Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Data World Health Organization (WHO) mengenai status kesehatan

nasional pada capaian target Sustainable Development Goals (SDGs)

menyatakan secara global sekitar 830 wanita meninggal setiap hari karena

komplikasi selama kehamilan dan persalinan, dengan tingkat Angka Kematian

Ibu (AKI) sebanyak 216 per 100.000 kelahiran hidup. Sebanyak 99%

kematian ibu akibat masalah kehamilan, persalinan atau kelahiran terjadi di

negara-negara berkembang. Rasio AKI masih dirasa cukup tinggi

sebagaimana ditargetkan menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun

2030. (WHO, 2017)

Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia masih tergolong tinggi.

Berdasarkan data UNICEF, angka kematian bayi di dunia mencapai lebih 10

juta kematian. Dari 10 juta kematian bayi, hampir 90 % kematian bayi terjadi

di negara-negara berkembang. Jumlah AKB di Indonesia berdasarkan data

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003 adalah

35 kematian per 1000 kelahiran hidup atau sekitar 175.000 kematian bayi

pertahun.1,2 Berdasarkan data ini, menunjukan bahwa tingkat kematian bayi

di Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

1
2

anggota ASEAN, yaitu 4,6 kali lebih tinggi dari Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi

dari Filipina, dan 1,8 kali lebih tinggi dari Thailand (UNICEF, 2017).

Indikator Angka Kematian Ibu (AKI) ini tidak hanya mampu menilai

program kesehatan ibu, tetapi juga mampu menilai derajat kesehatan

masyarakat, karena sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan kesehatan,

baik dari sisi aksesibilitas maupun kualitas. Pada tahun 2017 terdapat 305

kematian ibu. (Kemenkes RI, 2017)

Indikator Angka Kematian Bayi (AKB) dari hasil Survei Demografi

dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukkan AKB sebesar 24

per 1.000 kelahiran hidup. (Kemenkes RI, 2017).

Jumlah kasus Angka Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Jawa Tengah

pada tahun 2018 sebanyak 421 kasus, mengalami penurunan dibandingkan

jumlah kasus kematian ibu tahun 2017 yang sebanyak 475 kasus. Dengan

demikian Angka Kematian Ibu Provinsi Jawa Tengah juga mengalami

penurunan dari 88,05 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2017 menjadi

78,60 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2018. Sebesar 57,24% kematian

maternal terjadi pada waktu nifas, 25,42% pada waktu hamil, dan sebesar

17,38% pada waktu persalinan. Penyebab kematian ibu adalah pre eklampsia /

eklampsia 36,80% dan perdarahan 22,60%. (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa

Tengah, 2018)

Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Jawa Tengah tahun 2018

sebesar 8,37 per 1.000 kelahiran hidup. Kabupaten / kota dengan AKB

terendah adalah Kota Surakarta yaitu 2,8 per 1.000 kelahiran hidup dan
3

tertinggi adalah Rembang (17 per 1.000 kelahiran hidup). (Dinas Kesehatan

Provinsi Jawa Tengah, 2018).

Berdasarkan laporan jumlah kematian ibu maternal di Kota Semarang

pada tahun 2018 sebanyak 19 kasus dari 25.074 kelahiran hidup atau sekitar

75,77 per 100.000 KH. Angka Kematian Ibu (AKI) mengalami penurunan dari

tahun-tahun sebelumnya yaitu 88 per 100.000 KH pada tahun 2017 dan 121,5

per 100.000 KH pada tahun 2016. Jika dilihat dari jumlah kematian ibu, juga

terdapat penurunan kasus yaitu 23 kasus pada tahun 2017 menjadi 19 kasus di

tahun 2018. Pada tahun 2018 sebanyak 37% kematian ibu disebabkan karena

Eklampsia dan 26% karena perdarahan. Sebagian besar ibu sudah mengalami

faktor resiko hipertensi, hal ini dapat memperberat kehamilan ibu apabila ibu

hamil menderita suatu penyakit. Akan tetapi, kematian yang disebabkan

karena penyakit mengalami penurunan jika dibanding tahun 2017, hal tersebut

dikarenakan saat Ante Natal Care (ANC) ibu hamil sudah mendapatkan

perawatan oleh dokter Spesialis Obgyn dan dokter Spesialis penyakit dalam.

Sedangkan kondisi saat meninggal paling banyak masih terjadi pada masa

nifas yaitu sebanyak 79%, terdapat kenaikan dibandingkan dengan tahun 2016

(71,87%) dan 2017 (70%) disebabkan karena semakin menurunnya kasus

kematian ibu sebagai pembanding jumlah kematian ibu masa nifas (Dinas

Kesehatan Kota Semarang, 2018).

Berdasarkan hasil laporan kegiatan sarana pelayanan kesehatan, pada

tahun 2018 jumlah kematian bayi yang terjadi di Kota Semarang sebanyak 160

dari 25.074 kelahiran hidup, sehingga didapatkan Angka Kematian Bayi


4

(AKB) sebesar 6,38 per 1.000 KH. Jumlah kematian bayi di Kota Semarang

cenderung terjadi penurunan dalam lima tahun terakhir (Dinas Kesehatan Kota

Semarang, 2018).

Menurut data AKI yang diperoleh dari Puskesmas Bangetayu Kota

Semarang pada tahun 2016 terdapat 1 kasus, pada tahun 2017 sebanyak 1

kasus, pada tahun 2018 sebanyak 1 kasus, pada tahun 2019 tidak terdapat

kasus kematian ibu, pada tahun 2020 pada bulan Januari-Oktober sebanyak 1

kasus (Puskesmas Bangetayu, 2020).

Menur data AKB pada tahun 2016 terdapat 8 kasus, pada tahun 2017

sebanyak 7 kasus, pada tahun 2018 terdapat 6 kasus, pada tahun 2019

sebanyak 5 kasus, pada tahun 2020 bulan Januari-Oktober sebanyak 11 kasus

(Puskesmas Bangetayu, 2020).

KB aktif diantara PUS tahun 2017 sebesar 63,22%, sedangkan yang

tidak pernah ber-KB sebesar 18,63%. KB aktif tertinggi terdapat di Bengkulu

yaitu sebesar 71,98% dan yang terendah di Papua sebesar 25,73%. Terdapat

lima provinsi dengan cakupan KB aktif kurang dari 50% yaitu Papua, Papua

Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Kepulauan Riau. (Kemenkes RI,

2017)

Jumlah PUS Provinsi Jawa Tengah tahun 2018 sebanyak 6.527.869

pasang. Dari seluruh PUS yang ada, sebesar 73,7% adalah peserta KB aktif.

Cakupan peserta KB aktif Provinsi Jawa Tengah tahun 2018 sebesar 73,69%,

mengalami penurunan dibandingkan pencapaian tahun 2017 yaitu 76,9%.

Kabupaten / kota dengan cakupan tertinggi adalah Temanggung yaitu 83,31%,


5

diikuti Batang 82,05%, dan Pekalongan 81,86%. Kabupaten / kota dengan

cakupan terendah Kota Surakarta yaitu 64,77%, diikuti Kota Pekalongan

64,78%, dan Kendal 66,38%. (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2018).

Sebagai upaya mengendalikan jumlah kelahiran dan mewujudkan

keluarga kecil yang sehat dan sejahtera, pemerintah melakukan konsep

pengaturan jarak kelahiran atau pembatasan kelahiran dengan program

Keluarga Berencana (KB). Pada tahun 2016, jumlah PUS yang berhasil didata

oleh Puskesmas sebanyak 263.373, angka ini mengalami peningkatan jika

dibandingkan dengan tahun 2015, yaitu sebanyak 262.780. Peserta KB baru

sebanyak 14.117 orang (5,4%) dengan jumlah peserta KB aktif yang dibina

sebesar 203.751 orang (77,4%). (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2016).

Data KB pada tahun 2019 terdapat 4.820 akseptor KB, pada tahun

2020 pada bulan Januari-Oktober terdapat 3.679 akseptor KB (Puskesmas

Bangetayu, 2020).

Berdasarkan data yang diperoleh dari PMB Esti Wijayanti, S.Tr.Keb

pada tahun 2020 bulan Januari-September tidak terdapat AKI dan AKB.

Kunjungan ibu hamil K1 sebanyak 362 pasien dan K4 sebanyak 241 pasien.

Persalinan sebanyak 97 ibu bersalin. Bayi baru lahir sebanyak 97 kelahiran.

Nifas sebanyak 97 ibu nifas. KB sebanyak 650 akseptor. Merujuk pasien

sebanyak 50 kasus diatara penyebabnya adalah ketuban pecah dini,

primisekundi, umur ibu lebih dari 35 tahun, partus macet, pre-eklampsia berat,

anemia, jarak anak kurang dari 2 tahun, umur ibu 18 tahun, febris, fetal

distress, plasenta previa, partus tak maju, serotinus, tulang sympisis menonjol,
6

kista bartolini, suspek IUFD, suspek CPD, kontraksi lembek, riwayat abortus

(PMB Esti Wijayanti, S.Tr.Keb, 2020).

Berdasarkan uraian masalah diatas, peneliti akan menerapkan Asuhan

Kebidanan Komprehensif yaitu pada Ny. R umur 20 tahun dengan kehamilan,

bersalin, BBL, nifas, dan KB di PMB Esti Wijayanti, S.Tr.Keb Kota

Semarang sebagai upaya deteksi dini dan ikut serta dalam menurunkan AKI

dan AKB.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat disimpulkan masalah yaitu

“Bagaimana Asuhan Kebidanan Komprehensif yang Meliputi Kehamilan,

Persalinan, Bayi Baru Lahir, Nifas, dan Keluarga Berencana pada Ny. R Umur

20 Tahun di PMB Esti Wijayanti, S.Tr.Keb Kota Semarang?” sesuai dengan

teori managemen varney.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Dapat memberikan asuhan kebidanan komprehensif kepada ibu hamil,

bersalin, bayi baru lahir, nifas, dan keluarga berencana pada Ny. R Umur

20 Tahun di PMB Esti Wijayanti, S.Tr.KebKota Semarang sesuai dengan

teori managemen varney dan pendokumentasian SOAP.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial

dan menetapkan kebutuhan segera, melakukan perencanaan,


7

implementasi dan melakukan evaluasi ibu hamil pada Ny. R Umur 20

Tahun di PMB Esti Wijayanti, S.Tr.Keb Kota Semarang.

b. Mampu melakukan pengkajian data fokus (data subjektif dan data

objektif), assessment, penatalaksanaan (interpretasi data, implementasi

data, dan evaluasi) pada ibu bersalin Ny. R Umur 20 Tahun di PMB

Esti Wijayanti, S.Tr.Keb Kota Semarang.

c. Mampu melakukan pengkajian data fokus (data subjektif dan data

objektif), assessment, penatalaksanaan (interpretasi data, implementasi

data, dan evaluasi) pada bayi baru lahir Ny. R Umur 20 Tahun di PMB

Esti Wijayanti, S.Tr.Keb Kota Semarang.

d. Mampu melakukan pengkajian data fokus (data subjektif dan data

objektif), assessment, penatalaksanaan (interpretasi data, implementasi

data, dan evaluasi) pada ibu nifas Ny. R Umur 20 Tahun di PMB Esti

Wijayanti, S.Tr.Keb Kota Semarang.

e. Mampu melakukan pengkajian data fokus (data subjektif dan data

objektif), assessment, penatalaksanaan (interpretasi data, implementasi

data, dan evaluasi) pada ibu akseptor keluarga berencana Ny. R Umur

20 Tahun di PMB Esti Wijayanti, S.Tr.KebKota Semarang.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Semarang

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan dalam mengambil kebijakan dan

langkah-langkah dibidang kesehatan khususnya dalam kebijakan asuhan


8

secara komprehensif pada kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas,

dan keluarga berencana.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan bacaan dan literatur untuk meningkatkan pengetahuan

mengenai pelayanan kebidanan secara komprehensif khususnya bagi

Mahasiswi Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang.

3. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam menerapkan ilmu

asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas, dan

keluarga berencana dalam situasi yang sebenarnya.

4. Bagi Masyarakat

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam peningkatan kesehatan

keluarga terutama ibu dan bayi.

5. Bagi Lahan Praktek (PMB)

Sebagai hasil evaluasi agar dapat meningkatkan pelayanan kebidanan

melalui pendekatan managemen asuhan pada kehamilan, persalinan, bayi

baru lahir, nifas, dan keluarga berencana secara komprehensif.

Anda mungkin juga menyukai