Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN INDIVIDU PK 3

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.”N” DENGAN


KEHAMILAN 36 MINGGU
DI UPT BLUD PUSKESMAS JEMBATAN KEMBAR

DISUSUN OLEH:

ZULRIFATUL WASI’IN
NIM: 027SYEBID20

PROGRAM STUDI KEBIDANAN JENJANG D.3


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YAYASAN RUMAH SAKIT
ISLAM MATARAM NUSA TENGGARA BARAT
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan
rahmatNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan yang berjudul “Asuhan
kebidanan komprehensif pada Ny.“N” dengan kehamilan 36 minggu di UPT BLUD
Puskesmas jembatan Kembar”
Laporan ini disusun sebagai salah satu persyaratan akademik dalam rangka
menyelesaikan program Praktik Kebidanan 3 STIKES YARSI Mataram. Terselesainya
penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan semua pihak, untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. H. Zulkahfi S.Kep.,Ners.,M.Kes selaku Ketua STIKES YARSI Mataram, yang
telah memberikan kepercayaan kepada kami untuk melakukan Praktik Kebidanan 3 di
UPT BLUD Puskesmas Jembatan Kembar.
2. Ns.Iwan Kusmayadi AS selaku kepala UPT BLUD Puskesmas Jembatan Kembar
yang telah mengizinkan kami Praktik Kebidanan 3 di Puskesmas Jembatan Kembar.
3. Baiq Ricca Afrida.,M.Keb selaku Kepala Prodi DIII Kebidanan STIKES YARSI
Mataram, yang telah memberikan kami kesempatan untuk Praktik Kebidanan 3 di
UPT Puskesmas Jembatan Kembar.
4. Susilia Idyawati,M.Kes Selaku Dosen Pembimbing Akademik kami yang telah
meluangkan waktunya untuk selalu mendidik dan membimbing kami selama praktik.
5. Esty Prihartini,Amd.Keb selaku Pembimbing Lahan di UPT BLUD Puskesmas
Jembatan Kembar yang telah memberikan bimbingan kepada kami dalam Praktik
Kebidanan 3.
6. Hj.Novi Kristanti,Amd.Keb selaku bidan koordinator di UPT BLUD Puskesmas
Jembatan Kembar yang telah memberikan bimbingan kepada kami dalam Praktik
Kebidanan 3.
7. Seluruh staf UPT BLUD Puskesmas Jembatan Kembar yang telah memberikan
bimbingan selama kami praktik.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu penulis mengucapkan
terimakasih telah membantu dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan ini.

Dengan terselesainya laporan ini penulis menyadari bahwa banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
laporan ini. Akhirnya penyusun berharap semoga laporan asuhan kebidanan ini dapat
bermanfaat bagi penyusun maupun pembaca.

Mataram,Maret-Mei 2023

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut data WHO (World Health Organization) tahun 2021 AKI secara global
yang terjadi pada pada tahun 2021 mengalami sedikit penurunan dari tahun 2020. Tahun
2020 terjadi sebnayak 213 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH), sedangkan pada tahun
2021 terjadi sebnayak 208 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH), angka ini masih cukup
jauh dari target SDGs (Sustainable Development Goals) yang menargetkan pada tahun
2030 AKI turun menjadi 70 per 100.000 KH dan AKB 12 per 1000 kelahiran hidup.
(sumber: data WHO, 2021).
Data World Health Organitation (WHO) mengenai status kesehatan nasional pada
capaian target Sustainable Development Goals (SDGs) menyatakan secara global sekitar
830 wanita meninggal setiap hari karena komplikasi selama kehamilan dan persalinan,
dengan tingkat AKI di Indonesia sebanyak 216 per 100.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan data WHO 99% kematian ibu akibat masalah kehamilan, persalinan atau
kelahiran. Rasio AKI masih di rasa cukup tinggi sebagaimana ditargetkan menjadi 70 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030. (sumber: WHO, 2018).
Menurut WHO 75% kematian neonatus pada minggu pertama kehidupan dan 1 juta
kematian neonatus pada 24 jam pertama kehidupan disebabkan prematuritas, asfiksia,
infeksi, dan cacat lahir (WHO, 2020).Di seluruh dunia, sekitar 25% dari semua kematian
neonatal disebabkan oleh asfiksia. Menurut data dari World Health Organization (WHO)
setiap tahunnya sekitar 3% (3,6juta) dari 120 juta bayi baru lahir dinyatakan mengalami
asfiksia, dan hampir 1 juta bayi tersebut dinyatakan meninggal akibat asfiksia. (sumber:
WHO, 2020).
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat, sebanyak 7.389 ibu di Indonesia
meninggal pada 2021. Jumlah tersebut meningkat 59,69% dibandingkan tahun
sebelumnya yang sebanyak 4.627 orang. Sebagian besar kematian ibu pada 2021
disebabkan oleh Covid-19, yakni 2.982 orang. Sebanyak 1.320 ibu meninggal akibat
pendarahan pada tahun lalu. Ada pula 1.077 ibu yang meninggal akibat hipertensi dalam
kehamilan. Penyakit jantung menjadi penyebab kematian dari 335 ibu di Indonesia
sepanjang tahun lalu. Ibu yang meninggal dunia akibat infeksi dan gangguan metabolik
masing-masing sebanyak 207 orang dan 80 orang. Lalu, sebanyak 65 ibu meninggal
akibat gangguan sistem peredaran darah. Sebanyak 14 ibu lainnya meninggal akibat
abortus. Sedangkan, terdapat penyebab lainnya yang merenggut nawa 1.309 ibu di
Indonesia sepanjang tahun lalu. (sumber: Kementerian Kesehatan 2021).
Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017
menunjukkan bahwa angka kematian neonatal sebesar 15 per 1.000 kelahiran hidup. Di
Indonesia Asfiksia menjadi salah satu penyebab tingginya angka kematian bayi (AKB).
Setiap tahunnya kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi baru lahir mengalami asfiksia,
hampir 1 juta bayi ini meninggal (sumber: Kemenkes RI, 2019).
Berdasarkan laporan dari Kabupaten/Kota, jumlah kasus kematian Ibu di provinsi
NTB terjadi peningkatan, jumlah kasus kematian Ibu pada tahun 2020 sebanyak 122
meningkat sebanyak 25 kasus dibandingkan tahun 2019 sebanyak 97 Kasus Kematian
Ibu. Jumlah kasus kematian ibu terbanyak terdapat di kabupaten Lombok Timur dengan
kasus sebanyak 43 dan kabupaten Lombok Tengah yaitu 29 kasus kematian ibu.Angka
kematian ibu di Provinsi NTB mengalami peningkatan dari tahun 2019 sebesar 93.92 per
100.000 kelahiran hidup menjadi 119.05 per 100.000 kelahiran hidup. (sumber: Profil
Kesehatan Dikes Provinsi NTB, 2021).
Angka Kematian Ibu (AKI) di provinsi NTB menunjukkan bahwa jumlah kasus
kematian ibu selama tahun 2019 adalah 97 kasus, sedikit menurun dibandingkan tahun
2018 dengan jumlah kematian ibu 99 kasus. Kematian ibu pada tahun 2019 pada ibu
hamil 17,52%. Berdasarkan kelompok umur, kematian ibu terbanyak terjadi pada usia
20-34 tahun yaitu sebanyak 58,77%, usia >35 tahun sebanyak 36,08% dan usia <20
tahun sebanyak 5,15%. Dari 97 kasus kematian pada tahun 2019, 39 kasus disebabkan
oleh hipertensi dalam kehamilan, 22 kasus oleh karena perdarahan, 12 kasus karena
gangguan metabolik (diabetes melitus dll), 6 kasus disebabkan karena infeksi dan 18
kasus karena penyebab lain-lain. (sumber: Profil Dikes NTB, 2019).
Berdasarkan profil Kesehatan Provinsi NTB pada tahun 2021-2022 Kasus
kematian bayi tahun 2021 lebih rendah dibandingakan tahun 2020. Kasus kematian bayi
dilaporkan tahun 2020 sebesar 858 kasus dan menurun 47 kasus menjadi 811 kasus
kematian bayi pada tahun 2021. Pada tahun 2021 jumlah kematian bayi sebesar 811
kematian dan dari jumlah tersebut 611 kematian atau 83,97 persen terjadi pada masa
neonatal. Penyebab kematian neonatal terbesar di sebabkan oleh BBLR dan Asfiksia.
Dimana kasus asfiksia tertinggi pada Kabupaten Lombok Timur sebesar 85 kasus,
disusul Lombok Tengah sebanyak 35 kasus, Lombok Barat 21 kasus asfiksia, Sumbawa
21 kasus, Lombok Utara 21 kasus, Kota Mataram sebanyak 19 kasus, Bima 13 kasus
asfiksia, dan Dompu sebanyak 5 kasus asfiksia. (sumber: Profil Diskes NTB, 2021-
2022).
Berdasarkan laporan surveilans di Kabupaten Lombok Barat, kematian ibu tahun
2019 tercatat 6 kasus, kasus ini lebih tinggi dalam 4 tahun terakhir. Faktor penyebab
kematian adalah kasus perdarahan sebanyak 2 kasus, 1 kasus karena hipertensi dan 3
kasus karena penyebab lainnya. Ditinjau dari usia ibu saat meninggal tahun 2019 ini,
sebagia ibu meninggal antara 20-34 tahun (3 orag) dan diatas 35 tahun sebanyak 3 orang.
Sedangkan dilihat dari kondisi/fase maternal, sebagian besar ibu meninggal saat masa
nifas (3 orang) dan saat bersalin 2 orang. (sumber: Profil Dinas Kesehatan Kabupaten
Lombok Barat, 2020).
Berdasarkan laporan profil kesehatan di lombok barat dalam 6 tahun jumlah angka
kematian bayi cenderung menurun namun juga fluktuatif. Tercatat pada tahun 2013
jumlah kematian bayi mencapai 90 kasus, kemudian pada tahun 2014 turun menjadi 13
kasus dan di 2015 naik lagi menjadi 42 kasus. Angka kematian bayi cenderung fluktuatif
setiap tahunnya, tahun 2014 angka kematian bayi mencapai 4,21 kemudian terus
menurun sampai tahun 2017 dan naik lagi pada tahun 2018 dengan angka kematian bayi
mencapai 1,74. (sumber: Profil Dikes Kabupaten Lombok Barat, 2020).
Berdasarkan rekapitulasi PWS KIA UPT BLUD Puskesmas Jembatan Kembar,
pada Desember tahun 2022, jumlah akses pelayanan KIA untuk (K1) sebanyak 623 dan
jumlah kumulatif sebanyak 122.16%, (K4) sebanyak 586 dan jumlah kumulatif
sebanyak 114.90%, (K6) sebanyak 517 dan jumlah kumulatif sebanyak 111.96%, deteksi
faktor resiko dan komplikasi oleh masyarakat di puskesmas sebanyak 106 dan jumlah
kumulatif sebanyak 103.92%, pelayanan komplikasi maternal ditemukan sebanyak 86
dan jumlah kumulatif sebanyak 84.31%, pelayanan komplikasi maternal tertangani
sebanyak 86 dan jumlah kumulatif sebanyak 84.31%. sedangkan data LINAKES yang
diperoleh sebanyak 606 dan jumlah kumulatif sebanyak 123.67%, data LIN.NON
NAKES sebanyak 0 dan jumlah kumulatif sebanyak 0%, data LIN. FASKES sebanyak
606 dan jumlah kumulatif sebanyak 123.67%. sedangkan data kunjungan nifas sebanyak
604 dan jumlah kumulatif sebanyak 123.27%. (sumber: Rekapitulasi PWS KIA UPT
BLUD Puskesmas Jembatan Kembar Desember, 2021).
Upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan menjamin agar setiap
ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti pelayanan
kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas
pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus
dan rujukan jika terjadi komplikasi, dan pelayanan keluarga berencana termasuk KB
pasca persalinan. Sedangkan upaya percepatan penurunan AKB harus dilakukan
melaului terobosan-terobosan atau program-program yang mempunyai daya ungkit kuat
untuk menurunkan AKB. AKB berpengaruh signifikan terhadap Usia Harapan Hidup
(UHH), penurunan AKB akan meningkatkan UHH. (Sumber: Ditjen Kesehatan
Masyarakat, Kemenkes RI, 2019).
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan komprehensif dengan
penerapan manajemen kebidanan pada kehamilan 36 minggu dengan
menggunakan manajemen 7 langkah varney di UPT BLUD Puskesmas Jembatan
Kembar.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data dasar pada Ny. “N” dengan
kehamilan 36 minggu.
b. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi data dasar pada Ny “N” dengan
kehamilan 36 minggu.
c. Mahasiswa dapat menentukan diagnose dan masalah potensial pada Ny. “N”
dengan kehamilan 36 minggu.
d. Mahasiswa mampu menentukan kebutuhan segera pada Ny. “N” dengan
kehamilan 36 minggu.
e. Mahasiswa mampu menentukan rencana asuhan menyeluruh pada Ny. “N”
dengan kehamilan 36 minggu.
f. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan sesuai dengan rencana yang telah
dibuat pada Ny. “N” dengan kehamilan 36 minggu.
g. Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada Ny. “N”
dengan kehamilan 36 minggu.
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Manfaat Teoritis
Hasil laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan
wawasan dan pengetahuan di bidang Ilmu Kebidanan khususnya dan pemberian
asuhan kebidanan pada ibu hamil.

1.3.2 Manfaat Praktis


a. Bagi UPT BLUD Puskesmas Jembatan Kembar
Dengan adanya laporan yang telah disusun ini diharapkan dapat bermanfaat
sebagai salah satu acuan pelayanan kesehatan yang dapat meningkatkan
kualitas pelayanan terhadap pasien.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Tercapainya kompetensi yang di targetkan bagi institusi pendidikan kepada
mahasiswa, sehingga benar-benar melahirkan calon bidan yang berkualitas
baik dari segi pengetahuan maupun keterampilan.
c. Bagi Mahasiswa
Dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapat selama dibangku
kuliah sebagai upaya pengaplikasian suatu ilmu, menambah pengalaman
dalam memberikan Asuhan Kebidanan komprehensif dan dapat berinteraksi
langsung dengan pasien sehingga dapat tercipta hubungan yang baik diantara
keduanya.
d. Bagi klien
Sebagai sumber informasi mengenai kondisi kesehatan klien, sehingga dengan
adanya laporan ini klien dapat mengetahui bagaimana kondisi kesehatannya
saat ini dan dapat mengetahui tindakan apa yang harus segera diambil serta
keputusan apa yang harus segera diputuskan terkait hal yang mencakup
kesehatan klien.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar teori Kehamilan


A. Pengertian Kehamilan
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa
dan ovum dilamjutkan dengan nidasi atau implementasi. Bila dihitung dari saat
fertilisasi hingga bayi lahir, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40
minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. (Prawirohardjo,
2008).
Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan ovum
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Dihitung dari fertilisasi hingga lahirnya
bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu (9 atau 10
bulan).( Prawiharjo 2013).
Kehamilan yaitu pertumbuhan dan perkembangan dari intrauterin mulai sejak
konsepsi sampai permulaan persalinan. Setiap bulan wanita melepaskan satu
sampai dua sel telur dari induk telur (ovulasi) yang ditangkap oleh umbai-umbai
(fimbrae) dan masuk kedalam sel telur. Saat melakukan hubungan seksual, cairan
sperma masuk ke dalam vagina dan berjuta-juta sel sperma bergerak memasuki
rongga rahim lalu masuk ke dalam sel telur. Pembuahan sel telur oleh sperma
biasa terjadi dibagian yang mengembang dari tuba falopii. Pada sekeliling sel telur
banyak berkumpul sperma kemudian pada tempat yang paling mudah untuk
dimasuki, masuklah satu sel sperma dan kemudian bersatu dengan sel telur.
Peristiwa ini disebut fertilisasi. Ovum yang telah dibuahi ini segera membelah diri
sambil bergerak oleh rambut getar tuba menuju ruang rahim kemudian melekat
pada mukosa rahim untuk selanjutnya bersarang diruang rahim, Peristiwa ini
disebut nidasi (implantasi). Dari pembuahan sampai nidasi diperlukan waktu kira-
kira 6-7 hari (Restyana, 2012 )
B. Proses Terjadinya Kehamilan
Proses kehamilan diawali dengan proses konsepsi (pembuahan). Konsepsi ini
sering juga disebut dengan fertilisasi. Fertilisasi adalah penyatuan sperma laki-laki
dengan ovum perempuan dituba falopi. (Hutahaean, 2013).
Proses kehamilan dimulai dengan terjadinya konsepsi. Konsepsi adalah
bersatunya sel telur (ovum) dan sperma. Proses kehamilan (gestasi) berlangsung
selama 40 minggu atau 280 hari di hitung dari hari pertama menstruasi terakhir.
Usia kehamilan sendiri adalah 38 minggu, karena dihitung mulai dari tanggal
konsepsi (tanggal bersatunya sel sperma dengan telur) yang terjadi dua minggu
setelahnya (Sulistyawati, 2010:4).
C. Fisiologi Kehamilan Proses fertilisasi, implantasi, plasentasi.
1. Fertilisasi

Gambar 1.1

Untuk membuahi sebuah ovum, sebuah sperma mulamula harus


melewati korona radiata dan zona pelusida. Enzimenzim akrosom, yang
terpajan saat membran akrosom rusak saat sperma berkontak dengan korona
radiata, memungkinkan sperma membuat terowongan menembus sawar-sawar
protektif tersebut. Sperma pertama yang mencapai ovum itu sendiri berfusi
dengan membran plasma ovum, memicu suatu perubahan kimiawi di membran
yang mengelilingi ovum sehingga lapisan ini tidak lagi dapat ditembus sperma
lain (Fenomena Black To Polyspermy).
Kepala sperma yang berfusi tertarik dan ekor lenyap. Penetrasi sperma ke
dalam sitoplasma memicu pembelahan meiosis akhir oosit sekunder. Nucleus
sperma dan ovum menyatu membentuk zigot lalu menjadi morula dan masuk
uterus setelah uterus sudah bisa dimasuki oleh morula, lalu manjadi
blastokista dan terjadi implantasi di dinding endometrium. Fertilisasi
berlangsung di oviduktus ketika telur yang dilepaskan dan sperma yang
diletakkan di vagina bertemu di tempat ini. Ovum yang telah dibuahi mulai
membelah diri secara mitosis.
Gambar 1.2

Dalam waktu seminggu ovum tumbuh dan berdiferensiasi menjadi


sebuah blastokista yang dapat melakukan implantasi. Sementara itu,
endometrium telah mengalami peningkatan vaskularisasi dan dipenuhi oleh
simpanan glikogen di bawah pengaruh progesterone fase luteal. Blastokista
terbenam di lapisan yang telah dipersiapkan tersebut melalui kerja enzim-
enzim yang dikeluarkan oleh lapisan luar blastokista. Enzim ini mencernakan
jaringan endometrium kaya nutrient, melaksanakan dua fungsi yaitu membuat
lubang di endometrium untuk implantasi blastokista sementara pada saat yang
sama membebaskan nutrient dari sel endometrium agar dapat digunakan oleh
mudigah yang sedang berkembang. (Fatimah,2017)
2. Implantasi

Gambar 1.3

Ovum yang sudah dibuahi membelah dengan cepat selama perjalannya


dalam tuba falopii. Bila kelompok sel yang dsebut sebagai morula mencapai
cavum uteri maka terbentuklah ” inner cell mass”. Pada stadium Blastosis ,
mass tersebut di bungkus dengan sel trofoblas primitif. Didalam sel tersebut
terjadi produksi hormon secara aktif sejak awal kehamilan dan juga
membentuk EPF (early pregnancy factor) yang mencegah reaeksi hasil
konsepsi .Pada stadium ini, zygote harus mengadakan implantasi untuk
memperoleh nutrisi dan oksigen yang memadai. Terjadi perkembangan “inner
cell mass” kedalam lapisan ektodermal dan endodermal. Diantara kedua
lapisan tersebut terbentuk lapisan mesodermal yang akan tumbuh keluar untuk
membentuk mesoderm ekstra embrionik.Pada stadium ini terbentuk 2 rongga
yaitu “yolc sac” dan cavum amnion. Kantung amnion berasal dari ektoderm
dan yolc sac dari endoderm. Pada stadium ini, cavum amnion masih amat
kecil.2 rongga yang terbungkus oleh mesoderm bergerak kearah blastosis.
Batang mesodermal akan membentuk talipusat. Area embrionik yang terdiri
dari ektoderm – endoderm dan mesoderm akan membentuk janin.Cavum
anion semakin berkembang sehingga mencapai sampai mencapai dinding
blastosis. Bagian dari Yolc sac tertutup dalam embrio dan sisanya membentuk
tabung yang akan menyatu dengan tangkai mesodermal. (Fatimah,2017)
3. Plasentasi

Gambar 1.4

Villi terdapat di seluruh permukaan blastosis. Dengan demikian


membesarnya blastosis, desidua superfisial (desidua kapsularis) akan tertekan
dan kehamilan akan semakin mengembang ke arah dalam cavum uteri.
Perkembangan desidua kapsularis secara bertahap memangkas
sirkulasi yang melaluinya. Hal ini akan menyebabkan atrofi dan hilangnya
viili yang bersangkutan. Permukaan blastosis menjadi halus dan bagian korion
ini disebut Chorion Laeve. Pada sisi yang berlawanan, villi mengalami
pertumbuhan dan pembesaran dan disebut sebagai Chorion Frondusum.
Dengan semakin luasnya ekspansi blastosis, desidua kapsularis menempel
dengan desidua vera dan cavum uteri menjadi obliterasi.(Fatimah,2017)
D. Perubahan Fisiologi pada Wanita Hamil
Perubahan Fisiologis Kehamilan Menurut Rukiah (2013), perubahan anatomi
dan adaptasi fisiologi pada ibu hamil adalah sebagai berikut:
1. Perubahan Uterus

Gambar 1.5

Uterus akan membesar dibawah pengaruh estrogen dan progesteron


yang kadarnya meningkat. Pada akhir kehamilan (40 minggu) berat uterus
menjadi 1000 gram (berat uterus normal 30 gram) dengan panjang 20 cm dan
dinding 2,5 cm. Ketika usia kehamilan sudah aterm dan pertumbuhan janin
normal, maka pada kehamilan 28 minggu tinggi fundus uteri (TFU) 25 cm,
pada 32 minggu 27 cm, pada 36 minggu 30 cm, pada kehamilan 40 minggu
TFU turun kembali dan terletak 3 jari dibawah Prosessus Xyfoideus (PX).
2. Serviks Uteri
Serviks mengalami perubahan yang ditentukan sebulan setelah
konsepsi itu meliputi perubahan kekenyalan yaitu serviks menjadi lunak
(tanda goodel), pembuluh darah meningkat, lendir menutupi ostium uteri
serviks sehingga menjadi lebih mengkilap.
3. Segmen Bawah Uterus
Segmen bawah uterus berkembang dari bagian atas kanalis servikalis
setinggi ostium interna bersama-sama istmus uteri. Segmen bawah lebih tipis
dari pada segmen atas dan menjadi lunak serta berdilatasi selama minggu-
minggu terakhir kehamilan sehingga memungkinkan segmen tersebut
menampung janin. Serviks bagian bawah baru menipis dan menegang setelah
persalinan terjadi.
4. Kontraksi Braxton-Hikcs
Merupakan kontraksi tak teratur rahim dan terjadi tanpa rasa nyeri di
sepanjang kehamilan. Kontraksi ini barang kali membantu sirkulasi darah
dalam plasenta.
5. Vagina dan vulva
Vagina dan serviks akibat hormon estrogen mengalami perubahan
pula. Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak
lebih merah, agak kebiruan (livide) disebut tanda Chadwick. Vagina membiru
karena pelebaran pembuluh darah.
6. Mammae
Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon
somatemammotropin, esterogen dan progesteron, akan tetapi belum
mengeluarkan air susu. Pada kehamilan akan terbentuk lemak sehingga
mammae menjadi lebih besar, mammae akan membesar, lebih tegang dan
aerola mammae tampak lebih hitam karena hiperpigmentasi. Pada kehamilan
12 minggu keatas dari puting susu dapat keluar cairan berwarna putih agak
jernih disebut colostrums.
7. Sistem Endokrin
Perubahan endokrin, sekresi kelenjar hipofisis umumnya menurun dan
penurunan ini selanjutnya akan meningkatkan sekresi kelenjar endokrin
(khususnya kelenjar tiroid, paratiroid, dan adrenal). Kadar hormon hipofise,
prolaktin meningkat secara berangsur-angsur menjelang akhir kehamilan,
namun fungsi prolaktin dalam memicu laktasi disurpresi sampai plasenta
dilahirkan dan kadar esterogen menurun.
8. Sistem Kekebalan
Kehamilan dianggap berkaitan dengan penekanan berbagai macam
fungsi imunologi secara hormonal dan seluler untuk menyesuaikan diri dengan
graft janin. Titer antibodi humoral melawan beberapa virus misalnya herves
simpleks, campak, dan influenza A menurun selama kehamilan.
9. Sistem Respirasi
Pernafasan masih diafragmatik selama kehamilan, tetapi karena
pergerakan diafragma terbatas setelah mingu ke-30, wanita hamil bernafas
lebih dalam, dengan meningkatnya volume tidal dan kecepatan ventilasi
sehingga memungkinkan pencampuran gas dan konsumsi oksigen meningkat.
10.Tractus Urinarus
Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai turun ke PAP (Pintu Atas
Panggul), keluhan sering kencing timbul karena kandung kencing mulai
tertekan. Pada ginjal seorang wanita hamil bertambah besar, misalnya
menemukan bahwa ginjal 1,5 cm lebih panjang selama masa nifas awal dari
pada yang diukur 6 bulan kemudian. Kecepatan fitrasi glomerulus dan aliran
plasma ginjal bertambah pada awal kehamilan, pada awal trimester kedua
sebanyak 50 persen, mekanisme tepat untuk meningkatnya hal-hal ini pada
kehamilan belum diketahui.
11.Traktus Digestivus
Di mulut, gusi menjadi lunak, akibat retensi cairan intraseluler yang
disebabkan oleh progesteron. Sfingter esopagus bawah relaksasi, sehingga
dapat terjadi regorgitasi isi lambung yang menyebabkan rasa terbakar di dada.
Sekresi isi lambung berkurang dan makanan lebih lama berada di lambung.
Otot-otot usus relaksi disertai dengan penurunan motilitas.
Hal ini memungkinkan absorbsi zat nutrisi lebih banyak, sehingga
menyebabkan konstipasi yang merupakan salah satu keluhan utama wanita
hamil. 12. Sistem Muskuleskeletal Perubahan tubuh secara bertahap dari
peningkatan berat wanita hamil menyebabkan postur dan cara berjalan wanita
berubah secara menyolok, peningkatan distensi abdomen yang membuat
panggul miring ke depan, penurunan tonus otot perut, dan peningkatan berat
badan pada akhir kehamilan membutuhkan penyesuaian ulang (realignment)
kurvatura spinalis. Pusat gravitasi wanita bergeser ke depan.
E. Perubahan Psikologi dan adaptasi dalam kehamilan
Selama hamil kebanyakan wanita mengalami perubahan psikologis dan
emosional.Seringkali kita mendengar seorang wanita mengatakan betapa
bahagianya dia karena akan menjadi seorang ibu dan bahwa dia sudah memilihkan
sebuah nama untuk bayi yang akan dilahirkannya. Namun tidak jarang ada wanita
yang merasa khawatir kalau terjadi masalah dalam kehamilannya khawatir kalau
ada kemungkinan dia kehilangan kecantikannya, atau bahwa ada
kemungkinanbayinya tidak normal.
Sebagai seorang bidan anda harus menyadari adanya perubahan
perubahan tersebut pada wanita hamil agar dapat memberikan dukungan dan
memperhatikan keprihatinan, kekhawatiran, ketakutan dan pertanyaan-pertanyaan.
1) Trimester Pertama
Segera setelah konsepsi kadar hormon progestron dan estrogen dalam tubuh
akan meningkat dan ini menyebabkan timbulnya mual dan muntah pada pagi
hari ,lemah,lelah dan membesarnya payudara. Ibu merasa tidak sehat dan
sering kali membenci kehamilannya. Banyak ibu yang merasakan
kekecewaan, penolakan, kecemasan dan kesedihan .Seringkali, biasanya pada
awal kehamilannya, ibu berharap tidak hamil. Pada trimester pertama
seorang ibu akan selalu mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa
dirinya memang hamil. Setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan
selalu diperhatikan dengan seksama.
Karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia seorang ibu yang
mungkin diberitahukannya kepada orang lain atau dirahasiakannya.
2) Trimester kedua
Trimester kedua biasanya adalah saat ibu merasa sehat ,tubuh ibu sudah
terbiasa dengan kadar hormon yang lebih tinggi dan rasa tidak nyaman
karena hamil sudah berkurang. Perut ibu belum terlalu besar sehingga belum
dirasakan sebagai beban, ibu menerima kehamilannya dan mulai dapat
menggunakan energi dan pikiran nya secara lebih konstruktif .Pada trimester
ini pula ibu dapat merasakan gerakan bayinya.Banyak ibu yang merasa
terlepas dari rasa kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti yang
dirasakannya pada trimester pertama dan merasakan meningkatnya libido.
3) Trimester ketiga
Trimester ketiga seringkali disebut periode menunggu dan waspada sebab
pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Gerakan
bayi dan membesarnya perut merupakan 2 hal yang mengingatkan ibu akan
bayinya.Kadang kadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir
sewaktu waktu .Ini menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaannya akan
timbulnya tanda dan gejala akan terjadinya persalinnan .Ibu seringkali
merasa khawatir atau takut kalau-kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak
normal.Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan akan
menghindari orang atau benda apa saja yang dianggapnya membahayakan
bayinya. Seorang ibu mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya
fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan. Rasa tidak nyaman akibat
kehamilan pada trimester ketiga dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh
dan jelek. Disamping itu ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah dari
bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil.Pada
trimester inilah ibu memerlukan keterangan dan dukungan dari suami
keluarga dan bidan.

F. Kebutuhan Nutrisi Ibu Hamil

Gambar 1.6

Pada trimester ini memiliki kemampuan perkembangan yang semakin


pesat sehingga harus diimbangi dengan asupan nutrisi. Pada perkembangan minggu
ke 13 hingga minggu ke 18 terjadi perkembangan tumbuh kembang organ janin
yang sangat penting. Pada awal memasuki trimester kedua asupan kalori memang
masih perlu ditingkatkan mengingat banyaknya organ yang akan tersusun. Jangan
lupakan asupan zat besi dan vitamin C dalam mengoptimalkan pembentukan sel sel
darah merah dalam mendukung jantung dan sistem peredaran darah janin yang
sedang berkembang pada minggu ke 17. Asam lemak omega 3 dibutuhkan dalam
pembentukan otak janin di trimester kedua akhir. Hindari makanan dengan
kandungan kafein yang tinggi, makanan dengan kandungan garam yang berlebih
dapat memicu kaki bengkak menahan cairan tubuh. Konsumsi pula air yang cukup
setiap harinya untuk menghindari sembelit dan wasir yang banyak diderita oleh ibu
hamil.
G. Kebutuhan Fisik Ibu Hamil
Kebutuhan kesehatan ibu hamil menurut Nugroho (2014) sebagai berikut:
1. Kebutuhan Oksigen
Pada kehamilan terjadi perubahan pada sistem respirasi untuk dapat
memenuhi kebutuhan O2, di samping itu terjadi desakan diafragma karena
dorongan rahim yang membesar. Sebagai kompensasi terjadinya desakan
rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih
dalam. Hal ini akan berhubungan dengan meningkatnya aktifitas paru-paru
oleh karena selain untuk mencukupi kebutuhan O2 ibu, juga harus
mencukupi kebutuhan O2 janin. Ibu hamil kadang–kadang merasakan sakit
kepala, pusing ketika berada di keramaian misalnya di pasar, hal ini
disebabkan karena kekurangan O2. Untuk menghindari kejadian tersebut
hendaknya ibu hamil menghindari tempat kerumunan banyak orang. Untuk
memenuhi kecukupan O2 yang meningkat, supaya melakukan jalan–jalan
dipagi hari, duduk– duduk di bawah pohon yang rindang, berada di ruang
yang ventilasinya cukup.
2. Kebutuhan Nutrisi
Untuk mengakomodasi perubahan yang terjadi selama masa hamil, banyak
diperlukan zat gizi dalam jumlah yang lebih besar dari pada sebelum hamil.
Pada ibu hamil akan mengalami BB bertambah, penambahan BB bisa diukur
dari IMT (Indeks Masa Tubuh) / BMI (Body Mass Index) sebelum hamil.
IMT dihitung dengan cara BB sebelum hamil dalam kg dibagi (TB dlm
m)2misalnya : seorang perempuan hamil BB sebelum hamil 50 kg,TB 150
cm maka IMT 50/(1,5)2= 22.22 (termasuk normal).

Kenaikan BB wanita hamil berdasarkan BMI atau IMT sebelum hamil.


Kategori BMI Rentang Kenaikan BB yang
dianjurkan
Rendah ( BMI < 19,8 ) 12,5 - 18 kg Normal
Normal ( BMI 19,8 - 26 ) 11,5 - 16 kg
Tinggi ( BMI > 26 - 29 ) 7 - 11,5 kg
Obesitas ( BMI > 29 ) < 6 kg

Tabel 1.1

Untuk memenuhi penambahan BB tadi maka kebutuhan zat gizi harus


dipenuhi melalui makanan sehari-hari dengan menu seimbang seperti contoh
dibawah ini.
Kebutuhan makanan sehari-hari ibu tidak hamil, ibu hamil dan ibu menyusui.
Kondisi ibu hamil
Nutrien Tak hamil Hamil Menyusui

Kalori 2.000 2300 3000


Protein 55 g 65 g 80 g
Kalsium (Ca) 0,5 g 1g 1g
Zat besi (Fe) 12 g 17 g 17 g
Vitamin A 5000 IU 6000 IU 7000 IU
Vitamin D 400 IU 600 IU 800 IU
Tiamin 0,8 mg 1 mg 1,2 mg
Riboflavin 1,2 mg 1,3 mg 1,5 mg
Niasin 13 mg 15 mg 18 mg
Vitamin C 60 mg 90 m 90 mg

Tabel 1.2

Kenaikan BB yang berlebihan atau BB turun setelah kehamilan triwulan


kedua harus menjadi perhatian, besar kemungkinan ada hal yang tidak wajar
sehingga sangat penting untuk segera memeriksakan ke dokter.

3. Personal Hygiene
Kebersihan badan mengurangi kemungkinan infeksi, karena badan yang
kotor banyak mengandung kuman. Pada ibu hamil karena bertambahnya
aktifitas metabolisme tubuh maka ibu hamil cenderung menghasilkan
keringat yang berlebih, sehingga perlu menjaga kebersihan badan secara
ekstra disamping itu menjaga kebersihan badan juga dapat untuk
mendapatkan rasa nyaman bagi tubuh.
a. Mandi
Pada ibu hamil baik mandi siram pakai gayung, mandi pancuran
dengan shower atau mandi berendam tidak dilarang. Pada umur
kehamilan trimester III sebaiknya tidak mandi rendam karena ibu hamil
dengan perut besar akan kesulitan untuk keluar dari bak mandi rendam.
Menjaga kebersihan diri terutama lipatan kulit (ketiak, bawah buah
dada, daerah genitalia) dengan cara dibersihkan dan dikeringkan. Pada
saat mandi supaya berhati–hati jangan sampai terpeleset, kalau perlu
pintu tidak usah dikunci, dapat digantungkan tulisan”ISI” pada pintu.
Air yang digunakan mandi sebaiknya tidak terlalu panas dan tidak
terlalu dingin.
b. Perawatan vulva dan vagina
Ibu hamil supaya selalu membersihkan vulva dan vagina setiap mandi,
setelah BAB / BAK, cara membersihkan dari depan ke belakang
kemudian dikeringkan dengan handuk kering. Pakaian dalam dari katun
yang menyerap keringat, jaga vulva dan vagina selalu dalam keadaan
kering, hindari keadaan lembab pada vulva dan vagina Penyemprotan
vagina (douching) harus dihindari selama kehamilan karena akan
mengganggu mekanisme pertahanan vagina yang normal, dan
penyemprotan vagina yang kuat (dengan memakai alat semprot) ke
dalam vagina dapat menyebabkan emboli udara atau emboli air.
Penyemprotan pada saat membersihkan alat kelamin ketika sehabis
BAK/BAB diperbolehkan tetapi hanya membersihkan vulva tidak
boleh menyemprot sampai ke dalam vagina.Deodorant vagina tidak
dianjurkan karena dapat menimbulkan dermatitis alergika.Apabila
mengalami infeksi pada kulit supaya diobati dengan segera periksa ke
dokter.
c. Perawatan gigi
Saat hamil sering terjadi karies yang disebabkan karena konsumsi
kalsium yang kurang, dapat juga karena emesis-hiperemesis
gravidarum, hipersaliva dapat menimbulkan timbunan kalsium di
sekitar gigi. Memeriksakan gigi saat hamil diperlukan untuk mencari
kerusakan gigi yang dapat menjadi sumber infeksi, perawatan gigi juga
perlu dalam kehamilan karena hanya gigi yang baik menjamin
pencernaan yang sempurna. Untuk menjaga supaya gigi tetap dalam
keadaan sehat perlu dilakukan perawatan sebagai berikut:
1) Periksa ke dokter gigi minimal satu kali selama hamil
2) Makan makanan yang mengandung cukup kalsium (susu, ikan)
kalau perlu minum suplemen tablet kalsium.
3) Sikat gigi setiap selesai makan dengan sikat gigi yang lembut.
d. Perawatan kuku.
Kuku supaya dijaga tetap pendek sehingga kuku perlu dipotong secara
teratur, untuk memotong kuku jari kaki mungkin perlu bantuan orang
lain. Setelah memotong kuku supaya dihaluskan sehingga tidak
melukai kulit yang mungkin dapat menyebabkan luka dan infeksi.
e. Perawatan rambut.
Wanita hamil menghasilkan banyak keringat sehingga perlu sering
mencuci rambut untuk mmengurangi ketombe. Cuci rambut hendaknya
dilakukan 2– 3 kali dalam satu minggu dengan cairan pencuci rambut
yang lembut, dan menggunakan air hangat supaya ibu hamil tidak
kedinginan.
4. Pakaian
Pakaian yang dianjurkan untuk ibu hamil adalah pakaian yang longgar,
nyaman dipakai, tanpa sabuk atau pita yang menekan bagian perut atau
pergelangan tangan karena akan mengganggu sirkulasi darah.Stocking
tungkai yang sering dikenakan sebagian wanita tidak dianjurkan karena dapat
menghambat sirkulasi darah. Pakaian dalam atas (BH) dianjurkan yang
longgar dan mempunyai kemampuan untuk menyangga payudara yang makin
berkembang. Dalam memilih BH supaya yang mempunyai tali bahu yang
lebar sehingga tidak menimbulkan rasa sakit pada bahu.Sebaiknya memilih
BH yang bahannya dari katun karena selain mudah dicuci juga jarang
menimbulkan iritasi.
Celana dalam sebaiknya terbuat dari katun yang mudah menyerap
airsehingga untuk mencegah kelembaban yang dapat menyebabkan gatal dan
iritasi apalagiibu hamil biasanya sering BAK karena ada penekanan kandung
kemih oleh pembesaran uterus.Korset dapat membantu menahan perut bawah
yang melorot dan mengurangi nyeri punggung. Pemakaian korset tidak boleh
menimbulkan tekanan pada perut yang membesar dan dianjurkan korset yang
dapat menahan perut secara lembut. Korset yang tidak didesain untuk
kehamilan dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan tekanan pada uterus,
korset seperti ini tidak dianjurkan untuk ibu hamil.
5. Eliminasi (BAB dan BAK)
a. Buang Air Besar(BAB) Pada ibu hamil sering terjadi obstipasi.
Obstipasi ini kemungkinan terjadi disebabkan oleh :
1) Kurang gerak badan
2) Hamil muda sering terjadi muntah dan kurang makan
3) Peristaltik usus kurang karena pengaruh hormon
4) Tekanan pada rektum oleh kepala
Dengan terjadinya obstipasi pada ibu hamil maka panggul terisi
dengan rectum yang penuh feses selain membesarnya rahim, maka
dapat menimbulkan bendungan di dalam panggul yang memudahkan
timbulnya haemorrhoid. Hal tersebut dapat dikurangi dengan minum
banyak air putih, gerak badan cukup, makan-makanan yang berserat
seperti sayuran dan buah-buahan.
b. Buang Air Kecil (BAK)
Masalah buang air kecil tidak mengalami kesulitan, bahkan cukup
lancar dan malahan justru lebih sering BAK karena ada penekanan
kandung kemih oleh pembesaran uterus. Dengan kehamilan terjadi
perubahan hormonal, sehingga daerah kelamin menjadi lebih basah.
Situasi ini menyebabkan jamur (trikomonas) tumbuh subur sehingga
ibu hamil mengeluh gatal dan keputihan. Rasa gatal sangat
mengganggu, sehingga sering digaruk dan menyebabkan saat berkemih
sering sisa (residu) yang memudahkan terjadinya infeksi.kandung
kemih. Untuk melancarkan dan mengurangi infeksi kandung kemih
yaitu dengan banyak minum dan menjaga kebersihan sekitar kelamin.
6. Seksual
Hamil bukan merupakan halangan untuk melakukan hubungan
seksual.Hubungan seksual yang disarankan pada ibu hamil adalah :
a) Posisi diatur untuk menyesuaikan dengan pembesaran perut. Posisi
perempuan diatas dianjurkan karena perempuan dapat mengatur
kedalaman penetrasi penis dan juga dapat melindungi perut dan
payudara. Posisi miring dapat mengurangi energi dan tekanan perut
yang membesar terutama pada kehamilan trimester III.
b) Pada trimester III hubungan seksual supaya dilakukan dengan hati –
hati karena dapat menimbulkan kontraksi uterus sehingga kemungkinan
dapat terjadi partus prematur, fetal bradicardia pada janin sehingga
dapat menyebabkan fetal distress tetapi tidak berarti dilarang.
c) Hindari hubungan seksual yang menyebabkan kerusakan janin
d) Hindari kunikulus (stimulasi oral genetalia wanita) karena apabila
meniupkan udara ke vagina dapat menyebabkan emboli udara yang
dapat menyebabkan kematian.
e) Pada pasangan beresiko, hubungan seksual dengan memakai kondom
supaya dilanjutkan untuk mencegah penularan penyakit menular
seksual.
Hubungan seksual disarankan tidak dilakukan pada ibu hamil
bila:
1) Terdapat tanda infeksi dengan pengeluaran cairan disertai rasa
nyeri atau panas.
2) Terjadi perdarahan saat hubungan seksual.
3) Terdapat pengeluaran cairan (air) yang mendadak.
4) Terdapat perlukaan di sekitar alat kelamin bagian luar.
5) Serviks telah membuka
6) Plasenta letak rendah
7) Wanita yang sering mengalami keguguran, persalinan preterm,
mengalami kematian dalam kandungan atau sekitar 2 minggu
menjelang persalinan.
Gerak tubuh yang harus diperhatikan oleh ibu hamil adalah:
1) Postur tubuh.
Posisi tubuh supaya dengan tulang belakang tetap tegak
2) Mengangkat beban dan mengambil barang.
Mengangkat beban dan mengambil barang tidak boleh sambil
membungkuk, tulang belakang harus selalu tegak, kaki sebelah
kanan maju satu langkah, ambil barang kemudian berdiri dengan
punggung tetap tegak. Ketika mengangkat beban hendaknya
dibawa dengan kedua tangan, jangan membawa beban dengan
satu tangan sehingga posisi berdiri tidak seimbang, menyebabkan
posisi tulang belakang bengkok dan tidak tegak.
3) Bangun dari posisi berbaring.
Ibu hamil sebaiknya tidak bangun tidur dengan langsung dan
cepat, tapi dengan pelan – pelan karena ibu hamil tidak boleh
ada gerakan yang menghentak sehingga mengagetkan janin.
Kalau akan bangun dari posisi baring, geser terlebih dahulu
ketepi tempat tidur, tekuk lutut kemudian miring (kalau
memungkinkan miring ke kiri), kemudian dengan perlahan
bangun dengan menahan tubuh dengan kedua tangan sambil
menurunkan kedua kaki secara perlahan. Jaga posisi duduk
beberapa saat sebelum berdiri.
4) Berjalan.
Pada saat berjalan ibu hamil sebaiknya memakai sepatu / sandal
harus terasa pas, enak dan nyaman. Sepatu yang bertumit tinggi
dan berujung lancip tidak baik bagi kaki, khususnya pada saat
hamil ketika stabilitas tubuh terganggu dan edema kaki sering
terjadi. Sepatu yang alasnya licin atau berpaku bukan sepatu yang
aman untuk ibu hamil.
5) Berbaring.
Dengan semakin membesarnya perut maka posisi berbaring
terlentang semakin tidak nyaman. Posisi berbaring terlentang
tidak dianjurkan pada ibu hamil karena dapat menekan pembuluh
darah yang sangat penting yaitu vena cava inferior sehingga
mengganggu oksigenasi dari ibu ke janin. Sebaiknya ibu hamil
membiasakan berbaring dengan posisi miring ke kiri sehingga
sampai hamil besar sudah terbiasa. Untuk memberikan
kenyamanan maka letakkan guling diantara kedua kaki sambil
kaki atas ditekuk dan kaki bawah lurus.
6) Exercise/senam hamil

Gambar 1.7

Dengan berolah raga tubuh seorang wanita menjadi semakin


kuat. Selama masa kehamilan olah raga dapat membantu
tubuhnya siap untuk menghadapi kelahiran. Wanita dapat berolah
raga sambil mengangkat air, bekerja di ladang, menggiling padi,
mengejar anakanaknya dan naik turun bukit. Bagi wanita yang
bekerja sambil duduk atau bekerja di rumah biasanya
membutuhkan olah raga lagi. Mereka dapat berjalan kaki,
melakukan kegiatankegiatan fisik atau melakukan bentuk-bentuk
olah raga lainnya. Olah raga mutlak dikurangi bila dijumpai :
a) Sering mengalami keguguran
b) Persalinan belum cukup bulan
c) Mempunyai sejarah persalinan sulit
d) Pada kasus infertilitas
e) Umur saat hamil relatif tua
f) Hamil dengan perdarahan dan mengeluarkan cairan
H. Konsep Dasar Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK)
1. Pengertian HDK
Hipertensi pada kehamilan merupakan penyakit tidak menular penyebab
kematian maternal. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit kronis
yang tidak ditularkan dari orang ke orang. PTM diantaranya adalah hipertensi,
diabetes, penyakit jantung, stroke, kanker, dan penyakit paru obstruktif kronis
(PPOK). PTM merupakan penyebab kematian hampir 70% di dunia. Menurut
hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan 2013, tampak
kecenderungan peningkatan prevalensi PTM seperti hipertensi, diabetes, stroke,
dan penyakit sendi/rematik/encok. Fenomena ini diprediksi akan terus berlanjut
(Kemenkes RI, 2018).
Hipertensi pada kehamilan sering terjadi dan merupakan penyebab utama
kematian ibu melahirkan, serta memiliki efek serius lainnya saat melahirkan.
Hipertensi pada kehamilan terjadi pada 5% dari semua kehamilan
(Karthikeyan, 2015). Di Amerika Serikat angka kejadian kehamilan dengan
hipertensi mencapai 6-10 %, dimana terdapat 4 juta wanita hamil dan
diperkirakan 240.000 disertai hipertensi setiap tahun. Hipertensi merupakan
faktor risiko stroke dan insidennya meningkat pada kehamilan dimana 15%
kematian ibu hamil di Amerika disebabkan oleh pendarahan intraserebral
(Malha et al., 2018)
2. Komplikasi Hipertensi Pada Kehamilan
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko penting pada penyakit
kardiovaskular, penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah perifer,
stroke dan penyakit ginjal. Untuk menghindari komplikasi tersebut diupayakan
pengendalian tekanan darah dalam batas normal baik secara farmakologis
maupun non farmakologis (Nadar, 2015; Rani et al., 2006). Lima penyebab
kematian ibu terbesar di Indonesia diantaranya adalah karena hipertensi dalam
kehamilan. Yang lain adalah perdarahan, infeksi, partus lama/macet, dan
abortus (Kemenkes RI, 2014, 2015, 2016, 2018).
Hipertensi pada kehamilan dapat digolongkan menjadi pre-eklampsia,
eklampsia, hipertensi kronis pada kehamilan, hipertensi kronis disertai pre-
eklampsia (superimpose), dan hipertensi gestational (Roberts et al., 2013).
Secara garis besar komplikasi hipertensi pada kehamilan dikelompokkan
menjadi jangka pendek dan jangka panjang. Komplikasi jangka pendek pada
ibu: eklampsia, hemoragik, isemik stroke, kerusakan hati (HELL sindrom,
gagal hati, disfungsi ginjal, persalinan cesar, persalinan dini, dan abruptio
plasenta. Pada janin: kelahiran preterm, induksi kelahiran, gangguan
pertumbuhan janin, sindrom pernapasan, kematian janin. Sedangkan
komplikasi jangka panjang: wanita yang mengalami hipertensi saat hamil
memiliki risiko kembali mengalami hipertensi pada kehamilan berikutnya, juga
dapat menimbulkan komplikasi kardiovaskular, penyakit ginjal dan timbulnya
kanker (Mustafa et al., 2012; Malha et al., 2018).
Hipertensi pada kehamilan dapat berkembang menjadi pre-eklampsia,
eklampsia dan sindrom HELLP. Kemudian dapat bermanifestasi dengan
kejadian serebral iskemik atau hemoragik pada pra, peri, dan postpartum
menjadi penyakit stroke. Gejala pre-eklampsia/eklampsia adalah sakit kepala,
gangguan penglihatan (kabur atau kebutaan) dan kejang. Hal ini dapat
menyebabkan kecacatan bahkan kematian bagi ibu dan janin bila tidak segara
dilakukan penanganan (Vidal et al., 2011).
3. Hipertensi gestasional
Hipertensi pada kehamilan apabila tekanan darahnya ≥140/90 mmHg.
Dibagi menjadi ringan-sedang (140 – 159 / 90 – 109 mmHg) dan berat
(≥160/110 mmHg) (Malha et al., 2018).
Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang terjadi setelah 20 minggu
kehamilan tanpa proteinuria. Angka kejadiannya sebesar 6%, sebagian (> 25%)
berkembang menjadi pre-eklampsia. Diagnosis hipertensi gestasional biasanya
diketahui setelah melahirkan (Leslie and Collins, 2016; Malha et al., 2018).
Hipertensi gestasional berat adalah kondisi peningkatan tekanan darah >
160/110 mmHg. Tekanan darah menjadi normal biasanya dalam sepuluh hari
post partum. Pasien mungkin mengalami sakit kepala, penglihatan kabur, sakit
perut dan tes laboratorium abnormal, termasuk jumlah trombosit rendah, tes
fungsi hati abnormal (Karthikeyan, 2015).
Kelahiran pada hipertensi gestasional dapat berjalan normall walaupun
tekanan darahnya tinggi. Penyebabnya belum jelas, tetapi merupakan indikasi
terbentuknya hipertensi kronis di masa depan sehingga perlu diawasi dan
dilakukan tindakan pencegahan (Roberts et al., 2013).
Wanita hamil dengan hipertensi gestasional dimana tekanan darahnya <
160/110 mmHg baik dengan atau tanpa obat antihipertensi sebaiknya
melakukan partus setelah 37 minggu kehamilan (NICE, 2011).
Hipertensi gestasional (HG) dikelompokkan menjadi 3 tergantung
beratnya tekanan darah, ringan (140/90-149/99 mmHg), sedang (150/100-
159/109 mmHg) dan berat (≥ 160/110 mmHg). Pada HG berat kalau perlu
dirawat di rumah sakit untuk menurunkan tekanan darahnya. Obat
antihipertensi yang digunakan sebaiknya labetalol sebagai firstline drug pada
HG sedang dan berat. Pada HG ringan belum memerlukan obat penurun
tekanan darah. Pengukuran tekanan darah pada HG berat sebaiknya dilakukan
tiap 6 jam, pada yang HG sedang 2x/minggu, dan HG ringan 1x/minggu
(NICE, 2011).
Pemeriksaan proteinuria pada HG berat dilakukan setiap hari, pada HG
sedang dan HG ringan dilakukan setiap kali kontrol. Pemeriksaan darah pada
HG ringan hanya pada saat pemeriksaan antenatal, pada HG sedang perlu
dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, elekrolit, darah rutin, fungsi hati,
sedangkan pada HG berat pemeriksaan ini perlu diulang setiap minggu (NICE,
2011).
4. Pengobatan Hipertensi Pada Kehamilan
Studi tentang pengobatan hipertensi pada kehamilan menggunakan
sistematik review dan meta analisis yang melibatkan 14 studi (1804 wanita
hamil) didapatkan bahwa penggunaan obat antihipertensi ternyata tidak
mengurangi atau meningkatkan risiko kematian ibu, proteinuria, efek samping,
operasi caesar, kematian neonatal, kelahiran prematur, atau bayi lahir kecil.
Penelitian mengenai obat antihipertensi pada kehamilan masih sedikit (Ogura
et al., 2019).
Hipertensi pada kehamilan harus dikelola dengan baik agar dapat
menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu / janin, yaitu dengan
menghindarkan ibu dari risiko peningkatan tekanan darah, mencegah
perkembangan penyakit, dan mencegah timbulnya kejang dan pertimbangan
terminasi kehamilan jika ibu atau janin dalam keadaan bahaya (Mudjari and
Samsu, 2015).
Kelahiran bayi adalah pengobatan yang pasti, tetapi perlu
mempertimbangkan kesehatan ibu, janin, usia kehamilan. Pre-eklampsia berat
membutuhkan kontrol dan pemantauan tekanan darah secara teratur. Pada
kondisi kritis dokter anestesi dapat dilibatkan (Karthikeyan, 2015).
Penderita hipertensi pada kehamilan dan pre-eklampsia ringan disarankan
melakukan partus setelah minggu ke-37. Pada pre-eklampsia berat disarankan
profilaksis magnesium sulfat dan waspada terjadinya hipertensi pasca
persalinan (Leeman et al., 2016; Williams et al., 2018).
Obat yang umum digunakan dalam pengobatan hipertensi pada
kehamilan adalah labetalol, methyldopa, nifedipine, clonidine, diuretik, dan
hydralazine. Labetalol adalah obat yang paling aman. Diuretik dan CCB
(nifedipine) mungkin aman tetapi data minimal dan tidak digunakan sebagai
firstline drug (Karthikeyan, 2015). Menurut ACC/AHA 2017 dan ESC/ESH
2018 obat antihipertensi pada kehamilan yang direkomendasikan hanya
labetalol, methyldopa dan nifedipine, sedangkan yang dilarang adalah ACE
inhibitor, ARB dan direct renin inhibitors (Aliskiren) (Whelton et al., 2017;
Williams et al, 2018).
Ada satu studi meta regresi di Kanada dengan 45 RCT melibatkan 3773
wanita hamil, obat antihipertensi yang digunakan adalah methyldopa,
acebutolol, atenolol, labetalol, metoprolol, oxprenolol, pindolol, propranolol,
bendroflumethiazide, chlorothiazide, hydrochlorothiazide, ketanserin,
hydralazine, isradipine, nicardipine, nifedipine, verapamil, clonidine (NICE,
2011).
Kapan memulai pengobatan hipertensi pada kehamilan? Guideline
ESH/ESC 2018 menyarankan tekanan darah sistolik ≥ 140 atau diastolik ≥ 90
mmHg tetapi pada kasus-kasus tertentu disarankan pada tekanan darah sistolik
≥ 150 atau diastolik ≥ 95 mmHg. Pada tekanan darah sistolik ≥ 170 mmHg
atau diastolik ≥ 110 mmHg pada wanita hamil dianggap emergensi dan
diperlukan rawat inap di rumah sakit (Regitz-Zagrosek, 2018).
Pada hipertensi krisis dengan kehamilan obat yang direkomendasikan
labetalol IV, nicardipine IV. Pada pre-eklampsia yang disertai odema paru
obat yang direkomendasikan nitroglycerin infus (Williams et al., 2018).
Pengobatan hipertensi secara umum digunakan obat-obat oral
antihipertensi sebagai firstline dan secondline. Obat antihipertensi firstline
adalah golongan thiazide / thiazide-type diuretics, ACE inhibitors, ARB,
CCBs (dihydropyridines dan non- dihydropyridines). Adapun obat
antihipertensi secondline adalah golongan Diuretics loop, Diuretics potassium
sparing, Diuretics aldosterone antagonists, Beta blockers cardioselective, Beta
blockers cardioselective and vasodilatory, Beta blockers noncardioselective,
Beta blockers intrinsic sympathomimetic activity, Beta blockers combined
alpha- and beta-receptor, Direct renin inhibitor, Alpha-1 blockers, Central
alpha1- agonist and other centrally acting drugs, Direct vasodilators (Whelton
et al., 2017).

Anda mungkin juga menyukai