Anda di halaman 1dari 72

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,

angka kehamilan remaja pada kelompok usia 15-19 tahun mencapai 48 dari

1000 kehamilan. Untuk kehamilan terlalu muda atau kurang dari 20 tahun

sekitar 10,3% sehingga dapat menyebabkan kematian pada ibu secara tidak

langsung. Masih tingginya angka pernikahan dini di masyarakat turut

menyumbang meningkatnya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia. Di

zaman ini, wanita cepat mengalami menstruasi, selain itu cepat menikah dan

hamil sehingga resiko untuk melahirkan menjadi tinggi. Karena secara medis,

perempuan terlalu muda (usia <20 tahun) tidak disarankan untuk menikah

terlebih dahulu karena ketika hamil lalu melahirkan akan berisiko karena alat

reproduksinya belum sempurna dan optimal.

Menurut World Health Organization (WHO) 2017 risiko kematian ibu

adalah yang tertinggi untuk remaja perempuan di bawah 15 tahun dan

komplikasi dalam kehamilan dan persalinan lebih tinggi di antara remaja

perempuan usia 10-19 (dibandingkan dengan perempuan berusia 20-24).

Menurut WHO (2018) secara global terdapat angka kelahiran remaja usia 15-

19 tahun sebesar 44 kelahiran per 1.000. Menurut data SDKI 2017, di

Indonesia menunjukkan angka kelahiran menurut umur pada ramaja usia 15

– 19 menunjukan angka kelahiran pada perempuan usia 15-19 tahun Age

Speccific Fertility Rate (ASFR) sebesar 36/1000 perempuan. Menurut statistic


kesejahteraan rakyat di Indonesia, provinsi Jawa Barat pada tahun 2018

terdapat 26,34% kehamilan remaja. Di Jawa Barat, Kabupaten Bandung

Barat termasuk kabupaten dengan angka pernikahan remaja yang cukup

tinggi yaitu pada tahun 2016 tercatat 4.759 pernikahan remaja (Fatimah, dkk.

2018). Menurut data KIA Puskesmas Batujajar pada bulan Januari –

September 2019 tercatat 74 ibu hamil usia dibawah 20 tahun.

Menurut WHO (2017) kematian ibu disebabkan karena komplikasi dari

kehamilan atau persalinan. Dari tahun 2000 - 2017, rasio kematian ibu global

menurun sebesar 38% dari 342 kematian menjadi 211 kematian per 100.000

kelahiran hidup. Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia tahun 2017 penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia

pada tahun 2015 menjadi 305/100.000 KH. Selain itu penurunan Angka

Kematian Bayi (AKB) di Indonesia pada tahun 2015 yaitu 22/1.000 KH

(Kemenkes RI, 2017).

Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2017 tercatat

jumlah kematian ibu maternal di provinsi Jawa Barat sebanyak 696 orang

(76,03/100.000 KH), jumlah ini mengalami penurunan dibandingkan tahun

2016, kematian ibu sebanyak 799. Jumlah Kematian ibu dengan proporsi

kematian pada Ibu Hamil 183 orang (19,9/100.000), pada Ibu Bersalin 224

orang (24,47/100.000 KH), dan pada Ibu Nifas 289 orang (31,57/100.000

KH). Kematian ibu sebanyak 696 orang terjadi pada ibu hamil 183 orang

(26,29%), ibu bersalin 224 orang (32,18%), dan ibu nifas sebanyak 289 orang

(41,52%). Kematian ibu berdasarkan pada kelompok umur <20 tahun

sebanyak 49 orang (7,04%), kelompok umur 20-34 tahun sebanyak 456

orang (65,5%) dan >35 tahun sebanyak 191 orang (27,44%). Angka
Kematian bayi pada tahun 2017 sebesar 3,4/1.000 KH, menurun 0,53 poin di

banding tahun 2016 sebesar 3,93/1.000 KH. Dari kematian bayi sebesar

3,4/1.000 KH, terdapat angka kematian neonatal (bayi berumur 0-28 hari)

sebesar 3,1/1.000 KH (84,63%).Angka Kematian Bayi sebesar 3,4/1.000 KH,

sudah melampaui target MDGs yang pada tahun 2015 harus sudah

mencapai 17/1.000 KH. (DinKes Jawa Barat, 2017)

Di Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2016 AKI berjumlah 31 kasus,

sedangkan AKB berjumlah 114 kasus. AKI dan AKB sedikit menurun

dibandingkan tahun 2015, dimana AKI terdapat 40 kasus dan AKB terdapat

116 kasus. (Dinkes KBB,2016). Berdasarkan data KIA Puskesmas Batujajar

pada tahun 2018 terdapat 1 kasus kematian ibu dan 12 kasus kematian bayi.

Sedangkan pada tahun 2017 terdapat 1 kasus kematian ibu, sehingga tidak

ada perubahan kasus kematian ibu dan 11 kasus kematian bayi sehingga

adanya kenaikan angka kematian bayi.

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan

salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur status kesehatan suatu

Negara (Kemenkes, 2014). Tingginya AKI dan AKB masih menjadi

permasalahan kesehatan di semua Negara termasuk Indonesia. Angka

Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi. Hal tersebut memilik

capaian penurunan AKI di beberapa negara Asean. AKI di negara-negara

Asean sudah menempati posisi 40-60 per 100 ribu kelahiran hidup.

Sedangkan di Indonesia berdasarkan Survei Penduduk Antar Sensus

(SUPAS) 2015 masih menempati posisi 305 per 100 ribu kelahiran hidup.

AKI di Asia Tenggara juga masih tinggi. Berdasarkan Data Asean

Mellineum Development Goals (MDGs) tahun 2017 didapatkan Indonesia


mendapati posisi tertinggi nomor 2 di Asia Tenggara setelah Laos. Namun di

Indonesia sendiri Kasus Kematian Ibu (AKI) menurun mulai dari 2015 hingga

2017 semester 1 (Kemenkes RI, 2017). Sementara itu capaian kinerja

Kemenkes RI tahun 2015-2017 menunjukan telah terjadi penurunan jumlah

kasus kematian ibu. Jika di tahun 2015 AKI mencapai 4.999 kasus maka

ditahun 2016 sedikit mengalami penurunan menjadi 4.912 kasus dan ditahun

2017 mengalami penurunan menjadi sebanyak 1.712. kasus AKI.

Jumlah Kasus AKI & AKB Di Indonesia


35000
33278 32007
30000
25000
20000
15000
10000 10294
5000 4999 4912
1712
0
2015 2016 2017 (semester 1)

AKI AKB

Gambar 1.1. Grafik Kasus AKI & AKB Di Indonesia

(Sumber: Kemenkes RI, 2017)

Berdasarkan grafik tersebut memang AKI menurun dalam kurun waktu 3

tahun. Akan tetapi angka tersebut masih tinggi. Di Jawa Barat sendiri

berdasarkan laporan rutin Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2016 tercatat

jumlah kematian ibu maternal yang terlaporkan sebanyak 799 orang

(346/100.000 KH). Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan Tahun tahun

sebelumnya seperti dapat dilihat dari Gambar 1.2. ( Dinkes Provinsi Jawa Barat,

2016).
Angka Kematian Ibu dan Bayi di
Jawa Barat
6000
5000
4000 4803
4306 3979
3000 3702
2000
1000
0 850 781 748 799
2011 2013 2014 2016

AKI AKB

Gambar 1.2. Grafik AKI & AKB Jawa Barat

(Sumber: Data Profil Kesehatan Jabar, 2016)

Angka Kematian Ibu (AKI) berdasarkan data profil kesehatan Jawa Barat

tahun 2015 yaitu sebesar 96/100.000 kelahiran hidup. Terdapat penyebab tidak

langsung kematian ibu seperti 3 terlambat dan 4 terlalu. 4 terlalu antara lain

terlalu muda (usia <20 tahun), terlalu tua (usia >35 tahun), terlalu sering (jarak

kurang dari 2 tahun) dan terlalu banyak (jumlah anak lebih dari 3). Hal tersebut

menjelaskan berbagai bukti bahwa 4 terlalu merupakan salah satu faktor resiko

yang dapat menyebabkan meningkatnya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka

Kematian Bayi (AKB) (Depkes RI, 2004).

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukan

rata-rata kelahiran pada remaja ASFR (Age Specific Fertility Rate) usia 15

sampai 19 tahun di Indonesia meningkat dari 35 per 1000 kelahiran hidup pada

tahun 2007 menjadi 48 per 1000 pada tahun 2012 (BKKBN, 2012).
Kehamilan remaja berdampak terhadap peningkatan angka mordiitas dan

mortalitas baik pada ibu maupun bayinya. Berbagai penelitian tentang dampak

dari kehamilan remaja adalah meningkatnya kejadian mortalitas dan mordibitas

pada ibu dua sampai empat kali lipat, persalinan dengan Section Secarea (SC),

episiotomy, vacuum, forcep, Cephalo Pelvic Disproportion (CPD), eklamisa,

abortus, infeksi, fistula urogenital, persalinan premature, anemia, BBLR (Bayi

Berat Lahir Rendah), kecacatan bayi dan asfiksia (Fatimah,dkk. 2018). Tingginya

angka kehamilan remaja berdampak pada bertambahnya Angka Kematian Ibu

(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Keberhasilan upaya kesehatan ibu

diantaranya dapat dilihat dari indicator Angka Kematian Ibu (AKI). AKI adalah

jumlah kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan, nifas atau

pengelolaanya tetapi bukan karena sebab – sebab lain seperti kecelakaan atau

terjatuh disetiap 100.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Indonesia,2017).

Kehamilan berisiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan

terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar, baik terhadap ibu maupun

terhadap janin yang dikandungnya selama masa kehamilan, persalinan ataupun

nifas bila dibandingkan dengan kehamilan, persalinan dan nifas normal

(Hardiyanti, 2014).

Terlalu Muda (Primi Muda) adalah ibu hamil pertama pada usia kurang dari

20 tahun. Dimana kondisi panggul belum berkembang secara optimal dan kondisi

mental yang belum siap menghadapi kehamilan dan menjalankan peran sebagai

ibu (BKKBN, 2008). Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

tahun 2012, angka kehamilan remaja pada kelompok usia 15-19 tahun mencapai

48 dari 1000 kehamilan. Untuk kehamilan terlalu muda atau kurang dari 20 tahun

sekitar 10,3% sehingga dapat menyebabkan kematian pada ibu secara tidak
langsung. Masih tingginya angka pernikahan dini di masyarakat turut

menyumbang meningkatnya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia. Di zaman

ini, wanita cepat mengalami menstruasi, selain itu cepat menikah dan hamil

sehingga resiko untuk melahirkan menjadi tinggi. Karena secara medis,

perempuan terlalu muda (usia <20 tahun) tidak disarankan untuk menikah

terlebih dahulu karena ketika hamil lalu melahirkan akan berisiko karena alat

reproduksinya belum sempurna dan optimal.

Salah satu kehamilan berisiko tinggi adalah kehamilan pada usia muda.

Kehamilan terlalu muda adalah hamil pada usia kurang dari 20 tahun. Secara

fisik kondisi rahim dan panggul belum berkembang optimal, mengakibatkan

kesakitan dan kematian ibu dan bayi, serta pertumbuhan dan perkembangan fisik

ibu terhenti atau terhambat. Adapun secara mental masih belum siap

menghadapi perubahan yang terjadi, belum siap menjalankan peran sebagai

seorang ibu dan belum siap menghadapi masalah-masalah berumah tangga.

Gabungan faktor fisik dan mental yang belum matang akan meningkatkan resiko

terjadinya persalinan yang sulit dengan komplikasi medis.

Penyulit pada kehamilan remaja (<20 tahun) lebih tinggi dibandingkan kurun

waktu reproduksi sehat antara 20-30 tahun. Keadaan tersebut akan makin

menyulitkan bila ditambah dengan tekanan (stress) psikologi, sosial, ekonomi.

Sehingga memudahkan terjadinya keguguran. Terlalu muda (Primi Muda) adalah

ibu hamil pertama pada usia kurang dari 20 tahun. Dimana kondisi panggul

belum berkembang secara optimal dan kondisi mental yang belum siap

menghadapi kehamilan dan menjalankan peran sebagai ibu (BKKBN, 2008).

Salah satu upaya yang dilakukan Departemen Kesehatan dalam rangka

mencegah komplikasi pada ibu hamil adalah dengan memberikan asuhan yang
berkualitas serta dapat mendeteksi komplikasi, yaitu melakukan pemeriksaan

kehamilan atau Antenatal Care (ANC). Tujuan dari ANC adalah untuk menjaga

agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan, dan nifas dengan baik

dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat (Depkes RI, 2014).

Upaya yang dilakukan untuk mencegah komplikasi akibat kehamilan

muda diantaranya adalah menunda kehamilan dengan memberikan pelayanan

kontrasepsi sampai usia cukup untuk hamil, dan apabila ibu tersebut sudah

terlanjur hamil maka bidan diharuskan memberikan asuhan yang berkualitas

selama hamil, bersalin dan nifas. Bidan sebagai tenaga kesehatan yang

memberikan pelayanan tersebut dituntut untuk memberikan asuhan yang

berkualitas sehingga mampu mencegah komplikasi serta mampu meningkatkan

kesehatan ibu.

Pelayanan yang berkualitas bagi ibu terutama meliputi pelayanan pada

masa kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir atau asuhan komprehensif

merupakan asuhan yang diberikan kepada ibu secara berkesinambungan.

Asuhan komprehensif merupakan asuhan yang tidak terputus memenuhi

kebutuhan klien sehingga terciptanya mutu pelayanan kebidanan dan

meminimalkan terjadinya komplikasi kepada ibu.

Deteksi dini risiko tinggi kehamilan dan persalinan dapat menurunkan angka

kematian ibu dan memantau keadaan janin. Melalui deteksi dini, kelainan yang

mungkin timbul cepat diketahui dan segera dapat diatasi sebelum berpengaruh

buruk yang berujung pada kematian ibu. Angka kematian ibu menggambarkan

banyaknya wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan

gangguan kehamilan atau penanganan selama kehamilan, melahirkan dan

dalam masa nifas (42 hari setelah masa nifas) per 100.000 kelahiran hidup
(Kemenkes RI, 2012). Oleh karena itu pemberian pelayanan yang berkualitas

dan tepat bagi ibu maupun bayi sangat berperan untuk menurunkan AKI & AKB.

Pelayanan yang berkualitas bagi ibu terutama meliputi pelayanan pada masa

kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir atau asuhan komprehensif

merupakan asuhan yang diberikan kepada ibu secara berkesinambungan.

Asuhan komprehensif merupakan asuhan yang tidak terputus memenuhi

kebutuhan klien sehingga terciptanya mutu pelayanan kebidanan (Kemenkes,

2015).

Puskemas Batujajar merupakan salah satu puskesmas yang terletak di Jl.

Raya Batujajar No. 383 Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat Salah

satu Puskesmas yang di tunjuk sebagai lahan praktik Mahasiswi Program Studi

(D-3) Kebidanan Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi, merupakan salah satu

pelayanan kesehatan yang menyediakan pelayanan Antenatal Care (ANC),

Intranatal Care (INC), Postnatal Care (PNC), Neonatal dan Keluarga Berencana

(KB). Ny.A merupakan salah satu pasien yang memeriksakan kehamilannya di

PUSKESMAS Batujajar. Setelah dilakukan pemeriksaan diperoleh hasil bahwa

Ny. L merupakan kehamilan dengan resiko tinggi usia kurang dari 20 tahun.

Berdasarkan uraian tersebut penulis merasa tertarik untuk mengkaji lebih

dalam tentang “ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. L

DENGAN FAKTOR RISIKO USIA <20 TAHUN DI PUSKESMAS BATUJAJAR

KABUPATEN BANDUNG BARAT PERIODE 23 SEPTEMBER 2019 – 09

NOVEMBER 2019”.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas memberikan gambaran kepada

penulis untuk merumuskan masalah tersebut yaitu : “Bagaimana Asuhan

Kebidanan Komprehensif pada Ny.L dengan resiko tinggi (usia <20 tahun) di

Puskesmas Batujajar Kabupaten Bandung Barat”.

C. Tujuan

1) Tujuan Umum

Dapat melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif pada

Ny.L G1P0A0 dengan resiko tinggi umur <20 tahun di Puskesmas

Batujajar, Kabupaten Bandung Barat.

2) Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan asuhan kehamilan pada Ny.L G1P0A0 dengan

risiko tinggi umur <20 tahun di Puskesmas Batujajar.

b. Mampu melakukan asuhan persalinan pada Ny.L G1P0A0 dengan

resiko tinggi umur <20 tahun di Puskesmas Batujajar.

c. Mampu melakukan asuhan nifas pada Ny.L G1P0A0 dngan risiko

tinggi umur <20 tahun di Puskesmas Batujajar.

d. Mampu melakukan asuhan bayi baru lahir pada bayi Ny.L G1P0A0

dengan risiko tinggi umur <20 tahun di Puskesmas Batujajar.

e. Mampu melakukan asuhan keluarga berencana pada Ny.L G1P0A0

dengan risiko tinggi umur <20 tahun di Puskesmas Batujajar.


D. Manfaat

1) Bagi Penulis

Studi kasus ini dapat menambah wawasan kita serta dapat

melatih kemampuan kita dalam memberikan pengalaman bagi penulis

untuk dapat melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif dari

masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan keluarga

berencana yang diaplikasikan dari teori yang telah didapatkan di

pendidikan.

2) Bagi Institusi

Sebagai bahan evaluasi hasil pembelajaran yang selam ini

diberikan pada saat perkuliahan serta memberikan pendidikan,

pengalaman dan kesempatan bagi mahasiswanya dalam melakukan

asuhan kebidanan komprehensif.

3) Bagi Lahan Praktek

Sebagai salah satu gambaran pelaksanaan pelayanan kesehatan

asuhan kebidanan dan menjadi suatu acuan dalam hal menghadapi

kasus-kasus lainnya yang mungkin akan terjadi dikemudian hari.

4) Bagi Masyarakat

Dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas mengenai resiko

tinggi pada kehamilan <20 tahun agar masyarakat setempat mampu

membantu tenaga kesehatan dalam mengurangi Angka Kematian Ibu

karena resiko tinggi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila

dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan

berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan menurut kalender

internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu

berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13

hingga ke-27), trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40)

(Walyani dan Purwoastuti, 2015).

Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fiiologis. Setiap

wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, yang telah mengalami

menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang

sehat maka besar kemungkinan akan mengalami kehamilan. Masa kehamilan

mulai dari konsepsi sampai lahirnya bayi dengan lama 280 hari atau 40

minggu yang dihitung dari hari pertama haid terakhir. Terbagi dalam triwulan

yaitu triwulan pertama pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan
kedua dari bulan keempat sampai enam bulan dan triwulan ketiga dari bulan

ketujuh sampai 9 bulan. (Kebidanan teori dan Asuhan, 2017).

Periode antepartum adalah periode kehamilan yang dihitung sejak hari

pertama haid terakhir (HPHT) hingga dimulainya persalinan sejati, yang

menandai awal periode antepartum. Periode antepartum dibagi menjadi 3

trimester yang masing-masing terdiri dari 13 minggu atau 3 bulan menurut

hitungan kalender. Pembagian waktu ini diambil dari ketentuan yang

mempertimbangkan bahwa lama kehamilan diperkirakan lebih kurang 280

hari atau 9 bulan sejak hari pertama haid terakhir.Pembuahan terjadi ketika

ovulasi lebih kurang 14 hari setelah HPHT (Varney, Hellen, 2013).

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila

dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan

berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan menurut kalender

internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu

berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13

hingga ke-27), trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40)

(Walyani dan Purwoastuti, 2015).

2. Perubahan Fisiologi pada Kehamilan Trimester III

Pada kehamilan terdapat perubahan pada seluruh tubuh wanita,

Khususnya pada alat genilatia eksterna dan interna serta


payudara.Perubahan yang dapat terjadi pada wanita hamil trimester III ialah

antara lain sebgai berikut :

a. Vagina dan Perineum

Selama kehamilan mengalami peningkatan vaskularisasi dan hyperemia

terlihat jelas pada kulit dan otot-otot diperineum dan vulva, sehingga pada

vagina akan terlihat keunguan yang dikenal dengan tanda Chadwick.

Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya jaringan ikat

hipertrofi dari sel-sel otot polos (Prawirohardjo S, 2012).

b. Rahim

Semakin besar usia kandungan maka semakin besar pula janin yang

dikandung. Sehingga rahim akan semakin membesar hingga batas waktu

maksimal peregangan otot rahim yaitu 40 hingga 42 minggu.

c. Payudara

Mamae mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan

memberikan ASI pada saat lataksi. Perkembangan mamae tidak dapat

dilepaskan dari pengaruh hormon saat hamil, yaitu estrogen, progesteron dan

somatomamotrogin.

d. Sirkulasi darah ibu


Setelah 32-34 minggu kehamilan, hypervolemia yang telah lama diketahui

besarnya rerata adalah 40 % sampai 45 % diatas volume darah tak hamil.

Pada masing-masing wanita, penambahan ini cukup bervariasi. Pada

sebagian hanya terjadi peningkatan ringan, sementara yang lain volume darah

hampir mejadi dua kali lipat. Hypervolemia imbas kehamilan ini memiki fungsi

penting:

1) Memenuhi kebutuhan metabolic uterus yang membesar dengan system

vascular yang mengalami hipertrofi hebat.

2) Menyediakan nutrient dan elemen secara berlimpah untuk menunjang

kebutuhan pesat plasenta dari janin.

3) Melindungi ibu dan janin terhadap efek buruk gangguan aliran balik vena

pada posisi terlentang dan berdiri.

4) Melindungi ibu terhadap efek buruk kehilangan darah selama proses

persalinan. Volume darah ibu mulai meningkat selama trimester pertama.

Pada minggu ke 12, volume plasma bertambah sebesar 15% disbanding

dengan keadaan sebelum hamil.volume darah ibu bertambah sangat

cepat ditrimester kedua. Kemudian peningkatan ini jauh melambat selama

trimester tiga lalu mendatar selama beberapa minggu terakhir kehamilan.

e. Sistem respirasi

Pada kehamilan, terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk dapat

memenuhi kebutuhan O2 disamping itu, terjadi desakan diagfragma karena

dorongan rahim yang membesar pada usia kehamilan 32 minggu. Sebagai

kompensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat,

ibu hamil akan bernafas lebih dari sekitar 20 sampai 25% daripada biasanya.
f. Sistem Gastrointestinal

Rahim yang semakin membesar akan menekan rektum dan usus bagian

bawah, sehingga terjadi sembelit atau konstipasi. Sembelit semakin berat

karena gerakan otot di dalam usus diperlambat oleh tingginya kadar

progesterone.

g. Traktus Urinaris

Karena turunnya kepala bayi pada hamil tua, terjadi gangguan miksi dalam

bentuk sering berkemih. Desakan tersebut menyebabkan kandung kemih

cepat terasa penuh. Hemodilusi menyebabkan metabolisme, sehingga

produski air dalam tubuh makin lancar sehingga pembentukan urine akan

bertambah.

h. Kulit

Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena

pengaruh melanophore stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan

pengaruh kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae

gravidarum livide atau alba, areola mamae, papila mamae, linea nigra, pipi

(kholosma gravidarum), setelah persalinan hiperpigmentasi ini akan

menghilang (Manuaba, 2010).

i. Sistem Muskuloskeletal
Adanya sakit punggung dan ligament pada kehamilan tua disebabkan oleh

meningkatnya pergerakan pelvis akibat pembesaran uterus kedepan karena

tidak adanya otot abdomen. Bagi wanita yang kurus lekukan lumbalnya lebih

dari normal dan menyebabkan lordosis dan gaya beratnya berpusat pada kaki

bagian belakang. Hal ini menyebabkan rasa sakit yang berulang terutama

dibagian punggung. Selain sikap tubuh yang lordosis, gaya berjalan juga

berbeda dibandingkan ketika tidak hamil, yang kelihatan seperti akan jatuh,

badan tertatih – tatih (Cunningham, F. G 2014).

Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada trimester III

dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan jelek. Disamping itu juga ibu

mulai merasa sedih karena akan berpisah dengan janinnya dan kehilangan

perhatian khusus yang diterima selama hamil. Pada trimester inilah ibu

membutuhkan dukungan suami, keluarga dan bidan.

Trimester ketiga adalah persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan

bagaimana rupanya. Mungkin juga nama bayi yang akan dilahirkan sudah

dipilih. Keluarga juga mulai menduga-duga apakah bayi laki-laki atau

perempuan dan akan mirip siapa. (Varney, Hellen, 2008).

3. Perubahan Psikologis pada Kehamilan Trimester III

Trimester ketiga sering disebut periode penantian dengan penuh

kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari dari kehadiran bayi

sebagai mahluk yang terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar menanti

kehadiran sang bayi. Sejumlah ketakutan muncul pada trimester tiga. Wanita

mungkin merasa cemas dengan kehidan bayi dan kehidupannya sendiri.


Wanita akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik semakin kuat

menjelang akhir kehamilan. Ia akan merasa jelek, canggung, berantakan, dan

memerlukan dukungan yang sangat besar dan konsisten dari pasangannya

(Varney, 2008).

Pada periode ini pula ibu hamil mulai menyadari kehadiran bayi sebagai

mahluk yang terpisah sehingga dia menjadi tidak sabar dengan kehadiran

seorang bayi. Ibu hamil kembali merasakan ketidaknyamanan fisik karena

merasa canggung, merasa dirinya tidak menarik lagi. Sehingga dukungan

dari pasangan sangat dibutuhkan. Peningkatan hasrat seksual yang pada

trimester kedua menjadi menurun karena abdomen yang semakin membesar

menjadi halangan dalam berhubungan (Rustikayanti, 2016).

a. Kebutuhan Fisik
Kebutuhan makanan pada ibu hamil mutlak harus dipenuhi. Kekurangan
nutrisi dapat menyebabkan anemia, abortus, IUGR, inersia uteri, pendarahan
pasca persalinan, sepsis puerperalis. Sedangkan kelebihan konsumsi
makanan pada ibu hamil akan berakibat kegemukan, preeklampsi dan janin
terlalu besar. Hal penting yang harus di perhatikan adalah cara mengatur
menu dan pengolahan menu tersebut dengan berpedoman pada Pedoman
Umum Gizi Seimbang (PUGS).

b. Kebutuhan Energi
Widya Karya Pangan dan Gizi Nasional menganjurkan pada ibu hamil
untuk meningkatkan asupan energinya sebesar 285 kalori per hari, yang
terdiri atas :
1) Protein
Ibu hamil mengalami peningkatan kebutuhan protein sebanyak 68
% selama kehamilan, atau 12% atau 75-100 gram per hari.
2) Zat Besi
Diberikan pada usia kehamilan 12 minggu sebesar 30-60 gram
setiap hari selama kehamilan dan enam minggu setelah kelahiran untuk
mencegah anemia postpartum.
3) Asam Folat
Kebutuhan Asam folat selama trimester I sebesar 280 mikrogram,
trimester II sebesar 660 mikrogram, dan trimester III sebesar 470
mikrogram. Asam folat sebaiknya diberikan pada 28 hari setelah ovulasi
atau 28 hari setelah kehamilan karena sumsum tulang belakang dan otak
dibentuk pada minggu pertama kehamilan.
4) Kalsium
Kadar kalsium pada ibu hamil mengalami penurunan sebesar 5 %,
karena itu, asupan yang optimal perlu dipertimbangkan. Sumber utama
kalsium adalah susu, dan hasil olahannya udang, sarang burung, sarden
dalam kaleng, dan beberapa bahan makanan nabati, seperti sayuran
warna hijau.
a. Obat-obatan
Prinsip: sedapat mungkin menghindari pemakaian obat-obatan
selama kehamilan, terutama dalam triwulan I. perlu dipertimbangkan
apakah manfaat pemberian obat lebih besar dibandingkan bahayanya
terhadap janin.

b. Lingkungan yang Bersih


Saat sekarang bahaya polusi udara, air dan makanan terhadap ibu
dan ibu sudah mulai diselidiki seperti halnya merokok.

c. Senam Hamil/ Gerakan Badan


Kegunaannya: sirkulasi darah menjadi lebih baik, nafsu makan
bertambah, pencernaan lebih baik, dan tidur lebih nyenyak. Gerak
badan yang melelahkan dilarang. Dianjurkan berjalan-jalan pada pagi
hari dalam udara yang masih segar. Gerak badan ditempat :
1) Berdiri-jongkok
2) Terlentang-kaki diangkat
3) Terlentang-perut diangkat
4) Melatih pernafasan.
d. Pakaian

1) Pakaian harus longgar, bersih dan tidak ada ikatan yang ketat pada
daerah perut.
2) Dianjurkan memakai kutang yang menyokong payudara.
3) Disarankan memakai sepatu dengantumit yang tidak terlalu tinggi.
4) Pakaian dalam selalu bersih bersih.

e. Istirahat dan Rekreasi


Wanita pekerja harus sering istirahat. Tidur siang menguntungkan
dan baik untuk kesehatan. Tempat hiburan yang terlalu ramai, sesak
dan panas lebih baik dihindari karena dapat menyebakan jatuh
pingsan.

f. Mandi
Mandi perlu diperhatikan untuk kebersihan/ hygine, terutama untuk
perawatan kulit, karena fungsi ekskresi dan keringat bertambah.
Dianjurkan menggunakan sabun lembut/ ringan. Jangan sampai
tergelincir di perigi dan jagalah kebersihannya. Dounching dan mandi
berendam tidak dianjurkan.

g. Perawatan Payudara
Buah dada merupakan sumber air susu ibu yang akan menjadi
makanan utama bagi bayi, karena itu jauh sebelumnya harus sudah
dirawat. Untuk mencegah putting susu kering dan mudah pecah, maka
putting susu dan areola payudara dirawat baik-baik dengan
dibersihkan menggunakan baby oil dan air hangat. Apabila putting
susu kedalam, hal ini dapat dilakukan dengan cara memutar dan
menarik-narik keluar dengan cara hofman.

h. Eliminasi
Keluhan yang sering muncul pada kehamilan berkaitan dengan
eliminasi adalah konstipasi dan sering berkemih. Konstipasi terjadi
karena adanya pengaruh hormon progesteron yang mempunyai efek
rileks terhadap otot-otot polos, salah satunya otot usus. Selain itu,
desakan usus oleh pembesaran janin juga menyebabkan
bertambahanya konstipasi. Tindakan pencegahan yang dapat
dilakukan adalah dengan mengkonsumsi makanan tinggi serat dan
banyak minum air putih hangat ketika perut dalam keadaan kosong.
Minum air putih hangat ketika perut dalam keadaan kosong dapat
merangsang gerakan peristaltik usus. Jika ibu sudah mengalami
dorongan , maka segeralah untuk buang air besar agar tidak terjadi
konstipasi.

i. Persiapan Persalinan
Meskipun perkiraan persalinan masih lama tidak ada salahnya jika
ibu dan keluarga mempersiapkan persalinan sejak jauh hari
sebelumnya. Ini dimasukkan agar terjadi sesuatu hal yang tidak
diinginkan atau persalinan maju dari perkiraan,semua perlengkapan
yang dibutuhkan sudah siap (Mochtar, 2013).

4. Ketidaknyamanan Trimester III

Dalam proses kehamilan terjadi perubahan sistem dalam tubuh ibu, yang

semuanya membutuhkan suatu adaptasi, baik fisik maupun psikologis. Dalam

proses adaptasi tersebut, tidak jarang ibu akan mengalami ketidaknyamanan.

Yang Meskipun hal itu adalah fisiologis, namun tetap perlu diberikan suatu

pencegahan dan perawatan. Beberapa ketidaknyamanan dan cara

mengatasinya adalah sebagai berikut.

Tabel 2.1
Ketidaknyamanan Pada Trimester III Dan Cara Mengatasi
No Ketidaknyamanan Cara mengatasi
1. Sering buang air a. Penjelasan mengenai sebab terjadinya.
kecil b. Kosongkan saat ada dorongan untuk kencing.
c. Perbanyak minum pada siang hari.
d. Jangan kurangi minum untuk mencegah
nokturia, kecuali jika nokturia sangat
mengganggu tidur di malam hari.
e. Batasi minum kopi, teh dan soda.
f. Jelaskan tentang bahaya infeksi saluran
kemih dengan menjaga posisi tidur, yaitu
dengan berbaring miring ke kiri dan kaki
ditinggikan untuk mencegah diuresis.
2. Hemoroid a. Hindari konstipasi.
b. Makan makanan yang beserat dan banyak
minum.
c. Gunakan kompres es atau air hangat.
d. Dengan perlahan masukkan kembali anus
setiap selesai BAB.
3. Keputihan a. Tingkatkan kebersihan dengan mandi setiap
hari.
b. Memakai pakaian dalam dari bahan katun dan
mudah menyerap.
c. Tingkatkan daya tahan tubuh dengan makan
buah dan sayur.
4. Keringat bertambah. a. Pakailah pakaian yang tipis dan longgar.
secara perlahan b. Tingkatkan asupan cairan.
akan meningkatkan c. Mandi secara teratur.
sampai
5. Sembelit a. Tingkatkan diet asupan cairan.
b. Konsumsi buah prem atau jus prem.
c. Minum cairan dingin atau hangat terutama
saat perut kosong.
d. Istirahat cukup.
e. Senam hamil.
f. Membiasakan buang air besar secara teratur.
g. Buang air besar segera setelah ada
dorongan.
6. Napas sesak a. Jelaskan penyebab fisiologinya.
b. Dorong agar secara sengaja mengatur laju
dan dalamnya pernapasan pada kecepatan
normal yang terjadi.
c. Merentangkan tangan di atas kepala serta
menarik napas panjang.
d. Mendorong postur tubuh yang baik,
melakukan pernapasan interkostal.
7. Nyeri ligamentum a. Berikan penjelasan mengenai penyebab
rotondum nyeri.
b. Tekuk lutut kearah abdomen.
c. Mandi air hangat.
d. Gunakan bantalan pemanas pada area yang
terasa sakit hanya jika tidak terdapat
kontraindikasi.
e. Gunakan sebuah bantal untuk menopang
uterus dan bantal lainnya letakkan di antara
lutut sewaktu dalam posisi berbaring miring.
8. Perut kembung a. Hindari makanan yang mengandung gas.
b. Mengunyah makanan secara sempurna.
c. Lakukan senam secara teratur.
d. Pertahankan saat buang air besar yang
teratur.
9. Pusing atau sinkop a. Bangun secara perlahan dari posisi istirahat.
b. Hindari berdiri terlalu lama dalam lingkungan
yang hangat dan sesak.
c. Hindari berbaring dalam posisi telentang.
10. Sakit punggung atas a. Gunakan posisi tubuh yang baik.
dan bawah/ sakit b. Gunakan bra yang menopang dengan ukuran
pinggang yang tepat.
c. Gunakan kasur yang keras.
d. Gunakan bantal ketika tidur untuk meluruskan
punggung.
e. Tidur menyamping
f. Pijatan lembut pada bagian yang sakit
11. Varises pada kaki a. Tinggikan kaki sewaktu berbaring.
b. Jaga agar kaki tidak bersilangan.
c. Hindari berdiri atau duduk terlalu lama.
d. Senam untuk melancarkan peredaran darah.
e. Hindari pakaian atau korset yang ketat.
Sumber : Sulistyawati, 2011

1. Sering Berkemih

Sering berkemih dikeluhkan sebanyak 60% oleh ibu selama kehamilan

akibat dari meningkatnya lju Fiiltrasi Glomeloru. (Sandhu, dkk., 2009).

Keluhan sering berkemih karena tertekannya kandung kemih oleh uterus

yang semakin membesar dan menyebabkan kapasitas kandung kemih serta

frekuensi berkeih meningkat.

2. Varises

Varises dapat diakibatkan oleh gangguan sirkulasi vena dan peningkatan

tekanan vena ekstremitas bagian bawah, perubahan ini diakibatkan karena

penekanan uterus yang membesar (Varney,2008).

3. Sesak Napas

Dengan bertambahnya usia kehamilan, pembesaran uterus akan semakin

mempengaruhi diafragma ibu hamil yang mana terdorong ke atas disertai

pergeseran ke atas tulangiga sehingga meningkatkan kerja pernafasan. Cara

mengatasinya yaitu dengan menyarankan ibu agar mengatur posisi duduk

dengan punggung tegak, jika perlu disangga dengan bantal pada bagian

punggung serta menghindari posisi tidur terlentang karena dapat

mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan ventilasi pervusi akibat

tertekannya vena.

4. Bengkak pada Kaki


Tekanan uterus yang semakin meningkat dan tarikan gravitasi

memengaruhi sirkulasi cairan dan menyebabkan retensi cairan semakin

besar. Cara mengatasinya yaitu dengan menghindari posisi kaki

menggantung, pada saat tidur posisikan kaki sedikit tinggi serta melakukan

latihan ringan dan berjalan secara teratur untuk memfasilitasi peningkatan

sirkulasi.

5. Kram kaki

Keadaan ini diperkirakan terjadi karena adanya gangguan aliran atau

sirkulasi darah pada pembuluh darah panggul yang disebabkan oleh

tertekannya pembuluh tersebut oleh uterus yang semakin membesar. Cara

mengatasinya yaitu dengan meluruskan kaki dan melakukan pijatan ringan,

berjalan untuk melancarkan sirkulasi darah menuju tungkai serta

mempertahankan posisi yang baik dalam beraktivitas agar dapat

meningkatkan sirkulasi darah.

6. Gangguan Tidur dan Mudah Lelah

Dari beberapa penelitian menyatakan bahwa cepat lelah pada ibu hamil

dikarenakan tidur malam yang tidak nyenyak karena terbangun tengah

malam untuk berkemih. Cara mengatasinya yaitu dengan melakukan aktivitas

yang tidak menimbulkan stimulus sebelum tidur.

7. Nyeri Perut Bawah

Dari beberapa penelitian menyatakan bahwa cepat lelah pada ibu hamil

dikarenakan tidur malam yang tidak nyenyak karena terbangun tengah

malam untuk berkemih. Cara mengatasinya yaitu dengan melakukan aktivitas

yang tidak menimbulkan stimulus sebelum tidur.

8. Heartburn
Peningkatan kadar progesteron atau meningkatnya metabolisme

menyebabkan relaksasi otot polos sehingga terjadi penurunan pada irama

dan pergerakan lambung dan penurunan tekanan pada spinkter esofagus

bawah. Selama kehamilan spinkter esofagus bawah bergeser ke rongga

dada yang memungkinkan untuk makanan dan asam lambung untuk lolos

dari daerah lambung ke esofagus sehingga menyebabkan peradangan pada

esofagus dan adanya sensasi terbakar. Cara mengatasinya yaitu dengan

menghindari berbaring dalam waktu 3 jam setelah makan dan perubahan

pola nutrisi dengan menghindari makanan yang dapat merangsang terjadinya

refluks.

9. Kontraksi Braxton Hicks

Pada akhir kehamilan, kontraksi-kontraksi ini dapat menyebabkan rasa

tidak nyaman dan menjadi penyebab persalinan palsu. Cara mengatasinya

yaitu dengan menganjurkan ibu untuk tetap tenang selama kontraksi ini tidak

bersamaan dengan tanda-tanda persalinan (Irianti, Bayu, dkk, 2013)

5. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III

a. Perdarahan Pervaginam

Perdarahan pada masa kehamilan lanjut setelah 22 minggu

sampai sebelum persalinan. Perdarahan pervaginaan dikatakan tidak

normal bila ada tandatanda seperti keluarnya darah merah segar atau

kehitaman dengan bekuan, perdarahan kadang banyak kadang tidak

terus menerus, perdarahan disertai rasa nyeri. Perdarahan semacam ini

bisa berarti plasenta previa, solusio plasenta, ruptur uteri, atau dicurigai

adanya gangguan pembekuan darah (Kusumawati, 2014).


b. Sakit Kepala yang Berat

Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah serius adalah sakit

kepala hebat, menetap dan tidak hilang dengan beristriahat. Terkadang

karena sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa

penglihatannya menjadi kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat

dalam kehamilan adalah gejala dari pre eklampsi. Perubahan visual

(penglihataan) secara tiba-tiba (pandangan kabur) dapat berubah pada

masa kehamilan (Kusumawati, 2014).

c. Penglihatan Kabur

Akibat pengaruh hormonal,ketajaman penglihatan dapat berubah

dalam kehamilan.Perubahan ringan (minor) adalah normal.Masalah visual

yang mengindikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan

visual yang mendadak,misalnya pandangan kabur dan

berbayang.Perubahan ini mungkin disertai sakit kepala yang hebat dan

mungkin menandakan pre-eklampsia (Pantiawati,2010).

d. Bengkak di Wajah dan Jari-jari Tangan

Pada saat kehamilan,hampir seluruh ibu hamil mengalami

bengkak yang normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari

dan hilang setelah beristirahat dengan meninggikan kaki.Bengkak bisa

menunjukan adanya masalah serius jika muncul pada muka dan

tangan,tidak hilang setelah beristirahat dan disertai dengan keluhan fisik

yang lain.Hal ini dapat pertanda anemia,gagal jantung atau pre-eklampsia

(Sulistyawati,2009).

e. Keluar Cairan per Vagina


Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina pada trimester III.Ibu

harus dapat membedakan antara urine dengan air ketuban.Jika keluarnya

cairan ibu tidak terasa,berbau amis dan berwarna putih keruh,berarti yang

keluar adalah air ketuban.Jika kehamilan belum cukup bulan,hati-hati

akan adanya persalinan preterm (< 37 minggu) dan komplikasi infeksi

intrapartum (Sulistyawati,2009).

f. Gerakan Janin Tidak Terasa

Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring untuk

beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik.Bayi harus

bergerak 3x dalam 1 jam atau minimal 10x dalam 24 jam.Jika kurang dari

itu,maka waspada akan adanya gangguan janin dalam rahim,misalnya

asfiksia janin sampai kematian janin (Sulistyawati,2009).

g. Nyeri Perut yang Hebat

Sebelumnya harus dibedakan nyeri yang dirasakan adalah bukan

his seperti pada persalian.Pada kehamilan lanjut,jika ibu merasakan nyeri

yang hebat,tidak berhenti setelah beristirahat,disertai tanda-tanda syok

yang membuat keadaan umum ibu makin lama makin memburuk dan

disertai perdarahan yang tidak sesuai dengan beratnya syok,maka kita

harus waspadaakan kemungkinan terjadinya solusio placenta

(Sulistyawati,2009).

h. Kejang

Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya keadaan

dan terjadinya gejala gejala sakit kepala, mual, nyeri ulu hati sehingga

muntah.Bila semakin berat, penglihatan semakin kabur, kesadaran


menurun kemudian kejang. Kejang dalam kehamilan dapat merupakan

gejala dari eklamsia(Saifuddin,2010).

6. Persiapan Komplikasi Persalinan

Pada saat ibu melakukan kunjungan antenatal, jelaskan bahwa penolong

akan selalu berupaya dan meminta kerjasama yang baik dari suami atau

keluarga ibu untuk mendapatkan layanan terbaik dan bermanfaat bagi

kesehatan ibu dan bayinya, termasuk kemungkinan perlunya upaya rujukan.

Persiapan yang perlu dipersiapkan antara lain ; Bidan, Alat, Keluarga, Surat,

Obat, Kendaraan, Uang yang disingkat menjadi BAKSOKU (APN, 2012).

7. Asuhan Standar Minimal Kehamilan

Dalam melaksanakan pelayanan Antenatal Care, ada sepuluh standar

pelayanan yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang

dikenal dengan 10 T. Pelayanan atau asuhan standar minimal 10 T adalah

sebagai berikut (Depkes RI, 2015).

a. Timbang Berat Badan dan Ukur Tinggi Badan

Penambahan berat badan paling banyak terjadi pada trimester ke

II kehamilan. Penambahan BB ibu selama kehamilan sebagian besar

terdiri atas penambahan BB bayi, plasenta, serta air ketuban dan

sebagian lagi berasal dari penambahan BB ibu sendiri (Varney, 2008).

Pertambahan berat badan yang normal pada ibu hamil yaitu

berdasarkan masa tubuh (BMI: Body Mass Index) dimana metode ini

untuk menentukan pertambahan berat badan yang optimal selama

masa kehamilan, karena merupakan hal yang penting mengetahui BMI


wanita hamil. Total pertambahan berat badan pada kehamilan yang

normal 11,5-16 kg. Adapun tinggi badan menentukan ukuran panggul

ibu, ukuran normal tinggi badan yang baik untuk ibu hamil antara lain

>145 cm. (Kusmiyati, 2011).

Indeks masa tubuh (IMT) merupakan prediksi derajat lemak

tubuh dan pengukurannya direkomendasikan federal untuk

mengklasifikasikan kelebihan berat badan dan obesitas. IMT dihitung

dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan kuadrat tinggi

badannya dalam meter (kg/m2) (Varney, 2008).

Perhitungan Indeks Masa Tubuh (IMT)

IMT = Berat Badan dalam Kilogram

(Tinggi Badan dalam Meter)2


Sumber (Varney, 2010)

Tabel 2.3 Klasifikasi Nilai IMT

Kategori IMT Rekomendasi (kg)

Rendah < 19,8 12,5 – 18

Normal 19,8 – 26 11,5 – 16

Tinggi 26 – 29 7 – 11,5

Obesitas > 29 ≥7

Gemeli - 16 – 20,5

Sumber : (Prawirohadjo, 2013)


Prinsip dasar yang perlu diingat: berat badan naik perlahan dan bertahap,

bukan mendadak dan drastis. Pada trimester II dan III perempuan dengan gizi

baik dianjurkan menambha berat badan 0,4 kg. Perempuan dengan gizi kurang

0,5 kg gizi baik 0,3 kg. Indeks masa tubuh adalah suatu metode untuk

mengetahui penambahan optimal, yaitu:

a. 20 minggu pertama mengalami penambahan BB sekitar 2,5 kg

b. 20 minggu berikutnya terjadi penambahan sekitar 9 kg

c. Kemungkinan penambahan BB hingga maksimal 12,5 kg. (Sari, Ulfa, &

Daulay, 2015)

Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi faktor resiko

terhadap kehamilan yang sering berhubungan dengan keadaan rongga panggul.

Penimbangan berat badan dilakukan setiap kali kunjungan antenatal. Hal ini

dilakukan untukmendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan

berat badan selama kehamilan didasarkan pada BMI atau IMT ibu hamil. Apabila

penambahan berat badan kurang dari 9 kg selama kehamilan atau kurang dari

1kg perbulan menunjukan adanya gangguan pertumbuhan janin. Pengukuran

tinggi badan dilakukan saat kunjungan yang pertama, apabila tinggi badan

kurang dari 145 cm, ibu termasuk dalam kategori mempunyai faktor risiko tinggi.

(Kebidanan Teori dan Asuhan, 2017)

b. Pengukuran Tekanan Darah

Saat hamil terjadi penurunan tekanan darah. Setelah usia kehamilan 20-32

minggu tekanan darah kembali normal. Peningkatan tekanan darah harus selalu

dilihat selama masa kehamilan untuk menghindari hal-hal buruk seperti

eklampsia, gagal ginjal, penyakit jantung koroner dan lain - lain. Standar

pemeriksaan tekanan darah adalah 4x selama masa kehamilan, yakni 1x pada


trimester pertama, 1x pada trimester kedua dan 2x pada trimester ketiga (G.A.

Mandriawati, 2008).

Pengukurn tekanan darah dilakukan setiapkalikunjungan

antenatal. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi pada

kehamilan dan preeklampsia. Hipertensi adalh tekanan darah

sekurang-kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik pada

2x pemeriksaan berjarak 4-6 jam pada wanita yang sebelumnya

normotensi. (Kebidanan Teori dan Asuhan, 2017).

2. Nilai Status Gizi (Ukur Lingkar Lengan Atas)

Pada ibu hamil pengukuran LILA merupakan satu cara untuk

mendeteksi dini adanya Kurang Energi Kronis (KEK) atau kekurangan

gizi. Malnutrisi pada ibu hamil mengakibatkan transfer nutrient ke janin

berkurang, sehingga pertumbuhan janin terhambat dan berpotensi

melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). BBLR

berkaitan dengan volume otak dan IQ seorang anak. Kurang Energi

Kronis (KEK) (ukuran LILA<23.5 cm), yang menggambarkan

kekurangan pangan dalam jangka panjang baik dalam jumlah maupun

kualitasnya. (Setiawan,2011).

Tabel 2.4 Ambang Batas Pengukuran LILA

Hasil Pengukuran Ambang Batas

<23,5 cm Risiko Kekurangan Energi Kronik

(KEK)

>23,5 Bukan risiko Kekurangan Energi


Kronik (KEK)

Sumber: (Sirajuddin,2012)

Bila ibu mengalami kekurangan gizi pada trimester III akan

menimbulkan masalah terhadap ibu dan proses persalinannya, yaitu gizi

kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan komplikasi antara

lain: KEK, anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara

normal, dan terkena penyakit infeksi. Ibu hamil yang menderita KEK dan

anemia mempunyai risiko kesakitan yang lebih besar terutama pada

trimester III kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil normal.

Akibatnya mempunyai risiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi

dengan BBLR, dan pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan

dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum

waktunya (premature), persalinan dengan operasi cenderung

meningkat, kematian saat persalinan, serta perdarahan pasca

persalinan yang sulit karena lemah dan mudah mengalami gangguan

kesehatan. (Depkes RI, 2009).

3. Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU)

Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan tehnik Mc. Donald

adalah menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu dan hasilnya

bisa di bandingkan dengan hasil anamnesis hari pertama haid terakhir

(HPHT) dan kapan gerakan janin mulai dirasakan. TFU yang normal

harus sama dengan UK dalam minggu yang dicantumkan dalam HPHT.

Uterus semakin lama semakin besar seiring penambahan usia

kehamilan, pemeriksaan tinggi fundus uteri dilakukan dengan diukur


dengan menggunakan palpasi (metode jari) atau aturan McDonald yang

dapat digunakan untuk menguatkan ketepatan pengukuran tinggi

fundus. (Saifuddin, 2011).

Tabel 2.5 TFU Menurut Aturan Mc- Donald

Usia Tinggi Fundus

Kehamilan Dalam cm Menggunakan penunjuk Badan

12 minggu - Teraba diatas simfisis pubis

Ditengah, antara simfisis pubis


16 Minggu -
dan umbilicus

20 minggu 20 cm (±2 cm) pada umbilicus

Usia kehamilan dalam


22-27 minggu -
minggu = cm (± 2 cm)

Ditengah antara umbilicus dan


28 minggu 28 cm (±2 cm)
prosesus sifoideus

Usia kehamilan dalam


29-35 minggu -
minggu = cm (± 2 cm)

36 minggu 36 cm (± 2 cm) Pada prosesus sifoideus

(Sumber :Prawirohardjo,2012).

Cara pengumpulan tinggi fundus uteri dengan centimeter ini dapat

menggunakan rumus Mc. Donald’s. Pengukuran tinggi fundus uteri ini dapat

dilakukan pada saat usia kehamilan trimester II dan III


Rumus Mc. Donald’s :

Usia kehamilan (hitungan bulan) = Tinggi Fundus Uteri (dalam cm) X 2/7

Usia kehamilan (hitungan minggu) = Tinggi Fundus Uteri (dalam cm) X 8/7

Sedangkan untuk memperkirakan/menafsirkan berat badan janin digunakan

rumus : TBJ = (Tinggi Fundus Uteri – N) X 155 minggu

(Saifuddin, 2010).

Taksiran berat badan janin ditentukan berdasarkan rumus Johnson Toshack :

N : 13 bila kepala belum melewati pintu atas panggul

N : 12 bila kepala masih berada diatas spina isciadika

N : 11 bila kepala masih berada dibawah spina isciadika

Tabel 2.6 TFU menurut penambahan per tiga jari

Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri

(Minggu)

12 3 jari di atas symfisis

16 Pertengahan pusat-symfisis

20 3 jari di bawah pusat

24 Setinggi pusat

28 3 jari di atas pusat

32 Pertengahan pusat-prosesus

xiphoideus (px)

36 3 jari di bawah prosesus xiphoideus (px)

40 Pertengahan pusat
(Sumber: Marmi, 2011)

4. Tentukan Presentasi Janin dan Detak Jantung Janin (DJJ)

Tujuan pemantauan janin itu adalah untuk mendeteksi dari dini

ada atau tidaknya faktor-faktor risiko kematian prenatal tersebut

(hipoksia/asfiksia, gangguan pertumbuhan, cacat bawaan, dan infeksi).

Pemeriksaan denyut jantung janin adalah satu cara untuk memantau

janin. Lakukan pemeriksaan dengan mendengar dan menghitung denyut

jantung janin selama satu menit penuh. Pemeriksaan denyut jantung janin

harus dlakukan pada ibu hamil. Denyut jantung janin baru dapat didengar

pada usia kehamilan 16 minggu/4 bulan.

Gambaran DJJ:

1. Takikardi berat;detak jantung di atas 180x/menit

2. Takikardi ringan: antara 160-180x/menit

3. Normal:antara 120-160x/menit

4. Bradikardi ringan: antara 100-119x/menit

5. Bradikardi sedang: antara 80-100x/menit

6. Bradikardi berat: kurang dari 80x/menit

(Setiawan, 2011).

Lakukan pemeriksaan denyut jantung janin pada daerah yang paling jelas

untuk mendengarkan atau disebut punctum maksimum.

5. Skrining Status Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)


Imunisasi tetanus toxoid adalah proses untuk membangun kekebalan

sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Vaksin tetanus yaitu

toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan.

Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) artinya pemberian kekebalan

terhadap penyakit tetanus kepada ibu hamil dan bayi yang dikandungnya.

Pemberian imunisasi tetanus toxoid pada kehamilan umumnya diberikan

2 kali saja, imunisasi pertama diberikan pada usia kehamilan 16 minggu

untuk yang kedua diberikan 4 minggu kemudian, akan tetapi untuk

memaksimalkan perlindungan maka dibentuk program jadwal pemberian

imunisasi pada ibu hamil (Prawirohardjo, 2008).

Umur kehamilan mendapat imunisasi TT :

a. Imunisasi TT sebaiknya diberikan sebelum kehamilan 8 bulan untuk

mendapatkan imunisasi TT lengkap (BKKBN, 2005).

b. TT1 dapat diberikan sejak diketahui positif hamil dimana biasanya

diberikan pada kunjungan pertama ibu hamil ke sarana kesehatan

(Depkes RI, 2000).

Tabel 2.7 Jadwal Imunisasi TT

Antigen Interval Lama perlindungan %

perlindunga
(selang waktu minimal)
n

TT 1 kunjungan ANC pertama - -


TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun 80 %

TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun 95 %

TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99 %

TT 5 1 tahun setelah TT 4 25 tahun / seumur hidup 99

(Sumber : Saifuddin, 2010).

6. Pemberian Tablet Fe

Tablet ini mengandung 200mg sulfat Ferosus 0,25 mg asam folat yang

diikat dengan laktosa. Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi

kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas, karena pada masa kehamilan

kebutuhannya meningkat seiring pertumbuhan janin. Zat besi ini penting

untuk mengkompensasi penigkatan volume darah yang terjadi selama

kehamilan dan untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan janin.

WHO juga menganjurkan pemberian ferro sulfat 320 mg (setara dengan

60 mg zat besi) 2 kali sehari bagi semua ibu hamil. Jika Hb 9% atau kurang

dari pada salah satu kunjungan tingkatan tablet zat besi menjadi 3 kali 1

tablet/hari sampai akhir masa kehamilannya. Kebijakan program kesehatan

ibu dan anak (KIA) di Indonesia saat ini menetap:

1. Pemberian tablet Fe(320 mg Fe Sulfat dan 0,5 mg asam folat) untuk

semua ibu hamil sebanyak 1 kali tablet selama 90 hari. Jumlah tersebut

mencukupi kebutuhan tambahan zat besi selama kehamilan yaitu 100 mg.

2. Bila ditemukan anemia pada ibu hamil, diberikan tablet zat besi 2-3 kali

satu tablet/hari selama 2-3 bulan.

Pada setiap kali kunjungan mintalah ibu untuk meminum tablet zat besi

yang cukup, hindari meminum teh/kopi 1 jam sebelum/sesudah makan


karena dapat mengganggu penyerapan zat besi.Tablet zat besi lebih dapat

diserap jika di sertai dengan mengkonsumsi vitamin C yang cukup.Jika vitan

C dikonsumsi ibu dalam makanannya tidak tercukupi berikan tablet vitamin C

250 mg perhari(Depkes RI,2010).

7. Tes Laboratorium (Rutin dan Khusus)

a) Pemeriksaan HB

Pemeriksaan Hb yang sederhana yakni dengan cara Talquis dan

dengan cara Sahli. Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu hamil

pertama kali, lalu periksa lagi menjelang persalinan. Pemeriksaan Hb

adalah salah satu upaya untuk mendeteksi Anemia pada ibu hamil.

b) Pemeriksaan Protein urine

Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui adanya protein dalam urin

ibu hamil. Adapun pemeriksaannya dengan asam asetat 2-3% ditujukan

pada ibu hamil dengan riwayat tekanan darah tinggi, kaki oedema.

Pemeriksaan protein urin ini untuk mendeteksi ibu hamil kearah

preeklampsia.

c) Pemeriksaan VDRL (Veneral Disease Research Lab)

Pemeriksaan Veneral Desease Research Laboratory (VDRL) adalah

untuk mengetahui adanya treponema pallidum/ penyakit menular

seksual, antara lain syphilis. Pemeriksaan kepada ibu hamil yang

pertama kali datang diambil spesimen darah vena ± 2 cc. Apabila hasil

tes dinyatakan postif, ibu hamil dilakukan pengobatan/rujukan. Akibat

fatal yang terjadi adalah kematian janin pada kehamilan <16 minggu,

pada kehamilan lanjut dapat menyebabkan premature, cacat bawaan.


d) Pemeriksaan urine reduksi

Untuk ibu hamil dengan riwayat DM. bila hasil positif maka perlu diikuti

pemeriksaan gula darah untuk memastikan adanya Diabetes Melitus

Gestasioal. Diabetes Melitus Gestasioal pada ibu dapat mengakibatkan

adanya penyakit berupa pre-eklampsia, polihidramnion, bayi besar.

8. Tatalaksana Kasus

Dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal dan hasil

pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu

hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga

kesehatan. Kasus – kasus yang tidak dapat ditangani di rujuk sesuai

dengan sistem rujukan (Depkes, 2010).

9. Temu Wicara

Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan. Hal ini

dilakukan sebagai perencanaan, antisipasi dan persiapan dini untuk

pengambilan keputusan dalam melakukan rujukan jika terjadi

komplikasi (Depkes, 2010).

Temu wicara pasti dilakukan dalam setiap klien melakukan

kunjungan . Bisa berupa anamnesa, konsultasi, dan persiapan rujukan.

Anamnesa meliputi biodata, riwayat menstruasi,riwayat kesehatan,

riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas, biopsikososial, dan

pengetahuan klien. Memberikan konsultasi atau melakukan kerjasama

penanganan.
i. Jadwal Kunjungan ANC

Untuk menghindari risiko komplikasi pada kehamilan dan persalinan,

ajurkan setiap ibu hamil untuk melakukan kunjungan antenatal

komprehensif yang berkualitas minimal 4 kali, termasuk minimal 1 kali

kunjungan diantar suami/ pasangan atau anggota keluarga, sebagai berikut

(Kemenkes RI, 2013).

Tabel 2.1. Kunjungan Pemeriksaan Antenatal

Trimeste Jumlah Kunjungan Waktu Kunjungan Yang

r Minimal Dianjurkan

I 1X Sebelum minggu ke 16

II 1X Antara minggu ke 24-28

III 2X Antara minggu 30-32

Antara minggu 36-38

(Sumber: Kemenkes RI, 2013).

Selain itu anjurkan ibu untuk memeriksakan diri ke dokter

setidaknya 1 kali untuk deteksi kelainan medis secara umum. Gunakan

buku KIA, isi setiap kali ibu melakukan kunjungan antenatal lalu

berikan kepada ibu untuk disimpan dan dibawa kembali pada

kunjungan berikutnya. Berikan informasi tentang Perencanaan

Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) kepada ibu serta

anjurkan ibu untuk mengikuti kelas ibu. (Kemenkes RI, 2013).

Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) kepada ibu serta

anjurkan ibu untuk mengikuti kelas ibu. (Kemenkes RI, 2013).


Tabel 2.2 Jadwal Pemeriksaan Kehamilan

Kunjungan Waktu Kegiatan

Trimester Sebelum  Membangun hubungan saling percaya antara

pertama minggu ke-16 petugas kesehatan dengan ibu hamil

 Mendeteksi masalah dan menanganinya

 Melakukan tindakan pencegahan seperti

tetanus dan anemia

 Konseling persiapan kelahiran dan kesiapan

menghadapi keadaan darurat

 Konseling mengenai kebutuhan nutrisi wanita

hamil, pola istirahat, kegiatan seksual

 Motivasi hidup sehat

Trimester Antara minggu  Membangun hubungan saling percaya antara

kedua ke 24- 28 petugas kesehatan dengan ibu hamil

 Mendeteksi masalah dan menanganinya

 Melakukan tindakan pencegahan seperti

tetanus dan anemia

 Konseling persiapan kelahiran dan kesiapan

menghadapi keadaan darurat

 Konseling mengenai kebutuhan nutrisi wanita

hamil, pola istirahat, kegiatan seksual

 Motivasi hidup sehat

 Kewaspadaan khusus terhadap

preeclampsia

Trimester Antara minggu  Sama seperti asuhan pada minggu


ketiga ke 30- 32 sebelumnya ditambah palpasi abdominal

untuk mengetahui apakah ada kehamilan

ganda

Antara minggu  Sama seperti asuhan pada minggu

36- 38 sebelumnya ditambah deteksi letak janin dan

kondisi lain kontra indikasi bersalin di luar RS

(Sumber: Saifuddin, 2010)

ii. Definisi Kehamilan Resiko Tinggi

Kehamilan risiko tinggi (KRT) adalah keadaan yang dapat

mempengaruhi keadaan optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan

yang dihadapi. Faktor itu bisa digolongkan menjadi dua faktor, yaitu faktor

medis dan faktor non medis. Faktor medis meliputi, usia, paritas,

graviditas, jarak kehamilan, riwayat kehamilan dan persalinan, dan faktor

non medis adalah pengawasan antenatal (Manuaba, 2010).

Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan

terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar terhadap ibu maupun

janin yang dikandungnya selama kehamilan, persalinan ataupun nifas bila

dibandingkan dengan kehamilan, persalinan dan nifas normal (WHO,

2006).

Menurut BKKBN usia untuk lahir dan melahirkan adalah 20

sampai 30 tahun, lebih atau kurang dari usia tersebut adalah berisiko.

Kesiapan seseorang untuk hamil dan melahirkan atau mempunyai anak

ditentukan oleh kesiapan dalam tiga hal, yaitu kesiapan fisik, kesiapan

mental/ emosi/ psikologis dan kesiapan sosial/ ekonomi. Secara umum,


seorang perempuan dikatakan siap secara fisik jika telah menyelesaikan

pertumbuhan tubuhnya (ketika tubuhnya berhenti tumbuh), yaitu sekitar

usia 20 tahun. Sehingga usia 20 tahun bisa dijadikan pedoman kesiapan

fisik (BKKBN, 2012).

iii. Dampak dari Kehamilan Usia <20 tahun

A. Resiko bagi ibu pada saat kehamilan

1. Anemia kehamilan / kekurangan zat besi

Penurunan jumlah sel darah merah/jumlah Hb dalam

sirkulasi. Perbandingan eritrosit terhadap plasma tidak seimbang.

Pada ibu hamil usia < 20 tahun biasanya disebabkan oleh kurang

pengetahuan dan pentingnya gizi pada saat hamil sehingga

mayoritas ibu haml dapat mengalami anemia. Tambahan zat besi

dalam tubuh fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah

merah, membentuk sel darah merah janin dan plasenta.

Sehingga bila ibu kekurangan asupan nutrisi terutama zat besi

akan menjadi anemia (Varney, 2009).

Anemia dapat diatasi dengan meminum tablet besi atau

tablet penambah darah. Ibu hamil umumnya diberikan sebanyak

1 tablet satu hari dan membutuhkan 90 tablet selama

kehamilannya (Manuaba, 2010).

2. Mengalami perdarahan

Pada saat melahirkan antara lain disebabkan karena otot

rahim yang terlalu lemah dan belum matur secara fisiologis untuk
hamil. Biasanya disebabkan oleh plasenta previa, abortus, solusio

plasenta (Varney, 2009).

3. Keguguran

Keguguran pada ibu hamil usia < 20 tahun terjadi karena

mereka belum matur dan belum memiliki sistem transfer plasenta

seefisien wanita dewasa. Keguguran pada usia muda dapat terjadi

secara tidak disengaja seperti terkejut, cemas dan stress (Varney,

2009).

4. Infeksi

Ibu hamil usia < 20 tahun seringkali secara emosional dan

fisik belum matang, selain pedidikan umumnya rendah, ibu yang

masih muda masih seringkali bergantung pada orang lain.

Keguguran sebagian dilakukan dengan sengaja untuk

menghilangkan kehamilan remaja yan tidak dikehendaki. Keguuran

sengaja yang dilakukan oleh tenaga nonprofesional dapat

menimbulkan efek samping yang serius seperti tingginya angka

kematia dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat

menyebabkan infertilitas.

5. Keracunan kehamilan
Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil

dan anemia makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam

bentuk preeklamsia atau eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia

memerlukan perhatian khusus dan serius karena dapat

menyebabkan kematian.

B. Resiko bagi ibu pada saat persalinan

1. KPD dan infeksi intrauterin

Ketuban pecah sebelum mulainya tanda persalinan/

sebelum cukup bulan. KPD dapat terjadi karena ibu hamil usia <

20 tahun secara fisik belum matang, selain pendidikan pada

umumnya rendah dan pada akhirnya dapat terjadi infeksi

(Varney, 2009).

2. Persalinan Lama

Penyebab dari persalinan lama sendiri dipengaruhi oleh

kelainan letak janin, kelainan panggul, kelainan kekuatan his

dan mengejan yang buruk, kurangnya tenanga untuk mengedan

serta pimpinan persalinan yang salah (Varney, 2009).

3. Perdarahan

Ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun lebih berisiko

mengalami perdarahan karena kekurangan kadar Hb sehingga

dapat mengurangi energy dan oksigen dalam darah pada saat

persalinan. Selain itu otot-otot uterus juga belum berfungsi

secara optimal dalam persalinan. Hal inilah yang dapat


menyebabkan kontraksi uterus melemah dan mengakibatkan

perdarahan pada proses persalinan.

C. Resiko bagi ibu pada saat Nifas

1. Infeksi Masa Nifas

Infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh

kuman yang masuk ke dalam organ genital pada saat persalinan

dan masa nifas. Ibu dengan usia muda lebih berisiko terkena

infeksi pada masa nifas, karena kurangnya pengetahuan ibu

dalam proses perawatan perineum dan kebersihan diri setelah

proses persalinan (Khaidir, 2009).

Infeksi nifas merupakan semua pandangan yang disebabkan

oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genetal pada

saat persalinan dan nifas. Setelah kala III daerah bekas insersio

plasenta merupakan sebuah luka dengan diameter kira-kira 4 cm.

Daerah ini merupakan tempat yang baik untuk tumbuhnya kuman

dan masukan jenis pathogen dalam tubuh manusia. Pada ibu

hamil dengan usia < 20 tahun hal ini sering terjadi karena

kebanyakan persalinan lama, tertinggalnya plasenta, selaput

ketuban serta bekuan darah, ketuban pecah dini, dan pertolongan

persalinan yang kurang steril.

D. Resiko bagi bayi

1. Premature
Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan adalah kelahiran

premature yang kurang dari 37 minggu. Hal ini terjadi karena saat

pertumbuhan janin yang diperlukan berkurang.

2. BBRL (berat badan lahir rendah)

BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang

dari 2500 gram. Kelahiran bayi BBLR lebih tinggi pada ibu muda

berusia kurang dari 20 tahun karena mereka belum memiliki sistem

transfer plasenta seefisien wanita dewasa. Plasenta adalah alat untuk

menyalurkan bahan nutrisi dari ibu ke janin dan proses ini biasa

disebut transfer plasenta, yang mana fungsi dari plasenta tersebut

menjamin pertumbuhan dan perkembangan janin di dalam

kandungan (Arvin,2010).

Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi

terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan. Ibu

yang hamil pada usia muda biasanya kurang memiliki pengetahuan

mengenai gizi sehingga akan berakibat kekurangan berbagai zat

yang diperlukan saat pertumbuhan dengan demikian akan

mengakibatkan makin tingginya kelahiran prematur dan berat badan

lahir rendah.

3. Cacat bawaan

Merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat

pertumbuhan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya

kelainan genetika dan kromosom, infeksi, virus rubella serta faktor gizi

dan kelainan hormon.


4. Kematian bayi

Kematian bayi yang masih berumur 7 hari pertama hidupnya

atau kematian perinatal yang disebabkan berat badan kurang dari 2500

gram, kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari), kelainan congenital

serta lahir dengan asfiksia. (Manuaba, 2010).

2.1.1.Masalah yang timbul akibat kehamilan usia muda

Kehamilan pada masa remaja dan menjadi orang tua pada usia

remaja berhubungan secara bermakna dengan resiko medis dan

psikososial, baik terhadap ibu maupun bayinya. Faktor kondisi fisiologis

dan psikososial intrinsik remaja, bila diperberat lagi dengan faktor-faktor

sosiodemografi seperti kemiskinan, pendidikan yang rendah, belum

menikah, asuhan pranatal yang tidak adekuat akan mengakibatkan

meningkatnya risiko kehamilan dan kehidupan keluarga yang kurang baik

(Soetjiningsih, 2004).

Perkawinan dan kehamilan yang dilangsungkan pada usia muda

(remaja) umumnya akan menimbulkan masalah-masalah sebagai berikut:

(Lesnapurnawan, 2009, Romauli, 2011).

a. Masalah Kesehatan Reproduksi

Remaja yang akan menikah kelak akan menjadi orang tua

sebaiknya mempunyai kesehatan reproduksi yang sehat sehingga

dapat menurunkan generasi penerus yang sehat. Untuk itu

memerlukan perhatian karena belum siapnya alat reproduksi untuk

menerima kehamilan yang akhirnya akan menimbulkan berbagai

bentuk komplikasi. Selain itu kematian maternal pada wanita hamil dan
melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi

dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun.

b. Masalah Psikologis

Umumnya para pasangan muda keadaan psikologisnya masih

belum matang, sehingga masih lebih dalam menghadapi masalah yang

timbul dalam perkawinan. Dampak yang dapat terjadi seperti

perceraian, karena kawin cerai biasanya terjadi pada pasangan yang

umurnya pada waktu kawin relatif masih muda. Tetapi untuk remaja

yang hamil di luar nikah menghadapi masalah psikologi seperti rasa

takut, kecewa, menyesal, rendah diri dan lain-lain, terlebih lagi

masyarakat belum dapat menerima anak yang orang

tuanya belum jelas.

c. Masalah Sosial Ekonomi

Makin bertambahnya umur seseorang, kemungkinan untuk

kematangan dalam bidang sosial ekonomi juga akan makin nyata.

Pada umumnya dengan bertambahnya umur akan makin kuatlah

dorongan mencari nafkah sebagai penopang. Ketergantungan sosial

ekonomi pada keluarga menimbulkan stres (tekanan batin).

Menurut Manuaba (2010), penyulit pada kehamilan remaja lebih

tinggi dibandingkan dengan kurun reproduksi sehat yaitu umur 20-30

tahun. Keadaan ini disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk

hamil, sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun

perkembangan dan pertumbuhan janin. Keadaan tersebut akan makin


menyulitkan bila ditambah dengan tekanan (stress psikologis, sosial,

ekonomi).

2.1.2. Kelompok Ibu Hamil dengan Faktor RisikoTinggi

1) Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.

2) Anak lebih dari 4.

3) Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun.

4) Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5

cm, atau penambahan berat badan < 9 kg selama masa kehamilan.

5) Anemia dengan dari Hemoglobin < 11 g/dl.

6) Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul

dan tulang belakang

7) Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan

ini.

8) Sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain : tuberkulosis,

kelainan jantung-ginjal-hati, psikosis, kelainan endokrin (Diabetes

Mellitus, Sistemik Lupus Eritematosus, dll), tumor dan keganasan.

9) Riwayat kehamilan buruk: keguguran berulang, kehamilan ektopik

terganggu, mola hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat

kongenital

10) Riwayat persalinan dengan komplikasi : persalinan dengan seksio

sesarea, ekstraksivakum/ forseps.

11) Riwayat nifas dengan komplikasi : perdarahan paska persalinan, Infeksi

masa nifas, psikosis post partum (post partum blues).


12) Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan

riwayat cacat kongenital.

13) Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda, janin dampit, monster.

14) Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, Janin besar.

15) Kelainan letak dan posisi janin: lintang/oblique, sungsang pada usia

kehamilan lebih dari 32 minggu(PWS KIA Depkes, 2009).

BAB III

METODE STUDI KASUS

3.1. Kerangka Konsep Kegiatan Asuhan

Penentuan subjek studi kasus

Ibu hamil Trimester III usia kehamilan 37 minggu dengan faktor resiko
tinggi usia <20 tahun di Puskesmas Batujajar Kabupaten Bandung
Barat

Menjelaskan maksud dan tujuan dilakukannya studi kasus


pada partisipan serta melakukan inform concent

Pengumpulan Data

Anamnesa
Observasi Studidokumentasi
3.2. Pendekatan Desain Penelitian

Case study merupakan suatu pendekatan untuk meneliti fenomena sosial

melalui analisis kasus individual secara lengkap dan teliti, serta memberikan

suatu analisis yang intensif (Kumar, 2011).

Ny.L merupakan ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan di

Puskesmas Batujajar.

3.3. Tempat dan Waktu Penelitian

Studi Kasus Komprehensif pada Ny.U dilaksanakan di Puskesmas

Batujajar Kabupaten Bandung periode 23 September 2019 - 09 November

2019.

3.4. Objek penelitian

Objek penelitian dalam kasus komprehensif ini adalah Ny.L usia 19 tahun

dan By.Ny.L mulai dari usia kehamilan 37 minggu sampai dengan masa nifas

6 minggu.
3.5. Metode Pengumpulan Data

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN

PADA NY. L G1P0A0

DENGAN RESIKO TINGGI USIA <20 TAHUN

DI PUSKESMAS BATUJAJAR

Nama Pengkaji : Yayu Dwi Lestari

Tanggal/Waktu Pengkajian : 29 Oktober 2019/ 09.00 WIB

Tempat : Ruang KIA

I. DATA SUBJEKTIF

A. Identitas/Biodata

Nama : Ny. L Nama Suami : Tn. A

Umur : 19 tahun Umur : 29 tahun

Suku : Sunda/Indonesia Suku : Sunda/Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh Harian Lepas

Alamat : Kp. Blok jambu 5/2 Desa Galanggang, Kec. Batujajar,

Kabupaten Bandung Barat

Telp : 0812xxxxxxxx
B. Status Kesehatan

1. Datang tanggal : 29 Oktober 2019 Pukul 09.00 WIB

2. Alasan kunjungan : Kunjungan pemeriksaan rutin

3. Keluhan : Ibu mengatakan tidak ada keluhan

4. Riwayat Menstruasi

a. Haid pertama : Umur 12 tahun

b. Siklus : 28 hari

c. Banyaknya : Sehari 3-4 kali ganti pembalut

d. Dismenorhoe : Tidak Ada

e. Teratur/Tidak : Teratur

f. Lamanya : 5-7 hari

g. Sifat darah : Merah,encer dengan sedikit gumpalan

h. Keputihan : Ada menjelang haid, tidak gatal, tidak

berwarna dan tidak berbau

5. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu: Kehamilan ini

6. Riwayat kehamilan ini

a. HPHT : 04 Februari 2019

b. TP : 11 November 2019

c. Usia kehamilan : 37 minggu 6 hari

d. Pergerakan janin masih dirasakan ibu dalam 1 jam lebih dari 10

kali dan gerakan janin masih dirasakan sampai saat ini.

e. Keluhan – keluhan pada :

Trimester 1 : Mual pada usia kehamilan 3minggu

Trimester 2 : Tidak ada

Trimester 3 : Nyeri pinggang


f. Ibu tidak mengkonsumsi obat – obatan ataupun jamu jamuan.

g. Ibu mengkonsumsi Fe 1x sehari.

h. Ibu tidak merasakan keluhan-keluhan seperti rasa lelah, mual

muntah yang lama, nyeri perut, panas/menggigil, sakit kepala

berat/terus-menerus, rasa gatal pada vulva, vagina, dan

sekitarnya, pengeluaran cairan pervaginam, nyeri, kemerahan,

tegang pada tungkai dan oedem pada muka atau kaki.

7. Pola Sehari-Hari

No Pola Sehari – hari Sebelum Hamil Saat Hamil

1. Pola Nutrisi

a. Makan

Frekuensi : 3xsehari (1 piring kecil 3xsehari (1 piring kecil

setiap makan) setiap makan)

Nasi, sayur, ikan Nasi, sayur, ikan


Jenis makanan

Tidak ada Tidak ada


Makanan pantangan

Tidak ada Tidak ada


Alergi makanan

b. Minum

Air putih, Teh Air putih, Susu


Jenis minum

5-7 gelas/hari 8-9 gelas/hari


Frekuensi

2. Pola Eliminasi
a. BAK

Frekuensi 3xsehari 4-5xsehari

Warna Kuning Jernih Kuning Jernih

b. BAB

Frekuensi 1xsehari 1xsehari

Konsistensi Lunak Lunak

Warna Kuning feses Coklat Kehitaman

3. Pola istirahat dan tidur

Siang Jarang tidur siang 1 jam

Malam 7 jam 6 jam

4. Personal Hygiene

2xsehari
Mandi 2xsehari
Setiap mandi
Gosok gigi Setiap mandi
3xminggu

Keramas Setiap mandi 3x/minggu

menggunakan sabun
Payudara Setiap mandi

Menggunakan sabun

kemudian di

bersihkan memakai
Setiap mandi
baby oil.
menggunakan sabun.

Dibersihkan mulai dari


Perawatan Vulva vulva sampai ke anus Setiap mandi

Menggunakan sabun.

Dibersihkan mulai dari

vulva sampai ke anus

5. Pola aktivitas Pekerjaan rumah Pekerjaan rumah

dilakukan sendiri dibantu oleh keluarga

6. Pola seksual 2x/minggu 1x/minggu

Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

8. Riwayat Imunisasi

TT1 2 Agustus 2019

TT2 2 September 2019

9. Kontrasepsi yang pernah digunakan

Ibu tidak menggunakan KB apapun

10. Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit sistemik seperti

jantung, ginjal, asma, TBC, hepatitis, DM, hipertensi, epilepsi.

11. Ibu mengatakan di keluarganya tidak ada yang mempunyai riwayat

penyakit seperti Jantung, Hipertensi, DM.

12. Riwayat Sosial

1) Status Perkawinan :

Ini merupakan pernikahan pertama bagi ibu dan bapak

2) Ibu dan keluarga menerima dengan senang hati terhadap

kehamilan ini.
13. Data Sosial

1. Ibu tidak mengetahui bahwa kehamilan usia <20 tahun itu

beresiko.

2. Kehamilan ini direncanakan ibu dan keluarga menerima dengan

senang terhadap kehamilan ini.

3. Pengambil keputusan dalam keluarga adalah suami.

4. Ibu tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan lain selain dari

bidan.

5. Dalam kegiatan sehari-hari ibu melakukan pekerjaan rumah

dibantu keluarga dan suaminya.

6. Petugas kesehatan yang diinginkan dalam membantu

persalinan adalah bidan, ibu mempunyai rencana untuk

melahirkan di Puskesmas Batujajar menggunakan jaminan

kesehatan.

7. Ibu mengatakan sudah mempersiapkan persiapan persalinan

seperti berkas/dokumen, pakaian bayi, perlengkapan mandi,

kain, tempat persalinan, penolong.

8. Ibu mengatakan belum mengetahui tanda-tanda bahaya dalam

kehamilan.

9. Ibu mengatakan sudah mempersiapkan persiapan komplikasi

persalinan seperti pendonor darah, persiapan biaya persalinan

sumber mandiri, persiapan transportasi untuk persiapan

rujukan, ibu memiliki jaminan kesehatan.


10. Ibu mengatakan belum mengetahui ketidaknyamanan pada

kehamilan trimester III.

11. Ibu mengatakan sudah mengetahui tanda-tanda persalinan

seperti: Keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir, terasa

mules yang semakin teratur dan kuat, keluarnya cairan banyak

dari jalan lahir.

II. DATA OBJEKTIF

A. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum : Baik

a. Kesadaran : Composmentis

b. Tanda-tanda Vital : TD : 110/80 mmHg, N : 82 ×/mnt,

R : 20 ×/mnt , S : 36,7 °C

c. Tinggi Badan : 153 cm

d. Berat Badan : 65 kg

e. BB sebelum hamil : 58 kg

f. Kenaikan BB selama hamil : 7 kg

g. IMT : BB/TB (cm)2 → 58/2,3409

= 24,77 (status gizi normal)

2. Kepala

a. Rambut : Hitam, tidak rontok, tidak ada

ketombe

b. Muka : Tidak ada oedem


c. Mata : Konjungtiva : merah muda

Sklera : putih

d. Telinga : Simetris, bersih, tidak ada

pengeluaran

e. Hidung : Simetris, bersih, tidak ada

pengeluaran

f. Mulut dan Gigi : Mukosa bibir tidak pucat dan

gusi tidak berdarah, caries tidak

ada, keadaan bersih

3. Leher

a. Jugularis vena pulmonalis : Tidak ada peningkatan

b. Kelenjar getah bening : Tidak ada pembengkakan

c. Kelenjar Thyroid : Tidak ada pembesaran

4. Dada dan Payudara

a. Dada

Jantung : Bunyi jantung reguler, 85x/menit

Paru-paru : Tidak ada retraksi dada, bunyi paru

vesikuler

b. Payudara

Bentuk : Simetris

Keadaan : Bersih

Putting susu : Menonjol pada payudara kiri dan

kanan

Pengeluaran : Belum ada pengeluaran

Rasa Nyeri : Tidak Ada


Benjolan : Tidak ada

Striae : Tidak ada

5. Pemeriksaan Kebidanan

a. Abdomen

1) Inspeksi

Pembesaran : Perut membesar sesuai usia

kehamilan

Bekas luka : Tidak ada bekas luka saecar

Striae : Ada

2) Palpasi

TFU : 31 cm

Leopold I : Pertengahan antara pusat dan

prosesus xyhoideus dengan pusat

teraba bagian bulat, lunak, tidak

melenting (bokong).

Leopold II : Teraba bagian terbesar janin,

datar dan memanjang di sebelah

kiri perut ibu dan teraba bagian

bagian terkecil janin di sebelah

kanan perut ibu (puki).

Leopold III : Teraba bagian bulat, keras dan

masih dapat digoyangkan, sudah

masuk PAP (kepala).

Leopold IV : Divergen

Perlimaan : 3/5
TBBJ : (31-11) x 155 = 3.100 gram

3) Auskultasi

Punctum maximum : 3 jari dibawah pusat

Tempat : sebelah kiri perut ibu

DJJ : 143 x/menit, teratur

6. Punggung dan Pinggang

Posisi tulang belakang : Normal

Pinggang : Tidak ada keluhan

7. Ekstremitas Atas dan Bawah

a. Atas

Kebersihan : Bersih

Oedema : Tidak ada

LILA : 27 cm

Kekuatan otot : Kuat

b. Bawah

Oedema : Tidak ada

Varises : Tidak ada

Reflek patella : +/+

Kekuatan otot : Kuat

8. Genetalia

a. Vulva/Vagina

Oedem : Tidak ada

Keadaan : Normal
Pengeluaran pervaginam : Tidak ada

b. Perineum

Luka parut : Tidak ada

9. Anus

Haemorhoid : Tidak ada

B. Data Penunjang

Hb : 12,3 gr%

Golongan darah : AB rhesus (+)

Protein Urin : (-) negatif

Glukosa Urine : (-) negatif

III. ANALISA

1. Diagnosa : G1P0A0 usia kehamilan 37 minggu 6 hari janin hidup tunggal

intrauterin presentasi kepala

2. Masalah :

1. Resiko Tinggi (umur <20 tahun)

2. Sakit pinggang

3. Tidak mengetahui ketidaknyamanan TM III

4. Tidak mengetahui tanda bahaya kehamilan

5. Tidak mengetahui tanda-tanda persalinan

IV. PENATALAKSANAAN

Pukul : 09.30 WIB

1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa usia kehamilan ibu saat ini 37

minggu 6 hari, taksiran persalinan tanggal 11 November 2019 dan


taksiran berat badan anak 3.100 gram. Secara keseluruhan kondisi ibu

dan janin dalam keadaan baik. Ibu tampak senang dengan hasil

pemeriksaan.

Evaluasi : ibu mengetahui hasil pemeriksaan.

2. Memberitahu ibu bahwa ini kehamilan yang ke 1 dan persalinan dengan

usia <20 tahun tentu kondisi ini sangat berbahaya bagi ibu hamil dan

memberitahu ibu dampak yang timbul dengan umur ibu beresiko (kurang

dari 20 tahun), seperti perdarahan selama kehamilan, keguguran,

keracunan kehamilan (gestosis) dalam bentuk preeklampsia/eklampsia

dan anemia.

Evaluasi : Ibu memahami dan mengerti.

3. Memberitahukan kepada ibu mengenai ketidaknyamanan yang mungkin

dialami ibu pada usia kehamilan trimester III diantaranya sesak nafas,

insomnia, kram betis, oedema kaki sampai tungkai, rasa tidak nyaman

akibat adanya penekanan pada perineum, dan rasa khawatir atau cemas.

Evaluasi : Ibu mengerti dengan apa yang dijelaskan.

4. Mengingatkan kembali ibu tentang tanda-tanda bahaya kehamilan, seperti

: sakit kepala berat, penglihatan kabur, mual muntah yang terus menerus,

bengkak pada muka dan tangan, nyeri abdomen, gerakan janin berkurang

dan keluar cairan pervaginam. Ibu mengerti dan akan segera pergi ke

pelayanan kesehatan apabila terdapat salah satu dari tanda bahaya

kehamilan.

Evaluasi : Ibu memahami dan mengerti.

5. Memberikan tablet Fe pada ibu dan menganjurkan ibu untuk

meminumnya 1x1 tablet setiap hari. Menjelaskan manfaatnya yaitu untuk


memenuhi kebutuhan zat besi ibu agar ibu tidak anemia dan menjelaskan

cara meminum tablet fe yaitu diminum setiap sebelum tidur agar

mengurangi efek samping mual, diminum dengan air putih atau air jeruk,

tidak dengan teh, susu, atau kopi karena akan mengurangi

penyerapannya.

Evaluasi : Ibu mengerti dan akan meminumnya dengan rutin.

6. Menjadwalkan kunjungan ulang 1 minggu kemudian yaitu di tanggal 05

Oktober 2019 atau segera datang apabila ada keluhan. Ibu mengerti dan

bersedia melakukan kunjungan ulang.

Evaluasi : ibu bersedia


ASUHAN KEHAMILAN

(KUNJUNGAN ULANG/PEMERIKSAAN LANJUTAN)

PADA NY. L G1P0A0

DENGAN RESIKO TINGGI USIA <20 TAHUN

DI PUSKESMAS BATUJAJAR

Nama Pengkaji : Yayu Dwi Lestari

Tanggal/Waktu Pengkajian : 05 November 2019/ 09.00 WIB

Tempat : Ruang KIA

TANGGAL/JAM CATATAN BIDAN

05 November Subjektif :

2019
Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
/ 09.00 WIB Objektif :

A. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum : Baik

a. Kesadaran : Composmentis

b. Tanda-tanda vital

c. TD : 130/80 mmHg, N : 80x/menit, R : 20x/menit,

S : 36,6ºC

2. Kepala

a. Muka : Tidak ada oedem

b. Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih

c. Mulut dan Gigi : Mukosa bibir tidak pucat dan gusi

tidak berdarah, caries tidak ada, keadaan bersih

3. Leher

a. JVP : Tidak ada peningkatan

b. KGB : Tidak ada pembengkakan

c. Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran

4. Dada dan Payudara

a. Dada : Bunyi jantung reguler, 80x/menit

Paru-paru : Tidak ada retraksi dada, bunyi paru

vesikuler

5. Pemeriksaan Kebidanan
Abdomen

Inspeksi : pembesaran sesuai usia kehamilan, tidak ada

bekas luka dan terdapat striae.

Palpasi :

TFU : 31 cm

Leopold I : Pertengahan antara pusat dan prosesus

xyhoideus dengan pusat teraba bagian bulat,

lunak, tidak melenting (bokong).

Leopold II : Teraba bagian terbesar janin, datar dan

memanjang di sebelah kiri perut ibu dan

teraba bagian-bagian terkecil janin di sebelah

kanan perut ibu (puki).

Leopold III : Teraba bagian bulat, keras dan tidak dapat

digoyangkan, sebagian kepala sudah masuk

panggul (kepala).

Leopold IV : Divergen

Perlimaan : 3/5

TBBJ : (31-11) x 155 = 3.100 gram

Auskultasi :

Punctum maximum : 3 jari dibawah pusat

Tempat : sebelah kiri perut ibu

DJJ : 141 x/menit, teratur


6. Punggung dan Pinggang

Posisi tulang belakang : Normal

Pinggang : Tidak ada rasa nyeri

7. Ekstremitas Atas dan Bawah

Bawah

Oedema : Tidak ada

Varises : Tidak ada

Reflek patella : +/+

Kekuatan otot : Kuat

Analisa :

1. Diagnosa : G1P0A0 usia kehamilan 39 minggu 1 hari

janin hidup tunggal intrauterin presentasi kepala

2. Masalah : tidak ada

Penatalaksanaan :

1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa usia

kehamilan ibu saat ini 39 minggu 1 hari, taksiran

persalinan tanggal 11 November 2019 dan taksiran

berat badan anak 3.100 gram. Secara keseluruhan

kondisi ibu dan janin dalam keadaan baik. Ibu tampak

senang dengan hasil pemeriksaan.

2. Mengingatkan kembali kepada ibu tentang tanda-

tanda persalinan diantaranya perut mulas secara

teratur, mulasnya sering dan lama, nyeri melingkar


dari punggung menjalar ke perut bagian depan,

keluarnya lendir bercampur darah dari jalan lahir,

keluarnya ketuban dari jalan lahir dan jika ada tanda –

tanda persalinan ibu harus segera datang ke

puskesmas. Ibu mengerti.

3. Memberitahu kepada ibu tentang persiapan

komplikasi persalinan, seperti pendonor darah,

persiapan biaya persalinan, persiapan transportasi

untuk persiapan rujukan. Ibu mengerti dan akan

segera mempersiapkannya.

4. Mengingatkan kembali ibu tentang tanda-tanda

bahaya kehamilan, seperti : sakit kepala berat,

penglihatan kabur, mual muntah yang terus menerus,

bengkak pada muka dan tangan, nyeri abdomen,

gerakan janin berkurang dan keluar cairan

pervaginam. Ibu mengerti dan akan segera pergi ke

pelayanan kesehatan apabila terdapat salah satu dari

tanda bahaya kehamilan. Ibu mengerti.

5. Memberikan tablet Fe pada ibu dan menganjurkan ibu

untuk meminumnya 1x1 tablet setiap hari.

Menjelaskan kembali manfaatnya yaitu untuk

memenuhi kebutuhan zat besi ibu agar ibu tidak

anemia dan menjelaskan cara meminum tablet fe

yaitu diminum setiap sebelum tidur agar mengurangi

efek samping mual, diminum dengan air putih atau air


jeruk, tidak dengan teh, susu, atau kopi karena akan

mengurangi penyerapannya. Ibu mengerti dan akan

meminumnya dengan rutin.

6. Memberitahu ibu untuk makan makanan dengan gizi

seimbang agar pertumbuhan janinnya baik. Ibu

mengerti dan paham.

7. Menjadwalkan kunjungan ulang 1 minggu kemudian

yaitu di tanggal 12 November 2019 atau segera

datang apabila ada keluhan. Ibu mengerti dan

bersedia melakukan kunjungan ulang.

Anda mungkin juga menyukai