilihat dari

cakupan K1 (kunjungan pertama ibu hamil), K4 (kunjungan ke-4 ibuhamil),

Pertolongan Persalinan (PN), Kunjungan Neonatus (KN), Kunjungan Nifas

(KF) dan Pelayanan KB oleh nakes(Kemenkes RI, 2017).

Capaian cakupan ibu hamil K1 Provinsi Jawa Timur pada tahun 2017

adalah 98,2% dari target 100% sedangkan, capaian cakupan ibu hamil K4

Provinsi Jawa Timur pada tahun 2017 adalah 89,9% angka ini mengalami

peningkatan dibandingkan tahun 2016 sebesar 89,5%. Capaian cakupan

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (PN) untuk Provinsi Jawa

Timur pada tahun 2017 mencapai 94,6 % angka ini mengalami penurunan di

bandingakan tahun 2016 yang mencapai 95,1% cakupan pertolongan


8

persalinan oleh tenaga kesehatan difasilitas kesehatan (PF) pada tahun 2017

mencapai 94,1%, sedangkan pada tahun 2016 sebesar 94,2%. Cakupan

pelayanan nifas (KF) untuk Provinsi Jawa Timur pada tahun 2017 adalah

sebesar 92,44% angka ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2016

yaitu 95%. Cakupan KN lengkap 2017 sebesar 96,7% angka ini mengalami

penurunan dibadingkan tahun 2016 97,75%. Cakupan KB aktif profinsi jawa

timur tahun 2017 sebesar 75,3%, angka ini mengalami kenaikan

dibandingkan tahun 206 yaitu 68,79%. sedangkan untuk KB baru mengalami

penurunan dari tahun 2016 sebesar 10,4 menjadi 8,6% ditahun 2017 dan

metode KB yang mendominasi adalah NON MKJP/Non metode kontrasepsi

jangka panjang yaitu metode suntik dan pil (Dinkes Jatim 2017). Sehingga

bisa diambil kesimpulan untuk kunjungan K1 dan K4 masih ada

kesenjangan, dimana cakupan K1 lebih besar dari pada cakupan K4. Untuk

cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (PN) bila dibandingkan dengan

cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan (PF) terjadi

kesenjangan, dimana cakupan PN lebih besar dari pada cakupan PF dan

cakupan KF,KN lengkap dan KB baru mengalami kenaikan.

Sementara itu di kabupaten Madiun Cakupan Pelayanan K1 pada

tahun 2017 sebesar 100%. Cakupan ini mempertahankan capaian pada tahun

2016 yaitu sebesar 100% walaupun pencapaian tarjet 2017 yaitu100%,

sedangkan cakupan pelayanan K4 sebesar 99,6% hal ini mengalami kenaikan

2016 yaitu 97,8% Cakupan pertolongan persalinan yang ditolong oleh tenaga

kesehatan yang berkopetensi (PN) pada tahun 2017 sebesar 100% hal ini
9

mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun 2016 yaitu sebesar 99,5%..

Cakupan pelayanan nifas di Kabupaten Madiun pada tahun 2017 sebesar

98,9% hal ini mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan cakupan tahun

2016 yaitu sebesar 98,4%. Cakupan KN 1 pada tahun 2017 adalah sebesar

100,8% dari jumlah lahir hidup sebesar 2460, sedangkan KN lengkap 2017

sebesar 99,96%. Cakupan pelayanan KB aktif tahun 2017 sebesar 77,2% jika

dibandingkan dengan 2016 mengalami penurunan yaitu sebesar 81,2%

(Dinkes Kabupaten Madiun, 2017). Sehingga bisa di simpulkan bahwa

cakupan kunjungan K1 dan K4 masih ada kesenjangan, dimana cakupan K1

lebih besar dari pada cakupan K4. KB aktif mengalami penurunan. Dan

selisih kunjungan KN 1 dan KN lengkap tidak terpaut jauh, sehingga dari

jumlah neonates yang berkunjung di KN 1 sebagian besar berkunjung di KN

lengkap.

Pemerintah telah mewujudkan derajat kesehatan ibu dan anak yang

tinggi dengan memerlukan adanya sebuah tolak ukur. Tolak ukur yang di

gunakan untuk melihat derajat kesehatan ibu meliputi : pemeriksaan antenatal

sekurang-kurangnya 4 kali yaitu 1 kali trimester pertama (usia kehamilan 0-12

minggu), 1 kali trimester ke-2 (13-24 minggu), dan 2 kali trimester ke-3 (1

kali usia 25-36 minggu dan 1 kali diatas usia kehamilan 36 mingu), untuk

tolak ukur pelayanan masa nifas yang di berikan sekurang-kurangnya 3 kali

sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada 6 jam sampai dengan 3 hari pasca

persalinan, pada hari ke-4 sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan, dan

pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan. Sedangkan tolak
10

ukur yang di gunakan untuk melihat derajat kesehatan bayi meliputi :

pelayanan kesehatan neonatus (KN lengkap) yang di berikan sebanyak 3 kali

yaitu 1 kali pada usia 0-3 har, 1 kali pada usia 4-7 hari dan 1 kali pada usia 8-

28 hari, neonatal dengan risti/komplikasi yang ditangani, dan kunjungan bayi

(Kemenkes RI, 2017).

Berdasarkan data di atas dapat diketahui terdapatnya kesenjangan antara

cakupan K1 dan K4 ibu hamil dan pelayanan ibu nifas masih rendah dan

dibawah target. Kesenjangan antara cakupan K1 dan K4 cukup relatif kecil,

yang berarti masih banyak ibu hamil yang telah melakukan kunjungan

pertama pelayanan antenatal dan tidak melanjutkan pemeriksaan

kehamilannya sampai kunjungan ke-4 pada trimester 3 sehingga kehamilannya

lepas dari pemantauan petugas kesehatan atau tidak terregistrasi pada buku

Kohort oleh bidan wilayah dikarenakan berkunjung ke PMB atau Dokter

SpOG (Dinkes Kabupaten Madiun, 2014). Selain itu, faktor yang

mempengaruhi rendahnya capaian tersebut karena kurangnya pemahaman

tentang pedoman KIA khususnya kunjungan pemeriksaan kehamilan secara

teratur dan masih banyak ibu hamil yang tidak terpantau kondisi

kehamilannya, pada proses persalinan kurangnya dukungan keluarga,

keterlambatan ibu mendapatkan pelayanan saat terjadi komplikasi persalinan

pada masa nifas kurangnya kesadaran diri dalam memantau tanda bahaya

nifas, pada neonatus khususnya kurangnya pemantauan pada neonatus dan

pada KB kurangnya pemahaman atau beredarnya isu yang mengharamkan ber-

KB (Dinkes Jatim, 2017).


11

Berbagai dampak yang dapat terjadi apabila kehamilan, persalinan,

nifas, neonatus dan keluarga berencana tidak dilakukan asuhan kebidanan

secara continuity of care oleh tenaga kesehatan profesional akan menimbulkan

berbagai faktor resiko kematian ibu saat bersalin dan nifas, serta menyebabkan

kematian bayi (Manuaba, 2017). Hal ini disebabkan karena tidak diketahuinya

masalah yang terjadi selama kunjungan K1 dan K4 yang dapat terjadi selama

masa kehamilan misalnya adanya anemia pada kehamilan, kehamilan dengan

resiko tinggi, perdarahan antepartum, pre-eklamsia dan eklamsia, Ketuban

Pecah Dini (KPD) sehingga dapat mengganggu proses persalinan, serta tidak

diketahuinya penyakit yang dapat mengganggu proses kehamilan dan

persalinan. Dalam masa nifas dapat terjadi kelainan seperti infeksi kala nifas,

perdarahan kala nifas sekunder, bendungan ASI, mastitis, abses payudara serta

kelainan lain yang dapat mempengaruhi masa nifas. Dampak yang dapat

terjadi pada bayi bila ibu hamil tidak melakukan asuhan yang berkualitas

adalah asfiksia neonatorum, perlukaan kelahiran persalinan, kelainan

kongenital, infeksi neonatorum, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), dan

kematian perinatal. Dampak yang terjadi pada ibu ber KB, ibu dapat

mengalami komplikasi seperti infeksi (Manuaba, 2018).

Pemerintah Indonesia sudah menetapkan berbagai kebijakan program

untuk menurunkan AKI dan AKB. Kebijakan yang berkaitan dengan

kehamilan adalah program antenatal care (ANC) terpadu bagi setiap ibu hamil

yaitu pemeriksaan 10T (TB, TD, LILA, TFU, DJJ, imunisasi TT, tablet Fe,

Test Laboratorium seperti golongan darah ; HBSAG ; HIV/AIDS ; protein


12

urin ; gula darah ; Hb, tatalaksana kasus, temu wicara/konseling) serta

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bidan untuk memberikan

pelayanan antenatal care. Salah satunya kunjungan antenatal minimal 4 kali

selama kehamilan yaitu, TM I 1 kali, TM II 1 kali, dan TM III 2 kali (Dinkes

Jatim, 2017).

Kebijakan asuhan persalinan adalah semua persalinan harus ditolong

oleh petugas kesehatan terlatih, maka diadakan pelatihan asuhan persalinan

normal (APN) untuk bidan. Kebijakan nifas adalah berupa kunjungan nifas

minimal 3 kali untuk menilai kesehatan ibu dan bayi baru lahir, pemberian

kapsul vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali, pemberian tablet tambah

darah dan pelayanan KB pascasalin. Kebijakan neonatal antara lain kunjungan

neonatal minimal 3 kali, tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, inisiasi

menyusui dini (IMD), pencegahan infeksi berupa perawatan mata dan tali

pusat, pemberian vitamin K, Air Susu Ibu (ASI) eksklusif selama 6 bulan. Dan

pemberian imunisasi dasar lengkap (Dinkes Jatim, 2017).

Kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi

wanita adalah program KB pascasalin untuk mengatur jumlah kelahiran atau

menjarangkan kelahiran dan pelatihan contraceptive technology update (CTU)

untuk bidan. Asuhan kebidanan mengutamakan kesinambungan pelayanan

(continuity of care), karena sangat penting bagi wanita untuk mendapatkan

pelayanan dari seorang profesional yang sama atau dari satu tim kecil tenaga

profesional, sehingga perkembangan kondisi mereka setiap saat akan terpantau

dengan baik (Dinkes Jatim, 2017).


13

Penulis telah melakukan studi pendahuluan di PMB Ny Purwantini


S.Tr.Keb. Didapat kan hasil Tahun 2019 dari Januari-Desember tidak di
dapatkan AKI dan AKB sedengankan ANC K1 sebanyak 190 K4 sebanyak
173 pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sejumlah 173, Dirujuk
sebanyak 17 orang dengan indikasi BSC sebanyak 5 orang, KPD 6 orang,
Letak sungsang sebanyak 4 orang, Lilitan tali pusat 1 orang, Postdate 1 orang
KN lengkap sejumlah 173 bayi, KF sejumlah 175. Pelayanan KB suntik 3
bulan 200 orang. KB suntik 1 bulan 30 orang. KB pil 10 orang.Implan 20
orang dan IUD (AKDR) sejumlah 20 orang (Data Primer,2020).
Berdasarkan uraian di atas maka penulis ingin melakukan asuhan

kebidanan secara continuity of care pada Ibu hamil TM III, bersalin, nifas,

neonatus, dan keluarga berencana sebagai laporan tugas akhir di PMB Ny

Purwantini S.Tr.Keb Desa Bacem Kab Madiun.

1.2 Pembatasan Masalah

Asuhan kebidanan diberikan kepada ibu hamil TM III, bersalin, masa

nifas, neonatus dan Keluarga Berencana secara continuity of care. Asuhan ini

diberikan secara berkelanjutan dimulai dari Ante Natal Care (ANC),

pemantauan Intra Natal Care (INC), kunjungan Puerperium Natal Care

(PNC), perawatan neonatus, dan KB.

1.3 Tujuan Penyusunan Laporan Tugas Akhir

1.3.1 Tujuan Umum

Diharapkan mampu memberikan asuhan kebidanan yang dilakukan

secara continuity of care pada ibu hamil TM III, bersalin, nifas, neonatus

dan Keluarga Berencana secara komprehensif dengan menggunakan

pendekatan manajemen kebidanan.


14

1.3.2 Tujuan Khusus.

Setelah dilakukan asuhan kebidanan, diharapkan mahasiswa mampu:

a. Melakukan pengkajian pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus dan

KB

b. Menyusun diagnosa kebidanan sesuai dengan prioritas pada ibu

hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB

c. Merencanakan asuhan kebidanan secara berkelanjutan pada ibu

hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB

d. Melakukan asuhan kebidanan secara berkelanjutan yang telah

dilakukan pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB

e. Melakukan evaluasi asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada

ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB

f. Mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada

ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB dengan SOAP notes

1.4 Ruang Lingkup

1.4.1 Sasaran

Sasaran asuhan kebidanan ditujukan kepada ibu hamil TM III (28-38

minggu), Bersalin, Nifas, Neonatus, dan KB.

1.4.2 Tempat

Lokasi yang dipilih untuk memberikan asuhan kebidanan di Praktek

Mandiri Bidan (PMB) Ny Purwantini S.Tr.Keb Desa Bacem Kabupaten

Madiun.

1.4.3 Waktu
15

Waktu yang diperlukan untuk menyusun proposal 2 Maret-21 Maret

2020 dan Laporan Tugas Akhir (LTA) dimulai bulan Maret-Agustus

2020.

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat Teoritis

Dapat digunakan untuk menambah ilmu pengetahuan dan ketrampilan

secara langsung dalam memberikan asuhan kebidanan secara continuity

of care mulai hamil TM III, bersalin, nifas, neonatus dan Keluarga

Berencana.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi pasien, keluarga dan masyarakat

Sebagai tambahan informasi bagi masyarakat khususnya ibu hamil,

bersalin, nifas guna memeriksakan kesehatannya secara mandiri

sebagai upaya preventif sehingga komplikasi dapat dihindari sedini

mungkin. Selain itu dapat dijadikan acuan dalam memanfaatkan

pelayanan kebidanan pada kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru

lahir dan keluarga berencana (KB).

2. Profesi Bidan

Mengetahui perkembangan aplikasi asuhan kebidanan continuity of

care mulai kehamilan TM III, bersalin, nifas, neonatus dan

Keluarga Berencana secara nyata dilapangan dan sesuai teori yang

ada.
16

3. Penulis

Mendapatkan pengalaman dalam melaksanakan asuhan kebidanan

pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB secara nyata pada

klien sebagai bekal dalam memberikan asuhan kebidanan, sehingga

bermanfaat untuk menjadi bidan professional dan dapat

meningkatkan mutu pelayanan yang dapat menurunkan AKI dan

AKB.

4. Civitas akademika STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Untuk menambah pengetahuan dalam melakukan asuhan

kebidanan secara Continuity Of Care pada ibu hamil TM III,

bersalin, nifas, neonatus dan KB pascasalin


17

Anda mungkin juga menyukai